URGENSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA SMPN 1 GAMBUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "URGENSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA SMPN 1 GAMBUT"

Transkripsi

1 URGENSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA SMPN 1 GAMBUT Oleh: Maria Olfah Abstrak Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Membentuk Kepribadian Siswa. Terdapat kesamaan antara teori dan fakta yang terjadi berkenaan urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa. Sejak awal urgensi layanan BK itu sendiri disamping merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, juga sangat membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin. Selain itu sekolah ini hanya lebih mengedepankan bidang pribadi dan sosial dalam layanan konseling individual dan bimbingan kelompoknya melalui layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa. Hal ini sejalan dengan teori, bahwa untuk membentuk kepribadian yang sehat pada diri siswa, guru BK dapat memaksimalkan pelayanan BK dalam bidang pribadi dan sosial, karena kepribadian yang sehat mempengaruhi penampilan dan kehidupan pribadi seorang individu dan juga mempengaruhi cara individu tersebut berinteraksi dengan kehidupan sosial-kemasyarakatan di lingkungannya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Membentuk Kepribadian Siswa. Terdapat kesamaan antara teori dan fakta yang terjadi berkenaan faktor-faktor yang mempengaruhi urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa. Perlunya layanan Bimbingan dan Konseling(BK) dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama, adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungansosial kultural. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan BK. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural), pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan faktor yang mempengaruhi urgensinya layanan BKdalam membentuk kepribadian siswa di sekolah, hal ini hampir sejalan dengan fakta yang ditemukan di lapangan dengan menekankan faktor lingkungan dan pribadi siswa itu sendiri. Kata Kunci: Urgensi, Layanan, Bimbingan, Membentuk dan Kepribadian A. Pendahuluan Pendidikan yang bermutu pada dasarnya mengintegrasikan tiga bidang utama secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksi dan kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang melaksanakan bidang administrasi dan pengajaran namun mengabaikan bidang bimbingan dan konseling mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psiko sosial spiritual. Di samping sebagai salah satu bidang utama dari mutu pendidikan tersebut, bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam membentuk kepribadian siswa. Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X [ 19 ]

2 (Syamsu Yusuf dan A. Jundika Nurihsan, 2010: 40) Kepribadian itu sendiri menurut Gordon W. Allportyang dikutip Muhibbin Syah, merupakan suatu organisasi dinamis dalam diri individu yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sebagai suatu cirikhas yang menetap pada diri seseorang dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi tertentu, kepribadian mampu membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain, yang berakar pada kemampuan fisik dan psikisnya karena faktor-faktor biologis tersebut berinteraksi dengan pengaruh sosial lingkungan, kemudian terjadi pola kepribadian dengan tingkah laku diatur atau ditentukan oleh adanya kekuatan ciri-ciri tertentu. Berdasarkan rumusan tujuan pendidikan nasional, maka diselenggarakan program pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas, mampu mengimbangi lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang kuat. Hal ini juga terdapat dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah, dikatakan bahwa: Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi mengenal lingkungan, merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling berupaya menemukan pribadi dimaksudkan agar perserta didik mengenal kekuatan dengan kelemahan dirinya sendiri, serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagaimana tujuan umum Bimbingan dan Konseling itu sendiripada dasarnya sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan adanya sistem pendidikan nasional, hal ini memperkuat penjelasan dari Nurihsan bahwa bimbingan dan konseling merupakan pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan datang. (A.J. Nurikhsan, 2004: 42) Prayitno dan Amti yang dikutip oleh Hellen pun menegaskan bahwa bimbingan dan konseling dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menilainya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. (Hallen A, 2005: 53) Sebagai sarana untuk menyampaikan berbagai masalah yang bersifat pengarahan terhadap segala problem yang dihadapi manusia bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mengatasi dengan caracara yang baik dan mengingatkan segala perbuatan yang dilarang oleh agama. ( M. Sayyid dan M. Az-Za Balawi, 2007: 369) Berkenaan dengan perannya dalam membentuk kepribadian seorang siswa. Layanan BK merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang berorientasi pada perkembangan siswa. Layanan yang diberikan kepada semua siswa untuk membantu mereka agar memperoleh pemahaman dan pengarahan diri serta memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, sehingga akhirnya individu dapat mengembangkan diri secara optimal. Sehingga berisi arahan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh siswa. [ 20 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X

