PRODUKSI BENIH INTI TANAMAN BUNCIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI BENIH INTI TANAMAN BUNCIS"

Transkripsi

1 No. 015, Juli 2017 (Tanggal diunggah 12 Juli 2017) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PRODUKSI BENIH INTI TANAMAN BUNCIS Oleh : Diny Djuariah Kelompok Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang Bandung Barat dinydjuariah1958@gmail.com I. PENDAHULUAN Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang penting di Indonesia. Buncis termasuk tanaman Legum yang sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk polong segar dapat ditanam pada ketinggian ± 300 m dpl sampai di atas 1000 m dpl. Sampai saat ini hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, dengan industri pngolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan kontinyu. Selain dikonsumsi dalam negeri, ternyata buncis juga telah diekspor. Bentuk-bentuk yang diekspor bermacam-macam ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan dan ada pula yang berbentuk biji kering. Meningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas ditentukan oleh kualitas benih dari tanaman buncis tersebut. Tata cara produksi benih inti disusun untuk memberikan tuntunan umum memproduksi kelas benih inti. 1

2 II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan panduan tata cara produksi benih inti adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan produksi benih inti varietas-varietas unggul tanaman buncis sehingga dapat diproduksi benih buncis berkualitas. Tujuannya adalah untuk menyediakan perangkat manajerial berupa buku tata cara untuk memproduksi benih inti tanaman buncis. III. RUANG LINGKUP Ruang lingkup buku panduan adalah meliputi terminologi, deskripsi atau penciri khusus, panduan tata laksana memproduksi benih inti tanaman buncis. IV. DESKRIPSI ATAU PENCIRI UMUM DAN PENCIRI KHUSUS A. Penciri Umum 1. Syarat tumbuh Aslinya tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika Utara tetapi kemampuan beradaptasinya sangat luas mulai dari daerah temperit sampai dengan daerah tropika. Secara umum buncis dikenal ada 2 tipe yaitu jenis merambat (Climbing bean/pole) dan yang tidak merambat atau dikenal dengan tipe tegak (dwarf bean), oleh karena itu buncis dalam bahasa inggris memiliki beberapa nama common name seperti bean, snap bean, green bean, kidney bean, haricot bean dan dwarf bean. Pada jenis merambat ada 2 jenis yaitu dapat ditanam di dataran rendah dan hanya cocok di dataran tinggi. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis andosol, regusol serta ultisol. Syarat utama adalah struktur tanah harus gembur dengan drainase baik, kesuburan optimal. Buncis dikenal memiliki toleransi luas terhadap keasaman tanah antara 5,5-6,5 (George, 1999). Waktu terbaik untuk penanaman buncis adalah pada waktu musim hujan atau akhir musim kemarau. Kekurangan air pada waktu berbunga (anthesis) dan pengisian kelembaban terjadi waktu tanaman muda berdaun dua atau tiga helai maka pengaruh buruk akan muncul terhadap pertumbuhan dan inisiasi buah sehingga menghasilkan kematangan yang sangat bervariasi 2

3 (Davis, 1997). Pada umumnya daerah-daerah dengan curah hujan 1500 mm 2500 mm setiap tahunnya adalah cocok untuk penanaman buncis. 2. Morfologi Secara umum P. Vulgaris dibedakan dalam dua jenis morfologi cara tumbuh yaitu (1) buncis tipe rambat dan (2) buncis tipe tegak. Penciri umum yang lainnya adalah buncis biasanya dipanen buahnya pada stadia muda untuk kepentingan sayur segar atau pengalengan (canning). Untuk buncis tipe rambat tinggi tanaman buncis dapat tumbuh melebihi dua meter sedangkan tipe tegak (determinate) ketinggian maksimal pada kondisi pertanaman optimum adalah sekitar satu meter dan tergantung kepada varietasnya. Warna bunga pada bract dan pada sayap biasanya tidak banyak bervariasi yaitu warna dasar putih atau pink atau violet. Bunga mekar pada buncis merambat tidak serempak sedangkan pada buncis tegak berbunga lebih serempak. Seperti umumnya famili Leguminosae, tanaman buncis adalah menyerbuk sendiri meskipun penyerbukan silang dapat terjadi. B. Penciri Khusus Berdasarkan UPOV (1994) No Kultivar/Galur Asal : (Introduksi, seleksi dari populasi, hasil silangan) Tipe pertumbuhan : (merambat/melilit/tegak/pendek) Tinggi tanaman : Dalam centimeter Warna daun : Hijau muda sekali, agak hijau medium, hijau, hijau tua Warna permukaan daun bagian atas : Hijau muda, hijau, hijau tua Earna permukaan daun bagian bawah : Hijau muda, hijau, hijau tua Warna batang : - Hipokotil : (Hijau, ungu muda, ungu tua) - Epikotil : (Hijau, ungu muda, ungu tua) 3

4 Bunga : - Ukuran bunga (bract) : Kecil, medium, besar - Warna standar : Putih, pink, ungu - Warna sayap (wing) : Putih, pink, violet - Waktu berbunga : Dalam hari bunga mekar pada pagi hari < pukul 8 - Ukuran bunga : Kecil, medium, besar - Umur mulai panen : Dalam hari sejak panen polong muda yaitu bila biji dalam polong belum menonjol ke permukaan polong - Keadaan/waktu panen : Kuning, hijau, violet Warna polong : - Warna dasar : Kuning, hijau, violet - Warna kedua : Ada, tidak ada - Warna lain (hue of secondary colour) : Merah, putih - Warna polong muda : Hijau muda, hijau, hijau tua, kuning Ekor (Stringiness) : Ada, tidak ada - Panjang paruh (beak) : Pendek, medium, panjang Bentuk polong : Gambar 1. Bentuk polong berdasarkan derajat pelengkungannya 4

5 1 = tidak ada/sedikit 3 = agak melengkung 5 = medium 7 = melengkung 9 = sangat melengkung Gambar 2. Bentuk lengkungan polong Keterangan : 1 = cekung (concave) 2 = berbentuk S 3 = cembung (convex) Gambar 3. Bentuk ujung polong 5

6 Keterangan : 1 = runcing 5 = agak meruncing 7 = truncate - Panjang polong termasuk paruh (beak) : Sangat pendek, pendek, medium, panjang - Lebar polong : Dalam mili meter atau centimeter - Bentuk penampang melintang polong : Eliptik/ovate; cordate, circular atau bentuk angka 8 - Kadar serat : Berserat kasar, halus - Daging polong : Berdaging masif, berongga - Rasa : Hambar, agak manis, dan manis; diusahakan penentuan dengan menggunakan hand refraktometer atau secara organoleptik) - Preference konsumen : Sangat suka, suka, tidak suka - Potensi hasil polong : Dalam ton/hektar dengan besar simpangan bakunya Biji : - Warna biji : Putih, kuning, merah, hitam, ungu tua, krem, coklat muda, coklat tua, belirik, abu-abu. - Jumlah warna/biji : 1; 2>2 - Panjang : Dalam milimeter/centimeter - Jumlah biji/polong : Dalam biji - Berat 100 biji/jumlah biji/100 gr : Dalam gr - Potensi produksi biji : Dalam kg/kwintal per hektar + deviasi Ketahanan terhadap penyakit : BCMV (Bean Common Mosaic Virus); Fusarium, Antraknos, Karat daun. 6

7 V. CARA PENANAMAN BENIH INTI Benih inti adalah benih yang diproduksi oleh pemuliaan tanaman. Benih inti untuk tanaman buncis berbentuk biji yang dihasilkan dari satu tanaman terdeskripsi dengan jelas oleh pemulia dan atau deskriptor yang diakui oleh lembaga pemuliaan atau penguji BUSS (Baru, Unik, Stabil, Seragam). Benih inti untuk tanaman buncis dapat pula berbentuk plantlet (in-vitro) yang diketahui asal usulnya serta deskripsinya. A. Tahapan Produksi Benih Inti Sebagai Berikut : Benih inti ditanam dalam jumlah terbatas agar memudahkan pengawasan kemurnian genetiknya. 1. Benih inti ditanam secara terbatas dalam sebuah rumah kasa atau rumah kaca. Jumlah maksimum benih inti yang ditanam untuk buncis adalah 10 tanaman, agar memudahkan pengawasan kemurnian genetiknya. 2. Benih sumber yang ditanam harus berasal dari pemakai atau dari sumber lain yang mampu mengidentifikasi kebenaran genetik (trueness to type) dan diakui kepakarannya. 3. Seleksi terutama ditekankan kepada kemurnian benih harus zero tolerance artinya tidak boleh ada campuran varietas lain dan kesegaran fenotipik penciri karakter umum dan penciri karakter khusus harus 100% sama dengan deskripsi. 4. Setiap biji buncis dari satu pohon dipanen dan disimpan secara terpisah, diberi nomor tanaman, tanggal panen serta informasi lain yang diperlukan. Panen segera dilakukan ketika kematangan fisiologis dicapai yaitu pada waktu warna polong mulai menampakan perubahan warna pucat/putih/hijau kekuningan sekitar 25%. B. Cara Penanaman Benih Inti Sebagai Berikut : 1. Siapkan bedengan pertanaman dengan lebar 80 cm, panjang sesuai kondisi lahan. 2. Usahakan manajemen OPT pra tanam secara optimal. 7

8 3. Kebutuhan pupuk kandang dan pupuk buatan sesuaikan atas dasar hasil analisa tanah sebagai patokan pupuk untuk buncis di Balitsa adalah pupuk kandang ton, pupuk buatan yaitu 45 kg Nitrogen, 135 kg P2O5 dan 100 kg k 2 O per ha. Keasaman (ph) tanah yang dikehendaki untuk tanaman buncis adalah 5,6-6 dilakukan pengapuran sesuai dengan hasil analisa tanah. 4. Pupuk mikro sebagai pelengkap dapat ditambahkan sesuai anjuran. 5. Tanam dengan jarak 40 cm x 70 cm dan 40 cm x 25 cm atau disesuaikan dengan tipe tumbuhnya. 6. Jika menanam lebih dari satu varietas beri isolasi jarak dengan ditanami jagung Crotalaria spp selebar 10 m untuk menjaga terjadinya olet crossing. Jika tanpa tanaman penghalang (barier) maka isolasi minimum berjarak 45 m. Isolasi waktu dapat dilakukan dengan membedakan waktu berbunga yaitu sekitar hari untuk buncis rambat dan hari untuk tipe tegak. C. Pemberantasan Hama dan Penyakit Meskipun beberapa varietas buncis yang diproduksi benih intinya memiliki toleransi terhadap penyakit tertentu (Permadi dan Djuariah, 2000) monitoring dan pengendapan tetap harus dilakukan sebagai berikut : 1. Rencana pengendalian OPT dibuat dalam suatu yang mudah diikuti oleh pelaksana dan diperiksa oleh auditor. 2. Lakukan pengendalian terutama terhadap patogen sistemik secara regular. D. Seleksi Tipe Simpang (off type)/roguing 1. Seleksi dilakukan secara teratur setiap 14 hari sekali. 2. Segera dicabut dan buang (roguing) jika ditemukan tipe simpang. E. Cara Panen Stadia panen yang tepat adalah pada waktu buah/polong dalam stadia matang fisiologis. Pada stadia tersebut benih memiliki viabilitas dan vigoritas maksimum (Kelly, 1988). Untuk setiap varietas jumlah hari untuk mencapai matang fisiologis berbeda-beda. Untuk beberapa varietas dengan warna dasar polong hijau, perubahan warna ke hijau kekuningan adalah indikasi matang fisiologi yang dapat 8

9 dijadikan panduan (lihat penciri khusus). Panen yang terlalu muda atau terlalu tua akan menyebabkan terjadinya percepatan deteriorasi atau kemunduran benih. VI. CARA PENGELOLAAN BENIH INTI 1. Prosesing Benih Agar mutu benih terjaga maka beberapa hal di bawah ini perlu dilakukan : a. Lakukan seleksi awal, terutama memeriksa polong yang tidak bernas dan atau terserang hama gudang seperti Bruchus spp. b. Pada hari ke-4 keringkan polong ke dalam ruangan pengering dengan suhu 28 ± 2 C sampai tercapai kadar air maksimal 11%. Untuk mengetahui kadar air benih ambil contoh biji secara sistematis kemudian lakukan uji kadar air. c. Kalau kadar air masih di atas 11% perpanjang waktu pengeringan dengan suhu yang sama. d. Kulit polong akan terbuka sendiri jika kadar air benih mencapai sekitar 12%, selanjutnya lakukan pembersihan kulit secara manual sambil melakukan seleksi benih. e. Bersihkan benih dari kotoran benih, benih abnormal atau rusak mekanis serta campuran varietas lain. f. Lakukan pengujian daya kecambah, kadar air dan kemurnian benih. Pengambilan contoh agar dilakukan dari setiap lot benih. g. Semua tempat pengeringan (nampah, kotak, dll) yang dipakai mengeringkan benih harus beridentifikasi nama varietas, tanggal panen, lokasi identitas benih tersebut harus tetap ada pada setiap tahapan prosesing. h. Tidak boleh mencampurkan benih ke dalam satu tempat jika tanggal panen berbeda lebih dari 2 hari. i. Lakukan pengemasan benih, yaitu dalam kantung alumunium foil. 9

10 j. Seleksi pengujian benih datanya dicatat pada administrasi benih dan kopinya disimpan bersama dengan lot benih. 2. Penyimpanan Benih Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas maksimum benih yang telah dicapai pada saat masak fisiologis dalam waktu yang selama mungkin (Sjamsoe oed Sadjad, 1977). Viabilitas dan vigor benih dalam penyimpanan akan berangsur-angsur menurun karena proses kemunduran benih. Proses kemunduran benih dapat digolongkan sebagai 1) kemunduran kronologis yaitu kemunduran yang disebabkan faktor waktu, 2) kemunduran fisiologis yaitu kemunduran yang disebabkan faktor lingkungan penyimpanan. Faktor luar yang mempengaruhi umur simpan benih adalah temperatur dan RH ruang simpan. Penggunaan kemasan sangat berperan penting dalam usaha mempertahankan viabilitas benih dalam periode penyimpanan. Semakin dingin suhu (4-5 C) dan kelembaban semakin rendah (45%) masa simpan semakin panjang dan dapat mencapai lebih dari 3 tahun (George, 1999). Sedangkan di lembang pada suhu 18 C sampai 25 C dan kelembaban (RH) antara 65-90% penggunaan kemasan yang diproses seperti kantung kertas dan kantung karton dapat digunakan sampai masa simpan 1 tahun dengan daya kecambah di atas 50% (Djuariah dan Gunanti, 1999). Standar kondisi suhu yang ditentukan adalah 12 ± 28 C dengan kelembaban 50 ± 10%. 3. Pemeliharaan di Gudang Benih Faktor suhu dan kelembaban gudang benih sangat berpengaruh terhadap umur simpan dan daya kecambah benih. Suhu rendah dan kelembaban rendah adalah syarat utama agar benih memiliki umur simpan lama serta viabilitas tetap tinggi. Kebersihan gudang harus terjaga agar hama gudang tidak menimbulkan kerugian, terutama jika tempat penyimpanan bersuhu panas, lembab dan kotor. 10

11 Benih buncis termasuk benih yang masa simpannya pendek, maka uji daya kecambah sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, sedangkan monitoring suhu dan Rh dilakukan setiap hari. VII. CARA PENGUJIAN KEMURNIAN GENETIK Dalam rangka implementasi bertahap sistem jaminan mutu benih dan akreditasi maka serangkaian tindakan pengendalian mutu benih harus menjadi komitmen yang ditulis, dikenal oleh setiap yang terlibat dan dikerjakan pada setiap sub-set kegiatan produksi, dimulai dari pelaksanaan produksi benih inti. Pada kelas benih ini mutu utama yang dijaga adalah mutu genetik agar identitas keunggulan yang bernilai komersial dan berdaya guna tidak hilang pada generasi berikutnya. A. Mutu Genetik Tanaman buncis adalah menyerbuk sendiri sehingga serbuk silangnya rendah sekali. Namun demikian adanya kontaminasi dapat terjadi apabila dilakukan tumpangsari dengan varietas lain dapat saja terjadi karena berbagai sebab terutama lebah atau Thrips (Drijfhout, 1981 dalam George, 1999). Usaha untuk menjaga kemurnian dan mutu genetik dilakukan dengan cara seleksi tipe simpang dan isolasi untuk mencegah terjadinya serbuk silang (out crossing). 1. Seleksi tipe simpang Seleksi dilakukan minimal tiga kali, yaitu pada fase vegetatif aktif (1 bulan setelah tanam), fase berbunga dan fase pemasakan. Apa bila ditemukan tanaman yang menyimpang (off type) maka harus segera dibuang. 2. Areal pertanaman sebaiknya terisolasi dari pertanaman yang satu famili, lahan subur, tidak terlindung dan tidak boleh ditanam pada bekas pertanaman buncis. Untuk isolasi antar varietas dapat dilakukan dengan isolasi tanaman, isolasi jarak dan isolasi waktu. 11

12 B. Mutu Fisik Secara umum faktor fisik yang harus diperhatikan untuk menilai mutu benih adalah : a) Benih yang bersih tidak dicampur dengan varietas lain, kotoran, debu dan lain-lain. b) Warna benih, dalm hal ini benih yang baik berwarna terang dan tidak kusam (mengkilat), tidak terserap cendawan dan tidak keriput atau pecah akibat gesekan mekanis dengan alat-alat yang digunakan. c) Besar benih normal, bernas atau yang berisi. d) Benih tidak terlalu kering, karena daya tumbuhnya kurang baik juga bila benih yang terkelupas kulitnya jangan sampai diambil. Langkah-langkah di bawah ini dapat meningkatkan mutu fisik benih : 1. Pemberisihan peralatan/perlengkapan alat penanam/perabut benih, wadah benih, alat panen, dll. Yang akan dipergunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran varietas lain. 2. Pemeriksaan alat pengolahan benih. 3. Lakukan pengujian mutu fisik benih. Pengujian-pengujian benih yang seharusnya dilakukan yaitu : (a) pengujian setelah benih itu mengalami prosesing, (b) pengujian benih ketika dimintakan pelabelan, (c) pengujian benih ketika akan tanam dalam rangka pengembangan benih. Pengujian setelah mengalami prosesing lazimnya menyangkut hal yang berkaitan dengan kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan penanaman hanya berkisar pada daya tumbuhnya saja. Pengujian-pengujian biasanya dilakukan secara rutin dan secara khusus. Pengujian rutin akan meliputi : kadar air, kemurnian dan daya tumbuh benih. Sedangkan pengujian khusus meliputi : pengujian kesehatan, varietas, perbedaan-perbedaan serta vigor. Dalam pengujian ini diperlukan sampel benih-benih yang perlu diuji, sampel harus benar-benar merupakan sampel dari seluruh benih yang perlu diuji. Pengujian benih tidak ada artinya dan tidak 12

13 bermanfaat apabila sampel yang digunakan tidak mencerminkan secara nyata sebagai wakil dari jumlah benih yang akan diuji. Berat minimum menurut ISTA tergantung dari jumlah benih yang akan diujikan, perhitungan yang lazim digunakan minimal 10 kali contoh yang murni, dengan ketentuan tidak kurang dari 25 gram dan tidak lebih dari 1 kg. Dimana untuk benih inti buncis banyaknya diambil untuk uji kemurnian minimal gram (± 60 butir benih) sedangkan untuk benih penjenis buncia banyaknya sampel minimal mengandung 2500 butir benih atau 700 gram. Masa pengujian yang penting untuk buncis adalah selama 3 bulan pertama mengamati perkembangan Bruchus sinensis dan pengujian daya kecambah. 4. Pengepakan dan label a. Setiap kemasan benih diberi label di luar dan juga di dalamnya. b. Label diberi informasi, nama species dan varietas, waktu panen dan masa berlaku benih, identifikasi dari pemulia. c. Masa berlaku label diberikan paling lama 12 bulan setelah panen selama masa berlaku label harus diadakan pengujian ulangan dan pengecekan daya tumbuh minimal satu kali pengujian. 5. Standar a) Standar lapangan Berdasarkan standarisasi sertifikasi untuk kelas-kelas dibawah benih ini dan benih penjenis dari BPSB, maka ditetapkan sebagai berikut : Isolasi jarak CVL dan Off type C. phaseoli Antraknose Virus Mozaic (Meter) (max %) (mx %) (max %) 45 0,0 0,0 < 0,05 0,0 Sumber : BPSB Jawa Barat. 13

14 Toleransi hama selama di lapangan adalah 25% yaitu untuk hama Bruchus sinensis sedangkan hama lalat bibit (Ophiomya phaseoli) yang menyerang tanaman muda harus dikendalikan secara maksimal, karena dapat menggagalkan pertanaman. b) Standar laboratorium Kadar air Benih murni Kotoran benih CVL (mx %) Viabilitas (min %) Benih warna Hama penyakit (max 5) (%) (min %) (max %) lain (max %) B. sinensis Antraknose Virus Mozaik 12,0 99,0 1,0 0,0 95,0 0,1 0,1 0,0 0,0 DAFTAR PUSTAKA Anonimous. UPOV Guidelines for The Conduct of Test Districtness, Homogenety and Stability. Bean (Phaseolus vulgaris L.). UPOV/TG/1/2. Djuariah, D. Dan Gunanti Viabilitas dan vigor benih buncis (Phaseolus vulgaris L.) kultivar Taipeh No. 2 pada berbagai jenis kemasan dengan kondisi dua lingkungan penyimpanan. Laporan penelitian 1998/1999. Balitsa Lembang. George, A.T.R Vegetables seed production 2nd Edition. CAB Publishing. CAB International. Wallingford. Oxon Oxio. 8 DE. UK. ISTA International Rules for Seed Testing. Annexees. Seed Science and Technology. 27 (Suppl). Kelly, A.F Seed Peoduction of Agricultural Crops. Longman Scientific of Technical. New York. Permadi, A.H. dan D. Djuariah Buncis rambat Horti 2 dan Horti 3 tahan penyakit karat daun dengan daya hasil dan kualitas tinggi. Jurnal Hort. 10(1) : Syamsoe oed Sadjad Penyimpanan benih tanaman pangan departemen agronomi. IPB. Bogor. 14

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN No. 002, Agustus 2013 (Tanggal diunggah 22 Agustus 2013) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya dan Fauzi Haidar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMBEDA VARIETAS KENTANG MENGGUNAKAN PENANDA MORFOLOGI

IDENTIFIKASI PEMBEDA VARIETAS KENTANG MENGGUNAKAN PENANDA MORFOLOGI No. 006, Januari 2015 (Tanggal diunggah 27 Januari 2015) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spesies Phaseolus vulgaris L. atau common bean dikenal pula dengan sebutan French bean, kidney bean, haricot bean, salad bean, navy bean, snap bean, string bean, dry bean,

Lebih terperinci

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH Suhartina, Gatut Wahyu Anggoro Susanto, dan Novita Nugrahaeni Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi E-mail: t_ina_suhartina@yahoo.com; nnugrahaeni@gmail.com

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI CABAI Oleh : Diny Djuariah

TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI CABAI Oleh : Diny Djuariah No. 018, Agustus 2017 (Tanggal diunggah 17 Agustus 2017) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar TATA

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN No. 012, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PERSYARATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN No. 011, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENINGKATAN

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI A. Latar Belakang Dalam bercocok tanam pemilihan benih yang ditanam merupakan langkah pertama yang sangat penting, salah memilih benih

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

No. 007, April 2015 (Tanggal diunggah 15 April 2015)

No. 007, April 2015 (Tanggal diunggah 15 April 2015) No. 007, April 2015 (Tanggal diunggah 15 April 2015) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENERAPAN

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan yang berasal dari Cina dan telah dibudidayakan di Indonesia sekitar abad ke-16 di pulau Jawa dan Bali.

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH YANG DIRILIS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PENDAHULUAN

BAWANG MERAH YANG DIRILIS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PENDAHULUAN No. 004, Januari 2015 (Tanggal diunggah 21 Januari 2015) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar BAWANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2 P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.3 P4.3 P4.3 P4.3

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum 11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Leguminaceae, sub famili Papilionidae dan digolongkan dalam kelas Angiospermae.

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS BARU

DESKRIPSI VARIETAS BARU PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kantor Pusat Deprtemen Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Menurut Irwan (2006), kandungan gizi

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau

Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau PERSIAPAN PRODUKSI 1. Penentuan lokasi Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan. Benih yang mempunyai mutu genetik dan mutu fisiologis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak Umur panen

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci