BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Siska Glenna Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Energi merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia dewasa ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar diwaktu yang akan datang baik dalam rangka penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pelesatarian sumber daya energi, pembangunan nasional serta pembangunan daerah. Situasi energi di Indonesia tidak terlepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia yang makin meningkat menimbulkan kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumber energi silih (alternatif) untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu perlu untuk mengidentifikasi sektor mana yang dapat dimanfaatkan sumber daya energi silih (Kadir, 1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya karena minyak merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam. Oleh karena itu, sektor-sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat mungkin menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara, panas bumi, listrik tenaga air, dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar (Reksohadiprojo, 1998). 6
2 2.2 Bahan Bakar Bahan bakar adalah istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat alami dan dapat juga bersifat buatan. Bahan bakar alami misalnya, kayu bakar, batubara dan minyak bumi. Bahan bakar buatan misalnya, gas alam cair dan listrik. Sebenarnya, listrik tidak dapat disebut sebagai bahan bakar karena langsung mengahsilkan panas. Panas inilah yang sebenarnya dibutuhkan manusia dari proses pembakaran, disamping cahaya akibat nyalanya (Ismun, 1993). Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan bakar makin lama makin mahal. Makin tinggi teknologi yang digunakan untuk mengolah bahan bakar, maka makin mahal harganya. Demikian pula, makin langka bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan bahan bakar. Maka harganya akan semakin mahal. Akibat langsung jika menggunakan bahan bakar semacam ini adalah biaya hidup tinggi sehingga tidak banyak orang yang mampu memanfaatkannya. Gas alam yang dicairkan, misalnya LNG tidak banyak terjangkau oleh masyarakat desa atau pedagang-pedagang kecil yang memerlukan bahan bakar (Anonimous, 2000). Konsumsi energi bagi manusia merupakan suatu masalah besar dimana sumber energi banyak digunakan sekarang yaitu minyak bumi dan batubara yang cadangannya makin menipis. Oleh sebab itu, penghematan konsumsi energi bagi umat manusia perlu ditanggulangi guna penyelamatan kebutuhan hidup masa datang. Hal ini bisa terjadi terutama di negara-negara berkembang (Nusyirwan dan Nuryetti, 1987). Pengetahuan mengenai sifat bahan bakar membantu dalam memilih bahan bakar yang benar untuk keperluan yang benar dan untuk penggunaan bahan bakar yang efisien. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk mengkaji sifat dan kualitas bahan bakar (Reksohadiprojo, 1998). Jadi untuk melakukan pembakaran diperlukan dua unsur, yaitu : a. Bahan bakar b. Oksigen 7
3 Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan, penyimpanan, handling, dan lain-lain. 1) Bahan bakar padat Bahan bakar padat yang terdapat dibumi kita ini berasal dari zat-zat organik. Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain : Zat arang atau Karbon (C), zat lemas atau Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang (S), zat asam atau Oksigen (O) Abu dan Air yang kesemuanya itu terikat dalam satu persenyawaan kimia. 2) Bahan bakar cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya pada ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar. 3) Bahan bakar gas Didalam tanah banyak terkandung : Gas Bumi (Petrol Gas) atau sering disebut pula dengan gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan minyak bumi, gas tambang, dan gas rawa CH4 (Methane). Seperti halnya dengan minyak bumi, gas alam tersebut diperoleh dengan jalan pengeboran dari dalam tanah, baik di daratan maupun pada lepas pantai terhadap lokasilokasi yang diduga terdapat kandungan gas alam. 2.3 Biomassa Definisi Biomassa dan Pelet Biomassa Biomassa merupakan bahan yang potensial untuk menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat melalui suatu proses konversi baik secara fisik, kimiawi, biologis, ataupun enzimatis untuk energi (bioetanol). Ketersediaan biomassa yang merupakan bahan terbarukan cukup melimpah, baik berupa hasil penanaman maupun berupa limbah. Sumber-sumber untuk membuat energi biomassa itu sendiri bisa berasal dari tumbuh-tumbuhan yang 8