3 Sebagai usaha pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, BK memiliki visi melakukan pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang. Terkait peranan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam mengembangkan aspek kepribadian siswa, sebagai landasan psikologis yang perlu dikuasai oleh guru BK merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (konseli), seperti halnya kepribadian siswa itu sendiri sebagai kajiannya. (Alvin Suwarsono, 2005, 33) Berkenaan dengan pembentukan kepribadian itu sendiri lebih mendapat perhatian di sekolah menengah pertama. Pada dasarnya siswa SMP yang umumnya berusia tahun sedang menjalankan tahap perkembangan diri, dari perkembangan anak-anak ke masa remaja awal. Tahap perkembangan remaja awal tersebut merupakan tahap kritis yang sangat memerlukan perhatian khusus oleh berbagai pihak. (Prayitno, 2002: 62-63) Atas dasar itu bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang. Sebagai bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah layanan bimbingan dan konseling. Maria Olfah, Urgensi Layanan... Berkenaan dengan layanan BK itu sendiri di sekolah menengah pertama merupakan komponen bimbingan yang harus mendapat perhatian yang seimbang. Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu siswa SMP dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan, dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan siswa; tidak hanya untuk siswa yang bermasalah tetapi untuk seluruh siswa. ( W.S Winkel, 1984: 48-49) Dalam konteks tersebut menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dibutuhkan, karena banyaknya berbagai aspek kepribadian siswa yang perlu mendapat perhatian dalam pembentukannya terutama dalam masa kritis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan pertimbangan betapa besarnya kebutuhan siswa akan pengarahan diri dalam keunikan kepribadian di masa kelabilan mereka. Dengan gambaran teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya, pada kenyataannya bertolak belakang pada SMP Negeri Gambut 1. Sebagai penjajakan awal, penulis menemukan fakta bahwa Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah ini pada awalnya tidak dapat berjalan maksimal disebabkan hanya adadua orang guru BK yang memberikan layanan BK secara konvensional. Sehingga waktu tatap muka dengan siswa terbatasdan banyak siswa yang enggan mengutarakan permasalahanpermasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan yang berkenaan dengan kepribadian mereka tidak terdeteksi secara dini menjadi meluas dan sulit untuk ditemukan jalan penyelesaiannya. Namun sejak beberapa tahun terakhir ini, penambahan guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang sekarang menjadi empat orang membuat perubahan dan kemajuan positif pada pelaksanaan BK itu sendiri, khususnya permasalahan kepribadian yang selama ini sulit untuk diselesaikan. Para guru BK di Sekolah Menengah Pertama(SMP) Negeri 1 Gambut Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X [ 21 ]

4 tersebut berinisiatif mengubah cara-cara layanan BK yang awalnya konvensional menjadi inovatif, meskipun masih banyak terjadi kekurangan seperti halnya pengadaan satuan layanan. Guru BK di sekolah ini jugamemaksimalkan pelayanan BK dalam menekankan bidang pribadi dan sosial.alasan dimaksimalkannya dua bidang ini karena kepribadian yang sehat mempengaruhi penampilan dan kehidupan pribadi siswa dan juga mempengaruhi carasiswa tersebut berinteraksi dengan kehidupan sosial-kemasyarakatan di lingkungannya. Dalam kegiatan bimbingan pribadi dan sosial maka BK akan berusaha membentuk kepribadian yang sehat pada diri siswa/konseli yang sedang dibimbing. (Nani Sumarni: 2013) B. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan ( field research). Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif realitas, yang dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. (Anselm Strauss dan Juliet Corbin, 2007: 4) Sesuai dengan jenis dan pendekatan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan rancanganpenelitian lapangan, dengan metode studi deskriptif. Metode ini bertujuanuntuk membuat deskripsi mengenai hal yang akan diteliti.penulis memilih metode ini didasarkan pada anggapan bahwa adanya keunikan setiap kepribadian siswa dalam berbagai kesulitan pembentukannya di masa kelabilan usia mereka hingga layanan bimbingan dan konseling dipandang urgen untuk membentuk kepribadian secara optimal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Gambut Responden dan Informan Penelitian Adapun yang menjadi responden dalam menggali data pokok pada penelitian ini adalah guru Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut. Dalam penelitian ini, informan yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam menggali data penunjang pada penelitian ini adalahkepala sekolah dan staf tata usahadi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut. 3. Data Penelitian Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang. Data pokok dalam penelitian ini berkenaan dengan: a. Urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut, b. Seberapa urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk kepribadian siswa, dan c. Urgensi layananlayanan bimbingan dan konseling yang berorientasi dalam pembentukan kepribadian siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhinya urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut, meliputi: Faktor-faktor yang menunjang urgensinya layanan bimbingan dan konseling untuk membentuk kepribadian siswa dan faktor-faktor yang menghambat urgensinya layanan bimbingan dan konseling untuk membentuk kepribadian siswa. Kedua data tersebut akan digali dalam penelitianini melalui upaya pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam dan studi dokumenter yang ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling. Data Penunjang, berdasarkan fakta di lapangan tidak ditemukan data penunjang dari data pokok penelitian yang dimaksud, seperti Satuan Layanan BK. Dengan demikian, data penunjang dalam penelitian ini, yaitu berkenaan dengan gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi: Gambaran umum lokasi penelitian, Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama [ 22 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X

5 Negeri 1 Gambutdan struktur organisasinya, keadaan dan jumlah tenaga guru dan staf tata usaha, keadaan dan latar belakang guru bimbingan dan konseling, keadaan siswa dan orang tua siswa tahun pelajaran 2013/ Sumber Data Penelitian Untuk mendapatkan sumber-sumber data di atas, baik data pokok maupun data penunjang, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: Responden, yaitu guru bimbingan dan konselingdi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut dan Informan, yaitu kepala sekolah dan staf tata usaha di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk menggali data yang berhubungan dengan urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut, maka penelitian ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini: Wawancara, teknik yang digunakan berdasarkan pedoman wawancara sebagai kerangka dan garis besar permasalahan yang dibuat sebelum proses pengumpulan data ini digunakan sebagai pelengkap untuk memperoleh data pokokmelalui guru bimbingan dan konseling tentang urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk kepribadian siswa dan faktorfaktor yang mempengaruhi urgensi layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama 1 Gambut. Studi Dokumenter, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjangberupa gambaran umum lokasi penelitian melalui arsip sekolah dari kepala sekolah dan staf tata usaha yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan pengolahan data, yakni: Reduksi Data, dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan Maria Olfah, Urgensi Layanan... laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan yang dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. Display Data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Data tersebut kemudian dipilahpilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi, pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif. Setelah data disajikan kemudian penulis menganalisis data terhadap permasalahan yang dikemukakan. Untuk mengalisis data ini penulis menggunakan cara deskriptif kualitatif terhadap data yang disajikan, sehingga permasalahan dapat tergambar antara hubungan yang satu dengan yang lainnya. Langkah pertama bagi penulis dalam menganalisis data adalah melihat kembali usul penelitian guna memeriksa penyajian data dan pelaksanaan analisisnya.setelah data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Sehingga dapatlah diketahui bagaimana urgensi layanan bimbingan dan konseling dalam membentuk Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X [ 23 ]

