TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GORONTALO MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GORONTALO MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,"

Transkripsi

1 NOMOR ^99 /O/2002 TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GORONTALO MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dipandang perlu menetapkan Statuta Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3859); 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 mengenai Pembentukan Kabinet Gotong Royong; MEMUTUSKAN: Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GORONTALO.

2 Pasal 1 (1) Statuta Universitas Tadulako merupakan pedoman dasar penyelenggaraan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo. (2) Statuta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Pasal 2 Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0455/0/1992 tentang Statuta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo dinyatakan tidak berlaku. Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Nopember 2002

3 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 199/O/2002 TANGGAL 28 Nopember 2002 STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUKADIMAH Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya dengan izin dan kuasa-nyalah, perguruan tinggi ini tetap eksis bahkan semakin besar peranannya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebagai perguruan tinggi negeri, maka setiap peraturan yang berlaku di IKIP Negeri Gorontalo diupayakan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Era globalisasi dewasa ini telah menghilangkan sekat-sekat wilayah antar bangsa sehingga peluang untuk berkompetisi semakin terbuka lobar. Kondisi inipun akan melunturkan nilai-nilai budaya bangsa jika kita tidak memiliki benteng yang kuat. Di pihak lain, hanya bangsa yang unggul dan kompetitif yang akan meraih keuntungan dari suasana tersebut. Karena itu, visi IKIP Negeri Gorontalo didasarkan pada peningkatan kualitas pelaksanaan, pendidikan dan pengajaran serta penelitian sehingga semakin kompetitif. 4 - Untuk melaksanakan visi, misi, tujuan dan fungsi IKIP Negeri Gorontalo secara efisien dan efeketif, yang bertumpu pada peningkatan mutu, relevansi, efisiensi, pemerataan dan akuntabilitas, maka disusunlah statuta yang dijiwai oleh falsafah negara Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Statuta memuat pedoman dan acuan pokok kegiatan IKIP Negeri Gorontalo, yang pelaksanaannya akan dijabarkan oleh pimpinan institut melalui peraturan dan ketentuan Rektor. Karena itu, statuta dirumuskan secara umum dan fleksibel sehingga adaptif dengan perkembangan IKIP Negeri Gorontalo di tahun-tahun mendatang. Statuta menjadi pegangan serta pedoman pimpinan institut, fakultas, jurusan dan pimpinan program studi serta segenap sivitas akademika IKIP Negeri Gorontalo. Seluruh aturan yang termuat dalam statuta bersifat mengikat bagi segenap warga IKIP Negeri Gorontalo.

4 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Statuta Ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, bimbingan dan/atau latihan, untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pendidikan Tinggi adalah jenjang tertingi dari jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan formal. 4. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Gorontalo, yang selanjutnya disebut dengan IKIP Negeri Gorontalo, adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan jalur pendidikan tinggi untuk pendidikan akademik dan profesional. 5. Statuta IKIP Negeri Gorontalo adalah pedoman atau dasar yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan program, dan menyelenggarakan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan IKIP Negeri Gorontalo, serta sebagai rujukan pengembangan peraturan umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku. 6. Senat Institut adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di IKIP Negeri Gorontalo. 7. Senat fakultas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi pada fakultas di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo. 8. Sivitas akademika adalah satuan yang terdiri atas dosen dan mahasiswa pada IKIP Negeri Gorontalo. 9. Dosen adalah tenaga pendidik atau kependidikan pada IKIP Negeri Gorontalo yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. 10. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada IKIP Negeri Gorontalo. 11. Rektor adalah Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo. 12. Menteri adalah Menteri Pendidikan Nasional.

5 BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Pasal 2 Visi IKIP Negeri Gorontalo. "Pada tahun 2010 IKIP Negeri Gorontalo menjadi perguruan tinggi yang mampu berkompetisi dengan menghasilkan lulusan yang bermutu dan bermoral serta mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya yang relevan dengan kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan". Pasal 3 Misi IKIP Negeri Gorontalo "Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada disiplin ilmu kependidikan dan nonkependidikan yang mendukung pembangunan daerah dan nasional serta selaras dengan kebutuhan masyarakat, membina suasana kehidupan akademik yang sehat, kondusif, dan dinamis; serta mengembangkan dan melestarikan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif, dan produktif dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat". Pasal 4 Mengacu kepada visi dan misi, maka secara institusional IKIP Negeri Gorontalo memiliki tujuan: a. Mengembangkan organisasi kelembagaan seiring dengan perluasan mandat dan peningkatan fungsi dan peran IKIP Negeri Gorontalo di masa depan; b. Meningkatkan peran IKIP Negeri Gorontalo sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dengan berorientasi lingkungan; c. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya melalui penelitian, pengkajian, penelaahan, dan pemecahan masalah dengan berperang teguh pada kearifan tradisional; d. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, serta menerapkannya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam upaya memperkuat kemandirian lokal; e. Meningkatkan pembinaan kegiatan kemahasiswaan yang menunjang pembentukan sikap keilmuan dan integritas kepribadian, menumbuhkembangkan sikap keterbukaan dan demokratisasi yang dinamis di bidang kepemimpinan, serta peningkatan kesejahteraan mahasiswa; f. Membina dan mengembangkan kualitas seluruh perangkat kelembagaan baik staf akademik, staf administratif, maupun staf penunjang akademik; g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas sarana dan prasarana pendidikan serta teknologi informasi yang sesuai standar internasional;

6 h. Meningkatkan intensitas penerapan manajemen mutu terpadu dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program; i. Menjalin kerja sama yang simetrikal, positif, dan produktif serta saling menguntungkan dengan pemerintah, dan swasta, serta kerja sama dengan perguruan tinggi lain di dalam maupun di luar negeri; j. Mengembangkan sistem penggalangan dana yang dapat menunjang dan menjamin terselenggaranya program kegiatan serta peningkatan kesejahteraan sivitas akademika dan unsur penunjang lainnya. BAB III IDENTITAS Pasal 5 Perguruan Tinggi ini diberi nama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri (IKIP) Gorontalo, berkedudukan di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Pasal 6 IKIP Negeri Gorontalo ditetapkan pada tanggal 5 Pebruari 2001 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun Pasal 7 (1) IKIP Negeri Gorontalo berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (2) Secara umum IKIP Negeri Gorontalo berfungsi: a. pengemban amanat pembukaan Undag-Undang Dasar 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa; b. pengembang kemampuan dan peningkatan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. (3) Secara khusus IKIP Negeri Gorontalo berfungsi dalam: a. memberhasilkan pendidikan dan pengajaran setingkat Pendidikan Tinggi sesuai dengan jurusan, program studi, dan jenjang yang dilaksanakan; b. melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penyebar luasan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni budaya; c. melaksanakan pengabdian pada masyarakat; d. membina sivitas akademika dalam kaitannya mengadaptasi dan mengantisipasi tuntutan dinamika masyarakat; e. memberikan pelayanan administrasi.

7

8 Pasal 11 (1) IKIP Negeri Gorontalo terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan sejumlah jurusan dan program studi yang masing-masing terkait dengan gelar akademik dan/atau sebutan profesional, dalam bidang ilmu kependidikan. (2) Pendidikan akademik terdiri atas program Sarjana dan Magister, sedangkan pendidikan profesional terdiri atas program Diploma I, Diploma II serta Diploma III. (3) Sesuai perluasan mandat (wider mandate) IKIP Negeri Gorontalo menyelenggarakan sejumlah jurusan dan program studi pendidikan profesional yang terdiri atas program Diploma I, Diploma II, dan Diploma III. (4) Jurusan/program studi yang terkait dengan program Sarjana merupakan program 8 (delapan) semester, sedangkan yang terkait dengan program Magister merupakan program 4(empat) semester. (5) Jurusan/program studi yang terkait dengan program Diploma I, Diploma II dan Diploma III, berturut-turut merupakan program 2 (dua), 4 (empat) dan 6 (enam) semester. (6) Selain menyelenggarakan program-program yang terkait dengan gelar akademik dan sebutan profesional, fakultas, dengan satuan-satuan pelaksana akademik lainnya dapat menyelenggarakan program studi yang lebih singkat yang tidak terkait dengan gelar akademik atau sebutan profesional. Pasal 12 (1) IKIP Negeri Gorontalo dalam melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profesional dapat membuka atau menutup fakultas/jurusan/ program studi sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Jumlah dan jenis fakultas di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo ditetapkan oleh Menteri. (3) Pembukaan Fakultas, jurusan/program studi ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 (1) Sistem pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, praktikum, penggunaan modul, sistem belajar jarak jauh, konferensi jarak jauh, pembelajaran dengan bantuan perangkat komputer, dan pembelajaran melalui media komunikasi.

9 (2) Dalam proses pembelajaran, bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, terkecuali untuk program studi Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Pasal 14 (1) Tahun akademik dimulai tanggal 1 September dan berakhir pada tanggal 30 Juni tahun berikutnya. (2) Tahun akademik terbagi dalam 2 (dua) semester yang masing-masing terdiri atas 19 minggu dan dipisah dengan masa libur selama 2 hingga 4 minggu. Pasal 15 IKIP Negeri Gorontalo memberi ijazah dan/atau akta kepada mahasiswa yang berhasil menyelesaikan program pendidikan pada jurusan/program studi tertentu. Pasal 16 Pemberian gelar Doktor Kehormatan diusulkan oleh Senat fakultas/direktur program Pasca Sarjana dan dikukuhkan oleh Senat Institut, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 17 Rektor IKIP Negeri Gorontalo memberi wewenang kepada fakultas, unsur-unsur pelaksana akademik dan unsur-unsur penunjang untuk memberi sertifikat dan/atau surat penghargaan kepada para peserta kegiatan akademik tertentu yang berhasil menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan baik. Pasal 18 Gelar akademik dan sebutan profesional diberikan oleh Senat Institut dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta pertimbangan lain yang perlu diperhatikan untuk kemudian disahkan oleh Rektor. Pasal 19 (1) Gelar akademik lulusan pendidikan Magister adalah Magister Pendidikan disingkat M.Pd dan cara menulisnya adalah huruf M kapital titik huruf P kapital dan huruf d kecil tanpa titik. (2) Gelar akademik lulusan pendidikan Sarjana adalah Sarjana Pendidikan disingkat S.Pd dan cara menulisnya adalah huruf S kapital titik huruf P kapital dan huruf d kecil tanpa titik.

10 8 (3) Sebutan profesional lulusan Diploma I adalah Ahli Muda disingkat A.Mu dan cara menulisnya adalah huruf A kapital titik huruf M kapital dan huruf u kecil tanpa titik. (4) Sebutan profesional lulusan Diploma II adalah Ahli Muda Madya disingkat A.Ma dan cara menulisnya adalah huruf A kapital titik huruf M kapital dan huruf a kecil tanpa titik. (5) Sebutan profesional lulusan pendidikan Diploma III adalah Ahli Madya disingkat A.Md dan cara menulisnya adalah huruf A kapital titik huruf M kapital dan huruf d kecil tanpa titik. BABV LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (LP3) Pasal 20 Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran (LP3) merupakan unsur pelaksana sebagian tugas IKIP Negeri Gorontalo, yakni untuk mengkoordinasi, memantau dan menilai kegiatan pengkajian dan pengembangan pendidikan dan teknologi pembelajaran serta ikut mengusahakan serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan. Pasal 21 (1) LP3 terdiri atas pusat-pusat; pimpinan LP3 adalah seorang ketua yang dibantu oleh seorang sekertaris, pimpinan pusat adalah seorang kepala yang dibantu oleh seorang sekertaris. (2) Ketua LP3 dan kepala pusat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor, dan bertanggung jawab kepada Rektor, Kepala Pusat bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga. (3) Sekertaris lembaga/pusat diangkat oleh Rektor, dan bertanggung jawab kepada ketua lembaga, sekertaris pusat bertanggung jawab langsung kepada kepala pusat masing-masing. (4) Masa jabatan pimpinan LP3 dan pimpinan pusat adalah 4(empat) tahun dan selanjutnya dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Rektor. (5) Persyaratan pemilihan dan pengangkatan untuk jabatan pimpinan LP3/pusat diatur oleh Rektor berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (6) Pada LP3/pusat dapat ditempatkan dosen atau tenaga sebagai staf ahli.

11 (7) Unsur pelaksana administrasi pada LP3/pusat adalah tenaga administrasi. Pasal 22 (1) LPS diatur, dikendalikan, dan diawasi melalui sidang-sidang para Dewan Pakar, para Kepala dan Sekretaris Pusat. (2) Sidang-sidang LPS yang diselenggarakan secara berkala, dipimpin oleh Ketua LPS atau oleh Sekretaris LPS bilamana Ketua LPS berhalangan hadir. (S) Usui pembukaan/penutupan pusat dipertimbangkan dalam sidang-sidang berkala sebelum diajukan kepada Rektor. (4) Pembentukan pusat pada LPS dan unit-unit pada pusat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembelajaran serta kebutuhan masyarakat. (5) Jenis dan jumlah pusat dan unit sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. Pasal 2S Pimpinan LPS dapat mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan pengembangan pendidikan dan pembelajaran dengan sepengetahuan dan persetujuan Rektor. BAB VI LEMBAGA PENELITIAN Pasal 24 Lembaga Penelitian (Lemlit) merupakan unsur pelaksana sebagian tugas IKIP Negeri Gorontalo, yakni untuk mengkoordinasi, memantau, dan menilai kegiatan-kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh dosen, baik penelitian kelompok ataupun penelitian perorangan. Pasal 25 (1) Lemlit terdiri atas pusat-pusat, pimpinan lembaga adalah seorang ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris, pimpinan pusat adalah seorang kepala yang dibantu oleh seorang sekretaris. (2) Ketua Lemlit dan kepala pusat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor, dan bertanggung jawab kepada Rektor, kepala pusat bertanggung jawab kepada ketua Lemlit.

