BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Dewasa ini, perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yang meliputi telekomunikasi, informasi komunikasi, dan penyiaran, banyak memberikan dampak positif dan negatif dalam segala aspek kehidupan. Perkembangan ini telah mengakibatkan dimensi jarak dan waktu menjadi relatif dekat dan singkat, yang turut meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dengan kondisi pada saat ini, Indonesia harus menghadapi paradigma baru yang terjadi pada teknologi dan jasa TIK. Paradigma baru tersebut yaitu: Pertama, pengaruh perubahan lingkungan global yang dapat memberikan dampak terhadap semua aspek kehidupan bangsa. Kedua, kemajuan multimedia yang sangat cepat disertai konvergensi dalam teknologi telekomunikasi, teknologi informasi, dan teknologi penyiaran. Ketiga, konvergensi yang merubah value chain dalam ketiga bidang diatas. 2.1 Industri Teknologi Informasi Menurut Turban, Rainer dan Potter (2005), Teknologi Informasi dapat diartikan sebagai komponen-komponen individu yang diolah dalam suatu sistem informasi yang berbasiskan komputer. 5

2 Sistem Informasi Sistem informasi diartikan sebagai pengumpulan, proses, penyediaan, analisa, dan distribusi informasi untuk suatu tujuan tertentu. Seperti halnya sistem-sistem yang lain, sebuah sistem informasi meliputi input (data, instruksi) dan output (laporan, kalkulasi) Data Data merupakan fakta-fakta atau deskripsi dasar mengenai sesuatu benda, kejadian, aktivitas dan transaksi yang tercatat, terekam, tersimpan dan terklasifikasi tetapi belum diolah atau diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan arti tertentu, contoh: data nilai mahasiswa Informasi Informasi adalah sekumpulan data yang telah diatur dan diproses dengan suatu instruksi atau aturan tertentu sehingga memberikan sesuatu yang lebih berarti bagi penerimanya, contoh: apabila pada data nilai mahasiswa kita cantumkan namanama dari mahasiswa yang memperoleh nilainya, kita akan mendapatkan suatu informasi yang berguna. Dengan kata lain, informasi merupakan data-data yang sudah melalui suatu proses.

3 Pengetahuan Pengetahuan terdiri dari informasi yang telah diatur dan diproses untuk memberikan pengertian, contoh-contoh, pembelajaran dan keahlian sehingga dapat digunakan dalam pemecahan masalah atau proses suatu bisnis. Untuk dapat berguna bagi seseorang ataupun organisasi, suatu informasi harus akurat, lengkap, dapat dipercaya, relevan, dapat diverifikasi, mudah diakses, dan aman Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer-Based Information System) Sistem informasi berbasis komputer adalah suatu sistem informasi yang menggunakan komputer dan terkadang teknologi telekomunikasi untuk melakukan beberapa tugas-tugas tertentu. Komponen-komponen dasar suatu sistem informasi meliputi: 1. Hardware (Piranti Keras), seperangkat alat seperti prosesor, monitor, keyboard dan printer, yang dapat menerima data dan informasi, kemudian mengolah dan menampilkannya. 2. Software (Piranti Lunak), sebuah program komputer yang dapat memberikan instruksi kepada piranti keras agar dapat bekerja untuk memproses data. 3. Database, kumpulan file-file yang berhubungan, yang menampilkan datadata dan hubungan diantara data-data tersebut.

4 8 4. Network (Jaringan), suatu sistem yang terhubung yang memungkinkan pembagian sumber-sumber daya diantara komputer-komputer yang berbeda. 5. Procedure (Prosedur), merupakan kumpulan strategi, kebijakan-kebijakan, metode dan aturan yang akan digunakan dalam sistem informasi. 6. People (Manusia), merupakan elemen terpenting dalam sistem informasi, yang merupakan eksekutor dalam memberikan input atau menggunakan hasil output dari sistem informasi tersebut. Hardware Software People Database Network Procedures Gbr 2.1 Komponen-komponen dari sistem informasi berbasis komputer Sumber: Turban, Efraim, Rainer, R. Kelly Jr., Potter, Richard E. 2005, Introduction to Information Technology, 3 rd Edition, Sine Nomine Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, rohani, hingga profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu

5 9 dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. 2.2 Industri Telekomunikasi Definisi dari telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya (UU No. 36 Tahun 1999). Selama ini, telekomunikasi diselenggarakan melalui jaringan telekomunikasi, jasa telekomunikasi, dan penyelenggara telekomunikasi khusus atau badan usaha operator telekomunikasi. Masing-masing penyelenggara melakukan usaha atau bisnis layanan telekomunikasi melalui layanan fixed line, seluler, atau satelit. Secara teknis, cara ini telah berhasil membuat fasilitas telekomunikasi menjangkau seluruh wilayah geografis Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal ini terlihat pada grafik di bawah, yang menunjukkan terjadinya peningkatan pada jumlah sambungan tetap dan Sentral Telepon Bergerak (STB).

6 10 Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Infrastruktur Telekomunikasi Akhir Sambungan Tetap S T B Tahun Kapasitas Penetrasi Pelanggan Penetrasi (KapasitasTerpakai) ,454, ,303, ,594, ,622, ,963, ,940, ,591, ,258, ,510, ,576, ,753, ,894, ,352, ,212, ,340, ,530, ,747, ,848, ,607, ,167, Sumber: Demand Forecast Ditjen Postel (2002) Perangkat Telekomunikasi Perangkat telekomunikasi adalah sekelompok alat telekomunikasi yang memungkinkan bertelekomunikasi. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 1999, perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan, dibuat, dirakit, dimasukkan dan atau digunakan di wilayan Negara Republik Indonesia wajib memperhatikan persyaratan teknis dan berdasarkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengacu kepada UU No. 36 Tahun 1999, maka pada tanggal 26 Februari 2008, Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar telah menandatangani tiga Peraturan Dirjen Postel, yaitu: Pertama, Peraturan Dirjen Postel No. 94/DIRJEN/2008 tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Telekomunikasi Subscriber Station Broadband Wireless Access (BWA) Nomadic pada Pita Frekuensi 2.3 GHz; Kedua,

7 11 Peraturan Dirjen Postel No. 95/DIRJEN/2008 tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Telekomunikasi Base Station Broadband Wireless Access (BWA) Nomadic Pada Pita Frekuensi 2.3 GHz; Ketiga, Peraturan Dirjen Postel No. 96/DIRJEN/2008 tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Telekomunikasi Antena Broadband Wireless Access (BWA) Nomadic Pada Pita Frekuensi 2.3 GHz. Ketiga peraturan diatas menetapkan bahwa alat dan perangkat subscriber station BWA, base station BWA dan antena BWA nomadic pada pita frekuensi 2.3 GHz wajib mengikuti persyaratan teknis sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini. Di samping itu juga ditetapkan, bahwa pelaksanaan sertifikasi alat dan perangkatnya wajib berpedoman pada persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang berlaku Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Pemberlakuan ketiga peraturan diatas menandai rencana penggunaan pita frekuensi 2.3 GHz, selain telah dialokasikannya beberapa pita frekuensi seperti 1.9 GHz, 2.1 GHz, 2.3 GHz, 2.4 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 3.5 GHz, 5.7 GHz untuk akses radio layanan pita lebar Teknologi WiMax Beberapa jenis teknologi pun telah tersedia untuk layanan pita lebar berbasis radio tersebut, yaitu teknologi WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access). WiMax adalah salah satu teknologi yang memungkinkan transmisi pita lebar

8 12 hingga 260 Mbps dengan jangkauan puluhan kilometer. Teknologi ini adalah pengembangan dari teknologi nirkabel Wireless Fidelity (Wi-Fi) baik dalam kapasitas transmisi maupun daya jangkauan dan menawarkan layanan broadband dengan menggunakan basis standar global serta jaminan interoperability produk perangkat. Hal ini menjadikan WiMax sebagai teknologi yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan koneksi Internet berkualitas dan melakukan aktivitas dan teknologi nirkabel telekomunikasi berbasis protokol internet (VoIP). Memandang besarnya minat dan banyaknya permohonan untuk layanan pita lebar menggunakan teknologi baru dalam layanan Broadband Wireless dan mempertimbangkan tujuan pemerintah untuk meningkatkan penetrasi teledensitas informasi atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara cepat, efektif dan efisien, dengan harga terjangkau masyarakat serta mendorong partisipasi industri dalam negeri, maka pemerintah mencanangkan akan meluncurkan WiMax versi Indonesia pada momentum 1000 tahun kebangkitan nasional 28 Mei Isu dalam Implementasi Teknologi WiMax Beberapa isu yang berhubungan dengan implementasi WiMax adalah regulasi yang terkait dengan alokasi frekuensi. Hal ini disebabkan implementasi ini akan menentukan skala ekonomi produk perangkatnya dan bagi vendor perangkat nirkabel, kepastian alokasi frekuensi itu akan menjadi dasar dalam menentukan titik awal pemasaran produknya dalam skala ekonomi yang memadai.

9 13 Selain regulasi, terdapat pula isu yang berkaitan dengan proses perizinan, penetapan tarif, ketersediaan lahan yang terbatas, peminat yang jauh melebihi kapasitas. Berpatokan pada Ditjen Postel, pita frekuensi 2.5 GHz dan 3.5 GHz paling banyak diincar untuk WiMax dan BWA (Broadband Wireless Access), tapi harus berbagi dengan Satelit downlink S-band Cakrawala, Ext-C band Palapa-C1, serta Palapa-Telkom Pengembangan Teknologi Seluler Selain teknologi WiMax, terdapat pula pengembangan teknologi seluler pada pita-pita frekuensi diatas yang dapat menyediakan layanan pita lebar bagi rakyat Indonesia Teknologi 2G Pada bulan Mei 1995, Telecommunications Industry Association / Electronic Industries Association Interim Standard 95 (TIA/EIA IS-95), mengembangkan teknologi IS-95A yang digunakan sebagai basis pada sistem 2G CDMA di seluruh dunia. IS-95A merupakan selular CDMA standar pertama yang memiliki struktur jaringan pengoperasian CDMA dengan wideband berkapasitas 1.25 MHz. Dalam era ini, sebagian besar operator telekomunikasi yang menggunakan IS-95A, menyediakan sambungan circuit-switched data dengan kecepatan sebesar 14.4 kbps. IS-95 kembali

10 14 mengembangkan sebuah teknologi baru dan melahirkan IS-95B sebagai generasi TIA/EIA-95 yang kedua. Teknologi ini memadukan tiga elemen, yaitu IS-95A, ANSI-J-STD-008, dan TSB-74, ke dalam sebuah sistem tunggal yang lebih tinggi dibandingkan generasi yang sebelumnya (2.5G). Sebagian operator yang menggunakan sistem IS-95B menyediakan packet-switched data sebesar 64 kbps untuk memberikan layanan suara yang memuaskan. Keunggulan Teknologi 2G Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh para pengguna jaringan telepon selular 2G. Apabila dibandingkan dengan sistem analog AMPS, maka keunggulan teknologi ini yaitu: 1. Kapasitas teknologi 2G meningkat 8 hingga 10 kali. 2. Kualitas sambungan lebih baik, suara yang jernih dan konsisten. 3. Sistem lebih sederhana, khususnya pada penggunaan frekuensi sejenis. 4. Privasi lebih terjamin. 5. Cakupan daerah cukup luas, sehingga memungkinkan penyediaan jaringan yang tidak terlalu besar jumlahnya. 6. Waktu bicara lebih lama. 7. Bandwidth disesuaikan sesuai kebutuhan operator.

11 15 Gbr 2.2 Skema pada Jaringan Sistem 2G Sumber: (2007) Teknologi CDMA 2000 Setelah generasi 2G, generasi berikutnya adalah CDMA2000 1X; sebuah teknologi yang menjadi cikal bakal teknologi 3G, yang digunakan pertama kali oleh SK Telecom, sebuah perusahaan telekomunikasi Korea Selatan. Milestones teknologi CDMA2000 adalah sebagai berikut: CDMA2000 1X CDMA2000 1xEV-DO Technologies o CDMA2000 1xEV-DO Rel 0 o o CDMA2000 1xEV-DO Rev A CDMA2000 1xEV-DO Rev B Ultra Mobile Broadband - UMB

12 16 CDMA2000 merupakan sebuah teknologi yang dikembangkan dari keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh teknologi CDMA. Selain itu, teknologi CDMA2000 turut menampilkan elemen-elemen pendukung, seperti: Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM dan OFDMA), yaitu sebuah mekanisme kontrol yang canggih yang memungkinkan terjadinya peningkatan transfer data dalam jumlah dan kualitas layanan yang baik. Sementara itu, kapasitas jaringan yang ada semakin meningkat, namun tetap menjaga biaya tetap rendah. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan Multiple Inputs Multiple Outputs (MIMO) dan Space Division Multiple Access (SDMA). Keunggulan Teknologi CDMA 2000 Keunggulan teknologi CDMA 2000 yaitu: Pertama, performa lebih unggul, karena lebih cepat melakukan pengiriman data, dimana kapasitas layanan suara akan semakin berkembang. Kedua, efisiensi spektrum. Teknologi CDMA2000 memberikan kapasitas layanan suara maksimum dan transfer data melalui penggunaan spektrum yang lebih efisien, sehingga biaya yang ditanggung operator menjadi lebih murah, serta memberikan kenyamanan kepada para penggunanya dalam hal kecepatan. Ketiga, adanya layanan-layanan pendukung, seperti CDMA2000 1xEV-DO yang digunakan pada VoIP, push-to-talk, video telephony, pesan multimedia, multicasting, dan multi-playing online gaming. All-IP, teknologi CDMA2000

13 17 yang cocok dengan IP dan mendukung sistem jaringan. Belakangan ini, sebagian besar operator telah menggunakan perpaduan antara teknologi CDMA2000 dan layanan IP ini dan hasil yang dirasakan adalah tingkat fleksibel dan efisiensi yang lebih baik, serta nilai ekonomis yang lebih tinggi. Keempat, fleksibilitas. CDMA2000 dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan wireless jaringan tetap, wireless local loop (WLL), baik di area perkotaan dan pedesaan, melalui ketersediaan beberapa spektrum gelombang, seperti 450 MHz, 800 MHz, 1,700 MHz, 1,900Mhz, dan 2,100 MHz Teknologi 3G 3G adalah generasi telepon seluler terbaru yang memiliki layanan komunikasi lebih baik serta sambungan jarak jauh yang lebih cepat, khususnya saat mengakses Internet, melakukan pengiriman data, dan kandungan multimedia. Berdasarkan standard yang telah ditetapkan IMT-2000 (International Mobile Telecommunications- 2000), kecepatan 3G adalah 144 Kbps di daerah terbuka dan 2 Mbps dalam daerah tertutup. Seiring dengan perkembangan informasi, maka pada akhir tahun 2006, terdapat kurang lebih 430 juta pengguna 3G yang tersebar di enam benua, dan pada beberapa negara maju seperti Korea, Jepang dan Amerika bagian Utara, jumlah pengguna 3G lebih besar jumlahnya daripada pengguna 2G. Secara global, banyak pihak memprediksi bahwa pengguna layanan 3G akan jauh melebihi pengguna 2G dalam tahun Hal ini merupakan sesuatu yang signifikan, karena target diatas

14 18 terjadi hanya sekitar 10 tahun semenjak 3G memasuki industri telekomunikasi, setelah kurang dari 5 tahun bagi sistem 2G mengungguli penerapan teknologi 1G. 2.3 Strategi Agar tetap unggul dalam persaingan, maka perusahaan perlu menyusun sasaran jangka panjang dan memilih strategi yang tepat. Menurut Pearce II dan Robinson, Jr., misi perusahaan tersebut harus diterjemahkan kedalam kebijakankebijakan yang mencerminkan strategi perusahaan secara keseluruhan. Adapun, pemaparan pemahaman tentang diversifikasi, merger, strategic alliances, joint ventures, vertical integration, dapat menjadi landasan dalam menentukan strategi yang tepat demi tercapainya rencana suatu perusahaan Diversifikasi Suatu perusahaan yang memiliki dua atau lebih kegiatan bisnis yang berbeda, dapat digolongkan kedalam perusahaan yang terdiversifikasi, sebagaimana halnya dengan PT Metrodata Electronics Tbk. Oleh karena itu, untuk masing-masing kegiatan bisnis, manajemen membutuhkan multi-strategi bisnis yang sesuai dan tepat. (Thompson Jr., Strickland III, dan Gamble, 2007) Related Diversification Related diversification adalah strategi yang diambil perusahaan untuk melakukan diversifikasi sesuai dengan value-chain perusahaan yang sudah ada pada

15 19 saat ini. Strategi ini tepat digunakan pada saat perusahaan hendak melakukan transfer keahlian atau pengalaman dari satu bisnis ke bisnis lainnya; menggabungkan kegiatan yang sama agar dapat memperoleh biaya yang lebih rendah; meningkatkan brand tertentu; dan melakukan kolaborasi untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas perusahaan Unrelated Diversification Unrelated diversification adalah strategi perusahaan yang melakukan diversifikasi ke dalam bisnis baru, diluar value-chain perusahaan yang sudah ada Merger Menurut Weston, Mitchell and Mulherin (2001, p5), kata merger digunakan dalam sebuah transaksi bisnis yang dilakukan dengan cara negoisasi, yang harus memenuhi syarat-syarat teknis tertentu dan persyaratan hukum yang berlaku. Kata merger juga dapat diartikan sebagai proses negosiasi antara dua entitas usaha untuk menggabungkan kedua perusahaan yang akan menghasilkan keputusan yang saling menguntungkan. Adapun keputusan manajemen suatu perusahaan untuk melakukan merger dipengaruhi oleh sepuluh faktor, yaitu teknologi, skala ekonomi, globalisasi dan perdagangan bebas, perubahan yang terjadi dalam organisasi suatu industri, bertumbuhnya industri-industri baru, deregulasi dan regulasi yang berlaku, adanya perbaikan ekonomi dan kondisi keuangan, adanya trend yang negatif pada industri-

16 20 industri tertentu, melebarnya ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan, relatif tingginya valuasi ekuitas perusahaan Tipe-tipe Merger Menurut Weston, Mitchell dan Mulherin, merger dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe: 1. Horizontal merger melibatkan dua perusahaan yang beroperasi dan berkompetisi di jenis aktivitas bisnis yang sama. Tipe merger ini harus diatur oleh regulasi pemerintah dikarenakan adanya kemungkinan efek negatif yang ditimbulkan dalam kompetisi industri, karena horizontal merger dapat mengurangi jumlah perusahaan yang bersaing dalam industri tertentu yang pada akhirnya dapat menimbulkan monopoli. 2. Vertical merger terjadi antara dua perusahaan yang memiliki tahap produksi yang berbeda dalam operasional perusahaannya. Merger ini biasanya dilakukan oleh dua perusahaan yang masing-masing memiliki spesialisasi dalam tahap produksi yang berbeda, sehingga dengan terjadinya merger diharapkan akan memperbesar skala ekonomi perusahaan dan meningkatkan efisiensi biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang, jika dibandingkan dengan hanya melakukan kontrak kerjasama jangka panjang antar perusahaan. 3. Conglomerate merger; melibatkan dua perusahaan yang memiliki aktivitas yang benar-benar berbeda. Merger tipe ini dapat disub-kategorikan menjadi dua, yaitu:

17 21 Financial conglomerates; hanya mengambil alih posisi yang menentukan kebijakan strategis dan tidak ikut terlibat dalam operasional perusahaan. Managerial conglomerates; selain mengambil alih posisi yang menentukan kebijakan strategis perusahaan, dalam managerial conglomerates, perusahaan ikut mengambil alih pengambilan keputusan operasional perusahaan serta menyediakan tenaga-tenaga ahli atau penambahan karyawan baru yang dibutuhkan oleh perusahaan yang akan merger Strategic Alliances dan Joint Ventures Dalam era globalisasi, perusahaan mulai memandang pentingnya kehadiran rekan kerja yang strategis untuk menunjang kegiatan bisnis menjadi lebih efektif dan oleh karena itu, perusahaan tersebut dapat melakukan Strategic Alliances ataupun Joint Ventures. Menurut Doz dan Hamel (1998), terdapat lima perbandingan antara Strategic Alliances dan Joint Ventures: Pertama, Strategic Alliances lebih condong kepada strategi perusahaan apabila dibandingkan dengan Joint Ventures. Kedua, Strategic Alliances dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dari jenis industri yang berbeda, dengan keterbatasan sumber daya seperti

18 22 teknologi, sumber daya manusia, maupun skill. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan kurang fleksible dalam mengantisipasi hal-hal yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan, Joint Ventures dilakukan oleh perusahaan yang memiliki alokasi sumber daya tertentu dan menggabungkannya dengan perusahaan sejenis; bahkan tidak hanya sumber dayanya, risiko yang mungkin terjadi pun sudah dapat diantisipasi dan dapat dibagi; sebagai contoh perusahaan yang bergerak di industri perminyakan banyak melakukan Joint Ventures. Ketiga, dengan Strategic Alliances memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk melibatkan lebih banyak rekanan, dibandingkan dengan Joint Ventures yang hanya melibatkan dua pihak saja. Keempat, melalui Strategic Alliances, perusahaan dapat membentuk sebuah sistem yang terintegrasi dengan rekanannya. Kelima, dalam kompetisi yang semakin ketat dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan Strategic Alliances, menjadikan penerapan strategi ini lebih sukar dikendalikan. Walaupun masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangannya, namun dalam abad ke-21 ini, kedua pilihan ini akan sangat banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan. (Bendaniel dan Rosenbloom, 1998)

19 Kategori Strategic Alliances Sebagian besar perusahaan yang memilih dan menerapkan Strategic Alliances, lebih banyak mengacu kepada bentuk-bentuk marketing alliances, dengan empat kategorinya yang akan dibahas berikut ini. Product or Service Alliances. Suatu perusahaan memberikan lisensi kepada rekanannya untuk menghasilkan produknya, atau kedua perusahaan tersebut bergabung dalam memasarkan produk-produk mereka, baik itu produk yang baru maupun produk pelengkap. Promotional Alliances. Suatu perusahaan melakukan kegiatan promosi bagi perusahaan lainnya. Logistics Alliances: Suatu perusahaan yang menyediakan tempat penyimpanan logistik perusahaan lainnya. Pricing Collaborations: Satu atau lebih dari satu perusahaan yang saling memberikan harga yang khusus diantaranya Integrasi Berbagai upaya kerap dilakukan oleh suatu perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor lainnya, salah satunya dengan senantiasa meningkatkan pelayanan jasa dan penawaran produk dengan biaya yang rendah. Hal ini akan terwujud dalam perusahaan-perusahaan yang senantiasa meningkatkan value-chain secara struktural, melalui penerapan forward integration, backward integration, dan vertical integration.

20 Forward Integration Forward integration adalah strategi perusahaan mengakuisisi perusahaan wholesale dan mendistribusikan jasa maupun produknya melalui perusahaan tersebut. Strategi ini lebih tepat diterapkan oleh perusahaan yang kegiatan produksinya cenderung stabil dan terukur, sehingga dapat lebih meningkatkan penjualannya melalui rantai produksi dan pemasaran perusahaan tersebut Backward Integration Backward integration merupakan strategi perusahaan yang mengakuisisi perusahaan penyedia barang-barang yang akan diproduksi oleh perusahaan tersebut. Strategi ini tepat digunakan pada saat jumlah supplier sedikit sedangkan pesaing semakin banyak, karena dengan backward integration perusahaan dapat meningkatkan ketersediaan serta menjaga kualitas bahan-bahan baku yang akan diproduksi Vertical Integration Vertical integration merupakan penggabungan antara forward integration dan backward integration, dimana vertical integration mengakuisisi satu atau beberapa perusahaan yang berhubungan erat dengan seluruh rangkaian bisnis dalam perusahaan tersebut. Manfaat yang didapatkan oleh perusahaan dari penerapan strategi ini adalah seluruh alur bisnis berada di bawah kendali perusahaan tersebut, yaitu mulai dari supplier hingga distributor. Namun, strategi ini pun dinilai lemah karena menjadikan

21 25 perusahaan tidak leluasa untuk mengubah penerapan teknologi baru yang dapat mengakibatkan kerugian pada skala ekonomis perusahaan tersebut. 2.4 The Value Chain Michael Porter mengusulkan the value chain sebagai metode didalam mengidentifikasikan cara-cara untuk menciptakan nilai lebih bagi konsumen. Menurut metode ini, perusahaan adalah sebuah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk merancang, menciptakan, memasarkan, menyalurkan, dan mendukung setiap produk yang dihasilkannya. The value chain mengidentifikasikan sembilan tindakan strategis yang dapat menciptakan nilai dan biaya dalam kegiatan bisnis perusahaan tertentu. Kesembilan kegiatan tersebut terdiri dari lima kegiatan primer dan empat kegiatan sekunder. Kegiatan primer mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengiriman barang baku menuju tempat penyimpanan; pengolahan barang baku tersebut hingga menjadi barang jadi; penyaluran masing-masing barang jadi tersebut; pemasaran barang jadi tersebut; dan pelayanan yang diberikan. Adapun kegiatan sekunder mencakup pembelian, perkembangan teknologi, tenaga kerja, manajemen, dan infrastruktur perusahaan ditangani oleh departemen - departemen yang terkait. Seberapa baik masing-masing departemen menjalankan fungsinya masingmasing, bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan suatu

22 26 perusahaan, namun juga seberapa baik tugas-tugas yang beragam tersebut terkoordinasi, sehingga tercipta suatu inti dari proses bisnis perusahaan tersebut yang mencakup: The market sensing process. Masing-masing kegiatan terkait dengan upaya mengumpulkan data-data di pasar, akan disinergikan dengan organisasi perusahaan dimana perusahaan dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh. The new offering realization process. Setiap kegiatan terkait dengan penelitian, pengembangan, dan kehadiran dari produk baru yang ditawarkan dengan kualitas yang tinggi dan harga yang terjangkau. The customer relationship management process. Setiap kegiatan terkait dengan membangun pemahaman dan hubungan yang mendalam, serta pelayanan kepada pelanggan individual. The fulfillment management process. Setiap kegiatan terkait dengan penerimaan dan penyetujuan pesanan-pesanan, pengiriman barang-barang tepat waktu, dan penagihan pembayaran Strategic Formulation Suatu tujuan memberikan indikasi terhadap hal-hal yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan dan strategic formulation merupakan salah satu cara untuk mencapainya. Setiap bisnis harus merancang sebuah strategi untuk mencapai tujuan

23 27 tersebut, dimana didalamnya terdapat strategi pemasaran, dan strategi akan teknologi dan strategi akan sumber. Michael Porter kembali membagi strategi kedalam tiga generic strategies yang mengusulkan untuk memulai sebuah awal yang baik didalam pemikiran yang strategis, yaitu overall cost leadership, differentiation, dan focus. Overall cost leadership. Setiap bisnis selalu berupaya untuk mencapai biaya produksi dan distribusi yang serendah-rendahnya, sehingga harga yang dibebankan kepada konsumer akan lebih rendah dibandingkan kompetitornya dan dapat unggul dalam hal market share. Setiap perusahaan yang melakukan strategi ini haruslah baik didalam pelaksanaan, pembelian, produksi, dan pendistribusiannya. Kelemahan dari strategi ini adalah kompetisi yang terjadi akan sangat ketat karena banyaknya pesaing, sedangkan mengakibatkan perusahaan akan menurunkan biayanya dan memperkecil keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Differentiation. Kegiatan bisnis yang terpusat pada pencapaian hasil yang memuaskan para konsumen dapat dinilai dari pasar. Perusahaan tersebut akan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menyediakan kebutuhan para konsumen yang berbeda-beda. Focus. Kegiatan bisnis yang fokus pada sebuah segmen atau segmen yang terbatas. Perusahaan mengetahui masing-masing segmen dengan rinci dan

24 28 menerapkan kedua strategi diatas pada segmen-segmen bisnis perusahaan tersebut. Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang menggunakan strategi yang sejenis akan mengarah kepada target yang sejenis pula. Hal ini disebutnya sebagai sebuah strategic group. Perusahaan yang menerapkan strategi ini akan menikmati keuntungan yang lebih besar, namun dilain pihak perusahaan yang menerapkan berbagai macam strategi akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar.

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus dikelola secara efisien dan efektif. Kemajuan teknologi telekomunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi Peningkatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal pula dengan nama Information and Communication Technology (ICT), khususnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk mengimbangi kebutuhan

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 12 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian teknologi telepon bergerak (mobile phone).

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol Pertemuan ke 5 Wireless Application Protocol WAP Wireless Application Protocol disingkat WAP adalah sebuah protokol atau sebuah teknik messaging service yang memungkinkan sebuah telepon genggam digital

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi telekomunikasi nirkabel (wireless) sangat pesat sekali, khususnya teknologi informasi dan Internet. Teknologi seluler berkembang dari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Sanksi Administratif. Denda. Penyelenggara Telekomunikasi. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

: ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS

: ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS JUDUL : ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS NAMA JURUSAN, KAMPUS : JURUSAN MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, INSTITUT

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD Komunikasi Proses transfer data / instruksi / informasi antara dua atau lebih komputer atau perangkat lain Komunikasi komputer (computer communications) 1

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication Modul ke: Teknologi Komunikasi INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO Fakultas Ilmu Komunikasi Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS Oleh : EKA NOPERITA NPM. 0606003341 TESIS INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI MAGISTER TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA PITA FREKUENSI RADIO 450 MHz, 900 MHz, 2.1 GHz, DAN 2.3 GHz UNTUK PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD kartika@ee.uad.ac.id blog.uad.ac.id/kartikaf Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menyebutkan perangkat pengirim dan penerima dalam

Lebih terperinci

TELECOMMUNICATIONS & NETWORKS

TELECOMMUNICATIONS & NETWORKS TELECOMMUNICATIONS & NETWORKS Telekomunikasi mengacu pada transmisi sinyal seperti telepon, radio & televisi. elektronik Teknologi telekomunikasi = teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh.

Lebih terperinci

Mobile Enterprise Mobile Connectivity

Mobile Enterprise Mobile Connectivity Volume III No 25 - April 2005 Mobile Enterprise Mobile Connectivity Berbagai pilihan layanan komunikasi data bergerak kini telah tersedia untuk mendukung tren berkembangnya enterprise mobility. Bagaimana

Lebih terperinci

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : 10.12.4809 Stimik Amikom Yogyakarta 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI ANTENA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Persaingan layanan fixed wireless access (FWA) berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) di Indonesia semakin ketat. Di Indonesia ada 3 operator FWA yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini banyak mengalami kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang berskala besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telekomunikasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat modern dan semakin menjadi bagian utama dari teknologi kontemporer dewasa ini. Kelengkapan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1. Proses Bisnis Utama PT Rahadjasa Media Internet (RadNet) merupakan perusahaan penyedia jasa layanan internet (Internet Service Provider-ISP). Seiring dengan berkembangnya waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi yang berkembang pesat telah membawa dunia memasuki era informasi yang lebih cepat. Salah satu kemajuan teknologi informasi yang saat ini telah

Lebih terperinci

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut : Masukan untuk Penataan Frekuensi BWA II (3,3 GHz - 3,5 GHz) Rev. 1.0, 25 Mei 2008 Oleh : Yohan Suryanto (yohan@rambinet.com) Pendahuluan Alokasi Frekuensi BWA di band 3,3-3,5 GHz, sesuai dengan penjelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Telkom Flexi Telkom Flexi atau yang dikenali sebagai Flexi adalah salah satu produk telepon fixed wireless yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang sangat penting dan strategis, karena dengan telekomunikasi pemerintah dan masyarakat bisa mempercepat informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spektrum frekuensi merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Kemajuan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TEKNOLOGI YANG ANDAL UNTUK MENGATASI RENDAHNYA PENETRASI PENGGUNAAN JASA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

EXECUTIVE SUMMARY TEKNOLOGI YANG ANDAL UNTUK MENGATASI RENDAHNYA PENETRASI PENGGUNAAN JASA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA Pendahuluan EXECUTIVE SUMMARY Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, padat dan terdiri dari beragam suku bangsa. Penduduknya tersebar tidak merata, diantaranya disebabkan karena kesenjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi. Teknologi telekomunikasi. berkomunikasi, berikut perkembangan teknologi telekomunikasi:

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi. Teknologi telekomunikasi. berkomunikasi, berikut perkembangan teknologi telekomunikasi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi

Lebih terperinci

STANDARISASI FREKUENSI

STANDARISASI FREKUENSI STANDARISASI FREKUENSI WLAN-WIFI Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Alasan Mengapa Perlu Standarisasi Teknologi yang dibuat secara masal. Pembuat hardware yang berbeda

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri

BAB I : PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi selular di Indonesia berkembang begitu pesat pada dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia dengan letak geografis dengan banyak pulau dan struktur masyarakatnya yang heterogen sangat berkepentingan dengan akses informasi. Perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia modern telah menjadikan keberadaan telepon seluler sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia di mana dan kapan saja. Hingga akhir tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia Telekomunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Negara Indonesia saat ini sedang mengalami pembangunan ekonomi di berbagai bidang. Keberhasilan dalam bidang perekonomian disuatu negara akan terlihat dari tingkat

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel - ilkomadri.com PENDAHULUAN Jaringan wireless/nirkabel adalah teknologi jaringan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik melalui udara sebagai media untuk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang Lebar Oleh : Thomas Sri Widodo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST. Home Networking Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Pengertian Jaringan adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya menggunakan media

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Mobile

Pengantar Teknologi Mobile Pengantar Teknologi Mobile Seiring dengan produktivitas manusia yang semakin meningkat dan kemajuan jaman yang sangat pesat, kebutuhan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat, mudah dan mobile

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, ANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PER/M.KOMINFO/09/2011 TENTANG PENGGUNAAN PITA FREKUENSI RADIO 2.3 GHz UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (WIRELESS

Lebih terperinci

Layanan Broadband dapat dipenuhi dengan berbagai teknologi, seperti :

Layanan Broadband dapat dipenuhi dengan berbagai teknologi, seperti : Layanan Broadband dapat dipenuhi dengan berbagai teknologi, seperti : a. Wireline Menggunakan xdsl, Fiber Optik, MSAN b. Wireless Menggunakan Wifi ( Wireless Fidelity), WiMAX, UMB (Ultra Mobile Broadband),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.695, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pita Frekuensi Radio 2.3Ghz. Pita Lebar Nirkabel. Netral Teknologi. RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada bidang telkomunikasi, teknologi menjadi hal yang sangat penting. Teknologi di bidang telekomunikasi berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan tersebut didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi atau Information Technology ( IT ) dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi atau Information Technology ( IT ) dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi atau Information Technology ( IT ) dewasa ini dirasakan sangat cepat dibandingkan pada era tahun 80 dan 90-an. Perkembangan IT yang cepat ini

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Broadband Wireless Access (BWA) merupakan suatu jaringan akses nirkabel pita lebar. Sedangkan yang disebut dengan broadband menurut standar IEEE 802.16-2004

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO 5.1 Analisa Penggunaan frekuensi 2.3 GHz di Indonesia Pada bab 2 telah disinggung bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan yang sangat signifikan telah terjadi dalam perjalanan industri telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. Banyaknya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA PITA FREKUENSI RADIO 450 MHZ,2.1 GHZ,DAN 2.3 GHZ UNTUK PENYELENGGARAAN JARINGAN

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVRSITAS AIRLANGGA BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVRSITAS AIRLANGGA BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN II. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian PT. Indosat berdiri pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing atau PMA, kemudian memulai operasinya pada tahun 1969. Di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi atau komunikasi di Indonesia sudah sedemikian pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang memasuki dunia globalisasi.

Lebih terperinci

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Penerbit Telekomunikasikoe LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Oleh: Andrian Sulistyono Copyright 2012 by Andrian Sulistyono Penerbit Telekomunikasikoe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Laporan Postel Sem.I/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Laporan Postel Sem.I/2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan telekomunikasi di Indonesia telah memasuki babak baru dengan semakin berkembang pesatnya industry teknologi informasi. Jangkauan telepon seluler

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memegang peranan penting di abad ini. Dengan telekomunikasi orang bisa saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya yang terbatas. Diperlukan penataan alokasi yang baik untuk mengoptimalkan penggunaannya. Sementara itu, kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL OLEH : 1.RAHMAT JALANI (D41110014) 2.MUH REZA ADRIAN (D41110256) 3.LORA GALA P (D41110284) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan era globalisasi saat ini persaingan dalam bisnis merupakan hal yang benar-benar nyata. Persaingan ini juga terjadi dalam dunia telekomunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PERENCANAAN PENGGUNAAN PITA FREKUENSI RADIO MICROWAVE LINK TITIK KE TITIK (POINT-TO-POINT) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi selular merupakan salah satu sarana komunikasi yang mampu menyediakan komunikasi secara cepat dan kapan saja. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana semakin banyak dan beragamnya produk - produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN PITA FREKUENSI RADIO 2.3 GHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI BERGERAK SELULER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dunia berada dalam era globalisasi informasi. Ramalan Marshall McLuhan pada tahun 1960-an bahwa kehidupan dunia akan merupakan suatu kehidupan desa yang mendunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Jaringan POTS (Plain old telephone service) yang saat ini tersambung dengan kabel tembaga tidak mengahasilkan pendapatan yang signifikan bagi penyedia jaringan.

Lebih terperinci

Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter. 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi

Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter. 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi 3. Naufanti Zulfah (12/332429/SV/01145) >>Pembuat slide I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dan promosi yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dan promosi yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan dan promosi yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi perhatian utama dari suatu perusahaan. Promosi atau juga dikenal dengan komunikasi pemasaran (marketing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat terjadi setiap saat, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat terjadi setiap saat, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di abad ke 21 sekarang ini telah terjadi perubahan besar umat manusia di berbagai bidang kehidupan. Mobilitas masyarakat di berbagai lapisan usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

TREND JARINGAN. Muhammad Riza Hilmi, ST.

TREND JARINGAN. Muhammad Riza Hilmi, ST. TREND JARINGAN Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://www.rizahilmi.com Jaringan Komputer Sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya (printer,

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENDUKUNG

BAB II TEORI PENDUKUNG BAB II TEORI PENDUKUNG 2.1. WiMAX WiMAX adalah singkatan dari Worldwide Interoperability for Microwave Access, merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN PITA FREKUENSI RADIO 2.3 GHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGARAAN TELEKOMUNIKASI BERGERAK SELULER DAN REALOKASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1282, 2014 KEMENKOMINFO. Pita Frekuensi Radio. 800 MHz. Jaringan Bergerak Seluler. Penataan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi sangat berkembang pesat saat ini, seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi sangat berkembang pesat saat ini, seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi dan informasi sangat berkembang pesat saat ini, seiring dengan menambahnya keingintahuan dan ketidakpuasan manusia terhadap teknologi yang telah mereka miliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi telekomunikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.660, 2015 KEMENKOMINFO. Frekuensi Radio. 1800 MHz. Seluler. Pita Penataan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda bagi setiap orang. Istilah komputer (computer) diambil dari bahasa Latin computare yang berarti menghitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia terjadi dengan sangat pesat karena kebutuhan berkomunikasi menjadi sebuah sarana yang diperlukan bagi masyarakat banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. manusia menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat.

I. PENDAHULUAN. bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. manusia menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E ( Telecommunication, Information, Media and Edutaiment)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frekuensi merupakan sumber daya yang disediakan oleh alam dan penggunaannya terbatas. Rentang frekuensi yang digunakan dalam dunia telekomunikasi berkisar 300 KHz 30

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi wireless saat ini berkembang dengan pesat seiring meningkatnya kebutuhan pengguna terhadap layanan yang cepat dan beragam. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri layanan telekomunikasi nirkabel di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah pelanggan layanan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KARTU FLEXI SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KARTU FLEXI SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KARTU FLEXI (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan informatics and communications technology (ICT) serta dorongan kebutuhan akan teknologi informasi, maka saat ini layanan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK..... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR SIMBOL... vii DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Identifikasi Masalah... I.1 1.3

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Industrial Competitive Analysis Dosen: Drs Ahmad Jamli, MA Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Kelompok 2: Candra WP Dwi Joko PWA Eri Ardono S PT XL Axiata, Tbk Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek

BAB I PENDAHULUAN. dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan salah satu aspek manajemen yang paling penting dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

Lebih terperinci