PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH DALAM TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000
|
|
- Yuliani Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH DALAM TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000 Nanang Triagung Edi Hermawan Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jln. Gajah Mada No.8 Jakarta Pusat ABSTRAK PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000. Telah dilakukan studi eksperimental skala laboratorium ukuran 1:40 untuk mengetahui pengaruh perubahan lebar celah terhadap korelasi empiris konveksi alamiah yang terjadi pada model sungkup Reaktor AP1000. Keserupaan model dengan desain sungkup yang asli dianalisis menggunakan bilangan Grashof termodifikasi (Gr*). Dari percobaan diperoleh persamaan korelasi empiris Nu x=0.526ra* (1.51 x 10 6 <Ra *<4.82 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 0,5 cm; Nu x=7.086ra* (2, 09x10 6 <Ra *<1.24 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 1 cm; Nu x=3.555ra* (3.43 x 10 6 <Ra *<1.14 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 2 cm; dan Nu x=2.198ra* (6.50 x 10 5 <Ra *<1.26 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 3 cm. Perubahan lebar celah dalam saluran udara menyebabkan perubahan persamaan korelasi empiris konveksi karena adanya perubahandimensi dan geometri saluran udara yang berpengaruh terhadap propeti atau sifat-sifat udara yang mengalir. Lebar celah dalam paling optimum berdasarkan eksperimen yang dilakukan adalah 1 cm. Kata kunci: celah dalam, korelasi empiris, konveksi, dan model sungkup AP1000. ABSTRACT THE EFFECT OF INNER GAP WIDTH CHANGES TO EMPIRICAL CORRELATION EQUATION OFCONVECTION ON CONCENTRIC CYLINDERS OF AP1000 CONTAINMENT MODEL. Experimental studies on a laboratory scale 1:40 to determine the effect of inner gap changing to empirical correlation of natural convection that occurs in AP1000 containment model have been done. Similarity model with the original design were analyzed using a modified Grash of number (Gr*). The empirical correlation equation obtained from experimental are Nu x=0.526ra* (1.51 x 10 6 <Ra *<4.82 x10 12 )for the 0.5 cm inner gap width; Nu x=7.086ra* (2, 09x10 6 <Ra *<1.24 x10 12 ) for the 1 cm inner gap width; Nu x=3.555ra* (3.43 x 10 6 <Ra *<1.14 x10 12 ) for the 2 cm inner gap width; and Nu x=2.198ra* (6.50 x 10 5 <Ra *<1.26 x10 12 ) for the 3 cm inner gap width. The changes of inner gap width cause convection empirical correlation equation changes, because of changes in the dimensions and geometry of the air channel that affects the air properties. Based on experiments, the most optimum inner gap is 1cm. Keywords: inner gap, empirical correlation, convection, and AP1000 containment model. 454
2 1. PENDAHULUAN Desain Reaktor AP1000 merupakan reaktor nuklir generasi III+ yang telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir Amerika Serikat (US Nuclear Regulatory Commission). Keunggulan desain ini,antara lain adanya penerapan 7 (tujuh) sistem keselamatan pasif, meliputi Passive Residual Heat Removal (PRHR) system, Core Make-up Tanks (CMTs), Stage Automatic Depressurization system (ADS), Accumulator Tanks (ACC), Incontainment Refueling Water Storage Tank (IRWST), Lower Containment Sump (LCS), danpendingin Sungkup Secara Pasif (Passive Containment Cooling System, PCC)[1]. Sistem keselamatan pasif bekerja secara alamiah melalui mekanisme hukum-hukum alam, seperti sistem injeksi pendinginan karena gravitasi, perpindahan panas melalui mekanisme konveksi alamiah, kondensasi uap, ataupun penguapan cairan. Dengan demikian sistem ini tidak bergantung dengan sistem aktif dari luar, seperti sistem pencatu daya, pompa, ataupun tenaga diesel. Sistem keselamatan pasif memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah[2]: a. sistem pasif dapat meminimalkan ketergantungan terhadap