12 10 (3) Sekertaris Lemlit/Pusat diangkat oleh Rektor dan bertanggung jawab kepada Ketua Lemlit, Sekertaris Pusat bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat masing-masing. (4) Masa jabatan Pimpinan Lemlit dan Pimpinan Pusat adalah 4(empat) tahun dan seseorang yang menduduki jabatan tersebut dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Rektor. (5) Persyaratan pemilihan dan pengangkatan untuk jabatan pimpinan Lemlit/pusat diatur oleh Rektor berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (6) Pada Lemlit/pusat dapat ditempatkan dosen atau tenaga sebagai staf ahli. (7) Unsur pelaksana administrasi pada Lemlit/pusat adalah tenaga administrasi. Pasal 26 (1) Lemlit diatur, dikendalikan dan diawasi melalui sidang-sidang yang terdiri atas Dewan Pakar, para Kepala dan Sekretaris Pusat, sebagai peserta sidang dan sidang-sidang Lemlit yang diselenggarakan secara berkala ini diketuai oleh Ketua Lemlit yang bilamana berhalangan hadir dalam sidang, diwakili oleh Sekretaris Lemlit. (2) Usui pembukaan/penutupan pusat dipertimbangkan dalam sidang-sidang berkala sebelum diajukan kepada Rektor. (3) Pembentukan pusat pada Lemlit dan unit-unit pada pusat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran serta kebutuhan masyarakat. (4) Jenis dan jumlah pusat dan unit sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. Pasal 27 Pimpinan Lemlit dapat mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan penelitian dengan sepengetahuan dan persetujuan pimpinan IKIP Negeri Gorontalo. BAB VII LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Pasal 28 Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) sebagai unsur pelaksana tugas IKIP Negeri Gorontalo, yakni untuk mengkoordinasi, memantau, dan menilai

13 11 kegiatan-kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen secara kelompok atau secara perorangan dan pengabdian pada masyarakat dilaksanakan oleh mahasiswa dalam bentuk Kuliah Kerja Kreatif (K3) Pasal 29 (1) LPM terdiri atas pusat-pusat, pimpinan lembaga adalah seorang ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris, pimpinan pusat adalah seorang kepala yang dibantu oleh seorang sekretaris. (2) Ketua LPM dan kepala pusat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor, dan bertanggung jawab kepada Rektor, kepala pusat bertanggung jawab kepada ketua LPM. (3) Sekertaris LPM/pusat diangkat oleh Rektor dan bertanggung jawab kepada ketua LPM, sekertaris pusat bertanggung jawab langsung kepada kepala pusat masing-masing. (4) Masa jabatan pimpinan LPM dan pimpinan pusat adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Rektor. (5) Persyaratan pemilihan dan pengangkatan untuk jabatan pimpinan LPM/pusat diatur oleh Rektor berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (6) Pada LPM/pusat dapat ditempatkan dosen atau tenaga sebagai staf ahli. (7) Unsur pelaksana administrasi pada LPM/pusat adalah tenaga administrasi. Pasal 30 (1) LPM diatur, dikendalikan, dan diawasi melalui sidang-sidang berkala yang dihadiri oleh dewan pakar, kepala dan sekretaris pusat, sebagai peserta sidang. (2) Sidang-sidang LPM dipimpin oleh ketua LPM, atau oleh sekretaris LPM bilamana Ketua LPM berhalangan hadir. (3) Usui pembukaan/penutupan pusat dipertimbangkan dalam sidang sebelum diajukan kepada Rektor. (4) Pembentukan pusat pada LPM dan unit-unit pada pusat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran serta kebutuhan masyarakat.

14 12 (5) Jenis dan jumlah pusat dan unit sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. Pasal 31 Pimpinan LPM dapat mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan penelitian dengan sepengetahuan dan persetujuan pimpinan IKIP Negeri Gorontalo. BAB VIII SISTEM ADMINISTRASI AKADEMIK Pasal 32 (1) Kredit adalah suatu penghargaan kuantitatif terhadap keberhasilan penyelesaian kegiatan akademik oleh mahasiswa dan/atau dosen. (2) Semester adalah satuan waktu kegiatan yang terdiri atas 16 sampai 19 minggu kuliah atau kegiatan terjadwal lainnya, berikut kegiatan iringannya, termasuk 2 sampai 3 minggu kegiatan penilaian. (3) Sistem semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan dengan menggunakan satuan waktu semester. (4) Penyelenggaraan pendidikan dalam satu semester terdiri atas kegiatan perkuliahan teori, praktikum dan kerja lapangan, yang masing-masing dalam bentuk tatap muka, terstruktur dan mandiri. (5) Dalam setiap semester disajikan sejumlah mata kuliah yang masing-masing mempunyai bobot kredit sesuai dengan yang ditetapkan oleh kurikulum. Pasal 33 (1) Satuan kredit semester (SKS) adalah takaran/bobot penghargaan terhadap pengamalan belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per minggu sebanyak 1 jam perkuliahan atau 2 jam praktikum atau 4 jam kerja lapangan yang masing-masing ditambah sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri. (2) Sistem kredit semester adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan SKS untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar dan beban penyelenggaraan program. (3) Sistem kredit semester bertujuan memberi kemungkinan untuk menyajikan program pendidikan yang bervariasi dan fleksibel, sehingga memberi keleluasaan kepada mahasiswa memilih program menuju suatu jenjang profesi tertentu yang dituntut oleh pembangunan.

15 13 (4) Setiap mata kuliah dan kegiatan akademik lainnya yang disajikan pada setiap semester diberikan bobot SKS yang menyatakan bobot mata kuliah dan kegiatan tersebut. Pasal 34 (1) Beban studi program Magister (S2) antara SKS dan dapat ditempuh dalam waktu 4-10 semester. (2) Beban studi program Sarjana (SI) antara SKS dan dapat ditempuh dalam waktu 8-14 semester. (3) Beban studi program Diploma III (D3) antara SKS dan dapat ditempuh dalam waktu 6-10 semester. (4) Beban studi program Diploma II (D2) antara sks dan dapat ditempuh dalam waktu 4-6 semester. (5) Beban studi program Diploma I (DI) antara SKS dan dapat ditempuh dalam waktu 2-4 semester. BAB IX SISTEM PENERIMAAN MAHASISWA Pasal 35 (1) Penerimaan mahasiswa baru lulusan sekolah menengah umum (SMU) sekolah menengah kejuruan (SMK) dan yang sederajat dilakukan melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) atau jalur Penelusuran Siswa Berprestasi (PSB). (2) Lulusan Program Diploma yang melanjutkan ke program SI dapat diterima setelah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 36 (1) Mahasiswa pindahan dari perguruan tinggi lain ke IKIP Negeri Gorontalo atau dari IKIP Negeri Gorontalo ke perguruan tinggi lain diwajibkan mengajukan permohonan tertulis kepada Rektor. (2) Mahasiswa pindahan dapat berasal dari: a. Dalam lingkungan IKIP Negeri Gorontalo yang pindah ke program pendidikan yang lebih rendah atau pindah ke program studi pada jenjang yang sama dalam satu jurusan atau dari luar jurusan; b. dalam lingkungan IKIP Negeri Gorontalo yang pindah ke program pendidikan yang lebih rendah atau pindah ke program studi pada jenjang yang sama dalam satu fakultas atau di luar fakultas; c. Lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) luar IKIP Negeri Gorontalo yang pindah ke IKIP Negeri Gorontalo pada program studi yang sama; d. Perguruan tinggi non LPTK yang pindah ke IKIP Negeri Gorontalo hanya dapat diterima pada program studi yang relevan.

16 (3) Ketentuan lain tentang mutasi mahasiswa diatur oleh Rektor. 14 Pasal 37 (1) Mahasiswa asing adalah mahasiswa bukan warga negara Indonesia yang sedang mengikuti program pendidikan di IKIP Negeri Gorontalo. (2) Penerimaan mahasiswa asing di IKIP Negeri Gorontalo mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Mahasiswa asing yang mengambil program pendidikan akademik atau progam pendidikan profesional dikenakan peraturan yang berlaku bagi mahasiswa biasa dan peraturan lain yang relevan. BAB X KURIKULUM Pasal 38 (1) Penyelenggaraan pendidikan di IKIP Negeri Gorontalo yang menjadi dasar penyelenggaraan jurusan/program studi terdiri atas kurikulum inti dan kurikulum institusional. (2) Kurikulum inti diatur oleh kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. (3) Kurikulum institusional diatur oleh Rektor dengan persetujuan Senat Institut. Pasal 39 (1) Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus dicakup dalam suatu jurusan/program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. (2) Kurikulum inti terdiri atas: a. Kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) yakni kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; b. Kelompok mata kuliah keilmuan dan ketrampilan (MKK), yakni kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu; c. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB), yakni kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai; d. Kelompok mata kuliah perilaku berkarya (MPB), yakni kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai;

17 15 e. Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) yakni kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. (3) Kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas IKIP Negeri Gorontalo. Pasal 40 (1) Kurikulum inti program sarjana dan program diploma terdiri atas kelompok MPK, kelompok MKK, kelompok MKB, kelompok MPB dan kelompok MBB. (2) Kurikulum inti program sarjana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas berkisar antara 40% - 80% dari jumlah SKS kurikulum program sarjana. (3) Kurikulum inti program diploma sekurang-kurangnya 40% dari jumlah SKS kurikulum program diploma. (4) Kurikulum institusional program sarjana dan program diploma terdiri atas keseluruhan atau sebagian dari: a. kelompok MPK yang terdiri atas mata kuliah yang relevan dengan tujuan pengayaan wawasan, pendalaman intensitas pemahaman dan penghayatan MPK inti; b. kelompok MKK yang terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan jurusan/program studi; c. kelompok MKB yang terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan jurusan/program studi; d. kelompok MPB yang terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat untuk setiap jurusan/program studi; e. kelompok MBB yang terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat pemahaman serta penguasaan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di masyarakat, baik secara nasional maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

18 16 BAB XI PENILIAN HASIL BELAJAR Pasal 41 (1) Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas dan pengamatan. (2) Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang bersangkutan. (3) Ujian dapat dilaksanakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi dan ujian tesis. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur oleh Rektor. (5) Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1 dan 0. Pasal 42 (1) Jenis ujian meliputi ujian mata kuliah, ujian komprehensif, ujian karya tulis, ujian skripsi dan ujian tesis. (2) Ujian akhir program studi suatu program sarjana terdiri atas ujian komprehensif atau ujian karya tulis atau ujian skripsi. (3) Ujian tesis diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh gelar Magister. (4) Bentuk ujian meliputi ujian lisan, ujian tertulis dan/atau ujian perbuatan/praktek. Pasal 43 (1) Indeks prestasi (IP) semester adalah bilangan (sampai dua angka di belakang koma) yang menunjukkan tingkat keberhasilan mahasiswa secara kualitatif dan kuantitatif pada semester yang bersangkutan. (2) IP semester dihitung pada setiap akhir semester sesuai ketentuan yang berlaku di IKIP Negeri Gorontalo.

19 17 Pasal 44 (1) Mahasiswa yang telah menyelesaikan keseluruhan beban studi yang telah ditetapkan dapat dipertimbangkan dalam penetapan kelulusan dan predikat kelulusan. (2) Mahasiswa ditetapkan putus kuliah berdasarkan kriteria yang diatur dalam keputusan Rektor. Pasal 45 (1) Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu memuaskan, sangat memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan dalam transkrip akademik. (2) Indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program diploma adalah: a. IPK : 3,51-4,00 : dengan pujian; b. IPK : 2,76-3,50 : sangat memuaskan; c. IPK : 2,00-2,75 : memuaskan. (3) Predikat kelulusan untuk program magister adalah: a. IPK : 3,71-4,00 : dengan pujian; b. IPK : 3,41-3,70 : sangat memuaskan; c. IPK : 2,75-2,40 : memuaskan. (4) Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi maksimum, yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana dan tambah 0,5 tahun untuk program magister.

20 18 BAB XII KEBEBASAN AKADEMIK DAN OTONOMI KEILMUAN Pasal 46 (1) Kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki anggota sivitas untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab dan mandiri. (2) Kebebasan akademik termasuk kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan merupakan kebebasan yang dimiliki anggota sivitas akademika untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni secara bertanggung jawab dan mandiri. (3) Pimpinan IKIP Negeri Gorontalo mengupayakan dan menjamin agar setiap anggota sivitas akademika dapat melaksanakan kebebasan akademik dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya secara mandiri sesuai dengan aspirasi pribadi yang dilandasi oleh norma dan kaidah keilmuan. (4) Dalam malaksanakan kegiatan akademik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setiap anggota sivitas akademika harus mengupayakan agar kegiatan serta hasilnya tidak merugikan pelaksanaan kegiatan akademik Institut. (5) Dalam melaksanakan kebebasan akademik setiap anggota sivitas akademika harus bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan dan hasilnya, sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan. (6) Dalam melaksanakan kegiatan akademik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pimpinan IKIP Negeri Gorontalo dapat mengijinkan penggunaan sumber daya institut, sepanjang kegiatan tersebut tidak ditujukan untuk merugikan pribadi lain, atau semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan materi bagi pribadi yang melaksanakannya. Pasal 47 (1) Kebebasan mimbar akademik berlaku sebagai bagian dari kebebasan akademik, yang memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan pendapat di IKIP Negeri Gorontalo sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan. (2) IKIP Negeri Gorontalo dapat mengundang tenaga ahli dari luar institut untuk menyampaikan pikiran dan pendapat sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan dalam konteks kebebasan akademik.

21 19 (3) Pelaksanaan kebebasan akademik diarahkan untuk memantapkan terwujudnya pengembangan diri sivitas akademika, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (4) Dalam merumuskan aturan pelaksanaan kebebasan akademik Senat Institut berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 48 (1) Otonomi keilmuan merupakan kegiatan-kegiatan yang berpedoman pada norma dan kaidah keilmuan yang harus ditaati oleh anggota sivitas akademika. (2) Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sivitas akademika IKIP Negeri Gorontalo berpedoman pada otonomi keilmuan. (3) Perwujudan otonomi keilmuan di IKIP Negeri Gorontalo diatur dan dikelola oleh Senat Institut. BAB XIII ORGANISASI Pasal 49 (1) Organisasi Institut terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut: a. Dewan penyantun; b. Unsur pimpinan; c. Senat Institut; d. Unsur pelaksana akademik: 1. fakultas; 2. lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; 3. lembaga pengembangan pendidikan dan pembelajaran; 4. Lembaga lain yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan kegiatan pendidikan akademik dan/atau profesional. e. Unsur pelaksana teknis: 1. perpustakaan; 2. pusat komputer; 3. program pengalaman lapangan/micro teaching; 4. bimbingan dan konseling (BK) 5. sistem pendidikan melalui satelit (Sisdiksat); 6. balai bahasa; 7. olah raga dan seni; 8. badan kerja sama; 9. penerbitan dan percetakan; 10. unsur lain yang dipandang perlu untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau pendidikan profesional.

22 20 f. Unsur pelaksana administratif: 1. Biro Administrasi Keuangan dan Umum; 2. Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Sistem Informasi; 3. Biro lain yang dipandang perlu meningkatkan mutu kegiatan administrasi di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo. Pasal 50 (1) Dewan Penyantun terdiri atas pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan yang diharapkan ikut mengasuh dan membantu memecahkan permasalahan IKIP Negeri Gorontalo. (2) Anggota Dewan Penyantun diangkat oleh Rektor IKIP Negeri Gorontalo. (3) Ketua Dewan Penyantun dipilih dari dan oleh para anggota Dewan Penyantun. (4) Dewan Penyantun bersidang sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Pasal 51 (1) Rektor sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi di IKIP Negeri Gorontalo, di samping melakukan arahan serta kebijaksanaan umum, juga menciptakan peraturan, norma dan tolok ukur penyelenggaraan pendidikan tinggi atas dasar keputusan Senat Institut. (2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang akademik dan bidang administrasi dan keuangan Rektor IKIP Negeri Gorontalo bertanggung jawab kepada Menteri. Pasal 52 (1) Rektor memimpin penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, dan tenaga administrasi serta memelihara hubungan yang saling bermanfaat antara Institut dan lingkungannya. (2) Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. (3) Rektor bertanggung jawab kepada Menteri. Pasal 53 (1) Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Rektor dibantu oleh para Pembantu Rektor.

23 21 (2) Pembantu Rektor terdiri atas: a. Pembantu Rektor Bidang Akademik, selanjutnya disebut Pembantu Rektor I, mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; b. Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum, selanjutnya disebut Pembantu Rektor II, membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan dan pengembangan dibidang administrasi umum dan keuangan, pembinaan dan pengembangan serta mengusahakan pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh institut serta mengatur pemanfaatannya; c. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, selanjutnya disebut Pembantu Rektor III, membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan dan pengembangan di bidang kemahasiswaan termasuk pembinaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa, serta hubungan dengan pada alumni. Pasal 54 (1) Bilamana Rektor berhalangan tidak tetap, maka Pembantu Rektor I bertindak sebagai Pelaksana Harlan Rektor. (2) Bilamana Rektor berhalangan tetap, maka Senat IKIP mengusulkan Pejabat Rektor kepada Menten sebelum diangkat Rektor yang baru. Pasal 55 (1) Rektor dapat mengangkat Pembantu Rektor bidang lainnya sesuai dengan kebutuhan setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. (2) Pembantu Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas pertimbangan Senat Institut. Pasal 56 (1) Masa jabatan Rektor dan Pembantu Rektor adalah 4 (empat) tahun. (2) Dosen yang mendapat tugas tambahan sebagai Rektor dan pembantu rektor menduduki jabatan fungsional serendah-rendahnya Lektor Kepala. (3) Rektor maupun Pembantu Rektor dapat diangkat kembali, setelah mendapat pertimbangan melalui sidang Senat Institut dengan ketentuan tidak boleh menempati jabatan yang sama lebih dari 2 (dua) masa jabatan berturutturut, serta pada saat masa bertugas jabatan pertama berakhir usianya tidak lebih dari 61 tahun.

24 22 Pasal 57 (1) Senat Institut merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di IKIP Negeri Gorontalo. (2) Senat Institut mempunyai tugas pokok: a. Merumuskan kebijakan dasar akademik dan pengembangan IKIP Negeri Gorontalo; b. Merumuskan pedoman penilaian prestasi akademik dan kecakapan serta kepribadian sivitas akademika; 0. Merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; d. Memberikan pertimbangan dan persetujuan atas rencana anggaran pendapatan dan belajar IKIP Negeri Gorontalo yang diajukan oleh Rektor; e. Menilai pertanggungjawaban pimpinan IKIP Negeri Gorontalo atas pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan; f. Merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo; g. Memberikan pertimbangan kepada penyelenggara IKIP Negeri Gorontalo berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi Rektor dan Pembantu Rektor di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo serta dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik di atas Lektor; h. Menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas akademika IKIP Negeri Gorontalo. (3) Anggota Senat Institut terdiri atas para guru besar tetap, Rektor dan Pembatu Rektor, para Dekan, wakil dosen dan unsur lain yang ditetapkan oleh Senat Institut. (4) Wakil dosen yang dipilih menjadi anggota Senat Institut, untuk masa bakti 4 (empat) tahun dan kemungkinan dapat dipilih dan diangkat kembali. (5) Tata cara pemilihan wakil dosen ditetapkan dengan Keputusan Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. Pasal 58 (1) Senat Institut diketuai oleh Rektor dan didampingi oleh seorang sekretaris yang dipilih di antara anggota Senat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan Sekretaris Senat dapat dipilih kembali sesudah masa jabatannya berakhir.

25 23 (2) Apabila Ketua Senat berhalangan tidak tetap, Pembantu Rektor I bertindak sebagai Ketua. (3) Senat Institut bersidang sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun. (4) Sidang Senat dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota. (5) Apabila kuorum 2/3 tidak tercapai, maka sidang Senat Institut diundurkan selama satu minggu, dan setelah itu maka keputusan rapat tersebut dianggap sah walaupun kuorum tidak tercapai. (6) Dalam mengambil keputusan diutamakan musyawarah untuk mufakat. (7) Apabila tidak diperoleh kesepakatan, keputusan dianggap sah bilamana disetujui oleh paling sedikit 2/3 dari anggota yang hadir. (8) Dalam hal tidak tercapai keputusan dalam sidang senat, Rektor selaku Ketua Senat Institut menyampaikan permasalahan tersebut kepada Menteri untuk memperoleh keputusan. (9) Dalam menunjang meknisme pelaksanaan sidang, Senat Institut membentuk sejumlah komisi. (10) Keputusan dalam sidang komisi dianggap sah bilamana disetujui oleh paling sedikit VA dari anggota komisi yang bersangkutan. (11) Masing-masing komisi mengadakan sidang sesuai dengan kebutuhannya setelah berkonsultasi dengan Ketua Senat. (12) Komisi-komisi yang ada di Senat Institut adalah Komisi Guru Besar dan Etika, Komisi Akademik, Komisi Perencanaan dan Anggaran, Komisi Kemahasiswaan dan Alumni, dan Komisi Kerja sama dan Pengembangan Sumber daya. Pasal 59 (1) Unsur Komisi Guru Besar dan Etika terdiri atas: a. Rektor sebagai Ketua; b. Sekretaris yang dipilih oleh anggota komisi; c. Anggota yang terdiri atas seluruh Guru Besar. (2) Komosi Guru Besar dan Etika berwenang untuk: a. memberi pertimbangan kepada Ketua Senat Institut berkenaan dengan pengusulan kenaikan jabatan akademik di atas Lektor; b. menetapkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas akademika; c. menangani kasus-kasus pelanggaran etika akademik.

26 24 Pasal 60 (1) Unsur Konnisi Akademik terdiri atas: a. Pembantu Rektor Bidang Akademik yang bertindak sebagai Ketua; b. Sekretaris yang dipilih oleh anggota komisi; c. Anggota komisi % dari jumlah anggota Senat Institut. (2) Komisi Akademik berwenang untuk: a. Menyusun rencana kebijakan dasar yang menjadi pedoman bagi pimpinan institut dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dalam bidang akademik; b. Menyusun rencana dan secara berkala meninjau kembali peraturanperaturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo; c. Menyusun rencana norma dan tolok ukur penyelenggaraan program pendidikan akademik dan/atau profesional, serta mempertimbangkan pengadaan program baru dan/atau penutupan program yang sedang berjalan, yang terkait dengan gelar akademik atau sebutan profesional; d. Menyusun rencana kebijaksanaan penilaian kegiatan akademik dan profesional para dosen dan mahasiswa; e. Menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan penilaian kemampuan akademik dan kepribadian dosen maupun mahasiswa sebagai orang yang melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; f. Mempertimbangkan usul penyelenggaraan proyek-proyek penelitian yang mungkin akan menuntut pertanggungjawaban institut dalam menyampaikan hasil pertimbangan yang bersangkutan kepada pimpinan institut; g. Menyusun rencana kebijakan dasar IKIP Negeri Gorontalo berkenaan dengan pengembangan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; h. Menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan penilaian kegiatan pengabdian kepada masyrakat yang diselenggarakan oleh dosen, lembaga dan/atau mahasiswa; i. Menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan pengelolaan dan pengembangan perpustakaan di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo; (3) Wewenang yang diemban oleh Komisi Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan berlaku sebagai perarturan di IKIP Negeri Gorontalo jika telah mendapat persetujuan Senat Institut dan pengesahan dari Ketua Senat Institut. Pasal 61 (1) Unsur Komisi Perencanaan dan Anggaran terdiri atas: a. Pembantu Rektor bidang Admnistrasi Umum yang bertindak sebagai Ketua;

27 b. Sekretaris yang dipilih oleh anggota komisi; 0. Anggota maksimal % dari jumlah anggota Senat Institut. 25 (2) Komisi Perencanaan dan Anggaran berwenang untuk: a. memberikan bahan pertimbangan mengenai Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja IKIP Negeri Gorontalo; b. menyusun rancangan kebijakan IKIP Negeri Gorontalo berkenaan dengan pengembangan dalam bidang personalia; c. menyusun rancangan kebijakan IKIP Negeri berkenaan dengan pengembangan dalam bidang keuangan; d. menyusun rencana kebijakan institut dalam usaha meningkatkan kesejahteraan tenaga akademik dan administrasi institut. (3) Tugas dan wewenang yang telah dilaksanakan oleh Komisi Perencanaan dan Anggaran akan menjadi program IKIP Negeri Gorontalo jika telah memperoleh persetujuan Senat Institut dan pengesahan Ketua Senat Institut. Pasal 62 (1) Unsur Komisi Kemahasiswaan dan Alumni terdiri atas: a. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan sebagai Ketua; b. Sekretaris yang dipilih oleh anggota komisi; c. Anggota maksimal % dari jumlah anggota Senat Institut. (2) Komisi Kemahasiswaan dan Alumni berwenang untuk: a. menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang penalaran, minat dan bakat, dan kesejahteraan; b. menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan pembinaan organisasi kemahasiswaan; c. menyusun rencana kebijakan berkenaan dengan kerja sama antara IKIP Negeri Gorontalo dengan para alumni baik secara perorangan maupun sebagai Ikatan Alumni. (3) Tugas dan wewenang yang telah dilaksanakan oleh Komisi Kemahasiswaan dan Alumni akan menjadi peraturan yang berlaku di IKIP Negeri jika telah memperoleh persetujuan Senat Institut dan pengesahan Ketua Senat. Pasal 63 (1) Komisi Kerja sama dan Pengembangan Sumber daya terdiri atas: a. Pembantu Rektor Bidang lainnya atau anggota senat lainnya sebagai Ketua; b. Sekretaris yang dipilih oleh anggota komosi; c. Anggota maksimal % dari jumlah anggota Senat institut.

28 26 (2) Komisi Kerja sama dan Pengembangan Sumber daya berwenang untuk: a. menyusun rencana kebijakan dasar berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya IKIP Negeri Gorontalo dan instansi lain; b. menyusun rencana kebijakan dasar IKIP Negeri Gorontalo berkenan dengan pengembangan hubungan kerja sama antara IKIP Negeri Gorontalo dengan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri; c. menyusun rancangan kebijakan dasar berkenaan dengan pemberian bantuan pada perguruan tinggi lain. (3) Tugas dan wewenang yang telah dilaksanakan oleh Komisi Kerjasama dan Pengembangan Sumberdaya akan menjadi peraturan yang berlaku di IKIP Negeri Gorontalo jika telah memperoleh persetujuan Senat Institut dan pengesahan Ketua Senat. Pasal 64 (1) IKIP Negeri Gorontalo terdiri atas sejumlah Fakultas sebagai unsur pelaksana akademik. (2) Fakultas bertugas mengkoordinasi dan/atau melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profesional di bidang ilmu kependidikan dalam satu atau lebih seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. (3) Masing-masing fakultas mempunyai jurusan, program studi, dosen, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Pasal 65 (1) Fakultas dipimpin oleh seorang Dekan dan dibantu 3 (tiga) Pembantu Dekan, yatiu Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. (2) Dosen yang diberikan tugas tambahan sebagai Dekan dipersyaratkan minimal menduduki jabatan fungsional Lektor Kepala berusia maksimal 61 tahun. (3) Dosen yang diberi tugas tambahan sebagai pembantu dekan dipersyaratkan minimal menduduki jabatan fungsional Lektor dan berusia maksimal 61 tahun. (4) Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mempertimbangkan pendapat senat fakultas dan aspirasi dosen di fakultas yang bersangkutan. (5) Pembantu Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan dan setelah memperoleh pertimbangan senat fakultas. (6) Masa jabatan Dekan dan pada Pembantu Dekan adalah 4 (empat) tahun.

29 27 (7) Dekan dan Pembantu Dekan dapat dipilih dan diangkat kembali dengan ketentuan tidak boleh menduduki jabatan yang sama lebih dari 2 (dua) masa jabatan berturut-turut dan maksimal 61 tahun. (8) Dekan dapat mengangkat Pembantu Dekan bidang lainnya berdasarkan kebutuhan dan setelah mendapat persetujuan senat fakultas dan Senat Institut. Pasal 66 (1) Senat fakultas memiliki wewenang untuk menjabarkan kebijakan dan peraturan IKIP Negeri Gorontalo untuk fakultas yang bersangkutan. (2) Tugas pokok senat fakultas adalah: a. merumuskan kebijakan akademik fakultas; b. merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan kecakapan serta kepribadian dosen; c. menyusun norma dan tolok ukur pelaksanaan penyelenggaraan fakultas; d. menilai pertanggung jawaban pimpinan fakultas atas pelaksanaan kebijakan akademik yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada point 1); e. memberikan pertimbangan kepada pimpinan IKIP Negeri Gorontalo mengenai calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan di fakultasnya. (3) Senat Fakultas terdiri atas para guru besar di fakultas, pimpinan fakultas, para Ketua Jurusan, wakil dosen dan unsur lain yang ditetapkan oleh senat fakultas. (4) Anggota senat fakultas dari wakil dosen dipilih untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan tata cara pemilihan diatur dan ditetapkan oleh Rektor atas pertimbangan senat fakultas. Pasal 67 (1) Senat Fakultas diketuai oleh Dekan dan didampingi oleh seorang Sekretaris yang dipilih dari antara para anggota senat fakultas untuk masa jabatan 4 (empat) tahun. (2) Senat fakultas bersidang sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun. (3) Rapat senat dianggap sah bila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota. (4) Dalam mengambil keputusan diutamakan musyawarah untuk mufakat, dan apabila tidak diperoleh kesepakan, maka keputusan dianggap sah bilamana disetujui oleh paling sedikit 2/3 dari anggota yang hadir.

30 28 Pasal 68 (1) Fakultas terdiri atas sejumlah jurusan dan/atau program studi yang merupakan unit pelaksana di bidang akademik. (2) Pimpinan jurusan adalah Ketua Jurusan yang dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Sekertaris Jurusan. (3) Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan senat fakultas. (4) Masa jabatan Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan adalah 4 (empat) tahun dan kemungkinan dapat dipilih dan diangkat kembali, dengan ketentuan tidak boleh menempati jabatan yang sama lebih dari 2 (dua) masa jabatan berturut-turut. (5) Pimpinan program studi adalah Ketua Program Studi yang diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atau usul Ketua Jurusan. Pasal 69 (1) Jurusan dapat mengelola laboratorium/studio/bengkel. (2) Laboratorium/studio/bengkel dipimpin oleh seorang kepala, yang dipilih dari dosen yang keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. (3) Kepala laboratorium/studio/bengkel diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Ketua Jurusan dan Kepala laboratorium/studio/bengkel bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan. BAB XIV TENAGA KEPENDIDIKAN Pasal 70 (1) Tenaga Kependidikan di lingkungan IKIP Negeri Gorontalo terdiri atas dosen dan tenaga penunjang akademik. (2) Dosen adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh Menteri dengan tugas utama mengajar di IKIP Negeri Gorontalo. (3) Dosen terdiri atas dosen biasa, dosen luar biasa, dan dosen tamu. (4) Dosen biasa adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap di IKIP Negeri Gorontalo.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dipandang perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN TINGGI.

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. penjelasan pasal demi pasal PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 Peraturan Dikti Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 12 Februari 2006, 23:34:08 KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Institut Agama Islam. IAIN. Organisasi. Ambon.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Institut Agama Islam. IAIN. Organisasi. Ambon. No. 4, 2007 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Institut Agama Islam. IAIN. Organisasi. Ambon. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Ne

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.349, 2011 KEMENTERIAN AGAMA. Organisasi. Tata Kerja. Institut Agama Islam Negeri Surakarta. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVESITAS GUNADARMA Nomor : 06.1/SK/REK/UG/2016

KEPUTUSAN REKTOR UNIVESITAS GUNADARMA Nomor : 06.1/SK/REK/UG/2016 KEPUTUSAN REKTOR UNIVESITAS GUNADARMA Nomor : 06.1/SK/REK/UG/2016 Tentang ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB UNIVERSITAS GUNADARMA Menimbang Mengingat : 1. Bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR: 162/O/2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR: 162/O/2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR: 162/O/2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 51 / HUK/ 2007 TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT ILMU PEMERINTAHAN

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT ILMU PEMERINTAHAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT ILMU PEMERINTAHAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

Pedoman Revisi Kurikulum UNSIMAR Poso PJM

Pedoman Revisi Kurikulum UNSIMAR Poso PJM Pusat Penjaminan Mutu Unsimar 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-nya pembuatan buku Pedoman Revisi dan Penerapan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Universitas Airlangga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013 Tentang PERATURAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KETUA SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. Bahwa Universitas Baiturrahmah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA M A L A N G Turunan KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 074/SK/2006 tentang ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM VISI MISI Visi STIKES Mataram Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang mampu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Organisasi dan Tata Kerja. IAIN. Syekh Nurjati.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Organisasi dan Tata Kerja. IAIN. Syekh Nurjati. No.291, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Organisasi dan Tata Kerja. IAIN. Syekh Nurjati. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NUSA CENDANA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI. Presiden republik indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI. Presiden republik indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1980 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI UNIVERSITAS/INSTITUT NEGERI Presiden republik indonesia, Menimbang : bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan dan

Lebih terperinci

Menimbang: Mengingat:

Menimbang: Mengingat: KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR NOMOR : 1073/H36/PP/2010 TENTANG PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR, Menimbang:

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI UNIT KERJA DI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UB. Tugas Fakultas ORGANISASI FAKULTAS

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI UNIT KERJA DI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UB. Tugas Fakultas ORGANISASI FAKULTAS KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI UNIT KERJA DI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UB (1) Fakultas adalah Unsur Pelaksana Akademik yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Universitas; (2) Fakultas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 6, 1989 (PEMBANGUNGAN. PENDIDIKAN. Kebudayaan. Prasarana. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK. Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut:

PERATURAN AKADEMIK. Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut: PERATURAN AKADEMIK Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut: PERATURAN AKADEMIK PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS JAMBI BAB I KETENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 008/Peraturan/MWA-UI/2005 TENTANG NORMA KURIKULUM PENDIDIKAN PROFESI DI UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan dan

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG : KURIKULUM PENDIDIKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA.

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG : KURIKULUM PENDIDIKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA. KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG KURIKULUM PENDIDlKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA MAJELIS WALl AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/O/2000 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/O/2000 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/O/2000 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TAHUN 2014

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TAHUN 2014 PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TAHUN 2014 Dokumen Internal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup Jl. Dr. AK.Gani No. 1 Dusun Curup Kabupaten Rejang Lebong Propinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 612/SK/R/UI/2005 TENTANG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 612/SK/R/UI/2005 TENTANG KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 612/SK/R/UI/2005 TENTANG PENYEMPURNAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 545/SK/R/UI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM MAGISTER DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 1985 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263/SK/R/UI/2004. Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263/SK/R/UI/2004. Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263/SK/R/UI/2004 Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Universitas Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Nomor 374/N/UNBRAH/VII/2013. Tentang STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KELOLA UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Nomor 374/N/UNBRAH/VII/2013. Tentang STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KELOLA UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Nomor 374/N/UNBRAH/VII/2013 Tentang STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KELOLA UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. Bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk dapat berperan

Lebih terperinci

BUKU DESKRIPSI JABATAN DAN TUPOKSI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

BUKU DESKRIPSI JABATAN DAN TUPOKSI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH BUKU DESKRIPSI JABATAN DAN TUPOKSI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH 1 P e t i k a n B u k u T u p o k s i U n i v e r s i t a s M a l i k u s s a l e h, 2 0 1 5 KATA PENGANTAR Sesungguhnya setiap insan berhak

Lebih terperinci

1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan kepastian dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sebelum digunakan.

1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan kepastian dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sebelum digunakan. Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85080 1 dari 6 1 September 22 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan kepastian dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM

BAB 3 ANALISIS SISTEM BAB 3 ANALISIS SISTEM 3.1 Analisis Sistem yang Berjalan 3.1.1 Riwayat Perusahaan Dengan berpedoman kepada pengalaman serta sukses yang telah dicapai oleh -Y.A.I dalam mengelola pendidikan, serta atas desakan

Lebih terperinci

STATUTA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) DWIMULYA

STATUTA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) DWIMULYA STATUTA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) DWIMULYA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) DWIMULYA 2010 0 PERATURAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DWIMULYA Nomor : 05/STIE-DM/X/2010 TENTANG STATUTA SEKOLAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195 /O/2002 TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NEGERI SINGARAJA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195 /O/2002 TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NEGERI SINGARAJA KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195 /O/2002 TENTANG STATUTA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NEGERI SINGARAJA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN 2.1 Pengertian Dasar Sistem Kredit Semester (SKS) Tujuan Umum Tujuan Khusus Sistim Kredit Semester Semester

SISTEM PENDIDIKAN 2.1 Pengertian Dasar Sistem Kredit Semester (SKS) Tujuan Umum Tujuan Khusus Sistim Kredit Semester Semester SISTEM PENDIDIKAN Universitas Brawijaya telah menganut Sistem Kredit Semeter (SKS) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 22/SK/1976 tangal 3 Mei 1976. Dengan memperhatikan Undang-undang no.

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Deskripsi masing-masing organ UNM sebagaimana disebutkan dalam Statuta UNM No. 025/O/2002 Tanggal 8 Maret 2002, sebagai berikut:

Deskripsi masing-masing organ UNM sebagaimana disebutkan dalam Statuta UNM No. 025/O/2002 Tanggal 8 Maret 2002, sebagai berikut: Deskripsi masing-masing organ UNM sebagaimana disebutkan dalam Statuta UNM No. 025/O/2002 Tanggal 8 Maret 2002, sebagai berikut: Rektor dan Pembantu Rektor: 1) Memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263 /SK/R/UI/2004 Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263 /SK/R/UI/2004 Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263 /SK/R/UI/2004 Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA Rektor Universitas Indonesia, Menimbang : a. bahwa Universitas Indonesia

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Peny

2017, No Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Peny No.619, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. ISBI Aceh. Statuta. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG STATUTA INSTITUT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - P BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LAYANAN UMUM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MADINA (BLU-STAIM) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STATUTA PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STATUTA PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STATUTA PERGURUAN TINGGI DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

STATUTA UNIVERSITAS ANDALAS

STATUTA UNIVERSITAS ANDALAS STATUTA UNIVERSITAS ANDALAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 MUKADIMAH Untuk memenuhi hasrat masyarakat dan guna mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008 KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang: a bahwa telah terjadi ketidakseragaman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/PERMEN-KP/2017 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEMIMPIN DAN PENDIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 2 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG STATUTA POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG STATUTA POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG STATUTA POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG QAIDAH PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG QAIDAH PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG QAIDAH PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Menimbang: 1. bahwa dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MATARAM

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MATARAM PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS MATARAM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN TATA KERJA

SISTEM ORGANISASI DAN TATA KERJA 0 YAYASAN PEMBINA IKIP M A T A R A M SISTEM ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) MATARAM YAYASAN PEMBINA IKIP MATARAM M A T A R A M TAHUN 2017 1 PERATURAN YAYASAN PEMBINA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk dapat berperan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Pemerintah. Pemerintah Daerah. Swasta. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 518/P/SK/HT/2008 TENTANG SEKOLAH VOKASI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan dan memajukan program pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.55, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Statuta PEM Akamigas. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG STATUTA POLITEKNIK ENERGI DAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS TRUNOJOYO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS TRUNOJOYO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS TRUNOJOYO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N Nomor 14/C, 2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2. sar IPB; Lampiran Salinan Keputusan Senat Akademik IPB

2. sar IPB; Lampiran Salinan Keputusan Senat Akademik IPB kan Fakultas Ekologi Manusia IPB 5. bs. Untuk diketahui dan dilaksanakan. SALINAN KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor: 71/SA-IPB/2010 Tentang PEDOMAN PENETAPAN BIDANG-BIDANG ILMU UNTUK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI PADANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG STATUTA UNIVERSITAS NEGERI PADANG MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG STATUTA POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

Sistem pendidikan nasional adalah sekaligus alat dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Sistem pendidikan nasional adalah sekaligus alat dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UMUM Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM penjelasan pasal demi pasal PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa proses

Lebih terperinci