6 kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut. Selain itu juga untuk mendapatkan simpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu dengan cara meneliti yang bersifat khusus untuk dijadikan simpulan secara umum. C. Temuan Penelitian 1. Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Membentuk Kepribadian Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut Berkenaan dengan seberapa besar peranan BK dalam layanannya untuk membentuk kepribadian siswa, secara antusias Hj. Nani Sumarni selaku Koordinator BK yang merupakan lulusan BK di UNISKA ini, menerangkan: Mengenai membentuk kepribadian siswa, BK dengan layanannya sangat berperan untuk mencegah masalah yang menghambat perkembangan kepribadian mereka, juga BK berperan menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadian itu sendiri. Hj. Nani Sumarni ketika ditemui pada hari ketiga riset penelitian, memberi penjelasan berkenaan denganpenanganan melalui layanan BK, yang dilakukan dalam menghadapi masalah-masalah kepribadian siswa SMP yang kerap kali terjadi. Selain dilakukan cek dan ricek untuk memastikan masalah kepribadian yang seperti apa yang dihadapi dan apa yang menjadi penyebabnya, kami lakukan pendekatan sesuai kebutuhan masalah tersebut. Penanganannya hampir sama saja dengan kasus diluar kepribadian, tapi prosedurnya berbeda sesuai kebutuhan penyelesaiannya. (Wawancara, 06 Desember 2013) Pada kesempatan yang sama, guru yang kerap disapa Ibu Nani ini, menerangkan perihal tentang cara guru BK dalam membentuk kepribadian siswa melalui layanan BK: Setiap guru BK sebenarnya hampir sama saja dalam membentuk kepribadian yang sehat dan ideal itu bagaimana, hanya saja pendekatannya yang berbeda dalam layanan BK yang diberikan. Pertama, biasanya penanaman pribadi yang sehat dan ideal itu seperti apa itu yang menjadi langkah awal. Agar mereka tahu dulu kemudian mengerti. Kedua, langkah selanjutnya mengarahkan mereka pada pribadi yang sehat dan ideal. Agar mereka terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan berusaha secara sadar bahwa seperti apa mereka untuk menjadi pribadi yang baik itu sendiri. Ketika ditemui kembali perihal tentang inti dari penelitian, Hj. Nani Sumarniyang berkualifikasi Bimbingan dan Konseling ini, memaparkan tentang seberapa urgen layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa; Sangat penting, karena dengan adanya layanan BK dapat memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa. Layanan BK itu sendiri di sekolah dapat membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya (pribadinya seperti apa kelebihan dan kekurangannya) dan potensinya, sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Sehingga mereka dengan kepribadian yang unik dengan sendirinya mengetahui, memahami, menyadari, dan menjalani dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan yang berbeda, Koordinator BK ini mengemukakan hanya dua layanan yang berorientasi dalam pembentukan kepribadian siswa. Adapun pemaparan lisan Koordinator BK di SMP Negeri 1 Gambut secara deskriptif dari tabel di atas, yaitu: Layanan BK yang kami programkan untuk membentuk kepribadian siswa lebih berorientasi pada bidang pribadi dan sosial. Terkait pada faktor psikis/internal dan lingkungan/pergaulannya.layanan BK dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah ini lebih pada layanan konseling individu dan layanan bimbingan kelompok. Biasanya layanan konseling individual sering diberikan kepada siswa VII dan IX. Materi yang ditekankan untuk kelas VII tentang penanaman untuk menjadi pengetahuan mereka guna mencegah hal-hal [ 24 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X

7 yang tidak diinginkan pada kepribadian mereka. Sedangkan pada kelas IX materinya tentang pemahaman dan bimbingan untuk menjadi pengarahan pada kepribadian mereka agar terbentuk sebagaimana mestinya. Untuk layanan bimbingan kelompok sering diberikan kepada siswa kelas VIII, dimasa ini mereka banyak mendominasikan diri mereka melalui pergaulan sehingga ditekankan dalam layanan ini untuk memberikan pemahaman yang lebih bersifat sharing. Dalam penyusunan layanan BK guna membentuk kepribadian siswa di SMP, yang menjadi faktor pertimbangan kami adalah dilihat dari sisi faktor perkembangan, lingkungan kelas (intensitas pergaulan mereka yang tinggi atau rendah), dan yang tidak kalah penting adalah kebutuhan mereka sebagai siswa. Berdasarkan fakta yang didapatkan sebagai hasil wawancara yang terangkum pada lampiran 3 dan kronologi hasil penelitian pada lampiran 4, berkenaan dengan urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut, bahwa terkait pembentukan kepribadian siswa itu sendiri, melalui layanan Bimbingan dan Konseling (BK), guru BK di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut ini memberikan layanan untuk mencegah masalah yang menghambat perkembangan kepribadian mereka dan hal-hal yang tidak diinginkan bersama, serta menyelesaikannya. Layanan-layanan Bimbingan dan Konseling (BK) yang berorientasi pada pembentukan kepribadian siswa itu sendiri, di sekolah yang memiliki 4 (empat) orang guru BK ini adalah layanan konseling individual dan layanan bimbingan kelompok melalui bidang pribadi dan sosial. Sedangkan layanan-layanan BK lainnya tidak diorientasikan dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah tersebut. Adapun hal yang ditekankan dalam layanan ini, seperti pada konseling individual sering diberikan kepada siswa VII lebih kepada penanaman pada kepribadian Maria Olfah, Urgensi Layanan... mereka, dan kelas IX lebih mengarah pada pemahaman dan bimbingan. Sedangkan layanan bimbingan kelompok sering diberikan kepada siswa kelas VIII lebih bersifat sharing. Dengan demikian, layanan BK dinilai sangat urgen.dengan adanya layanan BK dapat memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa. Layanan BK itu sendiri di sekolah dapat membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya dan potensinya, sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungan dan menjalaninya dengan baik. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Membentuk Kepribadian Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut Ketika ditemui kembali di ruang perpustakaan sekolah perihal faktor yang menunjang dan menghambat terlaksananya layanan BK untuk membentuk kepribadian siswa, secara antusias Hj. Nani Sumarni yang merupakan ibu dari 5 anak ini, menerangkan: Selama ini layanan BK yang berorientasi pribadi dan sosial baik itu konseling individual maupun bimbingan kelompok untuk membentuk kepribadian siswa pasti mendapat hambatan seperti sarana dan fasilitas yang minim, beberapa komponen (pihak) yang tidak mendukung, pribadi siswa itu sendiri yang tertutup dan sulit untuk didekati, layanan BK yang kerap kali masih bersifat kuno dan insidental saja, dan terkadang motivasi guru BK itu sendiri yang mengalami fluktuasi (naik -turun), apalagi kami sangat jarang mengikuti MGBK jadi kinerja kami tidak sebaik guru BK di sekolah lainnya. Untuk faktor yang menunjang, meski guru BK disini kurang memenuhi syarat tapi kami memiliki etos kerja sama yang kuat. Selaku Koordinator BK, Hj. Nani Sumarni ketika diminta keterangannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi urgensi layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa, menjelaskan secara rinci. Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X [ 25 ]

8 Sekali lagi layanan BK sangat penting untuk pembentukan kepribadian siswa, dimana pun tingkat sekolahnya. Adapun faktor yang mempengaruhinya; Pertama, banyaknya masalah siswa di sekolah dan besarnya kebutuhan siswa akan pengarahan diri dalam memilih serta mengambil keputusan inilah faktornya. Kedua, melalui layanan BK itu sendiri maka guru BK lebih memahami berbagai aspek perkembangan siswa yang kami layanibaik dari faktor pembawaannya maupun lingkungan mereka. Ketiga, melalui layanan BKsebagai upaya memahami dan mengembangkan kepribadian siswa yang kami layani maka kami dituntut dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi kepribadian mereka. Sehingga kami dapat lebih mengenal mereka dan menjadi rujukan terhadap pencegahan, pemahaman, dan penyelesaian masalah kepribadian yang belum, akan, bahkan telah dialaminya. Keempat, melalui layanan BK maka dapat menjembatani perbedaan pada proses pembentukkan kepribadian siswa untuk menghindari timbulnya konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi mereka. Kelima, layanan BK memberikan kesempatan untuk mengenal dan memahami kepribadian mereka, kekuatan dan kelemahan mereka, dan tugastugas perkembangan mereka, mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungan mereka, mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidup seperti apa yang ingin mereka capai, memahami dan mengatasi kesulitankesulitan mereka sendiri secara mandiri, dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan mereka. Berdasarkan fakta yang didapatkan sebagai hasil wawancara yang terangkum dalam kronologi hasil penelitian, berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gambut, yaitu dengan adanya beberapa faktor yang menunjang dan menghambat urgensi layanan BK, sehingga mempengaruhi proses perkembangan kepribadian siswa. Adapun faktor yang menghambat adalah seperti sarana dan fasilitas yang minim, beberapa komponen (pihak) yang tidak mendukung, pribadi siswa itu sendiri yang tertutup dan sulit untuk didekati, layanan BK yang kerap kali masih bersifat kuno dan insidental saja, dan terkadang motivasi guru BK itu sendiri yang mengalami fluktuasi (naik -turun), guru BK yang jarang mengikuti MGBK sehingga sedikit banyaknya mempengaruhi kinerja sebagai guru BK. Untuk faktor yang menunjang, meski guru BK di sekolah ini diakui sendiri kekurangannya, namun mereka memiliki etos kerja sama yang kuat. Adapun yang ditekankan dalam wawancara ini berkenaan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi urgensi layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa, terdiri dari 5 (lima) fakto r, yaitu; adanya permasalahan siswa dan kebutuhan mereka tentang pengarahan pada pembentukan kepribadian yang semakin banyak serta dinamis. Selain itu guru BK dapat lebih memahami siswa dengan segala keunikannya melalui layanan BK. Selanjutnya, dengan adanya layanan BK hasilnya menjadi rujukan terhadap pencegahan, pemahaman, dan penyelesaian masalah kepribadian yang belum, akan, bahkan telah dialami oleh siswa. Kemudian, layanan BK dapat memfasilitasi perbedaan proses pembentukan kepribadian siswa yang acap kali menjadi konflik internal maupun eksternal. Terakhir, layanan BK memberikan kesempatan untuk lebih mengenal, memahami, dan menyesuaikan kepribadian, kekuatan dan kelemahan, tugas-tugas perkembangan, potensi atau peluang yang ada di lingkungan, menentukan tujuan dan rencana hidup, mengatasi kesulitan-kesulitan secara mandiri, dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan mereka sendiri. [ 26 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X

9 D. Simpulan Terdapat kesamaan antara teori dan fakta yang terjadi berkenaan urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa. Sejak awal urgensi layanan BK itu sendiri disamping merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, juga sangat membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin. Selain itu sekolah ini hanya lebih mengedepankan bidang pribadi dan sosial dalam layanan konseling individual dan bimbingan kelompoknya melalui layanan BK dalam membentuk kepribadian siswa. Hal ini sejalan dengan teori, bahwa untuk membentuk kepribadian yang sehat pada diri siswa, guru BK dapat memaksimalkan pelayanan BK dalam bidang pribadi dan sosial, karena kepribadian yang sehat mempengaruhi penampilan dan kehidupan pribadi seorang individu dan juga mempengaruhi cara individu tersebut berinteraksi dengan kehidupan sosialkemasyarakatan di lingkungannya. Terdapat kesamaan antara teori dan fakta yang terjadi berkenaan faktor-faktor yang mempengaruhi urgensi layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membentuk kepribadian siswa. Perlunya layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama, adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan sosial kultural. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan BK. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural), pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan faktor yang mempengaruhi urgensinya layanan BKdalam membentuk kepribadian siswa di Maria Olfah, Urgensi Layanan... sekolah, hal ini hampir sejalan dengan fakta yang ditemukan di lapangan dengan menekankan faktor lingkungan dan pribadi siswa itu sendiri Dengan demikian, layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sangat dibutuhkan dan penting adanya, karena banyaknya berbagai aspek kepribadian siswa yang perlu mendapat perhatian dalam pembentukannya terutama dalam masa kritis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan pertimbangan betapa besarnya kebutuhan siswa akan pengarahan diri dalam keunikan kepribadian di masa kelabilan mereka. Layanan BKitu sendiri di SMP merupakan komponen bimbingan yang harus mendapat perhatian yang seimbang. Layanan BK diharapkan membantu siswa SMP dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan, dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadiansiswa. Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X [ 27 ]

10 DAFTAR PUSTAKA Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru. Al-Syaibany, Omar Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Al Wisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM. Daradjad, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang. Dharmawan, A Kepribadian Siswa, Bandung: Bina Cipta. Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia. Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching. Hamid, Muhammad, Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling, Jakarta: Depdiknas. IKIP Semarang, Psikologi Perkembangan, Semarang: IKIP Semarang Press. Kartadinata, Sunaryo, Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, Bandung: IKIP Bandung. Khairul, Umum dan Aminudin A. Achyar, Bimbingan dan Penyuluhan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia. Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma arif M. Sayyid M. Az-Za Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, Jakarta: Gema Insani Pers. Nurihsan, Achmad Juntika, Managemen BK di SMP, Jakarta: Grasindo., Bimbingan & Konseling Dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan, Bandung: Refika Aditama. Prayitno, dkk., Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Padang, Bina Sumber Daya MIPA. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. [ 28 ] Jurnal: Guidance and Counseling, Volume 1 Issue 1, ISSN X

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN Oleh: Sri Mujinah Abstrak Pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang berjudul peranan guru bimbingan konseling dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang berjudul peranan guru bimbingan konseling dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang berjudul peranan guru bimbingan konseling dalam mengembangkan kreativitas siswa di SMK NU Pekauman ini adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang berilmu. Hal ini dapat diartikan bahwa selama kita hidup ilmu itu harus dicari, ilmu tidak datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa, pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Suprandi Yusuf Jurusan Bimbingan dan Konseling Gorontalo Universitas Negeri,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN

PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN Rismawati. Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin Email

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintregasikan tiga bidang utama secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan atau field research Sugeng D. Triswanto menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus diciptakan oleh siapapun tanpa memandang latar belakang sosial budaya, agama, etnis, dan lain sebagainya, sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni, pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian lapangan (field research) dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian lapangan (field research) dan menganalisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu proses rangkaian langkah-langkah yang akan dilakukan secara terencana dan sistematis, guna menentukan pemecahan suatu masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan membolos merupakan suatu permasalahan yang perlu ditangani dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan bahwa perilaku di sekolah yang

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #2 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat penelitian lapangan (Field Research) 1. adapun metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat penelitian lapangan (Field Research) 1. adapun metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Jenis Pendekatan Penelitian Jenis peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat penelitian lapangan (Field Research) 1. adapun metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan di kodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual memiliki unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakekat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini adalah deskriftif kualitatif yaitu penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SILABUS A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas tentang posisi dan urgensi bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

PELAKSANAAN BIMBINGAN PRIBADI DI MAN 3 MULAWARMAN BANJARMASIN

PELAKSANAAN BIMBINGAN PRIBADI DI MAN 3 MULAWARMAN BANJARMASIN PELAKSANAAN BIMBINGAN PRIBADI DI MAN 3 MULAWARMAN BANJARMASIN Oleh: Ridhatul Hafidzah Abstrak Pelaksanaan bimbingan pribadi di MAN 3 Banjarmasin meliputi beberapa tahapantahapan, yaitu: Perencanaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh AMIN BUDIAMIN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI Penilaian kinerja bagian dari penilaian alternatif. Berkembang tahun

Lebih terperinci

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M. Kajian Bimbingan dan Konseling di SD Khairul Fahmi Hadi 1603397 Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.Pd #1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan Konseling? Pertama-tama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendididkan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendididkan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk mengembangkan potensi dan pribadi seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar sebagaimana dinyatakan dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 9 ayat 1. Selanjutnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepramukaan yaitu gerakan kepanduan yang merupakan wadah pembinaan bagi kaum muda Indonesia yang sekaligus mendidik guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada konsep al-nas lebih ditekankan pada statusnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MEMBANTU MENGATASI MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BANJARMASIN SELATAN KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MEMBANTU MENGATASI MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BANJARMASIN SELATAN KOTA BANJARMASIN PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MEMBANTU MENGATASI MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BANJARMASIN SELATAN KOTA BANJARMASIN Oleh: Ikta Yarliani Abstrak Bentuk-bentuk masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan berkaitan dengan hubungan antara kreativitas guru

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan berkaitan dengan hubungan antara kreativitas guru BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti ingin melihat secara langsung tanpa memberikan

Lebih terperinci

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, seperti sekarang ini menuntut adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami perubahan baik perubahan secara intelektual maupun perubahan sikap hidup ( Mental) dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara umum guna mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani. 1 Menurut konsep

Lebih terperinci

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGUBAH PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN Oleh: Juni Prasetiyono Abstrak Dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22 BAB IV ANALISIS A. Optimalisasi manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Pendidikan merupakan aset yang tidak akan ternilai bagi individu dan masyarakat, pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni pendekatan yang lebih menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan beberapa hal tentang: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar dan hipotesis, (5) kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATA KULIAH

DESKRIPSI MATA KULIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN DESKRIPSI MATA KULIAH KD 302 Bimbingan dan Konseling : S 1, 3 sks, semester 2 Mata kuliah ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pendidikan adalah proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran, ingatan, perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun sebagai warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR. Nurniswah

PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR. Nurniswah Nurniswah, Peran Guru Kelas Dalam Pelaksanaan BK 121 PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Nurniswah Abstract : This article aims to describe the role of classroom teachers

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan sebuah proses pengembangan potensi anak bangsa. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin perkembangan serta kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. 1 Yang dimaksud upaya di sini adalah upaya yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menggalangkan berbagai usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya dan hal ini ditempuh dengan secara bertahap dengan berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diupayakan untuk tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Hari (2003:30) menyebutkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL 0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berati berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran seorang anak di dunia ini adalah kebanggaan tersendiri bagi keluarga, manusia tidak dapat meminta anaknya berwajah cantik atau tampan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017 Implementasi Nilai-nilai Budaya Daerah dalam Bimbingan Konseling Lintas Budaya dan Agama di SMP Negeri 1 Pejagoan Kebumen oleh : Yusuf Hasan Baharudin Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 40 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 40 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 40 MUARO JAMBI Oleh: GUSTINA NINGSIH ERA ID009072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar.untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara organik. Karenanya sepanjang perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya, dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berbicara mengenai pendidikan secara umum kita harus merekonstruksi kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen utama dalam membangun suatu negara yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah pendidikan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : 1. Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi - sosial : a. Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial b. Pengertian BK pribadi- sosial c. Urgensi

Lebih terperinci