EVALUASI PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN GOLDEN TREVALLY, Gnathanodon speciosus (Forsskall) HASIL BUDIDAYA (F1) DAN ASAL ALAM (F0)

Transkripsi

1 339 Evaluasi pemijahan dan kualitas telur induk golden travally... (Tony Setiadharma) EVALUASI PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN GOLDEN TREVALLY, Gnathanodon speciosus (Forsskall) HASIL BUDIDAYA (F1) DAN ASAL ALAM (F) ABSTRAK Tony Setiadharma, Agus Priyono, Tridjoko, dan Nyoman Adiasmara Giri Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 14, Singaraja, Bali Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan pematangan gonad, pemijahan dan kualitas telur induk ikan kuwe macan hasil budidaya dan asal alam dalam mendukung diversifikasi usaha budidaya. Pemijahan induk ikan dirancang dengan menggunakan dua bak beton dengan volume sekitar 3 m³. Perlakuan dalam penelitian adalah (A) Induk hasil budidaya dan (B) Induk asal alam. Jenis pakan yang diberikan adalah ikan dan cumi ditambahkan vitamin mix, dengan jumlah 8% biomassa/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemijahan dan kualitas telur induk ikan hasil budidaya lebih baik dari induk asal alam. Pemijahan berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan. Hasil pengamatan perkembangan gonad induk ikan diameter oocyte mencapai μm, sedang kondisi sperm untuk induk jantan pada positif 1 dan 2. Pada induk hasil budidaya memijah sebanyak 128 kali dengan jumlah total telur butir, sedang induk asal alam memijah sebanyak 2 kali dengan jumlah total telur yang dibuahi butir. Pemijahan terjadi sepanjang tahun pada terang dan gelap bulan. Kualitas telur yang dihasilkan relatif masih fluktuatif. Pada induk asal budidaya mempunyai daya tetas sekitar 35%-95% dengan Indek Aktivitas Kehidupan (SAI) 2,25-4,8, dan pada induk asal alam 2%-92% dengan Indeks Aktivitas Kehidupan (SAI) 2,-4,2. KATA KUNCI: spawn, eggs quality, wild and culture broodstock golden trevally fish PENDAHULUAN Ikan golden trevally (Gnathanodon speciosus) dikenal dengan ikan kuwe macan, pidana kuning, atau simba kuning. Ikan ini berpeluang sebagai spesies kandidat yang dapat dikembangkan dalam usaha budidaya, dan pada ukuran 5-1 cm merupakan salah satu jenis ikan hias laut yang cukup digemari. Ikan ini biasanya hidup pada perairan pantai yang dangkal, karang dan batu karang, termasuk spesies benthopelagic (Widodo & Burhanuddin, 23). Karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi mendorong usaha penangkapan di alam semakin meningkat sehingga mengakibatkan kelestarian terganggu dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan karang karena cara penangkapan yang kurang tepat. Pertumbuhannya relatif cepat dengan ukuran panjang 23,9-26,6 cm, pada bobot 282,2-383,9 g setelah dipelihara selama 7-9,5 bulan. Di Jepang dan Negara Asia lainnya seperti Cina, Hongkong, Singapura, dan Malaysia ikan tersebut merupakan komoditas ekspor dan sangat digemari juga untuk kegiatan olah raga memancing. (Gushiken, 1983). Dengan adanya peluang pasar yang cukup baik maka perlu dilakukan usaha budidaya yang mencakup pembenihan dan pembesarannya. Kegiatan penelitian perbenihan ikan kuwe macan telah dimulai di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol sejak tahun 26 dan induk ikan sudah berhasil dipelihara dalam bak terkontrol dan dapat memijah secara alami (Setiadharma et al., 26a), namun kualitas telur yang dihasilkan masih perlu ditingkatkan. Kegiatan penelitian dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL), Gondol dengan melakukan pematangan gonad dan pemijahan induk ikan kuwe macan dalam bak terkontrol melalui kontrol pakan dan hormon. Diduga dengan manajemen pemberian pakan dan lingkungan yang tepat dapat meningkatkan pematangan gonad, pemijahan dan kualitas telur induk ikan hasil budidaya (F1) dan asal alam (F) sehingga keberhasilan produksi benih secara massal dapat ditingkatkan dan kebutuhan benih untuk usaha budidaya dapat terpenuhi. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua bak beton berbentuk bulat dengan volume 3 m³. Hewan uji yang digunakan adalah induk ikan kuwe macan hasil budidaya dan tangkapan dari alam. Induk ikan diseleksi dan dipelihara dalam bak beton dengan kepadatan 25 ekor dengan ukuran bobot antara g, dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:2. Perlakuan dalam

2 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur penelitian adalah (A) Induk hasil budidaya (F1) dan (B) Induk asal alam (F). Pakan yang diberikan berupa ikan dan cumi-cumi segar sebanyak 8% biomassa per hari diberikan pagi dan sore. Untuk meningkatkan kualitas pakan ditambahkan vitamin mix dengan jumlah 5-1 g/kg pakan. Pengamatan terhadap tingkat perkembangan gonad dilakukan berdasarkan diameter oosit telur. Kriteria gonad dapat dikelompokkan sebagai berikut Previtelogenik (PV) diameter telur < dari 1 μm, small vitelogenik (SV) diameter telur 1-25 μm, medium vitelogenik (MV) diameter tel//ur μm, dan large vitelogenik (LV) > 45 μm (Prijono et al., 1993). Sperma yang diperoleh dari stripping dikelompokkan berdasarkan jumlahnya yaitu positif 1 (sedikit), positif 2 (sedang) dan positif 3 (banyak). Induk yang tidak memperlihatkan kriteria di atas dikelompokan negatif atau belum berkembang. Diameter telur diukur dengan menggunakan mikrometer di bawah mikroskop binokuler. Percobaan dilakukan selama 9 bulan dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Oktober. Parameter yang diukur adalah tingkat kematangan gonad, pemijahan dan pertumbuhan panjang dan bobot selama penelitian. Kualitas telur (daya tetas, fertilitas, dan Indeks Aktivitas Kehidupan (SAI) larva), serta kualitas air pada media pemeliharaan (oksigen, salinitas, ph, dan suhu). HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemijahan induk hasil budidaya dan asal alam berpengaruh nyata terhadap keragaan pemijahan. Pemijahan induk ikan kuwe macan selama penelitian terlihat pada Tabel 1, 2 dan Gambar 1. Tabel 1. Perkembangan gonad induk ikan golden trevally (Gnathanodon speciosus Forsskall) selama percobaan Perlakuan Perkembangan gonad Bulan Pebr. Mar.* April Mei * Juni Juli * Agust. Sept. * Okt. Induk budidaya (F1) Negatif PV SV MV LV Perkembangan sperma Negatif Positif Positif Induk alam (F) Negatif PV SV MV LV Negatif Positif Positif Keterangan: - = Negatif PV = Pre vitelogenesis (diameter telur < 1 μg) SV = Small vitelogenesis (diameter telur 1-25 μg) MV= Medium vitelogenesis (diameter telur μg) LV = Large vitelogenesis (diameter telur > 45 μg) Positif 1, 2, dan 3 = kuantitas sperma *) tidak diamati

3 341 Evaluasi pemijahan dan kualitas telur induk golden travally... (Tony Setiadharma) Tabel 2. Hasil pemijahan induk ikan golden trevally (Gnathanodon speciosus Forsskall) selama penelitian berlangsung Parameter Induk hasil budidaya (F1) Induk asal alam (F) Induk betina - Jumlah (pcs) Bobot (kg),8-1, 1,-2,5 - Panjang total (cm) 35,1-42, 39,1-47,5 Induk jantan: - Jumlah (pcs) Bobot (kg),8-1,5 1,-4,5 - Panjang total (cm) 35,1-42, 39,1-61,5 Pemijahan: - Frekuensi Jumlah telur 11,45, 3,24, - Jumlah telur mengapung 7,465, 1,81, - Diameter telur (mm) 73±2 74±25 - Diameter butir minyak (mm) 212±,7 22±,6 - Daya tetas (%) Tingkat ketahanan larva (SAI) 2,25-4,8 2,-4, Induk budidaya Induk alam Frekuensi pemijahan Jumlah telur Daya tetas Ketahan larva Gambar 1. Pola pemijahan induk ikan golden trevally (Gnathanodon speciosus Forsskall) selama penelitian Pengamatan perkembangan gonad dan sperma induk ikan kuwe macan pada umumnya berkembang hingga medium dan largevitelogenik (MV dan LV) dengan diameter μm dan >45 μm terjadi pada bulan Maret sampai September (Tabel 1 dan 2). Selama pemeliharaan telah terjadi pemijahan sebanyak 128 kali dengan jumlah total telur butir pada ikan yang diberi perlakukan A. Hasil pengamatan bahwa, perkembangan gonad dan pemijahan secara alami terjadi pada bulan gelap maupun bulan terang.

4 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Pada Tabel 1 dan 2 terlihat perkembangan gonad dan pemijahan tertinggi pada bulan Mei-September, secara alami pada bulan tersebut terjadi sinkronisasi antar sel telur dan sperm sehingga induk ikan dapat memijah dengan baik. Ikan ini termasuk famili ikan Carangidae dan bersifat pelagic yaitu ikan yang hidup di permukaan sehingga dalam proses pemijahannya tidak dipengaruhi oleh musim seperti halnya ikan kerapu, yang mana bersifat demersal. Beberapa jenis ikan, seperti ikan bandeng dengan bobot 3,7-5,5 kg dapat memijah dengan baik setelah disuntik 17-alpha methyltestosteron (Lee et al., 1986; Prijono et al., 1993) dan ikan Nassau grouper, Epinephelus striatus (Watanabe, 1995). Ikan kuwe macan termasuk jenis ikan pelagik secara alami dapat memijah dan tidak bersifat musiman. Pada gelap dan terang bulan dapat memijah menghasilkan telur yang dibuahi. Dari hasil pengamatan bahwa secara alami terjadi penambahan bobot induk ikan sejalan dengan peningkatan jumlah sperma dan tingkat perkembangan gonad saat induk akan memijah. Menurut Effendi (1979) dan Mayunar et al. (1991), dalam proses reproduksi sebagian besar hasil metabolisme digunakan untuk perkembangan gonad. Hasil penelitian Crim et al. (1983) dalam Tamaru et al. (1987) bahwa organ yang berperan untuk proses pematangan gonad pada ikan dipengaruhi adanya hormonal dan perubahan musim, di samping itu pemberian vitamin mix yang dicampurkan pada pakan (ikan rucah dan cumi segar). Pada pemijahan induk hasil budidaya dan asal alam terlihat bahwa kualitas telur yang dihasilkan ada peningkatan mulai bulan Mei dan Juli sampai dengan bulan September dengan Indeks Tingkat Ketahanan Larva (SAI) 2,25-4,8. Hal ini terkait dengan diameter oosit gonad yang meningkat sekitar μm dan terjadi sinkronisasi jumlah dan kualias sperma yang ada pada induk jantan sehingga terjadi proses pembuahan (fertilitas) yang tinggi mencapai sekitar 35%-95%, oleh karena itu proses pematangan gonad dan pemijahan pada induk ikan kuwe lebih cenderung tidak dipengarui oleh musim dan secara alami pemijahaannya dapat berlangsung sepanjang tahun pada keadaan gelap dan terang bulan. Hal tersebut sesuai dengan sifat biologi dari ikan tersebut yang termasuk jenis ikan pelagis, sehingga tidak ada perubahan kelamin atau Sex Reversal, dari hasil pengamatan jenis kelamin pada induk ikan kuwe macan ini bersifat permanen. Hasil pengamatan parameter kualitas air selama percobaan terlihat pada Tabel 3. Kisaran kualitas air dari masing-masing perlakuan relatif sama dan masih dalam batas yang normal untuk kehidupan induk karena jumlah pergantian air dalam pemeliharaan selama 24 jam lebih dari 2%. Tabel 3. Pengamatan kualitas air pada tangki pemeliharaan induk ikan golden trevally (Gnathanodon speciosus Forsskall) selama penelitian Parameter Induk hasil budidaya (F1) Induk asal alam (F) Suhu (ºC ) 28, 31,5 28,2 3,6 Salinitas (ppt) 35, 36, 35, 36, PH 8,6 8,2 8,7 8,2 Amoniak (mg/l),299,684,321,641 Fosfat (mg/l),14,511,8,71 N 2 ( mg/l),13,62,19,63 KESIMPULAN Pemijahan dan kualitas telur induk ikan kuwe macan dari hasil budidaya (F1) memberikan hasil yang lebih baik dari induk asal alam (F). Frekuensi pemijahan yang dihasilkan sebanyak 128 kali dengan jumlah total telur butir. Kualitas telur yang dihasilkan masih fluktuatif, jumlah telur yang dibuahi 35%-95% dengan SAI 2,25-4,8. Pada induk asal alam memijah 2 kali jumlah total telur butir, telur yang dibuahi 2%-92% dengan SAI 2,-4,2.

5 343 Evaluasi pemijahan dan kualitas telur induk golden travally... (Tony Setiadharma) UCAPAN TERIMA KASIH Kepada rekan teknisi litkayasa bagian pemeliharaan induk ikan kuwe macan (Sunarto, A. Djaelani) dan teknisi litkayasa kualitas air (Ayu Kenak, Ari Arsini) disampaikan terima kasih dalam membantu pelaksanaan kegiatan penelitian. DAFTAR ACUAN Gushiken, S Revision of the Carangid fish of Japan. Galaxea, 2: Prijono, A., Ahmad, T., & Setiadharma, T Pengaruh penambahan nutrisi pakan terhadap perkembangan gonad ikan bandeng. J. Pen. Budidaya Pantai, 9(1): Lee, C.S., Tamaru, C.S., & Kelly, C.D Technique making chronic release LHRH-a and 17-alpha methyl testosteron pellet for intramusculer implantation in fishes. Aquaculture, 59: Mayunar, Imanto, P.T., Diani, S., & Yokohama, T Pemijahan ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan (Terbitan khusus), 2: Setiadharma, T., Prijono, A., Giri, N.A., & Hanafi, A. 26. Pengamatan pola pemijahan alami induk ikan kue (Gnathanodon speciosus, Forsskall) pada pemeliharaan secara terkontrol. Effendi, M.I Metodologi Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Yayasan Dewi Sri, Bogor, 112 pp. Tamaru, C.S., Lee, C.S., Kelly, C.D., & Banno, J.E., Ha, P.Y., Aida, K., & Hanyu, I Characterizing the stage of maturity most receptive to an acute LHRH-a therapy for inducing milkfish (Chanoschanos) to spawn. Aquaculture,74: Watanabe, W.O., Simon, C.E., Eileen, P.E., William, O.H., Christopher, D.K., Aaron, M., Cheng,. S.L., & Paul, K.B Progress in controlled breeding of Nassau grouper, Epinephelus striatus broodstock by hormon induction. Aquaculture, 138: Widodo, J. & Burhanuddin. 23. Systematics of The Small Pelagic Fish Species. BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation) of The Small Pelagic Fishes in The Java Sea The 2 nd Edition. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research.