PRODI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS"

Transkripsi

1 INDUSTRI KARAGINAN Disusun Oleh : Dyah Putri Fuji Lestari ( ) Rendy Agung Permana ( ) Kartiko Renaldy R. H. U. ( ) PRODI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS Juni 2014

2 I. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km. Hampir dua pertiga dari luas negara Republik Indonesia terdiri dari laut, sehingga negara RI dikatakan sebagai negara maritim. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Disamping fauna laut yang beraneka ragam, dijumpai juga flora laut seperti algae yang dapat dimanfaatkan untuk makanan, obat-obatan dan bahan baku farmasi lainnya. Berbagai keunggulan komparatif ini bisa menjadikan rumput laut sebagai komoditas andalan. Pemanfaatan rumput laut dalam industri pengolahan pangan maupaun non pangan pun semakin beragam. Diharapkan dengan didirikannya pabrik karaginan dapat memenuhi kebutuhan karaginan di dalam negeri maupun di pasar dunia, serta untuk menambah devisa negara dari sektor industri rumput laut. Proses pembuatan karaginan ada 3 macam, yaitu Proses Freeze Thaw, Proses Gel Press, Proses Alcohol Precipitation. Jenis produk yang dihasilkan adalah berupa ekstraksi dari rumput laut berupa tepung karaginan. Karaginan ini dapat digunakan di industry makanan, farmasi, cat, kosmetika, dll. Target pemasaran produk merupakan masyarakat dunia yang mana karaginan ini berguna untuk berbagai macam obat maupun bahan baku industri. Pemasaran produk ini akan dikemas per satuan kilogram untuk memudahkan pihak konsumen dalam membeli karaginan. Dan akan digunakan pihak distributor untuk pemasarannya. Modal yang digunakan untuk membangun industry karaginan ini didapat dari investor, dana pribadi dan kelompok, serta bantuan langsung dari pihak kelautan yang berwenang membudidayakan atau melestarikan SDA rumput laut. Dengan modal yang didapat akan digunakan untuk mengembangkan bisnis karaginan ini. Bisnis karaginan ini tidak hanya untuk menambah devisa Negara dengan karaginan yang diekspor, melainkan industry karaginan ini juga mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia mengingat banyaknya angka pengangguran dan banyaknya Sumber Daya Manusia yangdiperlukan dalam mengembangkan industri karaginan.

3 II. RINGKASAN INDUSTRI Dewasa ini kebutuhan akan karaginan terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan industri sebagai bahan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, dan industri lainnya. Karaginan, telah dikenal sejak abad 19 dan semula dikembangkan dari rumput laut merah kecil Irish Moss yang biasa tumbuh di perairan dingin. Industri karaginan berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai jenis rumput laut lain yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis dengan biaya relatif murah. Volume pasar sekitar ton / tahun dengan penyebaran Eropa (35 %), Asia Pasifik (25 %), Amerika Utara (25 %) dan Amerika Selatan (15 %). Penggunaan karaginan mayoritas untuk industri makanan dan kosmetika. Industri karaginan di Indonesia didirikan sejak tahun Menurut Asosiasi Pengusaha Budaya dan Industri Rumput Laut Indonesia (APBIRI), sampai pada tahun 1994 jumlah industri karaginan sebanyak 8 perusahaan yang memproduksi karaginan jenis refined maupun jenis semi refined dengan kapasitas terpasang ton/tahun untuk semi refined dan 410 ton/tahun untuk jenis refined karaginan. Data industri karaginan yang terdapat di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1: Produksi Semi Refined Produksi Refined Bahan Baku Nama Perusahaan (ton) (ton) (ton) Bantimurung 5/powder - 20 Galic 1200/powder Seamatech 600/cheeps Phoenix 100/cheeps Karaginan murni S I A Centram 240/cheeps Indoking 100/powder Jumlah (Purwoto, H, Jurnal BPPT)

4 Di Indonesia industri pengolahan karaginan murni sudah mulai dikembangkan di Lombok dan Sulawesi Selatan, yang hasil produknya sebagian diekspor dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi karaginan di Indonesia sekitar ton, untuk ekspor sekitar ton dan sisanya dipasarkan di dalam dalam negeri. Kebutuhan dalam negeri masih kurang dan selama ini dipenuhi dari impor (Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut, Dept.Kelautan dan Perikanan). Dibandingkan dengan negaranegara lain penghasil rumput laut yang mengandung karaginan, maka rumput laut yang mengandung karaginan di Indonesia termasuk kedua terbesar setelah Filipina. Industri karagenan ini sangat cocok dikembangkan di daerah Indonesia bagian utara maupun selatan, karena perairan Indonesia sangat kaya untuk pembudidayaan rumput laut terutama rumput laut untuk bahan baku karagenan. Bahan yang dihasilkan dari karaginan ini berupa ekstraksi dari rumput laut sehingga menghasilkan tepung karagenan yang berfungsi di berbagai industri seperti industry makanan, kosmetika, farmasi, dan lain-lain. Untuk tempat pengembangan industry ini diletakkan dengan bahan baku karena bahan baku yang segar dan baik dapat menghasilkan karagenan yang berkualitas baik. Sehingga proses produksi pun harus dilakukan dekat dengan bahan baku. Begitu juga dengan proses pengepakan produk, dilakukan di tempat pemrosesan, karena hasil industry ini berupa tepung ekstraksi, maka penempatan pengepakan yang dekat dengan proses yang lain akan lebih memudahkan dan akan mengurangi resiko kerusakan yang terjadi pada tepung ekstraksi. Oleh karena itu, industry ini memerlukan lahan yang luas, sekitar 1,7 ha. Industri ini akan memakan waktu yang sangat lama apabila dikerjakan secara manual saja, sehingga perlu adanya mesin berat atau mesin pembantu yang memudahkan proses ekstraksi sehingga karagenan yang dihasilkan akan lebih banyak dan lebih baik dalam hal ini diperlukan juga sumber daya manusia yang paham akan ilmu quality control. Dalam industri ini diperlukan sumber daya alam dam sumber daya manusia yang seimbang, sehingga industry ini dapat berjalan dengan baik dan efisien, serta menghasilkan profit yang tinggi

5 III. PRODUK DAN DESKRIPSI PELAYANAN 3.1 Karaginan Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah dari genus Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea, Iradea dan Phyllophora. Polisakarida ini merupakan galaktan yang mengandung ester asam sulfat antara 20-30% dan saling berikatan dengan ikatan α(1,3) dan β(1,4) glikosidik secara berselang seling. Karaginan dibedakan dengan agar berdasarkan kandungan sulfatnya, karaginan mengandung minimal 18% sulfat sedang agar-agar hanya mengandung sulfat 3-4% (Food Chemical Codex, 1974). Menurut Hellebust dan Cragie (1978), karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan macammacam polisakarida Rhodophyceae, seperti yang tercantum dalam Federal Register, polisakarida tersebut harus mengandung 20 % sulfat berdasarkan berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan. Berat molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar ribu (deman,1989). Dalam dunia perdagangan karginan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kappa, iota dan lamda karaginan.kappa karaginan dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii, iota karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum, sedangkan lambda karaginan dari Chondrus crispus. Secara khusus, karaginan memiliki sifat-sifat yang sangat mendominasi dan karena sifat-sifat tersebut karaginan banyak digunakan dalam berbagai industri terutama dalam aplikasi pangan. Sifat-sifat tersebut antara lain : a. Kelarutan Kelarutan karaginan dalam air tergantung dari jenis karaginan,suhu, ph, kandungan ion, dan bahan terlarut lain. Suryaningrum (1988) menyatakan bahwa karaginan dapat membentuk gel secara reversibel artinya dapat membentuk gel pada saat pendinginan dan kembali cair pada saat dipanaskan. Pembentukan gel disebabkan karena terbentuknya struktur heliks rangkap yang

6 tidak terjadi pada suhu tinggi. Kelarutan kappa-karaginan dalam berbagai medium dapat dilihat pada tabel 2.1: Tabel 2.1Kelarutan Kappa-Karaginan pada Berbagai Medium Medium Kappa-Karaginan Air panas Larut di atas 60 0 C Air dingin Larut dalam garam Na + Susu panas Larut Susu dingin Kental Susu dingin (Tetrasodium pyrophosphate) Mengental atau membentuk gel Larutan gula pekat Larut dalam keadaan panas Larutan garam pekat Tidak larut Pelarut organic Tidak larut b. Viskositas dan Berat Molekul Viskositas karaginan bergantung pada konsentrasi, suhu, adanya zat terlarut yang lain, tipe karaginan, serta berat molekulnya.karaginan yang dijual secara komersial umumnya mempunyai viskositas antara 5 sampai 800 cps. Gambar 2.1 Perbandingan antara berat molekul dan viskositas Keterangan : A. Karaginan dengan kandungan utama garam natrium B. Karaginan dengan kandungan utama garam kalsium (FAO Team, 1990)

7 c. Gelling dan Melting Temperature Kappa-karaginan dan iota-karaginan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh jika dipanaskan dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karaginan dalam larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka polimer akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat (Glicksman, 1969). Jika diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan air. Proses terakhir ini disebut sineresis (Fardiaz, 1989). Gelling temperature dari κ- karaginan dan iota- karaginan dapat dilihat pada Gambar 2.2: Gambar 2.2Gelling temperature dari κ-karaginan dan iota- karaginan Konsistensi gel dipengaruhi beberapa faktor antara lain: jenis dan tipe karaginan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat pembentukan hidrokoloid (Towle, 1973). d. Stabilitas ph Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada ph 9 dan akan terhidrolisis pada ph dibawah 3,5. Pada ph 6 atau lebih umumnya larutan karaginan dapat mempertahankan kondisi proses produksi karaginan. Hidrolisis asam akan terjadi jika karaginan berada dalam bentuk larutan,

8 hidrolisis akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Larutan karaginan akan menurun viskositasnya jika phnya diturunkan dibawah 4,3 (Imeson, 2003). Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada ph rendah, tetapi tidak mudah terhidrolisis sehingga tidak dapat digunakan dalam pengolahan pangan.penurunan ph menyebabkan terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan viskositas.hidrolisis dipengaruhi oleh ph, temperatur dan waktu.hidrolisis dipercepat oleh panas pada ph rendah.(moirano, 1977). Rumus bangun karaginan sebagai berikut : Gambar I.4Struktur karaginan Tabel 2.3Komposisi Komponen Penyusun Karaginan dan Sifat Umum Karaginan Komponen penyusun Komposisi (%) Air 8 12 Viskositas 33.3 Kadar sulfat Kadar abu tak larut asam 1 2 Abu Tabel 2.4 Beberapa Sifat Umum dari Karaginan

9 SIFAT-SIFAT KAPPA IOTA LAMBDA Kelarutan Air panas Larut suhu > 70 o C Larut suhu > 70 o C Larut Air dingin Larut garam Na + Larut garam Na + Larut semua garam Susu panas Larut Larut Larut Susu dingin Kental Kental Lebih kental Larutan gula Larut (panas) Susah larut Larut (panas) Larutan garam Tidak larut Larut (panas) Larut (panas) Larutan organic Tidak larut Tidak larut Tidak larut Pembentukan Gel Efek kation membentuk gel membentuk gel Tidak kuat dengan kuat dengan membentuk gel adanya K + adanya Ca 2+ Tipe Gel Stabilitas ph netral dan alkali Stabil Stabil Stabil ph asam Terhidrolisis (panas) Stabil (gel) Terhidrolisis 3. 2 Macam Proses Produksi Ada beberapa macam proses pembuatan karaginan yang umum digunakan saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan proses. Pemilihan proses dilakukan guna memperoleh proses yang efisien dengan produk terbaik. Proses yang terpilih diharapkan adalah proses yang paling efisien dan ekonomis.

