The JaMMiLT ISSN The Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "The JaMMiLT ISSN The Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist"

Transkripsi

1 PERBEDAAN KADAR KETON URIN PADA PEMERIKSAAN SEGERA DENGAN PEMERIKSAAN YANG DITUNDA Dr. dr Hartono Kahar, Sp.PK. MQIH Prodi D3 Analis Kesehatan UNMUH Surabaya Abstract Urine examination is a common examination done by a health care analyst at the laboratory. From the results of this examination can know about kidney disorders, urinary tract and some metabolic functions of the body. The length of delay in the laboratory examination of urine greatly affect the results of the analysis, it is because some of the content in the urine may change in case of delay in the examination, such as ketones. The volatile nature of the ketone, the urine is used fresh urine. In clinics and hospitals in general, there is still a delay examination of the urine. Formulation of the problem in this study is whether there are differences in levels of ketones urine examination on examination with the examination immediately suspended, while the purpose of this study to investigate the influence of long delays on the results of urine ketone levels. The hypothesis of this research is that there are differences in levels of ketones in the urine examination with the examination immediately suspended. The research method used was experimental. The population of this research is all the urine that has been available in hospital laboratories Pamekasan district that has shown positive results ketones with accidental sampling technique. The variable in this study was the examination time and urine ketone levels with a sample of 16 urine samples. From the results of the study with a 30-minute time delay obtained 14 urine samples (87.5%) with high levels of ketones and 2 negative urine samples (12.5%) with very low levels of ketones. From the results of these data, wilxocon tested and the results obtained with a value of Z = significant value <0.05 or 5%, so it can be concluded that there are differences between the levels of ketones urine samples examined immediately by a delayed. Key word : Urine examination, ketones 1. Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglekemia akibat gangguan pada kerja insulin, sekresi insulin atau keduanya. Jika tidak diobati akan merusak disfungsi syaraf ginjal atau pembuluh darah. Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketidakseimbangan hormonal terutama produksi insulin yang tidak cukup untuk mengimbangi aktivitas glukagon di dalam tubuh memungkinkan kondisi metabolisme yang cenderung mengarah ke produksi yang relatif banyak 50

2 keton bodies yang disebut ketosis (Bascom, 2010). Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat (Riswanto, 2010). Kadar keton dalam urin dapat menunjang diagnosa seorang dokter kepada pasiennya selain juga diimbangi dengan nilai parameter lainnya. Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetik (ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin, selain itu juga pengaruh obat dapat mempengaruhi kadar keton dalam urin antara lain : asam askorbat, senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang digunakan untuk berbagai uji bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein (Riswanto, 2010). Benda-benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar (Immanuel, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainankelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopis yang meliputi : lekosit, nitrit, urobilinogen, protein, ph, darah, BJ, keton, bilirubin, gula dan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi : eritrosit, lekosit, epitel, silinder, kristal (Wirawan, 2009). Lamanya penundaan pemeriksaan urin di laboratorium sangat berpengaruh terhadap hasil nilai parameter, misalnya nilai keton. Menurut Sutedjo (2006), sifat keton yang mudah menguap, menyebabkan pemeriksaan kadar keton harus menggunakan urin segar dan harus segera dilakukan pemeriksaan sehingga jika terjadi penundaan pemeriksaan urin, contoh : 1 jam, 2 jam, akan menyebabkan negatif palsu sehingga tidak menutup kemungkinan diagnosa seorang dokter terhadap hasil uji pemeriksaan urin kurang akurat pula. Menurut Riawanto (2010), Seseorang yang terdiagnosa DM tipe 1 mengalami gangguan metabolisme karbohidrat dan gangguan mobilisasi glukosa. Keadaan tersebut bisa ditunjukkan dengan kadar keton yang positif dalam urin. Menurut Joyce LeFever (2007), parameter pemeriksaan urin untuk menunjukkan ketoasidosis diabetik adalah kadar keton 51

3 (), glukosa (), BJ > 1.026, dan ph < 4.5. Jadi untuk menentukan kondisi keoasidosis metabolik, selain melihat nilai keton, juga harus ada parameter lain, seperti : glukosa, BJ dan ph. Sehingga pemeriksaan keton bersama dengan parameter glukosa, BJ dan ph akan memperkuat seseorang dalam kondisi ketoasidosis diabetik. Pengukuran keton dalam urin (ketonuria) dapat diuji dengan tablet Acetest atu strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest). Fakta yang ada di lapangan dari hasil pengamatan dari peneliti sejak melakukan Praktek Kerja Lapang, masih ada penundaan pemeriksaan urin, salah satu faktor yang umum terjadi adalah banyaknya sampel urin yang harus diuji, sehingga penundaan pemeriksaan urinpun terjadi. Hal itu terjadi pada rentang waktu 0-30 menit lamanya. Rumusan masalahnya adalah Apakah ada perbedaan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui adanya perbedaan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda, Menguji secara laboratorium kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda, Membandingkan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa ada perbedaan kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wacana tentang kadar keton urin. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Populasi penelitian ini adalah semua urin yang telah tersedia di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan yang telah menunjukkan hasil positif () keton. Urin berasal dari pasien rawat inap dan rawat jalan yang diperiksa di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Sampel penelitian ini adalah urin yang telah dinyatakan positif () keton. Sampel penelitian ini sebanyak 16 sampel urin, Sampel penelitian ini sebanyak 16 sampel. Tekhnik sampling yang digunakan 52

4 adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil sampel yang kebetulan ada atau telah tersedia, yaitu dalam penelitian ini adalah sampel urin yang dari hasil pemeriksaan menunjukan positif keton. Tekhnik pengambilan sampel urin di laboratorium RSUD Pamekasan sebagai berikut : Sampel urin segar yang telah tersedia di laboratorium diuji dengan metode carik celup, untuk menentukan sampel tersebut positif keton. Dari setiap sampel urin yang tersedia dan telah diketahui positif keton, diambil sebanyak 16 sampel tanpa melalui pengacakan. Selanjutnya setiap sampel tersebut dilakukan 2 perlakuan. Lokasi pengambilan sampel ini dilakukan di RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Lokasi pemeriksaan kadar keton urin dilakukan di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2012, sedangkan waktu pemeriksaan pada tanggal 10 April 21 April. Variabel bebasnya adalah Waktu pemeriksaan, Waktu pemeriksaa urin dalam penelitian ini dikategorikan menjadi, Dilakukan segera : Urin segera diperiksa segera sejak tersedia di laboarorium. Dilakukan penundaan : Urin ditunda selama 30 menit sejak tersedia di laboratorium. Variabel terikatnya adalah Kadar keton urin dalam penelitian ini berupa keterangan yang menunjukkan adanya keton dalam urin, yaitu : Negatif (-), Positif (), Positif `(), Positif (). 2.1 Metode Pengumpulan Data Data tentang kadar keton urin dikumpulkan dengan cara pemeriksaan laboratorium di RSUD Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan dengan metode carik celup dengan langkahlangkah pemeriksaan sampel sebagai berikut : 2.1.1Persiapan Sampel Urin a) Alat : Tempat penampung urin, Rak tabung venojet, Tabung venojet b) Bahan : Tissu c) Prosedur : Diberi penjelasan kepada pasien agar urin ditampung ditempat penampungan urin yang telah disediakan ± 20-30ml, bagian luar tempat penampung urin harus bersih dengan dilap tissu (dilakukan oleh petugas laboratorium). Diberi label yang berisi identitas pasien meliputi : nama, no registrasi pasien dan waktu pengambilan (dilakukan oleh petugas laboratorium). Pasien menampung urin dan segera dilakukan uji laboratorium Pemeriksaan Kadar Keton Urin. Tujuan : Untuk menetukan apakah sampel urin positif atau negatif keton. Prinsip pemeriksaan : Perubahan warna strip carik celup menunjukkan kadar keton 53

5 urin yang meliputi 0mg/dl(negatif), 15mg/dl(), 40mg/dl(), dan 80mg/dl(), pembacaan kadar keton urin tersebut dibaca setelah 45 detik setelah stip dicelupkan kedalam urin pasien. a) Alat : Medi-Test URYXXON Stick, Tabung venojet, Rak venojet b) Bahan pemeriksaan : Sampel urin yang telah tersedia di laboratorium RSUD Pamekasan kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. c) Reagen yang digunakan : Reagent strip Medi-Test URYXXON Stick 10 d) Prosedur pemeriksaan : Urin dituang kedalam tabung urin ± ml. Dicelup strip carik celup hingga semua parameter mengenai urin. Membersihkan strip dengan tissu hingga bagian samping dan belakang strip tidak ada sisa urin. Pembacaan secara manual dengan mencocokkan warna pada strip (carik celup) dengan warna yang terdapat pada alat. Alat tersebut adalah test and reading time. Waktu yang dibutuhkan mulai mencelup sampai dengan pembacaan hasil melalui alat tersebut, untuk parameterparameter dibawah ini adalah selama : Lekosit : 2 menit, Nitrit : 60 detik, Urobilinogen : 60 detik, Protein : 60 detik, ph : 60 detik, Darah : 60 detik,berat Jenis : 45 detik, Keton : 45 detik, Bilirubin : 45 detik, Glukosa : 45 detik 2,1,3 Perlakuan Sampel a)alat : Tabung venojet, Rak tabung, Medi-Test URYXXON Stick b)bahan : Sampel urin yang telah dinyatakan positif keton. c)prosedur : Dari sampel urin yang telah menunjukkan positif () keton selanjutnya akan diberi perlakuan sesuai dengan perlakuan dari peneliti. Perlakuan tersebut dengan menguji kadar keton dalam sampel urin dengan waktu penundaan lama pemeriksaan yang bervariasi. Tekhnik pemeriksaan kadar keton dalam sampel urin sesuai dengan Penetapan Hasil Akhir Penetapan hasil akhir dalam penelitian ini berupa keterangan yang menunjukkan adanya keton dalam urin yang dibedakan menjadi : Negatif - : 0 mg/dl, Positif : 15mg/dL, Positif, : 40mg/dL, Positif : 80mg/dL 2.2 Metode Analisa Data Setelah diperoleh data untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin, data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon. 3. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan uji laboratorium kadar keton dengan menggunakan metode carik celup pada urin yang telah tersedia di laboarorium RSUD Pamekasan Kecamatan 54

6 Pamekasan Kabupaten Pamekasan dan telah dinyatakan positif () urin, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Keton Urin pada Pemeriksaan Segera dengan Pemeriksaan yang ditunda Pemeriksaan Pemeriksaan Kode setelah 30 segera Sampel menit (mg/dl) (mg/dl) A 40 0 B 40 0 C 15 0 D E 40 0 F 15 0 G 15 0 H 15 0 I 40 0 J 15 0 K 15 0 L M 15 0 N 15 0 O 15 0 P 40 0 Keterangan : Negatif (-) : 0 mg/dl, Positif () : 15 mg/dl, Positif () : 40 mg/dl, Positif () : 80 mg/dl Dari tabel 4.1 diatas dapat disajikan dalam tabulasi data jumlah dan diagram batang untuk lebih memudahkan dalam membandingkan jumlah kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda Pemeriksaan Pemeriksaan yang segera ditunda % % , , , 5-1 2, Gambar 4.1 Diagram batang jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda 55

7 ada perbedaan kadar keton antara sampel urin yang dilakukan pemeriksaan segera dengan yang ditunda. 4. Pembahasan Gambar 4.2 Diagram batang presentase jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera Gambar 4.3 Diagram batang presentase jumlah kadar keton pada pemeriksaan yang ditunda 3.2 Analisa Data Berdasarkan hasil penelitian, maka dilakukan uji statistik dengan metode SPSS versi 17. Dari uji normalitas kemudian dilakukan uji wilcoxon. Dari hasil uji wilxocon untuk kadar keton pada pemeriksaan segera dan dilakukan penundaan diatas, diperoleh hasil nilai Z = -3,624 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 atau 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan pada 16 sampel urin, menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar keton urin antara sampel yang diperiksa segera dengan sampel yang ditunda (p<0,05). Kadar keton urin pada pemeriksaan segera lebih tinggi daripada kadar keton urin pada pemeriksaan yang ditunda. Pada pemeriksaan kadar keton urin yang ditunda, menunjukkan penurunan kadar keton urin. Hal ini seperti pendapat Sutedjo (2006), bahwa sifat keton mudah menguap. Menurut Riswanto (2010), keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian tampak pada urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Hal ini juga sependapat dengan Linda (2010) bahwa badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme 56

8 lemak dan asam lemak yang berlebihan. Sedangkan aseton inilah zat yang sangat penting pada keton, aseton mempunyai sifat yang mudah menguap. Perubahan keton pada urinalisis yang diperiksa terjadi penurunan terus apabila tidak diperiksa, tapi secara statistik bermakna pada penundaan 1 jam pada suhu kamar maupun yang disimpan pada suhu 2-4 C. Perubahan ini disebabkan adanya metabolisme bakteri (asetoasetat manjadi aseton) dan terjadi penguapan aseton. Adanya penundaan pemeriksaan inilah yang dapat menyebabkan perubahan asetoasetat menjadi aseton yang disebabkan karena adanya metabolisme bakteri. Adanya penundaan pemeriksaan kadar keton urin akan menyebabkan kadar keton urin dengan pemeriksaan segera lebih tinggi daripada kadar keton urin dengan pemeriksaan yang ditunda. Pemeriksaan kadar keton urin ini dapat dijumpai di Rumah Sakit, Puskesmas, ataupun Klinik pada dasarnya sama, yaitu dikarenakan sampel urin yang banyak dan harus diperiksa, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penundaan pameriksaan disinilah terjadi. Pada umumnya, penundaan yang terjadi sekitar 15 menit hingga 1 jam. Menurut Santoso (2008), adanya penundaan akan mengakibatkan benda keton dalam urin akan menguap. Dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan, diuji 16 sampel urin yang positif () keton, dilakukan penundaan selama 30 menit. Dari penundaan tersebut didapat hasil 14 sampel urin (87,5%) dengan kadar keton negatif dan 2 sampel urin (12,5%) dengan kadar keton sangat rendah. Menurut Linda (2010), ada empat parameter pemeriksaan urin yang dapat mengakibatkan perubahan hasil, yaitu : ph, glukosa, keton dan urobilinogen. Oleh karena itu, kadar keton urin merupakan penunjang diagnosa seorang dokter. Apabila nilai kadar keton urin merupakan nagatif (-) palsu, maka akan mempengaruhi diagnosa seorang dokter. Pada penderita ketoasidosis diabetik, parameter pemeriksaan urin menunjukkan kadar keton positif (), glukosa positif (), BJ > 1.026, dan ph < 4.5 (Joyce LeFever, 2007). Sedangkan jika kadar menunjukkan negative (-), bukan termasuk ketoasidosis (komplikasi dari diabetes). Adanya perbedaan kadar keton urin dibuktikan dari hasil perbedaan jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Penurunan kadar keton disebabkan oleh waktu lama penyimpanan. Hal itu dikarenakan keton dalam urin mudah 57

9 menguap. Oleh karena itu, untuk pengujian urinalisis di laboratorium, harus segera dilakukan karena dapat menyebabkan penguapan pada kadar keton urin. Sedangkan untuk mencegah terjadinya negatif palsu, urin yang diperiksa harus menggunakan urin segar karena hal ini untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan metabolisme bakteri. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 16 sampel urin yang telah tersedia di laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan dan telah menunjukkan positif () keton, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Ada perbedaan kadar keton urin antara pemeriksaan segera dan pemeriksaan yang ditunda (p<0,05), Kadar keton pada pemeriksaan segera (80mg/dl) lebih tinggi daripada pemeriksaan yang ditunda negatif (-). Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : Bagi Penderita Ketoasidosis (komplikasi dibetes mellitus) Secara bertahap mengatur pola hidup, pola makan, serta tingkat aktivitas. Bagi Tenaga Analis Kesehatan Tidak melakukan penundaan pemeriksaan urin karena keton dalam urin mudah menguap sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat memeriksa kadar keton urin pada pemeriksaan segera dan pemeriksaan yang ditunda. DAFTAR PUSTAKA Anonim Keton Urin Diakses pada tanggal 23 Februari 2012 Anonim Analisa Urin dengan Carik Uji. Jakarta : Manheim Chandra, Budiman Metode Penelitian. Jakarta : EGC. Fanani Kamus Kesehatan. Yogyakarta : Citra Pustaka. Gandasoebrata Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian rakyat. Handriani Penyakit. Yogyakarta : Citra Pustaka. LeFever Joyce Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: EGC. Pearce, Evelyn Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Gramedia. Poedjiadi, Anna Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia. 58

10 Riswanto Diakses pada tanggal 9 Maret Rosita Linda Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil Urinalisis Blogger.Diakses pada tanggal 9 Juli Santoso, Heru Laboratorium Klinik. Diakses pada tanggal 2 Februari Suryo Genetika Manusia. Yogyakarta : UGM PRESS. Suyabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo. Wirawan, R Evaluasi Pemeriksaan Urin : Uji Carik Celup AIM URI Dan Stabilitas Bahan KOVA-TROL dengan Alat Clinitek 100, Bagian Patologi Klinik. Jakarta : FKUI. 59

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN Oleh Faizal Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang ABSTRAK Proteinuria adalah suatu kondisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Mardiana, Warida, Siti Rismini Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jl. Arteri JORR Jatiwarna

Lebih terperinci

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly As-Syifaa Vol 06 (02) : Hal. 212-219, Desember 2014 ISSN : 2085-4714 PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin yang disebut juga kemih atau air kencing, adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan perkembangan suatu penyakit (prognosis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Chrisna Mayangsari, 2008; Pembimbing I : Penny Setyawati M.,dr.,SpPK, M.Kes. Pembimbing II: Henki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah DM merupakan suatu keadaan peningkatan kadar gula darah secara menahun disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI

PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN ANALIS KESEHATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS Fakhri Firman Gunawan, 2016 ;Pembimbing 1: dr.penny Setyawati M,SpPK,M.Kes Pembimbing2:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa 1. Pengertian urine Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Penyakit Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III Rianti Nurpalah, Dede Nita S, Nur Holis Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes BTH Tasikmalaya ABSTRAK Konsumsi

Lebih terperinci

Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar

Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar Nur Vita Purwaningsih 1), Rahma Widyastuti Prodi DIII Teknologi Laboratorium Medik Universitas Muhammadiyah Surabaya 1)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI 114 PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI EFFECT OF SAMPLE AND REAGENT VOLUMES HALF IN CHECKING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan kronik metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan kadar gula dalam tubuh penderita tinggi. Hal ini karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik atau terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Dr. Endriana. Sp. PK. Prodi D3 Analis Kesehatan UM Surabaya

Lebih terperinci

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan berat jenis urin 3. Menentukan berat jenis urin B. Dasar

Lebih terperinci

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG INTISARI SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG s SERTA HUBUNGAN BIAYA RAWAT INAP TERHADAP BIAYA RILL DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Ary Kurniawan

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Ellies Tunjung S.M. 1 1) Prodi D3 Analis Kesehatan, FIK, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan dari ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa darah sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF Meti Kusmiati, Dimas Adi Pradana Prodi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penyakit Diabetes

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Yaitu, hormon yang bekerja untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (Watson, 2002; Gandasoebrata, 2007). Urin merupakan larutan yang

BAB I PENDAHULUAN (Watson, 2002; Gandasoebrata, 2007). Urin merupakan larutan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin adalah cairan berwarna pucat yang memiliki variasi warna sesuai dengan kualitasnya; merupakan zat asam dan mempunyai berat jenis 1003 1030 (Watson, 2002; Gandasoebrata,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi gangguan toleransi glukosa cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kasus Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dan Sindrom Metabolik (Mets). Peningkatan insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI OLEH: Vita Wahyuningtias 07.70.0279 Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan...1 Bab 2 Tujuan...2 Bab 3 Pembahasan...3 1. Pengertian...3 2. Etiologi...4 3. Patofisiologi...4 4. Gejala dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS ABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Oleh Yayuk Kustiningsih 1, Jujuk Anton Cahyono 2, Nur Rahmiati 3 1,2,3 Jurusan Analis

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Sriyani Indah Simanjuntak Pembimbing I : dr. Diana Krisanti Jasaputra

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEKTIVITAS TEH HIJAU, TEH HITAM, DAN TEH PUTIH DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA DEWASA MUDA

ABSTRAK EFEKTIVITAS TEH HIJAU, TEH HITAM, DAN TEH PUTIH DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA DEWASA MUDA ABSTRAK EFEKTIVITAS TEH HIJAU, TEH HITAM, DAN TEH PUTIH DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA DEWASA MUDA Lie Milka Ardena Lianto.,2016, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr.,m.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh Pengaruh Konsultasi Gizi Terhadap Asupan Karbohidrat dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Effect of Nutrition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN ASIDOSIS METABOLIK Disusun oleh: Desi (A101.19.006) Dewi Sekar (A101.19.007) Dina Fitri Astuti (A101.19.008) Ela Kusumawati (A101.19.009) Fatoni Aditya O (A101.19.010) Febriana Ramadhani (A101.19.011)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan 32 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan pre-post test only one group design.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus menjalani terapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018

JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018 JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018 PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PLASMA NaF BERDASARKAN WAKTU PEMERIKSAAN DI RSUD dr. M. YUNUS PROVINSI BENGKULU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Albert Yap, 2013, Pembimbing I: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK POLA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT- INAP DI BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM RS. IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2005 - DESEMBER 2005 Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani PENGARUH LATIHAN FISIK JANGKA PENDEK TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 (STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG BERKUNJUNG DI POLI PENYAKIT DALAM RSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM. DIABETES MELITUS Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar - gula darah tinggi) yang kronik disertai berbagai kelainan meta bolik akibat gangguan hormonal. Akibat gangguan hormonal tsb

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER 2009 Oleh: RONY SIBUEA 070100171 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH Seri Pengabdian Masyarakat 2014 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 180-185 PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

Lebih terperinci

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2 PENGARUH TERAPI STEAM SAUNA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013 Effect Of Steam Sauna Therapy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri-ciri adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Muhammad Yusuf¹; Aditya Maulana Perdana Putra² ; Maria Ulfah³

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & suddart, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & suddart, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Mellitus 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J HUBUNGAN ANTARA KADAR KREATININ DARAH DAN KADAR UREUM DARAH DENGAN KADAR GULA DARAH PADA KEJADIAN PENYAKIT NEFROPATI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel yang digunakan / diperiksa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK HIPOGLIKEMI TEH JIAOGULAN (Gynostemma pentaphyllum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. EFEK HIPOGLIKEMI TEH JIAOGULAN (Gynostemma pentaphyllum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK HIPOGLIKEMI TEH JIAOGULAN (Gynostemma pentaphyllum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN Daniel Wirawan, 2012 Pembimbing I : Jo Suherman, dr., M.S.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH BUBUK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DALAM MEMPERSINGKAT DURASI PENYEMBUHAN LUKA MENCIT Swiss Webster JANTAN MODEL DIABETES MELITUS Agustian Ibrahim, 2011 Pembimbing I : Dr. Sugiarto

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis, Park. Fsb.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Elizabeth Tanuwijaya, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya

Lebih terperinci