BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
|
|
- Yulia Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sutoyo dan Rosyidi (2014) melakukan penelitian tentang pembakaran briket menggunakan limbah plastik melalui pengkajian ultimate dan efek porositas untuk menghasilkan sumber energi sekaligus meningkatkan kualitas penggunaan limbah plastik. Dalam penelitian tersebut briket plastik di uji dengan metode pyrolisis menghasilkan padatan dan non-condensable gas, data yang didapat dari pengujian kualitas pembakaran 8 sampel briket dari 13 sampel char yang diperoleh melalui pyrolisis bahan plastik polyethylene dengan variaasi temperatur operasi antara ⁰C, variasi pencampuran dilakukan menggunakan bahan PE dengan jenis polystyrene, polypropylene, polyethylene dan terephthalate. Kualitas pembakaran diuji dalam furnance dengan temperatur dingin ± 230⁰C dan aliran udara konstan 0,7 m/s, serta diukur kadar emisinya. Di dapatkan hasil yang terbaik yaitu periode pembakaran paling lama yaitu 84,80 menit dengan kadar moisture tertinggi 10,369 % (proximate). Ediy dan Widyastuti (2013) melakukan penelelitian tentang pembuatan briket blotong berpori menggunakan limbah pabrik gula. Dalam penelitian ini briket blotong berpori dibagi menjadi 3 tipe dengan media perekat yang berbeda, tipe 1 blotong berpori dengan perbandingan blotong molasse = 8:1, tipe 2 dengan peerbandingan blotong dan tepung tapioka (lem kanji) = 8:1 dan tipe 3 perbandingan blotong dan molasse + tepung tapioka (lem kanji) = 8:1:1. Pengujian dilakukan menggunakan metode pembakaran dan hasil analisa yang di dapat kadar air ketiga tipe briket blotong berpori tersebut adalah 28,9, 21,6 dan 23,6 % pada penelitian tersebut belum memenuhi standart SNI no.1/6235/2000 tentang mutu briket yaitu 8 %, pada analisa 5
2 6 kadar abu di dapat hasil dengan perekat terbaik pada pengujian tersebut dengan 4,6% dengan standart SNI no.1/6235/2000 tentang mutu briket yaitu 8 %. Setiawan, dkk (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh komposisi pembuatan biobriket dari campuran kulit kacang dan serbuk gergaji terhadap nilai pembakaran. Dalam penelitian bioriket dari campuran kulit kacang tanah dan serbuk gergaji tersebut dengan temperatur karbonisasi yang digunakan mulai dari 300ºC, 350ºC, 400ºC, 450ºC, sampai dengan 500ºC. Perekat yang digunakan pada penelitian berupa tepung sagu dengan kadar 20% dari berat briket bioarang. Pembakaran yang optimal didapat pada temperatur karbonisasi 500ºC yaitu senilai 5670,538 cal/gr. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan Serbuk gergaji kayu dan kulit kacang tanah yang semula hanya merupakan limbah dari industri rumah tangga dan mebel, dengan adanya proses pembuatan briket bioarang dapat meningkatkan nilai pakai dari bahan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif penganti batubara. Surono (2010) melakukan penelitian tentang peningkatan kualitas pembakaran biomassa limbah tongkol jagung sebagai bahan bakar alternatif dengan proses karbonisasi dan pembriketan. Pada penelitian tersebut meggunakan metode Karbonisasi (pirolisis) yang diikuti dengan pembriketan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah biomasa menjadi bahan bakar padat. Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu selama proses karbonisasi dan tekanan pada saat pembriketan terhadap sifat pembakaran briket dari tongkol jagung. Pada penelitian ini, proses karbonisasi dilakukan pada suhu 220ºC, 300ºC dan 380ºC sementara proses pembriketan dilakukan pada tekanan 24,4 MPa, 48,8 MPa, 73,2 MPa, dan 97,6 MPa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses karbonisasi yang dilakukan dapat meningkatkan kandungan karbon dan nilai kalor briket dari tongkol jagung. Kondisi operasi karbonisasi terbaik diperoleh pada suhu 380 C, sementara untuk pembriketan dilakukan pada 97,6 MPa yang dapat menaikkan kadar
3 7 karbon sampai 67% dan nilai kalor sampai 65%. Proses karbonisasi yang dilakukan dapat mengurangi emisi CO dan laju pembakaran Dasar Teori Biomassa Indonesia sebagai negara agraris, mempunyai sumber energi biomassa yang melimpah. Salah satu sumber energi biomassa di Indonesia yang potensial adalah limbah pertanian, seperti sekam padi, jerami, ampas tebu, batang dan tongkol jagung serta limbah-limbah pertanian/perkebunan lainnya. Biomassa terdiri atas beberapa komponen yaitu kandungan air (moisture content), zat mudah menguap (volatile matter), karbon terikat (fixed carbon), dan abu (ash). Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran arang (char combustion). Proses pengeringan akan menghilangkan moisture, devolatilisasi yang merupakan tahapan pirolisis akan melepaskan volatile, dan pembakaran arang yang merupakan tahapan reaksi antara karbon dan oksigen, akan melepaskan kalor. Laju pembakaran arang tergantung pada laju reaksi antara karbon dan oksigen pada permukaan dan laju difusi oksigen pada lapis batas dan bagian dalam dari arang. Reaksi permukaan terutama membentuk CO. Diluar partikel, CO akan bereaksi lebih lanjut membentuk CO 2. Pembakaran akan menyisakan material berupa abu (Surono, 2010). Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah, sehingga akan mengalami kesulitan dalam penanganannya. Densifikasi biomassa menjadi briket bertujuan untuk meningkatkan densitas dan mengurangi persoalan penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi biomassa mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat menaikkan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut serta mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam (Bhattacharya dkk, 1996).
4 8 Biomassa adalah salah satu energi terbarukan yang bersumber dari alam yang sifatnya dapat diperbaharui. Biomassa merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar. Biomassa dapat mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa biasanya diukur dengan berat kering meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti minyak bumi atau batu bara Limbah Industri Gula Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam didaerah yang beriklim tropis. Tebu-tebu yang ditanam di perkebunan saat ini kemudian diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula (PG). Dalam proses produksi di pabrik gula tersebut, gula yang termanfaatkan hanya sekitar 5% dari setiap tebu yang diproses. Sebanyak 35 40% nya menghasilkan ampas tebu (bagasse), dan sisanya berupa tetes tebu (molase), blotong dan air (Misran, 2005). Pemanfaatan tebu selama ini kurang diperhatikan dengan maksimal yaitu hanya memfokuskan hasil premier nya saja. Sementara hasil samping lainnya kurang begitu termanfaatkan, kecuali tetes tebu (molase) yang telah dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan juga bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG) yang kita kenal sebagai salah satu bahan untuk membuat bumbu masakan (Misran, 2005). Sedangkan untuk ampas tebu (bagasse) itu sendiri masih menjadi sebuah limbah industri gula yang belum termanfaatkan dengan baik. Padahal ampas tebu (bagasse) mempunyai presentase yang cukup besar sehingga ketersediaannya sangat melimpah Pembriketan Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang sebenarnya termasuk bahan lunak
5 9 yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pengempaan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga mempengaruhi sifat briket (Setiawan, 2012). Untuk itu, briket merupakan energi alternatif yang sangat baik untuk dikembangkan. Menurut (Nursyiwan dan Nuryetti, 2005) Syarat briket yang baik sebagai bahan bakar harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mudah dinyalakan b. Tidak mengeluarkan asap c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran). Proses pembriketan juga akan berpengaruh pada ukuran pori-pori briket yang mana akan berpengaruh pula pada densitas briket. Menurut Sudiro dan Suroto (2014) ukuran partikel briket sangat mempengaruhi nilai densitas briket, karena semakin besar ukuran partikel briket menyebabkan ukuran pori-pori semakin besar pula. Ukuran pori-pori briket yang semakin besar menyebabkan briket akan lebih banyak menyimpan air namun karena proses pengeringan pori-pori yang terisi air akan terisi oleh udara akibat proses pengeringan tersebut, sehingga berat briket akan semakin ringan. Jika berat briket semakin ringan dengan volume tetap maka densitasnya semakin kecil, karena densitas dipengaruhi oleh berat briket per-volume briket pada saat proses pembriketan.
6 Bahan pengikat (binder) Pada proses pembriketan dengan kategori tekanan rendah, maka dibutuhkan bahan pengikat (binder) untuk membantu pembentukan ikatan antar partikel biomassa. Selain itu, penambahan bahan pengikat (binder) ini juga untuk meningkatkan kekuatan briket. Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, banyak sekali bahan pengikat (binder) yang dapat digunakan, seperti tepung kanji, tar, tetes tebu (molase), resin, sulphite, dan lain sebagainya. Menurut Syafiq (2009) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengikat (binder) untuk briket adalah sebagai berikut : 1. Kesesuaian antara bahan pengikat (binder) dengan bahan yang akan diikat 2. Kemampuan bahan pengikat (binder) untuk mengikat sifat-sifat briket 3. Kemudahan dalam memperoleh bahannya Pembakaran Pembakaran merupakan suatu reaksi kimia antara bahan bakar dengan suatu oksidan yang disertai produksi panas (terkadang disertai cahaya) dalam bentuk api. Bahan bakar kebanyakan mengandung unsur karbon (C), belerang (S) dan hidrogen (H). oksigen (O 2 ) juga merupakan salah satu hal yang terpenting dari sebuah pembakaran, karena pasokan oksigen yang cukup menjadi faktor terpenting dari sempurnanya pembakaran. Ada dua tipe pembakaran, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna reaktan akan terbakar oleh oksigen dan menghasilkan beberapa produk, seperti unsur karbon (C) yang bereaksi dengan oksigen (O 2 ) hanya akan menghasilkan karbon dioksida (CO 2 ) begitu pula terjadi pada unsur S yang menjadi SO 2 dan H yang menjadi H 2 O. Sedangkan pada pembakaran tidak sempurna terjadi apabila pasokan oksigen (O 2 ) tidak mencukupi untuk terjadinya proses pembakaran akibatnya unsur karbon (C) yang terkandung didalam bahan bakar ketika bereaksi dengan oksigen (O2) maka akan
7 11 menghasilkan gas yang tidak seluruhnya mengandung karbon dioksida (CO 2 ) (Teknik Pertanian, 2014) Pembakaran Bahan Bakar Padat Pembakaran adalah suatu reaksi kimia eksotermal dengan kalor yang dibangkitkan sangat besar dan menghasilkan nyala, reaksi ini berlangsung spontan dan berkelanjutan karena adanya suplai kalor dari kalor yang dibangkitkan oleh reaksi itu sendiri. Mekanisme pembakaran bahan bakar padat terdiri dari tiga tahap (Borman dan Ragland, 1998), yaitu pengeringan, devolatilisasi, dan pembakaran arang (char). Bahan bakar padat karbon dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu batubara, biomassa dan lainnya. Proses pembakaran bahan bakar padat sendiri melewati tiga tahapan, yaitu pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang, serta sisa pembakarannya berupa abu (ash) (Borman dan Ragland, 1998). Mekanisme pembakaran bahan bakar padat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengeringan (drying) Moisture dalam bahan bakar padat dapat berupa air bebas (free water). Berada didalam pori-pori bahan bakar dan sebagai air terikat (bound water) yang terserap sampai permukaan bagian dalam struktur bahan bakar. Bila partikel bahan bakar dipanaskan, maka akan terjadi konveksi dan radiasi ke permukaan partikel bahan bakar akan menguap dan keluar dari partikel. Waktu pengeringan untuk butiran partikel kecil dari bahan bakar padat adalah waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan partikel sampai energi pada suatu partikel kecil menyatakan bahwa laju waktu perubahan energi didalam waktu sama dengan laju pemanasan untuk menguapkan air ditambah laju transfer kalor menuju partikel melalui proses konveksi dan radiasi (Borman dan Ragland, 1998).
8 12 2. Devolatilisasi Setelah pengeringan partikel bahan bakar padat selesai serta temperatur yang terus meningkat, maka bahan bakar padat akan mengalami dekomposisi, yaitu pecahnya ikatan kimia secara termal dan volatile matter keluar dari partikel. Pada tahap ini dengan semakin meningkatnya temperatur maka zat volatile kemudian mengalir keluar melalui pori-pori sehingga akan menghambat aliran oksigen dari luar untuk masuk dalam butiran bahan bakar. Hal inilah yang membuat tahap ini juga disebut pyrolysis. Laju devolatilisasi dan produksi hasil pyrolysis akan tergantung kepada temperatur dan jenis bahan bakar. Produk pyrolysis ini akan menyala dan membentuk api yang menempel pada butiran sehingga terjadi peningkatan devolatilisasi. Laju devolatilisasi akan mempengaruhi stabilitas penyalaan. Reaksi kimia tunggal mengubah bahan bakar padat menjadi hasil pirolisis, laju devolatilisasi bahan bakar padat tergantung dari kadar volatile dalam bahan bakar, jenis bahan bakar dan temperaturnya. Untuk partikel yang lebih besar proses pirolisis terjadi berangsur-angsur dari bagian luar partikel ke bagian dalam. Nyala bahan bakar padat terjadi di permukaan bahan bakar atau pembakaran volatile matter pada lapisan batas sekitar partikel. Volatile matter akan terbakar lebih dahulu daripada char apabila laju pemanasan permukaan partikel rendah. 3. Pembakaran arang (char combustion) Tahapan terakhir dari proses pembakaran bahan bakar padat adalah pembakaran arang. Pada saat devolatilisasi selesai akan tersisa karbon dan abu. Arang bersifat sangat porous sehingga oksigen dapat terdifusi ke dalam partikel arang. Laju pembakaran arang tergantung pada konsentrasi oksigen, temperatur gas, bilangan reynolds, ukuran dan porositas arang. Arang mempunyai porositas yang tinggi. Porositas arang kayu berkisar 0,9 (Borman dan Ragland, 1998). Reaksi pada permukaan char menghasilkan produk utama berupa CO, dimana CO yang terlepas akan berikatan dengan oksigen membentuk CO 2. Reaksi pada
9 13 permukaan akan menyebabkan temperatur meningkat C diatas temperatur gas luar. Arang akan bereaksi dengan oksigen pada permukaan membentuk karbon monoksida dan karbon dioksida, tetapi secara umum karbon monoksida merupakan produk utama dinyatakan pada persamaan 2.1 berikut ini : : C + ½ O 2 CO...(2.1) Dimana permukaan karbon juga bereaksi dengan karbon dioksida dan uap air dengan reaksi reduksi sebagai berikut : C + CO 2 2CO...(2.2) C + H 2 O CO + H 2...(2.3) Reaksi reduksi (b) dan (c) secara umum lebih lambat daripada reaksi oksidasi (a), dan untuk pembakaran biasanya hanya reaksi (a) yang diperlukan Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat Bahan bakar padat dapat terbakar dengan baik ketika memiliki beberapa karakteristik bahan bakar yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara lain : a. Ukuran partikel Ukuran partikel bahan bakar padat sangat mempengaruhi proses pembakaran. Semakin kecil ukuran partikel maka proses pembakaran akan semakin cepat. b. Kecepatan aliran udara Laju pembakaran biobriket akan naik sejalan dengan kecepatan aliran udara yang disalurkan. Ketika udara yang disalurkan cukup cepat maka akan diikuti dengan kenaikan temperatur dan laju pembakaran juga akan mengalami kenaikan dalam satu rentang waktu. c. Temperatur udara pembakaran Temperatur udara pembakaran yang tinggi menyebabkan semakin pendeknya waktu pembakaran. Hal ini dikarenakan kenaikan temperatur pembakaran akan mempercepat reaksi pembakaran karbon dan oksigen.
10 massa (gram) temperatur ( C) 14 d. Jenis bahan bakar Jenis bahan bakar yang digunakan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik tersebut antara lain kandungan zat mudah menguap (volatile matter) dan kadar air (moisture). Semakin banyak kandungan zat mudah menguap (volatile matter) pada biobriket maka akan semakin mudah terbakar dan menyala Thermogravimetry Analysis (TGA) Thermogravimetry merupakan suatu teknik untuk menganalisa perhitungan stabilitas termal suatu bahan bakar dan fraksi komponen zat volatilnya dengan memonitor perubahan massa selama spesimen diberi perlakuan panas (Ahmad, 2010). Analisis thermogravimetry dilakukan dalam lingkungan atmosfer oksidatif (udara atau oksigen dan campuran gas inert). Sebuah instrumen yang mengukur penurunan massa pada biofuel didalam sebuah furnace dengan thermocontroller disebut thermobalance. 3.5 PT ITVM ITFC BT waktu (s) 0 Gambar 2.1 Grafik karakteristik pembakaran dengan Thermogravimetry Analysis (TGA)
11 15 Pada gambar grafik karakteristik pembakaran dengan Thermogravimetry Analysis (TGA) diatas, terdapat empat penentuan titik pada setiap proses yang dinyatakan sebagai berikut : 1. Initiation Temperature of Volatile Matter (ITVM) adalah temperatur bahan bakar dimana laju pengurangan massa sampel mulai mengalami peningkatan. Pada kurva laju pengurangan massa, ITVM ditandai pada zona dimana laju pengurangan massa sedikit turun kemudian meningkat dengan cepat. 2. Initiation Temperature of Fixed Carbon (ITFC) merupakan temperatur bahan bakar dimana laju pengurangan massa mulai meningkat dengan sangat cepat sebagai akibat mulai terjadinya pembakaran. 3. Peak of weight rate Temperature (PT) merupakan temperatur bahan bakar dimana laju pengurangan massa dari sampel mencapai nilai tertinggi yang ditandai sebagai puncak dari kurva. 4. Burning out Temperature (BT) adalah bahan bakar dimana laju pengurangan massa berlangsung sangat lambat dan cenderung stabil, yang ditandai dengan kurva yang sedikit mendatar karena pembakaran telah selesai. Temperatur akhir ditentukan hingga massa bahan stabil yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa reaksi sudah selesai secara keseluruhan (dalam hal pembakaran dapat diprediksi bahwa seluruh karbon telah terbakar). Pendekatan ini akan menghasilkan dua informasi penting, kadar abu (M res ) yang ditunjukkan oleh massa sia dan temperatur oksidasi (T o ). Penentuan temperatur oksidasi dapat diperoleh dari beberapa cara, antara lain temperatur dimana laju pengarangan massa maksimal (dm/dt max ) dan temperatur ketika massa mulai berkurang (T onset ). Temperatur dimana laju pengurangan massa maksimal menunjukkan bahwa padat temperatur tersebut oksidasi berlangsung secara maksimal sedangkan temperatur ketika massa mulai berkurang menunjukkan bahwa pada temperatur tersebut proses oksidasi dimulai.
12 16 Penggunaan definisi pertama T o = dm/dt max lebih disukai dengan dua alasan. Alasan pertama berkaitan dengan permulaan penurunan massa yang bertahap (biasanya diatas temperatur 100 C) membuat sulitnya menentukan T onset secara tepat. Permulaan yang bertahap diyakini karena nanotubes terkontaminasi oleh amorphous karbon atau zat yang mengandung karbon yang teroksidasi pada temperatur yang lebih rendah dari bahan yang terdapat pada nanotubes. Pada kasus ini T onset cenderung menampilkan sifat ketidakmurnian tersebut daripada bahan yang terdapat pada nanotubes. Alasan kedua adalah pengurangan massa akibat oksidasi karbon kadang tertutupi oleh kenaikan massa akibat katalisator oksidasi pada temperatur rendah, pada beberapa kasus hal ini menyebabkan kurva penurunan massa pada TGA berayun naik dan menyebabkan penentuan T onset lebih sulit dan ambigu. Lain halnya dengan penentuan T onset, penentuan dm/dt max lebih jelas. Oleh sebab itu temperatur oksidasi didefinisikan T o = dm/dt max Energi aktivasi Energi aktivasi adalah energi yang dibutuhkan sehingga reaksi dapat terjadi. Energi aktivasi dibutuhkan untuk menggerakkan energi reaktan sehingga reaksi dapat dimulai. Energi aktivasi biasanya menghasilkan panas yang dilepaskan akibat proses reaksi. Kalita, dkk (2009) membandingkan hasil dengan menggunakan penelitian dan perhitungan untuk parameter kinetik dari bahan bakar biomassa densitas rendah. Perhitungan parameter kinetik dari data thermogravimetry menggunakan persamaan Arrhenius yang dinyatakan pada persamaan 2.5 berikut ini :...(2.5) Dimana X adalah massa dari sampel yang bereaksi (kg), t adalah waktu (menit), A Adalah pra-exponensial atau faktor frekuensi (menit -1 ), E adalah energi
13 17 aktivasi dari reaksi dekomposisi (kj/mol), R adalah konstanta gas universal (kj/mol.k), T adalah temperatur absout (K), dan n adalah orde reaksi (-). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah metode perhitungan dengan linear multiple regression method adalah sangat akurat dan mempunyai tingkat presisi 10-2 jika dibandingkan dengan hasil penelitian. Dari persamaan perhitungan energi aktivasi pada proses pembakaran bahan bakar padat dapa dianalisa menggunakan persamaan Arrhenius yang dinyatakan pada persamaan 2.6 berikut ini :...(2.6) Dimana : K A Ea R T : Konstanta laju reaksi : Faktor pre-eksponensial : Energi aktivasi : Konstanta gas universal (8,312 kal/mol) : Temparatur (K) Analisa matematis persamaan Arrhenius : Jika di ln kan maka :...(2.7)...(2.8) Dimana y = m. x
14 Massa Temperatur (ºC) 18...(2.9) Sehingga :...(2.10) Dengan memplotkan grafik antara ln k dengan 1/T dari data eksperimental, akan didapat harga energi aktivitas, dimana plot kemiringan (slope) trendline linier yang terbentuk adalah Ea/R Analisa Karakteristik Biobriket Analisa karakteristik biobriket dapat dilakukan dengan melakukan analisa proksimasi. Analisa proksimasi adalah analisa bahan bakar padat yang berasal dari bahan biomassa yang menghasilkan fraksi massa dari kadar air (moisture content), zat mudah menguap (volatile matter), kadar karbon tetap (fixed carbon) dan kadar abu (ash) sesuai dengan standar ASTM D Grafik Hasil Uji Energi Biomassa Massa Temperatur Gambar 2.2. Grafik profil pembakaran bahan bakar padat
15 19 1. Nilai Kalor (Heating value/calorific value) Nilai kalor bahan bakar adalah besarnya panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar padat. Nilai kalor terdiri dari GHV (gross heating value/ nilai kalor atas) dan NHV (net heating value/ nilai kalor bawah). Nilai kalor atas atau higher heating value (HHV) adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap. Nilai bakar bawah atau net heating value atau lower heating value (LHV) adalah panas yang besarnya sama dengan nilai panas atas dikurangi panas yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar. Besarnya nilai kalor dapat dirumuskan pada persamaan 2.11 berikut ini : HHV = Diamana :... (2.11) HHV = Highest heating Value (kal/gram) Acid = Sisa abu 10 kal/gram Fulse = Panjang kawat yang terbakar = 1 cm =1 kal/gram ΔT = Selisih Suhu (ºC) EE = 2401,459 kal/gram Alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah Bomb Calorimeter. Prinsip kerja Bomb Calorimeter adalah dengan menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen pada volume tetap. Alat tersebut ditemukan oleh Prof. S. W. Parr (1912), oleh sebab itu alat tersebut sering disebut Parr Oxygen Bomb Calorimeter. 2. Kadar air (Moisture) Kadar air briket adalah kandungan air yang terkandung dalam suatu bahan bakar padat dan merupakan perbandingan berat kandungan air dalam briket dengan berat kering briket setelah dikarbonisasi. Kadar air briket sangat mempengaruhi nilai