daya listrik dari luar, komponen yang bergerak, dan aksi sistem kontrol baik pada operasi normal, kecelakaan desain dasar atau kecelakaan melebihi desain dasar; b. mengurangi penggunaan komponen, sehingga sistem lebih sederhana dan kompleksitas aksi penanganan keselamatan dapat dikurangi; c. mengurangi biaya konstruksi, operasi dan pemeliharaan struktur, sistem, dan komponen instalasi; d. mengurangi aksi operator pada saat terjadi keadaan darurat, sehingga dapat meminimalisir kesalahan operator. Sistem PCCS merupakan sistem pendinginan pasif terhadap permukaan luar dinding sungkup Reaktor AP1000 dengan udara yang bersirkulasi alamiah untuk menjaga integritas dan kekuatan material sungkup. Dinding sungkup memiliki fungsi ganda sebagai perisai radiasi dan mencegah terjadinya kebocoran zat radioaktif produk fisi ke lingkungan hidup, serta menjadi struktur pelindung sistem di dalamnya dari gangguan bahaya eksternal akibat cuaca buruk, bencana alam, bahkan tabrakan pesawat terbang. Karakteristik perpindahan panas yang terjadi pada permukaan luar dinding sungkup, baik aspek termohidrolik maupun aerodinamik, perlu diteliti untuk memastikan kinerja sistem memenuhi kriteria desain yang telah dirancang. Dengan demikian perlu dilakukan studi numerik maupun empiris untuk mempelajari fenomena perpindahan panas yang secara umum dapat digambarkan melalui persamaan korelasi empiris perpindahan panas, termasuk pengaruh yang terjadi akibat perubahan ukuran celah dalam. Adapun tujuan dilakukannya studi eksperimental pengaruh perubahan lebar celah dalam terhadap persamaan korelasi empiris konveksi pada bagian silinder konsentris model sungkup AP1000 diantaranya adalah: 1. menentukan rumusan persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas yang terjadi untuk variasi lebar celah dalam 0,5 cm, 1 cm, 2cm dan 3 cm; 2. membandingkan perubahan masing-masing persamaan korelasi yang didapatkan akibat adanya perubahan lebar celah udara; 3. menentukan lebar celah paling optimum berdasarkan persamaan korelasi empiris lokal yang didapatkan. Penelitian ini juga bisa menjadi model verifikasi dan analisis aspek termohidrolis sistem pengungkung dan penyungkup reaktor nuklir oleh badan pengawas pada saat pelaksanaan evaluasi izin konstruksi PLTN. 2. DASAR TEORI Proses pendinginan permukaan luar dinding sungkup oleh udara yang mengalir melalui celah dalam terjadi secara konveksi alamiah. Karakteristik besaran fisik yang sangat penting untuk mengetahui koefisien konveksi yang terjadi adalah temperatur film, yaitu temperatur rerata di permukaan bidang dinding sungkup dengan temperatur udara. Proses konveksi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1.Proses konveksi dari suatu permukaan ke fluida yang bergerak 3] 455
3 Gambar 2. Sistem pendinginan pasif sungkup reaktor AP1000 Keterangan: 1. Sistem Pembangkitan Uap Nuklir 6. bafel dalam 2. lubang masukan udara 7. celah dalam 3. bafel luar/dinding beton 8. dinding sungkup bagian silinder konsentris 4. celah luar 9. dinding sungkup sektor ellips 5. lubang antar celah 10. cerobong/lubang keluaran udara Secara matematis proses konveksi dapat dirumuskan sebagaimana Persamaan (1), dimana q adalah fluks panas konveksi (W/m 2 ) yang nilainya sebanding dengan perbedaan temperatur antara permukaan (T s, dalam K) dengan temperatur fluida (T, dalam K). Sedangkan h (W/m 2.K) merupakan koefisien perpindahan panas konveksi. q s " h( T T )... (1) Struktur geometri model sungkup AP1000 dan sistem pendinginan pasif permukaan dinding sungkup dapat dilihat pada Gambar 2. Permukaan dinding sungkup model AP1000 bagian silinder yang dilengkapi dengan bafel dalam dan luar yang menyelubunginya merupakan struktur silinder konsentris. Karena udara memiliki nilai Prandtl (Pr) pada kisaran 0,7 maka silinder vertikal konsentris dapat diperlakukan atau dianggap sebagai plat vertikal sejajar bila memenuhi Persamaan (2)[4] D L Gr dimana, 35 * 1/ 4... D : diameter sungkup; L : lebar celah saluran dalam; Gr* : bilangan Grashof termodifikasi. (2) Untuk geometri plat datar vertikal sejajar, pendekatan korelasi empiris perpindahan panas konveksi yang terjadi dapat dirumuskan dengan Persamaan (3)[5]. hxx Nux C( Gr.Pr) k * m (3) 456
