TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan mengenai kutu putih, meliputi sifat biologi, morfologi, gejala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan mengenai kutu putih, meliputi sifat biologi, morfologi, gejala"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan mengenai kutu putih, meliputi sifat biologi, morfologi, gejala serangannya dan jenis insektisida nabati yang dapat dipergunakan untuk pengendalian kutu putih akan diuraikan di bawah ini. I. Kutu Putih (Hemiptera:Pseudococcidae) a. Bioekologi Kutu putih (Famili: Pseudococcidae) termasuk dalam Superfamili Coccoidea. Kutu ini mempunyai tipe alat mulut menusuk menghisap. Serangga ini disebut kutu putih karena seluruh tubuhnya ditutupi oleh lilin yang dikeluarkan oleh trilocular pore pada kutikula melalui proses sekresi. Lilin-lilin ini merupakan salah satu ciri morfologi untuk mengidentifikasi spesies imago betina. Imago betina tidak aktif bergerak dan berkembang setelah melalui proses ganti kulit (moulting) (Kalshoven 1981; Williams 2004). Beberapa spesies anggota famili Pseudococcidae merupakan hama penting baik pada tanaman pangan, tanaman hias maupun buah-buahan. Serangga hama ini menyerang dengan cara menusukkan stiletnya ke jaringan tanaman, khususnya bagian phloem dan menghisap cairan dalam pembuluh tersebut. Dapat pula bersembunyi di bagian pangkal daun, di kaliks, diantara pelepah daun dan batang atau di mahkota bunga (Sartiami, 2011)

2 Tubuhnya berukuran sangat kecil dan mampu bersembunyi di lekukan-lekukan bagian tanaman yang diserangnya (Gambar 1). Gambar 1 : Kutu Putih (Dysmicoccus brevipes) Sumber: brevipes habitus.sel.barc.usda.gov. Dysmicoccus mempunyai dua ras yaitu D. brevipes (Cockerell) mealybug nanas yang diproduksi dengan cara non seksual dan D. neobrevipes Beardsley yang berwarna abu-abu dan merupakan biseksual. Sistem reproduksi non seksual serangga D. brevipes melalui proses partenogenesis yaitu larva betina terjadi tanpa adanya fertilisasi dari serangga jantan. Spesies ini tidak bertelur, sebaliknya ovovivipar yang berarti hidup muda sebagai larva (Ronald & Jayma, 2007) Dysmicocus brevipes menurut Ito (1938), berwarna merah muda dan lebih dikenal dengan sebutan mealybug nanas. Serangga ini melewati tiga tahap larva sebelum menjadi dewasa. Larva yang lebih dikenal dengan sebutan crawler adalah tahap utama penyebaran spesies kutu putih. Larva mempunyai rambut panjang yang membantu penyebarannya melalui angin. Larva tetap berlindung di bawah tubuh imago dewasa sebelum diselubungi oleh lapisan lilin. Tahap larva berlangsung selama hari untuk instar pertama, 6-22 hari untuk instar kedua dan 7-24 hari untuk instar ketiga. Periode larva total bervariasi dari hari, dan rata-rata sekitar 34 hari (Ronald & Jayma, 2007).

3 Menurut Williams (2004), terdapat 124 spesies Dysmicoccus. Kutu putih Dysmicoccus cepat berkembang di daerah sub tropis sampai ke daerah tropis. Betina dewasa dapat menghasilkan keturunan sekitar crawler. Siklus hidup betina dewasa bervariasi dari hari, rata-rata sekitar 56 hari (Ronald & Jayma, 2007). Dysmicoccus brevipes merupakan hama penting pada pertanaman buah dengan sebaran inang yang luas mencapai 100 jenis spesies. Menyerang tanaman nanas dan bromelidae lainnya, annona, pisang, seledri, jeruk, kopi, katun, euphorbia, gliricidia, hibiscus, rumput hilo, murbei, nutgrass, anggrek (Ronald & Jayma, 2007), manggis (Chamaiporn, 2011), apel, tebu, pear, akasia, bunga matahari, jahe dan lain-lain (John, 1959). Menyebar mulai dari Afrika, Australia, Amerika Tengah dan Selatan, India dan seluruh Pasifik (Ronald & Jayma, 2007), serta Asia Tenggara (William, 2004). Dysmicoccus lepelleyi lebih dikenal dengan annona mealybug dan mempunyai kemiripan dengan D. brevipes. Umumnya menyerang tanaman buah tropis seperti Annona, Artocarpus, Mangifera, Garcinia, Psidium dan Citrus. Spesies ini tersebar luas di Asia Selatan yang meliputi negara Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam (Williams, 2004). Exallomochlus hispidus mempunyai kisaran inang yang sangat luas dikenal dengan cocoa mealybug, sering ditemukan pada buah Annona muricata, Theobroma cacao, Cocos nucifera, Licula spinosa, Durio zibethinus, Garcinia mangostana, Lansium domesticum, dan Nephelium lappaceum (Williams, 2004), di negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam (Williams & Watson, 1998).

4 b. Morfologi Menurut Williams (2004) imago betina kutu putih memiliki morfologi tubuh yang khas (Gambar 2). Gambar 2: Sketsa tubuh imago betina kutu putih secara umum Sumber : Williams & Watson, (1998) Bagian-bagian tubuh tersebut dapat dijadikan pembeda untuk setiap spesies (Williams & de Willink 1992; Williams & Watson 1998; Williams 2004), diantaranya :

5 Tubuh. Kutu putih memiliki bentuk tubuh memanjang, oval atau bulat. Ukuran panjang sekitar 0,5-8,0 mm. Pada abdomen bagian ventral terdapat vulva yang terletak di antara segmen VII dan VIII, yang segmen pertamanya dimulai di samping tungkai belakang. Antena. Umumnya antena terdiri dari 6-9 segmen, namun kadang 2-5 segmen. Segmen terakhir lebih lebar dan lebih panjang daripada segmen kedua dari belakang. Ostiol. Famili ini memiliki ostiol 2 pasang, pada protoraks dan segmen VI. Kadang tidak ada, atau ada tetapi hanya sepasang pada bagian posterior. Contohnya pada genus Planococcus dan Pseudococcus. Tungkai. Famili Pseudococcidae memiliki tungkai yang berkembang normal. Genus Planococcus tidak memiliki dentikel pada kuku tarsus dan memiliki translucent pore di permukaan koksa, femur dan tibia tungkai belakang dan jarang pada trokanter. Cincin Anal. Organ ini terletak pada ujung abdomen bagian ventral, berfungsi untuk mengeluarkan embun madu yang merupakan limbah dari pencernaan kutu. Porus. Famili ini umumnya memiliki 4 jenis porus (pore) yaitu : a. Trilocular pore (porus trilokular), terdapat pada tubuh bagian ventral dan dorsal, berbentuk segitiga, dan berfungsi menghasilkan lilin yang menutupi tubuhnya. b. Multilocular disc pore (lempeng porus multilokular), terdapat disekitar vulva atau terkadang dibagian dorsal, berfungsi membuat kantung telur

6 atau melindungi telur-telur yang diletakkan oleh imago betina. Spesies yang memiliki pori ini biasanya bersifat vivipar. c. Quinquelocular pore (porus quinquelocular), terdapat pada permukaan ventral dan sangat jarang pada bagian dorsal, berbentuk segi lima, berfungsi sama dengan trilocular pore, dan hanya dimiliki oleh genus Planococcus dan Rastrococcus. d. Discoidal pore (porus diskoidal), berupa lingkaran sederhana dan menyebar diseluruh permukaan tubuh, kadang sebesar trilocular pore dan berbentuk cembung pada bagian posterior, dorsal dan mata. Salah satu spesies yang memiliki discoidal pore di sekitar mata yaitu Dysmicoccus brevipes. Seta. Bentuk seta pada famili ini biasanya berbentuk kerucut, lanseolat atau truncate. Biasanya bentuk dan jumlah seta digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Tubular duct. Organ ini terdiri dari 2 bentuk yaitu: oral collar tubular duct dan oral rim tubular duct. Oral collar tubular duct menghasilkan lilin untuk membentuk kantung telur dan terdapat pada bagian ventral. Oral rim tubular duct umumnya sering ditemukan pada serangga yang bersifat ovipar (bertelur), umumnya berbentuk lebih besar daripada oral collar tubular duct. Vulva. Organ ini hanya dimiliki oleh kutu putih yang telah mencapai fase imago, terletak pada bagian ventral antara segmen VII dan VIII. Serari. Organ ini hanya dimiliki oleh famili Pseudococcidae dan biasanya berjumlah 1-18 pasang serari, dan terletak di bagian sisi tubuhnya yang berfungsi sebagai penghasil tonjolan lilin lateral. Pada bagian posterior terdapat 2 pasang

7 serari, yaitu serari lobus anal dan serari penultimate. Pada bagian anterior terdapat 3 pasang serari yang disebut dengan frontal, preokular dan okular. Lobus Anal. Organ ini berbentuk bulat dan agak menonjol, terletak di sisi cincin anal dan masing-masing lobus anal memiliki seta apikal (Williams, 2004; Williams & Watson, 1998). c. Gejala Serangan Penyebaran kutu Dysmicoccus dapat disebabkan oleh angin, bibit, manusia, serangga lain dan burung. Keberadaan kutu yang cukup tinggi dan bersifat polipag mempunyai potensi menyebar yang sangat cepat. Sifat biologisnya merusak tanaman dengan cara menusuk menghisap cairan tanaman serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya khlorosis, kerdil, malformasi daun, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan eksudat berupa embun madu sampai menimbulkan kematian tanaman. Kutu putih ini memiliki potensi merugikan secara ekonomis yang cukup tinggi (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011). Kutu putih merusak penampilan buah manggis. Kutu muda hidup dan menghisap cairan kelopak bunga, tunas atau buah muda. Kutu dewasa mengeluarkan cairan madu berupa tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya (Kuntarsih, 2005). yang selanjutnya dapat menarik semut hitam dan menyebabkan timbulnya jelaga pada buah. Walaupun rasa buah kurang terpengaruh, kulit buah yang kotor menyebabkan kualitas buah menurun (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006)..

8 Kuncup bunga dan buah muda yang diserang menjadi kering karena kehabisan cairan. Buah yang diserang menimbulkan penurunan kualitas (Gambar 3), sehingga kutu putih memiliki potensi merugikan secara ekonomis yang cukup tinggi.. (a) (b) Gambar 3 : (a) Buah terserang kutu putih, (b) Buah manggis sehat Sumber: (diunduh 27 Juli 2012) d. Pengendalian Kutu Putih 1. Cara kultur teknis - Mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi; - Mengurangi kepadatan buah. - Pembungkusan buah - Sanitasi terhadap areal pertanaman (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006) 2. Cara Hayati - Menggunakan musuh alami seperti parasitoid prepupa Aenasius cariocus dan Anagyrus ananatis. Predator Cryptolaemus montrouzieri, Lobodiplosis pseudococci, Nephus bilucernarius dan lainnya (Ronald & Jayma, 2007).

9 3. Cara Kimiawi - Mencegah semut dengan memberi kapur anti semut; - Menyemprot dengan insektisida dan fungisida yang efektif dan terdaftar (bila ada jelaga hitam) (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006). II. Insektisida Nabati Ada tiga jenis bahan alami yang dapat digunakan sebagai insektisida yaitu bahan mineral, bahan nabati dan bahan hewani. Dari ketiga bahan alami tersebut, bahan nabati merupakan cadangan yang paling besar dan bervariasi. Hingga saat ini setidaknya terdapat lebih dari 2000 jenis tanaman dilaporkan mempunyai sifatsifat insektisidal. Kriteria tanaman yang dapat dijadikan sebagai insektisida diantaranya adalah (a) mudah dibudidayakan, (b) tanaman tahunan, (c) tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tanaman, (d) tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, (e) mempunyai nilai tambah, dan (f) mudah diproses (Dessy 2006). Pestisida botani adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida botani dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal (Hendayana, 2011). Berbeda dengan insekisida sintetis, insektisida botani umumnya tidak dapat langsung mematikan serangga yang disemprot. Akan tetapi insektisida ini

10 berfungsi sebagai : (1) repellent, yaitu senyawa penolak kehadiran serangga disebabkan baunya yang menyengat dan mencegah serangga meletakkan telur serta menghentikan proses penetasan telur; (2) antifeedant, yaitu senyawa yang mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot terutama disebabkan rasanya yang pahit; (3) racun syaraf; dan (4) attractant, yaitu senyawa yang dapat memikat kehadiran serangga yang dapat dipakai sebagai perangkap serangga (Ramulu, 1979). Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida botani sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula. Hal ini disebabkan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2009). Pestisida botani bahan aktifnya dapat berasal dari bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Thamrin et al., 2011). a. Nimba (Azadirachta indica A. Juss) Tanaman Nimba (Azadirachta indica) (Meliaceae) dikenal di Asia dan Afrika, dan hampir setiap bagian dari tanaman ini digunakan sebagai obat. Tanaman ini biasanya dikenal dengan sebutan Neem tree. Banyak dari tanaman

11 ini yang menarik bagi orang kimia tanaman untuk dijadikan obat dan pestisida. Senyawa aktif yang dihasilkan yaitu tetranortriterpenoid 22,23-dihydronimocinol dan octanortriterpenoid desfurano-6α-hydroxyazadiradione. Sejauh yang diketahui meliacin 7α-senecioyl-(7-deacetyl)-23-O-methylnimocinolide berasal dari ekstrak daun dan biji nimba. Insektisida dari ekstrak ini dapat membunuh larva nyamuk (Anopheles stephensi) pada instar ke empat (Siddiqui et al., 2002). Hasil penelitian Sara et al. (2004) ditemukan bahwa ekstrak nimba dapat mengendalikan penyakit malaria dalam tahap infeksi lanjut, anti kesuburan, anti jamur, anti bakteri dan anti diabetes. Ilmu kedokteran saat ini sedang mengembangkan penelitian terhadap nimba dan manfaatnya bagi kesehatan. Untuk pengaruh tingkat efek samping terhadap mahluk hidup telah dicoba kepada tikus betina. Tikus betina diberi beberapa tingkatan dosis mulai 2,0 sampai 4,6 ml/kg bb, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 2,0 ml/kg bb berpengaruh terhadap kesuburan tikus. Standar keamanan untuk faktor efek samping adalah 0,2 ml/kg bb. Hal ini menjadi faktor keselamatan standar keamanan bagi mahluk hidup, intra dan antar spesies, dan diketahui untuk seorang dewasa berat 70 kg dapat mengkonsumsi daun nimba yang belum diproses sejumlah 18,5 mg tanpa menimbulkan efek samping (Sara et al., 2004). Nimba merupakan tanaman pohon dengan tinggi m dan berakar tunggang. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial dan berwarna coklat. Daun majemuk berukuran cm, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, tulang daun menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjang dan berwarna hijau. Bunganya majemuk, berkelamin dua, letaknya di ujung cabang,

12 tangkai silindris, panjang 8-15 cm. Inisiasi bunga terjadi selama periode yang singkat sekitar lima minggu dengan bunga yang membuka secara berturut-turut. Waktu berbunga dan berbuah bervariasi, biasanya tanaman berbunga dan berbuah pada bulan September sampai Desember (Chamberlain et al., 2000). Buah halus, berbiji kadang dua atau tiga biji, berbentuk bulat telur berwarna hijau dan kekuningan bila telah matang, berdiameter ± 1 cm (Gambar 4). Gambar 4 : Biji Nimba Sumber : ( Diunduh 10 Agustus 2011) Benang sari silindris dan berwarna putih kekuningan. Putik lonjong dan berwarna coklat muda. Tanaman akan menghasilkan buah setelah berumur 3-5 tahun dan akan produktif menghasilkan buah selama 10 tahun dan dapat memproduksi hingga 50 kg buah pertahun perbatang tanaman. Nimba mengandung bahan aktif azadiraktin (C 35 H 44 O 16 ), meliantriol, salanin dan nimbin (Subiyakto, 2009). Kandungan Azadiraktin dalam biji nimba sebesar 2-4 mg azadiraktin per gram biji kering. Azadiraktin mengandung sekitar 17 komponen sehingga sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagai pestisida. Kematian hama akibat dari penggunaan nimba terjadi pada pergantian instar-instar berikutnya atau pada proses metamorfosis.

13 Azadiraktin tidak membunuh hama secara cepat, tetapi akan berpengaruh pada berkurangnya daya makan, mengganggu pertumbuhan dan daya reproduksi hama. Salanin bekerja sebagai penghambat makan serangga, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan, menghambat pembentukan kitin dan komunikasi seksual. Senyawa nimbin bekerja sebagai anti virus, sedangkan meliantriol sebagai penolak serangga (Subiyakto, 2009). Pemanfaatan biji nimba sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu serbuk dan ekstrak. Cara pertama adalah cara sederhana dibuat menjadi serbuk. Biji nimba dikeringkan, dibuat menjadi serbuk halus, direndam dalam air, disaring dan siap untuk diaplikasi (Subiyakto, 2009; Dwi & Nurindah, 2009). Pemanfaatan cara pertama ini telah dipraktekkan dalam budidaya kapas di Lamongan. Cara kedua adalah dengan mengekstrak, yaitu biji nimba yang berbentuk serbuk dilarutkan dalam pelarut organik. Cara kedua umumnya dilakukan untuk skala industri. Ekstrak biji nimba diformulasikan menjadi formula cairan berwarna kuning dengan kandungan bahan aktif azadiraktin 0,8-1,2% (Subiyakto, 2009). Beberapa produk pestisida berbahan aktif azadiraktin yang telah terdaftar di Indonesia yaitu Nospoil 8EC (Azadiraktin 8 g/l), Natural 9WSC (azadiraktin 9 g/l) dan Nimbo 0,6AS (azadiraktin 0,6 g/l). Namun produk tersebut jumlahnya masih sangat terbatas dan sulit diperoleh. Di luar negeri beberapa produk pestisida sejenis yang sudah dikomersilkan antara lain NemAzal- T/S (azadiraktin 1%), Margosan-O (azadiraktin 0,3%), Azatin (azadiraktin 3%) dan Bioneem (Khanna, 1992). Nimba efektif membunuh lebih dari 200 jenis serangga hama dan relatif sulit menimbulkan resistensi dibandingkan insektisida kimia. Keuntungan lainnya

14 disebabkan nimba mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, sedikit racun kontak dan aman bagi mahluk hidup lainnya yang bukan menjadi sasaran. Formula ekstrak biji nimba dalam bentuk serbuk telah dilaporkan mampu menghambat perkembangan penggerek buah H. armigera pada tanaman kapas, dimana hasilnya tidak berbeda dengan penggunaan insektisida sintetik berbahan aktif asefat dan deltametrin (Dwi & Nurindah, 2009). Insektisida ini dilaporkan aman bagi parasitoid telur Trichogramma chilonis, laba-laba, parasitisasi Diaeretiella rapae terhadap Myzus persicae. Selain itu nimba juga tidak mempunyai efek negatif terhadap parasitoid larva Plutella xylostella yaitu Diadromus collaris, bahkan mempunyai efek sinergis terhadap parasitisasi Cyrtopelthis plutellae sehingga dapat dikatakan nimba aman bagi musuh alami dan dapat dipadukan dalam pengendalian hayati (Dwi & Nurindah, 2009). Pemanfaatan nimba sebagai larvasida juga dilaporkan mampu menyebabkan mortalitas ulat jarak (Achea janata) 79,7 100%, mengganggu pertumbuhan larva ulat grayak (Spodoptera litura), dan ulat tembakau (Helicoverpa armigera) hingga mati (Subiyakto, 2009), mengendalikan hama buah kapas Bemisia spp. di India. Salah satu perusahaan eksportir buah jeruk di Kalimantan Barat menggunakan ekstrak nimba untuk perlakuan buah yang bebas residu pestisida, karena Singapura memberlakukan syarat yang ketat untuk residu pestisida kimia. Juga pertanaman tembakau di Jember untuk mengurangi residu pestisida kimia, mereka menggunakan aplikasi ekstrak nimba pada saat mendekati panen agar dapat diterima di pasar internasional (Subiyakto, 2009).

15 b. Mahoni (Swietenia mahogani JACQ.) Kayu dari pohon Swietenia mahogani JACQ (Meliaceae) banyak dibutuhkan penduduk asli India bagian barat dan ditanam di negara tropis. Biji dari tanaman ini digunakan untuk mengobati hipertensi, diabetes dan malaria di Indonesia. Dilaporkan isolasi dari biji ini ada 2 tetranortriterpenoids, methyl angolensate (16) dan methyl 6-hydroxyangolensate. Biji mengandung swietenin A, swietenin B, swietenin C, swietenin D, swietenin E, swietenin F, 3-Oacetylswietenolide, 6-O-acetylswietenolide, 3-O-tigloyl-6-O-acetylswietenolide, swietenine, swietenine acetate, swietenolide, 3-6-O,O-diacetylswietenolide, 3-Otigloylswiwtenolide, khayasin T, proceranolide, methyl angolensate, 7-deacetoxy- 7-oxogedunin, 6α-acetoxygedunin (Kadota et al., 1990). Biji mahoni berwarna coklat (Gambar 5), mengandung senyawa swietenin yang bersifat sebagai Gambar 5: Biji Mahoni Sumber: ( Diunduh 10 Agustus 2011) anti feedant dan penghambat pertumbuhan pada serangga (Rosyidah, 2007; Prijono, 2003), yang bekerja sebagai racun perut dan penghambat makan (Rachmawati & Eli, 2009).

16 Ekstrak biji mahoni dapat menurunkan populasi hama tanaman caisin. Ekstrak biji mahoni pada konsentrasi 5% dapat memberi penghambatan makan 100% larva P. xylostella. Sedangkan pada konsentrasi 2% ekstrak biji mahoni dapat menyebabkan penghambatan makan 92,9% larva P. xylostella. Menurut Prijono (2003) ekstrak biji mahoni pada konsentrasi 0,25% dapat menyebabkan kematian larva C. pavonana 10,4% pada instar 2 dan 43,7% pada instar 2-3 dengan residu pada daun brokoli yang terkena paparan selama dua hari (Bayo et al., 2006). c. Srikaya (Anona squamosa L.) Srikaya merupakan perdu tahunan atau berupa pohon kecil dengan tinggi 2-7 m. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis di tanah berbatu, kering dan terkena cahaya matahari langsung. Srikaya dapat tumbuh pada ketinggian m dpl. Daun kaku, bertangkai, letak berselingan, bentuk elips memanjang, ujung tumpul, tepi rata, panjang 6-17 cm, lebar 2,5-7,5 cm dan berwarna hijau. Buah majemuk berbentuk bola dengan garis tengah 5-10 cm, permukaannya tidak rata, berwarna hijau dan daging buahnya berwarna putih. Diantara daging buahnya terdapat biji berwarna hitam mengkilat jika sudah masak (Gambar 6). Gambar 6: Biji Srikaya Sumber: (Diunduh 10 Agustus 2011)

17 Tanaman srikaya berakar tunggang dan perbanyakan tanaman ini umumnya dilakukan dengan biji. Tanaman ini juga dilaporkan mengandung senyawa bioaktif yang bekerja sebagai insektisida yang bersifat menekan nafsu makan (antifeedant). Terdapat sepuluh spesies tanaman anggota Annonaceae yang mengandung bahan insektisida termasuk A. squamosa yang mengandung senyawa golongan gliserida dan beracun bagi kutu manusia dan hewan (Wiryadiputra, 1998). Biji srikaya mengandung 42-45% lemak, bersifat racun kontak dan perut terhadap serangga (Wardhana et al., 2005), mengandung senyawa annonacin-a, squamosten-a, neoannonin, squamocin-i, squamocin-k, squamocin-n, squamocin-e, squamocin, annonin-iii, squamocin-b, squamocin-d, squamocin-f, squamocin-a, squamocin-d, squamocin-e (golongan asetogenin) (Polo et al., 1995). Biji diekstrak dengan menggunakan heksan (Luis et al., 2010) dan etanol 95% setelah terlebih dahulu dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Ekstrak minyak diperoleh melalui proses penyaringan dan terkondisi dalam vakum rotary evaporator (Tylor et al., 2011). Pemberian ekstrak biji srikaya dengan konsentrasi 0,50% pada media pertumbuhan larva Chrysomya bezziana dilaporkan menyebabkan kematian dan kegagalan menjadi imago hingga 100% (Wardhana et al., 2005). Ekstrak biji srikaya juga telah dilaporkan dapat mengendalikan Tribolium castaneum (Khalequzzaman & Sulthana, 2006), Myzus persicae (Luis et al., 2010), nyamuk Aedes aegypti (Luis et al., 2010; Tylor et al., 2011). Menurut Luis et al. (2011) family Annonaceae (sekitar 128 genera) umumnya dikenal sebagai insektisida dan sebahagian besar terdapat di Amerika

18 dan Asia. Awalnya tanaman ini merupakan tanaman liar dan kini dibudidayakan untuk buah-buahan yang dapat dimakan di Eropa. Daunnya digunakan sebagai insektisida dan antispasmodik dan digunakan dalam pengobatan rematik dan limpa. Tanaman ini dilaporkan memiliki zat analgesik, anti-inflamasi, anti-piretik, anti-ulcer dan anti-septik. Secara farmakologis studi anti-bakteri dan antiovulatory telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak biji. d. Lidah buaya (Aloe vera) Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Dibanyak negara, tanaman ini banyak digunakan sebagai obatobatan dan terapi kesembuhan (Eshun & He, 2004). Ada dua sumber cairan (liquid) pada lidah buaya, yaitu lateks yang berwarna kuning yang merupakan eksudat tanaman dan gel yang berwarna bening. Keduanya merupakan proses yang terjadi pada sel parenkim daun (Ni et al., 2004). Dibidang kesehatan, yang umum digunakan adalah gel lidah buaya untuk mengatasi gangguan jantung, menurunkan kolestrol, dan kadar trigliserida di dalam darah. Selain itu tanaman ini juga digunakan mengobati beberapa penyakit seperti diabetes, kanker, alergi, dan AIDS (Reynolds & Dweeck, 1999). Walaupun banyak dilaporkan gel lidah buaya digunakan untuk kesehatan dan terapi kesembuhan, beberapa laporan menjelaskan tentang aktivitas antifungal gel lidah buaya dalam melawan cendawan patogenik. Akhir-akhir ini ada peningkatan penggunaan gel lidah buaya pada industri makanan yang mempengaruhi kualitas akhir suatu produk. Beberapa laporan menjelaskan gel lidah buaya dapat berfungsi sebagai pengawet alami. Hal ini

19 disebabkan karena adanya enzim oksidase sebagai sifat antioksidan dalam gel lidah buaya. Pengawet ini dapat meningkatkan daya simpan buah khususnya buah yang langsung dimakan tanpa mengupas kulitnya. Hal ini disebabkan adanya sifat antioksidan dan gel lidah buaya dapat membuat lapisan seperti lilin ketika dilapisi ke buah sehingga akan tetap menjaga kualitas kulit buah (Ni et al., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah-buahan Taksonomi Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta atau tumbuhan biji. Biji berasal dari bakal biji yang biasa disebut makrosporangium,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulat grayak (Spodoptera litura F., Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Pertanian Indonesia ini tidak lepas dari sumber produksi

Lebih terperinci

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba (Azadirachta indica I.) Tanaman Mimba merupakan tanaman asli asia Afrika. Di Indonesia banyak dijumpai di Jawa dan Bali utamanya di daerah jawa Timur. Klasifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi

Lebih terperinci

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini secara luas dapat ditanam di dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hama Helopeltis spp Klasifikasi hama Helopeltis spp adalah sebagai berikut: Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, Kelas: Insekta, Ordo: Hemiptera, Sub Ordo: Heteroptera, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida sintetik telah menimbulkan banyak efek yang membahayakan bagi kesehatan. Salah satunya adalah timbulnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman(opt). Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

POTENSI MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI

POTENSI MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI POTENSI MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Oleh : Nuryanti, SP BBPPTP Surabaya Pendahuluan Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji, batang) berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian etnobotani terdiri dari dua suku kata, yaitu etno (etnis) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian etnobotani terdiri dari dua suku kata, yaitu etno (etnis) dan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Etnobotani 1.1.1 Pengertian Etnobotani Pengertian etnobotani terdiri dari dua suku kata, yaitu etno (etnis) dan botani. Kata etno berarti masyarakat adat/kelompok sosial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) merupakan salah satu hama utama tanaman kubis selain Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Di Jawa Barat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawi Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae yang mempunyai ekonomi tinggi. Tanaman sawi berasal dari Tiongkok (cina) dan Asia Timur. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Larva Aedes aegypti 1. Klasifikasi Aedes aegypti Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah sebagai berikut (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:217): Divisi : Arthropoda Classis : Insecta

Lebih terperinci

(HEMIPTERA: BOGOR BUSTANUL

(HEMIPTERA: BOGOR BUSTANUL KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTU PUTIH (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE) PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BOGOR BUSTANUL ARIFIN NASUTION DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak ditanam oleh para petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan

Lebih terperinci

Pembuatan Pestisida Nabati

Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida Nabati Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida yg bahan dasarnya dari tumbuhan Bukan utk meninggalkan pestisida buatan melainkan sbg alternatif menghindarkan ketergantungan & meminimalisir pestisida

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah

PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat julukan ratunya buah (queen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kakao. Menurut Karmawati, Mahmud, Syakir, Munarso,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica juncea

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Budidaya tanaman cabe merupakan kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan hama yang umum menyerang tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUTU PUTIH PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN INSEKTISIDA BOTANI

PENGENDALIAN KUTU PUTIH PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN INSEKTISIDA BOTANI PENGENDALIAN KUTU PUTIH PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN INSEKTISIDA BOTANI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik

Lebih terperinci

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram. POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata, L.) SEBAGAI INSEKTISIDA KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae, Sulz) PADA DAUN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/2016 12:53:12 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Pertanian (MSI 57).indd2 2 25/08/2016 12:53:16 Ekstrak Biji Mimba, Ampuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan suatu pestisida yang dibuat dari tumbuhtumbuhan yang residunya mudah terurai di alam sehingga aman bagi lingkungan dan kehidupan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengendalian produk hasil pertanian berupa biji-bijian di Indonesia sebagian besar menggunakan cara mekanik dan pestisida sintesis. Hama yang menyerang produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh Organisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pare (Momordica ) merupakan tumbuhan dataran rendah yang seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 2002 dalam Irwanto, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap efektif. Menurut Sastrosiswojo, 1990 (Kasumbogo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera exigua Hubner. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera exigua Hubner dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional selalu meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk disamping berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

PENGARUH BIJI SRIKAYA DAN DAUN SIRSAK TERHADAP MORTALITAS Spodoptera litura di LABORATORIUM I. PENDAHULUAN

PENGARUH BIJI SRIKAYA DAN DAUN SIRSAK TERHADAP MORTALITAS Spodoptera litura di LABORATORIUM I. PENDAHULUAN PENGARUH BIJI SRIKAYA DAN DAUN SIRSAK TERHADAP MORTALITAS Spodoptera litura di LABORATORIUM I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan hama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembudidayaan tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat organisme pengganggu tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray)

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray) Sistematika tanaman kembang bulan dalam Herbarium Bandungense (2009) adalah : Kelas Magnolioipsida, Subkelas Asteridae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di antara berbagai jenis hasil pertanian, sayuran merupakan bahan pangan penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya adalah kubis. Kubis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis rumput-rumputan dan hanya tumbuh di daerah beriklim tropis termasuk Indonesia. Dalam marga Saccharum

Lebih terperinci