PERBANYAKAN BENIH PADI DAN KEDELAI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANYAKAN BENIH PADI DAN KEDELAI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT"

Transkripsi

1 PERBANYAKAN BENIH PADI DAN KEDELAI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT Oleh : Tamrin T. Iskandar Emlan Fauzi Jamal khalid M. Ferizal BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NAD BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2011

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tahunan kegiatan Perbanyakan Benih Padi dan Kedelai mendukung program SL-PTT di Provinsi NAD tahun anggaran Kegiatan perbanyakan benih padi mendukung program SL-PTT di Provinsi NAD ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih padi dan kedelai unggul di tingkat petani dalam rangka percepatan target peningkatan produksi gabah. Selama ini petani kesulitan mendapatkan benih unggul bermutu yang terjamin keunggulannya, walaupun ketersediaan benih yang berlabel dipasaran cukup, namun petani belum tentu dapat membelinya karena keterbatasan modal usahatani. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD selaku lembaga yang berwenang di untuk melakukan perbanyakan benih mencoba melalui kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai ini untuk memfasilitasi ketersediaan benih sekaligus membina petani penangkar benih padi dan kedelai yang ada di Provinsi NAD dengan harapan dapat menyediakan benih yang bermutu di tingkat petani. Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat di dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan pengembagan benih sumber ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan akhir ini. Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan saran yang membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih. Banda Aceh, Desember 2011 Penanggung Jawab Kegiatan, Ir. Tamrin, M.P NIP ii

3 RINGKASAN Tamrin dkk. Perbanyakan benih padi dan kedelai mendukung program SL-PTT di Provinsi NAD bertujuan memfasilitasi ketersediaan benih padi kelas FS = 1 ton, SS = 2 ton dan ES 7 serta benih kedelai kelas SS = 0,7 ton untuk mendukung program SL-PTT pada tiga kabupaten (Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya), serta membentuk 3 kelompok tani penangkar padi dan kedelai yang mandiri di wilayah kegiatan SL-PTT (Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat daya). Lokasi kegiatan perbanyakan benih padi ada pada dua Kabupaten yaitu; Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sedangkan lokasi untuk perbanyakan benih kedelai ada pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Pidie dan, Kabupaten Pidie Jaya. Untuk lokasi Kabupaten Pidie di tempatkan Kecamatan sakti Desa Gampong Baro, Kabupaten Pidie Jaya di Desa Meunasah Mulieng Kecamatan Meureudu dan Kabupaten Aceh Barat Daya di Desa Durian Rampak Kecamatan Susoh. Luas hamparan kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai ini adalah untuk komoditi padi di Kabupaten Pidie MT-I 1,2 ha dan MT-II 1,25 ha, Kabupaten Aceh Barat Daya MT-I 0,6 ha dan MT-II 0,75 ha, sedangkan untuk komoditi kedelai di Kabupaten Pidie 0,7 ha (hanya MT-I) dan Kabupaten Pidie Jaya 0,7 ha (hanya MT-I). Varietas yang digunakan adalah ; padi (Inpari-13 BS, Inpari-10 BS dan SS, Inpari-3 FS dan SS yang berasal dari BB padi Sukamandi dan Ciherang SS berasal dari penangkar Kabupaten Pidie, sedangkan untuk kedelai digunakan varietas Anjasmoro berasal dari penangkar benih kedelai di Malang. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa benih yang diproduksi sebagian besar sudah disertifikasi dengan rincian adalah Kabupaten Pidie produksi gabah (padi) kg, produksi benih kg, benih milik BPTP ACEH (60 %) kg dan milik petani (40 %) kg, Kabupaten Aceh Barat Daya produksi gabah (padi) kg, produksi benih kg, porsi BPTP ACEH (60 %) kg dan milik petani (40 %) kg. Sedangkan untuk benih kedelai Kabupaten Pidie produksi gabah kg, produksi benih kg porsi BPTP ACEH (60 %) 665 kg dan milik petani (40 %) 443 kg dan Kabupaten Pidie Jaya produksi gabah 550 kg, produksi benih 450 ton porsi BPTP ACEH (60 %) 270 kg dan milik petani (40 %) 180 kg. Produksi benih padi milik BPTP ACEH sudah disertifikasi kecuali untuk kedelai di Kabupaten Pidie Jaya tidak disertifikasi karena terjadi kekeringan yang mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Kata Kunci : Benih sumber bermutu kelas BS, FS dan SS, padi sawah, dan kedelai iii

4 ABSTRACT Tamrin dkk. Rice and soybean seed multiplication program supports PTT SL-NAD aims at facilitating the availability of rice seed class FS = 1 ton, SS = 2 tons and soybean seed ES 7 and SS = 0.7 ton class to support the SL-PTT on three districts (Pidie, Pidie Jaya and West Aceh), and formed three groups of rice and soybean farmer breeder independent in the activities of SL-PTT (Pidie, Pidie Jaya and West Aceh power). Location of existing rice seed multiplication activities in two districts namely; Pidie and Southwest Aceh (Abdya), while the location for the multiplication of soybean seed is in two districts namely Pidie and, Pidie Jaya district. For locations in Pidie District magical place Gampong Baro village, Pidie Jaya district in Meunasah Mulieng Meureudu District and Southwest Aceh District in the Village District Susoh Rampak Durian. Vast expanse of rice seed multiplication activities and this is for commodity soybean rice in the district of Pidie MT-I 1.2 ha and 1.25 ha of MT-II, Southwest Aceh Regency 0.6 MT ha-i and MT-II 0.75 ha, while for soybean commodity in Pidie 0.7 ha (only MT-I) and Pidie Jaya 0.7 ha (only MT-I). Varieties used were: rice (Inpari-13 BS, Inpari BS and SS-10, Inpari FS and SS-3 derived from rice Sukamandi BB and SS derived from breeder Ciherang Pidie, whereas for the soybean varieties used Anjasmoro derived from breeder seed soybeans in Malang. The results indicate that the activity of seed produced most of the details is already certified by Pidie production of grain (rice) kg, 10,016 kg of seed production, seed belongs to BPTP ACEH (60%), 6010 kg and owned by farmers (40%) 4006 kg, Southwest Aceh Regency production of grain (rice) kg, 3065 kg of seed production, BPTP ACEH portion (60%) kg and owned by farmers (40%) kg. As for soybean seed Pidie 1,200 kg of grain production, 1108 kg of seed production BPTP ACEH portion (60%) 665 kg and farmer-owned (40%) and 443 kg Pidie Jaya 550 kg of grain production, seed production of 450 tons BPTP ACEH portion (60%) 270 kg and farmerowned (40% ) 180 kg. Production of rice seed belongs to BPTP ACEH certified except for soy in the District of Pidie Jaya is not certified because of a drought that interfere with crop growth and yield. Keywords: Seed source quality class BS, FS and SS, rice, and soybeans iv

5 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Perkiraan Keluaran Perkiraan hasil Perkiraan manfaat dan dampak... 5 II. PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan Bahan dan Alat Ruang Lingkup kegiatan Pendekatan Waktu dan tempat Metode analisis Pelaporan III. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Benih di tingkat Petani Perkembangan Penangkar Benih Potensi Wilayah dan Hasil Perbanyakan Benih Kebutuhan Benih dan Jenis Varietas yang digunakan Pembinaan Kelompok Penangkaran Benih IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN v

6 DAFTAR TABEL No. Judul Hal 1. Ruang lingkup Kegiatan Perbanyakan Benih Padi dan Kedelai Mendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh Perbanyakan Benih Padi dan kedelai Mendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh Daftar jenis varietas, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh Barat Daya Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh Barat Daya Daftar jenis varietas padi, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani pelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai di Kabupaten Pidie Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten 23 Pidie Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani pelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai di Kabupaten Pidie Jaya Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie Jaya vi

7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Revitalisasi pembangunan pertanian adalah dalam rangka mewujutkan pertanian yang tangguh, pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produksi pertanian serta peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, sehingga akan dapat mengurangi angka kemiskinan penduduk di Indonesia. Pada masa yang akan datang komoditas padi dan kedelai tampaknya masih menjadi andalan bagi sumber pendapatan perekonomian sebahagian besar petani dipedesaan. Ketahanan pangan nasionalpun masih banyak ditentukan oleh kecukupan pangan bagi hampir semua lapisan masyarakat Indonesia umumnya dan Nanggroe Aceh Darussalam khususnya. Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi padi dan kedelai tidak terlepas dari upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Disamping itu juga, pertumbuhan ekonomi mikro di pedesaan akan mengalami gangguan apabila jumlah produksi padi dan kedelai menurun yang diakibat oleh kegagalan panen, hal terjadi karena sebagian besar dari industri kecil dan menengah yang ada ditingkat petani bahan bakunya adalah berasal dari komoditi padi dan kedelai. Oleh karena itu perhatian terhadap kecukupan dan ketersediaan komoditi padi dan kedelai ini perlu menjadi perhatian yang serius bagi kita semua. Benih adalah merupakan salah satu faktor produksi yang paling utama dalam usaha meningkatkan produksi padi dan kedelai, tanpa benih yang baik dan bermutu mustahil padi dan kedelai dapat berproduksi dengan baik. Penurunan produksi padi dan kedelai sangat dipengaruhi oleh ketersediaan benih, benih yang tidak berkualitas akan memberi produksi yang rendah. Tanpa benih yang baik walaupun faktor lain sudah memadai baik pupuk dan pengolahan tanah demikian pula pengairan produksi tetap tidak dapat meningkat. Penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikat sudah tidak diragukan lagi, banyak hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan benih yang bermutu dapat memberikan peningkatan produksi tanaman pertanian. Hasil pengkajian Balai 1

8 Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD pada tiga kabupaten yaitu; Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya penanaman padi dengan menggunakan benih bermutu kelas FS dapat meningkatkan produksi dari 6 t/ha menjadi 8-9 t/ha (BPTP ACEH, 2009). Oleh karena itu ketersediaan benih yang bersertifikat di tingkat petani merupakan syarat mutlak dalam mendukung peningkatan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Penggunaan benih yang bersertifikat akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain dapat meningkatkan produksi per satuan luas dan satuan waktu, di samping itu juga dapat meningkatkan kualitas hasil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Mengingat beberapa keuntungan tersebut, maka benih unggul padi dan kedelai yang bermutu dan bersertifikat dapat hendaknya tersedia di tingkat petani secara keseluruhan. Oleh karena itu ketersediaan beniih tersebut harus memenuhi enam prinsip tepat yaitu ; tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga. Untuk ketersediaan menih yang bermutu tersebu maka peran BBI, BBU dan BPTP sangat diharapkan. Makarim et al (2000), menyatakan bahwa belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan, belum efektifnya pengendalian hama dan penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif, kahat hara K dan unsur mikro, sifat fisik tanah tidak optimal serta pengendalian gulma kurang optimal. Sejak lebih dari satu dekade yang lalu sebahagian lahan sawah mengalami penurunan produktivitas, sebagaimana tercermin pada laju pelandaian produksi padi. Puslitbang tanaman pangan telah berupaya menghasilkan inovasi peningkatan produksi padi melalui penelitian secara intensif terhadap perbanyakan benih bermutu. Laju peningkatan produksi padi di Nanggroe Aceh Darussalam mengalami penurunan dan peningkatan. Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 terjadi penurunan hal ini diakibatkan karena pengaruh berbagai faktor terutama kurang tersedianya benih yang terjamin mutunya. Dengan demikian sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan, sehingga petani pada beberapa tahun tersebut dibeberapa wilayah kabupaten khususnya di daerah sentra-sentra porduksi padi 2

