PENGALAMAN SEKSUALITAS PEREMPUAN PASCA TAH BSO (TOTAL ABDOMINAL HYSTERECTOMYBILATERAL SALPINGO OOPHORECTOMY)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGALAMAN SEKSUALITAS PEREMPUAN PASCA TAH BSO (TOTAL ABDOMINAL HYSTERECTOMYBILATERAL SALPINGO OOPHORECTOMY)"

Transkripsi

1 PENGALAMAN SEKSUALITAS PEREMPUAN PASCA TAH BSO (TOTAL ABDOMINAL HYSTERECTOMYBILATERAL SALPINGO OOPHORECTOMY) Ramdya Akbar Tukan*, Tintin Sukartini**, Esti Yunitasari** *Mahasiswa Program Magister Keperawatan, Universitas Airlangga, **Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Abstract: Introduction: Total Abdominal Bilateral Hysterectomy Salpingo Oophorectomy (TAH BSO) is one of the operations of gynecology which aims to remove the uterus, cervix and both tube and ovarian tubes. This study aims to explore the experience of female sexuality after the operation of TAH BSO at Haji Surabaya Hospital. Methods: This study used in-depth interview method to 7 participants who have conducted TAH BSO at Haji Surabaya Hospital. Result and analysis: This study result 2 findings: (1) Sexual activity after TAH BSO, Most patients experience a decrease in sexual desire, lubrication and lack of intensity sexual intercourse, but there are patients who can feel orgasm during sexual intercourse, (2) The response to the problem faced is husband's positive support and reduce the frequency of intercourse. Discuss and Conclution: This study yielded 2 conclusions: (1) Patients after TAH BSO experience decreased sexual activity such as decreased sexual desire, lubrication, decreased quality of sexual relations, but there are patients who do not feel any lubrication and still can be feel the orgasm, It is caused by a good psychological condition,(3) Patients need the attention of husband and family. Suggestions for further research need to make more in-depth observations of the husband and the patient's family Keywords: Sexuality Experience, Women, Total Abdominal Hysterectomy Bilateral Salpingo Oophorectomy Abstrak: Introduction: Total Abdominal HysterectomyBilateral Salpingo Oophorectomy (TAH BSO) adalah tindakan operasi gynecology yang bertujuan untuk menghilangkan uterus, serviks dan kedua tabung tuba serta ovarium. Penelitianbertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman seksualitas perempuan setelah operasi TAH BSO. Methods: Penelitian menggunakan metode wawancara mendalamterhadap 7 partisipan pasca operasi TAH BSO di Rumah Sakit Haji Surabaya. Result and Analysis: Penelitian menghasilkan 2 tema: (1) Aktivitas seksual pasca TAH BSO yaitu sebagian besar pasien mengalami penurunan hasrat seksual, lubrikasi dan kurangnya intensitas hubungan seksual, namun ada pasien yang dapat merasakan orgasme saat melakukan hubungan seksual. (2) Respon terhadap masalah yang dihadapi adalah dukungan positif suami dan mengurangi frekuwensi hubungan seksual. Discuss and Conclution: Penelitian ini menghasilkan 2 kesimpulan:(1) pasien pasca TAH BSO mengalami penurunan aktivitas seksual seperti penurunan hasrat seksual, lubrikasi, penurunan kualitas hubungan seksual, tetapi terdapat pasien yang tidak merasakan adanya penuruanan lubrikasi dan masih bisa merasakan orgasme, hal tersebut disebabkan oleh kondisi psikologis yang baik,(2) Pasien membutuhkan perhatian suami dan keluarga. Saran untuk penelitian lebih lanjut perlu melakukan observasi lebih mendalam terhadap suami dan keluarga pasien. Kata kunci: Pengalaman Seksualitas, Perempuan, TAH BSO 234

2 235 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hal yang harus mendapat perhatian khusus dalam kehidupan manusia. Terdapat beberapa ruang lingkup untuk menjamin bahwa manusia dapat memenuhi kesehatannya. Salah satunya adalah kesehatan reproduksi. Dalam kurun waktu ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi sepertidispareunia, mioma uteri, adenomiosis, endometriosis, dan menometrorrhagia. Salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan adalah denganmelakukan pengangkatan rahim atau dikenal dengan nama histerektomi. Tindakan medis tersebut hingga saat ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pasien. Dampak dari tindakan histerektomi terhadap fungsi seksual masih belum memiliki kepastian yang konsisten.banyak wanita melaporkan peningkatan fungsi seksual setelah histerektomi, yang mungkin karena menghilangkan gejala, sementara yang lain mengeluhkan disfungsi seksual sebagai akibat dari histerektomi. (Briedite, Ancane, Rogovska, & Lietuviete, 2014). Salah satu klasifikasi histerektomi yaitu TAH BSO (Total Abdominal Hysterectomy dan Bilateral Salpingo Oophorectomy). TAH BSO adalah salah satu tindakan operasi gynecology yang bertujuan untuk menghilangkan uterus, serviks dan kedua tabung tuba serta ovarium. Gambar Total Abdominal HysterectomyBilateral Salpingo Oophorectomy (TAH BSO) Sumber: (Gilly, 2010) Diperkirakan 40% dari perempuan yang memiliki penyakit berkaitan dengan sistem reproduksi di seluruh dunia akan mengalami histerektomi pada usia 64 tahun dan indikasinya adalah untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pada perempuan. (Briedite et al., 2014). Di Indonesia khususnya di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya menunjukkan bahwa angka kejadian TAH BSO sebanyak 23 pasien pada tahun 2016 dan 34 pasien pada tahun 2015 ( Medical Record RSU Haji Surabaya, 2017) Seksualitas perempuan yang telah menjalani pengangkatan rahim (uterus) dan indung telur (ovarium) ini perlu diperhatikan karena perempuan harus siap menghadapi kehidupan seksualitasnya. Permasalahan seksualitas bagi perempuan pasca pengangkatan rahim, serviks, tuba dan ovariumnya, dan perempuan tersebut memiliki suami, maka akan menjadi persoalan tersendiri yang dapat berakibat pada harmonisasi hubungan suami istri.meneliti kesehatan reproduksi perempuan maka harus melihat secara menyeluruh melalui kesejahteraan fisik, mental dan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam pengalaman pasien pasca dilakukan tindakan TAH- BSO di Rumah Sakit Haji Surabaya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan tipe pendekatan fenomenologi, dilakukan pada pasien pasca TAH BSOdi Rumah Sakit Haji Surabaya.Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang.hasil wawancara di transkrip kemudian dianalisis menggunakan metode IPA(Interpretative Phenomenological Analisys). Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi pada sumber data primer dan dilakukan secara alamiah. Wawancara dilakukan dengan partisipan yang terlebih

3 Tukan, Sukartini, Yunitasari; Pengalaman Seksualitas Perempuan Pasca Tah Bso (Total Abdominal Hysterectomybilateral Salpingo Oophorectomy) 236 dahulu dilakukan seleksi dengan kriteria inklusi sebagai berikut; (1) Perempuan penderita kista ovarium dan mioma uteri (tumor jinak) yang telah selesai menjalani operasi TAH BSO lebih dari 6 minggu, (2)Perempuan yang masih menstruasi sebelum di operasi TAH BSO, (3)Memiliki pasangan (sudah menikah) dan tinggal serumah, (4)Bersedia menjadi responden dengan memberikan persetujuan yang telah peneliti sediakan, (5) Memahami bahasa indonesia dan mampu menceritakan pengalaman seksualitas HASIL PENELITIAN Peneliti menemukan 2tema penelitian meliputi : 1) Aktivitas seksual pasca TAH BSO; 2) Respon terhadap masalah yang dihadapi;. Tema dan sub tema dijabarkan sebagai berikut: 1. Aktivitas Seksual Pasca TAH BSO Aktivitas seksual yang dialami partisipan setelah operasi TAH BSO adalah menurunnya hasrat seksual, penurunan lubrikasi, dan tingkat orgasme. Menurunnya Hasrat Seksual Kurang bergairah Seluruh partisipan menyatakan bahwa terjadi penurunan hasrat seksual ketika melakukan hubungan seksual. Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa setelah operasi TAH BSO dalam hubungan seksual tidak lagi aktif menginisiasi, cenderung suami yang mengawali dan meminta untuk hubungan seksual..cuma dari saya itu kurang bergairah gitu (P5) Penurunan Lubrikasi 1. Merasa vagina kering dan nyeri saat hubungan seksual Sebagian partisipan menyatakan penurunan lubrikasi sehingga vagina terasa kering saat melakukan hubungan seksual. Meskipun vagina terasa kering tetapi tidak semua partisipan merasakan nyeri ketika berhubungan seksual. Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa penurunan lubrikasi setelah operasi TAH BSO menyebabkan rasa nyeri ketika berhubungan suami istri. Seperti yang diungkapkan partisipan di bawah ini:.setelah operasi itu pernah cuma sekali (berhubungan badan), itupun sakit (nyeri) karena kering ndak ada cairan beda dengan sebelum dioperasi. (P6) 2. Merasa vagina kering dan tapi tidak nyeri saat hubungan seksual Partisipan yang lainnya justru menyatakan bahwa meskipun terjadi penurunan lubrikasi tetapi tidak merasakan nyeri ketika berhubungan suami istri. Seperti yang diungkapkan partisipan di bawah ini: ndak itu yo wes biasa, ya ada rasanya kering, ya tidak seberapa sakit (P7) Meskipun terjadi penurunan lubrikasi, akan tetapi dari semua partisipan dalam penelitian ini yang tidak merasakan sakit atau nyeri adalah partisipan yang sejak awal sudah mampu menerima penyakit yang dialaminya secara ikhlas. Klien mengatakan masih merasakan cairan di vagina (tidak kering) pada saat berhubungan intim sehingga partisipan tidak merasakan nyeri ataupun sakit. Seperti yang diungkapkan partisipan di bawah ini: tetap lendirnya ada kok, kadang banyak malahan, bisa orgasme berkali-kali, bicara tingkat sensitif divagina sensitifnya lebih sensitif yang dulu (P2) Tingkat Orgasme 1. Masih bisa orgasme Menurunnya hasrat seksual ketika melakukan hubungan seksual dapat diminimalisir dengan rangsangan yang diberikan oleh suami. Partisipan menyatakan bahwa hasrat seksual memang

4 237 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal sudah menurun, tetapi hasrat seksual masih dapat dirasakan partisipan apabila suami mampu memberikan rangsangan yang ekstra. Terdapat Satu partisipan yang menyatakan masih bisa merasakan orgasme ketika hubungan seksual. Seperti yang diungkapan partisipan dibawah ini: bisa bisa orgasme, berkali-kali (P2) 2. Respon terhadap masalah yang di hadapi Partisipan merasakan ada perbedaan terhadap hubungan seksual yang dialami sebelum dan sesudah operasi TAH BSO. Dalam penelitian ini digambarkan ada beberapa upaya yang dilakukan oleh partisipan. Pertama, dukungan positif suami dan kedua adalah mengurangi frekuensi hubungan seksual. Dukungan Positif Suami Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah seksual adalah dengan membangun suasana batin yang nyaman antara suami dan istri. Seluruh partisipan mengungkapkan dukungan positif suami dapat membantu mengatasi tingkat stres yang dialami partisipan setelah operasi TAH BSO. Dukungan positif suami tersebut adalah pengertian, perhatian, mendukung, memberi semangat, bertanggung jawab. Adapun pernyataan partisipan terkait hal tersebut di atas adalah sebagai berikut: pokoknya kita saling mengerti, gak jadi masalah wes biasa aja (P1) ibu gak usah angkat angkat ginigini, suapaya pulih dulu (P1) Mendukung, memangnya sakit sabar gini-gini gitu (P1) Mengurangi Frekuensi Hubungan Seksual Partisipan mengungkapkan bahwa dengan mengurangi frekuensi hubungan seksual dapat mambantu mengurangi keluhan hubungan seksual. Setelah operasi TAH BSO partisipan mengungkapkan terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual yang terklasifikasikan menjadi Tiga yaitu: Antara satu hingga dua kali dalam satu minggu Ndak tentu, jarang-jarang ya, kadang seminggu sekali (P7) Antara satu hingga dua kali dalam satu bulan..sebulan sekali... (P5) Satu bulan tidak melakukan hubungan seksual halah.. jarang. Satu bulan atau dua bulan loh jarang mbak.(p3) PEMBAHASAN 1. Aktivitas Seksual Pasca TAH BSO Hasil penelitian ini menunjukan bahwamayoritas aktivitas seksual pasien pasca TAH BSO menglami permasalahan yaitu penurunan lubrikasi, menurunnya hasrat seksual, kurangnya intensitas hubungan seksual. Kondisi tersebut dikarenakan saat melakukan hubungan seksual pasien merasakan nyeri. Permasalahan tersebut dikarenakan setelah dilakukan pengangkatan rahim terjadi perubahan fisiologis yang berdampak pada permasalahan seksualitas perempuan yaitu berkurangnya hormon estrogen, akibatnya vagina terasa kering karena menurunnya lubrikasi (Windhu, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari, Rachman & Nisman(2016) di RSUP Sardjito Yogyakarta dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa hampir setiap responden (pasien yang operasi TAH-BSO) memiliki pengalaman nyeri pada saat melakukan hubungan seksual. Penelitian yang mendukung adalah Bayram dan Beiji NK (2010) yang menjelaskan bahwa masalah seksual setelah histerektomi meliputi dispareunia, penurunan pelumasan atau lubrikasi, libido rendah, dan tidak mengalami orgasme. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa tidak semua perempuan yang menjalani operasi TAH-BSO merasakan

5 Tukan, Sukartini, Yunitasari; Pengalaman Seksualitas Perempuan Pasca Tah Bso (Total Abdominal Hysterectomybilateral Salpingo Oophorectomy) 238 gangguan seksual, meskipun secara fisiologis terjadi penurunan lubrikasi pada vagina. Pasien masih dapat merasakan orgasme. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Roovers, van der Bom, van der Vaart, & Heintz, (2003), bahwa orgasme eksternal yang disebabkan oleh stimulasi pada klitoris tidak terpengaruh oleh histerektomi sedangkan orgasme internal yang disebabkan stimulasi pada ujung saraf dalam pleksus uterovaginal hilang oleh histerektomi dengan pengangkatan servik. Penelitian lain yang sejalan adalah Hoffmann, Schei dan Eriksson(2006) menyimpulkan bahwa mayoritas wanita yang melakukan histerektomi sub total dan total tidak merasakangangguan kepuasan seksual, penyebab utama gangguan justru pada pengalaman seksual negatif sebelum dilakukan operasi histerektomi. Kondisi tersebut lebih dikarenakan kemampuan respon seksual yang dilakukan perempuan pada saat melakukan hubungan seksual. Respon seksual ini muncul karena pasien tidak lagi memikirkan penyakitnya, merasa sudah sembuh dan menjadi perempuan normal kembali. Kondisi tersebut lebih memudahkan pasien untuk membangun fantasi seksual ketika melakukan hubungan seksual karena tidak lagi memiliki beban penyakit. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rahimzadeh, Nazemi, & Alizadeh (2002) yang menjelaskan bahwa histerektomi mempengaruhi kontraksi vagina dan penurunan lubrikasi akan tetapi tidak menyebabkan rasa sakit pada saat melakukan hubungan seksual.selain itu penelitian ini didukungdengan interpretasi klinik dari FSFI, fungsi seksual wanita terdiri dari enam domain struktur yang mengidentifikasi, salah satunya adalah hasrat (desire) yang merupakan cerminan dasar psikologis tentang motivasi dan dorongan yang ditandai oleh khayalan seksual dan keinginan untuk melakukan aktivitas seksual (Kuppermann dkk., 2005). Selain itu penelitian lain yeng mendukung adalah (Berek, 2007; Wulandari, Rachman dan Nisman (2016)).Dalam aktivitas seksual yang timbul dyspareunia maka mengakibatkan perubahan hasrat seksual. Jika kondisi mengenai dyspareunia dapat diatasi maka dapat meningkatkan hasrat dan frekuensi seksual. 3. Respon Terhadap Masalah yang Dihadapi Penelitian ini menjelaskan bahwa respon terhadap masalah yang di hadapi pasien pasca TAH BSOadalah dukungan positf suami dan mengurangi frekuensi hubungan seksual. Pengaruh dukungan positif suami sangat berperan dalam membantu mengatasi permasalahan yang di hadapi pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liamputtong dan Abboud (2005) yang mana dukungan suami merupakan hal yang sangat penting untuk memperkuat proses penerimaan individu terhadap perubahan yang dialaminya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan permasalahan seksual pasien pasca histerektomi. Selain itu mengurangi frekuensi hubungan seksual juga memiliki peran besar dalam mengurangi permasalahan pasien. Gangguan fisiologis dan anatomis pasca TAH BSO memang berpengaruh terhadap frekuensi hubungan seksual pasien. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Illiano, Ester et.al (2016) Frekuensi hubungan seksual tergantung pada banyak faktor anatomis dan psikologis, terutamainteraksi antarakesejahteraan emosional, keintiman dengan pasangan, kualitas hidup dan kesehatan fisik. Kesimpulan:

6 239 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : 1) Perempuan pasca TAH BSO mengalami penurunan aktivitas seksual seperti penurunan hasrat seksual, penurunan tingkat lubrikasi hingga mengalami penurunan kualitas hubungan seksual, tetapi terdapat pasien yang tidak merasakan adanya penuruanan lubrikasi bahkan masih bisa merasakan orgasme pada saat melakukan hubungan seksual,hal tersebut disebabkan oleh kondisi psikologis serta konsekuensi medis pasca TAH BSO, 2) Perempuan pasca TAH BSO membutuhkan perhatian dari lingkungan sosial di sekitar, terutama suami yang ditunjukan melalui penguatan psikologis serta perhatian fisik salah satunya dengan pengurangan intesitas hubungan seksual; Daftar Pustaka Bayram, G.O,.& Beji, N.K. (2009). Psychosexual adaptation and quality of life after hysterectomy. Original paper. DOI /s y. diperoleh tanggal 23 Februari, Berek,Jonathan S. Berek & Novak's. (2007) Gynecology, 14th Edition Lippincott Williams & Wilkins; hal 521 Briedite, I., Ancane, G., Rogovska, I., & Lietuviete, N. (2014). Quality of Female Sexual Function after Conventional Abdominal Hysterectomy Three Months Observation, 2014(7), Hoffmann, Schei, Eriksson. (2006). Sexual experience of partners after hysterectomy, comparing subtotal with total abdominal hysterectomy.volume 85, Issue 11. Page: Illiano, Ester.et.al Hysterectomy and Sexuality.Tersedia: nce.com/wp- content/uploads/2017/01/hyst pdf (04 juli 2017) Kuppermann. (2005). Sexual Functioning after Total Compared with Supracervical Hysterectomy : A Randomized T rial. Obstet Gynecol, 105(6), Liamputtong & Abboud, L. (2005). When pregnancy fails: coping strategies, support networks and experiences with health care of ethnic women and their partners. Journal of reproductive andinfant psychology, 23 (1), 3-18 Lieberman. (1992). The Effect of Social Support On Respond On Stress. (Bretnitz&Golberger, Ed.) (Handbook o). London: Collier Mac Millan Publisher Polit, D. F., & Beck, C. T. (2010). Essential Of Nursing Research Appraising Evidence For Nursing Practice (Sevent). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Rahimzadeh, Nazemi, & Alizadeh (2002). A Survey About The Effect Of Hysterectomy On Sexual Dysfunction In Patients Underwent Surgery InPatients Underwent Surgery In Sanandaj Behsat hospital. Scientific Journal of Kurdis - Tan University of Medical Sciences, 6(2), Retrieved from px?id=27179 Roovers, J., van der Bom, J., van der Vaart, C., & Heintz, A. (2003). Hysterectomy and sexual wellbeing: prospective observational study of vaginal hysterectomy, subtotal abdominal hysterectomy, and total abdominal hysterectomy. BMJ, 327, Retrieved from

7 Tukan, Sukartini, Yunitasari; Pengalaman Seksualitas Perempuan Pasca Tah Bso (Total Abdominal Hysterectomybilateral Salpingo Oophorectomy) d/ Windhu. (2009). Disfungsi Seksual: Tinjauan Fisiologi dan Patologis terhadap Seksualitas. Yogyakarta. Andi Wulandari, Rachman & Nisman(2016). Seksualitas Pada Wanita Setelah Total Abdominal Histerektomi. Journal of Nursing Care and Biomolecular-(2016).Vol 1.38.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga membutuhkan terciptanya keharmonisan agar tujuan-tujuan dalam pembentukan keluarga dapat tercipta. Keharmonisan keluarga terbentuk ketika nilai-nilai dalam

Lebih terperinci

Perubahan Kualitas Hidup Ditinjau Dari Aspek Psikoseksual Pasca Histerektomi Total Abdominal

Perubahan Kualitas Hidup Ditinjau Dari Aspek Psikoseksual Pasca Histerektomi Total Abdominal Perubahan Kualitas Hidup Ditinjau Dari Aspek Psikoseksual Pasca Histerektomi Total Abdominal Abstract Ucke S. Sastrawinata Bagian/KSM Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen MaranathaRS.Immanuel

Lebih terperinci

Dampak Tindakan Brakiterapi Terhadap Disfungsi seksual Pada Pasien Kanker Serviks

Dampak Tindakan Brakiterapi Terhadap Disfungsi seksual Pada Pasien Kanker Serviks 1 Dampak Tindakan Brakiterapi Terhadap Disfungsi seksual Pada Pasien Kanker Serviks Endang Murwaningsih 1,2*, Dewi Gayatri.3 1. Rumah Sakit Kanker Dharmais,Instalasi Radioterapi, Jl.Let.Jend.S.Parman kav

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Namun selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan yang dikombinasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Namun selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan yang dikombinasi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan siklus yang normal dalam kehidupan perempuan dan pasangan untuk melanjutkan keturunan. Proses tersebut sering dianggap sebagai simbol dari feminitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon seksual atau rasa sakit terkait

Lebih terperinci

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2 PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 05 SAMPAI JULI 06 Velisitas A. M. Potes, E. Suparman, B. J. Laihad Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT Bagian Obstetri

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS PADA PEREMPUAN MENOPAUSE Di Dukuh Krajan Desa Prajegan Kecamatan Sukorejo

KARYA TULIS ILMIAH. GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS PADA PEREMPUAN MENOPAUSE Di Dukuh Krajan Desa Prajegan Kecamatan Sukorejo KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS PADA PEREMPUAN MENOPAUSE Di Dukuh Krajan Desa Prajegan Kecamatan Sukorejo Oleh NIKEN PUTRI WARDYANI NIM 13612465 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah

I. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Propinsi Lampung yang memiliki daerah pesisir. Keberadaan desa pesisir merupakan salah satu bagian wilayah pesisir yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia di dunia ini pasti ingin merasa bahagia dalam hidupnya. Kebahagiaan selalu dianggap segalagalanya bagi seseorang. Padahal yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial (World Health Organization,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA Catharina Galuh Suryondari 1, Eka Yuni Indah Nurmala 2 Prodi D III Kebidanan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disfungsi seksual pada wanita merupakan masalah kesehatan reproduksi yang penting karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi reproduksi seorang wanita dan berperngaruh

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang efek terapi dengan pendekatan Cognitive-Behavioral (C-B) dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah (NPB) kronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu periode transisi pada kehidupan seorang wanita dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum (Lowdermilk et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-5 sebagai negara berpenduduk terbanyak dengan estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-5 sebagai negara berpenduduk terbanyak dengan estimasi jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut world population data sheet tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai negara berpenduduk terbanyak dengan estimasi jumlah penduduk 249 juta dengan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga sekitar 6 bulan.pada periode ini, organ reproduksi dan siklus

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI DENGAN ISTRI MENJALANI PENGOBATAN KANKER SERVIKS

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI DENGAN ISTRI MENJALANI PENGOBATAN KANKER SERVIKS GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI DENGAN ISTRI MENJALANI PENGOBATAN KANKER SERVIKS Ayu Fitri Suarlis 1, Yulia Irvani Dewi, Rismadefi Woferst 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hubungan seksual yang dilakukan terutama bersama pasangan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANJUT USIA LAKI-LAKI. Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo.

KARYA TULIS ILMIAH PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANJUT USIA LAKI-LAKI. Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo. KARYA TULIS ILMIAH PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANJUT USIA LAKI-LAKI Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo Oleh : Oleh : AWALLUL SHOLEKAH NIM : 11611943 PROGRAM STUDI D III

Lebih terperinci

FUNGSI SEXUAL PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

FUNGSI SEXUAL PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH FUNGSI SEXUAL PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH Sri Wahyuni 1, Tutik Rahayu 2 Departemen Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor

Lebih terperinci

Psychological Well Being Pada Penderita Kanker Serviks yang Melakukan Histerektomi

Psychological Well Being Pada Penderita Kanker Serviks yang Melakukan Histerektomi Psychological Well Being Pada Penderita Kanker Serviks yang Melakukan Histerektomi Devy Sofyanty AMIK BSI Bekasi Email: devy.dyy@bsi.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological

Lebih terperinci

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINEKOLOGI DIRUANGAN D ATAS RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO FAMILY SUPPORT LEVEL RELATIONS WITH ANXIETY OF PATIENTS WITH

Lebih terperinci

PERSEPSI SUAMI PADA ISTRI DENGAN MASTEKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM SURYA HUSADHA DENPASAR

PERSEPSI SUAMI PADA ISTRI DENGAN MASTEKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM SURYA HUSADHA DENPASAR PERSEPSI SUAMI PADA ISTRI DENGAN MASTEKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM SURYA HUSADHA DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : NELLA KRISWANTY NIM. 1202115002 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur adalah timbulnya mioma uteri (20-25%). Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar perilaku seksual yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual (Lis,

BAB 1 PENDAHULUAN. besar perilaku seksual yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual (Lis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus di penuhi. Di dalam masyarakat bebas seseorang dapat menyalurkan kebutuhan seksualnya

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MASTURBASI DENGAN PERILAKU MASTURBASI SISWA ASRAMA X DI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MASTURBASI DENGAN PERILAKU MASTURBASI SISWA ASRAMA X DI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012 ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MASTURBASI DENGAN PERILAKU MASTURBASI SISWA ASRAMA X DI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012 Gilang Gumilang, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J Saanin,dr.,M.Kes

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA SAAT MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN PERUBAHAN POLA SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA SAAT MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN PERUBAHAN POLA SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA SAAT MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN PERUBAHAN POLA SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN (Studi Penelitian di Klinik Kesehatan Ibu dan Anak Rumah Sakit Panti Wilasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER SERVIK STADIUM LANJUT YANG TELAH DILAKUKAN HOME CARE PALIATIF DI INSTALASI PALIATIF DAN BEBAS NYERI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA DESKRIPTIF ANALITIK Oleh : JULIA SISWIJATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

PENGALAMAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU MENOPAUSE DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

PENGALAMAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU MENOPAUSE DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI JURNAL PSIKOLOGI JAMBI ISSN : 2528-2735 VOLUME 1, NO 1, JULI 2016: 41-47 PENGALAMAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU MENOPAUSE DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI EXPERIENCE AND FAMILIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual dan muntah. Keadaan ini merupakan hal yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan terutama pada trimester pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI OLEH MARIA AGUSTINA THEODORA 80 2011 110 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi

Lebih terperinci

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis ABSTRAK Dorongan seksual yang besar dapat mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan seksual untuk memenuhi keinginannya. Secara umum, kejahatan seksual banyak terjadi di dunia, dan cenderung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Proses yang diawali dari konsepsi hingga pengeluaran bayi merupakan periode krisis

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL PADA MASA KEHAMILAN PRIMIGRAVIDA SEXUAL FUNCTION ALTERATION DURING PREGNANCY IN PRIMIGRAVIDA

PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL PADA MASA KEHAMILAN PRIMIGRAVIDA SEXUAL FUNCTION ALTERATION DURING PREGNANCY IN PRIMIGRAVIDA PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL PADA MASA KEHAMILAN PRIMIGRAVIDA SEXUAL FUNCTION ALTERATION DURING PREGNANCY IN PRIMIGRAVIDA Evelyn Indradjaja Tunardy, IMS. Murah Manoe, Telly Tessy Bagian Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Seksual menurut World Health Organization (WHO), adalah suatu keadaan fisik, emosional,mental dan kesejahteraan sosial yang stabil yang berkaitan dengan seksualitas,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2011 Baginda, 2012; Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan, Sp.OG-KFM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal 1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 PENGALAMAN PERAWAT JIWA DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN SKRIPSI Oleh Mahda Chresginova Malau 101101046 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 PRAKATA

Lebih terperinci

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: DEBBY ISABELLA 071301026 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pasangan suami istri memiliki keturunan merupakan hal yang di sangat diharapkan. Namun, sebanyak 15% pasangan didunia memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan seksualitas merupakan kebutuhan fisiologis manusia atau kebutuhan manusia yang pertama yang harus terpenuhi. Hubungan seksual pada manusia merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT STRES ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT STRES ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT STRES ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO Endang Triyanto Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ABSTRACT Disorders

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu neoplasma ganas serviks uterus, neoplasma ganas ovarium, neoplasma ganas kandung kemih (buli-buli), leiomioma

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai GelarSarjanaSains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia, baik bagi penduduk-penduduk yang paling primitif, maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia, baik bagi penduduk-penduduk yang paling primitif, maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner, yang sekarang dinamakan seksologi, tidak mempunyai definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu : penglihatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu : penglihatan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu :

Lebih terperinci

PERAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO. Prodi Keperawatan Purwokerto

PERAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO. Prodi Keperawatan Purwokerto PERAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO Endang Triyanto 1, Handoyo 2 1, Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2 Prodi Keperawatan Purwokerto ABSTRACT

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita Zahra Zettira, Khairun Nisa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Disfungsi seksual pada wanita merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 Arief Budiman, 2010; Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II : dr. Rimonta F. Gunanegara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER : July Ivone, dr.,m.s.mpd.

ABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER : July Ivone, dr.,m.s.mpd. ABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2008 Sherly, 2009; Pembimbing I Pembimbing II : Sri Nadya J Saanin, dr., M.Kes : July Ivone, dr.,m.s.mpd.ked

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang perempuan yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum perempuan menganggap kehamilan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh kita terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Kebanyakan tidak menimbulkan bahaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini jumlah penderita tumor dan kanker semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 terdapat 12,7 juta jiwa kemudian tahun 2010 meningkat menjadi

Lebih terperinci