BAB I PENDAHULUAN. Media audio atau yang biasa disebut dengan radio merupakan salah satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Media audio atau yang biasa disebut dengan radio merupakan salah satu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media audio atau yang biasa disebut dengan radio merupakan salah satu penemuan besar dalam sejarah peradaban manusia 1 dan saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dari manusia itu sendiri. Tanpa meninggalkan fungsi dasarnya sebagai alat komunikasi, radio saat ini menjadi media hiburan dan informasi yang murah, efisien serta mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, baik dari perkotaan sampai daerah terpencil atau pedesaan. Manusia yang mendapatkan hiburan dengan adanya radio tersebut dengan cara mendengarkan musik dan lagu yang selalu diputar oleh setiap stasiun radio atau Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (selanjutnya disingkat RSSNI) yang ada di setiap wilayah Negara Republik Indonesia. Musik dan lagu yang diputarkan oleh stasiun radio tersebut biasanya berasal dari kaset maupun Compact Disc yang dimiliki oleh pemilik stasiun radio yang bersangkutan dengan cara membeli ataupun berasal dari para musisi dan group band yang mempromosikan album terbarunya secara gratis yang bertujuan supaya album tersebut dikenal di masyarakat sehingga masyarakat yang senang terhadap album tersebut, maka akan membeli kaset ataupun 1 Sejarah perkembangan radio bisa dirunut sejak September 1899, ketika seorang penemu dan pengusaha Italia berusia 25 Tahun bernama Gugleilmo Marconi mengenalkan telegraf tanpa kabel yang mengawali era komunikasi melalui gelombang udara, lihat

2 Compact Disc-nya, sehingga hal ini menimbulkan keuntungan bagi para musisi dan group band tersebut. Sementara itu keuntungan bagi stasiun radio dengan pemutaran musik dan lagu oleh stasiun radio atau RSSNI tersebut adalah keuntungan secara tidak langsung, maksudnya kalau musik dan lagu yang diputarkan tersebut merupakan musik dan lagu hits (terkenal) dipasaran maka stasiun radio bersangkutan menjadi terkenal secara tidak langsung dan dampak yang timbul adalah banyaknya tawaran dari pihak masyarakat untuk memasang iklan di stasiun radio tersebut. Oleh karena itu, pemutaran musik dan lagu tersebut berkaitan erat dengan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI), sebab jika dilihat dari aspek hukumnya, maka musik dan lagu yang diputar oleh stasiun radio atau RSSNI merupakan suatu hasil karya cipta seseorang, sehingga tentunya tidak terlepas dari HKI. Berdasarkan data pada tahun 2003 yang terdaftar di balai Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Klas II Medan jumlah Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di Sumatera Utara tercatat ada 103 stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (tidak termasuk Radio Republik Indonesia) dengan pertumbuhan yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini 2 : Tabel 1 : Jumlah Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di Sumatera Utara No. Tahun Medan & Jlh Stasiun Daerah Tkt II & Jlh Stasiun Stasiun Radio 3 Stasiun Radio Stasiun Radio 23 Stasiun Radio Stasiun Radio 35 Stasiun Radio Stasiun Radio 73 Stasiun Radio Sumber data : diakses pada tanggal 21 Maret 2010.

3 Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka dapat dilihat bahwa yang benar-benar beroperasi hanya sekitar 60 % (enam puluh persen). Pada tahun 2003 anggota PRSSNI di Medan sebanyak 19 stasiun radio dan Daerah Tingkat II sebanyak 35 stasiun radio. 3 Di kota Medan tercatat 29 (dua puluh sembilan ) stasiun radio yang mengudara pada jalur FM dan 1 (satu) stasiun radio di jalur AM. Pada hal menurut kanalisasi yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dengan jarak spasi 800 (delapan ratus) KHz jatah frekuensi FM di Medan membuat tidak terpenuhinya standar spasi 800 (delapan ratus) KHz tapi sementara ditetapkan 400 (empat ratus) KHz dengan catatan akan diseleksi selama 10 (sepuluh) tahun ke depan untuk selanjutnya jumlah Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia disesuaikan agar bisa memenuhi spasi 800 (delapan ratus) KHz. 4 Sedangkan untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 jumlah stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan sebanyak 63 (enam puluh tiga) stasiun, sementara yang menjadi anggota PRSSNI di kota Medan sebanyak 50 (lima puluh) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 3 pada tanggal 21 Maret pada tanggal 21 Maret 2010.

4 Tabel 2 : Jumlah Stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di Kota Medan Tahun No. Tahun Anggota PRSSNI Bukan Anggota PRSSNI Jumlah Stasiun RSSNI di Kota Medan Stasiun Radio 3 Stasiun Radio 32 Stasiun Radio Stasiun Radio 3 Stasiun Radio 38 Stasiun Radio Stasiun Radio 4 Stasiun Radio 43 Stasiun Radio Stasiun Radio 6 Stasiun Radio 51 Stasiun Radio Stasiun Radio 10 Stasiun Radio 58 Stasiun Radio Stasiun Radio 13 Stasiun Radio 63 Stasiun Radio Sumber Data : Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di Kota Medan tahun Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 penambahan stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan sebanyak 31 (tiga puluh satu) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia dengan kurun waktu 5 (lima) tahun. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa penambahan yang terjadi tidak terlalu signifikan, karena terlihat dari tabel 2 tersebut setiap tahunnya hanya terjadi penambahan antara 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia. 5 Sedangkan untuk keanggotaan PRSSNI di kota Medan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terjadi penambahan sebanyak 21 (dua puluh satu) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa penambahan yang terjadi tidak terlalu signifikan, 5 Wawancara pada tanggal 01 Juni 2010 dengan Bahrum Syah, Staf Administrasi di Kantor Wilayah Yayasan Karya Cipta Indonesia di Kota Medan.

5 karena terlihat dari tabel 2 tersebut setiap tahunnya hanya terjadi penambahan antara 2 (dua) sampai dengan 6 (enam) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia. 6 Setelah mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kondisi fisik stasiun radio dan keberadaannya di kota Medan, maka ada baiknya juga berbicara tentang HKI merupakan dasar hukum dari penggunaan Hak Cipta musik dan lagu yang diputar di stasiun radio di kota Medan tersebut. Ada beberapa perangkat hukum yang mengatur tentang HKI tersebut, antara lain 7 : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varitas Tanaman 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang (Trade Secret). 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Letak Sirkuit Terpadu. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten (Patent). 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dagang (Trade Mark) dan untuk Indikasi Geografis tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya secara tersendiri, namun dalam Pasal 56 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek ada mengatur tentang Indikasi Geografis. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Copy Right). Berdasarkan ketentuan tersebut di atas mengenai perangkat hukum dari HKI, maka untuk pemutaran atau penyiaran musik dan lagu di setiap radio atau RSSNI tersebut dilindungi oleh perangkat hukum HKI khususnya di bidang Hak Cipta 6 Wawancara pada tanggal 01 Juni 2010 dengan Bahrum Syah, Staf Administrasi di Kantor Wilayah Yayasan Karya Cipta Indonesia di Kota Medan. 7 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 60.

6 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (selanjutnya disingkat UUHC). Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 UUHC yang menyebutkan Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi Pencipta maupun Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa UUHC memberikan perlindungan hukum kepada Pencipta atau Penerima hak dari suatu ciptaan dengan adanya penegasan terhadap pengakuan hak yang dimiliki Pencipta atau Penerima hak. Selain daripada itu, hak tersebut menurut UUHC adalah hak eksklusif dalam hal untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan dari Pencipta atau Penerima hak. Menurut Eddy Damian, Istilah hak mengumumkan sering digunakan dalam perwujudan suatu ide dengan cara-cara pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dari Pencipta atau Penerima hak dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar ataupun dilihat orang lain. 8 Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan oleh Eddy Damian tersebut di atas, musik dan lagu yang diputarkan melalui penyiaran oleh radio atau RSSNI merupakan bagian dari penggunaan Hak Cipta berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUHC. Selain daripada radio atau RSSNI berkaitan dengan Hak Cipta musik dan lagu, maka 8 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, PT. A lumni, Bandung, 2009, hal. 135.

7 ada Badan Hukum lain yang juga berhubungan atau berkaitan dengan Hak Cipta musik dan lagu yaitu Yayasan Karya Cipta Indonesia (selanjutnya disingkat YKCI). YKCI tersebut, didirikan pada tahun 1990 yang merupakan perwujudan dari keinginan daripada Pencipta lagu Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya, terutama dalam pengelolaan hak ekonomi yang tercakup dalam bidang hak mengumumkan atau performing right. 9 Selain daripada itu, dibentuk dan didirikannya YKCI tersebut bertujuan untuk membantu para Pencipta mengelola Hak Cipta atas musik dan lagu bagi para Pencipta yang digunakan oleh para pengguna musik dan lagu (user) yang bermaksud untuk menggunakan karya ciptaanya bagi kepentingan komersial. 10 Berkaitan dengan penggunaan karya cipta musik dan lagu, para Pencipta atau Pemegang hak cipta tidak memiliki kemampuan untuk memonitoring atau mengawasi setiap penggunaan karya ciptanya oleh pihak lain. Pemegang Hak Cipta tersebut tidak bisa setiap waktu mengontrol atau mengawasi setiap stasiun televisi, radio maupun restoran untuk mengetahui berapa banyak karya cipta musik dan lagu yang telah diperdengarkan ditempat-tempat tersebut. Oleh karena itu, untuk melakukan kemudahan baik terhadap Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dalam melakukan pengawasan atau memonitoring terhadap penggunaan karya ciptanya tersebut oleh para pemakai atau pengguna Hak Cipta (user) musik dan lagu, maka Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu tersebut akan menunjuk seseorang atau suatu 9 Kiprah Pencipta Lagu Dalam Memperjuangkan Hak-Haknya, diakses tanggal 5 Maret Ibid.

8 Badan Hukum ataupun lembaga tertentu sebagai kuasa untuk melakukan tugas tersebut. Penunjukan kuasa terhadap seseorang atau Badan Hukum ataupun lembaga tertentu oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta di Indonesia biasanya dilakukan oleh YKCI, dan Badan Hukum ini juga telah didukung oleh pemerintah Republik Indonesia (Tim Keppres 34 dan Departemen Kehakiman Republik Indonesia). 11 Badan Hukum nirlaba ini merupakan pengelola Hak Cipta musik dan lagu yang bersifat kolektif, karena diberi kuasa dari pihak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu di Indonesia maupun pihak asing dan juga diberikan tugas untuk menangani lisensi terhadap pengguna musik dan lagu (user) di wilayah Negara Republik Indonesia dan termasuk di dalamnya setiap stasiun radio atau RSSNI. Melalui pemberian kuasa tersebut, YKCI juga mempunyai tugas mengumpulkan royalty untuk para Pencipta musik dan lagu dari para pengguna karya musik dan lagu (user) yang selanjutnya diikuti dengan pemberian lisensi musik dan lagu yang merupakan bagian daripada kuasa yang diberikan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu. Kemudian pihak YKCI mendistribusikannya kepada para pencipta musik dan lagu yang berhak. 12 Berdasarkan tugas dari YKCI tersebut, maka dapat dikatakan bahwa YKCI merupakan fasilitator yang sangat penting terhadap Pencipta atau Pemegang Hak 11 Tim Lindsey, dkk (ed)., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, hal Tanpa pengarang, Pengantar Umum Karya Cipta Indonesia, Karya Cipta Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 4.

9 Cipta musik dan lagu maupun Pengguna dari karya cipta musik dan lagu (user), karena YKCI tersebut menjembatani hubungan antara Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu dengan pengguna karya musik dan lagu dalam hal menerima pembayaran royalty atas penggunaan karya cipta musik dan lagu. 13 Ada beberapa katagori yang dapat menjadikan musik dan lagu sebagai usaha bagi para pengguna musik dan lagu (user) tersebut, antara lain: 1. Featuring musik, artinya kegiatan usaha tersebut tidak dapat berjalan tanpa adanya lagu, sebagai contoh konser musik, karaoke, pub atau night club dan sebagainya. 2. Background musik, artinya lagu tersebut memberikan nilai tambah pada suatu usaha demi kenyamanan konsumen, seperti cafe, restoran, dan sebagainya. 3. Entertainment musik, artinya suatu kegiatan usaha yang tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya musik dan lagu, seperti stasiun televisi, radio dan sebagainya. 14 Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka salah satu dari pengguna karya cipta tersebut adalah radio. Radio merupakan media penyiaran yang kegiatannya menyelenggarakan siaran-siaran yang ditujukan kepada khalayak ramai atau umum yang dapat menerima siaran melalui sarana komunikasi dan salah satu fungsinya sebagai media hiburan bagi para pendengarnya dengan memutarkan dan memperdengarkan musik dan lagu. 15 Kehidupan masyarakat pada saat ini menganggap musik dan lagu sebagai suatu kebutuhan rohaniah dalam wujud hiburan. Pada umumnya orang akan merasa senang, 13 Ibid. 14 Hulman Panjaitan, Lisensi Pengumuman Musik /Lagu Dan Aspek Hukumnya, poterindosiana.com., diakses tanggal 3 Maret Fungsi Radio, diakses tanggal 13 Maret 2010.

10 terhibur dan puas dapat mendengarkan musik dan lagu tanpa membeli kaset ataupun Compact Disc (selanjutnya disingkat CD), hal ini disebabkan orang dapat menikmatinya melalui media audio atau radio, dimana musik dan lagu tersebut merupakan menu utama dalam penyajian diseluruh stasiun radio. 16 Radio pada dasarnya memang tidak memperoleh suatu keuntungan secara langsung dengan adanya permintaan dari pendengar untuk memutarkan musik dan lagu. Namun pemutaran atau penggunaan musik dan lagu tersebut sebagai sarana untuk menarik jumlah pendengar untuk kepentingan komersial dari Radio tersebut dalam persaingan untuk mendapatkan pemasangan iklan yang merupakan sumber dana bagi eksistensinya Radio tersebut. Tidak sedikit pelaku usaha yang belum mengetahui substansi dari hak mengumumkan yang disebutkan pada Pasal 1 angka 1 UUHC tersebut, maka terdapat 2 (dua) hak eksklusif yang dilindungi oleh UUHC yaitu hak mengumumkan dan hak memperbanyak. Pada umumnya masyarakat lebih mengenal hak memperbanyak seperti menggandakan suatu ciptaan musik dan lagu dengan menggunakan suatu kaset maupun CD sebagai media atau alat untuk menggandakannya. Sementara dengan membeli suatu kaset atau CD yang original atau asli, maka dengan demikian secara langsung akan menegakkan ketentuan dari UUHC dari segi hak memperbanyak (mechanical right), sedangkan dengan membeli kaset atau CD non-original atau bajakan merupakan hal yang melanggar UUHC dari segi 16 Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights Dan Collecting Society, PT. Alumni, Bandung, 2008, hal. 164.

11 pelanggaran hak memperbanyak atas suatu ciptaan karya musik dan lagu. Menikmati musik dan lagu dari kaset yang dibeli tentunya telah menjadi hak sepenuhnya dari si pembeli, namun ternyata hak pembeli tidak termasuk dalam hak mengumumkannya kepada khalayak ramai atau umum terutama untuk kepentingan komersial. Kegiatan mengumumkan ciptaan musik dan lagu tersebut telah memasuki wilayah hak eksklusif lainnya, yaitu hak mengumumkan dan Pencipta atau Pemegang hak telah menerima hasil dari mechanical right namun masih berhak atas hak mengumumkan (performing right). 17 Penggunaan karya cipta musik dan lagu oleh pihak lain untuk digunakan pada kegiatan yang bersifat komersial, baik secara langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan manfaat ekonomi dari penggunaan karya cipta musik dan lagu, wajib hukumnya menurut UUHC untuk meminta izin terlebih dulu dari Pencipta atau Pemegang hak cipta yang sah. Pemberian izin tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian lisensi, yaitu izin yang diberikan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta kepada pihak lain untuk menggunakan, memperbanyak atau mengumumkan (menyiarkan) ciptaannya dengan persyaratan tertentu. Pemegang Hak Cipta musik dan lagu berhak memberikan suatu lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi kecuali jika diperjanjikan lain, maka lingkup lisensi tersebut meliputi seluruh ciptaan musik dan lagu untuk jangka waktu tertentu dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Sementara jika 17 Kata mengumumkan Mengacu Pada Performing Right Hak Cipta Lagu, diakses tanggal 5 Maret 2010.

12 diperjanjikan lain, maka Pemegang Hak Cipta musik dan lagu tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya. Adapun tujuan dari pemberian lisensi adalah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang bukan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu untuk memanfaatkan hasil ciptaan dari Pencipta dan bagi Pencipta ataupun Pemegang Hak Cipta musik dan lagu dapat menerima imbalan atau royalty atas hasil ciptaannya tersebut. Pembayaran royalty yang dilakukan pengguna (user) kepada YKCI tersebut bukan untuk kepentingan YKCI, akan tetapi ditujukan kepada para Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu yang karya cipta musik dan lagunya telah dipergunakan oleh pengguna (user), jadi pihak YKCI hanya mengutip pembayaran royalty saja. 18 Sementara itu setelah pembayaran royalty selesai dilakukan oleh para pengguna (user) karya cipta musik dan lagu, maka pihak YKCI akan memberikan sertifikat lisensi musik dan lagu. Pemberian sertifikat lisensi kepada para pengguna (user) karya cipta musik dan lagu oleh pihak YKCI berhubungan dengan perjanjian, maka pada dasarnya harus disepakati oleh para pihak yang melakukan perjanjian tersebut tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Namun begitu, walaupun tanpa ada paksaan dari pihak manapun untuk penggunaan setiap karya cipta musik dan lagu, maka terhadap pengguna (user) karya cipta musik dan lagu harus tetap membayar royalty demi tegakkan UUHC. 18 Tanpa pengarang, Op. Cit., hal. 6.

13 Sementara yang dimaksud tanpa ada paksaan dari pihak manapun adalah bahwa sebelum pembayaran royalty yang dilakukan oleh para pengguna (user) karya cipta musik dan lagu (dalam hal ini adalah RSSNI) kepada pihak YKCI, maka ada kesepakatan bagi para pihak dalam menentukan beberapa hal seperti berapa lama jangka waktu berlakunya sertifikasi lisensi musik dan lagu, berapa besarnya royalty yang akan dibayarkan, bagaimana cara pembayarannya dan sebagainya. Berdasarkan dari uraian di atas dan melalui serangkaian penelitian awal yang didapat, maka peneliti mengadakan penelitian tentang Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik Dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia Di Kota Medan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut, antara lain : 1. Mengapa diperlukan sertifikasi lisensi Hak Cipta oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)? 2. Bagaimana kedudukan hukum sertifikasi lisensi Hak cipta yang dikeluarkan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)? 3. Hambatan dan upaya apa saja yang timbul dalam pelaksanaan Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)?

14 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui diperlukannya sertifikasi lisensi Hak Cipta oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). 2. Untuk mengetahui kedudukan hukum sertifikasi lisensi Hak cipta yang dikeluarkan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). 3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang timbul dalam pelaksanaan Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbang saran dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang pada gilirannya dapat memberikan masukan pada perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan, antara lain :

15 a. Sebagai masukan kepada instansi terkait guna menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang timbul sehubungan dengan Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang perlunya perlindungan hukum kepada Pencipta musik dan lagu dari pengguna atau pemakai (user) terhadap ciptaan musik dan lagu yang digunakan dalam kaitannya dengan usaha yang bersifat komersial yaitu dengan menerbitkan sertifikat lisensi pengumuman musik dan lagu. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan secara kepustakaan di perpustakaan oleh peneliti, maka didapat informasi bahwa penelitian tentang Hak Cipta pernah dilakukan oleh Lasmauli Sylvia Riolina, dengan judul Perlindungan Hak Cipta Bagi Pencipta Lagu di Tinjau dari Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan permasalahan yang dikaji antara lain : 1. Bagaimana bentuk pengaturan mengenai perlindungan hak pencipta lagu di Indonesia? 2. Bagaimana bentuk pelanggaran hak pencipta lagu di Indonesia?

16 3. Bagaimana pelaksanaan penegakan hak atas pelanggaran hak pencipta lagu di Indonesia? 4. Bagaimana usaha untuk mengatasi terjadinya pelanggaran Hak Cipta? Sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (suatu penelitian di Kota Medan), jadi dilihat dari segi judul dan permasalahan penelitian Lasmauli Sylvia Riolina tersebut jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dijamin keasliannya. F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Suatu penelitian hukum biasanya ada kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teori yang merupakan suatu hal yang penting. Pada kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, dan di dalam landasan/kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai system aneka thoere ma atau ajaran Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 6.

17 Kerangka teori adalah, suatu kerangka berfikir lebih lanjut terhadap masalahmasalah yang diteliti 20. Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori hukum hak dan kewajiban dari seorang ahli hukum Belanda yang bernama Gevers. Menurut Gevers ahli hukum bangsa Belanda, menerangkan fungsi hukum secara umum dalam masyarakat, bahwa : Hukum berfungsi sebagai alat untuk membagi hak dan kewajiban diantara para anggota masyarakat. Peraturan hukum memberikan suatu petunjuk arah kepada tuntutan yang dapat dilaksanakan oleh berbagai peserta dalam lalu lintas sosial satu sama lain. 21 Ada 2 (dua) teori dalam ilmu hukum yang menjelaskan keberadaan hak, yaitu: 1. Teori kepentingan (Belangen Theorie) dianut oleh Rudolf Von Jhering, yang berpedapat hak itu sesuatu yang penting bagi seseorang yang dilindungi. 2. Teori kehendak (Wilsmacht Theorie) dianut oleh Benhard Winsceid, yang bependapat hak adalah kehendak yang diperlengkapi dengan kekuatan dan diberi oleh tata tertib hukum kepada seseorang. 22 Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum. baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual, dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. 20 Ibid. 21 Gevers, Hukum dan Masyarakat, (dalam Algra, Mula Hukum terjemahan Rechts aanvang oleh Simorangkir),Cet I, Binacipta, Bandung, 1983, hal. 379,382, repository UI.ac.id/dokumen/lihat/1649-pdf ik-, diakses tanggal 9 Agustus 2010.

18 Hak dan kewajiban timbul pada subyek hukum disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya akibat terjadi perjanjian yang di sepakati oleh para pihak. Sertifikasi lisensi mengumumkan musik dan lagu, merupakan suatu perjanjian lisensi mengumumkan musik dan lagu antara YKCI dengan Pencipta atau emegang Hak Cipta, YKCI memperoleh kuasa dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu untuk mengelola hak ekonominya dalam hak mengumumkan. Dengan demikian YKCI untuk dan atas nama Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dapat memberikan izin kepada pengguna musik dan lagu untuk menggunakan lagunya untuk kepentingan komersial. Dengan demikian timbul hak dan kewajiban diantara YKCI dan pengguna hak cipta musik dan lagu, apa yang menjadi hak bagi pengguna musik dan lagu merupakan kewajiban bagi YKCI. Pencipta dan ciptaan merupakan 2 (dua) hal yang saling berhubungan satu sama lainnya yang berkaitan dengan Hak Cipta. Namun di dalam UUHC membedakan 2 (dua) pengertian tentang Hak Cipta itu sendiri. Pada Pasal 1 angka 1 UUHC menyebutkan bahwa, Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi Pencipta maupun Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pada Pasal 2 ayat (1) UUHC menyebutkan bahwa, Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi Pencipta atau Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu Ciptaan

19 dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku. Sebenarnya Pasal 1 angka 1 UUHC dan Pasal 2 ayat (1) UUHC tersebut hanya berbeda dari segi penulisan saja, hal ini dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 1 angka 1 UUHC, bahwa pengertian Hak Cipta tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut, karena diangap sebagai suatu ketentuan umum saja. Sedangkan Pasal 2 ayat (1) UUHC dapat dilihat dalam penjelasannya yang menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya., jadi Pasal 2 ayat (1) UUHC tersebut merupakan penjelasan dari Pasal 1 angka 1 UUHC, sehingga pada prinsipnya boleh dikatakan tidak berbeda satu sama lainnya. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, selain untuk melindungi hak Pencipta atau Pemegang Hak, UUHC juga memiliki fungsi sosial. Pasal 2 ayat (1) UUHC di atas ada menyebutkan pembatasan menurut undang-undang, hal tersebut menyatakan bahwa dalam hal tertentu yang menyangkut kepentingan Negara dan masyarakat, ada kalanya pengumuman dan perbanyakan ciptaan oleh yang bukan Pencipta tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta walaupun tidak ada izin dari Pencipta. Terhadap adanya pembatasan-pembatasan tertentu menurut undang-undang, maka UUHC telah memberikan sarana guna mewujudkan prinsip fungsi sosial yang

20 harus melekat pada hak milik sebagaimana lazimnya, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat luas untuk memanfaatkan atau menikmati suatu ciptaan yang dilindungi hak ciptanya sebagai salah satu hak milik. 23 Sedangkan berbicara tentang kepemilikan, maka erat kaitannya dengan keberadaan konsep hak milik yang sudah diakui lama oleh hukum. Pemberian kekuasaan memonopoli kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 24 Suatu persoalan yang penting dalam Hak Cipta adalah menyangkut tentang hak mengumumkan musik dan lagu, yaitu menyangkut cara pemberian lisensi oleh Pencipta lagu kepada pemakai atau pengguna (user), pembayaran dan penerimaan royalty, pengawasan terhadap pelaksanan lisensi dan pengawasan terhadap pemakai musik dan lagu yang tanpa lisensi. Pengidentifikasian kegiatan pengumuman musik dan lagu atau pemakaian musik dan lagu untuk disiarkan, dipertunjukkan atau diputar untuk konsumsi umum, antara lain : 1. Menyiarkan lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi secara langsung maupun melalui kaset, CD atau VCD oleh lembaga penyiaran seperti radio dan televisi, baik yang menggunakan kabel atau tanpa kabel; 2. Mempertunjukkan atau memperdengarkan lagu melalui konser-konser musik dan acara pertunjukkan musik yang bukan konser, seperti pesta-pesta, pertunjukkan di tempat-tempat hiburan malam; 3. Memperdengarkan lagu melalui pemutaran kaset atau CD lagu diberbagai tempat seperti : diskotik, karoke, cafe, bar, hotel, restoran, mall, plaza, supermarket, toko-toko, angkutan umum, rumah sakit, sekolah/universitas, perpustakaan, stasiun angkutan umum dan sebagainya; 23 Rahmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual-Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya Di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2003, hal Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 39.

21 4. Menggunakan musik dan lagu sebagai nada dering dan nada sambung telepon selular. 25 Terhadap pemakaian musik dan lagu begitu luasnya yang berkaitan dengan menyiarkan, mempertunjukkan atau memperdengarkan musik dan lagu di stasiunstasiun radio yang terletak di berbagai kota di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, tidak mungkin Pencipta musik dan lagu sendiri melaksanakan pemberian lisensi, memungut royalty dan memperkarakan bilamana ada orang secara tidak sah atau tanpa izin melakukan penyiaran, mempertunjukkan atau memperdengarkan musik dan lagu. Sehingga diperlukan lembaga yang dapat mewakili para Pencipta musik dan lagu ialah YKCI. Mekanisme pengadministrasian kolektif diawali dengan pemberian kuasa oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu kepada YKCI untuk memungut fee atau royalty hak mengumumkan (performing right) atas pemakaian Hak Ciptanya oleh orang lain untuk kepentingan komersial, baik berupa pertunjukkan maupun penyiaran dan pendistribusian hasil royalty tersebut kepada Pencipta yang berhak setelah dipotong biaya administrasi. Lisensi YKCI merupakan suatu izin untuk mengumumkan musik dan lagu milik Pemegang Hak Cipta Indonesia dan asing yang dikelola yang dikelola YKCI. Sistem ini untuk menghindari para pengguna dari kewajiban mencari, meminta izin, bernegosiasi dan membayar royalty kepada pemegang Hak Cipta satu persatu. 25 Otto hasibuan, Op. Cit., hal. 197.

22 Lisensi pengumuman musik dan lagu pada dasarnya merupakan suatu perjanjian lisensi antara Pencipta yang telah dikuasakan kepada Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dengan pihak pengguna atau pemakai musik dan lagu, pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian keperdataan 26 yang mengatur penggunaan atau pemakaian karya cipta musik dan lagu, dengan pembayaran dan penerimaan royalty. Selain berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam UUHC, maka dalam kaitannya dengan perjanjian lisensi pengumuman musik dan lagu, perlu diperhatikan pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUHPerdata) yaitu tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian. Bilamana suatu perjanjian telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata). 27 Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan bahwa untuk sahnya persetujuanpersetujuan tersebut diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (the consent of the parties); 2. Kemampuan untuk membuat suatu perikatan (the capacity to contract); 3. Adanya suatu hal tertentu (a certain subject); 26 Menurut KUHPerdata Pasal 1233 sumber-sumber perikatan (verbentenis) adalah perjanjian (overeenkomst) dan undang-undang (wet), selanjutnya Pasal 1313 menetapkan bahwa suatu perjanjian adalah perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih. 27 Insan Budi Maulana, Bianglala Haki (Hak Kekayaan Intelektual), PT. Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2005, hal. 144.

23 4. Adanya suatu sebab yang halal (a permissible cause). 28 Terhadap kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian, kemampuan melakukan perbuatan hukum, kesepakatan (consensus) yang menjadi dasar kebebasan menentukan kehendak (tidak ada paksaan, kekhilafan ataupun penipuan). Sedangkan kedua syarat terakhir disebut syarat objektif, karena mengenai objek perjanjian, ditentukan bahwa apa yang diperjanjikan harus cukup jelas, harus sesuatu yang halal dalam arti tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. 29 Syarat pertama tentang perlu adanya kesepakatan (consensus) antara pihakpihak yang mengadakan perjanjian, artinya kedua belah pihak harus mempunyai kebebasan kehendak untuk mengadakan perjanjian. Para pihak tidak mendapat tekanan apapun juga yang dapat mengakibatkan cacat bagi terwujudnya kehendak tersebut. Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilverklaring) antara pihak-pihak. Pernyataan pihak yang mengajukan tawaran dinamakan (offerte), pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). 30 Syarat kedua, kecakapan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, artinya bahwa para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian harus telah dewasa 28 Eddy Damian, Op. Cit., hal Rumusan Hasil Simposium, Pembaharuan Hukum Perdata Nasional, diselenggarakan BHPN-Depkeh bekerja sama dengan FH-GAMA, Desember 1981 di Yogyakarta, dimuat dalam buku Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, PT. Alumni, Edisi kedua, 1996, hal Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 73.

24 dan tidak di bawah pengampuan. Kedewasaan atau kriteria belum dewasa seseorang pengaturannya beragam, dalam Pasal 330 KUHPerdata menetapkan seseorang sebagai orang yang belum dewasa bila seseorang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum menikah. 31 Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menetapkan usia dewasa untuk seorang wanita adalah 16 (enam belas) tahun dan untuk seorang pria adalah 18 (delapan belas) tahun. Syarat ketiga, adanya keharusan adanya objek tertentu yang dapat ditentukan dalam suatu perjanjian lisensi pengumuman musik dan lagu, obyeknya yaitu Hak Cipta suatu ciptaan berupa karya musik dan lagu yang akan disiarkan oleh pengguna musik dan lagu. Syarat keempat adanya suatu sebab yang halal, mengenai unsur sebab atau kausa undang-undang tidak memberikan pengertian yang baku. Namun pada dasarnya yang dimaksud dengan sebab bukanlah hubungan sebab akibat, sehingga pengertian sebab tersebut tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan ajaran kausaliteit. Jadi yang dimaksud dengan pengertian sebab bukan juga sebab yang mendorong para pihak untuk mengadakan perjanjian, karena apa yang menjadi menjadi motif dari seseorang untuk mengadakan perjanjian itu tidak menjadi perhatian hukum. 32 Pembentuk undang-undang mempunyai pandangan bahwa perjanjian-perjanjian mungkin juga diadakan tanpa sebab atau dibuat dengan sebab terlarang. Sementara 31 Ibid, hal Ibid., hal. 81

25 yang dimaksud dengan sebab terlarang ialah sebab yang dilarang menurut undangundang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata). Perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak mempunyai kekuatan hukum (Pasal 1335 KUHPerdata). Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin pemafaatan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual yang bukan pengalihan hak, yang dimiliki oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi, yang pada umumnya disertai dengan imbalan berupa royalty. 33 Dalam hal ini YKCI telah menerima kuasa dari pemilik hak untuk membuat perjanjian dengan pengguna musik komersial dengan menerbitkan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik (SLPM). Diterbitkannya Sertifikat Lisensi pengumuman musik dan lagu oleh YKCI ini membuktikan kepeduliannya suatu organisasi masyarakat ikut serta mengefektifkan pelaksanaan UUHC di Indonesia sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada Pencipta. Sebagai kosekuensi dari pengertian Hak Cipta sebagai hak eksklusif sebagaimana diuraikan di atas, demikian halnya dengan Hak Cipta musik dan lagu, maka setiap orang atau badan usaha yang menggunakan musik dan lagu untuk kegiatan komersial, harus meminta izin terlebih dahulu kepada Penciptanya dan atau kepada Pemegang Hak Ciptanya yang sah. 33 Gunawan Widjaja, Lisensi (seri Hukum Bisnis), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 44.

26 2. Konsepsi Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan, sedangkan konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang disebut definisi operasional. 34 Kegunaan dari adanya konsepsi agar ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini dikemukakan beberapa konsep dasar sebagai berikut : a. Sertifikasi adalah penyertifikatan, mendapat sertifikat, atau telah disertifikasi. 35 b. Sertifikat adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian. 36 c. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu. 37 d. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaanya atau memberikan izin untuk itu 34 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ke-4, Departemen Pendidikan Nasional, PT. Gramedia, Jakarta, 2008, hal bahasaindonesia.org/, diakses tanggal 10 Agustus Pasal 1 angka 14, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

27 dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. 38 e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks adalah Ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu dan melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya. 39 Musik diartikan sebagai cetusan ekspresi isi hati yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi (lagu) dan apabila cetusan isi hati dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan apabila dikeluarkan lewat alat musik disebut instrumental. 40 f. Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) adalah lembaga nirlaba pengelola Hak Cipta musik secara kolektif yang mendapat kuasa dari Pencipta musik dan lagu Indonesia maupun asing bertugas untuk memberikan sertifikat lisensi pengguna musik di wilayah Indonesia dan mendistribusikannya kepada para pencipta yang berhak. 41 g. Radio siaran adalah pancaran radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media. 42 h. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan apapun, termasuk media internet 38 Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 39 Pasal 12 ayat (1), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, dan Penjelasannya. 40 Atan Hanjau dan Armillah Windawati, Pengetahuan Seni Musik, Mutiara, Jakarta, 1981, hal Tanpa Pengarang, Op. Cit., hal Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970 Tentang Radio Siaran Non Pemerintah.

28 atau melakukan dengan cara apapun sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain. 43 i. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanent atau temporer. 44 j. Royalty adalah suatu persentase dari harga jual atau harga ongkos objek yang diberikan suatu lisensi atau produksi-produksi yang dihasilkan dengan objek lisensi tersebut. 45 k. Menyiarkan adalah memberitahukan kepada masyarakat atau umum dengan pemutaran radio, televisi, surat-surat kabar, selebaran-selebaran dan sebagainya. 46 l. Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. 47 m. Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio atau siaran televisi Pasal 1 angka 5, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 44 Pasal 1 angka 6, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 45 Roeslan Saleh, Seluk Beluk Praktis Lisensi, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta, 1990, hal Pasal 1 angka 5, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Komisi Penyiaran Indonesia. 48 Pasal 16 ayat (1), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

29 G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Penelitian adalah, usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya. 49 Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan di dalam gejala yang bersangkutan. 50 Sementara menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrindoktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter prespektif ilmu hukum. 51 Penelitian ini mengenai Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (suatu penelitian di Kota Medan) merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis, artinya penelitian ini merupakan penelitian yang berupaya untuk menggambarkan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Hak Cipta dan kemudian 49 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press : Jakarta, 1981, hal Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2005, hal. 35.

30 akan membandingkan dengan praktek pelaksanaan sertifikasi lisensi pengumuman Hak Cipta musik dan lagu pada Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan hukum normatif yang didukung oleh wawancara dan informan, karena merupakan penelitian hukum doktrinal yang disebut juga penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan hukum yang tertulis atau bahan hukum yang lain berupa dokumen-dokumen dan berbagai teori, serta kemudian dihubungkan dengan prilaku yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah : a. Bahan Hukum Primer, bahan-bahan yang mengikat, yakni : 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970 Tentang Radio Siaran Non Pemerintah. 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Semarang, 1996, hal.

31 5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Komisi Penyiaran Indonesia. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku, hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang ada hubungannya dengan judul dan permasalahan dalam penelitian. c. Bahan Hukum Tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus, ensiklopedia atau majalah, artikel dari media massa dan internet yang terkait dengan permasalahan yang dikemukakan. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan antara lain : a. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. b. Penelitian lapangan (field research), yaitu metode pengumpulan data yang didasarkan atas penelitian di lapangan yang berhubungan erat dengan permasalahan yaitu mengenai Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (Suatu Penelitian di Kota Medan).

32 4. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : a. Studi dokumen, yaitu membaca, mempelajari, meneliti, mengindentifikasi dan menganalisis literatur-literatur, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Hak Cipta, laporan penelitian, dokumen-dokumen tertulis serta sumber-sumber bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini. b. Wawancara, yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan atau memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan yang berhubungan erat dengan permasalahan. Dalam penelitian lapangan ini dilakukan wawancara langsung dengan informan dan responden atau para pihak yang terkait dengan judul dan permasalahan dalam penelitian ini dan dapat dipertanggung-jawabkan akan isi dan kebenarannya. Wawancara tersebut dilakukan terhadap 5 (lima) Stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan serta Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Dasar perhitungan dari Populasi yaitu Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan sebanyak 50 (lima puluh) Stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia. Jadi sampel yang wajar diambil sebagai objek penelitian adalah 10 % (sepuluh persen) dari 50 (lima puluh) Stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan yaitu 5 (lima) Stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di kota Medan.

33 c. Daftar Kuesioner, yaitu berupa daftar pertanyaan yang disusun untuk Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) di Kota Medan, Persatuan Radio Siaran Swasta Negara Indonesia (selanjutnya disingkat PRSSNI) di Kota Medan dan 5 (lima) stasiun Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia yang menjadi anggota PRSSNI yang ada di Kota Medan. 5. Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang dilakukan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan reponden sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Namun jika didapat data berupa angka-angka, maka tidak menutup kemungkinan penelitian ini juga dilakukan dengan analisis kuantitatif. Semua data yang diperoleh kemudian dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Hak cipta memiliki hak ekslusif di dalamnya yaitu hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan laju pembangunan di Indonesia yang di ikuti dengan laju perkembangan teknologi, maka meningkat pula kebutuhan manusia akan gaya hidup. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Waralaba Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom. Namun dalam praktiknya, istilah franchise justru di populerkan di Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia semakin berubah, dalam beberapa tahun terakhir perkembangan sistem telekomunikasi di Indonesia sudah demikian pesatnya memberikan dampak yang menyentuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi secara cepat dan akurat. Berkat perkembangan teknologi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi secara cepat dan akurat. Berkat perkembangan teknologi komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi adalah dengan ditemukannya rancangan khusus untuk penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang - orang yang berkecimpung di dalamnya (para pelaku bisnis) tidak dapat terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG (STUDI DI WARUNG MAKAN BEBEK GORENG H. SLAMET DI KARTOSURO SUKOHARJO) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Cipta merupakan salah satu jenis dari Hak Kekayaan Intelektual. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2014 tentang Hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat berperan penting dalam dunia pendidikan dan merupakan salah satu jalan untuk menentukan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini dijalankan menjadikan kebutuhan akan lembaga pendidikan sebagai wadah pencerdasan dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya peradaban dan pola hidup manusia dewasa ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan sandang, pangan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin maju harus menjamin perlindungan dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut memunculkan berbagai usaha yang terus berkembang di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Kita mengetahui bahwa Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai suku tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pemeluk

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO 0 PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah sistem hukum yang melekat pada tata kehidupan modern terutama pada perkembangan hukum hak cipta terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang sangat pribadi atau eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK

PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui syarat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika jaman perdagangan menjadi semakin luas dan persaingan usaha menjadi semakin kuat, merek mempunyai arti yang sangat penting, baik bagi produsen maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita ketahui bersama bahwa manusia itu tidak mungkin hidup sendiri oleh karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu. Pengelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan dan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat, dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya pola pikir, intelektual,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi

Lebih terperinci

BAB II PERLUNYA SERTIFIKASI LISENSI HAK CIPTA OLEH YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA

BAB II PERLUNYA SERTIFIKASI LISENSI HAK CIPTA OLEH YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA BAB II PERLUNYA SERTIFIKASI LISENSI HAK CIPTA OLEH YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA A. Keberadaan Yayasan Karya Cipta Indonesia Dalam Terlaksananya Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik Dan Lagu Oleh Radio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas

BAB I PENDAHULUAN. karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kegiatan industri hadir dalam kehidupan manusia dalam bentuk hasil penemuan.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERJANJIAN LISENSI PATEN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL. Oleh : Thoyyibah B. ABSTRAK

OPTIMALISASI PERJANJIAN LISENSI PATEN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL. Oleh : Thoyyibah B. ABSTRAK OPTIMALISASI PERJANJIAN LISENSI PATEN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL Oleh : Thoyyibah B. ABSTRAK Perjanjian Lisensi Paten merupakan salah satu bentuk alih teknologi yang dapat dilakukan guna

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE Oleh GD Sattwika Yudharma Sutha Suatra Putrawan Perdata Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial, tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Manusia hidup selalu bersama dimulai dari keluarga, masyarakat, hingga membentuk satu suku bangsa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang memberikan kebebasan negara-negara untuk melakukan perdagangan tanpa adanya restriksi atau pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini Hak atas Kekayaan Intelektual (yang biasa disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI sendiri cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (dalam hal ini disebutkan HKI) atau yang disebut Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat penting. Karya-karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lain dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan

Lebih terperinci

Volume 10 Nomor 2 September 2013

Volume 10 Nomor 2 September 2013 Volume 10 Nomor 2 September 2013 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 10 2 Hal. 79-154 Tabanan September 2013 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bangsa yang sedang berkembang, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalanya di segala bidang. Salah satu upaya untuk mengejar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini terjadi perkembangan perekonomian yang sangat pesat dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

Lebih terperinci

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ). BAB I A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi di bidang transportasi yang demikian pesat,memberi dampak terhadap perdagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis mobil baru dari berbagai merek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, pengertian DTLST dibedakan menjadi dua bagian yaitu desain tata letak

Lebih terperinci

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Atas Kekayaan Intelektual Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Kekayaan Intelektual Hasil pemikiran, kreasi dan desain seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, sampai ke rumah tangga. Sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law) TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Intelectual Property Rights Law) Hak Kekayaan Intelektual : Jenis Jenis dan Pengaturannya O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : C Dosen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan langkah ke arah itu seiring dengan proyeksi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan langkah ke arah itu seiring dengan proyeksi pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem Hak Kekayaan Intelektual nasional yang modern dan efektif merupakan kebutuhan nyata bagi Indonesia. Kondisi domestik mengharuskan langkah ke arah

Lebih terperinci

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA Oleh : Finna Wulandari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled The Business

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Penyusunan Melengkapi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: WAA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH Abstrak Praktek perdagangan musik dan lagu yang melanggar hak cipta dituangkan dalam

Lebih terperinci