BAB II KOTA SEMARANG DAN HETEROGENITAS PENDUDUK SEMARANG SEBELUM ABAD XX

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KOTA SEMARANG DAN HETEROGENITAS PENDUDUK SEMARANG SEBELUM ABAD XX"

Transkripsi

1 BAB II KOTA SEMARANG DAN HETEROGENITAS PENDUDUK SEMARANG SEBELUM ABAD XX A. Sejarah Kota Semarang Pada dasarnya penamaan suatu daerah (kota, dusun, kampung, sungai, gunung) berdasarkan pada ciri khas daerah itu, keadaan alam atau pemandangan mencolok di sekitarnya. Menurut Serat Kandaning Ringgit Purwa Naskah KBG NR 7, lahirnya kota Semarang diawali pada Tahun 1938 (1476 Saka), dengan datangnya utusan Kerajaan Demak (Ki Pandan Arang) yang berperan dalam peng-islaman di wilayah barat Kerajaan Demak di Semenanjung Pulau Tirang. Sesampainya di daerah ini, ia mendirikan pesantren. Di daerah yang subur ini tumbuh pohon asam (asem) yang masih jarang (arang). Muridnya dari waktu ke waktu semakin banyak dan tempat itu kemudian semakin dikenal banyak orang dengan sebutan Asem Arang atau Semarang. 1 Keturunan dari Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan julukan Sunan Bayat (Ki Pandan Arang II) mengemban tugas berikutnya memimpin kota Semarang pada tahun Ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran-ajaran Islam seperti halnya dengan mendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilah perubahan. Ki Pandan Arang II yang sangat baik itu 1 Soejosoempeno., Sejarah Kota Semarang, (Pemerintah Daerah Kotamadya Dati II Semarang, 1979), hlm

2 18 menjadi semakin pudar dengan seringnya melalaikan tugas-tugas pemerintahan, begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat ibadah. 2 Sultan Demak Bintara mengetahui permasalahan perilaku Ki Pandan Arang II kemudian mengutus Sunan Kalijaga untuk menyadarkan permasalahan yang terjadi. Ki Pandan Arang II yang telah tersadar memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi pemerintah Semarang dan menjadi murid Sunan Kalijaga. Pemerintahan Ki Pandan Arang kemudian diserahkan kepada adiknya, yaitu Raden Ketib (Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III). 3 Ki Pandan Arang II dengan Sunan Kalijaga pun berjalan hingga tiba di daerah Tembayat. Ki Pandan Arang II menjadi penyebar agama Islam karena kesaktian Ki Pandan Arang II mampu meyakinkan masyarakat di Tembayat untuk memeluk agama Islam. 4 Adanya pusat penyebaran agama Islam, menarik orang dari luar daerah Semarang untuk tinggal dan menetap di Semarang. Wilayah Semarang yang berada di tepian pantai menempatkan kota Semarang sebagai kawasan dagang yang ramai. Banyak kapal dagang dari Persia, Arab, Portugis, China, dan Belanda berlabuh dan para pedagang tersebut kemudian mendirikan pemukiman di Semarang. Pada awal abad ke-16 orang-orang Portugis datang dan membuka pemukiman di sekitar pesisir pantai. Orang-orang Portugis pula yang membangun gereja di sekitar pemukiman yang mereka huni. Selanjutnya pada awal abad ke-17 orang-orang 2 Purwanto, L.M.F dan R. Soenarto., Menapak Jejak-jejak Sejarah Kota Lama Semarang, (Bandung: Bina Manggala Widya, 2012), hlm Ibid., hlm Ibid.

3 19 Belanda menyusul dan bermukim di kawasan yang sama dengan orang-orang Portugis. 5 Belanda yang sejak pertama kali menginjakkan kakinya di bumi Nusantara pada tanggal 23 Juni 1596, yakni di wilayah perairan Banten dengan dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Pieter D. De Keyser mulai memantabkan ekspedisinya hingga ke seluruh Nusantara. 6 Pada tanggal 23 Maret 1602 di Amsterdam, para pedagang Belanda membentuk persekutuan dagang atau kongsi dagang yang diberi nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC berhasil mengusir para pedagang Portugis pada tahun 1606 di Maluku, Spanyol pada tahun 1663, dan Inggris pada tahun Dengan perginya para pedagang asing lainnya dari bumi Nusantara, VOC berhasil mengecilkan persaingan dagang dan bahkan mampu memonopoli perdagangan. 7 Pada tahun 1674 terjadi pemberontakan Pangeran Trunojoyo dari Madura kepada Kerajaan Mataram. Amangkurat I, pengganti Sultan Agung meminta bantuan VOC untuk menghadapi para pemberontak. Pemberontakan Trunojoyo meluas hingga ke wilayah Kaligawe Semarang, namun berhasil dipadamkan oleh VOC. Pada tanggal 15 Januari 1678 daerah Semarang diserahkan pada VOC oleh Susuhunan Mataram, Amangkurat II sebagai imbalan atas bantuan dari VOC. 8 5 Ibid., hlm Ibid., hm Ibid. 8 Ibid.

4 20 Regent (bupati) Jepara atas nama Mataram menyerahkan daerah Semarang dan sekitarnya kepada Cornelis Speelman, Eldeleer 9 dan Vlootvoogd (laksamana) dengan jabatan Opperbevelhebber (panglima besar) VOC, yang pada tahun 1681 diangkat sebagai Gubernur Jendral VOC, menggantikan van Goens. Sejak saat itu status Semarang yang semula sebagai wilayah Kerajaan Mataram berubah menjadi daerah kekuasaan VOC. Mereka bermukim di kawasan yang dikenal sebagai Europeschebuurt. 10 Sejak tahun 1903, sebelum Karsten tiba di Semarang, telah ada aktivitas lokal dalam bidang perencanaan kota. Aktivitas tersebut merupakan pelaksanaan dari politik desentralisasi yang memberikan otoritas kepada daerah dalam pengembangannya. Pada saat itulah Karsten diangkat menjadi penasehat otoritas lokal untuk perencanaan kota Semarang, bekerja sama dengan Jawatan Pekerjaan Umum. Sebagai penasehat kota, Karsten juga menyusun paket lengkap kota, yang berisi: 1. Town-plan (perencanaan kota) 2. Detail plan (rencana detail kota) 3. Building Regulation; peraturan bangunan untuk sejumlah kota di Jawa, antara lain: Semarang, Bandung, Batavia (Jakarta), Magelang, Malang, Buitenzorg (Bogor), Madiun, Cirebon, Meester Cornelis 9 Edeleer adalah anggota Dewan Hindia Belanda. 10 Op cit., hal

5 21 (Jatinegara), dua kota kerajaan Yogyakarta dan Surakarta serta kota Purwokerto. 11 Tahun merupakan masa pemerintahan Kota Praja Semarang (Stadsgemeente van Semarang) yang diresmikan tanggal 1 April 1906 diatur dalam Staatsblad No.120 Tahun Semarang sejak itu terlepas dari kabupaten dan memiliki batas kekuasaan pemerintah Kota Praja. Kota Semarang mulai dibenahi dengan sistem administrasi pembangunan. Kontrol serta pemeliharaan elemen-elemen kota yang dibangun juga dilakukan dengan baik. Arah pembangunannya tertuju untuk membangun pemukiman Belanda yang dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas kota, antara lain stadion olah raga, lapangan menembak, taman-taman kota, jaringan jalan baru, drainage di Banjarkanal Timur dan Barat, Siranda Kanal dan CBZ Kanal juga saluran. 12 Pembangunan sarana-sarana pelabuhan, stasiun kereta api, kantor-kantor dagang dan lain-lain juga terus dilaksanakan. Fungsi kota menjadi meluas di samping sektor perdagangan, militer, pemerintahan, juga di sektor pendidikan dan pariwisata. Namun dalam masa stads gemeente ini, pembangunan kota hanya mengutamakan dan menekankan pada penertiban sistem administrasi pemerintahan, 11 B. Adji Murtomo., Arsitektur Kota Lama Semarang, (Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman, Vol 7, No. 2, Juni 2008), hlm Ibid.

6 22 bukan pada sektor sosial ekonomi, sosial budaya serta perencanaan fisik yang menyeluruh. 13 B. Letak Kota Semarang Karesidenan Semarang berada di wilayah strategis, posisi tersebut menjadikan daerah ini sebagai pusat perdagangan. Semarang memiliki salah satu pelabuhan penting di Jawa, adanya pelabuhan dalam sebuah wilayah disinyalir akan mempengaruhi pembentukan masyarakat sekitarnya menjadi lebih terbuka. Dilihat dari fungsinya, selain menjadi lokasi perdagangan, pelabuhan juga menjadi tempat transit bagi kapal-kapal perdagangan. Kapal-kapal dagang tersebut berhenti untuk mengisi bahan makanan atau sekadar istirahat. Tak pelak, terjadilah persinggungan budaya. Hal tersebut memunculkan jiwa toleran pada masyarakat yang bersangkutan Ibid., hlm Iswarta Bima P., Peran Etnis Tionghoa Dalam Perdagangan Opium di Karesidenan Semarang Pada Tahun , (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Diponegoro, 2012), hlm. 20.

7 23 Gambar 1 Peta Kota Semarang tahun 1930 Sumber : Semarang.nl.,Map Of Semarang Years 1930., diakses pada 28 Desember 2016 jam 1.10 Karesidenan Semarang terletak pada posisi 110 o o 30 Bujur Timur dan 6 o 45 6 o 30 Lintang Selatan. 15 Secara geografis Karesidenan Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara; Karesidenan Rembang di sebelah timur; Karesidenan Madiun, Surakarta, dan Kedu di sebelah selatan, serta 15 Hartono K, dan Wiyono., Sejarah Sosial Kota Semarang , (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), hlm. 9.

8 24 Karesidenan Pekalongan di sebelah barat. Luas Karesidenan Semarang kurang lebih 8144 kilometer persegi. Dalam lingkup keadaan alam, Karesidenan Semarang sebelah timur dibatasi oleh sebagian dari Sungai Randugunting, Sungai Kutha di sebelah barat, sedangkan di sebelah selatan oleh beberapa gunung seperti Merbabu, Telomoyo, Ungaran, dan Prahu. Batas-batas utara yang menjorok ke laut dimulai dari timur ke barat dibatasi oleh beberapa tanjung, yaitu Bugel, Batu, Mrican, Jati, Piring, Kudiran, dan Morowelang dari Kendal. Bagian utara dari Karesidenan Semarang, atau pada bagian wilayah Jepara terdapat dua gunung, yaitu Gunung Muria dengan ketinggian 1595 meter serta Gunung Celering 717. Di kaki Gunung Muria terdapat Gunung Patiayam dengan ketinggian 353 m. 16 Bagan 1 Pembagian Wilayah Administratif Secara Umum Sumber : id.wikipedia.org/sejarah pemerintahan daerah di Indonesia., diakses pada tanggal 17 Mei 2015 jam Ibid., hlm. 21.

9 25 Bagan 2 Pembagian wilayah Administratif pada masa Kolonial Sumber : id.wikipedia.org/sejarah pemerintahan daerah di Indonesia., diakses pada tanggal 17 Mei 2015 jam Secara administratif wilayah Karesidenan Semarang dibagi atas beberapa wilayah (afdeeling), yakni: Semarang, Salatiga, Kendal, Demak, dan Grobogan. Karesidenan Semarang dibagi lagi menjadi 15 afdeeling kontroleur, 35 distrik (kecamatan), dan desa pemerintah. Para kontroleur berdomisili di wilayah ibukota afdeeling. Selain itu, menurut kepentingannya ditempatkan pula kontroleur di Ambarawa, Ungaran, Sukorejo, Boja, Gubug, Wirosari, dan Juwana Ibid., hlm. 22.

10 26 Tabel 1 Pembagian Wilayah Semarang Tahun No. Pembagian wilayah Administratif Kepala Pemerintahan Jumlah Cakupan Wilayah 1. Provinsi provinsi Gubernur 1 2. Karesidenan kota Residen 1 3. Afdeeling kabupaten Asisten Residen 6 4. Onder Afdeeling Controleur District kawedanan Wedana/Demang 6. Onder District kecamatan Asisisten Demang/ Camat Desa Lurah Sumber : Iswarta Bima P., Peran Etnis Tionghoa Dalam Perdagangan Opium di Karesidenan Semarang Pada Tahun , (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Diponegoro, 2012)., hlm. 22 Di Kota Semarang banyak terdapat kantor-kantor dan gudang-gudang serta bangunan gedung-geung bank, kongsi-kongsi angkutan kapal api, ekspedisi, kantor dan firma importir, kantor makelaar, advokat, asuransi dan sebagainya saling berdempetan satu sama lain, di antaranya juga terdapat toko-toko serta beberapa rumah tinggal Purwanto, L.M.F dan R. Soenarto., Op cit., hlm. 65.

11 27 Secara umum semua kota-kota kolonial memiliki persamaan, yakni fakta bahwa mereka terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang berasal dari penduduk atau budaya lokal dan bagian yang merupakan hasil dari cipta karya dan budaya pendatang atau orang asing, karena proses dari imposisi 19 kota yang mereka hasilkan. Oposisi antara belahan campuran dan asing ini berakar pada sifat komunitas kolonial yang menekan dan karena hal ini, kota-kota kolonial sering kali dikarakterisasikan sebagai duality atau kota ganda. 20 Kota Lama didesain dalam suatu pola konsentrik dengan nodes pada Parade Plein yang merupakan plaza pusat dengan gereja dan segala aktivitas perdagangan di sepanjang tepi jalan. Kota ini seolah terbelah dua oleh heerenstrat yang merupakan bagian dari jaringan de groote postweg yang dibangun pada masa pemerintah Gubernur Jenderal Daendels. Aksis ke arah utara dan selatan yang dibentuk oleh Jl. Suari telah memunculkan Gereja Blenduk sebagai focal point dari arah Pekojan. 21 Tahun 1824 benteng yang mengelilingi Kota Lama dibongkar, berikut gerbang dan pos keamanannya. Hal ini disebabkan oleh karena Belanda ingin mengembangkan Semarang sebagai Kota Modern, yaitu dengan: 1. Membuka jaringan kereta api. 19 Imposisi merupakan penggabungan dari dua unsur benda atau hal lainnya dan menempatkannya satu titik tertentu. Imposisi Kota berarti penggabungan dua jenis kota yang berbeda baik secara kondisi, masyarakat penunjang, dan segi dominasi kekuasaan kota. Konteks imposisi kota yang terjadi di Indonesia masa kolonial adalah proses penggabungan antara budaya lokal milik pribumi dan budaya kebarat-baratan milik kolonial, kemudian berakibat pada dominasi kekuasaan kolonial yang mengakibatkan pertentangan (oposisi) dari kelompok pribumi. 20 B. Adji Murtomo., Op cit., hlm Ibid., hlm. 73.

12 28 2. Membuka terusan pelabuhan yang diberi nama Kali Baru dan kawasan sekitarnya. Revolusi ini dengan cepat mengembangkan kehidupan ekonomi Semarang yang pada masa itu terbagi menjadi 2 morfologi urban dengan dua domain utama, yaitu: 1. Domain Ekonomi. Memiliki inti ganda, yaitu Kota Lama dan Pecinan-didukung oleh dua elemen primer transportasi yaitu kanal pelabuhan dan stasiun kereta api. 2. Domain Politik. Memiliki inti ganda, yaitu sarana pemerintahan Kota Lama dan pusat pemerintahan tradisional di Kanjengan, serta didukung oleh elemen primer berupa benteng. 22 Gambar 2 Peta Kota Semarang dan Keberadaan Benteng de Vifjhoek Tahun Sumber: Poster Kota Lama Semarang tahun 1900, Balai Pokja Dokinfo Balar Jogja dan Peta Benteng de Vifjhoek, dipetakan oleh G. Van Broekhuysen tahun Diunduh dari pada 15 April 2015 jam Ibid., hlm. 73.

13 29 Kota Semarang merupakan sebuah kota di dalam benteng yang dikembangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Benteng de Vijhoek yang langsung berbatasan dengan perairan sebagai tonggak utama kekuatan Pemerintah Hindia Belanda di Semarang. Dengan kondisi kota yang dikelilingi oleh sebuah benteng di area pelabuhan, maka banyak pula para pedagang yang datang dan singgah dengan anggapan bahwa kota Semarang adalah kota yang aman. Perkembangan Kota Semarang pada awal abad ke-20 terus meningkat dengan pesat. 23 Kota Semarang selain menjadi Kota Dagang karena wilayahnya berbatasan langsung dengan sungai-sungai, Kota Semarang juga tumbuh menjadi Kota Industri yang dibawa oleh para pendatang yang tinggal dan menetap. Pada tahun 1931 krisis ekonomi dunia berdampak pada perekonomian masyarakat Semarang. Pemerintah Belanda berupaya untuk menanggulangi hal tersebut dengan membuka kesempatan untuk semua rakyat membuka industri kecil. Kemudian banyak bermunculan berbagai macam industri kecil yang wilayahnya meluas hingga ke wilayah Semarang bagian timur karena kota induk sudah sangatlah padat Gedenboek der Gemeente van Semarang , hlm Chusnul Hayati, dan Dewi Yuliati., Tenaga Kerja Wanita Pada Industri Rokok dan Jamu di Kota Semarang Pada Tahun , (Laporan Kegiatan Dosen Muda/Kajian Wanita, Universitas Diponegoro, 2004), hlm. 2-3.

14 30 C. Masyarakat Pendukung Wilayah kota yang hampir sebagian wilayahnya merupakan kawasan dagang yang strategis sudah pasti disinggahi oleh beraneka ragam masyarakat. Selain daripada golongan pribumi yang menempati wilayah, juga ada kelompok masyarakat lain yang berasal dari golongan dan ras yang berbeda. Tabel 2 Perkembangan Penduduk Semarang Tahun No. Etnis/Tahun Pribumi Cina Timur Jauh Eropa Jumlah Sumber: Brommer dan Setiadi, Kota Lama Kota Baru, Sejarah Kota- Kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan. Penerbit: Ombak, hlm Semarang yang sejak lepas dari kekuasaan Mataram dan dihadiahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda tumbuh menjadi kota yang besar dan modern. Pertumbuhan kota industri yang terbentuk akibat dari perancangan kota modern mengubah tampilan kota menjadi bergaya kebarat-baratan. Selain itu juga terdapat golongan masyarakat dari etnis Tionghoa, Melayu, dan Pribumi yang mewarnai kehidupan di kota Semarang. Pemukiman penduduk di kota Semarang dibagi dalam beberapa etnis sebagai berikut :

15 31 a. Etnis Tionghoa Terbentuknya kawasan Pecinan tidak terlepas dari sejarah kedatangan orangorang Cina di Semarang. Tidak diketahui secara pasti kapan orang-orang Cina datang ke Semarang. Walaupun demikian, beberapa ahli sejarah seperti Denys Lombard dan Anthony Reid menyebutkan bahwa sekitar tahun 1416 sudah terjalin hubungan dagang dan kemaritiman yang cukup aktif antara Cina dan Jawa, yang dalam hal ini adalah Kerajaan Majapahit. 25 Pada sekitar tahun 1412 sudah ada komunitas Cina yang bermukim di daerah Gedong Batu atau Simongan dan di tepi Sungai Semarang. Daerah Gedong Batu menjadi pilihan sebagai tempat bermukim komunitas Cina karena daerah tersebut merupakan daerah yang paling baik dan sangat strategis. Daerah Simongan ini berupa teluk yang terletak di antara muara kali Semarang dan Bandar Semarang. Letaknya yang strategis ini menjadi kunci utama dari bandar Semarang. Berdasarkan konsep kosmologi yang menjadi dasar pengaturan tata ruang untuk permukiman masyarakat yang disebut feng shui atau hong shui, Simongan sangat ideal sebagai permukiman karena dilatarbelakangi oleh gunung atau bukit dan menghadap ke arah sungai atau laut. Daerah yang terletak di tengah kota Semarang waktu itu belum memadai untuk tempat hunian karena masih berupa rawa dan tegalan yang tidak sehat untuk dihuni. 26 Pemukiman penduduk etnis Cina semula terletak di daerah Simongan, yaitu sekitar Kelenteng Sam Po Kong. Permukiman Cina di Simongan pada tahun Titiek Suliyati., Dinamika Kawasan Permukiman Etnis di Semarang, (Artikel Ilmiah Universitas Diponegoro, Tanpa angka tahun), hlm Ibid.

16 32 oleh Pemerintah Belanda dipindahkan ke pusat kota dengan alasan untuk menghindari kemungkinan meluasnya dampak pemberontakan masyarakat Cina di Jakarta. Selain itu yang paling penting adalah Pemerintah Belanda dapat mengawasi lebih intensif aktivitas orang-orang Cina di Semarang. Permukiman masyarakat Cina (Pecinan) yang baru terletak di pusat kota, berdekatan dengan benteng atau pos militer Belanda. Pada awal pemindahannya di pusat kota, Pecinan terletak di sebelah timur Sungai Semarang. Pada perkembangannya setelah permukiman Belanda diperluas ke arah timur (keluar benteng) dan Pemerintah Belanda mengubah aliran Sungai Semarang 200 meter ke timur, maka pada tahun 1741 Pecinan dipindahkan lagi di sebelah barat sungai. Dengan demikian pemukiman orang-orang Belanda dan pemukiman masyarakat Cina dipisahkan oleh Sungai Semarang. 27 b. Etnis Melayu, Arab, dan Timur Jauh Etnis Melayu adalah etnis keturunan yang banyak mendapat pengaruh Arab, India dan Gujarat. Umumnya para pedagang dari Arab, India, dan Gujarat melakukan ekspedisi sampai ke wilayah Hindia Belanda terutama ke wilayah Kalimantan dan Sumatera. Konsepnya serupa, yaitu menetap dan mendapatkan jodoh dari kelompok Pribumi. Percampuran antara Pribumi dengan pedagang luar membawa akulturasi dalam ciri fisik serta kebudayaan. Peranakan itu kemudian melanjutkan ekspedisi hingga tiba di wilayah Semarang yang sudah mulai termahsyur dengan jalur perdagangan yang strategis. 27 Titiek Suliyati., Melacak Sejarah Pecinan Melalui Toponim, (Artikel Ilmiah Universitas Diponegoro, Unpublished, 2011), hlm. 11.

17 33 Blok-blok permukiman di Kampung Melayu terjadi karena adanya proses pengelompokan sosial, berdasarkan pada kekerabatan dan identitas etnik penghuninya. Dalam perkembangannya muncul toponim blok-blok pemukiman untuk menunjukkan tempat bermukim mereka secara spesifik, dan juga menunjukkan keberadaan tempat (space) tersebut pada suatu lingkungan binaan tertentu. Munculnya toponim (nama) blok pemukiman di Kampung Melayu berdasarkan fenomena pada waktu itu, misalnya muncul sebutan "spesifik" karena kondisi topografinya (pohon, rawa, sungai, daratan), asal-usul penduduknya (Banjar, Pecinan, Cirebonan), dan adanya peristiwa penting pada kawasan tersebut (Kampung Geni, Kampung Baru). 28 Diperkirakan dasar dari pembentukan Kampung Melayu sudah ada sejak sekitar tahun 1400, yaitu ketika Pandan Arang mulai membuka daerah Semarang. Wilayah sekitar muara Sungai Semarang yang yang saat itu menjadi sarana lalu lintas pelayaran perahu-perahu kecil mulai ramai disinggahi pedagang yang berasal dari luar Semarang. 29 Ketika Belanda memi ndahkan pelabuhan dari Mangkang ke Boom (dermaga) Lama pada tahun 1743, aktivitas perdagangan yang melalui Sungai Semarang semakin ramai karena lokasi Boom Lama dekat dengan Pasar Pedamaran yang menjadi pusat perdagangan saat itu. Kawasan sekitar Boom Lama ini kemudian berkembang menjadi dusun atau desa, karena para pedagang banyak yang tinggal 28 Fariz Syaiful B. dan Eko Nursanty., Kajian Urban Villages Pada Kampung Asli Kota; Studi Kasus: Kampung Sekayu Semarang, (Jurnal, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, tanpa angka tahun), hlm Titiek Suliyati., Op cit. hlm. 6-7.

18 34 menetap di wilayah tersebut. Dusun tersebut sampai saat ini dikenal sebagai Kampung Darat (Ndarat). Tidak jauh dari Kampung Darat berkembang pula permukiman yang dikenal sebagai Kampung Ngilir. Pada akhirnya kedua kampung ini menyatu menjadi kampung yang padat dan luas. Gabungan dari dua kampung tersebut di atas disebut Kampung Besar, yang peduduknya dari beragam etnis. 30 c. Pribumi Pada masa sebelum Semarang dihadiahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda, kelompok pribumi hidup dalam nuansa tradisional kerajaan. Melihat pada kehidupan kelompok pribumi, wilayah Semarang masih menjadi kabupaten dari kekuasaan Mataram Islam. Namun ketika terjadi proses Islamisasi yang dibawa dari Kerajaan Demak dengan mengutus Sunan Kalijaga untuk meredakan permasalahan yang terjadi oleh akibat ulah Pandan Arang. Hal tersebut menyebabkan Pandan Arang menjadi pengikut Sunan Kalijaga dan diikuti dengan penduduk lainnya. Hal itu pula menyebabkan ketertarikan dari para pedagang-pedagang Arab untuk datang dan menetap. Tidak hanya para pedagang Arab saja, melainkan pedagang Cina hingga Belanda datang ke Semarang karena melihat adanya tempat yang ramai dan begitu strategis. Keanekaragaman penduduk yang mendiami wilayah Semarang mengakibatkan penduduk pribumi semakin terasing. Ketika secara resmi Semarang diberikan kepada Pemerintah Hindia Belanda, penduduk pribumi semakin terusir dari wilayahnya. 30 Ibid., hlm. 6-7.

19 35 Ada dua kawasan pemukiman besar, yaitu Pemukiman Belanda dibawah pemerintahan gubernur Belanda, yang mengurus daerah di dalam benteng dan penduduknya dan pemukiman pribumi yang berada di luar gerbang benteng. Di dalam benteng berkembang menjadi satu pemukiman dan kota tersendiri dan berfungsi mengatur seluruh kota Semarang, karena di dalam Benteng inilah terdapat pusat pemerintahan. Ketika perkembangan perekonomian Belanda semakin meningkat, maka mulai dibangun vila-vila di Bojong dan Randusari di sekitar tahun Pemukiman Pribumi juga berkembang sampai Poncol, Randusari, Depok dan lain-lain. Pada saat itu jalan penghubung antara Bojong dan Depok juga mulai dibangun, dilanjutkan dengan pembangunan Jalan Mataram sampai utara batas kota dan Jalan Ronggowarsito sampai pantai utara, Jalan Bulu, Jagalan dan Jalan Petudungan. 31 d. Eropa Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masingmasing menara diberi nama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah Belanda memindahkan pemukiman Cina pada tahun 1731 di dekat pemukiman Belanda, untuk memudahkan pengawasan terhadap segala aktifitas 31 L.M.F. Poerwanto., Kota Kolonial Lama Semarang: Tinjauan Umum Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota, (Jurnal, Universitas Katholik Soegijopranoto, 2005), hlm

20 36 orang Cina. Oleh sebab itu, benteng tidak hanya sebagai pusat militer, namun juga sebagai menara pengawas bagi segala aktifitas kegiatan orang Cina. 32 Kemudian permukiman Belanda mulai bertumbuh di sisi timur Benteng Vijfhoek. Banyak rumah, gereja dan bangunan perkantoran dibangun di pemukiman ini. Pemukiman ini adalah cikal bakal dari kota lama Semarang. Pemukiman ini terkenal dengan nama de Europeeshe Buurt. Bentuk tata kota dan arsitektur pemukiman ini dibentuk mirip dengan tata kota dan arsitektur di Belanda. Kali Semarang dibentuk menyerupai kanal-kanal di Belanda. Pada masa itu Benteng Vifjhoek belum menyatu dengan pemukiman Belanda. 33 D. Kondisi Sosial dan Keagamaan Pengaruh dari pemerintahan Hindia Belanda adalah satu hal yang menjadikan begitu penting dan pelik dalam menyikapi kondisi sosial masyarakat. Pasalnya, Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan sistem kasta seperti:...raja melihat priyayi dan kawula sebagai abdi yang harus duduk di lantai, sementara kekuasaan raja ditunjukkan dengan gelarnya yang sangat panjang. Priyayi dan kawula melihat raja sebagai pemilik sah kerajaan melalui kepercayaan akan adanya wahyu, yaitu bahwa raja mempunyai kekuasaan teritorial, birokrasi, dan hukum. Priyayi melihat kawula sebagai wong cilik yang tidak mempunyai simbol kekuasaan, oleh karenanya rendah, kasar dan tidak terpelajar. Demikian juga seorang kawula akan memandang priyayi melalui jumlah sembah yang berhak diterima, pakaian yang dikenakan, dan bahasa yang diucapkan. Lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat melihat satu dengan lainnya melalui sistem simbol yang ada Ibid., hlm Ibid. 34 Kuntowijoyo., Raja,Priyayi, dan Kawula, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 10.

21 37 Dalam pemerintahan Hindia Belanda, Pemerintah Hindia Belanda-lah yang menjadi penguasa, penduduk Eropa dan elit bangsawan tradisional juga berada 1 baris di bawahnya, sementara pedagang terutama etnis Tionghoa berada di tengahtengah sebagai jembatan antara penguasa dengan bawahannya. Golongan Pribumi tentu saja berada dalam kasta urutan paling bawah sebagai bawahan yang kesehariannya dikenai tuntutan pajak yang begitu besar. Dengan demikian, mau tidak mau kelompok pribumi harus mengikuti aturan yang berlaku dari Pemerintah Hindia Belanda. Hal seperti itu pula yang mengakibatkan kecenderungan perilaku kelompok pribumi meniru gaya kebaratbaratan. Menyikapi masalah kepercayaan yang ada di Semarang dengan mayoritas penduduk pribumi adalah muslim, maka dalam pola perkembangan penyebaran agama Kristen yang dilakukan di Semarang adalah hal yang sangat dilarang oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan alasan keamanan. 35 Namun, kuasa Tuhan tidak bisa dibendung oleh larangan manusia. Dengan memakai utusan-nya, yang merupakan kaum awam, penginjilan perlahan namun pasti mulai memasuki Pulau Jawa. 36 Dalam hal ini, peng-kristenan tidak dilakukan dengan secara terang-terangan melainkan melalui usaha-usaha dengan dibukanya fasilitas umum yang pada dasarnya pekerja daripada fasilitas-fasilitas umum tersebut adalah orang-orang Belanda yang beragama Kristen. 35 Tanpa Penulis., Sejarah GKJ Margoyudan Surakarta, (Tanpa Kota, Penerbit, dan Angka tahun), hlm Ibid.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN ~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan Pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan Kedu, Surakarta, Madiun. Di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III DATA OBSERVASI LAPANGAN 3.1. TIJAUAN UMUM KOTA TEGAL

BAB III DATA OBSERVASI LAPANGAN 3.1. TIJAUAN UMUM KOTA TEGAL BAB III DATA OBSERVASI LAPANGAN 3.1. TIJAUAN UMUM KOTA TEGAL Tegal Kota Bahari 3.1.1. Sejarah Kota Tegal merupakan perwujudan dari sebuah desa kecil bernama "Tetegual". Modernisasi desa dimulai pada awal

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO

BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO A. Perekonomian Perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas ke Kota Purwokerto menjadi sebuah peristiwa yang sangat berpengaruh

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KOTA SEMARANG 1916-AN

BAB II KONDISI UMUM KOTA SEMARANG 1916-AN BAB II KONDISI UMUM KOTA SEMARANG 1916-AN A. Kondisi Geografis Secara geografis Karesidenan Semarang terletak pada posisi 110 0 45 110 0 30 Bujur Timur dan 6 0 45 6 0 30 Lintang Selatan. 1 Dalam mengkaji

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR Oleh: OCTA FITAYANI L2D 001 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat 112 BAB V KESIMPULAN Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat perdagangan di Kota Surakarta berawal dari migrasi orang-orang Cina ke pesisir utara pulau Jawa pada abad XIV. Setelah

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Sebagai Negara kepulauan dengan luas wilayah yang tersusun lebih dari 17 ribu pulau kecil dan besar, serta penduduk yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA SEMARANG

SEJARAH KOTA SEMARANG SEJARAH KOTA SEMARANG Sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan telah menyandang kota metropolitan, lbu Kota Provinsi Jawa Tengah ini memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur, yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan Semarang sebagai lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur yang kemudian hari berkembang pesat menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan

Lebih terperinci

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR K 0K LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2010 TANGGAL 1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR dan/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 15 16 A. Garis

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibu kota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara pulau Jawa,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Ibukotanya adalah Demak. Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi

BAB II GAMBARAN UMUM. Ibukotanya adalah Demak. Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Demak Kabupaten Demak adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Demak. Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi kabupaten

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

163 Universitas Indonesia

163 Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Kota Cirebon di Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota tua yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa yang kaya akan peninggalan budaya dan sejarah.

Lebih terperinci

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih. Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL

PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL KUSUMASTUTI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem. Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan

BAB VI KESIMPULAN. Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem. Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan BAB VI KESIMPULAN Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan penghubung jaringan transportasi darat antara sentral di Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. Letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan selalu memberikan suasana yang sejuk. Secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan

Lebih terperinci

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan

Lebih terperinci