4 dimana, Nu x : bilangan Nuselt lokal; h x : koefisien perpindahan panas konveksi lokal; x : panjang karakteristik; k : koefisien konduksi udara; C,m : konstanta; dan Gr* : bilangan Grashof termodifikasi Pr : bilangan Prandlt. 3. METODOLOGIDAN TATA KERJA Penelitian mengenai pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas pada bagian silinder konsentris model sungkup AP1000 untuk pendinginan dengan udara yang bersirkulasi alamiah ini dilakukan secara eksperimental dengan pengoperasian model AP1000 skala laboratoriumdengan perbandingan 1:40 terhadap model aslinya. Ukuran diameter sungkup 99 cm, tinggi silinder konsentris 78,6 cm, dan tinggi sektor ellips 28,7 cm. Sungkup, bejana air, dan bafel dalam terbuat dari bahan Stainless Steel 304 dengan ketebalan 2 mm. Termokopel Tipe K digunakan untuk mengukur temperatur sungkup pada bagian silinder konsentris sejumlah 8 buah ditempatkan sepanjang dinding dari ujung bawah saluran udara dengan jarak antar termokopel 10,5 cm. Sedangkan termokopel untuk sektor ellips sebanyak 8 buah dipasang segaris dengan jarak antar termokopel 8 cm. Model sungkup AP1000 dioperasikan untuk kondisi transient maupun steady state untuk beberapa variasi fluks panas pengoperasian, dengan variasi lebar celah udara meliputi 0,5 cm, 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Parameter operasional yang diukur adalah temperatur pada permukaan dinding sungkup bagian luar dan pada permukaan dinding bafel bagian dalam. Data temperatur tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui propertis udara, perhitungan bilangan tak berdimensi, hingga perumusan persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas konveksi untuk setiap lebar celah udara yang diamati. Susunan perlengkapan dan peralatan model sungkup AP1000 yang dipergunakan untuk meneliti perpindahan panas konveksi yang terjadi pada bagian silinder konsentris dapat dilihat pada Gambar 3. Langkah persiapan pengujian dan pengambilan data untuk mempelajari pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris di bagian silinder konsentris pada pendinginan model sungkup AP1000 untuk setiap masing-masing lebar celah udara dimulai dengan menyiapkan peralatan dan perlengkapan percobaan sebagaimana skema pada Gambar 3. Gambar 3. Skema pengujian model sungkup AP
5 Langkah persiapan pengujian dan pengambilan data untuk mempelajari pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris di bagian silinder konsentris pada pendinginan model sungkup AP1000 untuk setiap masing-masing lebar celah udara dimulai dengan menyiapkan peralatan dan perlengkapan percobaan sebagaimana skema pada Gambar 3. Termokopel untuk pengukuran temperatur selanjutnya disambungkan ke sistem akuisisi data, masing-masing 15 (lima belas) titik pada dinding sungkup, 8 (delapan) titik pada dinding bafel, 5 (lima) titik pengukuran uap air, 4 (empat) titik pengukuran air, dan 1 (satu) titik pada dinding bejana air. Adapun khusus untuk termokopel pemantau temperatur permukaan dinding pemanas disambungkan ke datalogger. Selanjutnya bejana air diisi dengan 170 liter, serta dilakukan pengecekan terhadap ketinggian permukaan air dan tekanan di dalam sistem sungkup. Langkah operasional selanjutnya adalah menghidupkan sistem pencatu daya untuk memanaskan air yang diawali dengan daya 400 W. Dalam proses pemanasan tersebut, temperatur sistem dipantau dan dicatat setiap 5 detik hingga tercapai keadaan steady state. Setelah data temperatur disimpan, langkah pemanasan tersebut diulangi untuk variasi daya pemanas sebesar 600 W, 800 W, 1000 W, 1500 W, 2000 W, 3000 W, 4000 W, 5000 W dan 8000 W. Setelah data temperatur pada permukaan dinding sungkup dan bafel dalam didapatkan, kedua nilai tersebut direratakan sebagai temperatur film. Temperatur film inilah yang selanjutkan dijadikan nilai dasar untuk penentuan nilai-nilai propertis udara yang berkesesuaian dan dipergunakan untuk menghitung nilai β, ν, k, bilangan Pr, Nu x, dan Gr*. Langkah perhitungan selengkapnya dilakukan sesuai dengan alur sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4 untuk masingmasing variasi lebar celah dalam. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persamaan Korelasi Empiris Dari masukan data temperatur film yang didapatkan dari hasil pengukuran, data dimensi model, daya masukan ke sistem, dan besaran percepatan gravitasi ke dalam perhitungan sesuai bagan perhitungan parameter operasi (Gambar 4), maka diperoleh plot persamaan korelasi empiris konveksi yang terjadi pada bagian silinder konsentris untuk setiap variasi lebar celah sebagaimana ditampilkan pada Gambar 5 Secara lebih rinci, untuk masing-masing lebar celah udara yang diamati, persamaan korelasi empiris konveksi, rentang keberlakuan bilangan Rayleigh, dan nilai koefisien korelasinya dapat dilihat dalam Tabel 1. Gambar 4. Perhitungan parameter operasi 458
6 Berdasarkan informasi dalam Tabel 1 dapat dilihat bahwa adanya variasi lebar celah udara menyebabkan perubahan korelasi empiris yang didapatkan. Dari sisi persamaan korelasi empiris, terdapat variasi atau perubahan nilai koefisien serta nilai konstanta pangkatnya. Demikian halnya dengan nilai gradien persamaan garis korelasi yang terbentuk (menunjukkan kemiringan garis), serta nilai koefisien regresinya. Dari ketiga parameter tersebut yang paling menarik adalah kecenderungan perubahan yang terjadi selalu berubah tendensinya untuk lebar celah dalam 1 cm. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan dimensi atau ukuran lebar celah sangat berpengaruh terhadap persamaan korelasi empiris konveksi dikarenakan adanya perubahan geometri atau bentuk saluran udara yang sangat mempengaruhi sifat-sifat atau propeti udara yang mengalir. Aliran udara di bagian bawah saluran celah dalam didominasi aliran laminer, sedangkan di pertengahan saluran hingga ujung atas sebelum sektor ellips, udara mengalir secara turbulen[6] Lebar Celah Optimum Persamaan korelasi empiris konveksi yang terjadi pada permukaan luar dinding sungkup untuk masing-masing variasi lebar celah sebagaimana disampaikan dalam Tabel 1, merupakan gambaran terhadap koefisien konveksi (h) karena nilai h berbanding lurus dengan bilangan Nu. Dengan demikian koefisien konveksi untuk setiap variasi lebar celah dapat diturunkan dari Persamaan (3), sehingga didapatkan rumusan nilai koefisien konveksi rata-rata seperti Persamaan (4a). Gambar 5. Plot persamaan korelasi empiris untuk setiap variasi lebar celah Tabel 1. Korelasi empiris konveksi pada bagian silinder konsentris. Lebar Celah (cm) Dalam Luar Korelasi Empiris Rentang Bilangan Ra* Gradien R 2 0,5 3,5 Nu x = 0,526Ra* 0,3077 1,51 x 10 6 < Ra* < 4,82 x ,3077 0, Nu x = 7,086Ra* 0,1906 2,09 x 10 6 < Ra* < 1,24 x ,1906 0, Nu x = 3,555Ra* 0,214 3,43 x 10 6 < Ra* < 1,14 x ,214 0, Nu x = 2,198Ra* 0,2285 6,50 x 10 5 < Ra* < 1,26 x ,2285 0,7153 Ra* merupakan bilangan Rayleigh termodifikasi. 459
7 Nu x = CRa *m (4a) dengan memisalkan y = Nu x dan x = Ra * maka diperoleh persamaan baru dalam bentuk: (4b) (4c) (4d) Dengan menerapkan Persamaan (4d) dapat diketahu, selanjutnya dihitung nilai sebagai berikut: (5) Dimana nilai k merupakan koefisien konduktivitas udara, dan L merupakan panjang lintasan (tinggi celah udara). Untuk kondisi eksperimen nilai k = 0,0257 W/mK dan L = 0,786 m. Dengan menggunakan Persamaan (5), untuk setiap variasi lebar celah didapatkan koefisien konveksi rata-rata sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan nilai. Lebar Celah (cm) Korelasi Empiris Nilai (W/m 2 K) 0,5 Nu x = 0,526Ra* 0, ,163 1 Nu x = 7,086Ra* 0, ,936 2 Nu x = 3,555Ra* 0, ,349 3 Nu x = 2,198Ra* 0, ,761 Berdasarkan data dalam Tabel 2, dapat dilihat bahwa lebar celah optimum merupakan geometri lebar celah yang memungkinkan terjadinya pendinginan paling optimum. Nilai tersebut ditandai nilai paling besar, yaitu 3.673,936 W/m 2 K. Dengan demikian lebar celah dalam optimum adalah 1 cm. Dalam kondisi penyempitan lebar celah dalam, koefisien konveksi turun dikarenakan sempitnya celah udara justru menyebabkan adanya aliran udara dari cerobong keluaran ke bawah dan bertabrakan dengan arah aliran udara yang melewati celah dalam dari arah bawah. Akibatnya terjadi akumulasi panas di bagian bawah permukaan sungkup. Sebaliknya adanya pelebaran celah udara yang semakin besar juga menyebabkan terjadinya penurunan nilai koefisien konveksi yang terjadi. Semakin lebar celah udara hingga ukuran tak terhingga, justru menyebabkan sungkup seolah tidak mempunyai selubung luar yang terdiri saluran udara celah luar dan dalam yang berfungsi mengarahkan aliran udara[7]. 5. KESIMPULAN Dari studi eksperimenal pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris bagian silinder konsentris pada pendinginan pasif permukaan dinding model sungkup AP1000 dengan udara, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Untuk masing-masing lebar celah yang diamati didapatkan persamaan korelasi empiris konveksi sebagai berikut: a. untuk lebar celah dalam 0,5 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 0,526Ra* 0,3077, berlaku untuk 1,51 x 10 6 < Ra* < 4,82 x ; b. untuk lebar celah dalam 1 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 7,086Ra* 0,1906, berlaku untuk 2,09 x 10 6 < Ra* < 1,24 x ; c. untuk lebar celah dalam 2 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 3,555Ra* 0,214, berlaku untuk 3,43 x 10 6 < Ra* < 1,14 x ;dan d. untuk lebar celah dalam 3 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 2,198Ra* 0,2285, berlaku untuk 6,50 x 10 5 < Ra* < 1,26 x ; Perubahan lebar celah dalam saluran udara menyebabkan perubahan persamaan korelasi empiris konveksi disebabkan adanya perubahandimensi dan geometri saluran udara yang berpengaruh terhadap propeti atau sifatsifat udara yang mengalir. Lebar celah dalam paling optimum berdasarkan eksperimen yang dilakukan adalah 1 cm. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. CUMMINS, W.E., CORLETTI, M.M., DAN SCHULZ, T.L., Westinghouse AP1000Advanced Passive Plant, Proceedings of ICAPP 03, Cordoba, Spain, 4-7 Mei 2003, Paper 3235; 2. IAEA, Natural Circulation in Water Cooled Nuclear Power Plants, IAEA TECDOC No. 1474, Vienna, 2005; 460
8 3. MUNSON, B.R., MORAN, M.J., SHAPIRO, H.N., DEWITT, D.P., Introduction to Thermal Systems Engineering:Thermodynamics, Fluid Mechanics, and Heat Transfer, John Wiley & Sons,Inc., New York, 2003; 4. GEBHART, Heat Tranfer, 2 nd edition, McGraw-Hill Book Company, New York, 1970; 5. MC ADAMS, W.H., Heat Transmission, McGraw-Hill Book Company, New York, 1954; 6. HERMAWAN, NTE, Studi Eksperimental Rejim Aliran Rejim Aliran pada Pendinginan Model Sungkup AP1000, Prosiding Seminar Nasional TKPFN ke-17, PTRKN-BATAN, Yogyakarta, 2011; 7. ANGGRAINI, D., Analisis Numerik Karakteristik Sistem Pendinginan Sungkup Pasif dengan Udara pada Model Reaktor AP1000, Skripsi Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, DISKUSI 1. Daddy Setyawan: Apakah ada rencana melakukan eksperimen untuk mencari kondisi yang lebih optimum untuk nilai di sekitar lebar celah 1 mm? Nanang Triagung Edi Hermawan: Untuk eksperimen dengan variasi lebar celah yang lebih kecil (orde mm) ada keterbatasan pembuatan selubung yang lebih tinggi ketelitiannya mengingat lebar kedua celah udara (dalam dan luar) hanya 4 cm. Untuk perhitungan secara simulasi dapat saja dilakukan untuk variasi lebar celah yang lebih kecil variasinya. 2. Sudjatmi K.A.: Untuk lebar celah 1 cm terlihat bahwa R 2 = 0,4, hasil kurang baik. Mengapa hal ini terjadi dan mengapa tidak dilakukan eksperimen ulang agar hasil yang diperoleh lebih baik? Nanang Triagung Edi Hermawan: Untuk urutan pengambilan data system model sungkup yang diteliti dimulai dari lebar celah dalam 1,2,3 dan 0,5 cm. Pertimbangan dimulai dari 1 cm karena mengikuti scale up dari ukuran desain sesungguhnya dari sungkup AP1000. Pada saat operasional dengan daya tinggi terjadi peningkatan tekanan uap yang sangat tinggi, dan menyebabkan terjadinya kebocoran uap pada bagian sambungan bejana air dengan sungkup, juga pada lubang keluaran termokopel. Hal ini tentu saja menyebabkan kesetimbangan sistem yang diukur tidak benar-benar tunak karena ada aliran masa ke luar, dan akibat lebih lanjut berpengaruh terhadap pengukuran tempereatur di permukaan luar sungkup dan bafel dalam. Pada pengambilan data untuk variasi lebar celah selanjutnya dilakukan perbaikan dan modifikasi seal sambungan dan lubang tadi sehingga sistemjauh lebih stabil dan setimbang pada saat pengukuran temperature.hal-hal inilah yang berpengaruh terhadap data yang kemudian menghasilkanpersamaan korekssi empiris dengan nilai koefisien regresi yang lebih baik untuk lebar celah yang lain. Namun dampak dengan R 2 yang paling kecil pun nilai koefisien konveksi didapatkan sudah paling tinggi, jika system telah diperbaiki tentu data-data yang didapatkan akan lebih bagus sehingga persamaan korelasinya juga akan memiliki R 2 461
PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SEKTOR ELLIPS MODEL SUNGKUP AP1000
PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SEKTOR ELLIPS MODEL SUNGKUP AP1000 Nanang Triagung Edi Hermawan Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif BADAN
Lebih terperinciPENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan *
PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000 Nanang Triagung Edi Hermawan * ABSTRAK PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN
Lebih terperinciPerpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola
Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan
134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR
ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR D. T. Sony Tjahyani, Surip Widodo Bidang Pengkajian dan Analisis Keselamatan Reaktor Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN
Lebih terperinciAplikasi Sistem Keselamatan Pasif pada Reaktor Nuklir
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 43 Aplikasi Sistem Keselamatan Pasif pada Reaktor Nuklir Nur Syamsi Syam, Anggoro Septilarso Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jakarta n.syam@bapeten.go.id,
Lebih terperinciPENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS
PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Nawawi Juhan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe *Email:
Lebih terperinciKARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS
KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS Erlanda Kurnia 1, Giarno 2, G.B. Heru K 2, Joko Prasetio 2, Mulya Juarsa 2 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciPERANCANGAN MODEL SISTEM PENDINGINAN PADA SUNGKUP AP1000
PERANCANGAN MODEL SISTEM PENDINGINAN PADA SUNGKUP AP1000 Daddy Setyawan 1, Yerri Noer Kartiko 1, Aryadi Suwono 1, Ari Darmawan Pasek 1, Nathanael P. Tandian 1, Efrizon Umar 2 1 Fakultas Teknik Mesin dan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk
Lebih terperinciKINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR
KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail
Lebih terperinciGambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM PENDINGINAN SUNGKUP SECARA PASIF MENGGUNAKAN RELAP5.
PEMODELAN SISTEM PENDINGINAN SUNGKUP SECARA PASIF MENGGUNAKAN RELAP5 Andi Sofrany E, Susyadi, Surip Widodo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Diterima editor 25 Juni 2012 Disetujui untuk
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13
B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.
Lebih terperinciEKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF
EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF Ainur Rosyidi, Sagino Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) - BATAN ABSTRAK EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI
Lebih terperinciPengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciPemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda
Pemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda Geby Saputra 1,a), Habibi Abdillah 2,b), Sidik Permana 2,c) dan Novitrian 2,d) 1 Laboratorium Fisika Nuklir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciKonduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN
PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR Rikhardus Ufie * Abstract Effect of air velocity on heat transfer characteristics of
Lebih terperinciSIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT
SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS
TUGAS AKHIR TF 091381 STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS Disusun Oleh : Choirul Muheimin NRP. 2408 100
Lebih terperinciANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01 Oleh : Aprianto Tangkesalu Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.I Gusti Bagus Wijaya Kusuma : Ir.I Nengah Suarnadwipa, MT ABSTRAKSI FASSIP-01 merupakan
Lebih terperinciPengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar
JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciBab III Rancangan dan Prosedur Percobaan
Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan Seperti yang telah ditentukan dalam bab sebelumnya, penghematan dilakukan dengan menggunakan selubung pengumpul aliran gas hasil pembakaran di sekitar panci. Percobaan
Lebih terperinciANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT
ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI Ainur Rosidi, G. Bambang Heru, Kiswanta Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS VISUAL PENDINGINAN
Lebih terperinciDISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL
DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL Keis Jury Pribadi 1, G. Bambang Heru 2, Ainur Rosidi 2, Mulya Juarsa 1,2 1 Laboratorium
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh udara
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000
ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000 D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 80, Serpong, Tangerang 15310 Telp/Fax:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat
Lebih terperinciSatuan Operasi dan Proses TIP FTP UB
Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain
Lebih terperinciEVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Saut Mangihut Tua Naibaho 1), Steven Darmawan 1) dan Suroso 2) 1) Program Studi Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN
ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN D. T. Sony Tjahyani, Andi Sofrany Ekariansyah Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciPengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger
Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE Nicolas Titahelu * ABSTRACT Effect of hot fluid flow velocity direction have been investigated
Lebih terperinciPerbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi
Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi Djoko Sungkono, Feri Fatkur Rizal Jurusan Teknik Mesin FTI- ITS surabaya Abstrak Cepatnya keausan kampas rem pada kendaraan bus
Lebih terperinciStudi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure
Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure R. Djailani, Prabowo Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN KAJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH PADA SALURAN PERSEGI EMPAT BERBELOKAN TAJAM OLEH Prof. DR. Ir. Ahmad Syuhada, M.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN
ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma
DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, Suprapto, Suyamto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit
Lebih terperinciPemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi
Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk
Lebih terperinciPERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA
PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciANALISIS NUMERIK KONVEKSI ALAMIAH PADA PENDINGINAN UDARA SUNGKUP MODEL REAKTOR AP-1000
ANALISIS NUMERIK KONVEKSI ALAMIAH PADA PENDINGINAN UDARA SUNGKUP MODEL REAKTOR AP-1000 Ari D. Pasek, Efrison Umar, Aryadi Suwono, Dwitya Anggraini ABSTRAK Untuk mengatasi krisis listrik di Indonesia, salah
Lebih terperinciSujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48
PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger
Lebih terperinciAnalisis variasi jarak pembuluh terhadap unjuk kerja kondensor
Jurnal Ilmiah eknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 007 (36 41) Analisis variasi jarak pembuluh terhadap unjuk kerja kondensor AAIAS Komala Dewi (1) & IGK Sukadana () (1),() Jurusan eknik Mesin,. Fakutas
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN
Lebih terperinciPENGANTAR PINDAH PANAS
1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)
Lebih terperinciKonduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciSISTEM PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA ON-LINE
SISTEM PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA ON-LINE Prasetyo Basuki dan Sudjatmi K.A Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN, Jl. Tamansari no. 71,
Lebih terperinciPENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK
PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK JENIS EXTRUDED Bambang Yunianto 1) Abstrak Komponen elektronik ataupun mikroprosessor yang menghasilkan panas umumnya dipasang pada heat sink sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan
Lebih terperinciSTUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR
STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR (SMR) Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciRancang Bangun Oven Untuk Proses Pengeringan Kulit Ikan
Rancang Bangun Oven Untuk Proses Pengeringan Kulit Ikan Denny M. E. Soedjono, Joko Sarsetiyanto 2, Dedy Zulhidayat Noor 3, Eddy Widiyono 4 Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TERMOHIDROLIK REAKTOR TRIGA 2000 UNTUK KONDISI 110 PERSEN DAYA NORMAL
KARAKTERISTIK TERMOHIDROLIK REAKTOR TRIGA 2000 UNTUK KONDISI 110 PERSEN DAYA NORMAL Rosalina Fiantini dan Efrizon Umar Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No.71, Bandung 40132
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS DAN MASSA
DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
Lebih terperinciAnalisis Karakteristik Rewetting Dalam Celah Sempit Vertikal Untuk Kasus Bilateral Heating Berdasarkan Perubahan Temperatur Awal Plat
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Analisis Karakteristik Rewetting Dalam Celah Sempit Vertikal Untuk Kasus Bilateral Heating Berdasarkan Perubahan Temperatur Awal Plat IGN. Bagus Catrawedarma (1)(2), Indarto
Lebih terperinciSIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH
SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu
Lebih terperinciREAKTOR PEMBIAK CEPAT
REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio
Lebih terperinciP I N D A H P A N A S PENDAHULUAN
P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciREAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)
REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2
STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2 1 Mahasiswa FMIPA Fisika UNPAD Jatinangor 2 Laboratorium Eksperimental Termohidrolika Pusat
Lebih terperinciFakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162
PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR SISI PRIMER UNTAI UJI BETA TERHADAP EFEKTIVITAS ALAT PENUKAR KALOR Suhendra 1,2, Mulya Juarsa,3, M. Hadi Kusuma 3 Hendro Tjahjono 3, Yogi Sirodz Gaos 2, G. Bambang Heru 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPerpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02
MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan
Lebih terperinciModifikasi Ruang Panggang Oven
Modifikasi Ruang Panggang Oven Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Jexfry Pariyanto Prodi Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131 Surabaya 60236 ekadewi@petra.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA
OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA ABSTRAK Kuat Heriyanto, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PENDINGINAN
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciKata Kunci : konvensional, kolektor surya, turbin ventilator
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN TURBIN VENTILATOR UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN 1 Lingga Ruhmanto Asmoro, Dedy Zulhidayat
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga
Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciDiterima editor 22 September 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Oktober 2014
FLUIDA NANO ZRO 2 SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PADA PERMUKAAN PEMANAS PELAT VERTIKAL: STUDI EKSPERIMENTAL V. Indriati Sri Wardhani Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan Bandung Jl. Tamansari no. 71 Bandung
Lebih terperinciTEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01
TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01 Sigma Epsilon ISSN 0853-9103 Oleh Joko Prasetio W 1, Kiswanta 1, Edy Sumarno 1, Ainur Rosidi 1, Ismu Handoyo 1, Khrisna 2 1 Pusat
Lebih terperinciREAKTOR PENDINGIN GAS MAJU
REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang
Lebih terperinciREAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)
REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor
Lebih terperinciPENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA
PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja
Lebih terperinci