BAB 1 Pendahuluan. A. LATAR BELAKANG Pada saat ini media memiliki peranan penting dalam kehidupan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 Pendahuluan. A. LATAR BELAKANG Pada saat ini media memiliki peranan penting dalam kehidupan"

Transkripsi

1 BAB 1 Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Pada saat ini media memiliki peranan penting dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Media dalam hal ini diibaratkan berperan sebagai sebuah pondasi informasi dalam menyampaikan berita ataupun informasi kepada masyarakat. Sebagaimana dikatakan Rudolf Rahabeat, media sangat berperan dalam mempengaruhi dan membentuk opini masyarakat yang berdampak dalam persepsi dan perilaku, sesuai ideologi yang ditawarkan oleh media (Rahabeat, 2004:19). Hal ini turut membuktikan bahwasanya media merupakan salah satu sumber informasi terpercaya dalam membentuk persepsi di tengah-tengah masyarakat, dimana media selalu menyampaikan informasi-informasi secara aktual yang dikonsumsi oleh masyaratkat secara luas, terlebih di era yang modern pada saat ini media seolah dimanjakan dengan peraturan kebebasan pers di Indonesia yang tentu membuat pers lebih bebas untuk berpendapat dalam membuat sebuah berita yang tentu dikonsumsi setiap harinya oleh masyarakat. Peran dan fungsi media yang semakin kuat ini telah membawa media sebagai pilar keempat dalam demokrasi setelah lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif (Junaedi, 2007:14). Indonesia baru saja melewati sebuah perhelatan akbar di dunia politik yang amat sangat penting pada tahun 2014 yaitu pesta demokrasi, dimana seluruh warga Indonesia menyalurkan hak suara yang mereka miliki ke masing-masing Tempat Pengumutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk 1

2 memilih calon Presiden dan calon wakil Presiden untuk 5 tahun ke depan yaitu periode Adapun calon Capres dan Cawapres yang akan bertarung di pemilu kali ini berasal dari dua calon yang berbeda yaitu Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Radjasa, serta Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Salah satu calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan calon wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan salah satu peserta Pilpres yang diusung oleh sebuah partai besar berlambang banteng yaitu PDIP Perjuangan. Perjalanan karier Jokowi di dunia politik berawal pada saat terpilih menjadi Walikota Solo pada Pilkada Kota Solo tahun Jokowi memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62% pada saat kepemimpinannya, Kota Solo mengalami banyak perubahan yang sangat signitifkan di berbagai aspek. Berkat pencapaiannya ini Jokowi mampu kembali terpilih sebagai Walikota Solo pada tahun 2010 dengan persentase suara keuanggulan telak yaitu mencapai 90.09% ( diakses pada tanggal 20 September 2014). Berkat keberhasilan Jokowi dalam memimpin Kota Solo pada saat menjabat sebagai Walikota Solo, maka pimpinan partai PDI-P yaitu Megawati Soekarnoputri kembali mencalonkan Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan calon Wakil Gubernurnya yaitu Basuki Tjahja Purnama pada Pilkada pada tahun Jokowi kembali berhasil memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta mengalahkan Fauzi Wibowo yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur yang notabene didukung oleh hampir seluruh partai politik 2

3 (Parpol) melalui Pilkada sebanyak dua putaran. Di masa kepemimpinannya menjadi Gubernur Jokowi langsung membuat program-program yang mampu memberikan perubahan di Jakarta seperti membuat Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dimana semua warga yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang bedomisili di Jakarta dapat berobat secara gratis di rumah sakit. Memasuki tahun 2014 yang merupakan tahun politik dimana pada tahun ini bertepatan dengan pemilihan calon Presiden dan calon wakil Presiden di Indonesia, sempat muncul isu yang berhembus di kalangan media maupun masyarakat tentang pencalonan Jokowi sebagai calon Presiden yang diutus langsung oleh PDI-P. Isu tersebut mampu menyedot antusias media maupun masyarakat untuk mencari fakta tentang rencana pencalonan Jokowi sebagai Capres. Namun asumsi semua isu yang berkembang di kalangan media dan masyarakat terbukti pada tanggal 14 Maret 2014, dimana Megawati Soekarno Putri selaku ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengeluarkan surat perintah harian yang ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia agar mendukung Joko Widodo sebagai calon Presiden. Tentu berita tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun media dimana pada saat ini Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Namun pencalonan Jokowi sebagai Capres mampu menyedot perhatian sebagian media untuk memberitakannya. Terlebih dari hasil survey yang dilakukan oleh Litbang Kompas elektabilitas Gubernur DKI Jokowi menembus 43,5% di survey politik 3

4 terbaru( tembus-435-pdip-sumsel-dia-pantas-jadi-capres). Berita pencalonan Jokowi sebagai Capres pada Pemilu tahun 2014 ini terbukti mampu menyedot antusias berbagai macam media untuk selalu memberitakan Jokowi. Hal ini terlihat dari mulai bermunculannya berita-berita terkait pencalonan Jokowi sebagai Presiden baik di media cetak, media professional, maupun stasiun-stasiun televisi di Indonesia, meskipun terlihat dari berbagai macam media professional tersebut ada yang memberitakan hal-hal positif dari pencalonan Capres Jokowi dan juga ada yang memberitakan tentang hal-hal negatif dari Capres Jokowi. Sangatlah berbanding terbalik dengan fungsi media yang seharusnya bersifat netral dalam menyampaikan pemberitaan kepada masyarakat luas. Meskipun pada umumnya di era politik pada saat ini, media massa memang tidak terlepas dari kekuatan pemilik modal yang memberikan nafas keberadaannya (Setiawan dkk, 2008:181). Terlebih di era modern pada saat ini para pemilik media juga turut berpartisipasi ke dalam dunia politik. Pada Pilpres 2014 kali ini hampir semua media arus utama (mainstream), baik media cetak maupun televisi, telah berubah atau bertransformasi untuk menjadi pendukung dari masing-masing Capres yang mereka dukung. Mereka bertransformasi menjadi pendukung Capres tertentu, baik terang-terangan maupun secara halus. Dukungan kepada Capres dapat dilihat dari jumlah berita yang ditayangkan tentang Capres tersebut, durasi penayangan (pada televisi), pemilihan foto, cara penyampaian berita, dan pemilihan narasumber. 4

5 Publik dapat menilai kemana arah media tersebut dalam pemberitaannya. Sebagian pemilik media itu memang sudah dari awal mendukung Capres tertentu, misalnya MetroTv yang selalu dominan memberitakan hal-hal yang mengenai sisi positif dari Joko Widodo, berbanding terbalik dengan TVOne yang justru memberitakan berita-berita yang cenderung kontra terhadap Joko Widodo. Seperti salah satu tagline berita di TVOne yang berjudul : program-program Jokowi di Solo banyak yang gagal dan bermasalah ( diakses pada tanggal 20 September 2014). Berbeda dengan berita yang disiarkan oleh MetroTv yang berjudul Jokowi Presiden pilihan kita ( diakses pada tanggal 20 September 2014). Hal ini tentu telah membuktikan bahwasanya telah terjadi relasi antara media dan aktor politik dalam Pilpres Dimana kewenangan dari para pemilik media yang terjun sebagai tim sukses dari masing-masing Capres yang mereka dukung digunakan dalam menyampaikan berita seputar Capres yang mereka dukung.. Produksi dan penyebaran informasi media pada saat ini tidak lagi dikuasai oleh media massa yang bersifat media professional saja. Warga biasa yang tidak berprofesi sebagai jurnalis kini mempunyai kesempatan untuk melakukan hal yang sama. Warga biasa nonjurnalis dapat berbagi informasi dengan menggunakan berbagai media, baik melalui media konvensional (seperti program acara di TV dan radio, rubrik di surat kabar, majalah atau tabloid) atau media baru (internet). Inilah yang disebut jurnalisme warga (citizen journalism). Orang yang 5

6 melakukan kegiatan tersebut biasa disebut dengan jurnalis warga atau pewarta warga. Perkembangan fenomena jurnalisme warga di Indonesia sendiri bisa dikatakan sangat menggembirakan. Hal ini terjadi karena memungkinkan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai Negara demokrasi menjadi lebih mudah untuk memberikan informasi atau berita terhadap khalayak luas dan juga memiliki akses untuk menjadi subjek dalam pemberitaan citizen journalism (CJ) yang diharapkan mampu memberikan warna tersendiri yang lebih independen dan jujur di dunia media di Indonesia. Sebutan bagi penggiat jurnalisme warga disebut jurnalis warga atau pewarta warga atau citizen journalist. Fenomena pemberitaan Capres pada Pemilu tahun 2014 tersebut tidak hanya terjadi di media professional saja melainkan juga terjadi di jurnalisme warga. Fenomena tersebut terlihat dari antusias para jurnalisme warga yang mengirimkan pemberitaan terkait pencalonan Capres Jokowi dan mengupload hasil dari liputannya untuk ditayangkan dalam salah satu program di salah satu stasiun televisi swasta yang bernama MetroTv yaitu Wide Shot yang di salah satu segmennya khusus menayangkan berita-berita yang diliput oleh para jurnalisme warga. Seperti salah satu berita yang di upload oleh salah satu jurnalis warga Wide Shot bernama : Is Ariyanto dari Solo Jawa Tengah pada hari rabu 2 Juli 2014 yang berjudul : Jokowi Yakin Menang Mutlak di Solo dengan narasi berita sebagai berikut: 6

7 Pada kampanye yang digelar di Taman Budaya Solo Jawa Tengah, Joko Widodo yang menargetkan kemenangan suara di Kota kelahirannya tersebut. Kampanye berlangsung di hadapan warga Solo dengan meriah. Bahkan simpatisan warga Jokowi sudah hadir berjam-jam sebelum Jokowi datang. Mereka berharap pada tahun 2014 menjadi tahun penentuan lahirnya Presiden yang berasal dari Solo. Berita ini disambung dengan wawancara langsung narasumber yaitu FX Hadi Rudyatmo selaku Walikota Solo, Jokowi berangkat dari Kota Solo, dan pernah berbuat di Kota Solo untuk meningkatkan kesejahteraan warga Kota Solo tentunya rakyat Solo akan mendambakan dan merindukan punya Presiden yang berangkat dari Kota Solo. Kegiatan tersebut diakhiri Jokowi dengan mempraktekan simulasi pencoblosan untuk tanggal 9 Juli mendatang. Dari Solo Jawa Tengah Is Ariyanto melaporkan untuk Wide Shot MetroTv Gambar 1.1. Pemberitaan Capres Joko Widodo dalam Wide Shot tanggal 2 Juli 2014 Sumber: ( diakses tanggal 20 September 2014) 7

8 MetroTv sebagai televisi swasta di Indonesia adalah pelopor program acara yang mengusung konsep citizen journalism yang ditayangkan di televisi. Acara yang diberi nama citizen journalist ini menjadi salah satu rubrik dalam program acara Wide Shot yang mulai 25 Desember 2011 hadir setiap Senin-Jumat Pukul WIB. ( Program Wide Shot merupakan salah satu pelopor citizen journalism di Indonesia. Di mana stasiun televisi MetroTv sebagai pemilik program acara tersebut ingin mengajak masyarakat untuk sama-sama membangkitkan kesadaran jurnalisme warga untuk berbagi informasi melalui media, namun dikemas secara ringan tapi tetap memiliki sense of news. Wide Shot turut memberikan ruang bagi publik untuk turut serta terlibat dalam dunia jurnalistik. Semua masyarakat dapat berperan aktif menyampaikan informasi dengan mengirimkan hasil liputan tentang sebuah berita baik yang bermuatan sosial, politik maupun feature yang nantinya akan tayang pada rubrik citizen journalist dalam program acara Wide Shot ( Wide Shot menentukan dua bentuk citizen journalism, yakni citizen reporter dan citizen video. citizen reporter diberikan kepada publik/warga yang berkeinginan untuk menjadi reporter citizen, sedangkan citizen video diperuntukan kepada warga atau masyarakat yang ingin mengirimkan video yang terjadi secara langsung di sekitarnya. Pada saat ini media profesional bertransformasi menjadi pendukung Capres tertentu, baik secara terang-terangan maupun secara halus. Selain itu hal ini dapat dilihat dari banyaknya para elite partai politik sebagai pemilik media yang tentu dapat memberikan pengaruh kekuasaannya dalam dunia politik. Namun apakah 8

9 fenomena keberpihakan media melalui pemberitaan yang terjadi di kalangan media profesional juga ikut terjadi di dalam jurnalisme warga yang ditayangkan oleh program Wide Shot MetroTv pada saat ini yang notabene menjadi media alternatif bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah fenomena yang terjadi di media professional dimana di media profesional terlihat jelas keberpihakan media dalam memberitakan Capres tertentu juga terjadi di jurnalisme warga yang di tayangkan oleh program Wide Shot di MetroTv. Selain itu peneliti juga tertarik meneliti tentang bagaimana wacana politik dalam pemberitaan Capres Joko Widodo dalam program jurnalisme warga Wide Shot MetroTv. B. RUMUSAN MASALAH Dari permasalahan di atas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana wacana politik tentang pemberitaan Joko Widodo di dalam program jurnalisme warga Wide Shot MetroTv pada saat Pilpres 2014? C. TUJUAN PENELITIAN Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui wacana pemberitaan Joko Widodo di dalam program jurnalisme warga Wide Shot MetroTv pada saat Pilpres

10 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada khalayak tentang wacana pemberitaan yang ditampilkan oleh para jurnalis dari jurnalisme warga dalam program Wide Shot MetroTv dalam memberitakan Capres Joko Widodo. Serta penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti masalah analisis teks media khususnya pada kajian analisis teks wacana kritis. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya jurnalisme warga berkaitan dengan analisis teks media khususnya metode analisis wacana. E. KERANGKA TEORI E.1. Jurnalisme Warga Mengolah dan menyebarkan informasi bukan lagi monopoli media massa, kini warga biasa sudah mampu melakukan hal yang sama. Warga biasa yang tidak berprofesi sebagai jurnalis mempunyai kesempatan yang sama layaknya jurnalis profesional. Menurut Pepih Nugraha citizen journalism didefinisikan sebagai warga biasa yang tidak terlatih sebagai wartawan professional, namun peralatan teknologi informasi yang dimilikinya bisa menjadi saksi mata atau sebuah peristiwa yang terjadi di sekitarnya baik itu meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis, dan menyiarkannya di media online karena memiliki semangat berbagi 10

11 dengan masyarakat lainnya (Nugraha, 2012:19). Selain itu Steve Outing dalam satu artikel citizen journalism personal media yang dimuat di pointer : org, 13 Juni 2005, bahkan kurang senang dengan istilah citizen journalism, namun lebih menyukai istilah personal media. Menurut JD Lasica (dalam Nugraha, 2012:19) istilah personal media dinilai Outing lebih tepat untuk menggambarkan kegiatan pewarta negara, ngeblog, podcasting, dan istilah lainnya yang merujuk pada kegiatan citizen journalism. Pepih Nugraha menjelaskan, jika ingin dirunutkan lebih rinci lagi, citizen journalism memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Warga biasa. 2. Bukan wartawan professional. 3. Terkait fakta atau peristiwa yang terjadi. 4. Memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang terjadi pada saat itu. 5. Memiliki peralatan teknologi informasi. 6. Memiliki keingintahuan yang tinggi. 7. Memiliki kemampuan menulis atau melaporkan. 8. Memiliki semangat berbagi informasi dengan yang lainnya. 9. Memiliki blog pribadi atau blog sosial dan akrab dengan dunia online. 10. Menayangkan hasil liputannya di media online seperti blog atau media sosial. 11. Tidak berharap imbalan atas apa yang ditulisnya (Nugraha, 2012:20). 11

12 Terdapat beragam istilah untuk menyebut jurnalisme warga, mulai dari citizen journalism, participatory journalism, netizen, open source journalism ada juga yang menyebut dengan grassroot journalism. Walaupun berbeda-beda sebutannya namun tetap mempunyai makna yang sama yaitu kegiatan jurnalistik yang dilakukan bukan oleh orang yang pekerjaannya jurnalis. Sebutan bagi penggiat jurnalisme warga disebut jurnalis warga atau pewarta warga atau citizen journalist seperti halnya yang dikatakan (Mc Quail, 2011:1), media harus memperluas ruang debat, mengedarkan informasi dan gagasan sebagai dasar opini publik, menghubungkan warga dengan pemerintah, menyediakan informasi yang bergerak, menantang monopoli pemerintah dalam hal politik, serta memperluas kebebasan dan keragaman publikasi jurnalisme warga. Sebagai pengguna frekuensi publik, televisi seharusnya memberikan sumbangsih yang lebih nyata bagi pembangunan masyarakat, yaitu dengan mengakomodasi seluruh potret kehidupan masyarakat. Semangat inilah yang diusung dalam gagasan citizen journalism. Dalam bahasa keseharian, citizen journalism lebih dikenal dengan jurnalisme partisipatoris atau (jurnalisme kerakyatan). Prinsip yang dianut adalah everybody could be a journalist. Paradigma jurnalistik ini hendak menggusur peran redaktur media yang superbody (Riyanto dkk, 2012:91). Dari sekian banyak istilah yang terurai dari nama lain citizen journalism di atas JD. Lasica (dalam Nugraha, 2012:20) dalam salah satu artikelnya menyusun enam kategori dari jurnalisme warga yaitu: 1. Partisipasi khalayak untuk media arus utama (mainstream) seperti komentar pada tulisan atau berita tertentu. 12

13 2. Situs berita dan informasi independen. 3. Situs atau blog sosial sepenuhnya. 4. Situs media kolaborasi dan konstribusi. 5. Bentuk lain (media kecil). 6. Situs penyiaran pribadi. Di Indonesia fenomena jurnalisme warga bermula pada saat terjadinya tragedi reformasi pada tahun Dengan kondisi yang serba tidak menentu pada saat itu, mendorong masyarakat untuk mengetahui kondisi sekitarnya. Minat masyarakat atas semua informasi yang terjadi di sekeliling mereka pada saat itu begitu tinggi. Fenomena jurnalisme warga di Indonesia kembali muncul pada saat tsunami Aceh pada bulan Desember Dimana pada saat itu muncul sebuah video dari salah satu jurnalisme warga yang menggambarkan begitu dahsyatnya bencana tsunami yang menerjang Aceh pada saat itu. Sementara itu Steve Outing mengklasifikasikan 11 lapisan jurnalisme warga (citizen journalism) yaitu sebagai berikut: 1. Opening up to public document, bentuk ini menjelaskan dimana citizen journalism membuka ruang untuk komentar publik. 2. The citizen add-on reporter, bentuk ini menambahkan masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis, dalam hal ini para jurnalis warga diminta untuk ikut terjun di dalamnya melalui tulisan pada topik utama liputan yang dilaporkan. 13

14 3. Open source reporting, bentuk ini memperlihatkan kolaborasi antara jurnalis profesional dengan warga biasa yang bukan jurnalis. 4. The citizen bloghouse, berbentuk blog-blog, melalui blog orang bisa berbagi cerita di sekeliling masyarakat berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya. 5. Newsroom citizen trasparancy blogs, bentuk ini menisyaratkan keterbukaan bagi editor yang mengambil kebijakan dalam pemberitaan di sebuah institusi pers dan keterbukaan media itu sendiri. 6. The stand-alone citizen journalism site: edited version, bentuk ini merupakan proses pengiriman laporan warga yang harus melalui pengeditan (editing) sebelum ditampilkan di media berbasis citizen journalism. 7. Stand-alone citizen journalism site: united version, kebalikan dari langkah sebelumnya yaitu tidak memberlakukan proses editing. 8. Add a print edition, gabungan dari stand-alone citizen journalism edited version maupun unedited version dengan edisi cetak. 9. The hybrid: pro+citizen journalism, suatu kerja organisasi media massa dimana jurnalis professional dengan pewarta jurnalis bekerja sama dengan menggabungkan jurnalis professional dengan jurnalis warga. 10. Integrating citizen and projournalism under one roof, penggabungan jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap. 11. Wiki journalism : where the readers are editor, pembaca sekaligus bertindak juga sebagai editor (Nugraha, 2012:26-35). 14

15 E.2. Berita Dalam dunia jurnalistik, berita merupakan salah satu komponen utama. Menurut Wiliam S. Maulby berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak kepada fakta-fakta uang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat atau membuat berita itu sendiri (Wiliam S. Maulby dalam Sumandiria, 2005:64). Dalam kesehariannya masyarakat di Indonesia bahkan di seluruh dunia pasti mengkonsumsi berita baik dari media televisi, surat kabar, radio atau dari media online. Hal ini terlihat dari mulai bermunculannya stasiun-stasiun televisi di Indonesia yang mengkhususkan diri pada program-program yang hanya menampilkan berita seperti TVOne dan MetroTv. Berita berasal dari sebuah Bahasa Sansakerta, yaitu Vrit yang dalam bahasa inggris disebut write, namun ada juga yang menyebutnya dengan kata lain yaitu Vritta (Kejadian). Vritta dalam bahasa Indonesia yang berarti berita/ warta. Menurut J.B Wahyudi, Berita adalah suatu laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik (J.B Wahyudi, 1999: 128). Seorang pakar jurnalistik Lord Northeclife (dalam Barus, 2010:26) juga menyimpulkan bahwa News is anything out of ordinary yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah berita adalah segala sesuatu yang mengandung hal yang luar biasa. Selain itu Jakob Oetama juga mendefinisikan bahwa berita sebagai laporan tentang kejadian yang aktual, bermakna, menarik. Setiap hari selalu lebih banyak kejadian daripada jumlah berita dalam media massa, termasuk 15

16 pers. Karena kejadian hanya menjadi berita selalu diangkat oleh wartawan, maka terjadilah proses seleksi berita televisi, melalui wartawan, memilih atau melakukan seleksi menurut sejumlah kejadian yang diseleksi oleh dewan direksi sesuai kebutuhan (Oetama, 2001:262). Namun tidak sedikit pula pakar-pakar jurnalistik dari berbagai belahan dunia yang ikut mendefinisikan arti dari berita diantaranya seperti yang disebutkan di bawah ini: a. Willard C. Bleyer : Berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar ataupun televisi karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca. (Newspaper Writing and Editing). b. William S. Maulsby : Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar ataupun televisi yang memuat berita tersebut. (Getting The News). c. Chilton R. Bush : Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata-mata menarik karena berhubungan dengan hal yang menarik dari seorang atau sesuatu dalam situasi yang menarik (Newspaper Reporting of Public Affairs). d. Dja far H. Assegaff : Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena luar biasa, entah karena pentingnya 16

17 atau karena akibat yang ditimbulkannya atau entah karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Barus,2010:26). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berita adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum (Barus, 2010:26). Selain itu bila disederhanakan maka dapat juga diperoleh suatu definisi yang mudah dipahami bahwa berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang mampu menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2009:49). Dalam penyajiannya sendiri setidaknya berita sendiri harus mencakup atau memiliki 6 (enam) unsur-unsur pertanyaan yang mengandung 5W+1H didalamnya yaitu What (apa), Who (siapa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa) dan How (bagaimana) seperti penjelasan di bawah ini : a. What (apa) Berkaitan dengan apa peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi. Pertanyaan apa yang terjadi memang banyak memberikan jawaban fakta, tetapi harus disusul dengan penjelasan lain. b. Who (siapa) Merupakan pertanyaan yang mengandung fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terlibat dalam kejadian. Orang yang diberitakan harus dapat diidentifikasi selengkap-lengkapnya. 17

18 c. Where (di mana) Menyangkut tempat kejadian. Nama tempat harus dapat diidentifikasikan dengan jelas sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang tepat mengenai tempat yang disebutkan. d. When (kapan) Berkaitan dengan waktu peristiwa atau kejadian itu berlangsung ataupun kemungkinan-kemungkinan waktu yang berkaitan dengan kejadian tersebut. e. Why (mengapa) Akan mengundang jawaban latar belakang suatu tindakan ataupun penyebab suatu kejadian yang telah diketahui apa atau mengapa kejadian tersebut bisa terjadi. f. How (bagaimana) Akan memberikan nilai-nilai fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberitakan (Mursito, 1999:37). Selain itu dalam praktiknya terdapat perbedaan pandangan dalam menentukan sifat atau ciri sebuah berita. Ada yang menekankan dari segi unsur yang harus dikandung dalam sebuah berita, ada yang menekankan segi sifatnya, dan ada pula yang menekankan ciri-cirinya. Menurut Barus ciri yang harus dimiliki sebuah berita diantaranya harus mencakup: a. Accuracy : akurat, cermat, dan teliti b. Universuality : berlaku umum c. Fairness : jujur dan adil 18

19 d. Humanity : nilai kemanusiaan e. Immediate : segera (Barus, 2010:31) Namun ada pula yang beranggapan bahwa untuk menilai apakah suatu kejadian memiliki nilai berita atau tidak, reporter harus dapat melihat unsur-unsur di dalam berita sebagai berikut : a. Penting (significance) : mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau dampak yang luas terhadap kehidupan khalayak pembaca. b. Besaran (magnitude) : sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai atau angka yang besar hitungannya sehingga pasti menjadi sesuatu yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak c. Kebaruan (timeliness) : memuat peristiwa yang baru saja terjadi, karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi aktual atau masih hangat dibicarakan umum. Aktual (terkini) berkaitan dengan tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi (terlambat) memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan pleh pimpinan redaksi. d. Kedekatan (proximity) : memiliki kedekatan jarak (geografis) ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan karena profesi, minat, bakat, hobi, dan perhatian pembaca e. Ketermukaan (prominence) : hal-hal yang mencuat dari diri seseorang atau sesuatu benda, tempat, atau kejadian. Suatu peristiwa yang 19

20 menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang dikenal masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh masyarakat. f. Sentuhan manusiawi (human interest) : sesuatu yang menyentuh rasa kemanusiaan, menggugah hati dan minat (Barus, 2010:32). E.3. Format Berita Berita di media televisi tentunya dapat diproduksi dalam beragam format atau bentuk tergantung kebutuhan masing-masing berita. Adapun format berita sendiri diartikan sebagai sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu di mana dibutuhkan sifat liputan independen (Rukmananda, 2004:66). Pemilihan format berita yang akan di produksi dan disiarkan akan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor ketersediaan stok gambar (visual) dari peristiwa yang akan diberitakan, momentum terjadinya peristiwa, serta perkembangan lanjutan dari peristiwa yang terjadi (Junaedi, 2013:27). Berikut ini adalah format-format berita di televisi antara lain: 1. Reader Reader merupakan format berita yang paling sederhana. Format berita ini hanya berbentuk lead in yang dibaca oleh presenter. Kesederhanaan format berita ini ditandai juga dengan tidak adanya gambar dan juga grafik. Umumnya bentuk berita ini dipilih oleh stasiun televisi karena 20

21 naskah berita sudah sangat dekat dengan deadline, atau kejadian penting dengan nilai aktualitas tinggi atau baru saja terjadi (Junaedi, 2013:28). 2. Voice Over Voice over atau yang lazim disebut (VO) adalah format berita televisi yang lead in dan tubuh berita secara keseluruhan dibacakan oleh presenter. Saat presenter membaca berita, disisipkan gambar yang isinya sejalan dan serasi dengan berita yang dibacakan oleh presenter (Junaedi, 2013:29). 3. Natural Sound Natural sound biasa disingkat dengan natsound yang secara harfiah berarti suara lingkungan. Teknik format berita ini dengan tidak menghilangkan suara yang terekam dalam gambar. Ini adalah format pengembangan dari VO, dimana jika dalam VO suara dihilangkan untuk digantikan dengan suara presenter, maka di dalam natsound, suara di pertahankan. Tujuannya mempertahankan suara ini adalah untuk membangun suasana (Junaedi, 2013:30). 4. Voice Over Grafik Voice over grafik adalah bentuk berita televisi di mana lead in dan tubuh berita dibaca secara keseluruhan oleh presenter secara keseluruhan tanpa ada gambar dari yang berasal dari lokasi kejadian yang diberitakan. Visual yang ditampilkan berupa grafik atau tulisan yang berkaitan tentang kejadian yang diberitakan. Voice over grafik umumnya dilakukan dengan pertimbangan belum ada kiriman gambar dari lokasi kejadian, padahal aktualitas berita sangatlah tinggi (Junaedi, 2013:30). 21

22 5. Sound on Tape (SOT) Sound of tape atau yang biasa disingkat SOT adalah format berita televisi yang berisi lead in dan kemudian disusul sound bite dari narasumber. Secara teknis, narasumber membaca lead in berita, kemudian disusul pernyataan dari narasumber. Pernyataan dari narasumber inilah yang disebut sound bite. Format ini dipilih jika narasumber memiliki nilai berita yang tinggi karena dianggap penting untuk ditonjolkan dari pada dalam bentuk narasi atau belum mendapatkan stok visual dari reporter di lokasi kejadian (Junaedi, 2013:31). 6. Voice Over Sound on Tape (VO-SOT) Voice over sound on tape (VO-SOT) adalah bentuk berita televisi berisi campuran antara voice over (VO) dengan sound on tape (SOT). Secara teknis perpaduan ini dilakukan dengan cara lead in dan tubuh berita dibacakan oleh presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan sound bite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, padahal ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi di akhir berita. Dalam VO-SOT total durasi diusahakan tidak lebih dari 60 detik, dengan pembagian 40 detik untuk narasi, 20 detik untuk sound bite (Junaedi, 2013:32). 7. Package (PKG) Package adalah format berita televisi di mana presenter hanya membacakan lead in-nya saja. Isi berita akan ditayangkan secara 22

23 keseluruhan sebagai body berita segera setelah presenter membacakan lead in. Jadi, tubuh berita sudah merupakan paket berita yang sebelum ditayangkan telah dikemas menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, sound bite, dan kadang juga grafis. Umumnya tubuh berita dalam format ini diakhiri dengan narasi (Junaedi, 2013:33). 8. Live on cam Live on cam adalah bentuk berita televisi yang disiarkan langsung dari lokasi peliputan. Sebelum reporter di lokasi kejadian menyampaikan laporannya tentang peristiwa terjadi, presenter terlebih dahulu membacakan lead in dan kemudian memanggil reporter di lapangan untuk menyampaikan laporan liputannya. Saat reporter menyampaikan laporannya bisa juga disisipi gambar yang relevan dengan peristiwa yang terjadi. Live on cam memerlukan persiapan yang matang terutama karena menyangkut koordinasi antara kru di studio dan kru di lapangan (Junaedi, 2013:34). 9. Live on Tape (LOT) Live on tape atau yang biasa disingkat LOT adalah bentuk berita televisi yang produksinya dilakukan dengan merekam langsung di lokasi peristiwa, namun penayangannya ditunda (delay). Secara teknis, LOT dilakukan dengan cara sebagai berikut: reporter merekam dan menyusun laporan peliputannya di lokasi peliputan, kemudian penyiarannya dilakukan setelah reporter selesai merekam laporannya. Live on tape dipilih sebagai format berita dengan pertimbangan untuk memperlihatkan 23

24 kehadiran reporter di lokasi peristiwa, namun di sisi lain ada keterbatasan biaya jika kehadiran reporter disiarkan secara langsung dengan live on cam. Sebagai jalan tengahnya, maka live on tape bisa dipilih sebagai alternatif untuk memperlihatkan kehadiran reporter di lokasi peristiwa dengan biaya yang lebih terjangkau (Junaedi, 2013:36). 10. Live by Phone Live by phone adalah format siaran langsung berita televisi yang disiarkan dari lokasi live by phone peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Urutannya sebagai berikut, presenter membaca lead in dan kemudian memanggil reporter di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dimunculkan dengan bentuk grafis, dan umumnya juga bersama grafis lokasi peristiwa. Jika tersedia dapat juga ditampilkan gambar dari rangkaian peristiwa sebelumnya yang masih relevan. Live by phone dilakukan jika aktualitas peristiwa sangat bernilai tinggi, namun tidak memungkinkan menyiarkannya dalam bentuk live on cam (Junaedi, 2013: 37). 11. Phone Record Phone record adalah format berita televisi yang hampir mirip dengan live by phone, di mana reporter meliput langsung di lokasi kejadian hanya dengan merekam suara kemudian penyiarannya dilakukan secara tunda. Format ini terbilang jarang dipilih, dan umumnya jika dipilih didasarkan pada alasan ada perkiraan gangguan teknis saat siaran langsung (Junaedi: 2013:38). 24

25 12. Visual News Visual news merupakan format berita televisi yang hanya menayangkan (rolling) gambar-gambar yang menarik dan dramatis. Presenter hanya membaca lead in kemudian diikuti dengan tayangan gambar-gambar tersebut tanpa ada narasi tambahan yang mengiringinya. Sound bite dipertahankan untuk memperlihatkan dramatisnya berita (Junaedi, 2013: 38). 13. Vox Populi (Vox Pop) Vox pop sebenarnya bukan format berita, namun umumnya digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Fox pop berarti suara rakyat kebanyakan yang lahir dari komentar masyarakat. Durasi vox pop tidak lebih dari 60 detik (Junaedi, 2013:39). Dalam penelitian ini format yang digunakan peneliti untuk menganalisis berita dan menjawab rumusan masalah adalah format berita voice over (VO), natural sound, sound on tape (SOT), voice over sound on tape dari para reporter jurnalisme warga Wide Shot MetroTv. E.4. Berita Politik Berita politik tentunya akan menjadi menu pokok isi media karena intensitas pengaruhnya cukup luas dan mendalam baik untuk kepentingan politik itu sendiri maupun untuk kehidupan masyarakat sehari-hari. Berita politik sendiri akan semakin bertambah meninggi intesitasnya saat menjelang pemilihan umum 25

26 pilpres, pemilihan legislatif anggota DPR, pemilihan langsung kepala daerah, kongres partai ataupun sebagainya yang berkaitan dengan dunia politik. Menurut perspektif peneliti berita politik sendiri bisa diartikan sebagai gabungan dari dua unsur antara berita dan peristiwa politik. Dimana berita adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa di sekitar kita dan diliput oleh wartawan untuk disampaikan kepada masyarakat. Sedangkan politik adalah peristiwa yang menyangkut dan berhubungan tentang kegiatan yang dilakukan oleh para aktor politik. Sehingga bila digabungkan dapat menjadi sebuah definisi bahwa berita politik adalah berita yang menyangkut kegiatan politik atau peristiwa di sekitar masalah-masalah ketatanegaraan dan segala hal yang berhubungan dengan urusan pemerintahan negara. Politik disini harus diartikan sebagai upaya manusia untuk menata kehidupan rakyat, pemerintahan, dan Negara demi mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama yang luhur, yaitu perbaikan hidup atau nasib bangsanya (Barus, 2010:41). Berita politik sendiri lebih ditentukan oleh dinamika politik, artinya ada kecenderungan pers lebih tergantung pada proses politik, tergantung pada pemberitaan pers itu sendiri (Wolfsfeld, 2003:82). Sementara itu Entman (dalam Simarmata, 2014:19), melihat antara berita dan proses politik tidak bisa ditentukan mana yang lebih dulu, tetapi berlanjut secara terus menerus melibatkan berbagai elemen yang mempengaruhi produksi berita seperti pemerintah, elite politik, media, dan publik sendiri. Adapun berita politik yang tergantung pada dinamika politik terjadi pada peristiwa politik yang sudah teragenda seperti: jumpa pers, seminar, rapat, dan lain-lain, tetapi ada juga berita yang tidak direncanakan atau spot news, yaitu 26

27 berita yang terjadi secara seketika, sangat baru, penting, dan akan diberitakan secara cepat (Bond, 1961:88). Proses terbentuknya berita politik menurut Hamad (dalam Simarmata, 2014: 20) selalu diawali oleh adanya peristiwa politik, baik yang menyangkut lembaga politik, aktor politik, maupun kebijakan politik. Konstruksi realitas oleh media ini akan membentuk makna dan citra tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai aspek terkait media seperti sistem operasi media tersebut, faktor internal dan eksternal, serta perangkat pembentukan wacana berita, termasuk di dalamnya fungsi bahasa, strategi framing, agenda setting. Berita politik sendiri tentunya dibuat berdasarkan topik-topik politik yang sedang terjadi. Adapun topik-topik berita sendiri meliputi: 1. Kebijakan politik 2. Sikap politik pejabat Negara (action or inaction) 3. Isu publik 4. Konflik kepentingan 5. Lembaga/institusi politik 6. Aktor politik 7. Sistem politik secara keseluruhan (Simarmata, 2014:19) Pemilihan topik berita sendiri merupakan bentuk dari otonomi media sebagai institusi. Dalam proses pemilihan ini media merealisasikan kekuatan politiknya, tidak hanya karena topik tersebut menjadi berita baik tentang isu, peristiwa, tokoh, maupun kebijakan politik melainkan bagaimana topik tersebut dipresentasikan (Simarmata, 2010:26). Elite politik yang terlibat dalam dinamika 27

28 politik pada saat yang bersamaan dapat juga mengambil dari ekspose media tersebut, kecuali jika elite politik tersebut menjadi bagian dari sebuah masalah yang akan diberitakan. Namun agar berita politik tersebut menjadi berita politik Hamad (dalam Simarmata, 2010:10) menyatakan setidaknya ada tiga tindakan yang dilakukan oleh pekerja media dalam kontruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan citra sebuah kekuatan politik yaitu simbol (fungsi bahasa), pemilihan fakta yang akan disajikan (framing strategy), dan kesediaan memberi tempat (agenda setting). Berita politik setidaknya memiliki dua kecenderungan. Pertama, media cenderung meliput sisi konflik dari politik tersebut daripada sisi kerjasama dengan dasar nilai berita. Kedua, media sangat tergantung pada sumber elite politik karena keahlian dan jabatan mereka di dalam struktur politik itu sendiri (Simarmata, 2010:26). Akibatnya, timbulah suatu kemungkinan yang menyebutkan bahwasanya media pada saat ini turut menjadi alat politik para elite yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Menurut Wolfsfeld dan Sheafer (dalam Simarmata, 2010:21) menemukan bahwa para elite politik punya kecenderungan menancapkan pengaruh pada media untuk mengontrol proses politik, tetapi agar seseorang elite politik menjadi bagian dari sebuah berita itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: status seseorang dalam struktur politik formal, kecakapan komunikasi karismatiknya, dan relevansi pengetahuan seseorang dengan suatu isu atau peristiwa. Selain itu Menurut Althaus (dalam Simarmata, 2010:26) pola praktek jurnalisme ini disebut sebagai indexing, artinya: the media hold a mirror to elite discourse and reflect that 28

29 discourse to the public. Menurut Bennet (dalam Simarmata, 2010:26) menyatakan profesional media, dan ruang redaksi hingga ke lapangan, cenderung mengikuti suara dan pandangan sesuai batas pembicaraan oleh para pejabat di dalam suata lembaga pemerintahan untuk dimuat di dalam berita maupun editorial mereka. Artinya, media pada saat ini cenderung untuk tidak berani menulis ataupun membuat topik berita di luar apa yang dibicarakan ataupun diinstruksikan oleh para elite politik yang di dukungnya, apalagi sampai mengkritik aktor politik. E.5. Relasi Politik Media dalam Komunikasi Politik Media massa, selanjutnya juga sering disebut dengan media saja, telah disepakati oleh banyak pakar komunikasi politik sebagai salah satu aktor politik penting didalamnya (Junaedi, 2013:69). Signifikansi media sebagai aktor politik bukan hanya karena media menyalurkan beragam pesan dari organisasi politik kepada khalayak luas, namun juga karena media mentransformasikan berbagai pesan melalui berbagai proses produksi berita (McNair dalam Junaedi, 2013:69). Di dalam dunia politik pada saat ini sudah jelas bahwasanya fungsi media sangatlah diperlukan dalam sistem politik, dimana peran media pada saat ini turut ikut serta dalam menjalankan proses politik melalui komunikasi politik. Alfian (dalam Simarmata, 2014:95) menyatakan pada tiap bagian sistem politik terjadi komunikasi politik, mulai dari proses penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan politik) samai pada pengartikulasian dan penghimpunan aspirasi dan kepentingan, terus ke proses kebijakan, pelaksanaannya, dan penilaian terhadapnya. Menurut Simarmata, media sebagai institusi menjadi 29

30 elemen penting dalam demokrasi modern dan politik, dimana aktifitas politik tidak dapat lagi dilakukan secara face to face. Inilah yang menjadikan media sebagai elemen penting dalam proses komunikasi politik. Tidak bisa dipungkiri bahwa tanpa media, proses komunikasi politik tidak dapat berlangsung. Tanpa ada media, aktivitas yang dilakukan oleh para aktor politik tidak akan diketahui oleh khalayak, padahal dalam era komunikasi politik kontemporer, aktor politik harus dikenal publik (Junaedi, 2013:70). Pada hakikatnya, relasi antara media dan proses politik bersifat dialektis, dimana terjadi aksi dan reaksi. Media melaporkan dan menganalisis aktivitas politik dan juga menjadi bagian dari proses politik karena media para aktor politik dapat mengetahui kebutuhan khalayak serta menyampaikan pesan politiknya kepada khalayak (McNair dalam Junaedi, 2003: 70). Mc Quail lebih melihat fungsi deliberative media dengan menyatakan bahwa dalam konteks politik terdapat dua posisi strategis pers dewasa ini yaitu: 1. Media menjadi elemen esensial dalam proses politik demokratis lewat kehadirannya sebagai arena dan medium untuk debat politik dengan mana para kandidat pemimpin politik menjadi dikenal dan tersebar luaskannya informasi dan opini yang beragam. 2. Media menjadi alat untuk merealisasikan kekuasaan demi kebajikan, bagi para politisi dan agen-agen pemerintahan (Mc Quail, 2000:4). Secara lebih spesifik Norris (dalam Simarmata, 2014:98) mengidentifikasi tiga fungsi politik utama media dalam demokrasi yaitu: sebagai forum publik 30

31 (civic forum), sebagai agen penggerak (a mobilizing agent), dan sebagai pengawas (a watchdog). E.6. Media dalam Komunikasi Politik Media merupakan salah satu sarana alat penyampai informasi yang sangat penting baik dalam konteks kehidupan sosial maupun konteks politik di tengahtengah masyarakat. Tanpa adanya media pada saat ini tentunya masyarakat tidak bisa menerima atau menyampaikan informasi kepada khalayak luas secara langsung. Di dalam sistem politik di Indonesia pada saat ini media dan komunikasi politik merupakan sebuah komponen yang selalu tidak bisa dipisahkan di dalam sebuah peristiwa politik. Fakta ini diperkuat dari banyaknya aktor-aktor politik di Indonesia yang secara jelas memanfaatkan media sebagai unsur utama untuk kepentingan politik. Media massa pada saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuan-tujuan politik (Muhtadi, 2008:52). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan, sangatlah jelas bahwa betapa besarnya media massa memiliki arti penting di dalam komunikasi politik. Menurut Muhtadi di dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk kepentingan politik sendiri, media diakui oleh banyak kalangan merupakan salah satu saluran komunikasi politik yang cukup efektif (Muhtadi, 2008:147). Interaksi antar media dan komunikasi politik sendiri terbukti saling mempengaruhi dan membutuhkan. Pada satu sisi penguasa maupun aktor-aktor politik merupakan sumber berita bagi media massa. Sebabnya ialah perisitwa politik dan tingkah laku para aktor politik umumnya mempunyai nilai berita. 31

32 Sebaliknya bagi para kaum politik media massa sering menjadi sumber informasi disamping sekaligus sebagai saluran komunikasi bagi para politisi. Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para kaum politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik (Hamad, 2004:8). Selain itu menurut Ibnu Hamad tidak bisa dipungkiri bahwasanya peristiwa politik memang selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan untuk membuat berita. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas dalam berkomunikasi politik memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka. Apalagi jika peristiwa politik tersebut bersifat luar biasa seperti pergantian Presiden dan lain-lain, alhasil berita tersebut senantiasa menghiasi berbagai media massa (Hamad, 2004:1). Walaupun demikian, media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem politik sehingga hubungan antara keduanya biasanya ditandai oleh dua hal yaitu: 1. Bentuk dan kebijakan politik sebuah Negara menentukan pola operasi media massa di Negara itu, mulai dari kepemilikan, tampilan isi, hingga pengawasannya. 2. Media massa sering menjadi media komunikasi politik terutama para penguasa. 32

33 Media dalam sebuah komunikasi politik sendiri mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui media, komunikasi politik bisa tersampaikan kepada masyarakat luas. Bagi para aktor politik peran media kian penting karena media memiliki kemampuan komunikasi dengan banyak orang dengan berlatar belakang sosial yang berbeda (Junaedi, 2013:50). E.7. Analisis Wacana Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini hanya membatasi penganalisisnya hanya kepada soal kalimat saja, dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada penganalisan wacana (Lubis dalam Sobur, 2001:47). Secara ringkas dan sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Oleh karena itulah ia dinamakan analisis wacana (Heryanto dalam Sobur, 2001:47). Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa sansakerta wac/wak/uak yang memiliki arti berkata atau berucap. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ama yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna membendakan (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan (Mulyana, 2006:3). Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, discourse. Kata discourse sendiri berasal dari bahasa latin discursus (lari ke sana lari ke 33

34 mari). Kata ini diturunkan dari kata dis (dan/ dalam arah yang berbeda-beda) dan kata currere (lari) (Oetomo, 1993:3). Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan lingkungan hidup. Akan tetapi seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai kadang bukan makin jelas tetapi makin membingungkan dan rancu. Menurut Eriyanto analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi, analisis wacana lebih melihat pada bagaimana (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:1). Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat, ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan atau dikursus. Kata wacana juga dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Pemakaian istilah ini sering kali diikuti dengan beragamnya istilah, definisi, bukan hanya tiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyak ahli memberikan definisi dan batasan yang berbeda mengenai wacana tersebut. Bahkan kamus, kalau dianggap menunjuk pada referensi pada acuan yang objektif, juga mempunyai definisi yang berbeda-beda pula. Luasnya makna ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana. 34

35 Dalam ilmu linguistik wacana merupakan satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Selain itu wacana yang juga disebut sebagai satuan gramatikal tertinggi dan terbesar mempunyai sifat kohesif dan koheren. Wacana memiliki alat pembentuknya yang terdiri dari dua aspek yaitu alat gramatikal dan semantic. Alat gramatikal dari wacana adalah: a. Konjungsi, yaitu alat untuk menghubungkan-hubungkan bagian-bagian kalimat atau paragraf. Dengan ini hubungan yang ada menjadi lebih eksplisit. b. Kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anarforis. c. Menggunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat yang lain. Dengan ini kalimat atau wacana yang ada menjadi lebih efektif. Sedangkan dari aspek semantic, alat wacana terdiri dari antara lain: a. Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat b. Menggunakan hubungan generic-spesifik atau sebaliknya, sepesifikgenerik c. Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua kalimat d. Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara isi kedua bagian kalimat atau isi antara dua kalimat. e. Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana 35

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

Materi Perkuliahan I BERITA TV

Materi Perkuliahan I BERITA TV Materi Perkuliahan I Fakultas : FISIP Program Studi : Ilmu Komunikasi Mata Kuliah : Jurnalistik Televisi Pengajar : Panji Dwi A. BERITA TV Sifat Media TV Jenis Media Cetak Audio Audiovisual SIFAT Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

Dasar- dasar Jurnalistik TV

Dasar- dasar Jurnalistik TV Modul ke: Dasar- dasar Jurnalistik TV VOX POPULI/FORMAT BERITA TELEVISI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Pengertian dan tujuan melakukan Vox populi

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

TEKNIK REPORTASE TV. Oleh : Ratna Komala RCTI

TEKNIK REPORTASE TV. Oleh : Ratna Komala RCTI TEKNIK REPORTASE TV { Oleh : Ratna Komala RCTI Reportase Apa Reportase? Tindakan/ proses melaporkan berita Apa Berita? Informasi yang mengandung fakta, peristiwa, pendapat yang memiliki nilai berita, disajikan

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI. Modul ke: 12Ilmu. Fakultas. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Penyiaran

PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI. Modul ke: 12Ilmu. Fakultas. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Penyiaran PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI Modul ke: LIVE REPORT LIVE ON TAPE Fakultas 12Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran INTRODUCTION Format-format berita antara lain: 1. Reader.

Lebih terperinci

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Modul ke: 09 Haililah Fakultas FIKOM Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Tri Gandhiwati,S.S.,S.Si.,M.M. Program Studi Hubungan Masyarakat Asal-Usul Berita Berita berasal dari Bahasa Sansekerta "Vrit"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa tahun terakhir semakin sering terdengar. Khususnya di Indonesia, banyak media-media

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 16 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 PRODUKSI BERITA TELEVISI Tele artinya Jauh, sementara Vision artinya Gambar, sehingga dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta PEMBERITAAN GEBRAKAN 100 HARI JOKOWI-BASUKI DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM (Studi Analisis Isi Fungsi Media pada Pemberitaan Gebrakan 100 Hari Jokowi-Basuki dalam Liputan Khusus di Media Online Kompas.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang penting, bahkan menjadi primer terutama untuk mengisi kebutuhan pikiran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan visual memiliki berbagai macam program yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

Jurnalistik Televisi. Materi Kuliah. Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013.

Jurnalistik Televisi. Materi Kuliah. Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013. Materi Kuliah Jurnalistik Televisi Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013. Ragam Berita Pada dasarnya penonton televisi yang mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BERITA TELEVISI. Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013

BERITA TELEVISI. Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013 BERITA TELEVISI Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013 Definisi Berita J.B Wahyudi (penulis buku komunikasi jurnalistik) Berita adalah sebuah uraian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 05 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Reportase Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Reportase adalah ujung tombak proses kerja jurnalistik. Tak lain karena proses

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG g. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Jalan Nyi Ageng karang, Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban manusia menunjukkan, jurnalistik dan teknologi selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban manusia menunjukkan, jurnalistik dan teknologi selalu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban manusia menunjukkan, jurnalistik dan teknologi selalu tumbuh dan berkembang sejalan. Ketika teknologi menghadirkan mesin cetak pada abad ke-15 di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi lahir dari sebuah proses panjang dari perkembangan teknologi. Seiring diibaratkan bahwa kehadiran teknologi dalam perpanjangan fisik manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia dimulai sejak runtuhnya masa orde baru. Pada saat itulah demokrasi mulai dijunjung di Indonesia, termasuk dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. eksistensinya ditengah industri penyiaran televisi. Wawancara pun dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA. eksistensinya ditengah industri penyiaran televisi. Wawancara pun dilakukan BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan cara observasi, wawancara struktur maupun tidak berstruktur, dan dokumentasi. Obervasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari menjamurnya stasiun televisi swasta, dan televisi televisi lokal di daerah. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang sangat krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merasa perlu mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Deddy Mulyana (2001), komunikasi adalah hal mendasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

Format Berita Televisi (TV News Format)

Format Berita Televisi (TV News Format) Format Berita Televisi (TV News Format) Jurnalistik Televisi (TV) adalah proses produksi dan publikasi berita atau informasi melalui media televisi. Jurnalistik TV disebut juga Broadcast Journalism (Jurnalistik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Kode Mata Kuliah : Penulisan Berita

Lebih terperinci

Penulisan Naskah Berita Televisi

Penulisan Naskah Berita Televisi Modul ke: Penulisan Naskah Berita Televisi Kaidah Berita Televisi Fakultas KOMUNIKASI Syaefurrahman Al-Banjary, SH, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Kaidah Pokok Televisi adalah media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini kita tidak bisa melepaskan diri dari media massa. Ini terbukti dari adanya berbagai program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 merupakan pengalaman pertama bagi partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Ketentuan peralihan

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok 121 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti dalam rangka menjawab tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneliti kemudian menarik benang

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Mengenai Berita 2.1.1 Pengertian Berita Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit atau Vritta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kita mengenal istilah jurnalistik identik dengan media massa, dan juga wartawan atau reporter. Berita di media cetak, media elektronik ataupun online, adalah produk

Lebih terperinci