16 20 kalor yang dihasilkan. Tingginya kandungan kadar air pada briket dapat menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang digunakan untuk melakukan pembakaran digunakan untuk mengeluarkan kandungan air terlebih dahulu. Besarnya kadar air dapat dirumuskan pada persamaan 2.12 berikut ini : Kadar air (%) =...(2.12) Dengan : A = Massa sampel awal B = Sampel setelah dikeringkan Banyaknya kandungan air pada suatu bahan bakar padat dapat menyebabkan penurunan mutu bahan bakar karena : 1. Menurunkan nilai bakar karena memerlukan sejumlah panas untuk penguapan. 2. Menurunkan titik nyala bahan bakar. 3. Memperlambat proses pembakaran bahan bakar padat. 4. Menambah volume gas buang dan menimbulkan asap. Kadar air (moisture content) yang terkandung dalam briket bahan bakar dapat dinyatakan dalam dua macam : (a) Free moisture (uap air bebas). Free moisture adalah uap air yang terkandung pada permukaan briket dan dapat menguap ketika dilakukan penjemuran. (b) Inherent moisture (uap air terikat). Kandungan inherent moisture adalah uap air yang terkandung dalam bahan bakar padat dan dapat ditentukan dengan memanaskan briket antara temperatur 104º 110º C selama satu jam. 3. Zat-zat mudah menguap (Volatille Matter) Zat-zat mudah menguap (Volatile matter) merupakan salah satu zat atau bahan yang keluar dari suatu bahan bakar padat yang dibakar selain air yang menjadi uap. Semakin banyak kandungan volatile matter pada bahan bakar padat maka semakin mudah terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat.
17 21 Kandungan gas-gas yang mudah terbakar seperti Hidrogen (H), karbon monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang terdapat juga gas-gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Banyaknya kadar volatille matter pada proses pembakaran akan menyebabkan nyala yang panjang dan menghasilkan banyak asap. Sedangkan kadar volatile matter yang rendah akan menghasilkan asap yang sedikit, yaitu antara (15-25)%. Perhitungan kadar volatille matter dirumuskan pada persamaan 2.13 berikut ini : Volatille Matter (%) =...(2.13) Dimana : A = Massa sampel awal B = Sampel setelah dikeringkan C = Massa pada sampel terdapat pada titik fixed carbon (FC) 4. Kadar karbon (Fixed Carbon) Kadar karbon (Fixed Carbon) adalah komponen utama yang digunakan dalam proses pembakaran. Kadar karbon tidak menimbulkan gas ketika dibakar, oleh karena itu sering juga disebut dengan karbon tetap (KT). Kandungan fixed carbon (FC) adalah kandungan karbon tetap yang terdapat pada suatu bahan bakar padat yang berupa arang. Untuk mengetahui kadar karbon (Fixed carbon) adalah dengan melakukan perhitungan dapat dirumuskan pada persamaan 2.14 berikut ini : Fixed Carbon (%) =...(2.14) Dimana : A = Massa sampel awal C = Massa pada sampel terdapat pada titik fixed carbon (FC) D = Massa sampel pada titik Burning out 5. Kadar Abu (Ash) Kadar abu merupakan kotoran yang tersisa setelah proses pembakaran. yang tidak akan terbakar. Kadar abu sebanding dengan kandungan bahan anorganik di dalam suatu bahan bakar padat. Abu terdiri dari bahan mineral seperti silika, kalsium, serta magnesium oksida dan lain-lain. Banyaknya kandungan silika dapat
18 22 menyebabkan penurunan kandungan kualitas nilai kalor yang dihasilkan. Untuk menghitung kadar abu dapat dirumuskan pada persamaan 2.15 berikut ini : Kadar abu (%) =.(2.15)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Densitas Densitas atau kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume briket. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan penyusun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Analisis proksimat adalah salah satu teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik biobriket. Analisis proksimat adalah analisis bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Caroko (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh variasi tekanan pembriketan, perekat dan temperatur awal tungku terhadap karakteristik pembakaran
Lebih terperinciAditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ANALISA KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI PEREKAT DAN TEMPERATUR DINDING TUNGKU 300 0 C, 0 C, DAN 500 0 C MENGGUNAKAN METODE HEAT FLUX CONSTANT (HFC) Aditya Kurniawan
Lebih terperinciGambar 4.1 Grafik nilai densitas briket arang ampas tebu
Densitas (gr/cmᵌ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Densitas Briket Densitas merupakan tingkat kerapatan suatu bahan bakar yang telah mengalami tekanan. Densitas didapatkan melalui perbandingan antar berat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X
ANALISA KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI PEREKAT DAN TEMPERATUR DINDING TUNGKU 300 0 C MENGGUNAKAN METODE HEAT FLUX CONSTANT (HFC) Novi Caroko, Wahyudi, Aditya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Kusuma (2014) menganalisis pengaruh tekanan pada limbah kelapa Sawit meliputi tandan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Kusuma (2014) menganalisis pengaruh tekanan pada limbah kelapa Sawit meliputi tandan kosong, serat Sawit, dan cangkang kelapa Sawit terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Uji proksimat merupakan sifat dasar dari bahan baku yang akan digunakan sebelum membuat briket. Sebagaimana dalam penelitian ini bahan
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting di kehidupan sehari-hari. Bahan bakar dibutuhkan sebagai sumber energi penggerak berbagai keperluan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional
Lebih terperinciANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT
ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT Oleh : Harit Sukma (2109.105.034) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciKarakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri
EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,
Lebih terperinciOLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.
PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciKarakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 15 Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Danang Dwi Saputro Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Abstrak : Potensi biomass
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS
ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan kebutuhan energi yang sangat besar. Data dari British Petroleum (BP) dalam Statistical Review of World Energy pada Juni
Lebih terperinciANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH
ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH Hidro Andriyono 1), Prantasi Harmi Tjahjanti 2) 1,2) Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Jalan Raya Gelam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Kata Biomassa terdiri atas bio dan massa, dan istilah ini mula-mula digunakan dalam bidang ekologi untuk merujuk pada jumlah hewan dan tumbuhan. Setelah
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET
RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET Muhammad Taufik 1), Adi Syakdani 2), Rusdianasari 3), Yohandri Bow 1),2),3 ), 4) Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN KEMITRAAN
TEKNIK LAPORAN AKHIR PENELITIAN KEMITRAAN KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET BERBAHAN BAKU LIMBAH PADAT INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI BAHAN PEREKAT MENGGUNAKAN METODE THERMOGRAVIMETRI
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010 13 Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan Untoro Budi Surono*
Lebih terperinciA. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku
A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 1 Uji 2 Uji 3 1. Kadar Air (%) 4,5091 4,7212 4,4773 5,3393 5,4291 5,2376 4,9523 2. Parameter Pengujian Kadar
Lebih terperinciANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG
ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG ABSTRACT Mochamad Agil Yogi Parama, Erlinda Ningsih, Yustia Wulandari Mirzayanti Teknik-Kimia ITATS,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. KARAKTERISTIK BATUBARA Sampel batubara yang digunakan dalam eksperimen adalah batubara subbituminus. Dengan pengujian proksimasi dan ultimasi yang telah dilakukan oleh
Lebih terperinciANALISIS KARATERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT dengan VARIASI BAHAN PEREKAT (BINDER) KANJI dan TAR MENGGUNAKAN METODE
ANALISIS KARATERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT dengan VARIASI BAHAN PEREKAT (BINDER) KANJI dan TAR MENGGUNAKAN METODE TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai
Lebih terperinciStudi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 1, Januari 2013 Hal. 27-35 Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi Hijrah Purnama Putra 1)
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.
Lebih terperinciOPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET * DWI SANDRI 1, FAJAR SAPTA HADI 1 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di : 1. Observasi lapang di sentra produksi pertanian dan/atau industri penghasil limbah padat pertanian yang berada di sekitar
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN SERBUK BRIKET YANG TERBUAT DARI BATUBARA DAN JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN
PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN SERBUK BRIKET YANG TERBUAT DARI BATUBARA DAN JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN Sudiro, Sigit Suroto Mesin Otomotif Politeknik Indonusa Surakarta email: polinus@poltekindonusa.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan bakar minyak dan gas semakin penting dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karena nya, kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rendemen Arang Briket Tempurung Kelapa Nilai rata-rata rendemen arang bertujuan untuk mengetahui jumlah arang yang dihasilkan setelah proses pirolisis. Banyaknya arang
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA
PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciAnalisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi
Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Eddy Elfiano, N. Perangin-Angin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi
Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses dan Non Dylla Chandra Wilasita (2309105020) dan Ragil Purwaningsih (2309105028) Pembimbing:
Lebih terperinciKELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF. Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *)
KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *) Abstrak Pemanfaatan Limbah Padat Pabrik Gula (Blotong) selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan
Lebih terperinciOleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.
Karakterisasi Proses Gasifikasi Downdraft Berbahan Baku Sekam Padi Dengan Desain Sistem Pemasukan Biomassa Secara Kontinyu Dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Dimas Setiawan (2105100096) Pembimbing :
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM
PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM Untung Surya Dharma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biomassa Biomassa didefinisikan sebagai bahan organik, tersedia secara terbarukan, yang diproduksi langsung atau tidak langsung dari organisme hidup tanpa kontaminasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH
PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH Oleh : ASHARI HUTOMO (2109.105.001) Pembimbing : Dr. Bambang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Energi merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia dewasa ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar diwaktu yang akan datang baik dalam rangka penyediaan
Lebih terperinciKonsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak
Konsumsi BB yang meningkat SDA semakin menipis Pencarian BB alternatif Biobriket Yang ramah lingkungan Jumlahnya Banyak Kulit kacang dan serbuk gergaji yang digunakan berasal dari limbah home industri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu : 1. Pengambilan bahan baku sampah kebun campuran Waktu : 19 Februari 2016
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA
PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA Amin Sulistyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sentra industri sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang semakin meningkat sehingga
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN CHAR HASIL PYROLISIS SAMPAH KOTA TERSELEKSI SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Teknik
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN CHAR HASIL PYROLISIS SAMPAH KOTA TERSELEKSI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Teknik Oleh : WAHYU KARTIKO ADI NIM. I1412020 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS 1
JURNAL TEKNIK POMITS 1 Kajian Eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi Instan Dan Kulit Kopi (Studi Kasus Di Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia) Wahyu Kusuma A, Sarwono
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan
Lebih terperinciJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.
ANALISIS KARATERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT dengan VARIASI BAHAN PEREKAT (BINDER) KANJI dan TAR MENGGUNAKAN METODE THERMOGRAVIMETRI ANALYSIS (TGA) Novi Caroko1, a *, Wahyudi2,b
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ANALISIS KARAKTERISTIK SAMPEL Salah satu sampel yang digunakan pada eksperimen ini adalah batubara jenis sub bituminus yang berasal dari Kalimantan. Analisis proksimasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI
TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar merupakan suatu materi di mana apabila dipanaskan pada suhu tertentu disertai oksidasi dengan oksigen (O 2 ) akan terjadi proses pembakaran. Produk hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciMAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA
MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa Oleh : Nama
Lebih terperinciANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Paisal 1), Muhammad Said Karyani. 2) 1),2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA Amin Sulistyanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A.Yani Tromol Pos1 Pabelan Kartasura ABSTRAK
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI Subroto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura ABSTRAK Dewasa ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU
SNTMUT - 214 ISBN: 978-62-712--6 ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU Eddy Elfiano, M. Natsir. D, Doni Indra Program Studi Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium
Lebih terperinciLampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar
Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber
Lebih terperinciEFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *
EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA Suhartoyo 1*, Sriyanto 1 1 Jurusan Teknik Mesin Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. * Email : suhartoyosolo@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Energi Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakterisasi Briket Arang Pengujian karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, dekomposisi senyawa volatil, kadar karbon terikat, kerapatan dan nilai kalor.
Lebih terperinciMAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN
MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat
81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel
Lebih terperinciANALISA PROKSIMAT DAN NILAI KALOR PADA BRIKET BIOARANG LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU ABSTRAK ABSTRACT
Analisa Proksimat Dan Nilai Kalor Briket Bioarang Ampas Tebu Dan Arang Kayu ANALISA PROKSIMAT DAN NILAI KALOR PADA BRIKET BIOARANG LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU Eddy Elfiano 1, Purwo Subekti 2, Ahmad
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO Ahmad Fauzul A (2311 030 053) Rochmad Onig W (2311 030 060) Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI Subroto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A.Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura ABSTRAK
Lebih terperinciMEKANIKA 21 Volume 14 Nomor 1, September 2015
MEKANIKA 21 KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BAHAN PEREKAT (BINDER) DAN BAHAN BAKU BRIKET TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE THERMOGRAVIMETI
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciA. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah
A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET
KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET Siti Hosniah*, Saibun Sitorus dan Alimuddin Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciSTUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA
STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Kampus Limau Manis-Padang 2516 Email: renny.ekaputri@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI KARAKTERISASI GASIFIKASI BIOMASSA SERPIHAN KAYU PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO (AFR) DAN UKURAN BIOMASSA OLEH : FERRY ARDIANTO (2109 105 039)
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara
BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG BERBAHAN BAKU SAMPAH KOTA DENGAN ANALISA TERMOGRAVIMETRY
KARAKTERISTIK PEBAKARAN BRIKET ARANG BERBAHAN BAKU SAPAH KOTA DENGAN ANALISA TEROGRAVIETRY Yudi Setiawan Jurusan Teknik esin, Universitas Bangka Belitung Jl.erdeka no. 04 Pangkalpinang E-mail : yudiubb@yahoo.co.id
Lebih terperinciAnalisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif
Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif Digdo Listyadi Setyawan, 1 Nasrul Ilminnafik 2, Hary Sutjahjono 3 1,2,3) Program Studi Teknik Mesin
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan bahwa berdasarkan asalnya limbah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Limbah organik yaitu sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang bergerak menjadi sebuah negara industri. Sebagai negara industri, Indonesia pasti membutuhkan sumber energi yang besar yang bila tidak diantisipasi
Lebih terperinciBriket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)
Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells) Rhoisyatul Amilia 2307.100.129 Oleh: Septian Era Yusindra 2307.100.142 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl. EST Laboratorium
Lebih terperinci