10 Secara garis besar karaginan dapat diekstrak dari rumput laut dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan melarutkan karaginan hingga menjadi larutan encer, sedangkan residu yang berupa selulosa dan komponen tak larut lainnya dipisahkan dengan penyaringan. Karaginan dalam larutan kemudian direcovery secara bertahap sehingga didapatkan produk akhir berupa solid kering yang mengandung sedikit sekali komponen selain karaginan. Produk yang dihasilkan melalui metode ini dikenal dengan nama Full Refined Carrageenan (FRC). Pada metode kedua, karaginan tidak diekstraksi dari rumput laut. Prinsipnya adalah mengeluarkan atau menghilangkan semua zat (selain karaginan) yang terkandung di dalam rumput laut. Zat-zat tersebut akan terurai atau terlepas dalam basa dan air. Residu yang tidak terlarut mengandung sejumlah besar karaginan dan sebagian selulosa. Residu tersebut kemudian dikeringkan dan dijual sebagai Semi Refined Carrageenan (SRC). (Jana T. Anggadiredja, 2006) Ada 3 macam proses pembuatan karaginan dengan menggunakan metode Full Refined Carrageenan (FRC), yaitu : 1. Proses Freeze Thaw 2. Proses Gel Press 3. Proses Alcohol Precipitation 1. Proses Freeze Thaw Bahan baku yang digunakan adalah rumput laut dengan jenis Eucheuma cottonii. Prosesmya adalah rumput laut dikeringkan, kemudian dilakukan alkali modification dengan menambahkan 5-10% larutan NaOH pada suhu o C selama beberapa menit berdasarkan kualitas dari rumput laut yang digunakan. Melakukan pencucian untuk menetralkan dan memperkecil jumlah asam yang digunakan sebagai sarana netralisasi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi menggunakan air panas dengan suhu o C. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan

11 filtrat dengan residu rumput laut. Kemudian dilakukan tahap pembentukan gel, yaitu filtrat dimasukkan ke tempat pembentukan gel dan didinginkan pada temperatur ruangan sehingga terbentuk gel. Gel dipotong, kemudian masuk ke freezing chamber untuk dibekukan. Berikutnya dilakukan proses thawing, yaitu gel yang sudah dibekukan dicairkan dengan air segar, dan dikeringkan kembali dalam drying chamber sehingga terbentuk karaginan batang kering. Euchema cottonii Sun Bleaching Alkali Modification Washing Hot Extraction Filtration Gelling Cutting of stick or fillus Freezing Chamber Thawing with water Sun Drying or Drying Chamber Carrageenan Stick Gambar II.1 Blok Diagram Proses Freeze Thaw (Jana T. Anggadiredja, 2006) 2. Proses Gel Press Perbedaan antara proses Freeze Thaw dengan proses Gel Press adalah proses setelah pembentukan gel. Tahapan prosesnya adalah rumput laut dikeringkan, kemudian dilakukan alkali modification dengan menambahkan 5-10% larutan NaOH pada suhu o C selama beberapa menit berdasarkan kualitas dari rumput laut yang digunakan. Melakukan pencucian untuk menetralkan dan memperkecil jumlah asam yang digunakan sebagai sarana netralisasi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi menggunakan air panas dengan suhu o C. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan filtrat dengan residu rumput laut. Kemudian dilakukan tahap pembentukan gel, yaitu filtrat dimasukkan ke tempat pembentukan gel dan didinginkan

12 pada temperatur ruangan sehingga terbentuk gel. Gel yang dingin dipotong kemudian dengan hidraulyc press. Karaginan kemudian dikeringkan di dalam drying chamber, dilanjutkan dengan proses penumbukan sehingga terbentuk karaginan powder dan siap untuk dikemas. Euchema cottonii Sun Bleaching Alkali Modification Washing Hot Extraction Filtration Gelling Cutting of stick or fillus Hydraulic Press Sun Drying or Drying Chamber Milling Gambar II.2 Blok Diagram Proses Gel Press Carrageenan Powder (Jana T. Anggadiredja, 2006) 3. Proses Alcohol Precipitation Pada proses Alcohol Precipitation ini, perlakuan awal rumput laut sama dengan proses Freeze Thaw, yaitu rumput laut dikeringkan, kemudian dilakukan alkali modification dengan menambahkan 5-10% larutan NaOH pada suhu o C selama beberapa menit berdasarkan kualitas dari rumput laut yang digunakan. Melakukan pencucian untuk menetralkan dan memperkecil jumlah asam yang digunakan sebagai sarana netralisasi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi menggunakan air panas dengan suhu o C. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan filtrat dengan residu rumput laut. Filtrat yang dihasilkan, dimasukkan dalam evaporator untuk memekatkan filtrat, kemudian dari evaporator dimasukkan dalam tangki presipitasi dengan menambahkan alcohol. Gel yang dihasilkan dicuci dan di press. Setelah itu dipotong-potong dan