4 mengandung selulosa, seperti kayu, cangkang sawit, sekam padi, tebu, dan lain-lain (Erlich, 2005). Suatu perubahan (konversi) dari suatu biomassa menjadi bentuk lainnya yang melibatkan keadaan fisik dari bahan tersebut. Konversi fisika meliputi penggerusan, penggerindaan, dan pengukusan untuk mengurai struktur biomassa dengan tujuan meningkatkan luas permukaan sehingga proses selanjutnya, kimia, termal, dan biologi bisa dipercepat. Proses ini juga meliputi pemisahan, ekstraksi, penyulingan, dan sebagainya untuk mendapatkan bahan berguna dari biomassa serta proses pemapatan, pengeringan, atau kontrol kelembaban dengan tujuan membuat biomassa lebih mudah diangkut dan disimpan. Teknologi konversi fisika sering digunakan pada perlakuan pendahuluan untuk mempercepat proses utama (Ismun, 1993). Pelet telah diproduksi sejak seabad yang lalu dengan menggunakan panas dan tekanan sehingga pelet berbentuk silindris, dapat diproduksi dari berbagai materi untuk tujuan yang berbeda-beda. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelet adalah densitasnya yang maksimal sekitar 40 lbs/ft 3, mengalir seperti cairan dan ideal dipergunakan untuk sistem yang otomatis, dapat digunakan pada kompor dan boiler, dapat digunakan dalam aplikasi berskala kecil maupun besar, mudah untuk ditangani, disimpan, dan ditransportasikan, serta meningkatkan karakteristik pembakaran dari bahan baku yang dipergunakan ( Gambar pelet biomassa dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Pelet Biomassa (Lit: 26) 9
5 Peletisasi biomassa merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan penanganan, transportasi, pengubahan yang lebih mudah, dan penyimpanan sewaktu-waktu (Erlich, 2005). Untuk menghasilkan pelet biomassa yang memiliki kualitas yang baik, tahapan prosesnya dideskripsikan dalam skema pada Gambar 2.2 sebagai berikut: Penyiapan bahan baku 1 Pengayakan 2 4 Pencampuran 3 Pembuatan Pelet Pengeringan 5 Pengujian Gambar 2.2 Skema proses produksi pelet biomassa (Lit: 26) Serbuk Kayu Serbuk kayu adalah serbuk kayu dari jenis kayu yang sembarang diperoleh dari limbah ataupun sisa yang terbuang dari jenis kayu dan dapat diperoleh ditempat pengolahan kayu ataupun industri kayu. Serbuk ini biasanya terbuang percuma ataupun dimanfaatkan untuk bahan pembuatan obat nyamuk. Maka dicari alternatif untuk membuat limbah gergaji kayu lebih bermanfaat dalam penggunaannya (Effendi, 2005). 10
6 Gambar 2.3 Serbuk Kayu Limbah pengolahan kayu dapat digunakan untuk beberapa keperluan dan dapat dibedakan menjadi : kulit kayu, potongan kayu, serpihan dan serbuk hasil gergaji. Limbah kayu dapat terjadi di industri penggergajian, yang terdiri atas kayu-kayu dari berbagai bentuk dan ukuran yang pemanfaatannya belum secara optimal, pada umumnya banyak dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Berdasarkan Departemen Kehutanan (2000) produksi kayu gergajian di Sumatera Utara pada tahun 2006 mencapai m 3. Dengan asumsi bahwa produksi limbah kayu gergajian sebesar 50% dan serbuk gergajian sebesar 15% (Departemen Kehutanan 1998/1999, dalam Pari, 2002) maka besarnya limbah kayu gergajian yang dihasilkan adalah sebesar m 3 dan produksi serbuk gergajian yang dihasilkan sebesar 9.992,4 m Tandan Kosong Kelapa Sawit Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah industri minyak sawit yang jumlahnya cukup banyak dan mengandung serat yang cukup banyak serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut, hasil penelitian, 1 hektar kebun kelapa sawit bisa menghasilkan 1,5 ton TKS kering atau 2,64 TKS (kadar air 50%) per tahun (Anonim, 2005). 11
7 Gambar 2.4 Tandan Kosong Kelapa Sawit Pemanfaatan TKS sebagai sumber energi berupa pelet biomassa akan memberikan keuntungan secara finansial dan juga akan membantu di dalam pelestarian lingkungan. Ditinjau dari karakteristik bahan baku, jika dibandingkan dengan cangkang kelapa sawit, cangkang kelapa sawit memiliki banyak kemiripan. Perbedaan yang mencolok yaitu pada kadar abu yang biasanya mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh cangkang kelapa sawit. Tabel 2.1 Kandungan proksimat cangkang kelapa sawit (Lit: 22) Parameter Hasil (%) Kadar air (moisture in analysis) 7.8 Kadar abu (ash content) 2.2 Kadar yang menguap (volatile matter) 69.5 Karbon aktif murni (fixed carbon) 20.5 (Sumber: Nugraha dan Rahmat, 2008) Briket Arang Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, dimana 12
8 bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik manual selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002). Gambar 2.5 Briket Arang Briket arang juga disebut arang kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara mengempa campuran serbuk dengan bahan perekat. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan briket adalah arang kayu atau kayu yang berukuran kecil yang diperoleh dari limbah industri penggergajian tau industri perkayuan. Tsoumis (1991), mengemukakan bahwa briket juga terbuat dari residu berkarbon, dan digunakan untuk pembakaran dan kegunaan lain yang berhubungan. Pada beberapa produk, bahan tambahan diperlukan, seperti lilin untuk menambah pembakaran, dan substansi lainnya untuk memberikan bau yang menyenangkan dan warna yang seragam. Arang dalam bentuk briket memiliki kelebihan dibandingkan dalam bentuk arang, yakni : 1. Memperbesar rendemen pada pembuatan arang karena arang yang diperoleh dapat dipergunakan dalam pembuatan briket arang. 2. Bentuknya seragam dan lebih padat atau memperkecil tempat penyimpanan dan transportasi. 3. Kualitas pembakaran lebih baik apabila digunakan tambahan yang sesuai 4. Lebih menguntungkan karena pada umumnya 40% terdiri dari bahan baku arang yang nilainya lebih rendah dari arang. 5. Bahan baku tidak terikat pada satu jenis kayu, hampir segala jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan pembuatan briket arang. 13
9 Karakteristik briket arang yang terbuat dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan cangkang sawit sangat berbeda. Briket arang TKKS memiliki kadar abu yang lebih tinggi, sedangkan kadar kalor dan karbon terikatnya lebih rendah. Ditinjau dari segi kalor, kedua briket arang tersebut telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk briket arang kayu yaitu minimal 5000 kalori/gram. Tabel 2.2 Kandungan proksimat briket dari tandan kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit (Lit: 22) Karakteristik Briket Arang Tandan Kosong Kelapa Sawit Briket Arang Cangkang Kelapa Sawit Kadar air, % 9,77 8,47 Kadar abu, % 17,15 9,65 Kadar yang menguap, % 29,03 21,10 Karbon aktif murni, % 53,82 69,25 Nilai kalor, kal/g (Sumber: Nugraha dan Rahmat, 2008) 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelet Lama Penyalaan Pelet Kecepatan pembakaran dipengaruhi oleh struktur bahan, kandungan karbon terikat dan tingkat kepadatan bahan. Jika pelet memiliki kandungan senyawa volatile (zat yang mudah menguap) yang tinggi, maka pelet akan mudah terbakar dengan kecepatan pembakaran yang tinggi (Jamilatun, 2008) Kadar Air Kadar air pelet adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam pelet dengan berat kering pelet tersebut. Kadar air berhubungan langsung dengan nilai kalor. Kadar air tinggi mengakibatkan penurunan nilai kalor. Hal 14
10 ini diakibatkan oleh panas yang dihasilkan terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air dalam bahan bakar (Gandhi, 2010). Pengeringan adalah suatu proses penurunan kadar air suatu material sampai batas tertentu hingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum material itu digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dapat dikategorikan pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah kadar air awal material yang akan dikeringkan, sedangkan faktor eksternal dapat berupa suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara pengering. Temperatur atau suhu menyatakan kemampuan suatu benda untuk memberi atau menerima panas. Semakin tinggi suhu dan semakin rendah kelembaban udara pengering maka semakin