BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Pada dasarnya penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur pengakuan (acknowledgment) belum pernah dilakukan, akan tetapi banyak penelitian yang hampir sama. Hanya saja bentuk tidak tuturnya yang berbeda misalnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Widyaningrum (2007) mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan wujud tuturan direktif guru dalam dalam proses belajar mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut menghasilkan wujud tuturan guru TK dalam proses belajar mengajar terbagi menjadi enam bentuk yaitu (1) tuturan requestives (meminta), (2) questions (bertanya), (3) requirement (memerintah), (4) prohibitives (melarang), (5) permissives (menyetujui) dan (6) advisories (menasehati). Penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan fungsi dari masingmasing jenis tindak tutur pengakuan (acknowledgment) guru dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto yang meliputi (1) Apologize (Meminta maaf), 9

2 10 (2) Condole (Mengucapkan belasungkawa), (3) Congratulate (Mengucapkan selamat), (4) Greet (Mengucapkan salam), (5) Thank (Mengucapkan terimakasih) dan No Thanks (Berterima kasih tetapi menolak), (6) Reject (Menolak), (7) Recept (Menerima) dan (8) Bid (Harapan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti lakukan jelas berbeda dengan penelitian Widyaningrum. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa penelitian Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran perlu dilakukan karena berbeda dengan penelitian sebelumnya. Untuk hasil penelitian yang menjelaskan permasalahan di atas, peneliti menjelaskannya dalam bab hasil penelitian dan pembahasan. B. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa Menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antar lambang dengan yang dilambangkannya. Sementara menurut Aslinda dan Leni Syafyahya (2010: 1-2) mengemukakan bahwa bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5) bahasa adalah manifestasi atau alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang. Lebih jauh lagi, bahasa adalah kedirian manusia. Hal itu karena dengan

3 11 menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, maka bahasa selalu mempresentasikan pribadi orang. Hal ini senada diungkapkan oleh Saphir (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5) bahwa bahasa selalu mempresentasikan pikiran dan perasaan orang, artinya, pada tataran permukaan, tentu bahasa yang diucapkan oleh orang marah dengan seorang yang bahagia tentu berbeda. Setiap orang memiliki karakteristik sendiri dalam berbahasa. Karakteristik itu mencerminkan kepribdaian pemakainya. Pada wilayah ini, bahasa yang menjadi pusat kajian keilmuan (linguistik) adalah bahasa verbal yaitu, bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (lisan). Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri antara manusia satu dengan manusia yang lain. Penggunaan bahasa pastinya akan menimbulkan interaksi antar manusia satu dengan manusia lain dengan tujuan baik untuk mendapatkan maupun menuangkan perasaan, ide dan gagasan. Fungsi bahasa dapat diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu. (Halliday, 1992 :20). Jika dinyatakan dengan pengertian yang paling rampat yaitu orang melakukan sesuatu dengan bahasa mereka; yaitu dengan cara bertutur dan menulis, mendengarkan dan membaca, mereka berharap dapat mencapai banyak sasaran dan tujuan. Berkaitan dengan fungsi bahasa, Keraf (2004: 3-7) mengungkapkan bahwa bahasa memiliki empat fungsi yaitu:

4 12 1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurangkurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita; 2. Alat komunikasi Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama warga; 3. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang lain. Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku dan tata krama masyarakatnya; 4. Alat mengadakan kontrol sosial Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk orang lain. Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Selain itu, Fishman (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 15-17) mengemukakan bahwa fungsi bahasa terbagi menjadi lima yang masing-masing fungsi tersebut dilihat dari segi yang berbeda yaitu dilihat dari sudut penutur, pendengar atau lawan bicara, topik ujaran, kode yang digunakan dan amanat yang akan disampaikan. Penjelasan dari masing-masing fungsi bahasa tersebut sebagai berikut: 1. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan emosi itu waktu menyampaikan tuturannya. 2. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Maksudnya, bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara. 3. Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial. Maksudnya, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. 4. Dilihat dari kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik, yakni bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembeajaran bahasa di mana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa.

5 13 5. Dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan, bahasa berfungsi imaginatif. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang cuma imaginasi (khayalan, rekaan) saja. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi. Bahasa memiliki fungsi yang beragam, diantarannya untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan pikiran dan perasaan. Fungsi lainnya sebagai integritas dan adaptasi sosial serta digunakan untuk mengadakan kontrol sosial bagi interaksi manusia. C. Pragmatik Menurut Rohmadi (2004: 2) Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Konteks memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan lawan tutur. Sementara Leech (2011: 5) mengemukakan bahwa pragmatik sebagai pokok bahasan utama yang menyelidiki makna dalam konteks penggunaan bahasa dan bukan makna suatu yang abstrak. Tarigan (2009: 31) menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkatan lain, membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Sementara itu Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

