BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Preeklamsia a. Definisi Preeklamsia adalah penyakit hipertensi kehamilan tertentu yang dapat disebabkan oleh kegagalan fungsi endotel vaskuler dan vasospasme pembuluh darah dengan keterlibatan multisistem yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Preeklamsia dapat berlangsung hingga 4 6 minggu post partum. Penyakit ini ditentukan oleh kejadian hipertensi onset baru ditambah onset baru proteinuria dengan atau tanpa edema patologis. Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan adanya edema (American College of Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et al., 2014). Insidensi preeklamsia sekitar 5 % sampai 10 % dari seluruh kehamilan, dengan insidensi yang lebih tinggi pada kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan wanita dengan riwayat preeklamsia sebelumnya (Lindheimer et al., 2008; Rugolo et al., 2011). b. Faktor Risiko 1) Primipara 2) Riwayat preeklamsia pada kehamilan

2 5 Risiko preeklamsia meningkat tujuh kali lipat pada kehamilan dengan riwayat preeklamsia sebelumnya. 3) Adanya hipertensi kronik atau penyakit ginjal kronik atau keduanya 4) Usia Kehamilan Preeklamsia pada kehamilan pertama dengan persalinan pada usia kehamilan 32 minggu sampai 36 minggu akan meningkatkan risiko preeklamsia pada kehamilan kedua sebesar 25,3 %. 5) Riwayat keluarga dengan preeklamsia 6) Obesitas Wanita dengan Indeks Massa Tubuh (BMI) < 20 kg/m 2 memiliki risiko sebesar 4,3 % dan wanita dengan BMI > 35 kg/m 2 memiliki risiko sebesar 13,3 % 7) Donor oosit atau inseminasi donor dan riwayat trombofilia 8) Infeksi saluran kemih, Diabetes Melitus, penyakit vaskular kolagen, mola hidatidosa, dan penyakit periodontal 9) Usia Ibu Wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia. 10) Ras Di Amerika Serikat, preeklamsia pada wanita berkulit putih 1,8 % dan 3 % pada wanita berkulit hitam.

3 6 11) Faktor tambahan yang memengaruhi terjadinya preeklamsia adalah kehamilan multipel, plasentasi yang buruk dan beberapa hal lain yang meningkatkan massa plasenta dan perfusi plasenta yang buruk (American College of Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et al., 2014). c. Patogenesis dan Patofisiologi 1) Implantasi Abnormal Salah satu mekanisme yang berperan pada proses abormalitas invasi trofoblas dan remodelling pembuluh darah adalah jalur Notch signaling (American College of Obstetrics and Gynecology, 2013). Jalur Notch signaling mengatur diferensiasi dan fungsi sel selama sel kontak di dalam jaringan. Komponen ini adalah komponen penting di mana sel-sel trofoblas janin menginvasi dan merubah pembuluh darah ibu (Hunkapiller et al., 2011). Notch2 floxlflox ; Tpbpa-Cre yang gagal merubah pembuluh darah ibu secara adekuat akan menyebabkan penurunan perfusi plasenta. Kegagalan transformasi fisiologis ini dikaitkan dengan tidak adanya Notch2 karena berkurangnya diameter pembuluh darah dan perfusi plasenta. Trofoblas mengkoordinasi peningkatan pasokan pembuluh darah ibu melalui invasi progresif dan pelebaran pembuluh darah ibu. Perivaskular dan endovaskular sitotrofoblas sering gagal untuk mengekspresikan JAG1 yang merupakan ligan Notch di preeklamsia memberikan bukti lebih lanjut bahwa kelainan pada Notch

4 7 signalingmemiliki peran penting dalam patogenesis preeklamsia (Hunkapiller et al., 2011). 2) Stres Oksidatif dan Nitrat Oksida Disfungsi Nitrat Oksida (NO) merupakan salah satu jalur yang terlibat dalam patogenesis preeklamsia. NO adalah vasodilator utama dan radikal bebas yang sangat reaktif, disintesis oleh sel endotel dari L-arginine. Penurunan konsentrasi NO dalam plasma dan plasenta dapat menyebabkan kurangnya efek vasodilatasi parakrin pada aliran darah uteroplasenta (Rugolo et al., 2011). Penurunan bioavailabilitas NO terjadi melalui pengurangan produksi atau peningkatan konsumsi NO oleh stres oksidatif. Stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksin akan merangsang kerusakan sel endotel pembuluh darah yang nantinya akan menimbulkan disfungsi endotel (Roeshadi, 2006; Rugolo et al., 2011). Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan antara produksi zat-zat vasodilator (misalnya prostasiklin dan nitrat oksida) dengan vasokonstriktor (misalnya endotelium I, tromboksan, dan angiotensin II) sehingga terjadi vasokontriksi dan menyebabkan hipertensi (Roeshadi, 2006). 3) Disfungsi Endotel Gangguan sel endotel jika dibiarkan akan menimbulkan kebocoran khususnya pada sistem mikrovaskular yang akan direspon