besar kemampuan pengeringnya. Bila suhu pengering dinaikkan maka panas yang dibutuhkan untuk penguapan air material menjadi berkurang. Semakin tinggi udara pengering, semakin banyak uap air yang dapat dikeluarkan sebelum kejenuhan terjadi dan semakin banyak uap air yang dapat diangkut, maka proses pengeringan akan lebih cepat (Gandhi,2010). Suatu cara untuk menentukan kadar air dari material adalah metode oven. Prosedur yang biasa adalah dengan menimbang berat sejumlah material dan menempatkan material didalam satu set oven. Prosedur ini adalah dirancang untuk mengeluarkan seluruh kandungan air dalam sampel sama dengan berat mula-mula berat sampel akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah : 1. Laju pemanasan yaitu waktu yang diperlukan untuk memindahkan panas pada material. 2. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan tiap pound gram air. 3. Suhu maksimum pada material. 4. Tekanan pada saat terjadinya penguapan. 5. Perubahan lain yang mungkin terjadi didalam material selama proses penguapan berlangsung. 15
11 Kadar air pelet diharapkan serendah mungkin agar nilai kalornya tinggi dan mudah dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas pelet yang dihasilkan. Semakin rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya. Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan akan menurun, karena energi yang dihasilkan banyak terserap untuk menguapkan air (Jamilatun, 2008). rumus : Perhitungan kadar air menggunakan standar ASTM D dengan Kadar Air = W1 W2 W1 Dimana : W1 = Berat mula-mula (gr) x 100%...(2.1) W2 = Berat setelah dikeringkan (gr) Nilai Kalor Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan saat bahan menjalani pembakaran sempurna atau dikenal sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui rasio komponen dan jenisnya serta rasio unsur didalam biomassa itu sendiri (Jamilatun, 2008). Nilai kalor sangat menentukan kualitas pelet. Semakin tinggi nilai kalor maka semakin baik kualitas pelet yang dihasilkan. Kadar air, kadar abu, volatile matter yang rendah dapat meningkatkan nilai kalor. Kandungan kadar karbon yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor. Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan pelet. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gandhi (2010), yaitu semakin banyak komposisi perekat, nilai kalornya semakin rendah. Ini dikarenakan bahan perekat memiliki sifat termoplastik serta sulit terbakar dan membawa lebih banyak air, sehingga panas yang dihasilkan terlebih dahulu digunakan menguapkan air dalam pelet. Semakin tinggi nilai kalor, semakin 16
12 baik kualitas pelet yang dihasilkan. Semakin besar nilai kalor maka kecepatan pembakaran semakin lambat. Penelitian ini menggunakan Oxygen Bomb Calorimeter yang dilakukan di Laboratorium Motor Bakar, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,USU. Setelah diketahui besar kadar air lalu diukur kualitas nilai bakar dari pelet tersebut dengan Oxygen Bomb Calorimeter. Cara pengujian kualitas nilai bakar dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Tabung bomb dibersihkan terlebih dahulu sebelum dan sesudah pengujian dilakukan. 2. Pelet biomassa ditimbang sebesar 0,20 gram. 3. Siapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya dan memasangnya pada tangkai penyala yang terpasang pada penutup bomb. 4. Lalu tempatkan cawan berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala. 5. Kemudian tutup bomb dengan kuat, setelah dipasang ring-o dengan memutar penutup tersebut. 6. Lalu oksigen diisikan ke dalam bomb dengan tekanan 30 bar. 7. Kemudian tempatkan bomb yang telah terpasang didalam kalorimeter. 8. Setelah itu masukkan air pendingin sebanyak 1250 ml. 9. Kemudian tutup kalorimeter dengan alat penutupnya. 10. Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 menit sebelum penyalaan dilakukan, baca dan catat temperatur air pendingin. 11. Kemudian hidupkan penyalaan (gunakan tombol yang kanan), air pendingin terus diaduk selama 5 menit setelah penyalaan berlangsung. 12. Kemudian baca dan catat kembali temperatur akhir air pendingin, lalu matikan pengaduk. 13. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut untuk suatu bahan bakar yang diuji dan diukur, dimana hasil pengujiannya adalah harga rata-rata dari hasil ketiga pengukuran yang dilakukan. Perhitungan : Temperatur air pendingin sebelum penyalaan = T 1 17
13 Temperatur air pendingin setelah penyalaan = T 2 Dimana T 2 >T 1 Panas Jenis Bomb Calorimeter = 73529,6 (Joule/g o C) Kenaikan temperatur akibat kawat penyalaan = 0,05 o C Kenaikan temperatur adalah = (T 2 T 1 0,05) o C Nilai panas (HHV) = (T 2 T 1 0,05) x Cv (KJ/kg) HHV = HHVi (kj/kg) 5 LHV = HHV (M + 9H 2 ) kj/kg LHV = Low Heating Value HHV = High Heating Value HHVi = Jumlah pengukuran nilai kalor sebanyak ulangannya Kadar Bahan Mudah Terbakar dan Menguap Besarnya kadar bahan mudah terbakar dan menguap (volatile matter) mempunyai hubungan terbalik dengan kadar karbon terikat. Semakin tinggi kandungan volatile matter dalam pelet maka kadar karbon terikat semakin rendah, sehingga menurunkan nilai kalor(jamilatun, 2008). Kadar bahan mudah terbakar dan menguap (volatile matter) atau sering disebut dengan zat terbang, berpengaruh terhadap pembakaran pelet. Semakin banyak kandungan kadar bahan mudah terbakar dang menguap pada pelet maka pelet semakin mudah untuk terbakar (Jamilatun, 2008). Perhitungan kadar bahan mudah terbakar dan menguap menggunakan standar ASTM D dengan rumus : VCm = D C x 100%...(2.2) D C = A B 18
14 Dimana : VCm = Volatile Combustible Matter (%) D = Berat sample (gr) C = Berat zat sisa pembakaran (gr) B = Berat crucible kosong (gr) A = Berat zat sisa pembakaran + berat crucible (gr) Kadar Abu Abu adalah bahan yang tersisa apabila kayu dipanaskan hingga berat konstan. Kadar abu ini sebanding dengan kandungan bahan anorganik didalam kayu. Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai kalor (Onu, 2010). Abu merupakan bagian yang tersisa dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas pelet karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor pelet. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu dapat ditentukan dengan pengoksidasian zat pada suhu yang tinggi. Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan dahulu, karena jika kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi juga. Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut krus yang terbuat dari porselin, silika, quart, nikel, atau platina. Penggunaan krus porselin sangat luas, karena dapat mencapai berat konstan yang cepat dan murah tetapi mempunyai kelemahan sebab mudah pecah pada perubahan suhu yang mendadak. Wadah yang terbuat dari nikel tidak dianjurkan karena dapat bereaksi dengan bahan membentuk nikelkarbonil bila produk banyak mengandung karbon. Pengabuan dilakukan dengan muffle yang dapat diatur suhunya, tetapi bila tidak tersedia dapat menggunakan pemanas bunsen.pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh 19
15 sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit (Sudarmadji, 1989). Perhitungan kadar abu pelet menggunakan standar ASTM D dengan rumus : Kadar Abu = A B x 100%...(2.3) C Dimana : A = bobot crucible + Abu B = bobot crucible kosong C = bobot pelet Kadar Karbon Terikat Kadar karbon terikat menunjukkan jumlah zat dalam biomassa kandungan utamanya adalah karbon, hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak terbawa dalam bentuk gas. Kandungan selulosa dalam kayu akan mempengaruhi besarnya kadar karbon terikat dalam pelet. Semakin besar kandungan selulosa menyebabkan kadar karbon terikat semakin besar, hal ini dikarenakan komponen penyusun selulosa adalah karbon. Kadar karbon pelet menentukan kualitas pelet. Kadar karbon terikat yang tinggi menunjukkan kualitas yang baik. Semakin tinggi kandungan kadar karbon terikat maka nilai kalor yang dihasilkan tinggi (Saputro, 2008). Perhitungan kadar karbon terikat pelet menggunakan standar ASTM D dengan rumus : Rumus : FC + VCM + KA + Kab = 100% FC = 100% - KA Kab VCM...(2.4) Dimana = FC = Kadar Karbon Terikat (%) KA = Kadar Air (%) 20
16 KAB = Kadar Abu (%) VCM = Kadar Zat Mudah Menguap dan Terbakar (%) Laju Pembakaran Pelet Laju pembakaran pelet adalah kecepatan pelet habis sampai menjadi abu dengan berat tertentu. Perhitungan laju pembakaran dengan menggunakan rumus : LP = W t...(2.5) Dimana : LP = Laju pembakaran (gr/detik) W = Massa pelet (gr) t = Waktu sampai pelet habis (detik) Efisiensi Efisiensi pelet diperoleh dengan menggunakan nilai kalori pada masing-masing perlakuan komposisi. Perhitungan efisiensi dengan menggunakan rumus : η = Qout Qin...(2.6) Dimana : Qout = Jumlah total energi untuk memasak air (J) Qin = Nilai kalor dari berat pelet yang digunakan (J) Energi untuk memasak air merupakan nilai kalor atau panas yang dihasilkan pelet sampai air mendidih atau sampai suhu tertentu dengan menggunakan rumus : Q = m. c. t 21
17 Dimana : Q = Jumlah panas untuk mendidihkan air (Joule) c = Panas jenis air (kj/kg.k) m = Massa pelet (kg) t = Kenaikan suhu ( 0 C) Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar adalah jumlah kebutuhan bahan bakar yang digunakan selama proses pembakaran berlangsung. Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan menggunakan rumus : w = LP x t...(2.7) Dimana : w = Konsumsi bahan bakar (gr) Lp = Laju pembakaran (gr/detik) t = Waktu yang dibutuhkan (detik) Kebutuhan Udara Pembakaran Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna yang meliputi : a. Kebutuhan udara teoritis Kebutuhan udara bahan bakar teoritis menunjukkan kebutuhan udara minimum untuk pembakaran sempurna suatu bahan bakar. Kebutuhan ini dapat ditentukan dengan analisis ultimate begitu terbakar. Kebutuhan ini dapat dihitung sebagai berikut : Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgbb 22
SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma
Lebih terperinciA. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku
A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 1 Uji 2 Uji 3 1. Kadar Air (%) 4,5091 4,7212 4,4773 5,3393 5,4291 5,2376 4,9523 2. Parameter Pengujian Kadar
Lebih terperinciA. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah
A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan
Lebih terperinciLampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar
Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa
Lebih terperinciANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH
ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH Hidro Andriyono 1), Prantasi Harmi Tjahjanti 2) 1,2) Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Jalan Raya Gelam
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Densitas Densitas atau kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume briket. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan penyusun
Lebih terperinciStudi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 1, Januari 2013 Hal. 27-35 Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi Hijrah Purnama Putra 1)
Lebih terperinciKarakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri
EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,
Lebih terperinciANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM
ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen
Lebih terperinciPEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK
p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK
Lebih terperinciANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT
ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT Oleh : Harit Sukma (2109.105.034) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan
Lebih terperinciAnalisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi
Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Eddy Elfiano, N. Perangin-Angin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Uji proksimat merupakan sifat dasar dari bahan baku yang akan digunakan sebelum membuat briket. Sebagaimana dalam penelitian ini bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya
PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya ABSTRAK Sekarang ini minyak tanah sangat sulit untuk didapatkan dan kalaupun ada maka
Lebih terperinciLampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku
Lampiran I Data Pengamatan 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku No. Parameter Bahan Baku Sekam Padi Batubara 1. Moisture (%) 10,16 17,54 2. Kadar abu (%) 21,68 9,12 3.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu : 1. Pengambilan bahan baku sampah kebun campuran Waktu : 19 Februari 2016
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan bakar minyak dan gas semakin penting dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karena nya, kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak dan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,
Lebih terperinciANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Paisal 1), Muhammad Said Karyani. 2) 1),2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO Ahmad Fauzul A (2311 030 053) Rochmad Onig W (2311 030 060) Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional
Lebih terperinciOLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.
PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun
Lebih terperinciGambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET
KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET Siti Hosniah*, Saibun Sitorus dan Alimuddin Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciFarel H. Napitupulu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT USU. m& = konsumsi bahan bakar (kg/s) LHV = low heating value (nilai kalor bawah) (kj/kg)
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 PENGARUH NILAI KALOR (HEATING VALUE) SUATU BAHAN BAKAR TERHADAP PERENCANAAN VOLUME RUANG BAKAR KETEL UAP BERDASARKAN METODE PENENTUAN NILAI KALOR
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakterisasi Briket Arang Pengujian karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, dekomposisi senyawa volatil, kadar karbon terikat, kerapatan dan nilai kalor.
Lebih terperinciDaun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif
Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif Ariyanto Politeknik ATI Makassar ariyantoresearcher@gmail.com Abstrak Daun jati dan daun kakao sangat berlimpah di indonesia pada umumnya dan di
Lebih terperinciSTUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA
STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Kampus Limau Manis-Padang 2516 Email: renny.ekaputri@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciOPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET * DWI SANDRI 1, FAJAR SAPTA HADI 1 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinci(Maryati Doloksaribu)
Pembuatan Briket Arang Dari Tanah Gambut Pengganti Kayu Bakar (Maryati Doloksaribu) Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah : (1). Untuk membuat briket arang dari tanah gambut (2). Untuk mengetahui nilai
Lebih terperinciMAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN
MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
Lebih terperinciBRIKET KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sagu) MENGGUNAKAN PEREKAT TAPIOKA DAN EKSTRAK DAUN KAPUK (Ceiba pentandra) Nurmalasari, Nur Afiah
Jurnal Dinamika, April 2017, halaman 1-10 P-ISSN: 2087-889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 08. No.1 BRIKET KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sagu) MENGGUNAKAN PEREKAT TAPIOKA DAN EKSTRAK DAUN KAPUK (Ceiba pentandra)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Analisis proksimat adalah salah satu teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik biobriket. Analisis proksimat adalah analisis bahan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET
RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET Muhammad Taufik 1), Adi Syakdani 2), Rusdianasari 3), Yohandri Bow 1),2),3 ), 4) Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS 1
JURNAL TEKNIK POMITS 1 Kajian Eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi Instan Dan Kulit Kopi (Studi Kasus Di Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia) Wahyu Kusuma A, Sarwono
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS
ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciKonsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak
Konsumsi BB yang meningkat SDA semakin menipis Pencarian BB alternatif Biobriket Yang ramah lingkungan Jumlahnya Banyak Kulit kacang dan serbuk gergaji yang digunakan berasal dari limbah home industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Abstrak Senadi Budiman, Sukrido, Arli Harliana Jurusan Kimia FMIPA UNJANI Jl.
Lebih terperinciKarakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 15 Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Danang Dwi Saputro Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Abstrak : Potensi biomass
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di : 1. Observasi lapang di sentra produksi pertanian dan/atau industri penghasil limbah padat pertanian yang berada di sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat buah kelapa sawit (mesocarp), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya digunakan
Lebih terperinciAditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ANALISA KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI PEREKAT DAN TEMPERATUR DINDING TUNGKU 300 0 C, 0 C, DAN 500 0 C MENGGUNAKAN METODE HEAT FLUX CONSTANT (HFC) Aditya Kurniawan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rendemen Arang Briket Tempurung Kelapa Nilai rata-rata rendemen arang bertujuan untuk mengetahui jumlah arang yang dihasilkan setelah proses pirolisis. Banyaknya arang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG
KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG Yudi Setiawan Jurusan Teknik Mesin, Universitas Bangka Belitung Jl.Merdeka no. 04 Pangkalpinang
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20
TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari
28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%
TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU
KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU Erna Rusliana M. Saleh *) Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas Khairun Jln. Raya Pertamina, Gambesi, Ternate,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan bahwa berdasarkan asalnya limbah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Limbah organik yaitu sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sentra industri sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang semakin meningkat sehingga
Lebih terperinciANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU
SNTMUT - 214 ISBN: 978-62-712--6 ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU Eddy Elfiano, M. Natsir. D, Doni Indra Program Studi Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Dwi Irawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro (0725) 42445-42454
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan peningkatan perekonomian menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia. Sementara produksi energi khususnya
Lebih terperinciBriket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)
Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells) Rhoisyatul Amilia 2307.100.129 Oleh: Septian Era Yusindra 2307.100.142 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl. EST Laboratorium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu sumberdaya alam
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA
PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI
TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu
PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan vital manusia karena dengan adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat ini energi yang banyak
Lebih terperinciSTUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN. Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah
STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Lebih terperinciRatna Srisatya Anggraini ( )
EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH KEBUN Oleh : Ratna Srisatya Anggraini (3305 100 053) Dosen Pembimbing: Prof. DR. YULINAH TRIHADININGRUM, MAppSc
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat
81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING. Oleh Emilia Usman
PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul Karakterisasi Briket campuran Arang Tempurung Kelapa dan Serbuk Kayu sebagai Bahan bakar Alternatif Ramah Lingkungan Oleh Emilia Usman 441 410 057 Telah diperiksa
Lebih terperinciSTUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG
Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG 1 Enny Sholichah dan 2 Nok Afifah 1,2 Balai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Kata Biomassa terdiri atas bio dan massa, dan istilah ini mula-mula digunakan dalam bidang ekologi untuk merujuk pada jumlah hewan dan tumbuhan. Setelah
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK
PKMM-1-13-1 RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK Yuli Dwi Gunarso, Emi Susanti, Sri Nanik Sugiyarmi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik Industri Universitas Negeri Gorontalo Kota Gorontalo, sedangkan sasaran untuk penelitian ini yaitu untuk
Lebih terperinciDATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN L1.1 DATA PENGAMATAN NILAI KALOR Ukuran Partikel (Mesh) 10 42 60 Tabel L1.1 Data Pengamatan Nilai Kalor Perbandingan Nilai kalor Eceng Gondok : Tempurung Kelapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang bergerak menjadi sebuah negara industri. Sebagai negara industri, Indonesia pasti membutuhkan sumber energi yang besar yang bila tidak diantisipasi
Lebih terperinciUJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA
UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA Agung Sudrajad 1), Imron Rosyadi 1), Diki Muhammad Nurdin 1) (1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinciPemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat
Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat Muzakir MT *, Muhammad Nizar, Cut Safarina Yulianti Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Serambi
Lebih terperinci