BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan Kemitraan oleh KPPU KPD Surabaya di Provinsi Jawa

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan Kemitraan oleh KPPU KPD Surabaya di Provinsi Jawa"

Herman Kurniawan
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh pemaparan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan Kemitraan oleh KPPU KPD Surabaya di Provinsi Jawa Timur khususnya di Kota Surabaya telah dilaksanakan dan masih sebatas pada tahap sosialisasi dan pendataan UMKM. Meskipun begitu, KPPU telah menunjukkan bahwa Pengawasan Kemitraan ini bisa dilaksanakan dengan baik, yaitu melalui temuan klausul yang mengarah ke tindakan anti persaingan pada Perjanjian Kemitraan antara Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) di Malang dengan Nestle. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pengawasan Kemitraan mampu mencegah terjadinya pembatasan pasar bagi UMKM untuk menjual produknya. Dari substansi pengaturan, Pengawasan Kemitraan akan semakin melengkapi tugas KPPU yang selama ini fokus pada pengawasan persaingan menjadi masuk ke dalam proses pengawasan permasalahan penyalahgunaan posisi tawar (abuse of bargaining position) yang lebih baik, dimana yang menjadi korban seringkali adalah pelaku usaha yang lebih kecil. Di Kota Surabaya sendiri belum ditemukan adanya pelanggaran kemitraan mengingat adanya fasilitas program pemberdayaan UMKM dari Pemerintah setempat, tetapi bukan berarti Kota Surabaya tidak akan luput dari hal tersebut, sehingga KPPU KPD 83

2 84 Surabaya tetap dapat melaksanakan Pengawasan Kemitraan agar tidak terjadi penyalahgunaan posisi tawar yang merugikan UMKM dan dapat melakukan penindakan serta penegakan hukum terhadap perkara pelanggaran kemitraan. 2. Kendala dan hambatan Pengawasan Kemitraan dibagi menjadi kendala dan hambatan internal dan eksternal. Secara internal, kendala dan hambatannya berupa payung hukum Pengawasan Kemitraan dimana peraturan teknis pengawasan yang keluar pada bulan Juni dan September 2015 meskipun PP Nomor 17 Tahun 2013 sudah diundangkan sejak Maret 2013 sehingga waktu pelaksanaan pengawasan pun dimulai pada tahun 2015; pengetahuan dan kompetensi dari pihak internal KPPU yang perlu ditingkatkan; keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran; diperlukan adanya System Operational Procedure (SOP) di kalangan internal untuk pelaksanaan Pengawasan Kemitraan; dan diperlukan unit yang khusus membawahi masalah kemitraan UMKM di KPPU agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan (overlapping jobdesc). Secara eksternal, kendala dan hambatannya berupa metode sosialisasi Pengawasan Kemitraan ke UMKM dan masyarakat yang memerlukan media dan cara yang yang inovatif, efektif, dan efisien dengan hasil yang tetap maksimal; koordinasi dengan instansi terkait yang masih dalam proses karena menunggu pembuatan Perjanjian Kerja Sama; dan perlu ditingkatkannya pengetahuan masyarakat luas khususnya UMKM mengenai keberadaan KPPU dan Pengawasan Kemitraan.

3 85 B. Saran Terhadap hasil pembahasan dapat pula dikemukakan saran kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut: 1. Koordinasi dan kerja sama antara KPPU KPD Surabaya dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur perlu segera dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama, supaya terdapat pembagian kerja yang jelas antara pihak KPPU KPD Surabaya dengan pihak Provinsi Jawa Timur dan Dinas Koperasi dan UMKM di kota/kabupaten, termasuk untuk proses sosialisasi ke pelaku UMKM dan masyarakat. Selain itu, pihak Dinas Koperasi dan UMKM dapat membantu memudahkan KPPU dalam menjalankan pengawasannya, salah satunya dalam hal pengumpulan Perjanjian Kemitraan antara pelaku UMKM dengan Usaha Besar agar KPPU tidak perlu mencari sendiri perjanjianperjanjian tersebut. Dengan demikian, Pengawasan Kemitraan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan dan analisis Perjanjian Kemitraan untuk mencegah dan mengurangi adanya klausul perjanjian yang merugikan atau berpotensi merugikan pelaku UMKM. 2. Perlu adanya improvisasi untuk proses sosialisasi Pengawasan Kemitraan kepada masyarakat luas. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam sosialisasi program ini adalah dengan memastikan sasaran program yaitu pelaku UMKM, mengetahui siapa itu KPPU dan apa peran KPPU terhadap kepentingan mereka. Selain melalui bantuan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur maupun Dinas Koperasi dan UMKM

4 86 masing-masing kota/kabupaten, sosialisasi bisa dilakukan melalui iklan di televisi, spanduk dan baliho di tempat-tempat strategis, serta menyebarkan pamphlet atau brosur yang isinya mengenai siapa itu KPPU dan apa itu Pengawasan Kemitraan beserta tujuan dan manfaatnya terhadap perlindungan dan pemberdayaan UMKM. Kemudian, dapat dibuat suatu situs baru yang digunakan khusus untuk program Kemitraan UMKM yang ada di Indonesia sebagai wadah UMKM untuk melakukan pelaporan apabila akan mengadakan kemitraan dengan Usaha Besar sekaligus memberikan salinan perjanjian kemitraan yang dimilikinya, dengan begitu KPPU dapat lebih dimudahkan dalam melakukan pengawasan terhadap berjalannya kemitraan tersebut. Situs ini juga dapat digunakan UMKM yang membutuhkan bantuan mengenai kemitraan itu sendiri dan memudahkan proses pelaporan apabila ada pihak yang merasa dirugikan dalam suatu hubungan kemitraan. Sedangkan, untuk koordinasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM, KPPU dapat membuka booth di Dinas Koperasi dan UMKM tingkat kota/kabupaten yang ditujukan untuk pelaporan secara offline bagi pihak UMKM. 3. Adanya pengembangan sumber daya manusia melalui program capacity building untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dari pihak internal KPPU mengenai PP Nomor 17 Tahun 2013 dan peraturan KPPU sebagai peraturan teknisnya, serta adanya kebijakan dukungan anggaran dan sumber daya manusia untuk menyiapkan program capacity building

5 87 untuk sumber daya manusia di KPPU dan pengembangan kelembagaan yang secara khusus. 4. Perlu adanya System Operational Procedure (SOP) di kalangan internal KPPU dalam menjalankan Pengawasan Kemitraan khususnya dalam melakukan pemeriksaan dan analisis Perjanjian Kemitraan supaya ada ada tolak ukur atau indikator yang menentukan sejauh mana sebuah kepemilikan saham dan/atau penguasaan lewat pengambilan keputusan akan dianggap melanggar dan menjadi potensi penyalahgunaan posisi tawar yang merugikan pihak UMKM. 5. Perlu segera direalisasikan mengenai rencana penambahan Direktorat Kemitraan di KPPU, supaya ada unit khusus untuk menangani kemitraan dengan tugas yang lebih fokus pada Pengawasan Kemitraan dan perlindungan UMKM serta supaya tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan (overlapping jobdesc).

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan sebuah lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak