PENGARUH PENGENCERAN ASAM SULFOSALYSIL TERHADAP PEMERIKSAAN POSITIF PROTEIN URIN
|
|
- Dewi Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PENGENCERAN ASAM SULFOSALYSIL TERHADAP PEMERIKSAAN POSITIF PROTEIN URIN Rahma W, S.Si, M.Kes. Prodi D3 Analis Kesehatan UM Surabaya Abstract The examination of urinary protein, there are several kinds of methods that can be used is 20% sulfosalysil acid method, stick, acetate acid, bence jones, and Esbach. Sulfosalysil acid method is a non-specific indicator, the method is sensitive to the protein in a concentration of 0.002%. In the laboratory there are health centers that use sulfosalysil acid reagent for examination of urinary protein, in addition to using a stick of urine (strip dye). Reagent consumption is expected to have economic value, it is necessary dilution reagent. Dilution reagent can reduce the level of Corrosiveness to laboratory personnel, the smaller the concentration of reagent concentrations the less the level of corrosive. So it apost prandialears a formulation of the problem in this research is "Are there sulfosalysil acid dilution effect of the positive examination of urinary protein?". This type of research used in writing this paper is an experimental study. The population in this study were patients with positive urine protein urine in hospitals Dr.Soetomo Surabaya in the first week of June Samples were taken from patients with positive urine protein urine in hospitals Dr.Soetomo Surabaya in the first week of June 2011 were taken randomly. To supost prandialort this research, we used a statistical test friedman test, the results obtained friedman test p = So there is no significant difference between giving a urine protein levels sulfosalysil acid 20%, 15%, 10%, 5%, and 1%. In this test, from acid dilution sulfosalysil same statistical results obtained, it is caused by the acid-sensitive protein sulfosalysil in a concentration of 0.002%. Therefore, when the protein concentration <0.002% then sulfosalysil acid can not detect the presence of protein in the urine. To strengthen the results, it can be seen the formation of precipitates. Key word: sulfosalycil acid, urine protein
2 1. Pendahuluan Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mengatur keseimbangan air, mengatur konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan, asam basa darah dan ekskresi bahan buangan serta kelebihan garam. Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik. Selain membersihkan tubuh dari zat sampah bernitrogen dan hasil metabolisme, ginjal dengan cepat melaksanakan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bagian dari ginjal melakukan fungsi tertentu, sehingga penyakit ginjal dapat diketahui. Ada beberapa kelainan yang sering terjadi pada penyakit ginjal, misalnya ditemukan adanya protein dalam urine, leukosit, dan sel darah merah. Protein dalam urine dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih besar daripada normal dan sebagian besar protein ini berupa albumin (Ganong, 2000). Uji protein merupakan uji kuantitatif untuk proteinuria. Normalnya, membran glomerulus hanya melewatkan protein dengan berat molekul rendah untuk masuk kedalam filtrat kemudian tubulus ginjal mereabsorpsi sebagian besar protein-protein ini hanya mengekresikan sejumlah kecil yang tidak terdeteksi oleh uji skrining. Membran kapiler glomerulus yang rusak dan gangguan reabsorpsi tubulus menyebabkan ekresi protein dalam urine. Pada penyakit ginjal sangat diperlukan pemeriksaan penunjang yang tepat, sehingga diagnosa penyakit ginjal terpenuhi. Pemeriksaan fungsi ginjal bertujuan untuk mendiagnosa kerusakan ginjal pada pasien yang mempunyai gangguan pada ginjal, atau menentukan derajat kerusakan fungsi ginjal yang diketahui sakit. Pemeriksaan urine terhadap protein dapat menunjukkan kelainan fungsi ginjal. Spesimen urine untuk pemeriksaan protein diperlukan spesimen urine yang segar (Gandasoebrata, 2007). Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan protein urine ada beberapa metode yaitu metode asam sulfosalysil 20 %, stick, asam acetat, bence jones, dan esbach.. pemeriksaan protein urine dengan menggunakn metode asam sulfosalysil 20% telah lama digunakan dalam
3 klinik sebagai pemeriksaan rutin patologi klinik. Meskipun dilaboratorium puskesmas sudah menggunakan metode stick dalam pemeriksaan protein urine, akan tetapi pada kondisi kehabisan stick, laboratorium puskesmas masih mengunakan metode asam sulfosalysil. Metode asam silfosalysil merupakan indikator non spesifik. Metode ini peka, terhadap protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan dengan asam sulfosalysil. Pemeriksaan protein dalam urine dengan menggunakan metode asam sulfosalysil 20% merupakan pemeriksaan yang paling murah, sederhana dan bermanfaat. Hingga saat ini pemeriksaan protein urine dengan metode asam sulfosalysil 20% masih digunakan di puskesmas-puskesmas dan beberapa klinik kecil serta klinik dan puskesmas yang berada di pedalaman dengan fasilitas yang kurang memadai. Didalam pemeriksaan laboratorium, pemakaian reagen sangat diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka diperlukan pengenceran reagen. Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, pengenceran reagen dapat mengurangi tingkat kekorosifan, semakin kecil konsentrasi kepekatan reagen semakin kecil pula tingkat korosif. Akan tetapi dalam pemeriksaan protein dalam urine, pengenceran asam sulfosalysil apakah berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan protein dalam urine atau tidak. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka penulis ingin meneliti tentang Pengaruh Pengenceran Asam Sulfosalysil Terhadap Pemeriksaan Positif Protein Urine. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan adalah Apakah ada pengaruh pengenceran Asam Sulfosalysil terhadap pemeriksaan positif protein urine?. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengenceran asam sulfosalysil terhadap pemeriksaan positif protein urine. Dan Untuk memeriksa secara laboratoris pengaruh pengenceran asam sulfosalysil terhadap pemeriksaan positif protein urine.
4 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah penelitian eksperimental yaitu merupakan penelitian yang dilakukan dengan suatu percobaan atau perlakuan yang dapat dilakukan di laboratorium, maupun di lapangan (Hidayat, 2010). Untuk mengetahui pengaruh pengenceran asam sulfosalysil terhadap pemeriksaan positif protein urine. Sebelumnya telah dilakukan uji pendahuluan yang telah diencerkan hingga 10%, untuk itu peneliti mengambil rentang pengenceran yang tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang urinenya positif protein urine di RSUD dr.soetomo Surabaya pada minggu pertama bulan Juni 2011 yang berjumlah 57 sampel protein urine. Sampel penelitian ini adalah pasien yang urinenya positif protein urine di RSUD dr.soetomo Surabaya pada minggu pertama bulan Juni 2011 yang diambil secara selektif. Setiap pasien rawat jalan diambil urinenya untuk diperiksa kadar proteinnya menggunakan metode stick, seteleh diketahui urine positif protein maka dilakukan penelitian dengan mencampurkan asam sulfosalysil 20% dengan beberapa perlakuan. Dalam menentukan besar sampel (replikasi) yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus : (t-1) (r-1)> 15, yang mana t adalah banyak kelompok perlakuan dan r adalah jumlah replikasi (Hidayat, 2010). Maka, jumlah sampel minimum adalah 6 sampel, Pengambilan sampel dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah dr.soetomo Surabaya dan pemeriksaan kadar protein dalam urine dilakukan di laboratorium klinik D3 Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari Juli Variabel bebas adalah besar pengenceran asam sulfosalysil. Pengenceran asam sulfosalysil adalah asam sulfosalysil 20% yang diencerkan menjadi 15 %, 10%, 5%, 1% yang akan digunakan untuk menentukan kadar protein. Variabel terikat adalah kadar protein urine. Kadar protein urine adalah jumlah kadar
5 protein urine yang diukur dengan metode asam sulfosalisyl 20% yang diencerkan menjadi 15 %, 10%, 5%, 1% dan dinyatakan dalam +, ++, +++, dan Data kadar protein dalam urine diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung terhadap sampel urine (data primer). Adapun langkah-langkah untuk pemeriksaan kadar protein dalam urine sebagai berikut, Untuk penentuan populasi menggunakan metode stick. Untuk perlakuan dalam sampel menggunakan metode asam sulfosalysil. 3. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian tentang perbedaan kadar protein urine antara pemberian 4 tetes asam sulfosalysil 20%, 15%, 10%, 5%, dan 1% pada 1 ml urine yang positif protein urine sebanyak 7 sampel, maka diperoleh hasil pemeriksaan sebagai berikut: Tabel 3.1. Data Hasil Pemeriksaan Kadar Protein Urinee Dengan Reagen Asam Sulfosalysil Kode Sampel Kontrol 20 % Pengenceran Asam Sulfosalysil 15% 10 5% 1% A B C D E F G Keterangan : Kadar Protein 1 = Positif (+) 2 = Positif (++) 3 = Positif (+++)
6 Untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan kadar protein urine terhadap pengenceran asam sulfosalysil yang terbagi menjadi 20%, 15%, 10%, 5%, dan 1 %, maka data dianalisis menggunakan Friedman Test, menunjukkan p=1,000. jadi p>α (0,05), dengan demikian berarti Ho diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar protein urine antara pemberian asam sulfosalysil 20%, 15%, 10%, 5%, dan 1%. 4. Pembahasan Dari hasil pemeriksaan kadar protein urine dengan pemberian asam sulfosalysil 20%, 15%, 10%, 5%, dan 1% terhadap sampel positif protein urine yaitu positif 1 sampai 3 menunjukkan hasil positif 100%, yaitu sama dengan interpretasi hasil protein urine adalah sebagai berikut : Positif + bila urine terjadi kekeruhan ringan tanpa butir-butir, positif ++ bila urine keruh dan tabung mudah dilihat dan tampak butir- butir dalam kekeruhan, positif +++ bila urine keruh dan nampak jelas adanya kekeruhan butiran kecil-kecil, dan positif ++++ bila urine keruh, kekeruhan ada butiran besar-besar bergumpal-gumpal atau memadat. Hasil analisa statistik pemeriksaan kadar protein urine antara hasil pemeriksaan kadar protein urine terhadap pengenceran asam sulfosalysil yang terbagi menjadi 20%, 15%, 10%, 5%, dan 1 % menunjukkan p= 1,000. jadi p>α (0,005), dengan demikian berarti Ho diterima. Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara kelima pengujian tersebut. Dalam pengujian ini, dari pengenceran asam sulfosalysil didapatkan hasil statistik yang sama, hal ini disebabkan oleh asam sulfosalysil yang peka terhadap protein dalam konsentrasi 0,002%. Walaupun konsentrasi asam sulfosalysil diencerkan menjadi 1%, 5%, 10%, dan 15% maupun tidak diencerkan (tetap asam sulfosalysil 20%) digunakan untuk mendeteksi protein < 0,002% maka asam sulfosalysil tidak dapat mendeteksi adanya protein dalam urine. Untuk memperkuat hasil, dapat dilihat terbentuknya presipitat (Gandasoebrata, 2007)
7 Hasil pemeriksaan kadar protein urine dengan metode asam sulfosalysil yang diencerkan menjadi 20%, 15%, 10%, 5% dan 1% tersebut bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit dan membantu menunjukkan diagnosa suatu penyakit dalam laboratorium karena setelah dilakukan pengujian dari kelima kadar asam sulfosalysil tersebut mendapatkan hasil statistik yang sama. Hal ini disebabkan karena asam sulfosalysil memiliki sifat asam yang mendekati titik isoelektrik protein. Titik Isoelektrik sendiri adalah derajat keasaman atau ph ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika ph sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika ph berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika ph berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif (Kurniati, 2009). Dari hasil pengujian, bahwa pengenceran asam sulfosalysil 1% dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan membantu menunjukkan diagnosa suatu penyakit dalam laboratorium, sehingga reagen asam sulfosalysil memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 5. Kesimpulan Dari hasil yang dilakukan terhadap 7 sampel pasien yang urinenya positife protein urine, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tidak ada pengaruh pengenceran asam sulfosalysil terhadap pemeriksaan positif protein urine. DAFTAR PUSTAKA Anonim Saluran Kemih. Diakses pada tanggal 23 Maret Anonim.2008.Ginjal. rine.html. Diakses tanggal 28 Maret 2011.
8 Baron DN Ginjal. Kapita selekta patologi klinik. Edisi ke-4. EGC. Jakarta. Budiantao, E cho Biokimia protein Urin. Diakses pada tanggal 12 juni Carolyn M, Hudak Keperawatan Kritis, Cet XXI, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Elizabeth J. Corwin. 2000, Patofisiologi, Ed I, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Elizabeth J. Corwin. 2001, Patofisiologi, Ed II, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Ganong William, R.2000, Terjemahan Dharma Adji, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed ke Duabelas, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Ganong William, R.2003, Terjemahan Dharma Adji, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed ke Tigabelas, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Gauthier B, Edelmann CM, Barnett HL Isolated (Asymptomatic) Proteinuria. Dalam : Nephrology and Urology for the Pediatrician. Edisi Ke-1. Boston. Guyton AC, Hall JE Fisiologi Kedokteran. Penerjemah : Setiawan I, Tengadi, LMA KA, Santoso A. EGC.Jakarta. Guyton dan Hall Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. EGC. Jakarta. Hadju, Veni Ilmu Gizi Dasar. UNHAS. Makassar. Henry, J.B Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods: Examination of Urine. Saunders. New York. Gandasoebrata, R.2007, Penuntun Laboratorium Klinik, Cet XIII, Dian Rakyat, Jakarta. Lubert Stryer Biokimia. EGC. Jakarta.
9 Pearce, Efelin C Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Priyana A, editor Urinalisa. Patologi klinik. Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta. Ramli Ahmad, 2003, Kamus Kedokteran Penerbit Djambatan. Jakarta. Riawan, S Kimia Organik.Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Rismaka Protein dan Asam Amino. net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asamamino.html. Diakses pada tanggal 12 juni Robert M Biokoimia Harper, Penerbit EGC, jakarta. Scanlon VC, Sanders T Essential of anatomy and physiology. 5 th ed. US: FA Davis Company. Sirajuddin, Saifuddin Penuntun Praktikum Biokimia. Universitas Hasanuddin. Makassar. Suhardjono. 1987, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Syaifuddin Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta. Titin KTI, 2002, Pemeriksaan Protein Urine Pada Ibu Hamil Trimester III. Unmuh. Surabaya Van de Graaf KM Human anatomy. 6 th ed. US: The McGraw-Hill Companies. Wilmar Musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN Oleh Faizal Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang ABSTRAK Proteinuria adalah suatu kondisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel yang digunakan / diperiksa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin yang disebut juga kemih atau air kencing, adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar
Lebih terperinciHUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO Disusun oleh : FITRI RETNONINGSIH 10.023 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciPEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif
PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH I. TUJUAN Untuk mengetahui angka protein loss pada sampel urin II. METODE III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif
Lebih terperinciMENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan
MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan berat jenis urin 3. Menentukan berat jenis urin B. Dasar
Lebih terperinciFUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph
FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI
PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
Lebih terperinciyang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan
Lebih terperinciThe JaMMiLT ISSN The Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist
PERBEDAAN KADAR KETON URIN PADA PEMERIKSAAN SEGERA DENGAN PEMERIKSAAN YANG DITUNDA Dr. dr Hartono Kahar, Sp.PK. MQIH Prodi D3 Analis Kesehatan UNMUH Surabaya Abstract Urine examination is a common examination
Lebih terperinciABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS
ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS Fakhri Firman Gunawan, 2016 ;Pembimbing 1: dr.penny Setyawati M,SpPK,M.Kes Pembimbing2:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan
Lebih terperinciMelakukan Uji Protein Urin
Melakukan Uji Protein Urin 1. Tujuan : 1. Mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat 2. Mengetahui besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin 2. Pendahuluan : Penetapam kadar protein dalam
Lebih terperinciSELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG
INTISARI SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG s SERTA HUBUNGAN BIAYA RAWAT INAP TERHADAP BIAYA RILL DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Ary Kurniawan
Lebih terperinciDisusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE SEMI KUANTITATIF (CuSO 4 ) DAN KUANTITATIF (CYANMETHEMOGLOBIN) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga)
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Dr. Endriana. Sp. PK. Prodi D3 Analis Kesehatan UM Surabaya
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm. Masa kehamilan dimulai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan perkembangan suatu penyakit (prognosis)
Lebih terperinciDestabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu
Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu Bambang Kurniawan* dan Dr. A Koesdarminta Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum
BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : T.M. Reza Syahputra Henny Gusvina Batubara Tgl Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : 1. Mengerti prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PEMBERIAN RINGER ASETAT MALAT DAN RINGER LAKTAT TERHADAP KADAR BASE EXCESS PASIEN OPERASI BEDAH SESAR DENGAN ANESTESI SPINAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk mengikuti ujian akhir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang
Lebih terperinciPENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI
114 PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI EFFECT OF SAMPLE AND REAGENT VOLUMES HALF IN CHECKING
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PEMERIKSAAN KADAR NATRIUM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RSUD. DR. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGRORO
KARYA TULIS ILMIAH PEMERIKSAAN KADAR NATRIUM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RSUD. DR. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGRORO Oleh : FERRY AYU AGUSTINA PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA : Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke 15, Jakarta:Dian Rakyat
DAFTAR PUSTAKA : Brunzel AN, 2004. Fundamental on urine & Blood Analysis. 2 nd ed. USA: Saunders,. Brunsel N.A, 2013. Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 th USA:Elsevier Saunders,,. edition
Lebih terperinciPraktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN
Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN A. Tujuan Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin. B.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT PADA BERBAGAI VOLUME DARAH DALAM TABUNG VACUTAINER K 3 EDTA
KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT PADA BERBAGAI VOLUME DARAH DALAM TABUNG VACUTAINER K 3 EDTA Oleh: REDHA REZIANA NIM. 20120662069 Oleh : Redha Reziana NIM: 20120662069 PROGRAM STUDI D3 ANALIS
Lebih terperinciCreated by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO
Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)
MODUL PRAKTIKUM STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI) OLEH : drh. Tri Harjana, M.P. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2008 TOPIK I. STRUKTUR GINJAL
Lebih terperinciStruktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter
Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Ellies Tunjung S.M. 1 1) Prodi D3 Analis Kesehatan, FIK, Universitas
Lebih terperinciPEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III Rianti Nurpalah, Dede Nita S, Nur Holis Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes BTH Tasikmalaya ABSTRAK Konsumsi
Lebih terperinciLARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera lin) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KALIUM DARAH PADA MENCIT (Mus musculus)
KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera lin) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KALIUM DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) ENY FARHATIN PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN
BAB V PEMBAHASAN Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI
Lebih terperinciUji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :
Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1
1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebutuhan dan kesediaan masyarakat luas untuk deteksi dini kesehatan di era modern sekarang ini semakin berkembang seiring majunya pemahaman bahwa tidak ada yang tahu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang
Lebih terperinciMATA KULIAH PATOLOGI KLINIK
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK Oleh : Woro Harjaningsih, S.Si., Apt, SpFRS Dra Nurlaila, M.Si., Apt Nanang Munif Yasin, M Pharm., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciHubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi
Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing
Lebih terperinciPEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208
PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly
As-Syifaa Vol 06 (02) : Hal. 212-219, Desember 2014 ISSN : 2085-4714 PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly Fakultas Farmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) tahap akhir merupakan masalah yang besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia juga di Indonesia. (1) Penderita
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIOLOGI KEDOKTERAN
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIOLOGI KEDOKTERAN Prof.dr. Rahmatina B.Herman, PhD, AIF dr. Sofina Rusdan, Cert.Med, AIF dr. Erkadius, MSc, AIF Dr.dr. Afriwardi, SpKO, AIF dr.
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)
EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA
Lebih terperinciPertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:
Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran
SILABUS MATA KULIAH Mata kuliah/kode : Fisiologi I / IKU 1208 Semester/SKS : II / 3 SKS Prasyarat : Anatomi, Biologi Keperawatan, Fisika Keperawatan, Kimia Keperawatan, Biokimia 1. Standar kompetensi a.
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
ABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Oleh Yayuk Kustiningsih 1, Jujuk Anton Cahyono 2, Nur Rahmiati 3 1,2,3 Jurusan Analis
Lebih terperinciABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Chrisna Mayangsari, 2008; Pembimbing I : Penny Setyawati M.,dr.,SpPK, M.Kes. Pembimbing II: Henki
Lebih terperinciPERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON
PERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON Risya Pramana Situmorang 1, Meidini Martiningsih 2, Tabeta Yuliana 3, Lisa Sandalinggi 4, Noviana
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.
ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi
Lebih terperinciEFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI
ABSTRAK EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI (Glycine max L.merr) DETAM-1 DAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia) TERHADAP UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK
Lebih terperinciSISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman serbuk instan adalah minuman yang diproduksi oleh suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman tersebut dijual dan dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam
Lebih terperinciM.Nuralamsyah,S.Kep.Ns
M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
Lebih terperinciABSTRAK SKRINING KRISTAL ASAM URAT DI DALAM URINE PADA KARYAWAN TENAGA ADMINISTRASI TETAP FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
ABSTRAK SKRINING KRISTAL ASAM URAT DI DALAM URINE PADA KARYAWAN TENAGA ADMINISTRASI TETAP FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Danang Tri Wibowo, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinci!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah
DIFFERENTIAL COUNTING BERDASARKAN ZONA BACA ATAS DAN BAWAH PADA PREPARAT DARAH APUS Budi Santosa FakultasIlmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya no.18 Semarang,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan
Lebih terperinciKORELASI KADAR ASAM URAT DALAM DARAH DAN KRISTAL ASAM URAT DALAM URINE. Tadjuddin Naid, Ita Ayuningsih Mas ud, Kus Haryono
As-Syifaa Vol 06 (01) : Hal. 56-60, Juli 2014 ISSN : 2085-4714 KORELASI KADAR ASAM URAT DALAM DARAH DAN KRISTAL ASAM URAT DALAM URINE Tadjuddin Naid, Ita Ayuningsih Mas ud, Kus Haryono Fakultas Farmasi
Lebih terperinciRUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho
RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho Latar Belakang Keberadaan minyak sebagai sumber bahan bakar utama memang masih dominan di dunia, namun
Lebih terperinciNETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA
NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA Dosen Pembimbing : Zora Olivia, S. Farm., M.Farm, Apt GOLONGAN/KELOMPOK : A / 3 Anindiya Tazkiyah Aji Gesang Jati Abrar Rivanio Putra Siti Sofiya Miranda Faradilla Rozziqa
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Berdasarkan Uraian pada Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat Ditarik Kesimpulan Sebagai Berikut: 1. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial cukup. 2. Sebagian
Lebih terperinciPengantar Sistem Sirkulasi Darah I PERTEMUAN-1 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
Pengantar Sistem Sirkulasi Darah I PERTEMUAN-1 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN VISI PS MIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL Menjadi penyelenggara Program Studi Manajemen
Lebih terperinciKONTROL KEASAMAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
KONTROL KEASAMAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) TUJUAN: 1. Memahami manfaat mengontrol ph, terutama dalam sistem fisiologi. 2. Mempelajari tehnik mempertahankan nilai ph larutan dalam berbagai aplikasi. 3.
Lebih terperinciMedical Laboratory Technology Journal
1 (2), 2015, 54-60 Medical Laboratory Technology Journal Available online at : http://ejurnal-analiskesehatan.web.id PEMANFAATAN POOL SERUM SEBAGAI BAHAN KONTROL KETELITIAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan
Lebih terperinciDIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Lebih terperinciPERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN 1. Nama Mata Kuliah : Patofisiologi Kode Mata Kuliah : IAD-3 Jumlah SKS : 2 SKS Teori Prasyarat : Anatomi dan fisiologi Koordinator Mata Ajar : Masykur Khair, S.Kep., Ns.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari
Lebih terperinciBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1)
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1) BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi, atas segala rahmat dan karunia-nya
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... i ii iii iv ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... vi vii ix DAFTAR SINGKATAN...
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tawas banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam pangan. Tawas paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran. Tujuan penambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR
KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR ANTARA PERAWAT DENGAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI-GINEKOLOGI DI LABORATORIUM CITO YOGYAKARTA Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modernnisasi ini dan berdasarkan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan seiring dengan jalannya kebutuhan ekonomi yang semakin besar, Sumber
Lebih terperinci