5 8 tubuh dengan manifestasi agregasi tombosit. Dalam keadaan normal, sel endotel akan memproduksi prostasiklin (PGI2) dan trombosit akan memproduksi tromboksan 2 (TXA2). (Birawa et al., 2009). Prostasiklin (PGI2) merupakan vasodilator kuat otot polos yang bekerja pada reseptor spesifik sel otot polos dan merangsang pembentukan cyclic adenosin monophosphate (camp) melalui siklus adenylate serta faktor relaksasi yang kuat. Tromboxan (TXA) merupakan vasokonstriktor kuat. Akibat rasio PGI2 : TXA meningkat maka efek vaskonstriktif akan tinggi dan menyebabkan terjadinya hipertensi. Disfungsi endotel akan menyebabkan ke luarnya mediator inflamasi seperti TNF-α, Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6), Interleukin-8 (IL-8), Interleukin-10 (IL-10) dan fibronektin serta mikropartikel endotel yang terbukti meningkat pada preeklamsia (Birawa et al., 2009). 4) Faktor Angiogenik Pada plasenta ibu terdapat dua protein yang dapat mencapai jumlah abnormal di sirkulasi ibu. Pertama adalah solublefms-like tyrosine kinase 1 (sflt-1) yang merupakan reseptor Placental Growth Factor (PIGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Peningkatan kadar sflt-1 ibu akan menurunkan konsentrasi sirkulasi PIGF dan VEGF sehingga terjadi disfungsi endotel. Inaktivasi VEGF bebas menyebabkan endoteliosis gromular sehingga terjadi proteinuria. Kedua, protein antiangiogenik, soluble Endoglin (seng)

6 9 yang dapat mengganggu pengubahan ikatan growth factor β1 menjadi reseptor endotelial sehingga mengurangi nitrat oksida endotel dan menyebabkan terjadinya preeklamsia (Lindheimer et al., 2008; American College of Obstetrics and Gynecology, 2013). 5) Renin - Angiotensin System ( RAS ) Angiotensin II type-1 receptor autoantibody (AT1 AA) ikut berperan dalam peningkatan sel endotel dan sensitivitas tekanan darah serta sensitivitas angiotensin II (ANGII) (Wenzel et al., 2011). Sel endotel meningkatkan sekresi Endhotelin-1 (ET-1) dalam merespon ANGII atau AT1-AA. Ketika AT1-AA dan ANGII bergabung, sekresi sel endotel ET-1 meningkat 200 kali lipat dibandingkan jika hanya merespon ANGII atau AT1-AA saja. Sementara itu, baik ANGII atau AT1-AA akan meningkatkan tekanan darah selama kehamilan. AT1- AA memiliki peran penting untuk meningkatkan sensitivitas sel endotel ataupun tekanan darah terhadap ANGII selama kehamilan (LaMarca B, 2012). 6) Sistem Imun Respon inflamasi memiliki peran penting selama plasentasi, natural cell killer mensekresi sitokin yang akan meningkatkaninfiltrasi trofoblas ke arteri spiral sehingga menyebabkan respon inflamasi desidua. Plasentasi yang buruk dan berkurangnya suplai darah uteroplasenta menyebabkan hipoksia plasenta yang diikuti pelepasan beberapa mediator seperti faktor

7 10 pertumbuhan dan reseptor terlarutnya, sitokin inflamasi, debris plasenta, dan produk stres oksidatif plasenta. Hal ini menyebabkan respon inflamasi sistemik yang berhubungan erat dengan disfungsi sel endotel dan aktivasi leukosit (Rugolo, 2011). Genbacev dalam Uzan et al. (2011) menyatakan preeklamsia dapat terjadi akibat penurunan sistem kekebalan ibu yang mencegah pengenalan unit fetoplasenta. Produksi berlebihan sel imun menyebabkan sekresi Tumor Necrosis Factor α (TNFα) yang akan menginduksi apoptosis sititrofoblas ekstravili. Colbern et al. dalam Uzan et al. (2011) juga menyatakan bahwa sistem Human Leukocyte Antigen (HLA) juga memainkan peran dalam invasi arteri spiral, dan wanita dengan pre-eklampsia menunjukkan penurunan kadar HLA-G dan HLA-E. Gambar 2.1 Patogenesis Preeklamsia (Rugolo et al., 2011)

8 11 d. Diagnosis dan Klasifikasi Preeklamsia 1) Menurut Onset Menzies et al. dalam Hypertesive Disease in Pregnancy menggolongkan preeklamsia menjadi dua jenis yaitu preeklampsia onset awal dan preeklamsia onset lambat. Preeklamsia onset awal cenderung berkembang sebelum usia kehamilan 34 minggu, preeklamsia onset lambat muncul pada atau setelah usia kehamilan 34 minggu. Preeklamsia onset awal biasanya dikaitkan dengan disfungsi plasenta, penurunan volume plasenta, IUGR, abnormalitas uterus dan evaluasi Doppler arteri umbilikus, disfungsi multiorgan, kematian perinatal dan luaran maternal dan neonatal yang kurang baik. Preeklamsia onset lambat diperkirakan muncul dari gangguan konstitusional ibu, hal itu lebih terkait dengan plasenta yang normal dan hasil evaluasi Doppler yang baik, berat lahir normal dan luaran ibu dan janin yang baik (Arulkumaran et al., 2014). 2) Menurut Derajat a) Preeklamsia ringan Preeklamsia ringan didefinisikan sebagai hipertensi (tekanan darah 140/90 mm Hg) tanpa bukti kerusakan organ. Pasien yang sebelumnya sudah memiliki hipertensi esensial, preeklamsia didiagnosis jika tekanan darah sistolik telah meningkat sebesar 30 mmhg atau jika tekanan darah diastolik telah meningkat sebesar 15 mm Hg (Lim et al., 2014).

9 12 b) Preeklamsia Berat Preeklamsia berat dikaitkan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi dan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ibu 160 mmhg atau tekanan darah diastolik 110 mmhg atau lebih tinggi dua kali lipat pada pemeriksaan setidaknya 6 jam terpisah; gangguan neurologis maternal seperti sakit kepala terus-menerus, tinnitus yang menyebar, refleks tendon polikinetik, eklamsia, edema paru akut, proteinuria 5 g/hari atau lebih dari 3+ pada dua sampel urin yang dikumpulkan secara acak minimal 4 jam terpisah, oliguria < 500 cc/hari, kreatinin > 120 µmol/l, sindrom HELLP, trombositopenia < /mm3, edema paru atau sianosis, nyeri epigastrium dan atau gangguan fungsi hati, dan kriteria pada janin terutama Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), oligohidramnion, kematian janin dalam rahim, atau abrupsio plasenta ( Sibai dan Barton, 2007; Uzan et al., 2011; Lim et al., 2014). Kriteria diagnosis preeklamsia berat menurut POGI tahun 2010 adalah preeklamsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda di bawah berikut : (1) Tekanan darah pasien dalam keadaan istirahat tekanan sistolik 160 mmhg dan atau tekanan diastolik 110 mmhg

10 13 (2) Proteinuria, yaitu protein 5 gr/jumlah urin selama 24 jam atau dipstick 4 + (3) Oliguria, adalah produksi urin < cc/24 jam (4) Kenaikan kreatinin serum (5) Edema paru dan sianosis (6) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen. (7) Gangguan otak dan visus antara lain perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan pandangan kabur. (8) Gangguan fungsi hepar (9) Hemolisis mikroangiopatik (10) Trombositopenia; yaitu trombosit< cell/mm 3 (11) Sindroma HELLP POGI (2010) membagi preeklamsia berat dalam beberapa kategori : (1) Preeklamsia berat tanpa impending eklamsi (2) Preeklamsia berat dengan impending eklamsi, dengan gejala impending : nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium, dan nyeri kuadran kanan atas abdomen. Penatalaksanaan preeklamsia berat bertujuan mengendalikan tekanan darah dan mencegah terjadinya eklamsia, persalinan pervaginam pada pasien dengan kehamilan cukup bulan dan operasi caesar pada kasus mendesak atau ketika induksi persalinan gagal, dengan pengaturan waktu yang seimbang antara

