Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) 1) FMIPA UNP : nickeyulandanicke@rocketmail.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Based on the observation that has been done in SMPN 3 Padang, it was found that student s understanding of mathematical consepts was low. One of the learning models that can be used by teacher to increase conceptual understanding of the students is cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD). This research employed quasi experiment method by using static group design and descriptive method. Two classes were chosen randomly as the sample of this research. Data of the research were collected trough test, observation, and analyzing student's works. Collected data were analyzed using t-test and descriptive method. The results of the research show that the conceptual understanding of the students who have been tought using cooperative learning model type STAD is significantly higher than those who have been taught conventionally. In addition, cooperative learning model type STAD could improve the students' conceptual understanding. Keywords: cooperative learning, Student Teams Achievement Division PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk memberi peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunisasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tau, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. [5] Guru mempunyai peranan penting dalam tercapainya lima tujuan pembelajaran matematika di atas, guru harus memperhatikan semua tujuan pembelajaran tersebut. Mulai dari memahami konsep, penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, tetapi dilihat dilapangan kenyataannya belum semua tujuan pembelajaran matematika tersebut menjadi perhatian guru matematika. Berbagai interaksi dan pengalaman belajar yang terjadi pada proses pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kreativitas siswa. Siswa yang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan idea atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap pemahaman konsep yang dipelajari dan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Hal ini mengakibatkan siswa berkesempatan dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, dimana hal tersebut merupakan salah satu tujuan yang penting dalam pembelajaran matematika. Namun kenyataan di lapangan belum seperti yang diharapkan, keaktifan siswa 61

2 dalam proses pembelajaran matematika masih tergolong rendah dan kemampuan memahami konsep matematika belum optimal. Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 9 sampai 14 September, bahwa proses pembelajaran matematika yang dilakukan siswa SMPN 3 Padang kurang maksimal., menyebabkan rendahnya pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di dalam kelas, pembelajaran masih terpusat pada guru, proses pembelajaran dimulai dari guru menjelaskan dan mencatat materi, memberikan contoh soal dan membahasnya bersama dengan siswa. Selanjutnya guru memberikan latihan yang sudah ada pada buku paket, kemudian meminta salah seorang siswa untuk mengerjakan latihan tersebut ke papan tulis. Jika ada soal yang tidak dapat dikerjakan siswa, maka guru membahasnya secara bersama. Saat diberikan latihan, hanya siswa yang duduk dua barisan depan yang mengerjakan, sebagian siswa yang lainnya berjalan ke meja teman yang lainnya, dan ada juga diantara siswa yang tidak mengerjakan hanya berbicara dengan teman sebangku. Dengan adanya latihan guru berasumsi bahwa siswa sudah memahami materi yang dipelajari tanpa mengecek pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa pada tanggal 11 September di SMPN 3 Padang, diperoleh informasi bahwa, siswa kurang mengerti dengan apa yang dijelaskan guru dan kurang percaya diri untuk bertanya. Selama proses pembelajaran siswa lebih suka bertanya kepada teman apabila mereka merasa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan walaupun kadang jawaban dari teman kurang memuaskan. Proses pembelajaran ini telah berlansung cukup lama. kurangnya pemahaman konsep akan menyebabkan kesulitan dalam mempelajari materi baru, karena pelajaran matematika saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dapat dilihat pada Tabel I. TABEL I PERSENTASE KETUNTASAN SISWA PADA UH I MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP N 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kelas Jumlah siswa yang tuntas (nilai ) Jumlah seluruh siswa Persentase siswa yang tuntas ( ) VII ,86 VII ,38 VII ,88 VII ,5 VII ,63 Pada Tabel I terlihat bahwa persentase ketuntasan nilai ulangan harian 1 siswa kelas VII masih rendah, kecuali kelas VII 1 karena merupakan kelas unggul. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh pemahaman konsep siswa yang rendah, dan juga dipengaruhi oleh faktor lain yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, seperti ketika guru bertanya kepada siswa hanya beberapa orang siswa yang menjawab dan yang lain hanya diam. Dilihat dari permasalahan tersebut bahwa pemahaman konsep yang dimiliki siswa masih rendah oleh karena itu guru memerlukan solusi untuk mengatasinya sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini bertujuan agar pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa dapat merasakan manfaat dari pembelajaran matematika itu sendiri dan pembelajarannya pun juga harus disesuaikan agar tujuan dari pembelajaran itu tercapai. Untuk mengatasi keadaan tersebut seorang guru sebaiknya mampu menciptakan proses pembelajaran yang tidak monoton, dapat melibatkan siswa secara aktif, tidak berpusat pada guru, dan membuat siswa paham dengan konsep yang dipelajari. Selain itu, siswa juga dapat berbagi dan bertukar informasi dengan siswa lain. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan diatas adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu suatu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap anggota dalam kelompok telah menguasai konsep-kosep yang telah dibahas. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu. Gagasan utama dari STAD adalah memacu agar siswa saling mendorong satu sama lain dan bertukar pikiran untuk meningkatkan pemahaman konsep. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diharuskan memahami lembar kegiatan yang diberikan guru karena pada akhir pembelajaran akan diadakan kuis, dimana kuis tersebut dikerjakan siswa secara individu. Dengan adanya kuis diharapkan siswa termotifasi untuk memahami materi yang diberikan. [1] Fase- fase pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 1) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2) Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. 3) Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. 5) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau 62

3 masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6) Mencari cara-cara untuk menghargai baik upya maupun hasil belajar individu dan kelompok. [1] Pada STAD, siswa dibagi beberapa kelompok beranggotakan 4-5 orang yang beragam kemampuannya. Guru menjelaskan pembelajaran yang dilanjutkan dengan pembagian LKS kepada siswa dan setiap anggota kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompoknya bisa menguasai pelajaran tersebut. Kemudian semua siswa menjalani kuis perorangan, pada saat itu mereka tidak boleh saling bantu satu sama lain. Nilai-nilai kuis dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok, kelompok yang nilainya tertinggi mendapatkan penghargaan berupa pujian atau hadiah. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD memadukan potensi siwa memahami konsep secara individu. Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana perkembangan pemahaman konsep matematika siswa selama diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Apakah pemahaman konsep matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional di kelas VII SMPN 3 Padang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMPN 3 Padang yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari yang menggunakan pembelajaran konvensional. METODE Penelitian ini menggunakan gabungan antara penelitian deskriptif dan kuasi eksperimen. Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan perkembangan pemahaman konsep matematika siswa selama diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan penelitian kuasi eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan pemahaman konsep matematika siswa melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian ini adalah static group design. Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil tes tertulis di akhir pembelajaran, sedangkan data sekunder yaitu nilai murni mid semester I dan jumlah siswa kelas VII SMP N 3 Padang yang didapat dari guru dan tata usaha sekolah. [3] Prosedur dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat pada kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), yaitu siswa belajar secara berkelompok, kemudian bagi siswa yang paham tentang konsep mengajarkan siswa lain agar paham terhadap konsep, karena diakhir pembelajaran akan diadakan kuis. Nilai kuis akan menjadi skor tambahan untuk kelompok masing-masing, untuk memperoleh penghargaan. Pada kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran konvensional. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuis dan tes pemahaman konsep. Kuis dianalisis dengan teknik persentase, sedangkan tes pemahaman konsep dianalisis dengan menguji hipotesis menggunakan uji-t. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pada penelitian ini yang dilihat adalah perkembangan pemahaman konsep dan hasil pemahaman konsep dengan model tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Perkembangan pemahaman konsep matematika siswa dilihat dari kuis yang diberikan disetiap pertemuan. Perkembangan pemahaman konsep yang akan dideskripsikan dan dianalisis adalah perkembangan secara klasikal. Perkembangan rata-rata nilai kuis siswa untuk pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel II. TABEL II. RATA-RATA NILAI KUIS SISWA Kuis Rata-rata Dapat dilihat pada Tabel II rata-rata nilai kuis cenderung naik kecuali dari kuis kedua ke kuis ketiga dan kemudian meningkat lagi pada kuis keempat dan kelima. Nilai kuis siswa pada setiap pertemuan. Selain itu, dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75, perkembangan pemahaman konsep matematika siswa juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang tuntas untuk setiap kuis yang diberikan pada Tabel III. TABEL III. PERSENTASE JUMLAH SISWA YANG TUNTAS PADA KUIS Kuis Siswa yang tuntas (%) 66,67 83,33 89, Jumlah siswa Data pemahaman konsep siswa diperoleh setelah diberikan tes akhir kepada kedua kelas sampel, yaitu kelas VII 3 dan VII 4. Pelaksanaan tes akhir diikuti oleh 32 orang siswa dari kelas eksperimen dan 32 orang siswa dari kelas kontrol. Data hasil tes pemahaman konsep matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel IV. 63

4 TABEL IV. HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Kelas N X X Persentase Siswa maks min x S yang Tuntas Eks ,32 62,5% Kontrol ,42 43,75% Pada Tabel IV dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai kelas kontrol dan jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen juga lebih banyak dibandingkan jumlah siswa yang tuntas pada kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu Dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75, dapat dilihat persentase siswa yang tuntas pada kelas eksperimen adalah 62,5% dan persentase siswa yang tuntas pada kelas kontrol adalah 43,75%. Hasil analisis perkembangan pemahaman konsep siswa berdasarkan data pada Tabel III, maka perkembangan nilai kuis siswa dapat dipresentasikan seperti terlihat pada Gambar Gambar 1. Perkembangan Pemahaman Konsep Siswa Pada rata-rata Nilai Kuis Dari Gambar 1 terlihat bahwa rata-rata nilai kuis siswa cenderung naik kecuali pada kuis pertemuan ketiga, itu terjadi karena pada kuis ketiga ada siswa yang tidak memperhatikan temannya saat presentasi di depan dan siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga mereka tidak paham materi. Hasil analisis perkembangan pemahaman konsep matematika siswa secara rinci dapat dilihat berdasarkan Tabel IV, maka dipresentasikan seperti terlihat pada Gambar Rata Pertemuan ke- Pertemuan ke- Gambar 2. Perkembangan Pemahaman Konsep Siswa Pada Persentase Siswa Yang Tuntas Dari Gambar 2 terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang tuntas pada kuis di setiap pertemuan meningkat. Untuk menarik kesimpulan tentang data nilai tes hasil belajar matematika siswa, dilakukan análisis secara statistik. Analisis ini bertujuan untuk menguji hipotesis. Untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan bantuan software MINITAB. Uji normalitas nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa untuk kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan uji Anderson-Darling pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel V. TABEL V. UJI NORMALITAS DATA TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. Deskriftif Eksperimen Kelas Kontrol Signifikan 0,423 0,209 Keterangan Normal Normal Berdasarkan hasil uji normalitas terlihat bahwa taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematis untuk pemahaman konsep baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dilakukan uji-f. Tujuannya adalah untuk melihat kesetaraan antara kelas eksperimen dan kontrol. Hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh nilai P = 0,674. Berarti, data mempunyai variansi homogen untuk α = 0,05 (terima ). Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Dari perhitungan diperoleh harga t hitung = 2,371 dan harga t tabel = 1, 669. Karena t hitung lebih besar dari t tabel maka tolak H 0, atau terima H 1. Artinya, pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika. Pembelajaran juga berlansung secara interaktif, sehingga siswa diharapkan mampu memahami konsep. Dilihat dari hasil deskripsi dan analisis data perkembangan pemahaman konsep matematika siswa 64

5 secara umum pada kelas eksperimen mengalami peningkatan selama diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran. Setiap siswa berdiskusi secara berkelompok dan mempresentasikan kedepan kelas secara acak, dan diakhiri pembelajaran diadakan kuis. Dengan dibentuknya team dalam pembelajaran ini membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Banyaknya ide-ide yang muncul ini tentunya akan semakin memperkaya pengetahuan dan pemahaman siswa sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Siswa yang memberikan tanggapan, ide atau masukan dapat membantu mereka untuk lebih memantapkan konsep matematisnya. Siswa dapat meluruskan konsep yang salah secara bersamasama. [4] Pada proses pembelajaran berlangsung selama penelitian, siswa sudah terbiasa untuk menyampaikan ide dan gagasannya sehingga mereka dapat menunjukkan indikator-indikator pemahaman konsep dengan benar dan mengerjakan kuis dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman konsep matematis misalnya: Pada hari lebaran, toko sepatu menjual sepatu dengan diskon besar-besaran. Ibu membeli sepatu dengan harga Rp ,00 setelah itu didiskon 30.Berapa harga sepatu tersebut jika didiskon? Jawaban siswa terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Jawaban Kuis Siswa Pada Kuis 5 nomor 2. Pada Gambar 3 terlihat bahwa siswa mampu memahami konsep dengan baik. Siswa sudah bisa menggunakan memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Penyelesaian siswa dalam menjawab soal kuis selanjutnya yaitu Buatlah model matematika dari Pertidaksamaan Linear Satu Variabel berikut: 1. Penumpang bis tidak boleh lebih dari 60 orang. 2. Jumlah maksimal dari tiga buah bilangan adalah 93. Jawaban siswa terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Jawaban Kuis Siswa Pada Kuis 2 Nomor 1. Pada Gambar 4 terlihat siswa sudah dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil tes pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut siswa untuk bekerjasama dalam team, saling belajar, mengajarkan dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga mereka akan terdorong untuk belajar dengan baik agar dapat menguasai konsep matematika yang dipelajari. Berdasarkan hasil temuan siswa dilapangan siswa sering bertanya dan mengemukakan ide mereka kepada teman sekelompoknya maupun kepada guru hal-hal yang terkait dengan soal-soal latihan yang ada pada LKS. hal ini menyebabkan siswa bisa menyelesaikan masalah yang ada di LKS. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk dikenali dalam teamnya maupun dalam pembelajaran. Siswa lebih berani mengemukakan ide yang ada dalam pikirannya karena mereka difasilitasi dalam team. Fungsi utama dari team ini adalah memastikan bahwa semua anggota benarbenar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Siswa juga berkesempatan untuk melakukan presentasi di depan kelas, memberikan tanggapan, ide ataupun masukan, sehingga siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik agar dapat menguasai konsep matematika yang dipelajari. Pada proses pembelajaran yang berlangsung selama penelitian, siswa sudah terbiasa menjawab soal sesuai dengan konsep dengan baik. Kondisi ini membuat kemampuan matematis siwa pada aspek pemahaman konsep matematis tertulis lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terkait pemahaman konsep matematis misalnya: Sebuah toko membeli 50 buah buku tulis seharga Rp ,00 dan menjualnya kembali dengan untung 20. Berapa harga penjualan setiap buku? 65

6 Jawaban siswa kelas eksperimen terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Soal Nomor 5 Pada Gambar 5 terlihat siswa sudah bisa memahami konsep dengan baik. Siswa dapat menyelsaikan soal tersebut dengan cara menggunakan, memanfaatkan dan memilihi prosedur atau operasi tertentu. Namun, pada pembelajaran konvensional, siswa terbiasa hanya menunggu penjelasan dari guru. Secara umum siswa tidak punya inisiatif untuk melakukan diskusi yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa juga kesulitan dalam memahami konsep karena disebabkan oleh tidak terbiasa berdiskusi dan berkelompok. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman konsep matematis. Jawaban siswa kelas kontrol terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Jawaban Siswa Kelas kontrol Pada Soal Nomor 5 Berdasarkan hasil jawaban-jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dalam menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Secara umum hasil jawaban siswa pada kedua kelas sampel di atas sama-sama benar, namun penggunaan prosedur dalam menentukan harga penjualan buku di kelas eksperimen lebih jelas dibandingkan dengan di kelas kontrol. Pada umumnya jawaban siswa kelas kontrol kurang tepat dalam menggunakan prosedur. Penyelesaian siswa dalam menjawab soal tes akhir selanjutnya yaitu Jumlah tiga bilangan berturut-turut adalah 48. Tentukan ketiga bilangan itu! Jawaban siswa kelas eksperimen terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Soal Nomor 5 Jawaban siswa kelas Kontrol terlihat pada Gambar 8. Gambar 8. Jawaban Siswa pada Soal Nomor 3 Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pada indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, pemahaman konsep siswa kelas eksperimen juga lebih baik daripada kelas kontrol. Secara umum hasil jawaban dari kedua kelas sama, namun jawaban siswa di kelas eksperimen lebih tepat dari pada kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Beberapa keterbatasan penelitian yang di temui selama melakukan kegiatan penelitian di SMPN 3 Padang adalah sulitnya membuat siswa terbiasa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keterbatasan lain yaitu dari segi keterbatasan waktu sehingga membuat waktu untuk presentasi kelompok kurang optimal. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Perkembangan Pemahaman konsep siswa cenderung meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) terutama pada indikator pemahaman konsep yaitu, menggunakan, memanfaatkan dan memilih 66

7 prosedur atau operasi tertentu serta mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemcahan masalah. 2) Pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan : 1) Guru diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD karena strategi ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2) Penelitian ini masih terbatas pada pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada rekan peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel serta pokok bahasan lain. REFERENSI [1]Ibrahim,Muslim.2000.PembelajaranBerdasarkanMasala h. Surabaya:UnesaUneversity Press [2] Salvin E Robert Cooveratif Learning Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media [3] Seniati, Liche dkk Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks. [4] Sudijono, Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. [5] Tim PenulisDepdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. 67