9 mengalami penurunan produksi. Dengan demikian proses inovasi teknologi juga terabaikan yang akhirnya memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi. Pada tahun 2007 dan 2008 petani mulai bangkit berbenah diri untuk meningkatkan produksinya demi menunjang kesejahteraan hidupnya. Disamping adanya dukungan dari berbagai pihak seperti NGO juga bantuan dari pemerintah daerah baik dari segi pembangunan kembali infrastruktur, pengadaan sarana dan prasarana produksi dalam rangka meningkatkan dan memulihkan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Untuk lebih inovatifnya petani terhadap penggunaan teknologi yang telah dihasilkan, peranan BPTP sangat diharapkan. Pada beberapa tahun belangkangan ini petani juga sudah begitu mengenal BPTP akibat adanya sosialisasi melalui berbagai macam kegiatan-kegiatan lapangan yang langsung bersentuhan dengan usaha petani itu sendiri. Pada Tahun 2011 BPTP ACEH melaksanakan kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai adalah dalam rangka mendukung program pemerintah melalui Kementrian Pertanian terhadap target produksi Gabah 70,01 juta ton gabah dan 43,93 juta ton beras, upaya ini ditempuh melalaui beberapa strategi salah satunya adalah program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT), disamping itu juga untuk menunjang kegiatan P2BN, pada akhirnya kegiatan ini juga merupakan pendekatan pada tingkat usaha tani dalam rangka menigkatkan produksi padi. BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah Litbang Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam bentuk pengembangan benih sumber bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan. 3

10 Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai ini adalah untuk dapat meningkatkan ketersediaan benih padi dan kedelai yang bermutu ditingkat petani, kemudian juga diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat memproduksi benih sendiri dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi produsen benih untuk wilayah sekitarnya Tujuan : 1. Memfasilitasi ketersediaan benih padi kelas FS = 1 ton, SS = 2 ton dan ES 7 serta benih kedelai kelas SS = 0,7 ton untuk mendukung program SL-PTT pada tiga kabupaten (Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya). 2. Membentuk 3 kelompok tani penangkar padi dan kedelai yang mandiri di wilayah kegiatan SL-PTT (Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat daya) Perkiraan Keluaran 1. Tersedianya benih padi kelas FS = 1 ton, SS = 2 ton dan ES = 7 ton serta benih kedelai kelas SS = 0,7 ton mendukung program SL-PTT pada tiga Kabupaten (Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya). 2. Terbentuknya 3 kelompok penangkar benih padi dan kedelai secara mandiri di wilayah kegiatan SL-PTT (Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya) Perkiraan Hasil Perkiraan hasil yang ditargetkan dalam kegiatan ini adalah persediaan benih pada UPBS BPTP ACEH pada akhir kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh petani penangkar dan mendukung persediaan benih pada program SL-PTT di Provinsi NAD adalah ; benih padi kelas FS 1 ton, kelas SS 2 ton dan kelas ES 7 ton, sedangkan untuk benih kedelai kelas SS 0,7 ton. Diharapkan dengan tersedianya benih sumber pada UPBS BPTP ACEH ini petani penangkar dapat memanfaatkannya sebagai benih sumber pada kegiatan penangkaran benih padi maupun penangkaran benih kedelai. 4

11 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya benih padi dan kedelai yang bermutu ditingkat petani sehingga produktivitas padi dan kedelai dapat ditingkatkan serta dapat meningkatkan motivasi petani penangkar. 5

12 II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Persiapan Sebelum kegiatan dilaksanakan tentunya dilakukan persiapan persiapan yang menyangkut dengan pelaksanaan seperti pembuatan ROPP, seminar ROPP, persiapan administrasi, sosialisasi, koordinasi, persiapan benih unggul dan perencanaan lokasi yang terpilih. Persiapan lain yang sangat perlu dilakukan adalah dalam rangka penentuan lokasi tempat perbanyakan benih, karena BPTP ACEH sampai saat ini belum memiliki lahan sawah yang dapat digunakan untuk kegiatan perbanyakan benih padi. Persiapan terhadap telah dilakukan melalui berkordinasi dengan beberapa petani pada beberapa kabupaten antara lain; Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Barat Daya. Dalam kerjasama penggunaan lahan ini telah disepakati melalui sebuah perjanjian bagi hasil antara pihak pertama yaitu BPTP ACEH dan pihak kedua petani pelaksana, isi kesepakatan kerjasama ini antara lain adalah pihak pertama menyediakan semua saprodi dan upah kerja mendapat bagian 60 % dari hasil padi yang diperoleh, sedangkan pihak kedua menyediakan lahan untuk kegiatan perbanyakan benih ini mendapat 40 % dari hasil padi yang diperoleh Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan berupa ATK, saprodi (benih padi varietas unggul baru komposit: Inpari-13, Inpari-10, Inpari-6, Ciherang dan Inpari-3), benih kedelai (Anjasmoro) pupuk Urea, NPK Ponska, pestisida, cangkul, timbangan, meteran, tali ajir, handspayer, dan lain-lain Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai mendukung program SL-PTT di Provinsi Aceh ini seperti terlihat pada Tabel 1. 6

13 Tabel 1. Ruang lingkup Kegiatan Perbanyakan Benih Padi dan Kedelai Mendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh. No Kegiatan Keluaran 1. Identifikasi Lokasi Data potensi dan sumberdaya wilayah kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai serta sarana pendukung kegiatan. 2. Pembentukan tim pelaksana untuk penentuan petani kooperator 3. Penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan di lapangan 4. Pelatihan petugas dan petani koperator Tim Pelaksana Lokasi kegiatan Petani kooperator Model paket teknologi yang akan diterapkan Petunjuk teknis pelaksanaan perbanyakan benih padi dan kedelai sebagai pedoman petani dan petugas lapangan. Petani dan petugas memahami teknis perbanyakan benih padi dan kedelai serta melanjutkan kepada proses sertifikasi benih. 5. Pelaporan Laporan bulanan Laporan tengah tahunan Laporan akhir 6. Seminar Seminar hasil kegiatan 2.4. Pendekatan Kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai mendukung program SL-PTT ini dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif bersama petani yaitu dengan metoda Participatory Rural Appraisal (PRA), pelaksanaan metoda menyangkut tentang studi potensi wilayah, identifikasi permasalahan serta solusi pemecahan masalah khususnya terhadap sistem perbenihan padi lahan sawah irigasi. Pelaksanaan pengembangan benih padi dan kedelai ini dilakukan pada daerah daerah sentra produksi padi dan kedelai yang permasalahan utama dalam meningkatkan produksi terkendala akibat kurang tersedianya benih unggul yang bermutu. Kegiatan ini juga dilaksanakan terutama di daerah yang masyarakat taninya sudah mengenal dan mau menggunakan teknologi yang sudah ada termasuk penggunaan varietas-varietas unggul yang telah dilepas. Pengembangan benih ini sangat diperlukan karena selama ini petani agak kesulitan mendapat benih bermutu, walaupun ada tetapi jaminan kemurniannya tidak 7

14 dapat dipercaya. Dengan adanya pengembangan benih sumber ini akan terbina kelompok-kelompok penangkar benih yang nantinya diharapkan akan memudahkan penyebaran benih di tingkat petani. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pendekatan dengan Dinas Pertanian setempat dan BPP yang ada di lokasi masing masing yang wilayah kerjanya terlibat dengan kegiatan ini. BPP yang menentukan lokasi dan petani yang terlibat didalamnya sehingga diharapkan nantinya penyuluh baik yang PNS ataupun yang THL yang ada di BPP tersebut dapat ikut serta terlibat didalam kegiatan tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mereka Waktu dan Tempat Secara umum waktu pelaksanaan kegiatan perbanyakan benih padi ini telah dimulai pada bulan Januari s/d Desember Namun dalam pelaksanaannya disesuaikan kembali dengan musim tanam pada wilayah kegiatan masing-masing. Untuk Kabupaten Pidie penanaman padi musim tanam (MT-I) adalah pada bulan Februari 2011 dan panen pada bulan Mei 2011, untuk MT-II penanaman dilakukan pada bulan Juli 2011 dan panen bulan September 2011, Kabupaten Aceh Barat Daya penanaman padi dilakukan pada bulan April 2011 dan panen bulan Juli 2011, sedangkan untuk MT-II penanaman padi dilakukan pada bulan Nopember 2011, Sedangkan untuk komoditi kedelai di Kabupaten Pidie di tanam pada bulan April 2011 dan panen bulan Agustus Kabupaten Pidie Jaya penanaman kedelai dimulai pada bulan Mei 2011 dan panen bulan Agustus Untuk memandu pelaksanaan kegiatan di lapangan di persiapkan petunjuk teknis budidaya tanaman padi sawah sistem legowo dan teknik produksi benih kedelai. Rencana model kegiatan yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2. 8

15 Tabel 2. Perbanyakan Benih Padi dan kedelai Mendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh. No Komponen Teknologi Uraian perlakuan 1. Lahan Sawah dan tegalan 2. Varietas Varietas padi yang digunakan, (Inpari-13, Inpari-10, Inpari-6, Ciherang dan Inpari-3) dengan kelas benih BS, FS dan SS, sedangkan kedelai adalah varietas Anjasmoro 3. Persemaian/perlakuan benih (seed treatment) 4. Pengolahan tanah Sesuai petunjuk teknis Direndam 24 jam dan diperam selama 48 jam. Untuk benih kedelai langsung di tanam dilapangan dengan menugal (dua biji per lubang tanam) 5. Penanaman 1-2 batang per lubang tanam, sistem legowo 2:1, 3:1 dan 4:1. Kedelai dengan tugal dua biji per lubang tanam 6. Pemupukan Urea NPK 7. Pengendalian hama/ penyakit Pengendalian Hama Terpadu 8. Umur bibit Khusus untuk padi, penanaman benih muda umur hari setelah semai Metode Analisis Kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai mendukung program SL-PTT dengan target penyediaan benih berkualitas adalah merupakan salah satu kegiatan produksi benih dan pembinaan petani penangkar yang tergabung di dalam suatu kelompok tani. Hal ini dilakukan adalah karena kecenderungan saat ini sebagian besar petani masih menggunakan benih yang tidak murni atau benih yang berasal dari hasil penanaman sebelumnya sehingga produksi tanaman padi selalu rendah. Data yang dianalisis dalam kegiatan ini adalah meliputi produksi gabah, produksi gabah yang menjadi benih bersertifikat, jumlah kelompok tani yang terbentuk selama kegiatan ini dilaksanakan serta tingkat keberhasilan di dalam melakukan seleksi tahap demi tahap di dalam kegiatan penangkaran benih padi. Semua data yang diperlukan tersebut dikumpulkan melalui hasil pengamatan dilapangan kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi data untuk dijadikan sebagai bahan informasi di dalam pelaporan akhir kegiatan perbanyakan benih. Pengumpulan data dilakukan mulai dari awal pada saat melakukan identifikasi lokasi dan penentuan 9

16 petani pelaksana sampai pada tahap akhir pelaksanaan kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai. Teknis pelaksanaan penangkaran benih : Pada dasarnya untuk menghasilkan benih bersertifikat harus melalui 27 tahap kegiatan seperti di bawah ini : Tahap 1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya disesuai dengan kehendak penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel. b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin, bekas pertanaman yang tidak sejenis, bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama. Tahap 2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melalui petugas pada masing-masing Kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur. Tahap 3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah baik untuk pertanaman maupun untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanama. Tahap 4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 10

17 Tahap 5. Menabur dan memelihara persemaian Penangkar benih dapat menaburkan benihnya pada persemaian kurang lebih 3 minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini juga dilakukan pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, seleksi/ roguing. Tahap 6. Menanam Bibit/Benih Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain. Tahap 7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif Seleksi dimulai pada umur 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan masing-masing komoditi tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat tanaman misalnya : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hypokotil dan sebagainya. Tahap 8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-masing jenis komoditi. Tahap 9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama (ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam. Tahap 10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditi masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya 11

18 menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat, bentuk gabah, ukuran gabah, warna ujung gabah dan sebagainya. Tahap 11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase Berbunga Termasuk Ulangan Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase berbunga pada minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang. Tahap 12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditi. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditi. Tahap 13. Seleksi fase masak Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam, seleksi fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah, warna gabah dan warna ujung gabah. Tahap 14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau kepada petugas lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen. Tahap 15. Pemeriksaan lapangan fase masak Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. 12

19 Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan. Tahap 16. Pelaksanaan panen Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butirbutir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%. Kalau untuk tanaman kedelai panen terbaik untuk persiapan benih adalah setelah pase matang fisiologis, sebagian besar daun sudah mulai rontok. Tahap 17. Pengawasan panen Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian di Kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk panen, bersih dan terhindar dari percampuran dengan varietas lain. Tahap 18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang Penangkar benih padi dan kedelai harus mengajukan memberitahukan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen. Tahap 19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang, dilakukan sebelum alat-alat prosessing/gudang tersebut digunakan. Tahap 20. Pengolahan benih. Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan taggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa. 13

20 Tahap 21. Pengawasan pengolahan benih Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih di Kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan. Tahap 22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/keterangan mengenai : nomor kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen. Tahap 23. Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di Kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih. Tahap 24. Pengujian benih di laboratorium Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di Banda Aceh. Tahap 25. Permintaan label Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus pengujian laboratoris untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai nomor-nomor seri label yang dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tahap 26. Pemasaran benih. Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditi tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji 14

21 kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mut untuk kelas benih yang bersangkutan. Tahap 27. Pengawasan pemasaran benih Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada benih yang dipasarkan sewaktu-waktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data yang tercantum pada label Pelaporan Pada pertengahan kegiatan akan dibuat laporan tengah tahunan dan akhir kegiatan akan dibuat laporan akhir. Lapuran akhir yang dibuat dilengkapi dengan gambar gambar kegiatan lapangan. 15

22 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ketersediaan Benih di Tingkat Petani Benih merupakan salah satu faktor penting yang mendukung peningkatan produksi komoditas pertanian, dengan menggunakan benih yang bermutu pada tanaman padi peningkatan produksi dapat dicapai sampai 20 % apabila faktor lain dalam kondisi normal. Ditingkat petani, pemakaian benih sangat bervariasi mulai dari varietas lokal sampai dengan varietas unggul, hal ini sangat tergantung kepada pengetahuan dan modal yang dimilliki petani. Namun benih yang banyak digunakan oleh masyarakat sekarang ini adalah Ciherang, Mekongga, dan Cibogo, sedangkan untuk varietas yang baru di perkenalkan seperti Inpari-13, Inpari-10, Inpari-6, Inpari-3, Mekongga, Cigeulis dan juga ada Cimelati, Merauke dan lainnya penggunaan di tingkat petani baru sebagian kecil. Dalam hal pemilihan varietas yang akan ditanam oleh petani, maka rasa nasi dari varietas tersebut adalah sangat menentukan untuk petani menjatuhkan pemilihannya. Hal ini kemungkinan sebagian besar petani di Aceh adalah petani subsisten, lahan yang dimilikinya kecil dan hasil padi yang diperoleh hanya untuk dikonsumsi di dalam keluarga. Dari segi ketersediaan benih di tingkat petani secara umum sudah memadai, namun varietas padi yang murni (berlabel) harganya cukup mahal, sehingga dapat menjadi hambatan bagi petani yang tidak memiliki modal yang cukup. Pada kondisi seperti ini petani cenderung menjatuhkan pilihan dengan menggunakan benih dari hasil penanaman sebelumnya, walaupun benih tersebut berasal dari generasi yang sudah cukup lama. Bagi petani yang mempunyai cukup modal mereka akan selalu berusaha mencari informasi tentang ketersediaan benih yang berasal dari varietas unggul baru. Biasanya petani seperti ini memiliki lahan garapan di atas 1 ha per petani dan juga mereka cenderung menjadikan usahatani ini sebagai usaha agribisnis yang dapat mendatangkan keuntungan, oleh karena itu mereka akan mempelajari permintaan pasar yang berkembang. 16

23 3.2. Perkembangan Penangkar Benih Keberadaan penangkar benih di tingkat petani adalah cukup penting, karena melalui penangkar ini petani mendapatkan informasi tentang keberadaan benih-benih baru yang berproduksi tinggi terutama varietas unggul dan juga varietas hibrida dan juga petani dapat memperoleh langsung benih yang bekualitas tanpa harus mencarinya kepasar. Kemudian juga keuntungan lain yang dirasakan adalah harga benih di tingkat penangkar biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan harga benih yang dijual di pasaran, oleh karena itu petani petani lebih cenderung menggunakan benih yang berasal dari penangkar. Namun, kendala yang dihadapi penangkar selama ini adalah kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah terhadap keberadaan penangkar benih, akibatnya benih yang dihasilkan oleh penangkar sering tidak lolos pada saat uji laboratorium yang dilakukan oleh petugas perbenihan sebagai salah satu syarat untuk benih tersebut dapat disertifikasi, kemudian juga dari segi pemasaran benih masih sangat terbatas hanya dikalangan petani disekitarnya saja dengan harga yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan harga benih menurut standar pemerintah. Untuk mangatasi pemermasalahan seperti ini diharapkan adanya kebijakan pemerintah daerah tentang keberlanjutan keberadaan penangkar benih ditingkat petani ini, sehingga penangkar benih dapat berkembang dan dapat menjadi sumber benih yang bermutu bagi petani dan pemerintah. Kebijakan yang diharapkan adalah mulai dari pembinaan teknis penangkaran sampai kepada pemasaran benih yang dihasilkan oleh petani Potensi Wilayah dan Hasil Perbanyakan Benih Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten baru yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Semenjak masih tergabung dengan Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten ini sudah merupakan lumbung pangan bagi Kabupaten Aceh Selatan, hal ini karena potensi wilayahnya yang luas dan tersebar pada hamparan yang datar dan sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lahan 17

24 sawah. Luas baku lahan sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah mencapai ha yang terdiri dari luas lahan sawah irigasi ha, tadah hujan (Aceh Barat Daya dalam Angka, 2010). Pada periode tahun peningkatan produksi padi di kabupaten ini adalah sangat signifikan akibat adanya perhatian pemerintah kabupatennya terhadap upaya peningkatan produksi padi. Upaya pencapaian peningkatan produksi di kabupaten Aceh Barat Daya telah memunculkan suatu program yang disebut program acong singkatan dari pada adu carong atau adu kepandaian petani dengan petugas pertanian. Program ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas pertanian setempat. Pemerintah kabupaten merangsang petani dengan memberikan bantuan benih secara gratis kepada petani yang mau mengikuti program anjuran ini, serta juga membantu sebagian dari kegiatan pengolahan tanah, dan saprodi pupuk. Pada program ini Bupati Aceh Barta Daya yaitu Akmal Ibrahim SH sangat antusias dan selalu siap turun bersama-sama petani kesawah baik untuk untuk penanaman ataupun pengolahan tanah. Gerakan ini merupakan salah satu rangsangan bagi petani untuk memaksimalkan produksi padi sawah dikabupaten tersebut (Aceh Agri, 2007). Kegiatan perbanyakan benih pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari kegiatan tahun 2010, namun pada tahun 2010 kegiatannya hanya bersifat pembinaan terhadap petani penangkar benih yang ada di kabupaten, sementara hasil yang diperoleh adalah milik petani penangkar, namun untuk kegiatan tahun 2011 ini kegiatannya sudah diikat dalam sebuah perjanjian kerjasama sehingga pihak BPTP ACEH juga mendapatkan hasil padi tersebut. Jenis varietas yang diperbanyak pada kabupaten ini ada lima varietas yaitu Varietas Inpari-10 kelas BS, Inpari-13 dengan kelas BS, Inpari-3 dengan kelas FS dan SS, Inpari-6 kelas SS serta Ciherang kelas SS. Empat varietas berasal dari Balai Besar Padi di Sukamandi, Subang, Jawa Barat dan satu varietas berasal dari petani penangkar setempat. Adapun jenis varietas yang dikembangkan, kelas benih, luas tanam serta jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. 18

25 Tabel 3. Daftar jenis varietas, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh Barat Daya. No Jenis varietas Kelas benih Luas tanam (ha) Jumlah petani (orang) I. 1. Inpari-10 BS 0, Inpari-3 FS 0,25 1 II. 1. Inpari-13 BS 0, Inpari-10 FS 0, Inpari-3 SS 0,10 1 Jumlah... 1,1 5 Penanaman padi kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh Barat Daya dilakukan pada tanggal 14 April 2011 melalui kegiatan tanam perdana yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat Daya beserta staf, Kepala KPPKP dan penyuluh, peneliti dari BPTP Aceh serta petani pelaksana dan petani yang berada disekitar lokasi kegiatan. Selama pertumbuhan tanaman padi di lapangan banyak mengalami gangguan antara lain adanya gangguan hama keong mas, karena pada saat tanam tersebut hujan masih cukup tinggi sehingga air tidak dapat diatur. Akibatnya adalah perkembangan hama keong mas di lahan sawah tidak dapat dikendalikan walaupun telah dilakukan upaya pengendaliannya dengan cara mekanis dan kimia, akhirnya banyaka tanaman yang terserang. Pada lokasi ini juga diperkenalkan penanaman dengan sistem tanam legowo 2 : 1 dan legowo 3 : 1 seluas 0,25 ha, diharapkan sistim tanam legowo ini dapat menjadi contoh bagi petani, karena menurut hasil penelitian sistim tanam legowo dapat memberikan peningkatan jumlah populasi tanaman sekaligus dapat memberikan peningkatan produksi gabah. 19

26 Pada acara tanam perdana ini juga dilakukan temu wicara antara pengambil kebijakan, peneliti, penyuluh, dan petani yang tergabung dalam kelompoktani. Materi yang disampaikan meliputi tentang kebijakan pemerintah daerah terhadap sistim perbenihan di Kabupaten Aceh Barat Daya, teknologi dan manajemen penangkaran benih oleh peneliti dari BPTP ACEH. Hasil diskusi temu wicara ini memberikan banyak masukan baik kepada pemerintah daerah maupun kepada peneliti dari BPTP, terutama terhadap pembinaan penangkar benih yang telah terbentuk dan proses pemasaran benih oleh penangkar yang selama ini masih menjadi kendala. Penanaman untuk musim tanam kedua kegiatan perbanyakan benih padi telah dilakukan pada tanggal 12 Nopember 2011, hal ini telah terjadi keterlambatan dari jadwal yang direncakanan pada bulan September Keterlambatan ini diakibatkan oleh faktor teknis di lapangan, walaupun secara umum pihak pemerintah telah menetapkan jadwal turun ke sawah bulan Agustus, namun dalam pelaksanaannya di lapangan petani masih belum mau melaksanakannya karena di dalam hamparan tersebut belum ada yang memulainya, artinya ada tradisi saling menunggu diantara petani dalma memulai turun ke sawah. Tabel 4. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh Barat Daya. No Jenis varietas Kelas benih Jumlah benih (kg) Jumlah yang disertifikasi (kg) I.1. Inpari-10 FS Inpari-3 SS Inpari-3 ES II.1. Inpari-13 BS Inpari-10 FS Inpari-3 SS - - Jumlah

27 Panen padi kegiatan perbanyakan benih padi telah dilakukan pada tanggal 25 Juli Hasil produksi gabah (padi) mencapai kg, setelah dilakukan prosesing benih maka produksi calon benih yang diperoleh adalah kg, sehingga benih yang diperoleh pihak BPTP ACEH (60 %) kg dan pihak petani (40 %) kg. Benih milik BPTP ACEH seluruhnya disertifikasi, sedangkan benih milik petani tidak disertifikasi karena belum adanya jaminan pemasaran benih tersebut Kabupaten Pidie Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian khususnya padi. Luas lahan sawah Potensial di Kabupaten ini mencapai ha. Luas sawah irigasi tehnis mencapai ha, semi tehnis ha dan selebihnya lahan sawah irigasi sederhana ha. Potensi Produksi padi saat ini rata-rata 6,8 ton/ha sedangkan produksi real mencapai 5,2 ton/ha. Hal ini disebabkan akibat adopsi teknologi sudah hampir mencapai 50 % dari luas sawah yang ada. Khususnya di Kecamatan Sakti umumnya petani sudah hampir semuanya menggunakan bibit yang dianjurkan sepeti ciherang, cigeulis, cibogo dan beberapa varietas lain yang mempu berproduksi tinggi. Penggunaan varietas unggul sudah merupakan suatu hal yang cukup dimengerti oleh petani setempat. Disamping penggunaan varietas unggul petani juga sudah melakukan sistim tanam legowo 2:1, 3:1, dan 4:1. Pemupukan berimbang sudah dilaksanakan oleh petani setempat, walaupun belum maksimal dilakukan oleh semua petani karena pada saat saat tertentu ada petani yang masih kurang biaya untuk membeli pupuk dan tekadang pupuk terlalu mahal dipasaran atau memang langka disaat mereka butuh sehingga penggunaan pupuk terpaksa berkurang tidak sesuai denga anjuran. Kegiatan perbanyakan benih padi dan kedelai pada Kabupaten Pidie dilaksanakan di Kecamatan Sakti pada 1 desa, yaitu Desa Gampong Baro, luas lokasi perbanyakan adalah mencapai 1,2 ha dengan jumlah petani yang terlibat 1 oarang yaitu Saifullah, SP. Adapun jenis varietas yang diperbanyak dan luas tanam serta jumlah petani yang dalam kerjasama ini dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 di bawah ini. 21

28 Tabel 5. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie. No Jenis Varietas Kelas Benih Luas Tanam Jumlah Petani I.1. Inpari-10 SS 1,0 Ha 1 2. Inpari-3 SS 0,2 Ha 1 II.1. Ciherang SS 0,8 Ha 1 2. Inpari-6 SS 0,3 Ha 1 Jumlah 2,3 ha 4 Kegiatan perbanyakan benih padi di Kabupaten Pidie penanamannya dilaksanakan pada bulan Februari 2011 dan panen bulan Mei Selama pertumbuhannya banyak mengalami gangguan hama dan penyakit terutama adanya serangan hama ganjur, oleh karena itu hasil yang diperoleh terlihat sedikit menurun jika dibandingkan dengan hasil rata-rata produksi padi di Kabupaten Pidie. Untuk mengatasi hama ganjur ini telah dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Prephaton dengan intensitas semprotan 7 hari sekali, karena populasi hama yang cukup tinggi. Setelah penyemprotan yang ke tiga kalinya maka terlihat populasi hama menjadi berkurang di pertanaman padi. Tabel 6. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie. No Jenis Varietas Kelas Benih Jumlah benih (kg) Jumlah yang disertifikasi (kg) I.1. Inpari-10 ES Inpari-3 ES II.1. Ciherang ES Inpari-6 ES Jumlah

29 Penanaman kedelai di Kabupaten Pidie dilakukan pada bulan April 2011 dan panen bulan Agustus 2011, selama pertumbuhannya tanaman kedelai mengalami beberapa kendala terutama terhadap ketersediaan air tanah. Tabel 7. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani pelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai di Kabupaten Pidie. No Jenis Varietas Kelas Benih Luas Tanam Jumlah Petani 1. Anjasmoro FS 0,7 1 Pada saat memasuki masa pengisian polong air kurang tersedia di lapangan, karena pada saat tersebut telah memasuki musim kemarau, sehingga kebutuhan air dicukupi dengan mengupayakan menggunakan sumur yang ada di sekitar lokasi pertanaman kedelai. Untuk lebih jelas perkembangan hasil tanaman kedelai dapat dillihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie. No Jenis Varietas Kelas Benih Jumlah benih (kg) Jumlah yang disertifikasi (kg) 1. Anjasmoro SS Jumlah Dari tabel 8 diatas terlihat bahwa tingkat hasil kedelai yang diperoleh masih lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata produksi kedelai di Kabupaten Pidie apabila di tanam pada kondisi yan normal seperti tidak adanya serangan hama dan penyakit ataupun adanya musim kering pada saat pertumbuhannya. 23

30 Kabupaten Pidie Jaya Kebutuhan benih kedelai yang bermutu untuk menunjang peningkatan produksi kedelai di kabupaten ini agaknya sulit dicapai, karena ketersediaan benih kedelai yang murni dan bermutu menjadi permasalahan di tingkat petani, walaupun daerah ini dikenal dengan daerah sentra penanaman kedelai. Disamping itu Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan salah satu kabupaten yang disebut sebagai lumbung pangan Provinsi NAD yang dapat menjadi sumber pangan bagi Kabupaten lain. Oleh karena itu pembinaan petani penangkar benih di kabupaten ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan benih murni yang bermutu di tingkat petani sehingga dapat meningkatkan produksi komoditas tanaman pangan. Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan daerah sentra produksi padi dan kedelai dengan luas wilayah mencapai 1.102,84 hektar yang terdiri dari 8 Kecamatan, 34 Kemukiman dan 122 gampong. Dari 8 Kecamatan, ada 3 Kecamatan yang melakukan kegiatan penangkaran benih padi dengan melibatkan 8 kelompok tani dengan luas lahan 169 hektar. Saat ini pola tanam padi yang berlaku di Kabupaten ini setahun hanya 2 kali tanam padi atau padi palawija, kedepan direncanakan akan ditingkatkan menjadi 3 kali tanam dalam satu tahun atau yang sering disebut dengan Indek Pertanaman (IP) 300 seperti yang dinginkan oleh Pemda setempat. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksiyaitu sulitnya didapat benih bermutu yang betul-betul menjamin mutu kemurniaannya. Kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie Jaya ini hanya dilakukan terhadap komoditi Kedelai dengan luasan 0,7 ha yang berlokasi di Desa Mulieng Kecamatan Meureudu. Kegiatan melibatkan satu orang petani pelaksana yang bernama Mahdi, dalam pelaksanaan sehari-hari Mahdi dibantu oleh beberapa petani lain. Untuk lebih jelas daftar jenis varietas, kelas benih, luas tanam, dan jumlah petani yang terlibat dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini. 24

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH PADI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT

PERBANYAKAN BENIH PADI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT LAPORAN AKHIR TAHUN PERBANYAKAN BENIH PADI MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT PENELITI UTAMA M. RAMLAN, SP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Lebih terperinci

KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT

KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT Oleh : Tamrin Bardi Ali dkk BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NAD BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Idris Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Bptp-sultra@litbang.deptan.go.id Abstrak Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA Tim UPBS BPTP Sumatera Utara LATAR BELAKANG Pencapaian swasembada beras berkelanjutan dapat terwujud melalui peningkatan produksi padi nasional. Secara

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG Rr. Ernawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1ª Bandar lampung E-mail: ernawati

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Sahardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH non SL-PTT dan dapat memberikan alternatif pilihan varietas yang dapat digunakan untuk pergiliran varietas. 3. Pada lahan rawa pasang surut/rawa lebak melalui pengawalan ini telah diadopsi beberapa varietas

Lebih terperinci

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT KERAGAAN USAHATANI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DENGAN POLA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT):Studi Kasus di Desa Aneuk Glee Kecamatan Indrapuri Nanggroe Aceh Darussalam (The Farm Performance

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN LITKAJIBANGRAP Susilawati., B.S. Purwoko, H. Aswidinnoor dan E. Santosa. 2012. Tingkat Produksi Ratun berdasarkan Tinggi Pemotongan Batang Padi Sawah Saat Panen. J.

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan No. 02/Brosur/BPTP Jakarta/2008 PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI DENGAN PENANGKARAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL PENYEDIAAN BENIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN WILAYAH

LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL PENYEDIAAN BENIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN WILAYAH LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL PENYEDIAAN BENIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN WILAYAH PENGKAJI UTAMA IR. ISKANDAR, M.Si KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN DAN

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 1 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.019/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL ROPP

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Agros Vol.17 No.1, Januari 2015: 132-138 ISSN 1411-0172 POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT POTENTIALLY DEVELOPMENT OF RICE NEW SUPERIOR VARIETIES IN WEST

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh Abdul Azis 1, Chairunas 1, dan Harun Kurniawan 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Jl. TP. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO Prosiding BPTP Karangploso No. - ISSN: - PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA Andi Ella, dkk PENDAHULUAN Program strategis Kementerian Pertanian telah mendorong Badan Litbang Pertanian untuk memberikan dukungan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN: 1 RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM SLPTT PADI DAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK 129 MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA Pujiati Utami dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi

Lebih terperinci

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto KAJIAN VARIETAS PADI TOLERAN KEKERINGAN DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DATARAN RENDAH KABUPATEN REMBANG Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto PENDAHULUAN Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Selain mampu menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga berperan penting

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti ABSTRAK Padi merupakan sumber makanan pokok penduduk Indonesia.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian PENDAHULUAN 1. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat di perdesaan, Departemen Pertanian memfokuskan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe, Endrizal dan Didiek Agung Budianto 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci