BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), teknik penjadwalan pada jaringanwimax, sistem video on demand (VoD), parameter pengukuran kinerja teknik penjadwalan dan penjelasan software yang digunakan. 2.2 Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX) Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX) didefinisikan sebagai standar teknologi yang memungkinkan broadband wireless acces (BWA) sebagai alternatif teknologi broadband kabel atau DSL. WiMAX menyediakan layanan fixed, nomadic, portable, dan mobile untuk koneksi wireless dengan kondisi line of-sight (LOS) maupun Non Line-of-sight (NLOS) dengan sel radius 3-10 km. WiMAX memberikan kapasitas layanan hingga 40 Mbps per channel untuk layanan fixed dan portable. Sementara layanan mobile menyediakan hingga 15 Mbps dalam radius 3 km [4]. Secara umum sistem WiMAX terdiri dari Base Station (BS), Subsriber Station (SS) dan back-end server, seperti Network Management System (NMS). Konfigurasi WiMAX diperlihatkan pada Gambar 2.1. Subsriber Station terletak di lingkungan pelanggan, fixed maupun mobile. Base Station umumnya terletak satu lokasi dengan jaringan operator.

2 Gambar 2.1 Konfigurasi Jaringan WiMAX [4] Standarisasi WiMAX Standar WiMAX mengacu pada standar Institue of Electrical and Electronics Engineering (IEEE) Standar ini dikembangkan lebih lanjut oleh forum gabungan antar perusahaan-perusahaan terkait dalam WiMAX FORUM. Forum ini memastikan kemampuan interoperability perangkat perangkat broadband wireless acces (BWA) yang akan diproduksi. Secara sederhana perkembangan standar WiMAX IEEE dapat diuraikan sebagai berikut [5]. a. IEEE Standar ini mengatur pemanfaatan di rentang frekuensi GHz. Aplikasi yang mampu didukung pada standar ini baru sebatas dalam kondisi Line of Sight (LOS). b. IEEE a Standar ini menggunakan rentang frekuensi 2 11 GHz, dapat digunakan untuk layanan Non Line of Sight (NLOS). Standar ini difinalisasi pada Januari 2003.

3 Terdapat 3 spesifikasi pada physical layer di dalam IEEE a, yaitu : - Wireless MAN-SC: menggunakan format modulasi single carrier. - Wireless MAN-OFDM: menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan 256 point Fast Fourier Transform (FFT). - Wireless MAN-OFDMA: menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) dengan 2048 point FFT. c. IEEE d Merupakan standar yang berbasis IEEE dan IEEE a dengan beberapa perbaikan. IEEE d juga dikenal sebagai IEEE Frekuensi yang digunakan sampai 11 GHz. Standar ini telah difinalisasi pada 24 Juni Terdapat dua pilihan dalam transmisi pada IEEE d yaitu Time Division Duplex (TDD) maupun Frequency Division Duplex (FDD). d. IEEE e Standar ini memenuhi kapabilitas untuk aplikasi portability dan mobility. Standar ini telah difinalisasi di akhir tahun Berbeda dengan standar sebelumnya, maka antara standar IEEE d dan IEEE e tidak bisa dilakukan interoperabilitas sehingga diperlukan hardware tambahan bila akan mengoperasikan IEEE e. Sampai saat ini, standar WiMAX yang dikenal adalah 2 tipe standar yaitu IEEE d (IEEE ) untuk aplikasi fixed (tetap) dan standar IEEE e (IEEE ) untuk aplikasi portable dan mobile. Karakteristik dasar dari berbagai standar IEEE akan ditunjukkan dalam Tabel 2.1. [5]

4 Tabel 2.1 Perbandingan Standar IEEE Standar d e Status Frekuensi Kerja Selesai pada Desember GHz - 66 GHz Selesai pada Juni GHz -11 GHz Aplikasi Fixed LOS Fixed NLOS Arsitektur MAC Skema transmisi Point-tomultipoint, mesh Single carrier Point-to-multipoint, mesh Single carrier, 256 OFDM atau 2048 OFDM Selesai pada Desember GHz -11 GHz untuk fixed, 2 GHz 6 GHz untuk mobile Fixed dan mobile NLOS Point-to-multipoint, mesh Single carrier, 256 OFDM atau scalableofdm dengan 128, 512, 1024 atau 2048 subcarrier Laju data 32 Mbps Mbps 1 Mbps - 75 Mbps 1 Mbps-75 Mbps Multiplexing Burst Burst Burst TDM/TDMA TDM/TDMA/OFDMA TDM/TDMA/OFDMA Duplexing TDD dan FDD TDD dan FDD TDD dan FDD 1.75 MHz, 3.5 MHz, 1.75MHz, 3.5MHz, 7MHz, 14 MHz, 7MHz,14MHz, Lebar pita 20 MHz, MHz, 5 MHz, 1.25MHz, 5MHz, kanal MHz, 28 MHz 10 MHz, 15 MHz, 10MHz, 15MHz, 8.75 MHz 8.75MHz Implementasi WiMAX Tidak ada 256 OFDM sebagai Fixed WiMAX Scalable OFDM sebagaimobile WiMAX Aliran Trafik pada WiMAX Konfigurasi jaringan WiMAX secara umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu Subscriber Station (SS) dan Base Station (BS). Subsriber Station terletak di

5 lingkungan pelanggan, sedangkan Base Station terletak satu lokasi dengan jaringan operator. Aliran trafik pada WiMAX mengikuti proses seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 [4]. - Subsriber Station mengirimkan permintaan bandwidth ke Base Station jika memiliki trafik untuk dikirimkan. - Base Station akan menerima permintaan bandwidth, untuk kemudian memberi alokasi kanal kepada Subscriber Station. - Alokasi kanal tersebut diinformasikan melalui kanal downlink di bagian mapping pada Base Station. - Subscriber Station membaca alokasi kanal yang diberikan dan mengirim trafik sesuai dengan alokasi yang diberikan oleh Base Station. - Base Station akan meneruskan data trafik yang dikirimkan oleh Base Station ke jaringan yang digunakan, dalam hal ini yaitu Internet Service Provider (ISP) melalui switching center. Gambar 2.2 Aliran Trafik pada WiMAX [4]

6 2.2.3 Lapisan Fisik (Phy Layer) pada WiMAX Lapisan fisik (Phy Layer) berfungsi untuk membangun koneksi fisik antara pengirim dan penerima melalui dua jalur komunikasi (uplink dan downlink). WiMAX merupakan teknologi digital sehingga lapisan fisik bertanggung jawab dalam pentransmisian urutan bit. Lapisan ini juga menentukan jenis sinyal yang digunakan, jenis modulasi dan demodulasi, daya transmisi, dan juga karakteristik fisik lainnya [5]. Lapisan fisik WiMAX bekerja berdasarkan pada teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). OFDM termasuk kedalam teknik transmisi modulasi multicarrier, dimana aliran data serial laju bit tinggi dibagi kedalam beberapa aliran data paralel dengan laju bit rendah. Masing-masing aliran data paralel ini dimodulasikan pada carrier yang terpisah-pisah yang disebut sebagai subcarrier, subcarrier tersebut diatur orthogonal satu dengan yang lain selama durasi simbol untuk mengeliminasi interferensi antar simbol [5] Struktur Slot dan Frame pada WiMAX Lapisan fisik WiMAX juga bertanggung jawab untuk pengalokasian slot dan frame. Waktu dan frekuensi minimum yang dialokasikan oleh sistem WiMAX pada sebuah link transmisi disebut dengan slot. Urutan dari slot berdampingan yang diberikan kepada user dinamakan region data, alogoritma penjadwalan mengalokasikan region data untuk user yang berbeda berdasarkan pada kebutuhan QoS dan kondisi kanal [5]. Gambar 2.3 menunjukan struktur slot dan frame pada WiMAX. Suatu frame OFDM dapat beroperasi pada mode TDD (Time Division Duplexing) dan mode Frequecy Division Duplexing (FDD). Ketika frame OFDM

7 beroperasi pada mode TDD, frame tersebut dibagi kedalam dua subframe, satu subframe downlink dan satu subframe uplink [5]. Proses framing TDD bersifat adaptif, dimana bandwidth yang dialokasikan untuk downlink dengan uplink dapat berubah [5]. Gambar 2.3 Struktur Slot dan Frame pada WiMAX [5] WiMAX juga mendukung frequency Division Duplexing (FDD), dimana struktur frame adalah sama, kecuali pada downlink dan uplink yang ditransmisikan secara simultan melalui carrier yang berbeda. Pada mode FDD, kanal uplink dan downlink dialokasikan pada frekuensi yang berbeda [5]. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3, subframe downlink dimulai dengan sebuah downlink premble yang digunakan sebagai prosedur lapis fisik seperti sinkronisasi waktu dan frekuensi. Downlink preamble diikuti oleh frame control header (FCH) yang memberikan informasi konfigurasi frame seperti panjang paket, skema modulasi dan pengkodean. Satu frame downlink tunggal dapat terdiri dari beberapa burst berbeda ukuran dan jenis yang membawa data untuk beberapa pengguna. Ukuran frame juga bervariasi dan setiap burst dapat mengandung serangkaian paket dengan ukuran tetap atau bervariasi [5].

8 Subframe uplink terbuat dari beberapa burst uplink dari user yang berbeda. Sebagian subframe uplink disisihkan untuk akses yang bersifat contention yang akan digunakan untuk berbagai macam keperluan. Subframe ini biasa digunakan sebagai kanal ranging, yaitu kanal untuk sinkronisasi simbol dan ekualisasi level daya diantara user yang aktif Lapisan MAC pada WiMAX Lapisan MAC (Medium Access Control) berfungsi memberikan interface antara transport layer dengan phy layer pada WiMAX. Lapisan MAC akan mengambil paket dari lapisan di atasnya, paket ini dinamakan MAC service data unit (MSDU) dan mengatur paket ini menjadi MAC protocol data unit (MPDU) untuk transmisi pada bagian pengirim. Untuk bagian penerima, lapisan MAC melakukan hal yang sebaliknya [5]. Lapisan MAC pada WiMAX diperlihatkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 MAC Layer pada WiMAX [5]

9 Beberapa fungsi lainnya dari lapis MAC adalah [1]: - Memilih profil burst dan level daya yang sesuai untuk transmisi MAC PDU. - Melakukan retransmisi MAC PDU yang rusak ketika automatic repeat request (ARQ) digunakan. - Mengatur kualitas pelayanan (QoS) dan skema prioritas untuk MAC PDU. - Mengatur fungsi sekuritas (keamanan) dan mengatur operasi penghematan daya Mekanisme Akses Kanal pada WiMAX Lapis MAC bertanggung jawab untuk alokasi bandwidth kepada semua user baik untuk uplink maupun downlink. Semua penjadwalan pada uplink dan downlink diatur oleh MAC pada Base Station (BS). Standar WiMAX mendukung mekanisme dimana user dapat meminta dan mendapatkan bandwidth uplink bergantung pada kualitas pelayanan (QoS) tertentu dan parameter yang berkaitan dengan pelayanan [5]. Mekanisme ini disebut dengan polling. BS mengalokasikan resource jumlah bandwidth yang ada secara dedicated ataupun shared kepada setiap user, yang nantinya dapat digunakan oleh user untuk meminta bandwidth. Polling dapat dilakukan baik secara individu (unicast) maupun secara berkelompok (multicast). Polling secara multicast dilakukan ketika bandwidth yang diperlukan tidak mencukupi untuk melakukan poll setiap user secara individual. Ketika polling dilakukan secara multicast, slot yang dialokasikan untuk melakukan permintaan bandwidth adalah sebuah slot bersama (shared), dimana setiap user akan berusaha menggunakan slot tersebut [5].

10 2.2.7 Quality of Service (QoS) pada WiMAX Quality of Service (QoS) atau sering disebut kualitas layanan adalah kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan pelayanan yang berbeda-beda kepada jenis trafik jaringan tertentu. Tujuan akhir dari QoS adalah memberikan network service yang lebih baik dan terencana dengan bandwidth yang dapat diatur sesuai dengan aplikasi yang digunakan dan layanan yang diharapkan [5]. Pada jaringan WiMAX, fungsi pengaturan QoS dijalankan oleh Medium Access Control (MAC). QoS pada WiMAX menggunakan arsitektur MAC connection-oriented, yaitu semua koneksi downlink dan uplink akan dikendalikan oleh Base Station (BS). Sebelum transmisi data dilangsungkan, BS dan SS akan membentuk link satu arah untuk koneksi antara MAC layer. Setiap koneksi diidentifikasikan dengan sebuah connection identifier (CID) yang menjadi alamat sementara untuk transmisi data pada link tertentu [5]. Berdasarkan sifat pelayanannya maka QoS pada WiMAX dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: [5] a. Unsolicited Grant Service (UGS) Didesain untuk mendukung penggunaan layanan pada ukuran paket data tetap (fixedsize) dengan laju bit konstan. QoS ini efektif untuk layanan yang sensitif terhadap throughput, latency dan jitter. Contoh penggunaan layanan QoS ini yaitu pada aplikasi T1/E1 dan VoIP tanpa silence supression. b. Real-Time Polling Service (rtps) Didesain untuk mendukung layanan real-time dengan laju bit variabel seperti aplikasi video MPEG dan video streaming yang menggunakan ukuran paket data variabel. QoS ini efektif untuk layanan yang sensitif terhadap

11 throughput dan latency namun dengan toleransi yang lebih longgar dibandingkan dengan UGS. c. Non-Real-Time Polling Service (nrtps) Didesain untuk mendukung aliran data yang bersifat toleransi terhadap delay dan membutuhkan aliran data dengan ukuran variabel non-real time dan laju minimum. QoS ini efektif untuk aplikasi yang membutuhkan throughput yang intensif seperti pada FTP (File Transfer Protocol). d. Best-Effort (BE) Service Didesain untuk mendukung aliran data yang tidak memerlukan jaminan pelayanan minimum, seperti web browsing dan . QoS ini tidak memberikan garansi terhadap laju data dan delay. e. Extended Real-Time Variable Rate (ERT-VR) Service Didesain untuk mendukung aplikasi real-time yang mempunyai laju data variabel dan memerlukan jaminan terhadap throuhgput dan delay, seperti VoIP dengan silence supression. 2.3 Teknik Penjadwalan Pada WiMAX Teknik penjadwalan adalah suatu metode akses yang digunakan untuk alokasi trafik permintaan bandwidth user pada jaringan WiMAX [2]. Teknik penjadwalan adalah suatu cara yang digunakan pada base station (BS) untuk menentukan urutan pelayanan terhadap user yang telah melakukan permintaan trafik. Teknik penjadwalan pada dasarnya bergantung terhadap layanan aplikasi yang memanfaatkannya dan tidak didefinisikan secara baku oleh suatu standar [3].

12 Beberapa teknik penjadwalan yang dapat digunakan pada WiMAX adalah Round Robin (RR), First In First Out (FIFO), maximum Signal to Noise Ratio (msnr), Proportional Fair (PF) [3], Maximum Proportional Constraints Algorithm (MPCA) [6], Bandwidth Assignment Based on SNR (BABS) [7]. Penjadwalan RR mengalokasikan bandwidth pada user berdasarkan urutan yang tetap. Sedangkan penjadwalan FIFO memberi prioritas bandwidth untuk user berdasarkan waktu kedatangan. Penjadwalan msnr menggunakan teknik cross-layer untuk koneksi jamak dengan memanfaatkan informasi dari signal to noise ratio (SNR) dan akan mengalokasikan kanal pada user berdasarkan tingkat maksimum dari SNR. Teknik penjadwalan PF merupakan pengembangan dari teknik msnr yang mampu meningkatkan performansi jaringan dari segi fairness dan delay, tetapi menurunkan troughput sistem [3]. Prinsip dasarnya adalah mengalokasikan permintaan user berdasarkan jumlah tingkat SNR per satuan waktu tertentu. Teknik penjadwalan MPCA mengalokasikan kanal pada user berdasarkan jenis layanan trafik permintaan, teknik penjadwalan ini tidak sesuai untuk jenis trafik yang heterogen [6]. Sedangkan teknik penjadwalan BABS menggunakan persyaratan tingkat SNR rata-rata dari setiap user dan jumlah besar paket yang diminta oleh user untuk menentukan kanal dan alokasi bandwidth yang akan diberikan [7]. Selain yang telah disebutkan diatas, masih terdapat beberapa teknik scheduling yang digunakan pada jaringan WiMAX seperti Weighted Round Robin (WRR) dan Deficit Round Robin (DRR), kedua teknik tersebut merupakan modifikasi dari teknik Round Robin dengan menerapkan nilai pengali yang

13 bergantung pada frekuensi permintaan yang datang dari user. Beberapa teknik penjadwalan lainnya yang digunakan pada WiMAX yaitu Earliest Deadline First (EDF) yang bekerja berdasarkan permintaan yang datang dari user dengan tenggat waktu terpendek dan juga Weighted Fair Queuing (WFQ) yang menggunakan modifikasi FIFO untuk memproses permintaan berdasarkan kapasitas antrian user. Teknik penjadwalan seperti EDF dan WFQ tidak sesuai untuk aplikasi dengan trafik seragam seperti aplikasi Video on demand [3]. Banyak teknik penjadwalan yang didesain untuk berbagai aplikasi menggunakan jaringan WiMAX. Contohnya pada [8], teknik yang diajukan adalah untuk aplikasi voice over internet protocol (VoIP). Sedangkan pada [9] teknik penjadwalan didesain untuk aplikasi internet protocol based television (IPTV). Untuk layanan aplikasi video, jenis paket menjadi penting disebabkan oleh video codec membangkitkan frame dengan prioritas yang berbeda. Teknik penjadwalan yang didesain untuk aplikasi video diajukan pada [10], yaitu teknik penjadwalan berbasis frame (Frame Based). 2.4 Sistem Video on Demand Video on demand adalah sistem video interaktif berbasis pada jaringan internet yang memberi kebebasan kepada user untuk mengontrol atau memilih sendiri pilihan video yang ingin ditonton [1]. Secara umum sistem video on demand diperlihatkan pada Gambar 2.5. Video on demand merupakan sebuah istilah penyajian video yang bisa diakses secara online melalui jaringan. Video bisa disajikan langsung secara streaming atau di download. Fungsi video on demand layaknya seperti video rental, di mana pelanggan dapat memilih program dan tontonan yang ingin

14 ditayangkan [11]. Salah satu hal yang ingin dicapai dari industri komunikasi video on demand adalah memberikan kontrol penuh terhadap para penggunanya. Gambar 2.5 Sistem Video on demand [10] 2.5 Parameter Pengukuran Kinerja Parameter pengukuran kinerja untuk teknik penjadwalan yang digunakan pada Tugas Akhir ini yaitu Peak Signal to Noise Ratio (PSNR), Packet Loss, dan Network utility Peak Signal to Noise Ratio Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) adalah perbandingan antara nilai maksimum dari sinyal yang diukur terhadap besarnya derau yang mempengaruhi sinyal tersebut. Nilai PSNR biasanya diukur dalam satuan decibel (db). Untuk menentukan PSNR, terlebih dahulu ditentukan nilai Mean Square Error (MSE), diamana MSE adalah nilai error kuadrat rata-rata antara gambar asli dan gambar penyisipan dalam kasus video [12]. Peak Signal to Noise Ratio merupakan parameter untuk mengukur kualitas hasil kompresi. Nilai PSNR membandingkan perubahan bentuk pada video hasil

15 kompresi dengan video aslinya. Nilai PSNR ditentukan oleh besar atau kecilnya perubahan yang terjadi pada video [12]. Dalam data video yang terdiri dari beberapa gambar, suatu pengembangan dan pelaksanaan rekonstruksi gambar diperlukan perbandingan antara gambar hasil rekonstruksi dengan gambar asli. Nilai PSNR yang lebih tinggi mengindikasikan kemiripan yang lebih erat antara hasil rekonstruksi dan gambar asli. Besaran PSNR didefinisikan sebagai berikut [12]. ( ) (1) MSE didefinisikan sebagai berikut [11]. ( ) (2) Dimana x dan y adalah koordinat dari gambar, sedangkan M dan N adalah dimensi dari gambar. S xy menyatakan gambar asli dan C xy menyatakan gambar yang disisipkan. C 2 Max merupakan jumlah banyaknya gambar hasil kompresi dibanding dengan gambar asli. Semakin besar nilai PSNR yang dihasilkan maka semakin baik pula kualitas dari video tersebut. Sebaliknya, semakin kecil nilai PSNR maka semakin buruk pula kualitas dari video tersebut Packet Loss Packet loss merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena tabrakan antar paket (collision) dan penuhnya trafik (congestion) pada jaringan [13]. Packet loss merupakan jumlah total paket data yang hilang pada saat pentransmisian. Untuk trafik video yang digunakan pada Tugas Akhir ini, data paket video dikirim oleh server dengan format User Datagram Protocol (UDP). Data paket video kemudian diubah

16 menjadi segmen-segmen UDP, selanjutnya segmen tersebut akan dienkapsulasi ke dalam format datagram IP untuk membuat jalur pengiriman menuju ke penerima. Ketika datagram IP melewati jaringan, buffer dan antrian yang terdapat pada BS kemungkinan terdapat dalam kondisi penuh sehingga akan menolak datagram IP yang masuk kedalamnya. Dalam hal ini datagram IP tersebut akan dibuang dan menjadi paket yang hilang [14]. Paket yang hilang sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan. Paket yang dibangkitkan pada trafik video adalah berupa jenis-jenis frame yang berbeda ( frame I dan frame P). Frame I adalah gambar asli dari video sedangkan frame P merupakan gambar sisipan yang berkolerasi dari frame I. Dengan demikian, packet loss yang terjadi pada frame I akan sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan bila dibandingkan dengan packet loss yang terjadi pada frame P [14]. 2.6 Perangkat Lunak yang Digunakan Perangkat lunak yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Netbeans [15] dan Evaluation Video (EvalVid) [16]. Netbeans digunakan untuk merancang simulasi. Sedangkan EvalVid digunakan untuk evaluasi kualitas video hasil simulasi Perangkat Lunak Netbeans Netbeans adalah sebuah aplikasi Integrated Development Environment (IDE) yang berbasiskan Java dari Sun Microsystems. Netbeans IDE merupakan sebuah IDE opensource yang ditulis sepenuhnya dengan bahasa pemrograman

17 java menggunakan platform netbeans. NetBeans IDE mendukung pengembangan semua tipe aplikasi Java (J2SE, web, EJB, dan aplikasi mobile) [17]. Beberapa Fitur yang terdapat dalam netbeans antara lain [17]: 1. Smart Code Completion: untuk mengusulkan nama variabel dari suatu tipe, melengkapi keyword dan mengusulkan tipe parameter dari sebuah method. 2. Book marking: fitur yang digunakan untuk menandai baris yang suatu saat hendak kita modifikasi. 3. Go to commands: fitur yang digunakan untuk jump ke deklarasi variabel, source code atau file yang ada pada project yang sama Evaluation Video (EvalVid) Evaluation Video (EvalVid) merupakan framework dan tool-set untuk mengevaluasi kualitas video yang ditransmisikan melalui jaringan komunikasi secara real atau simulasi [14]. Framework ini berisi prose transmisi lengkap mulai dari source video, reordering pada source, encoding, paketisasi, transmisi jaringan, decoding, hingga tampilan video yang diterima oleh end-user. Data yang diproses pada arus transmisi akan ditandai dan disimpan pada file-file yang beranekaragam, kemudian file-file ini digunakan untuk memperoleh hasil parameter yang diinginkan seperti loss rate, jitter, dan kualitas video (PSNR). Selain untuk mengukur parameter QoS pada jaringan, EvalVid juga mendukung evaluasi kualitas video subjektif dari video yang diterima berdasarkan perhitungan PSNR frame-by-frame. Perangkat lunak EvalVid menggunakan struktur modular, sehingga user mudah mengganti codec dan memungkinkan dilakukannya pertukaran jaringan [14].

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sistem broadband wireless access (BWA) sepertinya akan menjadi metoda akses yang paling fleksibel dimasa depan. Dibandingkan dengan teknologi eksisting, fiber optik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND Said Reza Fakhrizal [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan telekomunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti data, gambar dan video.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah menjadi teknologi informasi yang berkembang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat. Internet

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE 82.16-24 Winnu Ayi Satria Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro NIM 132 3 5 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Email : winnuayi@gmail.com

Lebih terperinci

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Rahmat Mulyawan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung Labtek VIII Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia 40132

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET. Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET. Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja 33 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja mekanisme QoS dan skema AMC pada kinerja jaringanwimax, semakin kuat

Lebih terperinci

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 55 HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Jaringan IEEE 802.16d Jaringan IEEE 802.16d dalam simulasi ini dibuat berdasarkan pemodelan sistem sehingga akan menghasilkan dua buah model jaringan yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK..... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR SIMBOL... vii DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Identifikasi Masalah... I.1 1.3

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO

PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO Muhammad Fadl-lan Dwika [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Syailendra Dwitama Iskandar 1, Ir. Endah Budi P., MT. 2, Dwi Fadila K.. ST., MT. 3

Syailendra Dwitama Iskandar 1, Ir. Endah Budi P., MT. 2, Dwi Fadila K.. ST., MT. 3 1 PERFORMANSI QUALITY OF SERVICE (QOS) FRAMEWORK ANTARA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING-TIME DIVISION MULTIPLE ACCESS () DAN ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS () PADA IEEE 802.16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB II Standar WIMAX- IEEE

BAB II Standar WIMAX- IEEE BAB II Standar WIMAX- IEEE 802.16 WIMAX merupakan sebuah nama komersial untuk produk-produk yang tunduk pada standar IEEE 802.16. Sebuah organisasi industri yang bernama WIMAX Forum telah dibentuk untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX ALEX KRISTIAN SITEPU

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX ALEX KRISTIAN SITEPU TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), perangkat lunak Network Simulator NS-2, kerangka evaluasi video EvalVid, dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi WiMax merupakan teknologi broadband wireless access yang mempunyai coverage yang luas serta kecepatan yang tinggi. Mobile wimax merupakan salah satu perkembangan

Lebih terperinci

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER

SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER Ahmad Arif, Helmy Fitriawan, Muhamad Komarudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung imailisia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel broadband wireless access yang sudah sesuai dengan IEEE 802.16.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Informatika Disusun

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dasar Wimax

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dasar Wimax BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dasar Wimax WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) adalah teknologi telekomunikasi nirkabel yang menyediakan transmisi data menggunakan berbagai mode transmisi,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN Mas Nurul Hamidah ), Gamantyo H ), Endroyono ) ) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

Wordwide Interoperability for Microwave Acces (WiMAX)

Wordwide Interoperability for Microwave Acces (WiMAX) Wordwide Interoperability for Microwave Acces (WiMAX) ABSTRAK Teknologi WiMAX saat ini tergolong masih baru dan merupakan salah satu teknologi broadband wireless connection yang saat ini banyak operator

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI WIMAX

BAB II DASAR TEORI WIMAX 4 BAB II DASAR TEORI WIMAX 2.1 Pendahuluan WiMAX atau yang dikenal dengan Worldwide Interoperability for Microwave Access adalah suatu teknologi akses Broadband Wireless Access (BWA) merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), perangkat lunak simulasi Network Simulator versi 2 (NS-2), kerangka evaluasi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE

EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE 82.16-24 Prasetiyono Hari Mukti 1, Rizki Aris Yunianto 2 dan Achmad Affandi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

BAB II WIMAX. WiMAX atau Worldwide Interoperability for Microwave Access adalah

BAB II WIMAX. WiMAX atau Worldwide Interoperability for Microwave Access adalah BAB II WIMAX 2.1 Umum WiMAX atau Worldwide Interoperability for Microwave Access adalah teknologi berdasarkan pada standar Wireless Metropolitan Area Network (WMAN) yang dikembangkan oleh IEEE 802.16 group

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang telekomunikasi pada masa kini. Dengan banyak pengembangan dari generasi-generasi sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab BAB II yang berisi berbagai landasan teori ini, akan dibahas mengenai IEEE Standard 802.16/Wimax secara umum, MAC Layer pada Wimax, berbagai algoritma penjadwalan pada MAC

Lebih terperinci

Mengenal WiMAX. Onno W. Purbo

Mengenal WiMAX. Onno W. Purbo Mengenal WiMAX Onno W. Purbo onno@indo.net.id Acknowledgement Kantor Menteri Negara Riset & Teknologi PUSPIPTEK SERPONG Hariff TRG Outline Definisi Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) Profil Fitur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang [8] Pertumbuhan pengguna komunikasi mobile di dunia meningkat sangat tajam dari hanya 11 juta pada tahun 1990 menjadi 2 milyar pengguna pada tahun

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK Josia Ezra1), Arfianto Fahmi2), Linda Meylani3) 1), 2), 3) School of Electrical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR ISTILAH...

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR ISTILAH... ABSTRAK Broadband Wireless Access (BWA) telah menjadi cara terbaik untuk mempercepat koneksi Internet dan penggabungan data, suara dan layanan video. Broadband Wireless Access (BWA) dapat membantu memperluas

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi wireless saat ini berkembang dengan pesat seiring meningkatnya kebutuhan pengguna terhadap layanan yang cepat dan beragam. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN WEIGHTED ROUND ROBIN PADA WiMAX Samsul Arifin *, Sukiswo, ST., MT. **, Ajub Ajulian Zahra, ST., MT. ** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) 1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan transfer di mana informasi dari berbagai jenis layanan seperti suara, video, dan data di ubah ke dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan layanan informasi komunikasi melaju begitu pesat. Pada awalnya layanan informasi komunikasi hanya berupa suara melalui teknologi switching PSTN, sekarang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh: TRI EVANTI ANDRIANI NIM. 0910630100-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISIS KINERJA PROTOKOL TCP PADA SISTEM WiMAX Akhmad Sarif, Achmad Hidayatno, ST.,MT., Imam Santoso, ST.,MT. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP MOBILE WiMAX

BAB 2 KONSEP MOBILE WiMAX BAB 2 KONSEP MOBILE WiMAX 2.1. Pengertian WiMAX Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan standar industri yang bertugas menginterkoneksikan berbagai standar teknis yang bersifat

Lebih terperinci

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Quality of Service Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto QoS (Quality of Service) mengukur tingkat kepuasan pelanggan (user) terhadap pelayanan jaringan berdasarkan efek yang

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX BAB V Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX Pada bagian ini akan dilakukan simulasi jaringan WIMAX menggunakan simulator NS-2. Lingkungan simulasi, terlihat pada gambar V.1, berupa satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.

Lebih terperinci

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management Jenis Koneksi Congestion Control QoS (Quality of Service) Metode Pengendalian Trafik (QoS) Simulasi Traffic Management

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) didefinisikan sebagai sebuah sertifikasi untuk produk-produk yang

Lebih terperinci

Pengenalan Teknologi 4G

Pengenalan Teknologi 4G Pengenalan Teknologi 4G Trend teknologi komunikasi masa depan adalah teknologi baru yang benar-benar mengadopsi tren yang sedang berkembang, dimana komputer dapat berfungsi sebagai alat telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel. HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

Algoritma Scheduling

Algoritma Scheduling BAB III Algoritma Scheduling III.1 Pendahuluan Generasi internet ke depan mendukung 2 tipe aplikasi: best-effort dan aplikasi guaranted-service. Aplikasi berbasis best-effort, yang sekarang ini umum pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan pihak penyedia jasa layanan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan era teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat lepas dari peran serta layanan internet yang semakin melekat erat dengan gaya hidup dan kebutuhan kita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada standart IEEE terminologi dari distribution system adalah sistem

BAB II LANDASAN TEORI. Pada standart IEEE terminologi dari distribution system adalah sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Wireless Distribution System Pada standart IEEE 802.11 terminologi dari distribution system adalah sistem yang saling terhubung dinamakan Basic Service Set (BSS). BSS

Lebih terperinci

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP Agenda Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP 2 Protokol Definisi : A rule, guideline, or document which guides how an activity should be performed. Dalam ilmu komputer, protokol adalah konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telekomunikasi tanpa kabel berkembang pesat seiring dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan mudah dan cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Pada penelitian ini dilakukan simulasi yang terdiri dari terdiri dari SS, BS dan Public Network sebagai Sink Node. Terdapat 19 node yang akan dibangun, yaitu 5 node

Lebih terperinci

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E 19 BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE 802.16 DAN IEEE 802.11E MAC IEEE 802.16 protokol didisain untuk aplikasi PMP yang mempunyai karakteristik connection-oriented dan setiap sambungan diidentifikasi oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario

Lebih terperinci

REDUKSI KONSUMSI ENERGI PELANGGAN WIMAX UNTUK APLIKASI TRAFIK VIDEO DOWNLINK

REDUKSI KONSUMSI ENERGI PELANGGAN WIMAX UNTUK APLIKASI TRAFIK VIDEO DOWNLINK REDUKSI KONSUMSI ENERGI PELANGGAN WIMAX UNTUK APLIKASI TRAFIK VIDEO DOWNLINK Muhammad 1, Suherman 2, Ali Hanafiah Rambe 3 1) Dosen Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe 2) Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEKNOLOGI VoIP DAN VIDEO STREAMING DI JARINGAN WiMAX DENGAN OPNET MODELER 14.5

PENGUJIAN TEKNOLOGI VoIP DAN VIDEO STREAMING DI JARINGAN WiMAX DENGAN OPNET MODELER 14.5 PENGUJIAN TEKNOLOGI VoIP DAN VIDEO STREAMING DI JARINGAN WiMAX DENGAN OPNET MODELER 14.5 TUJUAN: 1. Memahami teknologi VoIP dan Video Streaming 2. Memahami jaringan WiMAX 3. Mengetahui cara perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengendalian kepadatan (congestion control) antrian di jaringan sampai saat ini tetap menjadi issue prioritas tinggi dan sangat penting. Pertumbuhan internet

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and

BAB III LANDASAN TEORI. secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teknologi Jaringan WiMAX 3.11..1 Deskripsi WiMAX Broadband Wireless Access (BWA) standart yang saat ini digunakan secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI BASE STATION BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

BAB II WIMAX. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan

BAB II WIMAX. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan BAB II WIMAX 2.1 Umum Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan teknologi berdasarkan pada standar wireless metropolitan area networking (WMAN) yang diadopsi baik oleh Institute

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Broadband Wireless Access (BWA) merupakan teknologi wireless dengan layanan data berkecepatan tinggi namun memiliki bandwith terbatas. Standar BWA dikeluarkan oleh Institute of Electrical

Lebih terperinci

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP A. Dasar Teori Apa itu jaringan komputer? Jaringan Komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebih komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mangle Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat melakukan marking terhadap paket data. Paket data yang sudah diberi mark digunakan untuk manajemen bandwidth

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi selular semakin berkembang, diawali dengan munculnya teknologi 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G yang mulai berkembang di Indonesia

Lebih terperinci