11 14 keselamatan ibu dengan risiko kelahiran janin yang berpotensi prematur (kurang bulan). Manajemen kehamilan hanya untuk beberapa pasien yang jauh dari usia kehamilan cukup bulan tetapi stabil pada pemberian terapi obat antihipertensi, dengan hasil pemeriksaan laboratorium stabil dan profil biofisik janin yang meyakinkan (Turner, 2010). Norwitz dan Funai (2008) memberikan pedoman untuk mengidentifikasi kondisi di mana manajemen kehamilan dapat digunakan untuk pasien dengan preeklamsia berat: (1) Tidak ada istilah preeklamsia sedang hanya ada ringan atau berat. (2) Ketika janin dapat dilahirkan dengan aman, segera melakukan proses persalinan, dengan catatan ada perawatan neonatal yang baik. (3) Tidak ada manfaat bagi ibu untuk melanjutkan kehamilan ketika sudah terdiagnosis preeklamsia berat. (4) Tidak ada pengelolaan konservatif untuk keadaan: terdapat gejala utama eklamsia, edema paru, gangguan serebrovaskular, oliguria atau gagal ginjal, kerusakan hati atau gangguan hemopoetic, dan ditandai dengan adanya growth restriction (hambatan pertumbuhan). (5) Pengobatan anemia hemolitik, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang rendah (sindrom HELLP) dengan

12 15 steroid terbukti meningkatkan beberapa marker atau tanda dari preeklamsia berat tetapi tidak dapat memperbaiki keluaran ibu atau janin, sehingga tetap diindikasikan untuk melakukan persalinan. (6) Kontrol tekanan darah, tekanan darah sistolik harus kurang dari 160 mmhg dan tekanan darah diastolik harus kurang dari mmhg. (7) Mempertahankan kehamilan ketika sudah didiagnosis preeklamsia berat hanya boleh dilakukan di rumah sakit pusat ketiga dengan memberikan informed concent yang lengkap setelah konseling dengan spesialis fetomaternal dan neonatologis. Komplikasi preeklamsia berat pada ibu meliputi edema pulmo, infark miokardial, acute respiratory distress syndrome, koagulopati, gagal ginjal berat, dan retinal injury. Komplikasi pada janin dan bayi baru lahir berasal dari insufisiensi uteroplasenta atau kelahiran prematur, atau bisa dari keduanya (American College of Obstetrics and Gynecology, 2013). 2. Intrauterine Growth Restriction (IUGR) a. Definisi Intrauterine Growth Restriction (IUGR) mengacu pada pertumbuhan janin yang buruk selama kehamilan sehingga tidak dapat mencapai ukuran potensial commit genetik to user yang telah ditentukan dengan ukuran

13 16 kurang dari 90 % dari janin lain dengan usia kehamilan yang sama (Storck, 2012; Ross, 2013). Nardoza dalam Tang et al. (2013) menyatakan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) juga dikenal sebagai Fetal Growth Restriction (FGR), yaitu ketidakmampuan janin tumbuh sesuai pertumbuhan yang diharapkan dengan taksiran berat janin atau berat lahir di bawah persentil ke-10 untuk usia kehamilan. Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dapat dibagi menjadi simetris dan asimetris. IUGR simetris ditandai dengan penurunan yang sama dan proporsional dari seluruh parameter auksologikal, termasuk berat badan, panjang, serta lingkar kepala dan lingkar perut. IUGR asimetris ditandai dengan penurunan panjang badan yang lebih besar daripada berat badan (Puccio, 2013). IUGR merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal. Angka kejadian IUGR di negara maju sebesar 3 %, sedangkan di negara berkembang mencapai % (Barut et al., 2010). Manning dalam Sheridan (2005) menyatakan pada usia kehamilan yang tepat, sekitar % janin diidentifikasi sebagai IUGR yang secara konstitusional kecil tetapi sehat, % merupakan kasus IUGR sesungguhnya, dan sisanya sekitar 5 10 % janin mengalami kelainan kromosom/anomali struktural atau infeksi intrauterin kronis.

14 17 Beberapa faktor yang dapat menyebabkan IUGR antara lain : 1) Faktor maternal meliputi riwayat IUGR sebelumnya, preeklamsia, status sosial ekonomi rendah, usia kehamilan yang terlalu muda, status gizi yang buruk, anemia maternal, pemeriksaan antenatal yang buruk, penyalahgunaan zat, penyalahgunaan obat, berat badan ibu sebelum hamil rendah, berat badan ketika hamil rendah, ketuban pecah dini, Diabetes Melitus, hipertensi, dan merokok. 2) Faktor fetal antara lain faktor genetik, malformasi kongenital, infeksi (rubella, citomegalovirus/cmv, herpes, varicella, herpes zoster, Human Immunodeficiency Virus/HIV, toksoplasma, malaria, sifilis), dan kehamilan multipel. 3) Faktor plasental antara lain penurunan sirkulasi sel dendritik, implantasi abnormal, abrupsio plasenta, plasenta previa, hemangioma plasenta, dan obliterasi vili fetus. (Haram et al., 2006; Rijken et al., 2012; Haram et al., 2013; Suhag dan Berghella, 2013). Pertumbuhan pembuluh darah plasenta dimulai pada awal kehamilan dan terus berlanjut sepanjang kehamilan. Beberapa faktor seperti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), basic-fibroblast Growth Factor (b-fgf), dan endothelial Nitric Oxide Synthase (enos; enzim nitrat oksida tipe III) diekspresikan sangat banyak selama perkembangan embrio dan janin, terutama pada trimester pertama. VEGF berperan dalam aktivitas proliferasi, migrasi, dan metabolisme

15 18 trofoblas. b-fgf bertindak sebagai modulator diferensiasi jaringan dan angiogenesis plasenta dan enos berperan penting dalam regulasi aliran darah plasenta (Barut et al., 2010). Perubahan pertumbuhan pembuluh darah vili plasenta akan berubah pada minggu ke 26 kehamilan sampai term dari percabangan ke non-percabangan angiogenesis. Angiogenesis adalah faktor yang berperan dalam perkembangan pembuluh darah vili dan pembentukan vili terminal plasenta (Barut et al., 2010). Plasenta memiliki peran penting dalam patogenesis IUGR (Barut et al., 2010). Pada IUGR terjadi gangguan implantasi plasenta yang mengakibatkan perfusi tidakadekuat dari placental bed sehingga menyebabkan dikeluarkannya berbagai faktor dari plasenta ke sirkulasi ibu dan janin yang akan menyebabkan luka dan disfungsi endotel serta patologi vaskular. Hal ini ditandai dengan perubahan tonus vasomotor dan koagulasi dan terjadilah hipoksia yang menyebabkan stres oksidatif sehingga memicu disekresikannya Endhotelin-1 (ET-1). ET-1 menyebabkan kontraksi dan proliferasi otot polos pembuluh darah dan meningkatkan resistensi serta berkurangnya aliran darah pembuluh darah fetoplasenta (Wirman dan Wiknjosastro, 2008). Adanya iskemia plasenta juga dapat menyebabkan IUGR. Iskemia plasenta terjadi karena tidak cukup baiknya fungsi plasenta yang disebabkan oleh perfusi uteroplasenta yang buruk sehingga menyebabkan angiogenesis yang abnormal. Abnormalitas angiogenesis

16 19 disebabkan oleh peningkatan ekspresi VEGF-A, b-fgf, dan enos pada plasenta IUGR sehingga terdapat peningkatan proliferasi dan migrasi sel endotel serta angiogenesis yang patologis (Barut et al., 2010). b. Diagnosis 1) Penanda Biokimia Pada trimester pertama, level protein plasma A atau human Chorionic Gonadotropin (hcg) yang rendah pada kehamilan dihubungkandengan peningkatan risiko penyakit terkait plasentaseperti IUGR atau preeklamsia (Figueras dan Gardosi, 2010).Pada trimester kedua, peningkatan kadar serum alphafetoprotein pada ketiadaan anomali janin akan menyebabkan risiko IUGR dalam kehamilan meningkat menjadi 5-10 kali, selain itu peningkatan hcg atau inhibin-a juga berhubungan dengan hasil yang buruk (Sheridan, 2005; Figueras dan Gardosi, 2010). 2) Serial Pengukuran Tinggi Fundus Serial pengukuran tinggi fundus merupakan penilaian awal sertadasar untuk pengukuran berikutnya dan diinterpretasikan pada kemiringan atau kecepatan pertumbuhan. Indikasi pemeriksaan lebih lanjut ketika pengukuran pertama tinggi fundus berada di bawah persentil ke-10 atau berturut-turut pengukuran menunjukkan hasil yang statis atau pertumbuhan yang lambat (Figueras dan Gardosi, 2010).

17 20 Gambar 2.2 Kurva Pertumbuhan untuk Panjang dan Lingkar Kepala Pengukuran tinggi fundus menggunakan satuan sentimeter (cm) diukur dari tepi atas simfisis pubis ke bagian atas fundus uteri. Apabila didapatkan hasil 3 sampai 4 cm di bawah angka yang ditentukan, menunjukkan janin tumbuh dengan tidak baik (Harkness dan Mari, 2004). Gambar 2.3 Kurva Pertumbuhan untuk Berat Badan (Riddle dan DonLevy, 2010). 3) Doppler arteri Evaluasi Doppler arteri uterina pada trimester pertama atau kedua sebagai alat skrining untuk IUGR memiliki tingkat deteksi sekitar 75% dan 25%, dengan tingkat positif palsu sebesar 5-10%. Doppler uterus memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untuk

18 21 memprediksi IUGR dini berhubungan dengan preeklamsia dan lebih rendah untuk late IUGR (Figueras dan Gardosi, 2010). Pada awal kehamilan, Doppler arteri uterina yang bergelombang dan aliran diastolik yang rendah dikarenakan impedansi vaskular yang tinggi. Dengan bertambahnya usia kehamilan, penurunan impedansi vaskular tercermin oleh peningkatan aliran diastol dan hilangnya lekukan. Bertahannya kedudukan arteri uterina pada akhir trimester kedua dan ketiga telah digunakan untuk mengidentifikasi sirkulasi uterus yang abnormal pada kehamilan (Society for Maternal-Fetal Medicine Publications Committee, 2012). Gambar 2.4 Doppler Arteri Uterina (Society for Maternal-Fetal Medicine Publications Committee, 2012). Pemeriksaan Doppler yang lainnya adalah Doppler arteri umbilikalis, Doppler arteri serebri, dan pemeriksaan Doppler vena (Milittello, 2009). Velosimetri dari Doppler arteri umbilikalis menilai resistensi perfusi darah fetoplasenta. Aliran terbalik diastolik akhir dalam sirkulasi commit arteri to umbilikalis user merupakan stadium lanjut

19 22 dari kompromi plasenta dan telah dikaitkan dengan obliterasi > 70 % arteri di vili tersier plasenta dan umumnya terkait dengan IUGR berat dan oligohidramnion (Society for Maternal-Fetal Medicine Publications Committee, 2012). Gambar 2.5 Doppler Arteri Umbilikalis (Society for Maternal-Fetal Medicine Publications Committee, 2012). Pemeriksaan Doppler arteri serebri dapat mendeteksi redistribusi vaskular janin ketika pasokan oksigen dan nutrisi erbatas. Doppler mengindikasikan penurunan resistensi di arteri serebri sebagai refleksi dari sparing otak (Milittello, 2009). Janin IUGR menunjukkan peningkatan resistensi plasenta yang dibuktikan dengan peningkatan rasio sitolik dan diastolik dalam arteri umbilikasi. Peningkatan ini berhubungan dengan penurunan resistensi pembuluh darah otak yang diukur dengan indeks pulsasi

20 23 (pulsatile indeks/pi) dari arteri serebri media (Harkness dan Mari, 2004). Indeks aliran Doppler vena yang abnormal menunjukkan gangguan preload. Penurunan gelombang velosimetri Doppler di ductus venosus menggambarkan penurunan aliran ke depan selama sistol atrium. Peningkatan denyut vena umbilikalis mencerminkan peningkatan tekanan vena sentral dan juga insufisiensi trikuspid akibat dilatasi jantung yang berat. (Milittello, 2009). 3. Hubungan antara Preeklamsia Berat dengan IUGR Adanya sindrom preeklamsia pada ibu hamil dikaitkan dengan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) (Ananth et al., 2013). Preeklamsia adalah penyakit hipertensi kehamilan tertentu yang dapat disebabkan oleh kegagalan fungsi endotel vaskuler dan vasospasme pembuluh darah (American College of Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et al., 2014). Preeklamsia terjadi akibat beberapa keadaan, antara lain penurunan perfusi plasenta, stres oksidatif, disfungsi endotel, vasokonstriksi pembuluh darah, peningkatan rasio PGI2 : TXA2, peningkatan ANGII atau AT1-AA, dan hipoksia plasenta (Roeshadi, 2006; Lindheimer et al., 2008; Birawa et al., 2009; Hunkapiller et al., 2011; Rugolo et al., 2011; American College of Obstetrics and Gynecology, 2013). Pada IUGR juga terdapat disfungsi endotel dan patologi vaskular yang ditandai perubahan tonus vasomotor dan koagulasi serta plasentasi yang buruk sehingga menyebabkan hipoksia dan memicu terjadinya stres oksidatif (Wirman dan Wiknjosastro, 2008; Barut et al., 2010). Stres

21 24 oksidatif akan memicu disekresikannya Endhotelin-1 (ET-1) dan menyebabkan kontraksi dan proliferasi otot polos pembuluh darah serta meningkatkan resistensi dan berkurangnya aliran darah pembuluh darah fetoplasenta (Wirman dan Wiknjosastro, 2008). Penyebab paling umum IUGR adalah adanya iskemia plasenta yang disebabkan tidak cukup baiknya fungsi plasenta karena perfusi uteroplasenta yang buruk sehingga terjadi angiogenesis yang abnormal dan disertai adanya peningkatan ekspresi VEGF-A, b-fgf, dan enos (Barut et al., 2010). Preeklamsia ditandai dengan penurunan aliran darah uteroplasenta dan iskemia yang merupakan dua penyebab terjadinya IUGR (Barut et al., 2010; Backes et al., 2011). Wanita dengan preeklamsia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki janin IUGR dan terdapat peningkatan risiko yang moderat untuk IUGR pada preeklamsia berat (Srinivas et al., 2009; Rugolo et al., 2011).

22 25 B. Kerangka Pemikiran Preeklamsia Berat aliran darah uteroplasenta Iskemia VEGF, b-fgf, dan enos IUGR Usia kehamilan Ketuban pecah dini Usia ibu Jumlah janin Abrupsio plasenta Status gizi ibu Merokok Penyakit infeksi (malaria, HIV, dan toksoplasma) dan Tuberculosis (TB) Malformasi kongenital Plasenta previa Keterangan: : variabel penelitian : variabel luar C. Hipotesis Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklamsia berat dengan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) di RSUD Dr. Moewardi.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Selama kehamilan normal, sitotrofoblas vili menginvasi hingga ke sepertiga bagian dalam miometrium, dan arteri spiralis kehilangan endotelium dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Preeklamsia sangat berhubungan dengan 5-7% morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Preeklamsia juga merupakan penyebab 15-20% mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al.,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al., 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia preeklampsia masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal setelah perdarahan dan infeksi. Angka kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multisistem pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia merupakan new onset hipertensi dengan proteinuria setelah kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG) membagi preeklampsia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat badan lahir yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus di Indonesia. AKI di Indonesia masih merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan a. Definisi Gangguan hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik >140mmHg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian ini di dapatkan sebanyak 18 responden (60%) ibu bersalin dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi berumur 20-35 tahun. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai keracunan dalam kehamilan. Banyak orang yang kurang memahami mengapa dapat terjadi keracunan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan dengan angka kejadian yang masih tinggi, ini sesuai dengan data WHO yang menyatakan angkakejadianpreeklampsia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disepakati oleh negara di seluruh dunia pada tahun 2000. World

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of theories, penelitian telah begitu banyak dilakukan namun angka kejadian Preeklampsia-eklampsia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Preeklamsia a) Definisi Preeklamsia Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan terkait angka kematian ibu dan anak merupakan masalah global yang sejak dulu hingga sekarang masih merupakan persoalan besar dalam dunia kesehatan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan di Indonesia. Perhitungan AKI didapatkan dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu masalah krusial di dunia. Sampai saat ini AKI melahirkan belum dapat turun seperti yang diharapkan. Dengan dibuatnya rancangan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

dr. Hydrawati Sari, SpOG

dr. Hydrawati Sari, SpOG dr. Hydrawati Sari, SpOG Hipertensi Gestasional Hipertensi Kronik Preeklamsia - eklamsia Preeklamsia Superimposed TD > 140/90mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu Proteinuria: 300mg/24 jam atau 1+dipstick

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama kehamilan dan nifas. 1 Berdasarkan

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia, adalah bentuk dari hipertensi yang dipengaruhi kehamilan yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan berperan utama pada pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Preeklampsi 1. Pengertian Preeklampsia sejak dahulu didefinisikan sebagai trias yang terdiri dari hipertensi, proteinuria, dan edema pada wanita hamil. Eklampsia adalah kejang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trombosit Darah manusia terdiri atas unsur-unsur padat berupa eritrosit, leukosit dan trombosit, yang tersuspensi dalam media cair yang disebut plasma. Plasma itu sendiri terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa gagal nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

Lebih terperinci

Vitamin C dan E untuk Mencegah Komplikasi Kehamilan-Terkait Hipertensi

Vitamin C dan E untuk Mencegah Komplikasi Kehamilan-Terkait Hipertensi Vitamin C dan E untuk Mencegah Komplikasi Kehamilan-Terkait Hipertensi Stres oksidatif telah diusulkan sebagai mekanisme yang menghubungkan karakteristik perfusi plasenta yang buruk preeklampsia dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2005 sampai Mei

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Angsar, 2010).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preeklampsia 2.1.1. Definisi Preeklampsia(PE) adalah sindrom klinis yang dimulai dari minggu kehamilan keduapuluh dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi ibu berdasarkan karakteristik umur saat bersalin di RSUD Sukoharjo didapatkan hasil ibu bersalin umur 20-35

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehamilan Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Berat Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. 1 Menurut Cunningham (2005) kriteria minimum untuk mendiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai nilai 140/90

Lebih terperinci

The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View

The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View DR. dr. Ali Sungkar, SpOG (K) Kita mengenal beberapa istilah bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan kematangannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan preeklampsia memperlihatkan edema 9. Jika gejala yang muncul adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan preeklampsia memperlihatkan edema 9. Jika gejala yang muncul adalah 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Preeklampsia Preeklampsia adalah hipertensi yang disertai dengan proteinuria pada ibu dengan usia kehamilan di atas 20 minggu, dengan catatan bahwa tidak semua ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup (Kemenkes RI, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dari penilaian derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, terjadi peningkatan angka kehamilan secara signifikan. Pada tahun 2012 sekitar 18,8 juta kehamilan terjadi di Asia Tenggara. 1 Tingginya angka kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau

Lebih terperinci

Small for Gestational Age: What We Have Worried about?

Small for Gestational Age: What We Have Worried about? Small for Gestational Age: What We Have Worried about? DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA (K) Terminologi small for gestational age (SGA) mengacu pada ukuran bayi pada saat lahir, yaitu bayi yang lahir

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK-USU/RSHAM Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). 12 minggu pasca persalinan.

BAB II TINJAUAN TEORI. normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). 12 minggu pasca persalinan. BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Hipertensi pada kehamilan Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Kejadian ini diketahui berperan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Preeklampsi dan Eklampsi Preeklampsi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang utama. Dalam prakteknya preeklamsia dapat kita diagnosis dengan adanya hipertensi dan proteinuria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm / prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. 4,7,18 Penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita di negara berkembang berisiko meninggal sekitar 23 kali lebih tinggi dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan Ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. World Health Organisation (WHO) mencatat sekitar delapan juta perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsi adalah kehamilan patologi yang merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsi adalah kehamilan patologi yang merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Preeklamsi adalah kehamilan patologi yang merupakan masalah kesehatan pada ibu dan bayi yang dikandungnya, hal ini terkait dengan angka kejadian dan mortalitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklamsi 2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmhg atau diastolik 90 mmhg. The National High Blood Pressure

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung dari saat fertilisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA 2.1.1 Definisi Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working Group on Blood Pressure in Pregnancy 13,24-26 preeklampsia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berat badan (BB) adalah salah satu indikator kesehatan pada bayi baru lahir. BB lahir menjadi begitu penting dikarenakan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung yang terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang (Prodjosudjadi & Suhardjono, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengemukakan bahwa, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 180 juta orang di dunia mengalami diabetes melitus (DM) dan cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gangguan hipertensi merupakan komplikasi medis yang paling umum yang dapat terjadi pada kehamilan, mempengaruhi sekitar 5% sampai 10% dari seluruh kehamilan. Gangguan ini bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2015-2030 terdiri dari 17 tujuan yang terbagi menjadi 169 target dan sekitar 300 indikator. Terjaminnya kehidupan yang sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainnya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita

Lebih terperinci