13 dikeringkan di dalam rotary dryer, lalu ditumbuk sehingga terbentuk karaginan powder dan siap untuk dikemas. Euchema cottonii Sun Bleaching Alkali Modification Washing Hot Extraction Filtration Evaporation Alcohol Presipitatation Press Washing Dryer Milling Carrageenan Powder Gambar II.3 Blok Diagram Proses Alcohol Precipitation (Jana T. Anggadiredja, 2006) Pemilihan Proses Pemilihan proses dilakukan guna memperoleh proses yang efisien dengan produk terbaik. Proses yang dipilih diharapkan merupakan proses yang paling efisien dan ekonomis. Penentuan proses yang digunakan dalam pembuatan karaginan harus mempertimbangkan beberapa aspek, terutama aspek teknik dan aspek ekonomi. Berdasarkan jenis bahan baku yang akan digunakan dalam pabrik ini adalah Eucheuma cottonii, dimana kandungan terbanyaknya adalah κ-karaginan. Selain itu dapat juga dilihat berdasarkan tabel perbandingan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode. Berikut ini perbandingan ketiga metode tersebut :

14 Tabel II.1 Perbandingan Metode Freeze Thaw, Gel Press, dan Alcohol Precipitation Aspek Kelebihan Aspek Kekurangan Proses Freeze Proses Alcohol Proses Gel Press Thaw Precipitation Sesuai untuk Peralatan yang Dapat digunakan menghasilkan digunakan lebih untuk iota karaginan sederhana. menghasilkan dari Eucheuma. Dapat digunakan berbagai tipe untuk karaginan. menghasilkan Hasil yang tipe kappa diperoleh lebih karaginan. murni. Proses Freeze Proses Alcohol Proses Gel Press Thaw Precipitation Memerlukan Kebutuhan air Membutuhkan refrigerant yang lebih besar. alkohol dalam harganyaa jumlah yang mahal. banyak. Agar lebih ekonomis, alkohol bisa direcovery baik dari liquid atau dryer dan direcycle. Biaya produksi cukup tinggi, sehingga jarang digunakan dalam industri. (Jana T. Anggadiredja, 2006)

15 Berdasarkan tabel diatas, metode yang dipilih untuk proses pembuatan kappa-karaginan dengan peralatan yang ekonomis adalah metode Gel Press. Sedangkan pada proses pencucian awal dilakukan dengan penambahan KOH 5-10%, karena rendemen yang dihasilkan dengan KOH lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan NaOH. 3.2 Penggunaan Karaginan Karaginan memiliki banyak kegunaan, diantaranya sebagai bahan pembentuk gel, pengemulsi, bahan pengental, penstabil, dan bahan pengikat. Selain kegunaan dalam industri makanan, karaginan juga digunakan dalam manufaktur keramik, dalam farmasi, dan pupuk. 1. Industri makanan Produk pangan yang dihasilkan meliputi cokelat, bakso, sosis, kue, biskuit, roti, mie, es krim, saus, kecap, serta daging olahan tanpa tulang (nugget). - Beer/wine/vinega : Mempercepat dan memperbaiki kejernihan. - Chocolate milk drink : Stabilizer dan memperbaiki viskositas. - Ice cream : Mencegah pembentukan kristal es dan memperbaiki rasa. - Sauces, dressing : Mengentalkan dan memperbaiki viskositas. - Daging dan unggas: Penstabil emulsi air/minyak selama proses preparasi, pemasakan dan penyimpanan serta mencegah denaturasi protein. - Mie : Meningkatkan daya tahan akibat over cooking dan dapat mengurangi jumlah pemakaian telur tanpa penurunan kualitas. ( 2. Industri Farmasi Mencegah kanker. Mengkonsumsi rumput laut yang kaya akan kandungan serat, selenium dan seng dapat mereduksi estrogen. Disinyalir level estrogen yang terlalu tinggi dapat mendorong timbulnya kanker. Penelitian yang

16 dilakukan terhadap penderita kanker di Amerika menunjukkan bahwa wanita yang melakukan diet ketat dengan mengkonsumsi serat tinggi dan mengurangi asupan lemak dari daging dan susu mempunyai level estrogen yang rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harvard School of Public Health Amerika telah membuktikan bahwa pola konsumsi wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut dalam menu makannya, menyebabkan wanita premenopause di Jepang mempunyai peluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita Amerika. Mencegah penyakit stroke. Mengkonsumsi rumput laut dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh sehingga dapat mengurangi tekanan darah tinggi pada seseorang. Mencegah terjadinya penurunan kecerdasan. Kandungan vitamin, mineral, asam amino dan enzym dalam rumput laut sangat potensial sebagai anti oksidan yang berperan dalam penyembuhan dan peremajaan kulit. Vitamin A (beta carotene) dan vitamin C bekerja sama dalam memelihara kolagen, sedangkan kandungan protein dari rumput laut penting untuk membentuk jaringan baru pada kulit. Mencegah terjadinya penuaan dini dan menjaga kesehatan kulit. Kandungan iodium pada rumput laut yang sangat tinggi dapat mengatasi defisiensi iodium pada tubuh yang berdampak pada penurunan kecerdasan seseorang. Sebagai makanan diet. Serat pada rumput laut bersifat mengenyangkan dan kandungan karbohidratnya sukar dicerna sehingga akan menyebabkan rasa kenyang lebih lama. Disamping itu, serat pada rumput laut juga dapat membantu memperlancar proses metabolisme lemak sehingga akan mengurangi resiko obesitas, menurunkan kolesterol darah dan gula darah. Sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh.

17 Kandungan klorofil dan vitamin C pada rumput laut (ganggang hijau) berfungsi sebagai anti oksidan sehingga dapat membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang kuat akan dapat menguruangi gejala alergi. Mencegah gejala osteoporosis. Rumput laut mengandung kalsium sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat tepat dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis. Mencegah penyakit gangguan pencernaan. Rumput laut juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar dan gangguan pencernaan lainnya. 3. Industri-industri Lain Dalam industry suspense dan slurry, karaginan berinteraksi sangat baik dengan pigmen seperti kalsium karbonat, dikalsium fosfat, silica, dan alumina. Dalam kenyataannya, iota karaginan akan berfungsi seperti dispersan pada pigmen-pigmen kalsium dengan kadar solid yag tinggi (72 79%), sehingga merupakan dispersan yang lebih efektif daripada dispersan lain yang sudah dipakai di industri. Dalam industri anti-icer, ethylene glycol dan polyol lain telah lama digunakan untuk menghilangkan akumulasi es dan salju dari peralatan. Tanpa adanya polimer thickening, larutan glikol akan cepat mongering sehingga proteksi yang dihasilkan juga akan berkurang. Karaginan sangat larut dalam air panas atau campuran glikol sehingga sangat efektif dipakai.karaginan berinteraksi dengan glikol sehingga bisa berperan sebagai thickener untuk berbagai jenis fluida.untuk sistem anti-icers, sistem hendaknya tidak beracun dan aman terhadap lingkungan, sehingga penggunaan polimer thickening sangatlah terbatas. Karaginan sendiri bersifat tidak beracun, food grade, dana aman untuk lingkungan. Dalam industri kertas, karaginan bisa digunakan untuk memperkuat serat selulosa sehingga meningkatkan kualitas produk kertas.selain itu

18 karaginan juga bisa dipakai dalam industry tekstil dan karpet, boikatalis, air freshener, dan sebagainya. Penggunaan karaginan akan bertambah makin meluas dan makin banyak di masa yang akan datang, sehingga permintaan terhadap hasil pengolahan rumput laut ini akan terus meningkat di masa mendatang. Prosentasi penggunaan karaginan dalam industri bisa dilihat pada Tabel I.6: Tabel I.6 Persentase Penggunaan Karaginan dalam Industri Aplikasi Ton % Dairy Meat and poultry Water gels PES food grade Toothpaste Lain-lain Total Standar Mutu Karaginan Standar mutu karaginan merupakan ketetapan atau persyaratan yang menjadi acuan dalam industri pengolahan karaginan.indonesia belum mempunyai standar mutu karaginan tetapi secara internasional telah dikeluarkan spesifikasi mutu karaginan sebagai persyaratan minimum yang diperlukan bagi suatu industri pengolahan baik dari segi teknologi maupun dari segi ekonomi yang meliputi kualitas hasil ekstraksi rumput laut (Doty, 1986 dalam Sodikin, 2010). Menurut Agricultur Organization (FAO), Food Chemicals Codex (FCC), dan European Economic Community (EEC), standar mutu karaginan yang baik yaitu memiliki kadar air maksimal 12 %, kekuatan gel 685,50 ± 13,43 dyne/cm (gel karaginan komersial) dan kadar abu sebesar (FAO;EEC) dan (FCC) (A/S Kobenhvsn Pektinfabrik, 1978). Untuk lebih jelasnya standar mutu karaginan menurut FAO, FCC dan EEC dapat dilihat pada tabel I.7 :

19 Tabel I.7 Spesifikasi Mutu Karaginan Spesifikasi FAO FCC EEC Zat volatil (%) Maks. 12 Maks. 12 Maks. 12 Sulfat (%) Kadar abu (%) Maks Viskositas (cp) Min Kadar Abu Tidak Larut Maks. 1 Maks. 1 Maks. 2 Logam Berat : Pb (ppm) Maks. 10 Maks. 10 Maks. 10 As (ppm) Maks. 3 Maks. 3 Maks. 3 Cu (ppm) - - Maks. 50 Zn (ppm) - - Maks. 25 Kehilangan karena pengeringan Maks. 12 Maks (%) Sumber : A/S Kobenhvns Pektifabrik (1978) 3.5 Deskripsi Pelayanan Untuk masalah pelayanan yang akan dikembangkan dari industry karagenan ini adalah bagaimana kita memenuhi seluruh permintaan pasar, yaitu dengan menggunakan jaringan distributor yang mana akan dapat membantu memasarkan produk dariindustri karagenan ini. Untuk menjamin keselamatan para pekerja juka diadakan jaminan pekerja dan standarisasi upah yang setara dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Mengacu pada Upah Minimum Regional yang terdapat di daerah tempat berdirinya industry karagenan tersebut. IV. ANALISIS PASAR Karaginan merupakan produk olahan rumput laut yang menjadi komoditas perdagangan dunia dan permintaan pasarnya semakin meningkat. Ironisnya, pemenuhan kebutuhan karaginan dalam negeri sampai saat ini dilakukan dengan cara mengimpor. Besarnya nilai impor karaginan Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.pada tahun 2008 impor karaginan

20 mencapai 755,305 ton senilai US $, dan tahun 2009 impor karaginan mencapai 735,260 ton senilai US $. Pada periode Januari-April 2010 impor karaginan mencapai angka 265,780 ton dengan nilai US $ (Biro Pusat Statistik). Di pasar dunia,harga tepung karaginan satu bulan terakhir ini melonjak sampai 12 dollar-14 dollar AS per kilogram dari harga normal 8 dollar AS per kg (Kompas, 25 Oktober 2010). Namun, dalam bentuk SRC (semi refined carrageenan) berharga 6 dollar AS/kg dan menjadi 10 dollar AS/kg dalam bentuk jadi sebagai bubuk karaginan (Kompas, 23 Juli 2010). Data kebutuhan karaginan diambil dari data Dinas Perikanan dan Kelautan antara tahun 2003 sampai 2009 yaitu sebagai berikut: Tabel I.8 Data Dinas Perikanan dan Kelautan terhadap Kebutuhan Karaginan TAHUN EKSPOR IMPOR KONSUMSI PRODUKSI

21 Tabel I.9Perhitungan Ekspor Karaginan Tahun 2014 TAHUN EKSPOR I , , , , , , i rata-rata = 0,1606 Tabel I.10Perhitungan Impor Karaginan Tahun 2014 TAHUN IMPOR I , , , , , , i rata-rata = 0,3591 Tabel I.11Perhitungan Produksi Karaginan Tahun 2014 TAHUN PRODUKSI i , , , , , , i rata-rata = 0,0955

22 Tabel I.12Perhitungan Konsumsi Karaginan Tahun 2014 TAHUN KONSUMSI I , , , , i rata-rata = 0,0789 Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2014, sehingga prediksi peluang kapasitas untuk tahun tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut : V' = V ( 1 + i) N Keterangan: V = Volume produk pada tahun 2014 V = Volume produk pada tahun 2009 i = Pertumbuhan rata-rata produk pada tahun N = Selang waktu dari tahun Dari persamaan diatas didapatkan prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi Karaginan tahun 2014 sebagai berikut : Produksi tahun 2014 = ,258 ton/tahun Ekspor tahun 2014 = ,05 ton/tahun Impor tahun 2014 = ,25 ton/tahun Konsumsi tahun 2014 = ,28 ton/tahun

23 Dari data prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi diatas dapat dihitung perkiraan kapasitas pabrik yang didirikan pada tahun 2014 sebagai berikut : Perkiraan kapasitas = (Konsumsi + Ekspor) - (Produksi + Impor) = ,822 ton/tahun Dari perhitungan di atas diperkirakan bahwa kebutuhan karaginan di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar ,882 ton/tahun. Kapasitas pabrik yang akan didirikan adalah 10% dari kebutuhan total di Indonesia yaitu 2100 ton/tahun. Penentuan Lokasi Berdasarkan pertimbangan tertentu, maka pabrik ditetapkan akan didirikan di daerah Madura, Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang potensial untuk pengembangan rumput laut.dalam menetapkan lokasi atau letak suatu pabrik ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain: 1. Faktor transportasi Pemilihan lokasi pabrik diusahakan dekat dengan sarana transportasi yang memadai seperti jalan utama dan pelabuhan sehingga transportasi untuk perolehan bahan baku maupun pendistribusinya tidak menjadi suatu masalah. Sarana perhubungan darat yang ada di Kabupaten Sumenep adalah: a. Jalan negara : 48,830 km b. Jalan provinsi : 69,900 km c. Jalan kabupaten : 1.421,6 km d. Jalan desa : 208,30 km e. Jembatan dengan panjang keseluruhan m dan berjumlah 227 buah Dengan kondisi aspal/hotmix sepanjang 1.600,43 km, kerikil/berbatu sepanjang 59,1 km dan tanah sepanjang 49,4 km.

24 Sarana perhubungan laut yang ada di Kabupaten Sumenep adalah: a. Pelabuhan yang bisa disandari kapal sebanyak 11 buah yang berlokasi Kec.Kalianget, Kec. Sapeken, Kec. Gayam,Kec. Nonggunong, Kec. Arjasa, dan Kec. Raas. b. Pelabuhan tradisional Prasarana pendukung transportasi udara, yaitu: a. Bandara/Lapangan Udara Perintis sebanyak 1 unit yang berlokasi di Kec. Sumenep. b. Bandara khusus sebanyak 2 unit yang berlokasi di Kec. Sapeken (Bekas Pertamina). 2. Faktor bahan baku Bahan baku utama yang berupa Eucheuma cottoniimudah didapada dari pembudidayaan di kabupaten Sumenep karena dekat dengan sumber ganggang laut dan ditunjang oleh mudahnya transportasi. Dimana budidaya rumput laut di daerah Bluto adalah seluas ha dengan pemanenan sekitar hari (data sekunder Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep). Sumenep sudah dikenal diluar daerah Sumenep juga dikenal sebagai penghasil rumput laut terbesar di Propinsi Jawa Timur dengan kualitas bagus. Kecamatan Bluto sangat potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut. Jenis yang biasa dibudidayakan E. spinosium dan E. cottonii. Ini dikarenakan harga yang bersaing dan banyak dari pembeli yang membutuhkan terutama dari jenis E. cottonii. Harga kering dari E. cottonii basah sekitar Rp ,00/kg, harga kering sekitar Rp ,00/kg. 3. Faktor pemasaran Transportasi yang menunjang membuat hasil produk perusahaan ini dapat dipasarkan dengan mudah dan diusahakan lokasi pabrik dekat dengan daerah pemasaran.

25 4. Faktor persediaan daya (power) Tersedianya fasilitas tenaga listrik dari PLN yang memadai dan murah di daerah ini sangat mendukung proses produksi. 5. Faktor tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung proses cukup banyak. Tenaga kerja ini dengan mudah dapat diperoleh karena lokasi pabrik tidaklah terlalu jauh dari pemukiman penduduk. 6. Faktor persediaan air Tersedia air yang memadai diperlukan baik untuk sanitasi, maupun untuk kebutuhan proses atau utilitas. VI. Rencana Keuangan Break Even Point (BEP) Analisa Break Even Point digunakan untuk mengetahui besarnya kapasitas produksi dimana biaya produksi total sama dengan hasil penjualan. Biaya tetap (FC), biaya variabel (VC), biaya semi variabel (SVC) dan biaya total dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Dari perhitungan Appendiks D didapatkan bahwa BEP sebesar 23.2 %. Laba Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2014, sehingga prediksi peluang kapasitas untuk tahun tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut : V' = V ( 1 + i) N Keterangan: V = Volume produk pada tahun 2014 V = Volume produk pada tahun 2009 i = Pertumbuhan rata-rata produk pada tahun N = Selang waktu dari tahun Dari persamaan diatas didapatkan prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi Karaginan tahun 2014 sebagai berikut :

26 Produksi tahun 2014 = ,258 ton/tahun Ekspor tahun 2014 = ,05 ton/tahun Impor tahun 2014 = ,25 ton/tahun Konsumsi tahun 2014 = ,28 ton/tahun Dari data prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi diatas dapat dihitung perkiraan kapasitas pabrik yang didirikan pada tahun 2014 sebagai berikut : Perkiraan kapasitas = (Konsumsi + Ekspor) - (Produksi + Impor) = ,822 ton/tahun Dari perhitungan di atas diperkirakan bahwa kebutuhan karaginan di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar ,882 ton/tahun. Kapasitas pabrik yang akan didirikan adalah 10% dari kebutuhan total di Indonesia yaitu 2100 ton/tahun. Dimana harga karaginan tiap kemasan akan dipasarkan dengan harga Rp ,00-Rp ,00 per Kilogramnya. Sehingga keuntungan yang diperoleh per tahun dengan asumsi kebutuhan total di indonesia dengan harga per kemasan (1kg) adalah Rp ,00 menghasilkan laba kotor 630M. VII. Pembagian Tugas Pembagian tugas adalah urutan tentang tata kerja yang diberikan kepada setiap karyawan dengan tujuan agar setiap karyawan mengetahui tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab atas tugasnya tersebut, sehingga dengan adanya pembagian tugas yang jelas, dapat dihindari adanya pemborosan tenaga kerja dan penempatan karyawan sesuai dengan keahliannya mudah dilakukan. 1. Pemegang saham Tugas dan wewenang pemegang saham adalah: Memilih, mengangkat dan memberhentikan pimpinan perusahaan. Mengesahkan rencana kerja, rencangan dan perhitungan laba rugi dalam setahun.

27 Meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris. Mengadakan rapat umum setidaknya setahun sekali 2. Dewan Komisaris Merupakan wakil dari pemegang saham dan juga pemilik saham perusahaan. Semua keputusan ditentukan oleh rapat persero, dan biasanya yang menjadi ketua rapat adalah dewan komisaris. Dewan komisaris adalah ketua dari pemegang saham dan dipilih dari rapat umum pemegang saham. Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah: Memilih Direktur Utama dan menetapkan kebijakan perusahaan. Menyetujui atau menolak rencana yang diajukan oleh Direktur Utama. Mengadakan evaluasi mengenai hasil yang diperoleh oleh perusahaan. Memberikan masukan kepada direktur tentang perubahan-perubahan yang akan dilakukan pada perusahaan. 3. Direktur Utama Direktur utama adalah orang yang dipilih dewan komisaris untuk memimpin perusahaan dan bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan. Tugas dan wewenang direktur utama adalah: Bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Menetapkan kebijaksanaan perusahaan baik kedalam maupun keluar. Mengawasi jalannya perusahaan. Mengatur dan mengawasi keuangan perusahaan. Bertanggung jawab atas kelancaran perusahaan. 4. Direktur Produksi Tugas dan kewajiban direktur produksi adalah: Bertanggung jawab atas kelancaran dan pengawasan produksi serta peralatan pabrik. Bertanggung jawab dalam pengaturan dan pemeliharaan, pengawasan serta peralatan pabrik.

28 Bertanggung jawab dalam pengaturan dan pemeliharaan, pengawasan serta perbaikan peralatan industri. Direktur produksi membawahi kepala bagian produksi dan teknik. 5. Direktur Administrasi dan Keuangan Tugas dan kewajiban : Mengatur dan mengawasi keuangan perusahaan. Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi perusahaan. Mengatur dan mengawasi pemasaran produksi dan pembelian bahan baku. Direktur administrasi dan keuangan ini membawahi kepala bagian perdagangan, dan umum. 6. Kepala Bagian Kepala bagian bertugas membantu kepala pabrik dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam masing-masing bagiannya. Tugas ini dapat diperinci sebagai berikut: Mengkoordinasikan masing-masing bagian dibawahnya serta bertanggung jawab kepada bidangnya masing-masing. Memberikan laporan secara periodik tentang kegiatan-kegiatn serta hasilhasil yang telah dicapai oleh bagian masing-masing kepada pabrik. Membantu kepala pabrik dalam menyiapkan dan menyusun laporanlaporannya. Secara terperinci tugas masing-masing beberapa kepala bagian dapat diuraiakan sebagai berikut: a. Kepala Bagian Produksi - Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi. - Mengontrol bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses produksi. - Menjaga kualitas hasil produksi sesuai dengan standart yang ada. Kepala bagian produksi membawahi kepala seksi proses produksi, penelitian dan pengembangan.

29 b. Kepala Bagian Teknik Kepala bagian teknik bertanggung jawab atas pengawasan utilitas dan peralatan proses produksi. Kepala bagian ini membawahi kepala seksi utilitas dan perawatan. c. Kepala Bagian Keuangan Kepala bagian keuangan ini bertugas mengawasi, mengatur dan menjaga pencatatan seluruh transaksi perusahaan yang digunakan untuk menyusun neraca rugi-laba perusahaan. 7. Kepala Seksi Kepala seksi adalah orang yang mengatur dan mengkoordinasikan tugas masing-masing seksi sesuai dengan perencanaan yang diberikan oleh kepala bagian. Tugas dan wewenang : Memimpin dan melaksanakan tugas dan pekerjaan masing-masing seksi. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai seleksi kepada kepala bagian masing-masing. Menciptakan kerjasama yang baik antara karyawan serta menjamin keselamatan kerja para karyawan. Mengajukan saran-saran kepala bagian masing-masing yang membawahi serta membuat laporan berkala. 8. Seksi-seksi Umumnya merupakan tenaga pelaksana. Tugas dan wewenangnya adalah: Melaksanakan pekerjaan operasional sesuai dengan bidangnya. Bertanggung jawab pada kelancaran kerja, produksi, peralatan yang ada dalam masing-masing seksi tersebut. Memimpin pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh pimpinannya masing-masing.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT Oseana, Volume XXVIII, Nomor 4, 2003: 1-6 ISSN 0216-1877 BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN Oleh Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT SOME NOTES ON CARRAGEENAN. Carrageenan is a name for galactan polysaccharides

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311 PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN Wulan Wibisono Is Tunggal 1, Tri Yuni Hendrawati 2 1,2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasiosiasi dengan

Lebih terperinci

Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat

Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat Shinta Rosalia Dewi Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat Merupakan polisakarida yang terakumulasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II. Prarancangan Pabrik Sodium Karboksimetil Selulosa Kapasitas 8.000 ton/tahun DAFTAR ISI Halaman judul Lembar pengesahan Lembar pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Intisari i iii iv BAB I. Pengantar 1 I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di Indonesia, maka jenis makanan dan minuman yang dipasarkan pun bermacam-macam. Akan tetapi kebanyakan

Lebih terperinci

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xii ABSTRAK...

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan ABSTRAK Eucheuma spinosum adalah suatu jenis rumput laut penghasil karaginan. Karaginan banyak digunakan sebagai stabilitator, emulsifier dalam bidang industri pangan, kosmetik dan obat-obatan. Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua terpanjang di dunia, Indonesia merupakan lahan subur bagi rumput laut. Di perairan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6% BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kekurangan gizi merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut 2.1.1 Deskripsi Rumput Laut Rumput laut (sea weed) adalah tumbuhan talus berklorofil yang berukuran makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang. Setiap warga negara wajib melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di sektor ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gelatin merupakan suatu polipeptida larut hasil hidrolisis parsial kolagen yang merupakan konstituen utama dari kulit, tulang, dan jaringan ikat hewan. Gelatin memiliki

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE Dian Yasita dan Intan Dewi Rachmawati Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Borat Dengan Proses Asidifikasi Kapasitas Ton per Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Borat Dengan Proses Asidifikasi Kapasitas Ton per Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Pada saat ini salah satu bidang yang semakin hari semakin diperhatikan dan terus dikembangkan di negara kita adalah bidang industri, terutama industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jambu biji merupakan salah satu buah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Jambu biji ini sangat populer karena mudah didapat dan memiliki harga yang cukup murah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Paraldehida digunakan sebagai antioksidan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap orang. Berbagai produk olahan pangan baik pangan nabati maupun hewani beredar luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami menjadi pola makan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan berkembangnya globalisasi, produk industri setiap negara dapat keluar masuk dengan lebih mudah yang menyebabkan persaingan antar setiap

Lebih terperinci

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT MERAH BIT Bit atau Beta vulgaris merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di Eropa dan sebagian Asia serta Amerika Serikat. Daun tanaman bit banyak dimanfaatkan sebagai sayur. Namun tanaman ini dibudidayakan

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA DISUSUN OLEH : Yosua 125100601111007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Rumput Laut Rumput laut adalah makroalga yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013 Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 213 KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA BERBAGAI UMUR PANEN YANG DIAMBIL DARI DAERAH PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin berasal dari bahasa latin (gelatos) yang berarti pembekuan. Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK KARAGINAN DENGAN BAHAN BAKU RUMPUT LAUT (EUCHEMA COTTONI sp) KAPASITAS 456 TON/TAHUN Oleh : 1. Ana Zussiva L2C008006 2. Desty Permatasari L2C008027 JURUSAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK Oleh : WURI INDAH LESTARI NPM : 0931010029 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber daya alam lautan yang memiliki nilai gizi lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Rumput laut makanan (edible seaweed) telah

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta Optimasi Pembuatan Karagenan (Anes Agustin, dkk) OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT Anes Agustin 1, Aprillia Intan Saputri 1, Harianingsih 2* 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut 11 II TINJAUN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut Eucheuma spinosum, (3) Karaginan, (4) Ekstraksi Karaginan, (5) Pelarut, dan (6) Kegunaan Karaginan. 2.1. Rumput Laut

Lebih terperinci

dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh :

dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh : Pabrik Sirup Fruktosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh : Dian Agustin Putri Utami 2309 030 034 Dosen Pembimbing : Niendya Zulvira Tiara Sari 2309 030 072 Prof. Dr. Ir. Danawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrokoloid Karagenan Pembuatan karagenan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrokoloid Karagenan Pembuatan karagenan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrokoloid Karagenan Hidrokoloid atau hidrofilik koloid dikenal juga dengan sebutan gum, merupakan polimer yang berukuran koloid, antara 10 Å sampai dengan 1000 Å yang menunjukkan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 06, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci