ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA ( Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera ) Nila Gemala 1, Herawati 2, Novia Rahmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta 2 Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta nilagemala08@gmail.com Abstract The presence of local government leaders who come from all walks of life have an impact on local government for various regions headed by regional heads who have different backgrounds and different ways to manage the region. The purpose of this study is to demonstrate empirically a significant difference in the performance of local government in PAD growth, PDRB growth, poverty, and the Human Development Index, led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. The study sample consisted of 110 local governments in Sumatra, 27 led by local government headed by entrepreneurs and 83 led by local government headed by nonentrepreneurs. Data were analyzed using SPSS. The results showed that: (a) There is no significant difference in the performance of local government in PAD growth among local governments are led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. (b) There is no significant difference in the performance of local government in PDRB growth between the local government led by entrepreneurs and nonentrepreneurs. (c) There is a significant difference in the performance of local government in poverty levels between local government led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. (d) There is a significant difference in the performance of local governments on the Human Development Index among the local government, led by entrepreneurs and nonentrepreneurs. Keywords: Performance of Local Government, Entrepreneur, Non-Entrepreneur 1. PENDAHULUAN Hadirnya pemimpin baru pada perpolitikan nasional berasal dari berbagai kalangan memberi dampak pada pemerintahan daerah karena berbagai daerah memiliki kepala daerah yang mempunyai latar belakang berbeda dan cara yang berbeda dalam mengelola daerahnya. Young Global Leaders berhipotesis bahwa kalangan entrepreneur (pengusaha atau profesional bisnis) akan banyak memasuki dunia politik di Indonesia. Hipotesis tersebut terjawab dengan masuknya kalangan entrepreneur yang memasuki dunia politik baik menjabat di pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Dengan demikian, kepemimpinan kepala daerah di negeri ini bertransformasi dari military-politicians- 1

2 activist oriented menjadi entrepreneur oriented (Abdullah, 2012). Pemerintah daerah yang berlatar belakang pengusaha tentunya dapat meningkatkan perekonomian daerah yang mereka pimpin karena pengalaman wirausahanya. Di Sumatera ada Amran Nur yang menjadi Walikota Sawahlunto yang mampu menurunkan angka kemiskinan di Kota Sawahlunto dari 17,18% pada tahun 2005 menjadi 12,42% pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 angka kemiskinan turun semakin tajam dari data BPS menjadi 2,17%. Amran Nur juga berpikir kreatif untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara meningkatkan motivasi masyarakatnya dalam mengembangkan usaha dan mengembangkan objek-objek wisata ( Karakteristik pemerintah daerah sebagai pure non profit organization mempunyai keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab besar di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja pemerintah daerah harus mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi dan sosial secara komprehensif. Pengukuran kinerja pemerintah daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan (Mahsun, 2006). 2 Di negara-negara maju praktik mewirausahakan birokrasi telah diterapkan. Konsep reformasi pada sektor pemerintahan yang sering menjadi inspirasi di berbagai negara yaitu New Public Management (NPM) yang dicetuskan oleh Inggris dan Reinventing Government (RG) yang dicetuskan oleh Amerika Serikat dan telah dipratikkan pada masa pemerintahan Bill Clinton (Abdullah, 2012). Di lapangan ternyata tidak semua pengusaha dapat meningkatkan perekonomian daerah. Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S. Pane mengatakan, angka korupsi yang dilakukan oleh penjabat daerah cukup tinggi. Kasus korupsi oleh kepala daerah sebagian besar dilakukan oleh kepala daerah yang latar belakangnya adalah pengusaha dan pekerja swasta. Mereka memperlakukan keuangan daerah seperti keuangan perusahaannya sendiri dan menabrak aturan-aturan pemerintah yang ada, seperti beberapa kasus korupsi karena melanggar Keputusan Presiden No. 20 Tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa ( Penelitian-penelitian sebelumnya seperti Mahmudi (2010 a), Permana (2009), Maharani (2010), Tohopi, dkk (2012). Pada penelitian sebelumnya menyatakan terdapat perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin

3 pengusaha dan non-pengusaha dari segi kinerja pemerintah daerah yang diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia kecuali dengan penelitian Maharani (2010) dimana tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha dan bukan wirausaha. Karena penelitianpenelitian sebelumnya belum pernah meneliti tentang perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha di Sumatera, oleh sebab itu maka peneliti ingin menguji perbedaan kinerja pemerintahan daerah antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha dan non-pengusaha dengan tahun pengamatan, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun Dari uraian di atas maka peneliti mengambil judul Analisis Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah antara Pemerintah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera ). Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada 3 pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha? Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa: Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara lain: (1) Peneliti, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang kinerja pemerintah daerah, baik yang dipimpin oleh pengusaha maupun non-pengusaha. (2) Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai kinerja pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha, serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya. (3) Pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah yang lebih baik.

4 2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kinerja Pemerintah Daerah Kinerja pemerintah daerah merupakan prestasi aksi (action performance) yang diraih pemerintah daerah, dan prestasi hasil (achivement performance) yang dicapai pemerintah daerah dalam menangani kegiatankegiatan di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan (Muhammad, 2007). Pada saat diadakannya otonomi daerah kinerja pemerintah diukur dengan bagaimana pemerintah daerah mengoptimalkan pengelolaan sumber daya daerah adalah memiliki sistem pengendalian keuangan daerah yang efektif dan efisien (Mahmudi, 2010 b) Reinventing Government Pemikiran Osborne dan Gaebler (1992) tentang Reinventing Government dalam Bastian (2011), dimana perspektif baru pemerintahan terdiri dari: (1) Pemerintahan katalis, (2) Pemerintah milik masyarakat, (3) Pemerintah yang kompetitif, (4) Pemerintah yang digerakan oleh misi, (5) Pemerintah yang berorientasi pada hasil, (6) Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, (7) Pemerintah wirausaha, (8) Pemerintah antisipatif, (9) Pemerintah desentralisasi, (10) Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar Upper Echelons Theory Upper echelons theory diperkenalkan oleh Hambrick dan Mason (1984), dalam pandangan upper echelons theory yang menggunakan karakteristik individu di antaranya meliputi; umur, pengalaman kerja, pendidikan, gender, latar belakang sosial-ekonomi, kelompok heterogenitas mengaitkan karakteristik tersebut dengan kinerja organisasi (Hambrick dan Mason, 1984). Menurut upper echelons theory, karakteristik latar belakang manajerial menjelaskan pilihan strategi, dan konsekuensinya, berpengaruh terhadap kinerja Kepala Daerah yang Berlatar Belakang Pengusaha Kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha adalah kepala daerah yang memiliki pengalaman atau pekerjaan sebagai pengusaha, pemilik bisnis, atau memimpin perusahaan swasta atau sektor bisnis (Mahmudi, 2010 a). Seorang pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya sumber daya (Zimmerer et al., 2008). Entrepreneur adalah seseorang yang memutuskan untuk memulai suatu 4

5 bisnis, memperluas sebuah perusahaan, serta merupakan manajer dan penyandang resiko (Saiman, 2011) Kepala Daerah yang Berlatar Belakang Non-Pengusaha Kepala daerah yang berlatar belakang non-pengusaha adalah kepala daerah yang tidak memiliki pengalaman bekerja di sektor bisnis atau swasta, tetapi berpengalaman pada organisasi pemerintahan atau organisasi sektor publik, seperti militer dan penjabat pemerintah (birokrat) (Mahmudi, 2010 a). Mereka memiliki keuntungan besar dalam keahlian politisi. Oleh karena itu mereka memiliki pengaruh politik yang besar dan kekuasaan dalam mempersiapkan kebijakan (Van Mierlo, 1996). Pengalaman kepala daerah yang berlatar belakang nonpengusaha dalam organisasi pemerintahan mengakibatkan mereka mengetahui bagaimana memimpin pemerintah daerah atau sebuah organisasi birokrasi. 2.3 Pengembangan Hipotesis Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah antara Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha Pemerintah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha tentu berbeda dari segi gaya kepemimpinan mereka dalam mengelola daerahnya. 5 Mereka memiliki karakter yang berbeda dan pengalaman kerja yang berbeda sebelum mereka menjabat menjadi kepala daerah. Perilaku birokrat atau non pengusaha cenderung formal dan objektif pada aturan, mereka memiliki pengaruh politik yang besar dan kekuasaan dalam mempersiapkan kebijakan (Van Mierlo, 1996), sedangkan pengusaha memiliki karakter yang fleksibel, yang mampu beradaptasi dengan perubahan (Zimmerer et al., 2008). Pada penelitian Mahmudi (2010 a) dan Permana (2009), hasil penelitian mereka menyatakan kinerja antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha signifikan berbeda dilihat dari pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Maharani (2010) hasil penelitiannya mengatakan kepala daerah yang berlatar belakang wirausaha memiliki kinerja yang lebih tinggi daripada kepala daerah yang berlatar belakang bukan wirausaha yang diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, dan Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan pada tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha. Pada Penelitian Tohopi, dkk (2012) yang meneliti tentang penerapan pemerintah wirausaha di Badan Keuangan

6 Daerah provinsi Gorontalo. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan prinsip pemerintah wirausaha yang dilakukan Badan Keuangan Daerah mampu meningkatkan PAD provinsi Gorontalo, sehingga kinerja pemerintah daerah lebih baik dalam meningkatkan PAD. Dari uraian yang telah dijabarkan maka penulis menurunkan hipotesis yaitu: H 1a : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1b : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1c : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat kemiskinan antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1d : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada Indeks Pembangunan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. 3. METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera yang terdiri dari 151 kabupaten/kota. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel penelitian ini adalah kabupaten/kota di Sumatera yang melakukan publikasi data yang lengkap dari data PAD dan data PDRB dari tahun yang merupakan data untuk mencari pertumbuhan PAD dan pertumbuhan PDRB tahun , serta data kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia, dan biografi/riwayat hidup kepala daerah dalam periode pengamatan yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun Metode Pengumpulan Data Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang di ambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Untuk data pertumbuhan PAD terdapat pada Laporan Realisasi APBD melalui situs Departemen Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Data latar belakang pemimpin pemerintah daerah diambil dari riwayat hidup kepala 6

7 daerah yang diekplorasi dari website pemerintah daerah, surat kabar, dan informasi terkait lainnya. 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel 1. Kinerja Pemerintah Daerah Kinerja pemerintah daerah adalah sebagai prestasi aksi (action performance) yang diraih pemerintah daerah, dan prestasi hasil (achivement performance) yang dicapai pemerintah daerah dalam menangani kegiatan-kegiatan di dibidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan (Muhammad, 2007). Kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur dari: 1. Pendapatan Asli Daerah Untuk melihat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dapat menggunakan formulasi sebagai berikut: Pertumbuhan PAD = Dimana: PAD t : Pendapatan Asli Daerah tahun bersangkutan PAD (t-1) : Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya 2. Produk Domestik Regional Bruto Untuk data pertumbuhan PDRB digunakan adalah data PDRB pada harga konstan. Pertumbuhan PDRB dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertumbuhan PDRB = PDRB t : Pendapatan Asli Daerah tahun bersangkutan PDRB (t-1) : Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya 3. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan umumnya dilukiskan sebagai rendahnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Indikator kemiskinan diukur menggunakan Headcount Index (BPS, 2013). 4. Indeks Pembangunan Manusia IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan beberapa komponen yaitu angka harapan hidup yang, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak (BPS, 2013). 2. Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha Pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha merupakan kepala daerah yang mempunyai latar belakang pengusaha yaitu kepala daerah yang memiliki pengalaman atau pekerjaan sebagai pengusaha, pemilik bisnis, atau memimpin perusahaan swasta atau sektor bisnis sebelum dia menjadi kepala daerah (Mahmudi, 2010 a). Dimana: 7

8 3. Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Non-Pengusaha Pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha merupakan kepala daerah yang mempunyai latar belakang non-pengusaha yaitu kepala daerah yang tidak memiliki pengalaman bekerja di sektor bisnis atau swasta, tetapi berpengalaman dalam organisasi pemerintahan atau organisasi sektor publik, seperti militer dan penjabat pemerintah (birokrat) (Mahmudi, 2010 a). 3.5 Metode Analisa Data Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Analisis yang akan dilakukan penelitian ini menggunakan program SPSS dalam pengujian statistik. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas untuk mengetahui distribusi data suatu penelitian, salah satu alat digunakan adalah menggunakan uji Klomogrov Smirnov. Data residual dikatakan normal apabila nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari α = 0,05 maka data residual tidak terdistribusi normal. 2. Pengujian Hipotesis Uji Beda Untuk dapat mengetahui perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non pengusaha, maka digunakan uji beda (comparative test). Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Uji beda t-test di lakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2011). Dapat dirumuskan sebagai berikut: t = Dengan kriteria pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05, maka variance sama dan jika probabilitas < 0,05, maka variance berbeda. Penggunaan uji tersebut dilakukan untuk data yang telah terdistribusi normal dan memiliki variance data yang tidak berpasangan. Pengujian dapat berubah dengan mengunakan uji beda tidak berpasangan dengan model statistic non parametic jika variabel penelitian tidak terdistribusi normal yaitu menggunakan uji Kruskal-Wallis. Dengan kriteria pengujian: a. Jika sig < α keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel yang diuji. b. Jika sig > α keputusannya Ho diterima dan Ha ditolak kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel yang diuji. 8

9 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang di ambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Untuk data pertumbuhan PAD terdapat pada Laporan Realisasi APBD melalui situs Departemen Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Data latar belakang pemimpin pemerintah daerah diambil dari riwayat hidup kepala daerah yang diekplorasi atau dipublikasikan dari website pemerintah daerah, surat kabar, dan informasi terkait lainnya. Secara umum berdasarkan proses tahapan atau proses pencarian informasi dan data dapat diklasifikasikan pemerintah daerah yang digunakan di dalam penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Deskriptif Proses Pengambilan Sampel Keterangan Jumlah Percent Pemerintah daerah yang ada di Sumatera Pemerintah daerah yang tidak memenuhi kriteria Pemerintah daerah yang memenuhi kriteria pengambilan sampel 41 27, ,85 Pada tabel terlihat bahwa total pemerintah daerah di Sumatera berjumlah 151 kabupaten/kota, setelah diamati dan dilakukan penyeleksian berdasarkan kriteria pengambilan sampel, maka pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria berjumlah 41 kabupaten/kota atau 27,15% dari jumlah pemerintah daerah di Sumatera. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang akan diikutsertakan dalam tahap pengolahan data berjumlah 110 kabupaten/kota atau 72,85% dari jumlah pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha 27 kabupaten/kota dan yang memiliki kepala daerah yang berlatar belakang non-pengusaha 83 kabupaten/kota. 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan statistik deskriptif dari variabel penelitian yang digunakan dalam peneltian pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Keterangan Minimum Maksimum Rata- Latar Belakang Kepala Daerah Pertumbuhan PAD Pertumbuhan PDRB Rata Std Deviasi 1,00 2,00 1,7545 0, ,61 64,00 0,4030 3, ,48 0,46 0,0601 0,05306 Kemiskinan 2,17 28,19 12,4669 5,51274 IPM 66,97 79,16 73,2346 2,73140 Sumber: Hasil olah SPSS (2014) 4.3 Pengujian Normalitas Berdasarkan hasil pengujian normalitas yang telah dilakukan diperoleh 9

10 ringkasan hasil pengujian seperti yang terlihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Data Keterangan Asymp sig (2-tailed) Alpha Kesimpulan Latar Belakang 0,000 0,05 Tidak Normal Pertumbuhan PAD 0,182 0,05 Normal Pertumbuhan PDRB 0,000 0,05 Tidak Normal Kemiskinan 0,069 0,05 Normal IPM 0,136 0,05 Normal Sumber: Hasil olah SPSS (2014) Pada tabel terlihat data latar belakang dan pertumbuhan PDRB memiliki nilai asymp sig (2-tailed) di bawah 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel-variabel tersebut belum berdistribusi normal. Untuk data kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia memiliki nilai asymp sig (2tailed) di atas 0,05 dan membuktikan data kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia terlah terdistribusi secara normal, sedangkan data pertumbuhan PAD ditransformasikan ke bentuk LN dan memiliki nilai asymp sig (2tailed) di atas 0,05 dan terdistribusi normal. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa masih ada data yang belum terdistribusi normal, walaupun demikian tahapan analisis comparative tetap dapat dilakukan dengan menggunakan uji non parametic. Model pengujian statistic non parametic yang digunakan adalah Kruskal Wallis test. 4.4 Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis, maka dilakukan pengujian statistic non parametic yaitu Kruskal Wallis test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Keterangan Kategori N Mean Sig Alpha Kesimpulan Pertumbuhan Pengusaha ,76 PAD Tidak ada Non ,84 0,221 0,05 perbedaan Pengusaha Pertumbuhan Pengusaha ,46 PDRB Tidak ada Non ,84 0,910 0,05 perbedaan Pengusaha Kemiskinan Pengusaha ,78 Ada Non ,55 0,047 0,05 perbedaan Pengusaha IPM Pengusaha ,66 Ada Non ,63 0, perbedaan Pengusaha Sumber: Hasil olah SPSS (2014) Analisis Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1a terlihat rata-rata nilai pertumbuhan PAD pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 176,76 sedikit lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 161,84. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,221. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya besar dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak 10

11 terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009) dan Maharani (2010). Setiap pemerintah daerah menganggarkan dan merealisasikan PAD dan bertanggung jawab terhadap APBD kepada DPRD. Sehingga pemerintah daerah yang dipimpin oleh yang berlatang belakang pengusaha maupun non-pengusaha bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah daerah yang diatur oleh undang-undang. Pada hasil pengujian hipotesis 1b pengolahan data yang telah dilakukan terlihat rata-rata nilai pertumbuhan PDRB pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 164,46 sedikit lebih rendah dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 165,84. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,910. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya besar dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada 11 pertumbuhan PDRB antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009), dan Maharani (2010). PDRB merupakan cara mengukur pertumbuhan ekonomi, dimana sejak dimulainya otonomi daerah pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola potensi daerah yang dimiliki oleh daerah yang mereka pimpin. Sehingga baik pemerintah yang dipimpin oleh pengusaha atau non-pengusaha sama-sama memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Hasil pengujian hipotesis 1c terlihat rata-rata nilai tingkat kemiskinan pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 183,78 lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 159,55. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,047. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya kecil dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat

12 kemiskinan antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha. Pemerintah daerah memiliki tingkat kemiskinan yang berbeda dan cara yang berbeda dalam menuntaskan kemiskinan. Hasil menunjukkan kemiskinan lebih tinggi pada daerah yang dipimpin oleh pengusaha mungkin disebabkan aturan yang kurang mereka pahami sehingga pada saat mereka menjabat sebagai kepala daerah mereka masih terbiasa dengan organisasi yang bersifat profit yang mengakibatkan mereka kurang memperhatikan masyarakatnya, sedangkan non-pengusaha yang telah terbiasa dengan permasalahan masyarakat dan masalah kemiskinan karena pengalaman kerja mereka dari lingkup organisasi yang melayani masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka setidaknya tahu bagaimana memecahkan masalah kemiskinan dan penanggulangannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mahmudi (2010 a) dan Pemana (2009), dan tidak sejalan dengan penelitian Maharani (2010) hasil yang diperoleh dari penelitiannya menunjukan bahwa tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1d yang telah dilakukan terlihat rata-rata nilai Indeks Pembangunan 12 Manusia pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 146,66 lebih rendah dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 171,63. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,041. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya kecil dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada Indeks Pembangunan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks yang mengukur kesejahteraan masyarakat yang diukur dari angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besar pengeluaran per kapita. Masing-masing daerah memiliki sumber daya dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta kemampuan daya beli masyarakat yang berbeda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Hasil menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia pemerintah daerah yang dipimpin non-pengusaha lebih tinggi karena kepala daerah non-pengusaha telah mengetahui

13 tentang keadaan daerah yang mereka pimpin dan telah mengetahui bagaimana menjalankan sebuah organisasi non-profit dan berbasis pada tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah, sehingga mereka terbiasa dalam melayani masyarakat tanpa tujuan mendapatkan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009) dan Maharani (2010). Dari hasil penelitian ini dan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bukan jaminan bahwa pemerintah yang dipimpin oleh pengusaha memiliki kinerja yang baik, begitu juga pada pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha belum tentu juga memiliki kinerja yang lebih baik, untuk itu perlu eksplorasi lebih dalam dan penelitian lebih lanjut. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis hipotesis dengan menggunakan SPSS maka dari hasil analisis hipotesis penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD dan Pertumbuhan PDRB antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. (2) Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat kemiskinan dan Indeks Pembanguan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. 5.2 Keterbatasan Keterbatasan-keterbatasan yang mugkin mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. 2. Penelitian ini hanya meneliti untuk 3 tahun yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012 sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. 3. Penelitian ini hanya menilai kinerja pemerintah daerah diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penetian dan keterbatasan maka peneliti memberi saran: 1. Untuk pemerintah daerah diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja keuangan saja tetapi diharapkan dapat juga meningkatkan kinerja nonkeuangan seperti, kinerja dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Untuk penelitian selanjutnya, tidak hanya mengelompokkan latar 13

14 belakang pengusaha dan nonpengusaha, tetapi dapat juga dikategorikan berdasarkan gender dan latar belakang pendidikan pemimpin pemerintah daerah. 3. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel dan periode penelitian. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabelvariabel pengukuran kinerja pemerintah daerah lainnya, seperti pengangguran, belanja daerah, rasio kemandirian, dan kinerja lainnya yang mengakomodasi tugas dan fungsi pemerintah daerah. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, W. (2012). Entrepreneurial Birokrasi Pemerintahan. al/sorot/ _3146.html. 17 September 2012 (00:35). Badan Pusat Statistik. (2012). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha Jakarta: BPS Badan Pusat Statistik. (2013). Data Stategis BPS. Jakarta: BPS. Bastian, I. (2011). Akuntansi Sektor Publik:Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hambrick, D., dan P.Mason. (1984). Upper Echelons: The Organization as A Reflection of Its Top Managers. Academy of Management Review 9 (2): Maharani. (2010). Analisis Pengaruh Birokrasi Wirausaha terhadap Kinerja Daerah. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Mahmudi. (2010 a). The Analysis of Entrepreneurial Leader on Local Government Performance. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.. (2010 b). Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga. Mahsun. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta Muhammad, F. (2007). Signifikansi Peran Manajemen Kewirausahaan terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kasus Provinsi Gorontalo. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Pemana, A. (2009). Analisis Perbedaan Kinerja Kepala Daerah Berlatar Belakang Wirausaha dan Non Wirausaha. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Saiman, L. (2011). Kewirausahaan Teori, Praktik, dan Kasus-Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 14

15 Tohopi, R., Sangkala, Baharuddin. (2012). Kepemerintahan Berjiwa Wirausaha (Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Gorontalo). Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Van Mierlo, J.G.A. (1996). Public Entrepreneurship As Innovative Management Strategy In Public Sector A public Choice-Approach. Paper Originally Presented at the 65th Annual Conference of Southern Economic Assosiacion fairmount Hotel, New Orleans, Louisiana, United States of America November 18-20, Kepala Daerah berlatar Pengusaha Sering Lakukan Korupsi. 18 Agustus 2011 (16:38). Amran, Pengusaha Jakarta Jadi Walikota Sawahlunto. 11 Desember 2012 (15:57). Sawahlunto, dari Kota Hantu Jadi Kota Nyaman. 11 Desember 2012 (16:29). Zimmerer, T.W., Scarborough, N.M., & Wilson, D. (2008). Essentials of Entrepreneurship ang Small Business Management. Edisi 5. New Jersey: Pearson Education, Inc. 15

BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia sejak 1998 silam telah berpengaruh positif pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan perundang-undangan,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEPALA DAERAH BERLATAR BELAKANG PENGUSAHA: WUJUD REFORMASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

ANALISIS KINERJA KEPALA DAERAH BERLATAR BELAKANG PENGUSAHA: WUJUD REFORMASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA ANALISIS KINERJA KEPALA DAERAH BERLATAR BELAKANG PENGUSAHA: WUJUD REFORMASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan analisis hasil pengumpulan data penelitian dari 34 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun ) ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Jouzar Farouq Ishak Universitas Widyatama Bandung Email: jouzar.farouq@widyatama.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus Di Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2003-2011) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY berupa

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2011-2015 E-Journal Dibuat Oleh: Egi Nofrizal 022113233 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini menguji pengaruh Derajat Desentralisasi, Dana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian berbentuk deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Sampel Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA), luas wilayah, dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Temuan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal, sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2012 NASKAH PUBLIKASI DI SUSUN

Lebih terperinci

: Niken Kurniawati NPM :

: Niken Kurniawati NPM : PENGARUH PAD, DAU, DAK DAN SiLPA TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL DAN BELANJA OPERASI PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI PULAU SULAWESI Nama : Niken Kurniawati NPM : 28211356 Jurusan Pembimbing : Akuntansi

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) Renny Nur ainy 1 Desfitrina 2 Rooswhan Budi Utomo 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. 64 DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Ahmad Yani, 2008. Hubungan Keuangan antar pemerintah pusat dan Daerah di

Lebih terperinci

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (Influence Human Development Index (HDI) and Total Population

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada hasil pengumpulan data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus ( DAK ), Pertumbuhan

Lebih terperinci

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK PENGARUH RASIO EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA (Studi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2011 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang berhasil dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data. Sistematika

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN 2012-2014 Baskoro Budhi Aji Dr. Nila Tristiarini, SE.,M.Si Program Studi Akuntansi S-1, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dependen, variabel independen, dan variabel control. Pengungkapan CSR sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR Dwi Wahyu Setyowati Program Studi Pendidikan Akuntansi FPIPS ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pengujian hipotesis yang menguji pengaruh

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH Tri Ratnawati 179 UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH Oleh: Tri Ratnawati Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia. Sampel Pemerintah Daerah yang berhasil diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada Kabupaten/Kota Provinsi Banten, waktu pengumpulan data akan dilakukan pada Januari 2017 sampai Februari 2017.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh Muhammad Ikbal 1100056155 Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki kedudukan dan peranan yang sangat krusial. Berbagai macam teori maupun kebijakan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung berjumlah 14 kabupaten dan kota. Sampel yang

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.1.1. Model Pertumbuhan Ekonomi. a. Ditemukan bukti bahwa pengaruh kompetisi politik lokal di DPRD terhadap pertumbuhan ekonomi berbentuk kurve U terbalik. Pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA DENGAN MAHASISWI AKUNTANSI TERHADAP PROFESI AKUNTAN (Studi Kasus di Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah adalah kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah adalah kuantitatif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH Shining Batu : Building Entrepreneurial Bureaucratic to Improve the Competitiveness of The Regions Dipresentasikan dalam forum ekonomi Islam

Lebih terperinci

M. Rasuli Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

M. Rasuli Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Penyempurnaan Sistem Administrasi, Komitmen Dari Seluruh Komponen Organisasi, Kecukupan Sumber Daya, Dan Sistem Reward Punishment Terhadap Penyusunan APBD Berbasis Kinerja Di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal di Jawa Timur dengan menggunkan alat uji analisis regresi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial

Kata Kunci: Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial 1 Pengaruh Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada PT. Adiluhung Saranasegara Indonesia) Feisal Ananta Pertiwi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu atau menetapkan perbedaan-perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa pra reformasi / orde baru didasarkan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu atau menetapkan perbedaanperbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dampak kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN TERBUKA, KEMISKINAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2003 2007 Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B

Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B200080176 Fakultas EKONOMI Program Jurusan Akuntasi ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Abstrak Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengukur Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah seluruh pemerintah daerah (LKPD) yang laporan keuangannya tahun 2012-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah seluruh pemerintah daerah (LKPD) yang laporan keuangannya tahun 2012- BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. POPULASI DAN SAMPEL Menurut Sekaran (2006), populasi merupakan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif berhubungan dengan pengumpulan data yang dapat disimpulkan untuk mendapatkan gambaran mengenai data tersebut agar lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan kinerja keuangan perusahaan

Lebih terperinci

73 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian dilakukan melalui pengujian faktor faktor yang dapat mendorong tindakan perataan laba, yaitu struktur modal, kebijakan dividen, profitabilitas dan size

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian Pada dasarnya obyek merupakan apa yang hendak diselidiki di dalam sebuah penelitian. Ada beberapa persoalan yang perlu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian adalah penelitian Causal (sebab-akibat), yaitu penelitian untuk menguji apakah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP KESENJANGAN PENDAPATAN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP KESENJANGAN PENDAPATAN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP KESENJANGAN PENDAPATAN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Provinsi Se-Sumatera Tahun 2011-2014) Disusun sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten / Kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah dilaksanakan pada 26 April 2016, pemerintah Jawa Tengah telah menentukan arah kebijakan dan prioritas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum obyek/ subyek penelitian Perusahaan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan non- keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH ( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung ) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diteliti adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tamansari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diteliti adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tamansari BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan september 2011 lokasi penelitian yang diteliti adalah Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan pemerintah, hal ini ditandai dengan diberlakukannya otonomi daerah yang sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Otonomi daerah yang berarti bahwa daerah memiliki hak penuh dalam mengurus rumah tangganya sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 yang seluruh data keuangannya telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah serta Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah) NASKAH

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

Dwi Susilo, Kartono Muhammad (Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan) Abstract

Dwi Susilo, Kartono Muhammad (Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan) Abstract DAMPAK MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA SETELAH LULUS KULIAH PADA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEKALONGAN The Impact of Entrepreneurship Course

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB) PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB) (Studi Empiris Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF Dari data yang diperoleh sebanyak 45 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2011 diperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI I Gede Dwi Purnama Putra I Made Adigorim Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota, akan tetapi ada penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH ATIKAH UKHTI MULYANI Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. Sampling Jenuh, yaitu teknik Sampling yang semua anggota populasi

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. Sampling Jenuh, yaitu teknik Sampling yang semua anggota populasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan melakukan analisis pada sektor pemerintahan di provinsi Jawa Timur. Dimana penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipilih karena sektor tersebut rawan terhadap kasus financial distress. Selain

BAB III METODE PENELITIAN. dipilih karena sektor tersebut rawan terhadap kasus financial distress. Selain BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan berbagai daerah dan kepulauan yang tersebar dalam 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. Sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah merasakan dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah menyebabkan pemerintah daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal 1 Muhammad Miftah Falah, 2 Sri Fadilah, dan 3 Edi Sukarmanto 1,2,3 Prodi Akuntansi,

Lebih terperinci

Dewi et al., Pengaruh Pengetahuan Tentang Akuntansi Sumber Daya Manusia dan Top Management...

Dewi et al., Pengaruh Pengetahuan Tentang Akuntansi Sumber Daya Manusia dan Top Management... 1 Pengaruh Pengetahuan Tentang Akuntansi Sumber Daya Manusia dan Top Management Support terhadap Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur (Effect of Knowledge about

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci