BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sejarah Singkat Perusahaan Setelah mati selama hampir satu dekade, industri film Indonesia mulai bangkit lagi. Setiap tahun, jumlah produksi film Indonesia bertambah. Hal ini kemudian memicu PT Kharisma Starvision Plus, sebuah rumah produksi yang berlokasi di Jl. Cempaka Putih Timur XVI 11, Jakarta Pusat 151 DKI Jakarta untuk terus memproduksi film-film terbaiknya Profil Lengkap Perusahaan Kharisma Starvision Plus adalah salah satu rumah produksi di Indonesia. Didirikan pada tahun 199 oleh Chand Parwez Servia. Starvision Plus mulai dikenal masyarakat sejak adanya sitkom "Spontan" yang ditayangkan di SCTV pada tahun 1994 hingga 22. Saat ini Starvision telah memproduksi lebih dari 5 sinetron dan 2 film layar lebar

2 Profil Film Test Pack Test Pack (You're My Baby) merupakan film yang diadaptasi dari novel laris karya Ninit Yunita berjudul serupa yang diterbitkan pada tahun 25. Film Test Pack bergenre drama Indonesia ini memiliki durasi 15 menit yang disutradarai oleh Monty Tiwa. Sebuah film yang diperankan oleh Reza Rahadian sebagai Rahmat, Acha Septriasa sebagai Tata, dan Renata Kusmanto sebagai Shinta mengangkat kisah yang realistis atau sangat dekat dengan kehidupan kita seharihari. Sikap saling mencintai yang meningkat ke jenjang pernikahan, biasanya berujung dengan pertanyaan kehamilan dari orang tua hingga para tetangga. Di awal pernikahan, biasanya pertanyaan itu cukup dijawab dengan senyuman, namun lambat laun hal itu bisa memicu kekhawatiran bahkan perselisihan Sinopsis Rahmat (Reza Rahadian) dan Tata (Acha Septriasa) pasangan suami istri kelas menengah. Rahmat seorang psikolog dan Tata bekerja di perusahaan periklanan. Mereka sudah tujuh tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Keinginan Tata untuk memiliki anak, lebih besar dari Rahmat karena Rahmat beranggapan bahwa mereka berdua cukup baginya. Tata merasa kehadiran seorang anak adalah wajib. Shinta (Renata Kusmanto) seorang super model Indonesia yang mendunia. Reputasi, citra dan profesionalismenya sangat baik dan tinggi. Tidak banyak yang tahu bahwa Shinta baru bercerai dari suaminya, Heru (Dwi Sasono) karena Shinta

3 69 didiagnosa tidak dapat memberikan anak. Patah hati dan kesepian, Shinta berusaha memendamnya dengan kesibukan modeling dan rumah baru. Di saat yang sama dia teringat akan mantan pacar terdahulu yang ditinggalkan, Rahmat. Rahmat dan Tata berobat ke Dr. Peni (Oon Project Pop). Tata mulai tidak stabil akibat hormon yang disuntik untuk kesuburan. Dr Peni baru menyadari bahwa ada satu step prosedur invitro yang tidak sengaja terlewatkan, yaitu tes kesuburan sperma Rahmat, dan mendapati hasilnya bahwa Rahmat mandul. Rahmat menyembunyikan hasil tes ini dari Tata. Rahmat, yang hatinya hancur tidak dapat membahagiakan istri, bingung mencari teman yang dapat berbagi rahasia ini. Shinta senasib dengan Rahmat. Rahmat curhat pada Shinta. Tata menemukan rahasia kemandulan Rahmat. Meski marah, Tata masih bingung bagaimana dia harus bersikap. Tata mulai tidak terkendali ketika mengetahui bahwa Rahmat menghabiskan waktunya bersama Shinta. Rahmat menyatakan bahwa kekurangan dirinya tidak mungkin dapat Tata rasakan. Tata memutuskan ingin bercerai dan menerima tawaran kerja di luar negeri. Shinta melihat Rahmat yang hancur, berusaha masuk ke dalam kehidupan Rahmat. Shinta berusaha meyakinkan Rahmat bahwa mereka pasangan yang cocok karena memiliki nasib yang sama. Rahmat yang pelan-pelan mulai masuk ke dalam hidup Shinta, sebenarnya masih bimbang antara menerima takdirnya sebagai pria mandul dengan pasrah atau mengejar Tata.

4 7 Rahmat akhirnya memutuskan untuk mengejar Tata. Dari kawan Tata, Rahmat tahu bahwa Tata sedang dalam perjalanan ke airport. Rahmat mengejar sampai airport dan menemukan bahwa pesawat Tata telah pergi. Hati Rahmat remuk Cast and Crew Cast 1. Acha Septriasa sebagai Tata 2. Reza Rahadian sebagai Rahmat 3. Agung Hercules sebagai Ahmad 4. Dwi Sasono sebagai Heru 5. Fitria Sechan sebagai Yani 6. Gading Marten sebagai Zuki 7. Jaja Mihardja sebagai Pak Sutoyo 8. Karissa Habibie sebagai Dian 9. Meriam Bellina sebagai Ibu Sutoyo 1. Oon Project Pop sebagai dr. Peni S. 11. Ratna Riantiarno sebagai Ibu Rahmat 12. Renata Kusmanto sebagai Shinta 13. Tora Sudiro sebagai Boss Tata 14. Uli Herdinansyah sebagai Markus 15. Ade Habibie sebagai Fotografer 16. Endhita sebagai Ibu Hamil

5 Poppy Sovia sebagai Pengunjung Klinik Crew Produser Eksekutif : Mithu Nisar, Reza Servia, Riza Produser : D. D. Putranto, Dimas Projosujadi, Ika Muliana Sutradara Penulis : Monty Tiwa : Ninit Yunita (Novel) Adhitya Mulya (Skenario) Pemilih Peran : Moviesta Management Penata Kamera : Rollie Markiano Perekam Suara : Adi Molana Machmud Penata Artistik : Ananta Harhawardana Penata Kostum : Jacqueline T. Slamet Sumaryanto Penata Rias : Rini May Fitri Penyunting adegan : Cesa David Luckmansyah

6 72 Penata Musik : Bongky BIP Ganden Bramanto Penata Suara : Khikmawan Santosa Fotografer : Andre Setiawan Luqman Saputra Production Companies : PT Kharisma Starvision Plus 4.3 Kecenderungan Isi Novel dan Film Test Pack Tema Tema adalah dasar dari sebuah cerita, tema adalah pandangan hidup atau perasaan tertentu mengenai rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun gagasan dari suatu karya sastra. Topik atau tema pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai oleh pengarang ialah yang menjadi dasar unsur gagasan sentral. Tema dalam novel dan film masih mengandung makna yang masih umum yang nantinya akan diperinci lagi dalam bab maupun scene. Pada novel Test Pack, tema dimasukkan ke dalam 28 bab. Sedangkan pada film Test Pack, tema diperinci kembali ke dalam 15 scene. Berikut hasil analisis kecenderungan tema yang terdapat pada novel dan film Test Pack pada setiap bab dan scene.

7 73 Tabel 4.1 Perbandingan Tema Novel dan Film Tema Novel % Tema Film % Bab Scene Percintaan 28 1% Percintaan,% Perselingkuhan,% Perselingkuhan 15 1% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa, tema dalam sebuah novel menjadi sebuah identitas bagi novel tersebut. Kecenderungan tema yang terdapat dalam novel Test Pack adalah tema percintaan yang memiliki presentase sebesar 1%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada novel ini memiliki kecenderungan pada tema percintaan. Tema percintaan dalam novel Test Pack yaitu menceritakan rumah tangga yang dibangun oleh Arista Natadiningrat (Tata) dan Rahmat Natadiningrat (Kakang) selama 7 tahun yang belum juga dikarunia anak selalu dibumbui dengan cara-cara bercinta yang belum pernah mereka lakukan. Mereka berdua selalu berusaha untuk tetap saling memahami satu sama lain dan terus berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan seorang anak baik dengan mempelajari buku kamasutera, bercinta berdasarkah shio dan juga konsultasi kepada dokter. Sedangkan dalam film Test Pack tema perselingkuhan memiliki presentase sebesar 1%. Maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan film Test Pack adalah tema perselingkuhan.

8 74 Tema perselingkuhan yang ada di film Test Pack adalah dimana munculnya kembali mantan pacar dari (Rahmat Natadiningrat) kakang suami Tata yaitu (Renata Kusmanto) Shinta seorang super model Indonesia, dan tidak banyak yang tahu bahwa Shinta baru bercerai dari suaminya, Heru (Dwi Sasono) karena Shinta didiagnosa tidak dapat memberikan anak. Disaat yang sama dia teringat akan mantan pacar terdahulu yang ditinggalkan yaitu Rahmat. Rahmat dan Tata yang berobat ke Dr. Peni (Oon Project Pop) dan ia mendapati bahwa dirinya mandul. Hatinya hancur karena tidak dapat membahagiakan Tata. Rahmat menyembunyikan hasil tes kesuburannya dari Tata. Bingung mencari teman yang dapat berbagi rahasia, akhirnya Rahmat bercerita kepada Shinta yang memiliki nasib yang sama. Shinta berusaha meyakinkan kalau mereka adalah pasangan yang cocok. Tata benar-benar kecewa bahkan ingin memutuskan untuk bercerai dari Rahmat saat mengetahui bahwa Rahmat menghabiskan waktunya bersama Shinta Opening Opening merupakan elemen awal dalam sebuah cerita novel dan film. Pada novel opening adalah sebuah tanda adanya bab baru yang memiliki kesinambungan dengan bab selanjutnya, sedangkan pada film elemen ini digunakan untuk menarik perhatian penonton.

9 75 Tabel 4.2 Perbandingan Opening Novel dan Film Opening Novel % Opening Film % Bab Scene Exposition 3 1,71% Exposition 1 6,66% Inciting Moment 2 7,14% Inciting Moment 4 26,66% Rising Action 23 82,14% Rising Action 1 66,66% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Hasil tabel di atas menunjukkan sebagian besar opening pada novel ini cenderung menggunakan Rising Action, yakni sebesar 82,14%. Secara umum rising action ini yaitu dimana munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu serta digunakan untuk membuat penonton bersimpati kepada tokoh protagonis yakni pada bab 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 1, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 2, 21, 22, 23, 24, 25 dan 27 yaitu menceritakan keinginan Tata yang begitu besar dalam mengharapkan kehadiran seorang anak. Bagi Tata kehadiran seorang anak adalah wajib. Sedangkan kecenderungan opening pada film juga sama seperti novel, yakni dimana presentase untuk rising action sebesar 66,66%. Ini menunjukkan bahwa pencerita dihadapkan oleh sesuatu yaitu kejadian dimana Tata sangat menginginkan seorang anak dalam rumah tangganya.

10 Karakter Tokoh Utama Tokoh utama dalam sebuah film merupakan tokoh tumpuan, dimana tokoh ini yang menjadi sorotan utama. Film dan novel Test Pack memiliki tokoh utama yaitu Tata. Dan tabel di bawah ini adalah hasil analisis penulis mengenai kecenderungan karakter tokoh utama dalam setiap bab dan scene. Tabel 4.3 Perbandingan Karakter Utama Novel dan Film Karakter % Karakter % Tokoh Bab Tokoh Scene Utama Novel Utama Film Protagonis 25 89,28% Protagonis 8 53,33% Antagonis 2 7,14% Antagonis 7 46,66% Sidekick 1 3,57% Sidekick,% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan karakter tokoh utama dalam novel Test Pack yaitu protagonis. Hal ini tergambar dari sosoknya yang begitu sabar, memiliki keyakinan dan tidak pernah putus asa dalam usahanya untuk mendapatkan seorang anak. Sang penulis yaitu Ninit Yunita membuat sosok Tata dan suaminya yang begitu berkeyakinan kuat kalau dalam rumah tangganya akan hadir buah hati yang mereka inginkan.

11 77 Pada hasil analisis di atas diketahui bahwa karakter tokoh utama Tata dalam film Test Pack adalah protagonis. Hal tersebut dapat terlihat dari data tabel di atas yang menunjukkan angka 1%. Karakter protagonis sering disebut karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita. Ini terlihat pada karakter Tata yang sabar, ceria serta sikapnya yang penuh keyakinan dan selalu berusaha untuk mendapatkan anak Alur Cerita atau Plot Alur cerita atau sering disebut juga plot merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hubungan waktu atau hubungan sebab akibat sehingga membentuk keutuhan cerita. Alur dalam sebuah novel menentukan bagaimana sebuah novel dapat menarik bagi pembacanya agar terhanyut ke dalam cerita yang dibawa novel itu. Maka berdasarkan analisa didapatkanlah mengenai kecenderungan film dan novel Test Pack. Tabel 4.4 Perbandingan Alur Cerita/Plot Novel dan Film Alur % Alur % Cerita/Plot Bab Cerita/Plot Scene Novel Film Maju 26 92,85% Maju 12 8% Mundur,% Mundur,%

12 78 Campuran 2 7,14% Campuran 3 2% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari hasil analisis diketahui, sebagian besar scene yang terdapat pada film Test Pack cenderung menggunakan alur maju atau lurus yang frekuensinya hingga mencapai 8%. Penggambaran ini terlihat pada usaha Tata dan Kakang untuk mendapatkan seorang anak, yang dimulai dari ia sering membaca buku-buku kamasutera, melalukan hubungan berdasarkan shio, memakan makanan yang bisa meningkatkan hormon kesuburan seperti toge bahkan sampai tes kesuburan. Dan sama dengan film dalam novel pun alur cerita atau plot cenderung menggunakan alur maju Konflik Konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara stimulant. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan berbagai tingkat kompleksitas. Tabel berikut ini menganalisa konflik yang terdapat dalam novel dan film Test Pack. Tabel 4.5 Perbandingan Konflik Novel dan Film Konflik % Konflik %

13 79 Novel Bab Film Scene Internal 26 92,85% Internal 8 53,33% Eksternal 1 3,57% Eksternal 5 33,33% Flat 1 3,57% Flat 2 13,33% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari hasil analisa penulis diketahui bahwa dalam novel Test Pack konflik lebih dominan ke arah konflik internal yang mencapai 92,85%, dan konflik eksternal dan flat mendapatkan presentase yang sama sebesar 3,57%, ini terdapat pada bab 3 dan bab 1, dimana belum terlihat konflik yang signifikan. Dan dalam film, konflik yang lebih menonjol adalah konflik internal sebesar 53,33% namun tidak sebesar dalam novel. Untuk konflik eksternal sebesar 33,33% dan flat sebesar 13,33% terjadi pada scene 1 dan 2 dimana masih belum diketahui secara signifikan dan penulis masih menjelaskan latar belakang dari keluarga Tata Gaya Bahasa Novel dan film memiliki gaya bahasanya sendiri, meskipun novel dan film memiliki kesamaan yakni mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. Berikut adalah hasil analisa penulis mengenai gaya bahasa yang terdapat dalam novel serta film Test Pack.

14 8 Tabel 4.6 Perbandingan Gaya Bahasa Novel dan Film Gaya Bahasa % Gaya % Novel Bab Bahasa Film Scene Sehari-hari 28 1% Sehari-hari 15 1% Resmi,% Resmi,% Bertutur,% Bertutur,% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Gaya bahasa dalam film diwujudkan dengan audio dan visual. Dan dari analisa gaya bahasa yang digunakan pada film Test Pack cenderung pada gaya bahasa sehari-hari, ini terlihat dari presentasenya sebesar 1%. Gaya bahasa sehari-hari digunakan pada film untuk memudahkan penonton dalam mengartikan makna atau pun pesan yang ingin disampaikan. Dan pada tabel untuk gaya bahasa pada novel pun tidak jauh berbeda dengan gaya bahasa pada film yaitu sebesar 1%. Hanya yang membedakan adalah pemvisualisasian makna terhadap pembaca dan penonton. Pada gaya bahasa novel sehari-hari dapat terlihat pada setiap bab nya dalam novel, seperti pada bab 9 dimana pada saat Tata dan Kakang bertemu dengan Dr Peni di rumah sakit, gaya bahasa yang ia gunakan dalam percakapan tersebut santai dan tidak kaku.

15 Closing Closing pada sebuah film digunakan untuk menandai berakhirnya satu bagian cerita. Sedangkan pada novel, closing menandai berakhirnya satu bagian cerita yang terdapat dalam bab. Tabel di bawah ini adalah analisa penulis mengenai closing yang terdapat dalam film dan novel Test Pack, yang didasarkan pada scene per scene serta bab per bab. Tabel 4.7 Perbandingan Closing Novel dan Film Closing Novel % Closing Film % Bab Scene Happy Ending 28 1% Happy Ending 15 1% Sad Ending,% Sad Ending,% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dalam film Test Pack, Closing digunakan sebagai ending cerita keseluruhan atau benang merah antar scene. Menurut hasil analisa, kecenderungan closing film ini yaitu happy ending, begitu juga dengan novel yang memiliki closing dengan happy ending. Dimana closing pada novel dan film berakhir dengan cerita dimana Tata dan Kakang memutuskan untuk mengadopsi anak.

16 Pesan Film merupakan media yang memberikan pengaruh yang kuat untuk para khalayak. Untuk itu dalam film terdapat pesan yang terkandung di dalamnya. Pesan inilah yang nantinya akan membawa pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat. Dalam novel pun pesan dapat dikatakan sebagai amanat. Berikut ini adalah analisa penulis terhadap film dan novel Test Pack. Tabel 4.8 Perbandingan Pesan Novel dan Film Pesan Novel % Pesan Film % Bab Scene Agama,% Agama,% Moral 12 42,85% Moral 6 4% Sosial 16 57,14% Sosial 9 6% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Hasil penelitian di atas menunjukkan menunjukkan 57,14% pesan bersifat sosial, dan ditambah sedikit dengan moral yang mendapat presentase sebesar 42,85%. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan pesan yang disampaikan adalah pesan sosial, dimana pada bab terakhir, dengan adanya komitmen yang kuat, Tata bisa menerima kakang apa adanya dan akhirnya Tata dan Kakang suaminya memutuskan untuk kembali dan mengadopsi seorang anak dari panti

17 83 asuhan. Dan untuk pesan moral terdapat pada bab 14, yaitu pada saat Kakang dinyatakan infertil, sebuah kenyataan yang merupakan cobaan untuk keluarganya terutama isterinya Tata. Novel ini berpesan bahwa pernikahan bukan hanya untuk memiliki anak. Tetapi perlu adanya komitmen untuk bisa saling menerima dan melengkapi kekurangan satu sama lain. Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa kecenderungan pesan yang terkandung dalam film Test Pack adalah sosial. Tidak jauh dengan novelnya, pada film pesan-pesan sosial lebih ditonjolkan dimana menerangkan bagaimana kesabaran dan usaha yang sangat keras dilakukan oleh pasangan Tata dan Kakang dalam rumah tangganya untuk mendapatkan seorang anak. Dimana kodrat seorang wanita yang ingin menjadi ibu seperti wanita-wanita lainnya yang bisa mengandung, melahirkan dan membesarkan buah hatinya Pola Alur atau Jalan Cerita Pola alur dalam sebuah penceritaan novel serta film merupakan desain jalan cerita. Dimana menghubungkan bab yang satu dengan bab yang lain, juga scene yang satu dengan scene yang lain. Berikut adalah hasil analisa penulis terhadap novel dan film Test Pack. Tabel 4.9 Perbandingan Pola Alur/Jalan Cerita Novel dan Film Pola % Pola % alur/jalan Bab Alur/Jalan Scene Cerita Novel Cerita Film

18 84 Pola Cinta 21 75% Pola Cinta 6 4% Pola Segitiga,% Pola Segitiga 8 53,33% Pola Sukses,% Pola Sukses,% Pola Keluarga 7 25% Pola Keluarga 1 6,66% Pola Kembali,% Pola Kembali,% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari data pada tabel di atas dalam novel dapat diketahui bahwa terdapat 75% untuk pola cinta, dan 25% untuk pola keluarga. Pada pola cinta yaitu dimana Tata dan Kakang yang selalu berusaha untuk melakukan intensifikasi penyerbukan baik dengan gaya baru atau bercinta berdasarkan shio, dan pola keluarga yaitu pada bab dimana Rahmat dan Tata pasangan suami istri kelas menengah. Rahmat seorang psikolog dan Tata bekerja sebagai pengacara. Mereka sudah tujuh tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Keinginan Tata untuk memiliki anak, lebih besar dari Rahmat karena Rahmat beranggapan bahwa mereka berdua cukup baginya. Tata merasa kehadiran seorang anak adalah wajib. Dari data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pola segitiga serta pola cinta menjadi kecenderungan pola yang dipakai pada scene film Test Pack dengan presentase pola segitiga sebesar 53,33% dan pola cinta sebesar 4%. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh terlihat jelas jika film Test Pack lebih menonjol atmosfer segitiga. Pola segitiga yang digambarkan pada film ini adalah dimana munculnya kembali mantan pacar dari Rahmat suami Tata yaitu Shinta seorang super model Indonesia, dan tidak banyak yang tahu bahwa Shinta

19 85 baru bercerai dari suaminya, Heru karena Shinta didiagnosa tidak dapat memberikan anak. Disaat yang sama dia teringat akan mantan pacar terdahulu yang ditinggalkan yaitu Rahmat. Rahmat dan Tata yang berobat ke Dr. Peni dan ia mendapati bahwa dirinya mandul. Hatinya hancur karena tidak dapat membahagiakan Tata. Rahmat menyembunyikan hasil tes kesuburannya dari Tata. Bingung mencari teman yang dapat berbagi rahasia, akhirnya Rahmat bercerita kepada Shinta yang memiliki nasib yang sama. Shinta berusaha meyakinkan kalau mereka adalah pasangan yang cocok. Tata benar-benar kecewa bahkan ingin memutuskan untuk bercerai dari Rahmat saat mengetahui bahwa Rahmat menghabiskan waktunya bersama Shinta Sudut Pandang Pencerita Sudut pandang dalam sebuah novel digunakan untuk membatasi isi pencerita dalam menempatkan dirinya pada novel sedangkan pengambilan sudut pandang penceritaan dalam sebuah film adalah untuk memberi kesan akhir yang diinginkan. Tabel berikut ini adalah analisa sudut pandang pencerita novel dan film Test Pack. Tabel 4.1 Perbandingan Sudut Pandang Novel dan Film Sudut Pandang % Sudut % Pencerita Bab Pandang Scene

20 86 Novel Pencerita Film Orang Pertama 28 1% Orang Pertama 12 8% Tunggal Tunggal Orang Ketiga,% Orang Ketiga 3 2% Serba Tahu Serba Tahu Orang Ketiga,% Orang Ketiga,% Terbatas Terbatas Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari analisa di atas menunjukkan bahwa pencerita dalam novel Test Pack lebih menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal yaitu dengan presentase sebesar 1%. Dimana pencerita menempatkan dirinya pada tokoh Arista Natadiningrat atau Tata. Hasil analisa menunjukkan kecenderungan sudut pandang pencerita film Test Pack menempatkan dirinya sebagai orang pertama tunggal dengan presentase 8%. Dimana sang narator atau pencerita adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita Unsur Dramatik Unsur dramatik dalam novel digunakan sebagai bumbu cerita agar pembaca dapat ikut masuk ke dalam cerita dan berimajinasi secara liar dengan pikirannya. Maka dalam film unsur dramatik dibutuhkan untuk melahirkan gerak

21 87 cerita pada film itu sendiri. Berikut hasil analisa penulis mengenai unsur dramatik pada novel dan film Test Pack. Tabel 4.11 Perbandingan Unsur Dramatik Novel dan Film Unsur % Unsur % Dramatik Novel Bab Dramatik Film Scene Suspense,% Suspense,% Curiosty 22 78,57% Curiosty 13 86,66% Surprise 6 21,42% Surprise 2 13,33% Jumlah 28 1% Jumlah 15 1% Dari analisa unsur dramatik pada novel kecenderungan terdapat pada curiosty yang mendapat presentase sebesar 78,57% dan ini terjadi pada bab 1,2,3,4,5,6,7,8,9,1,11,12,13,17,18,19,2,21,22,23,24 dan 25. Selain unsur curiosty, terdapat juga surprise yang mendapat presentase sebesar 21,42%. Dari analisa, unsur dramatik yang terkandung pada film Test Pack adalah curiosty yang mendapatkan presentase sebesar 86,66%. Yaitu dimana banyak sekali hal-hal yang dinanti dalam keluarga Tata dan Kakang seperti informasi mengenai kesuburan antara Tata dan Kakang. Dan terdapat presentase sebesar 13,33% untuk surprise yaitu pada scene terakhir dimana akhirnya Tata tidak jadi pergi meninggalkan Kakang ke luar negeri, melainkan Tata kembali ke Kakang dan menerima setiap kekurangan Kakang.

22 Pembahasan Film Test Pack karya Monty Tiwa yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Ninit Yunita merupakan film bergenre drama yang dibalut dengan unsur komedi. Film ini merupakan film yang menarik untuk ditonton oleh pasangan muda karena memperlihatkan esensi cinta, perkawinan, rumah tangga dan eksistensi anak-anak dalam sebuah keluarga. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode analisis isi dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti akan menjelaskan mengenai perbandingan isi dari film dan novel Test Pack yang dilihat dari struktur penceritaannya, maka ditemukan beberapa perbedaan dan kesamaan yang mendasar. Dalam hal ini konsep yang digunakan adalah teori komunikasi dua tahap dimana menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan yang lainnya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada struktur penceritaan seperti tema, opening, karakter tokoh utama, alur cerita/plot, konflik, gaya bahasa, closing, pesan, pola alur/jalan cerita, sudut pandang, dan unsur dramatik dimana novel sebagai acuan yang diadaptasi ke film dan divisualisasikan ke dalam gambar untuk mendapatkan nilai lebih dari sebuah novel dihati penontonnya. Berdasarkan hasil dari kedua koder dan peneliti novel yang diadaptasi ke dalam film dengan judul yang sama yaitu Test Pack merupakan film adaptasi yang juga membawa maksud elemen penceritaan dalam teks asal digugurkan dan

23 89 tidak dimasukkan ke dalam film, banyak juga elemen dalam film itu diganti atau ditambah. Dari hasil tersebut dan dikaitkan dengan teori yang digunakan, menyatakan bahwa novel dan film mempunyai fungsi yang sama sebagai media yaitu samasama menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda. Namun tidak sepenuhnya masyarakat dipengaruhi oleh media yang ia lihat, ada pula campur tangan orang terdekat yang bisa lebih mempengaruhi dalam menangkap makna dari pesan yang disampaikan. Pada tema dalam novel lebih menceritakan mengenai percintaan dan dalam film tema yang diceritakan adalah perselingkuhan. Itu berarti adanya sebuah elemen yang diganti agar lebih menarik yaitu perselingkuhan. Opening dalam novel dan film sama-sama memiliki nilai yang terbesar yairu rising action, dimana munculnya masalah pada tokoh utama. Karakter tokoh utama dalam novel dan film pun sama-sama memiliki nilai yang besar yaitu protagonis dimana penulis selalu membuat sosok yang mewakili sisi kebaikan yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita. Alur cerita/plot disajikan dengan menggunakan alur maju yang bercerita berdasarkan urutan kronologis namun dalam film sedikit ditambahkan alur campuran ketimbang di novel. Konflik internal pun mendominasi dalam novel dan film, namun dalam film sedikit ditambahkan dengan konflik eksternal. Gaya bahasa dalam novel dan film cenderung menggunakan bahasa sehari-hari. Closing dalam novel berakhir pada happy ending, begitu pula dengan film closing berakhir dengan happy ending. Pesan yang menonjol adalah pesan sosial, dimana diperlukannya sebuah komitmen yang

24 9 kuat untuk saling melengkapi satu sama lainnya. Pola alur dalam novel yang menonjol adalah pola cinta, sedangkan dalam novel pola segitiga lebih ditonjolkan. Sudut pandang yang memiliki nilai paling besar adalah orang pertama tunggal dimana pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama. Unsur dramatik yang menonjol adalah curiosty dimana penulis membuat cerita yang memancing keingintahuan penonton dengan cara mengulur informasi tentang sebuah masalah. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa film Test Pack merupakan salah satu yang terdapat sedikit perombakan terhadap karya sastra aslinya yaitu novel.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia muda dengan teknik Continuity Editing sebagai upaya penyadaran pada

BAB I PENDAHULUAN. usia muda dengan teknik Continuity Editing sebagai upaya penyadaran pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat film pendek tentang pernikahan usia muda dengan teknik Continuity Editing sebagai upaya penyadaran pada remaja. Hal ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat kehidupan yang semakin berkembang dari segi sosial, ekonomi. membuat banyak individu memiliki sikap masing-masing. Terlihat di kehidupan masyarakat kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Televisi merupakan media massa yang paling mudah di akses oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Televisi merupakan media massa yang paling mudah di akses oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan media massa yang paling mudah di akses oleh khalayak. Hampir semua kalangan masyarakat, khususnya di Indonesia, mempunyai satu atau bahkan

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan uraian demi uraian yang membuat penulis semakin sadar akan arti sebuah penelitian. Pada kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelititan kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan tindakan yang setiap hari dilakukan oleh individu. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan pesan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir.

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tayangan Sepeda Untuk Shania Adaptasi dari buku kumpulan Cerpen Another Name, Another Story judul; Sepeda Untuk Shania. 1.2 Latar Belakang Film Indonesia mulai dibuat pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan analisis data mengenai struktural, keterjalinan unsur-unsur, nilai pendidikan, dan relevansi dalam kumpulan cerkak Lelakone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi tersebut dikembangkan sesuai dengan pemikiran pribadi pengarang serta pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

RESENSI FILM EMAK INGIN NAIK HAJI

RESENSI FILM EMAK INGIN NAIK HAJI RESENSI FILM EMAK INGIN NAIK HAJI OLEH KELOMPOK 4 : 1. Eka Fitrianingsih 2. Eva Aprillia 3. Indri Setiarini 4. M. Romli 5. Siti Kholifah XII TPHP SMK NEGERI 1 PURWOSARI Jl. Raya Purwosari- Purwosari Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan menjadi hal yang paling penting dalam fase kehidupan manusia. Tahapan ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan media komunikasi yang efektif. stasiun-stasiun televisi di Indonesian seperti RCTI, SCTV, ANTV,

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan media komunikasi yang efektif. stasiun-stasiun televisi di Indonesian seperti RCTI, SCTV, ANTV, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri sebagai alat untuk berinteraksi dari individu ke individu yang lain. Disadari atau tidak bahwa manusia selalu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Model Laswell adalah model yang bersifat satu arah, sama dengan teori terdahulu yaitu teori S-R (stimulus- respon) yang muncul pada masa dua perang dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, media massa pun berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan film. Di Indonesia, film tidak hanya merupakan sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah satu tayangan yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap penontonnya, karena media televisi

Lebih terperinci

Review Film : Judul Film : SILVER LININGS PLAYBOOK (2012) Genre : Romance/Comedy. Sutradara : David O. Russell.

Review Film : Judul Film : SILVER LININGS PLAYBOOK (2012) Genre : Romance/Comedy. Sutradara : David O. Russell. Review Film : Judul Film : SILVER LININGS PLAYBOOK (2012) Genre : Romance/Comedy. Sutradara : David O. Russell. Skenario : David O. Russell (screenplay) & Matthew Quick (novel, The Silver Linings Playbook

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 77 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Dengan metode deskriptif masalah yang terjadi dapat dipecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Soraya Intercine Films adalah sebuah rumah produksi di Indonesia yang didirikan pada tahun 1982 di Jakarta. 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Untuk menemukan struktur dan aspek sosiologi sastra novel Galaksi Kinanthi karya Tasaro GK, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Besarnya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik secara nasional maupun lokal menunjukkan bahwa perkembangan media massa khususnya media televisi kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES

BAB IV ANALISIS PROSES 72 BAB IV ANALISIS PROSES 4.1 Tahapan Proses Produksi Film pendek 5 Rumus Cinta merupakan film bergenre drama fiksi yang dikarang oleh Rizka Anwar Fauzia. Film ini melewati berbagai tahapan proses dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergaulan bebas dikalangan remaja dijelaskan oleh Rini Fauziah

BAB I PENDAHULUAN. Pergaulan bebas dikalangan remaja dijelaskan oleh Rini Fauziah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergaulan bebas dikalangan remaja dijelaskan oleh Rini Fauziah (http://rinifauziah.blogspot.com) yaitu salah satu kebutuhan hidup dari manusia, sebab manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan media lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menurut ragamnya terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi umumnya dibagi menjadi dua, cerita pendek (cerpen) dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian sosial. Kepedulian sosial tersebut dikerucutkan pada orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam alur ceritanya yang berbeda-beda. Film yang bertemakan horor yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam alur ceritanya yang berbeda-beda. Film yang bertemakan horor yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern semakin banyak media hiburan film yang dapat dinikmati masyarakat.film merupakan sesuatu yang sudah dikenal oleh seluruh dunia.film merupakan media campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia saat ini tidak dapat dibendung lagi. Banyaknya penemuan-penemuan, pada akhirnya memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas sosialnya.

Lebih terperinci