6 14 Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penutur, Leech (2011: 19-21) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam pragmatik yaitu (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Kelima aspek tersebut saling melengkapi untuk menganalisis suatu tuturan dalam pragmatik. 1. Penutur dan Mitra Tutur Leech (2011: 19) mengemukakan penutur dan mitra tutur (petutur) atau yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa). Istilah yang lazim digunakan adalah penutur dan mitra tutur. Sementara Wijana (1996: 10-11) menjelaskan konsep ini juga menyangkut penulis dan pembaca jika tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Dalam hubungan antara penutur dengan mitra tutur, si mitra tutur bisa saja seseorang yang kebetulan lewat dan secara kebetulan mendengarkan pesan dan bukan termasuk orang yang disapa. Dalam hal ini, si mitra tutur tersebut berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban. 2. Konteks Tuturan Menurut Leech (2011: 20) konteks telah diberi berbagai arti : antara lain diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki

7 15 oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Sementara Wijana (1996: 11) menjelaskan konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Dalam pragmatik, konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Background knowledge dapat berpengaruh pada baik atau tidaknya suatu tuturan berlangsung. Latar pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur berpengaruh pada pemahaman masing-masing pihak dalam memahami maksud dari masing-masing tuturannya. 3. Tujuan Tuturan Leech (2011: 20) menjelaskan istilah tujuan dan fungsi daripada makna yang dimaksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral dari pada maksud, karena tidak membenahi dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. Tujuan tuturan sesungguhnya mengacu pada latar belakang penutur dalam mengutarakan bentuk-bentuk tuturan. Dalam hubungan ini, bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan berbagai tuturan yang sama. Dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan. Contoh tuturan yang memiliki aspek pragmatik tujuan tuturan adalah tuturan hai, halo, hello, dan hi. Keempat tuturan tersebut berbeda secara bentuk, tetapi sesungguhnya memiliki maksud yang sama, yaitu menyapa seseorang atau lawan

8 16 bicaranya. Suatu tuturan juga bisa digunkan untuk menyatakan berbagai macam maksud, misalnya tuturan hai. Jika tuturan tersebut digunakan untuk tujuan mengejutkan atau mengegetkan mitra tutur, maka maksud yang penutur bukan lagi menyapa mitra tuturnya, tetapi mengagetkan mitra tuturnya (Wijana, 1996: 11). 4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Aktivitas Leech (2011: 20) menjelaskan tata bahasa berurusan dengan maksud-maksud statis yang abstrak, seperti kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi (dalam semantik), sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Wijana (1996: 12) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya. 5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verba Leech (2011: 20) Dalam pragmatik kata (tuturan) dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu sebagai produk atau tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri). Misalnya, kata would you please be quit (bisakah kamu diam) yang diucapkan dengan intonasi naik yang sopan. Rangkaian kata tersebut dapat disebut dengan istilah kalimat

9 17 pertanyaan atau permintaan ataupun tuturan. Namun sebaliknya istilah-istilah seperti kalimat, pertanyaan, permohonan dipakai untuk mengacu pada maksud-maksud gramatikal sistem bahasa, sedangkan tuturan mengacu pada contoh-contoh maksud gramatikal tersebut sebagaimana digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Jadi, sebuah tuturan dapat merupakan contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukanlah sebuah kalimat. D. Tindak Tutur 1. Pengertian Tindak Tutur Rohmadi (2004: 29) menjelaskan bahwa teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956), seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965) dengan judul How to do things with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap setelah Searle (1969) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004: 50) tindak tutur adalah gejala individu yang besifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya.

10 18 2. Bentuk Tindak Tutur Menurut Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language (dalam Rohmadi, 2004: ) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaaitu: a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai The Act Of Saying Something. Sebagai contoh tindak lokusi adalah kalimat (3) Ina belajar membaca, dan (4) Adi bermain bola. Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi, karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturan. b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.Sebagai contoh kalimat (5) Dodi sudah seminar proposal skripsi kemarin. (6) Ida sedang sakit. Kalimat (5) jika diucakan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan sekedar hanya memberikan informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan dorongan agar mahasiswa tadi segera mengerjakan skripsinya. Sedangkan kalimat (6) jika diucapkan kepada temannya yang menghidupkan radio dengan volume tinggi, berarti bukan saja sebagai informasi tetapi juga untuk menyuruh agar mengecilkan volume atau

11 19 mematikan radionya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya. Ibrahim (1993: 16-43) mengklasifikasikan tindak ilokusi sebagai berikut. 1) Konstatif (constatives) Secara umum, constative merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentak atau memegang kepercayaan yang serupa. Misalnya menyatakan, memprediksi, melaporkan, menasehati, menilai dan membenarkan. 2) Direktif (directives) Direktif mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya meminta, bertanya, memerintah, melarang, menyetujui, dan menasehati. 3) Komisif (comissives) Comissives merupakan suatu kategori tindak ilokusi yang mewajibkan seseorang atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan. Misalnya menjanjikan dan menawarkan. 4) Acknowledgments (Pengakuan) Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur, baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni. Misalnya penyampaian salam, mengekspresikan rasa senang, berterima kasih dan mengucapkan salam. c. Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraanya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali memiliki daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja maupun tidak sengaja. Sebagai contoh kalimat (7) Kemarin Ibuku sakit. (8) Inu bebas SPP. Kalimat (7) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf, dan perlokusinya adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan kalimat (8) jika

12 20 diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan ekonomi orang tua Inu. Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks tuturannya. Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau ketiga-tiganya. Selain tindak tutur tersebut, Wijana (dalam Rohmadi, 2004: 33-35) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal. 1) Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat Tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung. Sebagai contoh: (9) Yuli merawat ayahnya. Siapa orang itu?. Ambilkan buku saya!. Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya dan perintah. Tindak tutur tak langsung adalah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan

13 21 memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintahh tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya mengambilkan sapu, diungkapkan dengan (10) Upik, sapunya di mana?. Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu. 2) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat berikut. (11) Penyanyi itu suaranya bagus. (12) Suaramu bagus (tapi kamu tidak usah menyanyi). Kalimat (11) jika diutarakan dengan maksud untuk memujiatau mengagumi suara penyanyi yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat (12) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan mengatakan tak usah menyanyi tindak tutur pada kalimat (12) merupakan tindak tutur tak literal. Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut. 1) Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), ialah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,

14 22 memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat Tanya. Misalnya: (13) Ambilkan buku itu!, Kusuma gadis yang cantik, Berapa saudaramu, Mad?. 2) Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diungkapkan degan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata ynag menyusunnya sesuai dengan apayang dimaksudkan oleh penutur. Misalnya: (14) Lantainya kotor. Kalimat itu jika diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya. 3) Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Misalnya: (15) Spedamu bagus, kok Penutur sebenarnya ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek. 4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat (16) Lantainya bersih sekali, mbok. E. Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Ibrahim (1993: 37) menjelaskan bahwa acknowledgment merupakan kasus sentral dari kelas behabitivies Austin. Pengakuan (acknowledgment) mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni.

15 23 Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Ibrahim (1993: 37-41) mengktegorikan tindak tutur acknowledgment ke dalam delapan bentuk tuturan yaitu: 1) apologize (meminta maaf), 2) condole (mengucapkan belasungkawa), 3) congratulate (mengucapkan selamat), 4) greet (mengucapkan salam), 5) thank (mengucapkan terimakasih) and No Thank (Berterima kasih tetapi menolak), 6) bid (harapan), 7) accept (menerima), 8) reject (menolak). 1. Apologize : Meminta Maaf Ketika seseorang meminta maaf kepada orang lain, baik orang tersebut mengekspresikan penyesalan (akan apa yang telah dia lakukan) atau dia mengekspresikan maksud sehingga ujarannya memenuhi harapan sosial untuk mengekspresikan penyesalan. Penutur mengucapkan maaf kepada mitra tutur karena telah melakukan sesuatu hal. Contoh : (17) Guru : Maaf ya anak-anak, Ibu telat karena tadi ada rapat mendadak. Konteks tuturan: Tuturan (17) dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya saat kegiatan pembelajaran akan dimulai, guru meminta maaf karena datang terlambat, keterlambatan dikarenakan guru tersebut mengikuti rapat mendadak. Bentuk tuturan (17) merupakan bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru meminta maaf kepada murid-muridnya karena datang terlambat saat mengajar sehingga waktu pembelajaran menjadi terkurangi. Tuturan (17) termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita yang memberitahukan kenapa dirinya terlambat saat mengajar. Tuturan (17) digunakan

16 24 guru untuk menjelaskan kenapa ia (guru) melakukan hal tersebut, sehingga tidak terjadi ke salah pahaman antara murid dengan guru. (18) Guru : Oh ya maaf, itu seharusnya mengungkapkan bukan mengungkan ya. Konteks tuturan: Tuturan (18) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru tersebut melihat ada kesalahan penulisan pada power pointnya, guru meminta maaf atas kesalahan penulisan tersebut dan membetulkannya. Bentuk tuturan (18) merupakan bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru meminta maaf karena ada kesalahan dalam penulisan di power poinnya. Tuturan (18) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta murid-muridnya untuk membetulkan apabila materi tersebut sudah ditulis di masing-masing buku tulisnya. Tuturan (18) digunakan guru untuk menjelaskan kesalahan penulisan materi yang sedang diajarkan di power pointnya. 2. Condole : Mengucapkan Belasungkawa Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya atas sesuatu hal yang telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa musibah yang terjadi pada mitra tutur sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan simpati atas penderitaan mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial. Tuturan condole ini pada umumnya memerlukan spesifikasi, sebab tuturan ini bisa dikondisi oleh peristiwa yang sudah lewat yang tidak lagi ada dihadapan pertemuan penutur dan mitra tutur.

17 25 Contoh: (19) Guru : Ibu ikut prihatin ya, sudah tiga hari ini Veda tidak berangkat karena sakit. Konteks tuturan: Tuturan (19) dituturkan oleh seorang guru pada saat pelajaran akan dimulai, guru mengabsen murid dan ada salah satu murid yang sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Guru mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang meninmpa murid tersebut meskipun pada saat itu murid yang bersangkutan tidak hadir. Bentuk tuturan (19) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin karena salah satu muridnya sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Tuturan (19) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita dengan maksud meminta kepada murid-murid yang lain untuk menjenguk veda yang sudah tiga hari tidak berangkat sekolah karena sakit. Tuturan (19) digunakan guru untuk menjelaskan sekaligus memberikan penguatan dengan cara memotivasi muridmurid yang lain untuk dapat menjaga kesehatannya dengan baik. (20) Guru: Astaghfirullah, Ibu turut prihatin ya. Itu kapan kecelakaannya?. Konteks tuturan: Tuturan (20) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru mengetahui ada salah satu murid yang fisiknya terluka karena kecelakaan. Guru mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang menimpa murid tersebut. Bentuk tuturan (20) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin saat mengetahui muridnya terluka karena kecelakaan. Tuturan (20) termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat tanya untuk mengetahui secara rinci terjadinya kecelakaan tersebut. Tuturan (20) digunakan guru untuk memberikan

18 26 penguatan dengan cara memotivasi murid yang bersangkutan untuk tetap sabar dan semangat. 3. Congratulate : Mengucapkan Selamat Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya atas sesuatu hal baik telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa penghargaan yang diterima mitra tutur, sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan kebahagiaan atas apa yang telah diterima oleh mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial. Mengekspresikan kebahagiaan itu dapat ditandai dengan mengucapkan selamat kepada mitra tutur atas apa yang telah didapatkan oleh mitra tutur. Contoh : (21) Guru : Sebelum pelajaran dimulai, Ibu ucapkan selamat kepada syafira yang kemarin memenangkan juara 2 lomba pidato ya. Konteks tuturan: Tuturan (21) dituturkan oleh seorang guru kepada muridnya sebelum pelajaran dimulai. Guru mengucapkan selamat kepada salah satu siswa yang telah memenangkan juara lomba pidato. Bentuk tuturan (21) merupakan tuturan congratulate, yaitu guru mengucapkan selamat kepada salah satu murid yang telah memenangkan juara lomba pidato. Tuturan (21) termasuk jenis tuturan langsung, yaitu secara langsung, guru mengucapkan selamat kepada murid tersebut atas keberhasilannya meraih juara dalam perlombaan pidato. Tuturan (21) digunakan guru untuk memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid tersebut dan muridmurid yang lain untuk dapat tetap berprestasi.

19 27 4. Greet : Mengucapkan Salam Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya atas dasar kebahagiaannya karena dapat bertemu kembali dengan mitra tutur. Kebahagiaan penutur tersebut dapat diekspresikan dengan mengucapkan salam, selain tuturan tersebut digunakan untuk mengutarakan bahwa penutur senang bertemu kembali dengan mitra tutur juga digunakan untuk menyapa dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial. Contoh : (22) Guru : Selamat Pagi anak-anak, hari ini bagaimana kabarnya? Konteks tuturan: Tuturan (22) dituturkan oleh seorang guru saat akan memulai kegiatan pembelajaran di pagi hari, guru mengucapkan salam (selamat pagi) yang dilanjutkan dengan menanyakan tentang kabar murid-muridnya. Hal ini menandakan bahwa guru merasa senang bertemu dengan murid-muridnya. Bentuk tuturan (22) merupakan tuturan salam, yaitu guru mengucapkan salam kepada murid-muridnya. Tuturan (22) termasuk jenis tuturan langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan kalimat tanya untuk mengetahui kabar murid-muridnya dan meminta jawaban apakah muridmuridnya dalam keadaan baik atau tidak. Tuturan ini digunakan guru untuk bertanya sekaligus memberikan motivasi agar murid-muridnya semangat untuk belajar. 5. Thank : Mengucapkan Terimakasih Penutur mengucapkan terimakasih kepada mitra tutur karena sesuatu, sesuatu Itu dapat berupa bantuan atau pemberian suatu benda. Ucapan terimakasih sebagai ungkapan rasa syukur karena penutur telah diberi sesuatu oleh mitra tutur. Rasa

20 28 terimakasih itu dapat diekspresikan dengan ditandai ucapan terimakasih dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial. Contoh : (23) Guru : Terimakasih ya Aldi, sudah membawakan speakernya. Konteks tuturan: Tuturan (23) dituturkan oleh guru sebelum pelajaran dimulai, guru meminta tolong kepada Aldi untuk membawakan speakernya dan guru mengucapkan terimakasih karena Aldi sudah membawakan speakernya. Bentuk tuturan tuturan (23) merupakan tuturan terimakasih, yaitu guru mengucapkan terimakasih kepada Aldi karena telah membantu membawakan speakernya. Tuturan ini termasuk jenis tuturan langsung yaitu guru secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Aldi yang sudah membantu membawakan speakernya. Tuturan (23) digunakan guru untuk memberi penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, murid tersebut akan merasa dihargai dan lebih semangat lagi dalam belajar. No Thanks : Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena mitra tuturmenawari sesuatu tetapi penutur menolak tawaran tersebut. (24) Guru : Iya terimakasih, ini pulpen ibu sudah ketemu. Konteks tuturan: Tuturan (24) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru kehilangan pulpennya dan ada salah satu murid yang ingin meminjaminya tetapi tiba-tiba guru tersebut menemukan pulpen miliknya dan guru mengucapkan terimakasih karena murid tersebut sudah berniat membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak. Bentuk tuturan (24) merupakan tuturanno thanks, yaitu guru mengucapkan terimakasih kepada salah satu murid yang ingin membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak.

21 29 Tuturan (24) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru menggunakan kalimat berita dengan maksud untuk memberitahukan bahwa pulpen miliknya sudah ada sekaligus menolak untuk dipinjami. Tuturan (24) digunakan guru untuk memberikan penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, siswa tersebut akan merasa dihargai meskipun bantuannya ditolak. 6. Bid : Harapan Penutur berharap bahwa apa yang dilakukan mitra tutur akan baik. Tuturan ini dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur, oleh karena itu tuturan harapan ini sama halnya dengan tuturan direktif yang mengekspresikan maksud penutur (keinginan atau harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya tuturan memerintah, Rahardi (2005: 79) mengklasifikasikan kalimat perintah menjadi lima yaitu memerintah biasa, meminta, memberi izin, mengajak dan menyuruh. Sedangkan Alwi (2003: 353) menambahkan tuturan melarang, menyarankan dan memerintah halus atau meminta. Contoh: (25) Guru : Ibu berharap tugas hari ini dapat terselesaikan dengan baik ya. Konteks tuturan: Tuturan (25) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru memberikan tugas dan berharap tugas tersebut dapat dikerjakan dengan baik oleh semua murid. Bentuk tuturan (25) termasuk tuturan harapan, yaitu guru berharap semua murid dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita untuk meminta agar murid-muridnya

22 30 dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan (25) digunakan untuk memberikan penguatan atau motivasi yaitu dengan guru mengharapkan tugas tersebut dapat terselesaikan dengan baik, menjadikan semua murid menjadi lebih bersemangat dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. 7. Recept : Penerimaan Suatu Acknowledgment Penutur menerima acknowledgment dari mitra tutur, baik berupa apologize, greet, thank dan sebagainya. Penutur menerima acknowledgment mitra tutur dengan mengucapkan welcome (penutur menerima ucapan terimakasih) sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini digunakan untuk memenuhi harapan sosial. Contoh: (26) Guru : Iya sama-sama, iya besok kita tetap belajar tentang drama ya karena masih ada materi yang belum ibu jelaskan. Konteks tuturan: Tuturan (26) dituturkan oleh seorang guru pada saat akan mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru membalas ucapan terimakasih murid yang menginginkan dirinya besok mengajar tentang drama lagi. Bentuk tuturan tersebut merupakan tuturan acept, yaitu guru menerima pengakuan dari murid yang menginginkan dirinya besok mengajar tentang drama lagi dan ini dimaksudkan ada nilai positif dalam metode mengajar guru tersebut yang menjadikan siwanya menjadi tertarik. Tuturan (26) termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan kalimat berita untuk memberitahukan bahwa besok akan belajar tentang drama lagi. Tuturan (26) digunakan guru untuk memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk tetap dan lebih bersemangat lagi.

23 31 8. Reject : Menolak Mitra tutur menyampaikan acknowledgment kepada penutur tetapi penutur menolak acknowledgment tersebut. Acknowledgment itu dapat berupa apologize, greet, thank dan sebagainya. Penutur menolak acknowledgment mitra tutur tersebut sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur gagal menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini memberikan maksud bahwa ujarannya melanggar harapan sosial. Contoh: (27) Guru : Kamu maaf terus tapi datangnya selalu terlambat. Konteks tuturan: Tuturan (27) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar, tiba-tiba ada murid yang datang terlambat. Murid tersebut mengucapkan maaf tetapi guru yang bersangkutan menolak acknowledgment (maaf) dari murid tersebut karena sudah sering datang terlambat. Bentuk tuturan (27) termasuk tuturan menolak yaitu guru menolak acknowledgment murid tersebut yang sudah sering datang terlambat. Tuturan (27) termasuk tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta agar murid tersebut tidak datang terlambat lagi. Tuturan ini digunakan guru untuk memberikan penguatan agar murid tersebut dan lainnya dapat menanamkan kedisiplinan. F. Keterampilan Dasar Mengajar Menurut Usman (dalam Kuntoro, 2005: 16) Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks, yang merupakan pengintegrasian beberapa keterampilan. Keterampilan tersebut bersifat generik artinya digunakan secara bersama-sama dalam proses belajar mengajar. Keterampilan tersebut mencakup:

24 32 1. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah keterampilan untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pertanyaan yang mudah dipahami siswa sehingga siswa dapat memberikan jawaban dengan tepat dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya guru bertanya Ayo siapa yang dapat menjawab soal nomor 3?. Bagi siswa, pertanyaan tersebut dapat memiliki pengaruh yang positif yakni: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah, (2) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (3) mengembangkan pola dan cara belajar siswa aktif, (4) menuntun proses berpikir siswa, (5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibicarakan, (6) meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru antara lain: a. Pertanyaan Permintaan, yakni pertanyaan yang bermaksud agar siswa melakukan apa yang disampaikan oleh guru. Missal: Bisakah pelajaran ini dimulai?. b. Pertanyaan Retoris, yakni pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Pertanyaan ini dipakai untuk mengajak siswa aktif mengikuti pelajaran atau menegaskan materi yang dibicarakan. c. Pertanyaan Mengarahkan, yakni pertanyaan yang bermaksud untuk menuntun dan memberi arah siswa dalam berpikir. d. Pertanyaan Menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang lebih mendorong siswa untuk mengembangkan materi yang dbicarakan, sehingga siswa berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yang diberikan.

25 33 2. Keterampilan Memberi Penguatan Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan semangat belajar siswa, semangat untuk berani mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaan, serta percaya diri untuk melakukan segala sesuatu yang positif. Tindakan guru ini biasanya dilakukan dengan memberikan respon terhadap perilaku positif siswa baik secara verbal maupun nonverbal. Respon yang ditujukan untuk memberikan informasi sebagai umpan balik kepada siswa atas tindakannya, sekaligus memberikan dorongan. Respon itu dalam pendidikan sering disebut dengan penguatan (reinforcement). Penguatan dapat juga disebut respon terhadap suatu tingkah laku yang memungkinkan berulangnya tingkah laku positif tersebut serta dapat meningkatkan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Respon secara verbal dapat dinyatakan dengan kata-kata: penghargaan atau persetujuan seperti kata: setuju, bagus, ya, betul, hebat. Sedangkan respon secara nonverbal adalah penguatan yang dinyatakan gerak, seperti senyuman, acungan jempol, berjalan mendekati siswa, berdiri disamping siswa, menepuk bahu, dan berjabat tangan. Pemberian penguatan bertujuan untuk: a. Meningkatkan perhatian siswa. Sebagaimana diketahui, siswa ada yang memiliki perhatian yang terpusat dan terbagi. Tipe perhatian yang terpusat adalah perhatian yang ditujukan kepada satu fokus masalah, sedangkan perhatian yang terbagi kepada berbagai hal. b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar siswa dapat ditentukan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah

26 34 motivasi yang datang dari dalam diri siswa, atas kemauan siswa; sedangkan faktor ekstrinsik adalah motivasi yang datang atas dorongan dari luar. Salah satu adalah melalui penguatan. c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa. Siswa yang mendapat dorongan atau penguatan akan meningkat aktivitas pembelajaran dan cenderung untuk mempertahankan perilakunya yang positif. Pada akhirnya siswa meningkat sikap dan tingkah laku positif terhadap proses belajar mengajar. 3. Keterampilan Mengadakan Variasi Keterampilan mengadakan variasi mengajar adalah kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan partisipasi siswa sehingga siswa menunjukkan ketekunan dan antusias. Variasi mengajar dilakukan dalam rangka: (1) meningkatkan perhatian siswa kepada aspekaspek relevan, (2) mengembangkan bakat untuk mengetahui dan menyelidiki hal baru, (3) menumbuhkan perilaku positif terhadap guru dalam proses belajar mengajar, (4) memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pelajaran melalui metode dan gaya yang mereka senangi. Mengadakan variasi dapat dilakukan dengan cara: a. Variasi dalam cara mengajar seperti penggunaan suara, kesenyapan guru, pemusatan perhatan, kontak pandang, geak mimik, dan gerak badan. b. Variasi dalam penggunaan media atau alat. Media dapat dilihat, diraba, dan didengar. Media yang dapat dilihat: gambar, grafik, bagan, poste, film dan slide. Media yang dapat didengar: rekaman suara, radio, dan musik. Media yang dapat diraba, digerakan: boneka, patung, dan model. Media yang dapat didengar, dilihat, diraba yaitu televisi.

27 35 4. Keterampilan Menjelaskan Parera (1993: 35) bahwa Menjelaskan merupakan satu kegiatan verbal yang memberikan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain, satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, memberikan hubungan secara induktif dan deduktif agar anak didik atau murid dapat mengerti. Menjelaskan merupakan satu aktivitas yang paling sering digunakan oleh seorang guru dalam kelas. Itu sebabnya setiap calon guru harus dibekali dengan keterampilan ini. Keberhasilan keterampilan guru menjelaskan sesuatu dapat dibuktikan dengan tingkat kepahaman dan pemahaman yang ditunjukan oleh siswa. Sementara Hasibuan dan Moedjiono (2009:59) Menjelaskan keterampilan menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Dalam menjelaskan guru harus memperhatikan komponen keterampilan menjelaskan yang meliputi: a. Ambiguitas, guru harus menghindarkan bentuk ragu-ragu seperti: apa itu, bagaimana ya, ehem-ehem, hum, ah, o ya, apa namanya b. Pementingan secara negatif, seperti: tidak begitu banyak, tidak juga, tidak sering, dan tidak seberapa. c. Mendekati, seperti: kurang lebih, sebanyak seperti, hampir semua, dan hampir. d. Membual, seperti: orang katakana, mereka katakana, dikatakan, dan lain-lain, dan sebagainya. e. Jumlah yang tidak pasti, seperti: sekelompok, beberapa, kadang-kadang, sedangsedang, hal-hal. Selain itu, guru juga harus memperhatikan penggunaan partikel-partikel penghubung untuk menghubungkan ide pokok dengan ide tambahan. Kelompok

28 36 partikel tersebut seperti: sesudah, seperti, sebelum, sejak, sampai, ketika, sambil, sebab, karena jika, maka, lalu, walaupun demikian, yang, begitu, sehingga. Kelompok partikel yang meununjukkan kesetaraan, seperti: dan, tetapi, di samping itu, karena itu, jadi, berhubungan dengan, sesuai pula. 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar siap mental dan perhatian yang terpusat pada materi pelajaran yang akan disajikan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan pada awal proses belajar mengajar, sebelum memasuki inti pelajaran. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara: menyampaikan tujuan yang akan dicapai dari proses belajar mengajar, menarik perhatian, memberi acuan, membuat kaitan. Sedangkan, menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran yang dimaksudkan untuk: memberi gambaran menyeluruh tentang pokok bahasan, mengetahui tingkat penguasaan siswa, dan mengetahui keberhasilan guru. Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: a. Menarik perhatian siswa; gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu, pola interaksi yang bervariasi, b. Menimbulkan motivasi dengan cara: kehangatan, antusias, menimbulkan rasa ingin tahu, mengembangkan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. Untuk menumbuhkan motivasi sebelum pelajaran dimulai, guru dapat menggunakan tuturan salam,

29 37 c. Memberi acuan: mengemangkan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah yang dilaksanakan, mengingat masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaa, d. Memuat kaitan diantara materi yang akan dibicarakan dengan pengalaman yang dikuasai. 6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam interaksi tatap muka kooperatif yang informal dengan tujuan untuk berbagi informasi, pikiran, gagasan atau pengalaman dalam mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Berdiskusi atau bermusyawarah merupakan cara untuk memperoleh satu keputusan atau kesepakatan. Proses pengambilan keputusan dengan cara ini terdapat dalam kehidupan sehari-hari di kantor, di sekolah, lembaga atau organisasi sosial. Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan membimbing diskusi pada siswa dikaitkan dengan usaha meningkatkan kadar belajar siswa aktif. Hal ini untuk mengubah cara mengajar yang berpusat atau didominasi oleh guru, siswa hanya menjadi objek yang pasif. Peranan guru dalam diskusi adalah sebagai; organisator,perencana tugas bersama, penggugah dan sebagai narasumber aktivitas belajar. Disamping itu guru juga sebagai penilai kemajuan belajar siswa: proses dan hasil diskusi. Dengan mengadakan latihan diskusi dalam kelompok di kelas, maka tujuan pengajaran yang bersifat komprehensif tercapai yakni: pembentukan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap. Dalam membimbing diskusi, guru dapat melakukan sebagai berikut:

30 38 a. Memusatkan perhatian: 1) menguraikan tujuan diskusi secara jelas, 2) merumuskan kembali masalahh jika terjadi penyimpangan, 3) merangkum hasil pembicaraan pada saat tertentu, b. Memperjelas masalah dan urunan pendapat : 1) menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta, 2) mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok dengan tambahan informasi 3) menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi, c. Menganalisis pandangan siswa dengan cara: 1) meneliti apakah yang dikemukakan punya dasar alasan yang kuat, 2) memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati, d. Meningkatkan urunan pikiran siswa: 1) mengajukan pertanyaan kecil yang menantang mereka unruk berpikir, 2) memberi contoh baik verba maupun nonverbal pada saat yang tepat, 3) menghangatkan atau memancing suasana dengan mengajukan pertanyaan yang memancing pendapat, 4) memberi waktu untuk berpikir, 5) mendengarkan dengan penuh perhatian, e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: 1) memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi, 2) memberikan kesempatan pertama kepaa peserta yang enggan berpartisipasi, 3) mencegah secara bijaksana peserta yang memonopoli pembicaraan, 4) mendorong mahasiswa untuk mengometari pendapat temannya, 5) meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu. 7. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar guru berupaya

31 39 menciptakan kondisi belajar yang optimal agar tidak terjadi kondisi yang merugikan, dan mengembalikannya bila terjadi gangguan yang disebabkan oleh tingkah laku siswa di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Biasanya pada kegiatan pembelajaran, masalah timbul baik secara individual maupun kelompok. Masalah individual dapat digolongkan menjadi: a) tingkah laku untuk memperoleh perhatian dari orang lain, b) tingkah laku untuk menunjukan kekuatan, c) tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, d) peragaan penolakan atas ketidakmampuan untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan masalah kelompok dapat digolongkan menjadi: a. Kelas kurang kohesif karena persoalan jenis kelamin, suku, kemampuan ekonomi, b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek salah seorang anggota, c. Penyimpangan dari norma tingkah laku yang telah disepakati, d. Kelompok cenderung mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang dikerjakan, e. Semangat kerja rendah atau menurun sebagai aksi protes terhadap guru, f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan hal baru, g. Menggotong siswa yang melanggar norma kelompok. Untuk mengatasi masalah di atas, guru dapat melakukan upaya: a. Kehangatan dan keantusiasan, guru dapat menciptakan suasana belajar kelas yang menyenangan, yang menerapkan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal. Guru yang bersikap ramah dan antusias menunjukkan kesungguhannya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan, dan terhadap siswanya b. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar, sehingga memperkecil kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

32 40 c. Bervariasi, penggunaan variasi dalam gaya, media dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. d. Keluwesan, guru harus waspada mengamati jalannya proses belajar mengajar tersebut, termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan keluwesan guru dalam menciptakan suasana belajar yang efektif. e. Penekanan pada hal-hal yang positif, guru selalu berupaya menekankan pada halhal yang positif, sebaliknya menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negative. Menurut Periksa Bolla (dalam Kuntoro, 2005:27) Penggunaan komponen keterampilan mengelola kelas bertujuan untuk siswa maupun untuk guru. Tujuan untuk siswa tersebut mencakup: a. Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya untuk mengendalikan diri, b. Membantu siswa mengerti arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan, bukan kemarahan, c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas, Bagi guru, mengelola kelas bertujuan untuk; a. Mengembangkan perhatian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah pelajaran secara tepat dan baik, b. Memiliki kesadaran yang tepat terhadap kebutuhan siswa,

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi pun tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Tindak Tutur Guru dalam Proses Belajar Mengajar Kelas V SD di SLB YAKUT PURWOKERTO oleh Demi Purnamawati (2011). Penelitian Demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) RACHMAN Abhyrachman1707@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana siap mental bagi siswa serta menarik perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian pragmatik sebelumnya pernah diteliti oleh:

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian pragmatik sebelumnya pernah diteliti oleh: 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai bahasa khususnya tindak tutur direktif dengan menggunakan kajian pragmatik sebelumnya pernah diteliti oleh: 1. Widyaningrum pada Tahun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ada beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Analisis

BAB II LANDASAN TEORI. ada beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Analisis 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian tindak tutur ilokusi bukanlah hal baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR JENIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR: Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran Ketrampilan menjelaskan Kertampilan memberikan variasi Ketrampilan bertanya Ketrampilan mengaktifkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tindak tutur direktif, bentuk-bentuk tindak tutur direktif, tayangan Reality Show Janji

BAB II LANDASAN TEORI. tindak tutur direktif, bentuk-bentuk tindak tutur direktif, tayangan Reality Show Janji 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini, untuk mendukung penelitian digunakan beberapa teori yang dianggap relevan yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan agar dapat memperkuat teori dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran oleh Islan Rahayu dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran oleh Islan Rahayu dengan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Skripsi dengan judul Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali mengemukakan istilah tindak tutur (Speech act). Austin mengemukakan bahwa aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa diperlukan manusia sebagai sarana yang paling utama dan penting untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran Oleh :Winarto* 1. Abstrak: Tujuan penjelasan ini untuk mendiskripsikan dari berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai makhluk individual

Lebih terperinci

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implikatur Percakapan Penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. ainurrofieq@yahoo.co.id Materi: Ketrampilan Dasar Mengajar Ketrampilan Interpersonal (komunikasi) Ketrampilan Pengelolaan Kelas Pembelajaran Orang Dewasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu masyarakat yang memiliki kesepakatan untuk memakai kaidah-kaidah dalam suatu bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci