INFOSHEET PROGRAM ICCTF-USAID
|
|
- Farida Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INFOSHEET PROGRAM ICCTF-USAID TAHUN ANGGARAN REGION JAWA TENGAH
2 Pada tahun 2016, ICCTF memberikan dukungan pendanaan kepada 18 lembaga mitra pelaksana yang telah lulus proses seleksi proposal. 4 (empat) program diantaranya diimplementasikan di wilayah Jawa Tengah oleh 4 (empat) mitra pelaksana. Keempat program tersebut adalah: 1. Program Konservasi Sumber Mata Air Blok Utara Lereng Pegunungan Dieng Kabupaten Batang Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS). 2. Program Peningkatan Budidaya Bambu Cendani untuk Penyelamatan Lahan Kritis di Sub-DAS Grenjeng DAS Serang Desa Sampetan Kecamatan Ampel Boyolali yang dilaksanakan oleh Yayasan Pendidikan Akhlaq Mulia (YPAM). 3. Program Adaptasi Perikanan Tangkap Terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko yang dilaksanakan oleh Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (ITB). 4. Program Pemanfaatan Biogas untuk Usaha Kemandirian Energi Rumah Tangga Sekaligus Ikut Serta Dalam Upaya Mendukung Gerakan Konservasi Lingkungan yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Sesami. Program-program tersebut berkontribusi terhadap upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di wilayah Jawa Tengah, sesuai dengan sasaran dan keluarannya masing-masing. Peran aktif masyarakat beserta Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kepentingan terkait menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan dan keluaran program yang diharapkan. Rasa memiliki dan kesadaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program dapat mengarahkan program menjadi berkesinambungan dan berkelanjutan. Masing-masing program akan dijelaskan secara lebih rinci dalam deskripsi berikut.
3 Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) ICCTF mendukung pendanaan program Konservasi Sumber Mata Air Blok Utara Lereng Pegunungan Dieng Kabupaten Batang Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) dengan nilai sebesar Rp ,00 (Satu milyar rupiah). Program konservasi sumber mata air Blok Utara Lereng Pegunungan Dieng dilaksanakan di Desa Keteleng dan Desa Bismo berada di bagian selatan Kabupaten Batang dengan luas wilayah Desa Keteleng 882,780 ha dan Desa Bismo 557, 775 ha. Kedua desa ini berada di ketinggian antara mdpl tepatnya di kaki Gunung Kamulyan. Kondisi wilayah di dominasi dengan daerah pertanian, ladang dan perkebunan serta hutan lindung dan kawasan Hak Guna Usaha (kebun teh) yang dikelola oleh PT Pagilaran. Mayoritas mata pencaharian penduduk di kedua desa ini adalah bercocok tanam terutama pertanian ladang dan perkebunan. Kebutuhan air masyarakat Kabupaten Batang dan sekitarnya berasal dari beberapa mata air, dan salah satu yang paling besar adalah Mata Air Bismo. Dalam sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan kapasitas debit air di Mata Air Bismo sekitar 10% hingga 30%, yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat adanya perubahan tata guna lahan dan perubahan iklim global yang mengakibatkan tidak meratanya curah dan intensitas hujan. Perubahan tata guna lahan menurunkan kapasitas infiltrasi dan memacu peningkatan run off sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan debit air di sumber mata air, banjir, longsor serta kerusakan infrastruktur jalan dan fasilitas umum lainnya. Guna menjawab permasalahan tersebut di atas, program ini disusun dan diimplementasikan dengan tujuan sebagai berikut: Meningkatkan kapasitas debit mata air Bismo dan blok mata air imbuhan lereng Dieng dengan membangun sumur resapan; Sharing metode adaptasi perubahan iklim; Mengurangi run off sehingga infrastruktur umum di Desa Bismo dan Desa Keteleng tidak mudah rusak; Sebagai stimulan dan advokasi kepada emerintah mengenai konsep adaptasi perubahan iklim terutama untuk perlindungan sumber air baik di mata air yang digunakan oleh PDAM maupun mata air untuk kebutuhan masyarakat setempat; Transfer Knowledge kepada pemangku kepentingan air di Kabupaten Batang dalam merencanakan perlindungan sumber air baku melalui konsep adaptasi perubahan iklim. Dalam upaya mencapai tujuan program, YLHS melakukan beberapa kegiatan yang meliputi penanaman 2000 tanaman keras (bambu dan sukun, dll) di kawasan imbuhan mata air Bismo, membuat 200 sumur resapan di pemukiman Desa Bismo dan Desa Keteleng, membuat peraturan Desa Keteleng tentang tata kelola lingkungan dan perlindungan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air, membangun mekanisme kerjasama antara KSM dengan PDAM tentang perlindungan sumber mata air Bismo, dan membentuk forum stakeholders untuk pengelolaan sumber mata air Bismo. Dari monitoring pengukuran yang dilakukan terjadi peningkatan debit air dimana pengukuran yang dilakukan PDAM pada bulan Januari 2016 yaitu 248,4 l/dt menjadi 272,18 l/dt atau sekitar 9.57%. Keluaran program yang diharapkan: 1. Tertanamnya 2000 bibit tanaman yang bisa meresapkan air dan sekaligus memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Tanaman yang bisa ditanam adalah cengkeh, aren, sukun, bambu, dan lain-lain; 2. Terbangunnya 200 unit sambungan rumah (SR) di daerah imbuhan mata air Bismo yaitu di Desa Bismo dan Desa Keteleng, Kecamatan Bladom Kabupaten Batang, Jawa Tengah; 3. Adanya peraturan desa tentang tata kelola lingkungan dan perlindungan sumber air di Desa Keteleng; 4. Adanya mekanisme kerjasama antara KSM dengan PDAM terkait perlindungan sumber mata air Bismo; 5. Terbentuknya kelembagaan/forum antar stakeholder terkait perlindungan mata air Bismo. PENERIMA MANFAAT 2 Desa CAPAIAN PROGRAM 2000 pohon 200 sumur Masyarakat di Desa Keteleng dan Desa Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten Batang Peningkatan debit air 248,4 l/dt 272,18 l/dt bibit tanaman perkebunan dan tanaman langka seperti Matoa telah ditanam. Peraturan Desa Keteleng tentang Tata Kelola Lingkungan Hidup resapan di daerah tangkapan mata air Bismo telah dibangun.
4 Yayasan Pendidikan Akhlaq Mulia (YPAM) Sejak April 2016, Yayasan Pendidikan Akhlaq Mulia (YPAM) menerima dukungan pendanaan ICCTF tahun anggaran 2016 untuk implementasi program Peningkatan Budidaya Bambu Cendani untuk Penyelamatan Lahan Kritis di Sub-DAS Grenjeng DAS Serang Desa Sampetan Kecamatan Ampel Boyolali senilai Rp ,00 (Empat ratus lima belas juta serratus tiga puluh tiga ribu dua ratus lima puluh rupiah). YPAM telah melaksanakan budidaya bambu cendani sejak tahun 2007 di areal seluas 3000 m 2 di Sembunglor, Desa Sampetan Ampel. Budidaya bambu ini telah diakui oleh International Networking Bamboo & Rattan (INBAR) yang beranggotakan 40 (empat puluh) negara termasuk Indonesia. Budidaya Bambu Cendani merupakan strategi baru dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim karena karakter dari bambu tersebut yang tumbuh cepat (1 mm/malam), memiliki tunas yang panjang mencapai 5 m, tahan ditanam di lahan sangat kritis, akarnya kuat sehingga efektif menangkal dan mengurangi bahaya putting beliung serta erosi/longsor akibat hujan, serta kemampuannya dalam menyerap karbon cukup tinggi (1 hektar lahan bambu menyerap 62 ton CO 2 / tahun). Program ini bertujuan untuk berkontribusi terhadap penyelamatan lahan kritis di Sub-DAS Grenjeng, DAS Serang Desa Sampetan Kecamatan Ampel Boyolali melalui penanaman bambu cendani berbasis masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah: Meningkatnya kesadaran 3 kelompok swadaya masyarakat (Komunitas Peduli Merbabu) beranggotakan 100 orang tentang penyelamatan lingkungan; Kesadaran lingkungan yang ditanamkan sejak dini kepada anak-anak usia Sekolah Dasar melalui lomba-lomba bertema lingkungan (target 150 siswa SD); Terbentuknya forum Masyarakat Peduli Lingkungan Merbabu sebagai pelestari program; Tersedianya satu unit kebun budidaya bibit bambu cendani berkapasitas polibag; Tersedianya 100 bibit alpokat wina dan 250 bibit bambu petung; Tertanam dan terawatnya bibit bambu cendani, 100 bibit alpokat wina dan 250 bambu petung di sepadan sungai Sub-DAS Grenjeng seluas ±3 ha; Terbentuknya satu kelompok kriya cendani beranggotakan 30 orang; Terdokumentasikannya seluruh kegiatan dalam bentuk laporan-laporan. Keluaran yang diharapkan dari program ini sebagai berikut: a. Satu dokumen laporan hasil identifikasi kebutuhan dasar dari pemangku kepentingan; b. Tersusunnya 9 modul pelatihan; c. Terlaksana dan tersusunnya laporan 9 kali pelatihan penguatan kelembagaan; d. Terlaksana dan tersusunnya laporan lomba bertemakan lingkungan bagi anak-anak SD; e. Tersedianya kebun budidaya bibit bambu cendani berkapasitas polibag; f. Tersedianya 100 alpokat wina dan 250 bambu petung; g. Terlaksananya gerakan penanaman bibit bambu cendani, 100 bibit alpokat wina dan 250 bibit bambu petung di Sub-DAS yang masuk ke dalam wilayah DAS Serang; h. Terlaksananya pendampingan kelompok dan forum peduli lingkungan Merbabu minimal satu bulan sekali; i. Tersusunnya laporan program bulanan, tengah semester, tahunan dan akhir program. CAPAIAN PROGRAM 2500 bibit FGD, pelatihan kerajinan bambu dan sosial ekonomi 250 bibit bambu cendani bambu betung 100 bibit alpukat Untuk mencapai sasaran dan tujuan program, YPAM menerapkan pendekatan sosial ekonomi dan pengembangan masyarakat (community development). Dalam hal ini komunitas menjadi subyek dalam program sehingga partisipasi dan peran aktif masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan program. Masyarakat yang terlibat secara aktif sejak awal proses program akan menumbuhkan rasa memiliki dan kepedulian terhadap lingkungannya. Secara sosial ekonomi masyarakat juga mendapatkan dampak positif dari program ini.
5 Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung melaksanakan program Adaptasi Perikanan Tangkap Terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko dengan dukungan pendanaan dari ICCTF tahun anggaran Program ini bertujuan untuk mengurangi risiko serta memperkuat ketahanan sektor perikanan tangkap Indonesia (beserta subsektor turunannya yang terkait penghidupan masyarakat pesisir) terhadap dampak perubahan iklim. ICCTF memberikan dukungan pendanaan sebesar Rp ,00 (Sembilan ratus sembilan puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). CAPAIAN PROGRAM Menghasilkan VA FGD, workshop di Pelabuhan Ratu- Cilacap-Pangandaran dan Banyuwangi Sasaran yang ingin dicapai dari implementasi program ini sebagai berikut: a. Tersedianya dan dapat dimanfaatkannya opsi-opsi adaptasi yang terkait dengan keterjangkauan sektor perikanan tangkap pada lokasi penangkapan ikan di laut (fishing ground) yang dinamis berdasarkan profil risiko perubahan iklim; b. Dihasilkannya konsep inovasi sosial bersama stakeholders sektor perikanan tangkap untuk menciptakan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim; c. Meningkatkan kemampuan stakeholders sektor perikanan tangkap dalam memanfaatkan profil resiko guna beradaptasi dengan perubahan iklim. Menghasilkan rekomendasi perencanaan RPJMD yang dipresentasikan di Jabar, Jateng dan Jatim Rekomendasi KKP Keluaran yang dihasilkan dari implementasi kegiatan ini adalah: a. Dokumen Profil Risiko perubahan iklim pada sektor perikanan tangkap di wilayah kajian; b. Dokumen Rekomendasi Kebijakan dan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) sektor perikanan tangkap (Summary for Policy-maker). Guna mencapai keluaran program secara maksimal, dalam proses implementasinya program ini menggunakan metode: 1) Pemanfaatan hasil riset yang telah ada untuk mengembangkan proyeksi perubahan dan variabilitas iklim hingga tahun 2030; 2) Kajian risiko mencakup analisis bahaya dan kerentanan perubahan iklim terhadap sektor perikanan tangkap di pesisir Selatan Jawa; 3) Pengkajian faktor kapasitas ekonomi, teknologi kapal, keselamatan operasional penangkapan ikan, mata rantai sektor perikanan, analisis pasar perikanan dan pemanfaatan informasi oleh nelayan dalam menjangkau lokasi fishing ground.
6 Perkumpulan Sesami ICCTF memberikan dukungan pendanaan kepada Perkumpulan Sesami untuk melaksanakan program Pemanfaatan Biogas untuk Usaha Kemandirian Energi Rumah Tangga Sekaligus Ikut Serta Dalam Upaya Mendukung Gerakan Konservasi Lingkungan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Jumlah dukungan pendanaan yang diberikan oleh ICCTF sebesar Rp ,00 (Sembilan ratus sembilan puluh enam juta tujuh ratus tiga puluh ribu rupiah). Program ini dimaksudkan untuk mengkonservasi wilayah bekas galian tambang pasir yang terabaikan di lereng Gunung Merapi. Kawasan lereng Merapi ini merupakan lahan yang telah dieksploitasi sebagai tambang pasir pada tahun 2005 dan berakhir pada tahun Lahan bekas tambang ini menjadi lahan kritis baik secara kualitas maupun kuantitas tanahnya. Lahan kritis ini menjadi faktor risiko yang mengancam masyarakat pada saat terjadi erupsi. Mitigasi lahan bekas tambang pasir perlu dilakukan untuk mempersiapkan resiko bencana dan konservasi lingkungan. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses implementasi program merupakan nilai tambah dari program ini. Salah satunya adalah dengan peran masyarakat dalam musyawarah untuk mencapai kesepakatan batas lahan. Sebelumnya, masyarakat dan pemilik lahan selalu kesulitan dalam menentukan batas tanah miliknya. Komitmen banyak pihak untuk berpartisipasi secara aktif merupakan kunci keberhasilan program ini. Baik pihak warga masyarakat, Kelompok Keningar Hijau, pihak Pemerintah Desa, BPTH Jateng dan BPDAS Yogyakarta, seluruhnya terlibat dan berkontribusi dalam mensukseskan program. PENERIMA MANFAAT LANGSUNG Warga masyarakat pemilik lahan paska tambang dan tegalan dari 3 desa: Sasaran dari program ini adalah: a. Kemandirian energi yang terbarukan yaitu biogas dalam tingkat rumah tangga; b. Kemandirian pupuk organik untuk pertanian dan mendukung rehabilitasi tanah bekas tambang pasir; c. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian alam. Desa Keningar: 200KK dengan jumlah penduduk sebanyak 609 jiwa Desa Ngargomulyo: 798KK dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa Desa Sumber: 12 dusun dengan total jiwa Dalam prosesnya, ada nilai-nilai kebaruan dan inovasi yang didapatkan dari program ini. Inovasi-inovasi proses penanaman bibit di lokasi bekas tambang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memperbanyak tanaman legum (Leguminoceae) jenis sengon di lokasi paska tambang. Hal ini dikarenakan sengon memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat (dapat dipanen dalam 5-6 tahun), tidak mematikan rumput dan tumbuhan lain disekitarnya, pertumbuhannya lebih cepat dibanding tanaman lainnya, dan dapat tumbuh dan bertahan di lahan berpasir. 2. Penggunaan bioslurry sebagai pupuk utama untuk menjaga pertumbuhan tanaman. Bioslurry ini merupakan limbah cair hasil dari biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak. Hasil limbah biogas/bioslurry dari biodigester dikumpulkan dan dikelola untuk dijadikan pupuk cair. 3. Penggunaan pot dari bambu yang di-isi tanah untuk lokasi dengan kondisi tanah yang sedikit. Pot bambu digunakan karena berasal dari alam dan lebih kuat dalam menahan tanah saat diterpa hujan. Untuk beberapa tanaman yang berada pada lahan yang berbatu diberikan botol yang bagian dasarnya telah dilubangi untuk menampung air hujan dan menetesi tanah tempat pembibitan tanaman (sistem infus). Dengan demikian air hujan tidak langsung meresap ke dalam tanah. 10 KK 25 warga penerima manfaat biogas yang tersebar di Desa Keningar, Ngargomulyo dan Sumber. masyarakat yang tergabung dalam kelompok Keningar Hijau. PENERIMA MANFAAT TAK LANGSUNG Penerima tidak langsung adalah masyarakat diwilayah bawah lereng gunung. Dengan penghijauan dilahan lereng gunung bagian atas, maka masyarakat yang berada dibawahnya akan mendapatkan manfaat secara tidak langsung, Oksigen bertambah, cadangan air bertambah.
7 PROFIL ICCTF Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) CAPAIAN PROGRAM Terbentuk kelompok keningar hijau Telah tertanam bibit dengan komposisi: Pohon Sengon Tanaman keras lainnya (Ekaliptus, mahoni, nyamplung, kayu afrika, genitri, glodogan, randu, kluwak, kayu manis, pule, suren, trembesi, akasia, kupu-kupu, bungur, gayam, aren) Tanaman buah (durian, sirsak, kluweh, alpokat) Lahan paska tambang dan tegalan yang sudah ditanami seluas m 2 dengan prosentase keberhasilan mencapai 99%. Lembaga Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia (Indonesia Climate Change Trust Fund/ICCTF) merupakan satu-satunya lembaga dana perwalian di Indonesia untuk perubahan iklim yang dikelola oleh Pemerintah Indonesia. ICCTF didirikan pada tanggal 14 September 2009 dengan tujuan utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi koordinasi penanganan perubahan iklim di Indonesia sesuai dengan Rencana Aksi Nasional/Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN/RAD-GRK) dan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Tujuan kelembagaan ICCTF adalah mengarusutamakan isu perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota, serta mengimplementasikan kegiatan mitigasi dan adaptasi penurunan emisi GRK. Dengan mendorong dan menyalurkan sumber daya domestik dan pendanaan internasional ke proyek-proyek yang selaras dengan rencana pelaksanaan RAN/RAD-GRK, ICCTF mendukung target penurunan emisi Indonesia sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional di tahun Dalam periode , ICCTF mendanai 18 program penanganan perubahan iklim di berbagai lokasi di Indonesia, sesuai dengan tiga fokus area lembaga, yaitu mitigasi berbasis lahan, energi, serta adaptasi dan peningkatan ketahanan. Dalam periode , program penanganan perubahan iklim yang telah didanai oleh ICCTF sebanyak 36 program. Mitra pelaksana kegiatan-kegiatan ICCTF tersebut adalah Kementerian/Lembaga, LSM, dan Universitas. Tahun 2017 ICCTF menyalurkan pendanaan ke 27 lembaga yang telah lulus seleksi proposal. 11 lembaga terpilih untuk program ICCTF-UKCCU, 12 proposal lembaga terpilih untuk program ICCTF-USAID Mitigasi Berbasis Lahan, dan 4 proposal lembaga terpilih untuk program ICCTF-USAID Adaptasi dan Ketahanan. 10 Terbangun unit Biodigester Informasi selengkapnya kunjungi Narahubung: Adhi Fitri Dinastiar Communication Officer (adhis.dinastiar@icctf.or.id) ( )
8
PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN
PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN -mitigasi berbasis lahan- (Juli 2016 Desember 2017) Lokasi : Desa
Lebih terperinciProyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik
Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim kedalam Rencana Pembangunan Daerah di Kabupaten Gorontalo Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciAdaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan
Judul Pelaksana Fokus Area Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciSambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012
Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBagian 1: Pendahuluan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Undangan Usulan Institusi Pelaksana Program Mitigasi Perubahan Iklim Program ICCTF - USAID Bagian 1: Pendahuluan Indonesia Climate
Lebih terperinciProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012
ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 Krisdinar.wordpress.com Latar belakang Bencana di Indonesia
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciBAB II. PERENCANAAN KINERJA
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciPERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF
Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa
Lebih terperinciProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat
ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK GERAKAN REHABILITASI LAHAN KRITIS (GRLK) TAHUN ANGGARAN 2009 DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1982/1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1982/1983 Menimbang : a. bahwa perlu diusahakan peningkatan kegiatan penghijauan dan reboisasi di
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMemperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciBANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1983/1984 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 1983 Tanggal 7 Mei 1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1983/1984 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 1983 Tanggal 7 Mei 1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu diusahakan peningkatan kegiatan
Lebih terperinciUndangan Untuk Memasukkan Usulan Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Dana Hibah Program Skala Kecil untuk Organisasi Masyarakat Sipil
Undangan Untuk Memasukkan Usulan Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Dana Hibah Program Skala Kecil untuk Organisasi Masyarakat Sipil Bagian 1: Pendahuluan The Indonesia Climate Change Trust
Lebih terperinciLaporan Program (Periode Juni 2012)
Laporan Program (Periode Juni 2012) I. Pendahuluan Banyak hal telah kami capai pada bulan ke-7 di tahun ini terkait pada program konservasi mangrove di Krakatoa Nirwana Resort (KNR), Merak Belantung, Lampung
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan
Lebih terperinciBINCANG MEDIA: 19 AKSI ICCTF UNTUK JAGA SUHU BUMI
BINCANG MEDIA: 19 AKSI ICCTF UNTUK JAGA SUHU BUMI Dr. Erwin Widodo Executive Director ICCTF Jakarta, 25 Mei 2016 ICCTF Secretariat Wisma Bakrie 2 Building, 20th floor,jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta
Lebih terperinciKebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan
Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung
Lebih terperinciPemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut
SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciRENCANA AKSI MITIGASI 9S TRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TATA GUNA LAHAN
RENCANA AKSI MITIGASI 9S TRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TATA GUNA LAHAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN RENDAH EMISI KELOMPOK KERJA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU KABUPATEN BANYUMAS 0 1 6 Pengantar Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu
Lebih terperinciSTUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR
STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA
PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan merupakan unsur terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi, karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hutan juga
Lebih terperinciDr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013
Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinciRISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS
RISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS Oleh: C. Nugroho S. Priyono Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan Jl. Gunung Batu 5 Bogor Email: c_nugroho_sp@yahoo.com
Lebih terperinciAdaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko
Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Studi Kasus : Kabupaten Pangandaran 7-8 November 2016 Outline Adaptasi
Lebih terperinciPenanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM
Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN
PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinciALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa
UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan
Lebih terperinci2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep
No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan sebagai sumberdaya alam fisik mempunyai peranan sangat penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
I. PENDAHULUAN PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM Dr. Bambang Istijono, ME Anggota Ikatan Geografi Indonesia Cabang Sumatera Barat Kepala Bappeda Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Workshop Mobilizing Support and Strengthening Food Security and Community Resilience againts Shocks and
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK
POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)
RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan
Lebih terperinci`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH
`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila
Lebih terperinciMata Pencaharian Penduduk Indonesia
Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta
Lebih terperinciSidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK
Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat
Lebih terperinciBAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD
BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciIV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan
3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang
Lebih terperinciPROKLIM: PENYUSUNAN RENCANA AKSI ADAPTASI BERBASIS MASYARAKAT. Rapat Koordinasi Proklim, April 2018
PROKLIM: PENYUSUNAN RENCANA AKSI ADAPTASI BERBASIS MASYARAKAT Rapat Koordinasi Proklim, 26-27 April 2018 Rapat Koordinasi Proklim, 26-27 April 2018 PENDAHULUAN PERUBAHAN TEMPERATUR GLOBAL 1884-2017 Kenaikan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT
1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciIkhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP
Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan
Lebih terperinciPOLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati
POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI PROKLIM
LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI KAMPUNG KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : KIARASANDING DESA PULOSARI : PANGALENGAN : BANDUNG : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA (HMPI) DAN BULAN MENANAM NASIONAL (BMN) TAHUN 2017
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK I!lOONESIA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA (HMPI) DAN BULAN MENANAM NASIONAL (BMN)
Lebih terperinciPemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia
Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian
Lebih terperinciDefinisi Perubahan Iklim. Adaptasi perubahan iklim. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April
Knowledge Management Forum 2017, 25-27 April 2017 Definisi Perubahan Iklim AKSI ADAPTASI DAN MITIGASI BERBASIS MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKETAHANAN IKLIM Knowledge Management
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tanah dan air dalam wilayah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinci