STAF PENGAJAR: Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STAF PENGAJAR: Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS"

Transkripsi

1 STAF PENGAJAR: Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS

2 1. POTENSI DAN KLASIFIKASI RUSA 2. REPRODUKSI DAN BUDIDAYA 3. PAKAN DAN PERKANDANGAN 4. PASCA PANEN

3 Keberadaan rusa dalam kehidupan manusia sudah lama berlangsung, diperkuat oleh seorang Arkeolog : bukti di zaman purba, digunakannya ujung ranggah keras sebagai mata ujung tombak untuk berburu dan alat pemotong. Kepala rusa digunakan sebagai lambang negara pada kerajaan kecil. Zaman Belanda hingga sekarang. rusa merupakan satwa liar yang dilindungi, yang menjadi sasaran perburuan tanpa terkendali, akibatnya terjadi penurunan populasi terbatasnya ruang lingkup hidupnya maupun kemampuan berkembang secara alami.

4 Ditunjuknya beberapa areal konservasi di Indonesia guna melindungi habitat Mencegah kepunahan, dari segi hukum ditetapkan rusa sebagai satwa yang dilindungi oleh Undang- Undang Penangkaran: Penangkaran adalah upaya memperbanyak populasi rusa melalui pengembangabiakan, dengan tetap mempertahankan jenisnya, agar dapat dimanfaatkan secara lestari (1970 di kebun binatang Surabaya)

5 UU Ordonansi dan Perlindungan Binatang Liar (1931) No. 134 dan 266, yang dikeluarkan karena telah terjadi penurunan populasi yang dianggap kritis. UU No 5 (1990) tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa rusa merupakan satwa langka yang perlu dilindungi Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 362/Kpts/TN, 120/5/1990 tanggal 20 Mei 1990 bahwa rusa dimasukkan kedalam aneka ternak yang dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya, termasuk didalammnya pengaturan izin usaha.

6 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 362/Kpts/TN, 120/5/1990 tanggal 20 Mei 1990 bahwa: - rusa dimasukkan kedalam aneka ternak yang dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya, termasuk didalammnya pengaturan izin usaha. - Surat keputusan diperbaharui melalui surat keputusan Menteri Pertanian No.404/Kpts/OT.210/6/2002 dimana dalam ketentuan tersebut memasukkan rusa sebagai kelompok ternak yang potensial dikembangkan sebagai hewan ternak dan dapat dijadikan dasar bagi seseorang yang ingin mengembangkan rusa sebagai hewan ternak.

7 Untuk pengembangan rusa berdasarkan peraturan perundang-undangan : ternyata pengembangan rusa dapat dilakukan hanya pada generasi kedua dan seterusnya, sedangkan generasi pertama tetap menjadi satwa yang dilindungi, sehingga dengan azas kelestarian rusa sebagai plasma nuftah asli tetap terjaga dan rusa sebagai satwa liar Indonesia terhindar dari kepunahan.

8 Indonesia sebagai Negara tropis memiliki jenis satwa rusa asli dan dilindungi : -rusa Bawean (Axis Kuhlii), satwa ini menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) -husus untuk rusa tersebut tercatat dalam data International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai satwa liar yang berada dalam kondisi genting (endangered) kelompok D1 - Ketiga jenis lainnya rusa Sambar (Cervus unicolor), rusa Timorensis (Cervus timorensis), Muntjak (Muntiancus muntjac) dan rusa Semeru (rusa gunung yang berasal dari daerah Gunung Semeru.

9 Rusa Sambar tersebar luas dihutan Sumatera dan Kalimantan. Rusa Timor tersebar di hutan belantara Papua (populasi rusa liar di terbesar di dunia), Nusa Tenggara, Jawa dan Sulawesi. Rusa Bawean adalah rusa endemic dan berada di pulau Bawean, yang populasinya sangat sedikit. Muncak tersebar di pulau Jawa Bali Lombok dan Kalimantan.

10 Pada saat ini di Indonesia belum ada kegiatan peternakan dan penangkaran rusa secara komersil dan mengarah pada pemanfaatan produknya Secara resmi sudah ada pilot project peternakan rusa di Kalimantan Timur. Beberapa sumber bahwa kepemilikan rusa sudah tersebar di pulau Timor, Flores, Lombok, Jawa, dengan kepemilikan 1 5 ekor, meskipun ada beberapa yang mempunyai kepemilikan ekor (Maharani R, 2008)

11 kepemilikan rusa hanya sebatas sebagai hewan hias, meskipun beberapa ada yang melakukan penjualan hewan hidup. Dari uraian tersebut dan dengan memperhatikan Undang-undang serta peraturan-peraturan yang berlaku dan keputusan dari yang berwewenang serta perizinannya maka harapan besar bahwa rusa sebagai satwa harapan dapat dimanfaatkan sebagai ternak guna menunjang pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sampai saat ini masih dipenuhi dari sapi kambing dan domba (50 60 %) tanpa mengabaikan azas kelestarian.

12 Mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada berbagai habitat Efisien dalam penggunaan pakan (4-5 kali) dari pada sapi dan domba Daging rusa (Venison) berwarna merah, serat halus tetapi kandungan kolesterolnya rendah Memiliki ranggah muda ( Antler) yang dapat digunakan sebagai obat (China dan Korea, 168 SM) dan ranggah sempurna untuk hiasan. Penghasil velvet (lapisan beludru yang menenpel pada ranggah muda) digunakan sebagai obat-obatan oleh ahli farmakologi

13 Penghasil velvet (lapisan beludru yang menenpel pada ranggah muda) sebagai obat oleh ahli farmakologi dan Organ tubuh lainnya (Testis, penis, ekor, otot kaki belakang) sebagai obat kuat. Mempunyai indra pencium dan pendengaran yang tajam Hidup bergerombol dan soliter tergantung bangsanya, dan adanya musim kawin

14 Sebagai gambaran harga standar daging rusa : dapat mencapai 2 2,5 kali lebih besar dari harga daging sapi contoh survey marketing dan produksi di Australia (Ossy P, 2008) dilaporkan bahwa harga daging sapi (rump steak $7.99 sedangkan daging rusa (venison steak) $ dan di Mataram dendeng per kg sebesar Rp

15 Potensi rusa sebagai penghasil daging (Venison) : - ternyata mempunyai keistimewaan karena termasuk katagori daging merah,dari ternak berkaki empat tetapi mempunyai serat halus, lemak dan kandungan kolesterolnya rendah. - Haigh dan Hudson (1993) bahwa karkas pada rusa lebih tinggi yaitu berkisar antara 56-62% sedangkan karkas sapi 51-55% dan domba 44-50%.

16 Energi dari lemak daging rusa 22 % (sapi 33 % dan domba %),Protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi), kalori daging 628 jouls / 100 g.

17 Potensi lain yang dihasilkan oleh rusa adalah ranggah tua, muda (velvet antler), dan velvet. Ranggah muda ( Antler) dapat digunakan sebagai obat (China dan Korea, 168 SM) untuk meningkatkan volume darah,vitalitas yang lebih baik,menyembuhkan masalah ginjal gastrointestinal,tekanan darah rendah,anemia,mental dan athletic ability (Russian), anti allergenic (tinggkat kadar penyembuhan),mengurangi asma dan tingkat fertility dan ranggah sempurna untuk hiasan.

18 Velvet (lapisan beludru yang menempel pada ranggah muda) digunakan sebagai obatobatan oleh ahli farmakologi dan Organ tubuh lainnya (Testis, penis, ekor, otot kaki belakang) sebagai obat kuat dan peningkatan sumber devisa Negara. Harga velvet antler di Malaysia RM RM per kg.

19 Di Luar negeri terutama di Selandia Baru, rusa telah dikembangkan untuk tujuan komersial, dan dapat menjadi sumber devisa Negara yang cukup tinggi, diantaranya rusa timor (cervus timorensis) yang berasal dari rusa Indonesia asli. Negara lain yang telah pula mengembangkannya diantaranya Negara Australia, Kaledonia baru, Malaysia. Jenis rusa lain yang telah mengarah untuk dikembangkan oleh Malaysia, Taiwan dan Thailand adalaha rusa Sambar(cervus unicolor).

20 Prospek budidaya dari ternak rusa di Indonesia harus segera dilakukan mengingat rusa yang dikembangkan di luar negeri adalah rusa asli Indonesia., sehingga perlu dilakukan upaya terobosan dengan menggalakkan usaha penangkaran untuk mendomestikasi status hewan liar menjadi ternak dengan ketentuan tidak terbatas pada kalangan instansi pemerintah, tetapi dapat dilakukan oleh masyarakat/perorangan/pengusaha /swasta yang berminat dalam usaha pengembangan budidatya rusa secara agribisnis maupun agriindustri dan agrowisata.

21 yang disertai komitmendari berbagai pihak dan semua pihak harus dapat menerapkan konsep-konsep konservasi, pemanfaatan dan pengembangannya agar rusa dapat dibudidayakan sekaligus dilestarikan dengan memperhatikan rusa jenis apa yang akan dibudidayakan, pengawasan dalam usaha peternakan rusa, baik dalam pelepasan bibit, penerapan teknologi reproduksi, produksi maupunpengolahan produk hasil dan kesehatan masyarakat veteriner.

22 meningkatkan kesejahtraan masyarakat, ketrampilan budi daya dan meningkatkan nilai tambah pada masyarakat peningkatan sumber devisa Negara meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pemanfaatan yang selaras dengan azas pelestarian Meningkatnya minat masyarakat dalam budidaya penangkaran rusa dibutuhkan pembinaan secara intensif dan terarah sehingga dapat menunjang produktifitas dan mempermudah cara pemanfaatannya. Akibatnya perlu dipikirkan dan dikaji Aspek penyediaan bibit, pakan, kesehatan, reproduksi, manajemen, penanganan pasca panen dan pemasarannya.

23 Dalam pengembangan rusa awalnya dimulai dari system penangkaran (meningkatkan populasi dan keuntungan materi). Pemerintah wajib untuk menggalakkan dan mengembangkan kegiatan penangkaran rusa sebaik-baiknya, Penangkaran dapat merupakan jembatan kearah usaha-usaha budidaya rusa, seperti halnya ternak lain.

24 Pengembangan rusa diharapkan dapat meningkatkan : (1) kesejahtraan masyarakat, (2) ketrampilan dalam pemeliharaan rusa, (3) nilai tambah, pengadaan sumber devisa Negara (4) kesadaran masyarakat terhadap upaya pemanfaatan rusa yang selaras dengan memperhatikan azas kelestarian. (5) minat masyarakat dalam budidaya penangkaran rusa dibutuhkan pembinaan secara intensif dan terarah sehingga dapat menunjang produktifitas dan mempermudah cara pemanfaatannya perlu dipikirkan dan dikaji Aspek penyediaan bibit, pakan, kesehatan, reproduksi, manajemen, penanganan pasca panen dan pemasarannya.

25 Phyllum Sub phylum Class Ordo Subordo Family Subfamily : Vertebrata : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Ruminansia : Cervidae : Cervinae, Muntiacinae, Hydropotinae danodocolinae

26 Di Indonesia ada 4 jenis Rusa dari 2 genus yaitu Cervus dan Axis 1. Cervus : Cervus timorensis dan Cervus unicolor 2. Axis : Axis kuhli Axis-axis ( introduksi dari India pada jaman Belanda, dapat beradaptasi dengan alam lingkungan Indonesia.

27 Populasi 1,5 juta di Irian Jaya (Fraser-Stewart, 1988) Berwarna coklat keabu-abuan sampai coklat gelap Rambut kasar dan tebal, bulu bagian perut berwarna terang dari pada bagian punggung Berat badan dewasa kg, panjang badan 195 cm, tinggi badan cm Hidup berkelompok dan mempunyai daerah territorial Aktif mencari makan pada siang dan malam hari Habitat padang rumput yang tidak berawa dan kurang air

28 Pakan rumput, daun muda dan buah-buahan Daerah penyebaran Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa tenggara Dewasa kelamin 7 9 bulan Lama bunting hari Jumlah anak per kelahiran 2 ekor Interval kelahiran 1 2 tahun Lama menyusui/ umur sapih 4 bulan Life spen tahun

29 Berwarna hitam kecoklat-coklatan Berambut panjang dan lebat, hidung berwarna gelap, tebal dan basah Berat badan dewasa kg, panjang badan cm, tinggi badan cm Hidup soliter, kecuali pada musim kawin Aktif pada malam hari, dan bersembunyi pada siang hari Habitat daerah padang alang-alang, dekat air dan dapat hidup pada ketinggian 600 m dari permukaan laut

30 Pakan rumput berair dan daun muda Daerah penyebaran Sumatera dan Kalimantan Siklus hidup : dewasa kelamin 8 bulan Lama bunting 7 bulan Jumlah anak per kelahiran 1 ekor Interval kelahiran 1,5 tahun Lama menyusui/ umur sapih 3-4 bulan Life spen 11 tahun

31 Berwarna coklat terang sekitar mata dan bagian leher berwarna putih, pada anak rusa yang baru lahir terdapat totol putih dengan warna dasar coklat Berat badan dewasa 45 kg, panjang badan 140 cm, tinggi badan 65 cm Hidup jarang sekali bergerombol, biasanya hanya 2 3 ekor Aktif mencari makan pada siang dan malam hari Habitat padang rumput dan hutan sekunder yang masih rawan

32 Pakan rumput dan daun-daunan Daerah penyebaran pulau Bawean Siklus hidup : dewasa kelamin 2 tahun Lama bunting 8 bulan Jumlah anak per kelahiran 1-3 ekor Interval kelahiran 1,5 tahun Lama menyusui/ umur sapih 8 bulan Life spen tahun

33 Axis-axis (Rusa Tutul/Chital) Tersebar luas dari daerah India dan Ceylon Bulunya halus berwarna coklat sawo matang dan bermotif totol putih Berat badan dewasa kg Berat lahir 3 3,5 kg Panjang badan 150 cm Tinggi badan cm Hidup berkelompok (2-6 ekor/kelompok) dan aktif pada siang hari Habitat padang rumput, semak, pada batas hutan yang ada sumber air minum

34 Pakannya rumput dan daun-daunan Ditemukan pada ketinggian meter diatas permukaan laut Siklus hidup : dewasa kelamin 1,5-2 tahun Lama bunting 7 7,5 bulan Jumlah anak per kelahiran 1 ekor Interval kelahiran 1 tahun

35 Ranggah hanya dimiliki oleh rusa jantan, yang mempunyai tingkat pertumbuhan sebagai berikut : - Pedicle : tempat tumbuhnya tunas ranggah - Velvet : ranggah muda yang diselimuti oleh bulu halus - Casting : Ranggah keras sampai lepas Rataan lamanya tahap pertumbuhan ranggah : - Ranggah velvet 148,8 +/- 11,44 hari - Ranggah keras 208,8 +/- 3,44 hari - Tanpa ranggah 373, 6 +/- 11,52 hari

36 Periode terlama dari tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus berada pada tahap ranggah keras (rusa jantan berada pada masa aktif reproduksi ) pada bulan JUNI-FEBRUARI Grade Velvet Antler : - Soft developing antler (Grade A) umur hari - Fully matured (5 tahun- 6 tahun dengan berat 2-2,5 kg)

37 untuk meninggikan kandungan volume darah vitalitas yang lebih baik menyembuhkan masalah ginjal gastrointestinal tekanan darah rendah anemia anti allergenic (tinggkat kadar penyembuhan) mengurangi asma dan tingkat fertility HARGA VELVET ANTLER BASAH : Malaysia RM RM per kg

38 Januari : Ranggah lepas Maret Mei : tumbuh bungkul baru Juni : tumbuh ranggah baru Agustus- September : ranggah tumbuh sempurna Desember : ranggah lepas

39 Grade Diameter (cm) Panjang (cm) A > = 16 > = 40 B > = 14 > = 40 C > = 13 > = 40 D > = 11 > = 30 E > = 11 < 30

40 Nilai kandungan mineral ranggah muda bervariasi tergantung tingkat penulangan yang terjadi; Contoh pada rusa merah: (mg/kg BK) - abu 34 - lemak 2,5 - nitrogen 8,4 - Ca 12,1; P 5,8 ; S 0,43 ; Mg 0,25 - Na 0,83 ; Kalium 0,42 ; Mn 3,4 - Zn 69 ; Fe 319 ; Se 0,18

41 Persentase karkas % (sapi 41 % dan domba 43 %) Kualitas daging baik karena rendah kolesterol, (66 mg/100g) Energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba %) Kandungan gizi daging (Protein daging 24,7 % (tetap dengan bertambahnya umur), lemak 3,3%, Energi daging 628 jouls / 100 g Dagingnya empuk dan seratnya halus 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi)

42 Sapi (beef) : ME 891 kg/100g, lemak 6,5 %, protein 22 %, Kolesterol 67 mg/100g Domba (Lamb) : ME 969 kg/100g, lemak 18,2%, protein 17,4 %, kolesterol 72 mg/100 gr

43 MUNTJAK (Muntiacus muntjak) - M. m muntjak (P.Jawa) - M.m. montanus (P.Sumatera) - M.m.pleiharicus ( Kalimantan Selatan) - M.m.bancanus (P.Bangka, P. Beliton) - M.m.rubidus (P. Kalimantan Utara) - M.m. nainggolani (P. Bali, Lombok )

44 Tubuh paling kecil Posture tubuh agak berbeda dengan posture tubuh rusa lainnya Bukan type rusa yang senang dipegang Panjang tubuh cm Tinggi gumba 50 cm Berat tubuh 12 kg Bulu halus, warna coklat kemerahan dan keemasandibagian punggung, hingga berwarna putih dibagian perut, pada yang jantan relatif lebih gelap.

45 Ukuran ranggah kecil 7 13 cm Lama bunting hari Jumlah anak 1 ekor Ciri khas adalah teriakan suaranya saat tercekam (barking deer) Rusa yang mudah stress, perlu naungan untuk sembunyi Lincah Di P Jawa = Kijang, kidang, mencek

46 FAKTOR YG BERPENGARUH : 1. Natalitas (1,6 atau 160 anak rusa tiap 100 induk), jika induk boleh diburu meningkat (1,9). Untuk Indonesia belum diketahui Tingkat keberhasilan tergantung : - daya dukung lingkungan - kesehatan hewan - sifat genetik - umur - jumlah satwa - Sex ratio

47 2. Mortalitas : Faktor yang berpengaruh : - faktor perburuan, penyakit, predator, bencana, perusakan habitat - kesejahtraan ternak (pakan, tempat berlindung dan air) 3. Migrasi : - kebutuhan pakan dan air - curah hujan - persediaan vegetasi - predator maupun perburuan

48 Teknik pembiakan : - Induk terpilih, dimasukkan kedalam kandang pembiakan (1 jantan : 3-5 induk) luas kandang pembiakan (100 m2/set induk) atau 1 UT/0,05 ha/tahun - siklus birahi : 1 bulan, lama birahi : 1-2 hari - Tanda berahi : alat kemaluan bengkak dan memerah dan keluar lendir - Musim kawin : Juli September, musim melahirkan Desember- April

49 -Perkawinan : betina dan jantan disatukan pada musim kawin, pengaturan perkawinan dapat idividu atau kelompok Kebuntingan : menghindar dari pejantan, dan mengatupkan ekornya, pada 2 bulan pertama nafsu makan meningkat, kel susu mulai aktif dan susu membesar Saat melahirkan : - kurang gerak, tiduran tempat teduh, nafsu makan berkurang, alat kemaluan membengkak dan coklat kehitaman

50 Kelahiran : - Anak rusa termasuk prekosial (lahir mata terbuka, rambut sempurna, 2-3 jam setelah dilahirkan dapat berdiri dan berjalan. Penyapihan : - lama penyapihan tergantung spesies (4-6 bulan) - Ciri induk tidak mau menyusui lagi

51 Sistem Pengelompokan : umur dan jenis kelamin serta species Pengelompokan berdasarkan Umur : 1. Rusa baru sapih sampai 1 tahun 2. Rusa remaja (umur 1-2 tahun) 3. Rusa dewasa/induk umur di atas 2 tahun 4. Stag (jantan unggul)

52 Bentuk fisik ramping Kaki kuat Leher panjang Bulu utuh dan mengkilat Lincah dengan banyak gerakan Nafsu makan tinggi Banyak beristirahat Pertumbuhan dan pelepasan ranggah normal Siklus berahi normal

53 Dilakukan setiap 3 bulan sekali Pertumbuhan ternak rusa (tinggi tubuh, panjang tubuh, panjang kepala, leher, badan, ekor, kaki dan kuping Lingkar dada dan lingkar perut Kesehatan fisik Berat badan

54 Umur mulai dewasa Musim lepas ranggah Musim kawin Siklus birahi dan lama birahi Kebuntingan Kelahiran (berat anak, jumlah, jenis kelamin, dan periode beranak Penyapihan Perilaku induk Masa produktif

55 I. DIIKAT II. DIKANDANGKAN III. CARA PEDOK I. Pemeliharaan cara Diikat : - Tidak umum, dilakukan dipedasaan - Tujuan untuk kesayangan - Cara pemeliharaan : pagi hari dibawa ke ladang pengembalaan sambil diikat, sore hari dibawa ke kandang bermalam - Panjang tali minimal 3 m, terbuat plastik dan agak besar, agar leher tidak luka tali diselubungi pipa plastik

56 Cara ini sulit untuk diterapkan pada semua rusa Diikat sejak kecil agar terbiasa, saat mendekati masa lepas sapih Pada cara ini rusa akan lebih jinak Rusa kecil tidak dapat dipelihara secara diikat (bawean dan kijang) Pengikatan pada pejantan dengan rangga keras perlu diperhatikan

57 II. CARA DIKANDANGKAN : - Kandang = sebuah bangunan, dengan dinding rapat atau area terbuka dibatasi pagar dan tidak terlalu luas - Pakan/hijauan diberikan setiap hari - Pagar (papan, batu, bahan potong, bambu, kawat harmonika/ bronjong ) diameter lubang 5 cm, terali besi - Tinggi atap 2 m - Kandang panggung tidak disarankan - Pada kandang terbuka, sebagian sisi lantai tanah ditinggikan 0,5 1,0 m ( berlindung dari genangan air)

58 Ukuran kandang rusa : Rusa timor dewasa (p x l x t = 1,8 x 1,2 x 1,9), di NTT (20 x 112 m2), 2,75 x 12,5 m2/ekor. Luas kandang (Korea) pada skala kecil m2, jumlak kandang 5,6 buah (2,8 per peternak) Pakan tambahan rata-rata 2,2 kg BK/ekor/hari (kisaran 1,0-3,2 kg) Imbangan Hijauan :konsentrat (89 :11 pada musim panas, dan 29 :71 musim dingin 76,6 % obat cacing (20 % satu kali/tahun)

59 Rusa Timor : umur 3 12 bulan 1,00 1,50 m2/ekor betina dewasa.1,75-2,25 m2/ekor jantan dewasa.2,00-2,75 m2/ekor Rusa Sambar : umur 3 12 bulan 1,00 1,80 m2/ekor betina dewasa 2,00-2,50 m2/ekor jantan dewasa 2,75-3,25 m2/ekor

60 III. Pemeliharaan cara PADOCK : - Usaha peternakan komersil - Kesediaan rumput cukup, sumber air, naungan - Faktor penting dalam sistem paddock adalah : a. akses tempat tinggal pegawai/peternak b. akses lalu lintas kegiatan c. topografi d. Naungan (pohon jarak 3-5/ 5-7 m) e. sumber air

61 Paddock : a. Bentuk (memanjang, persegi) b. Penetapan Luasan paddock (jumlah paddock, kemudahan pengeluaran rusa, pemisahan kelompok) c. Luas paddock yang ideal (1,5 2,0 Ha), ukuran sedang (0,3 1,0 Ha), kecil ( m2) d. Tingkat kepadatan pada padang rumput (12 15 ekor/ha untuk dewasa, untuk rusa<2 tahun ekor

62 e. Pintu pedock berada pada salah satu sudut padock, hindari pintu ditengah (2,0 2,5 m) dengan engsel 180 derajat, gang (raceaway) (2-2,5 m) bentuknya menyerupai huruf V f. Pagar pemisah padock dengan luar padock 2 m, dan antar padock 1,75 2 m. Bahan pagar kawat dengan ukuran diameter 2,5mm, bentuk persegi, kualitas HT (high tensile) Tinggi alas pagar dari tanah 0,4 m g. Kandang Kerja : nyaman bagi pekerja, dilengkapi kandang penjepit, ruang timbang, warna cat kandang agak gelap, letaknya ditengah atau sudut padock.

63 a. Kandang kerja : langit-langit tinggi, ventilasi baik, ukuran (10 x 3 m)----- lorong (2,0-2,5 m)----- kandang kerja yang lebih kecil (3 x 3 m/ 2 x 3 m). Tinggi dinding 2,4 m b. Ruang penanganan (2-3 m) ruang penjepit, ruang timbang, ruang angkut c. Ruang penimbangan, cukup untuk berdiri, dari kotak kayu d. Ruang penjepit (Khas untuk rusa), fungsinya pemeriksaan rusa, pemotongan ranggah,vaksinasi, penomoran telinga, drenching, test kebuntingan dll

64 ALAT PENJEPIT : ada 2 model 1. Model Squeeze (sifatnya menjepit rusa)- -- rusa masuk suatu kotakan alat penjepit, setelah tubuh rusa masuk, maka dinding yang dilapisi busa akan menjepit badan rusa, dengan sistem hidrolik 2. Model drop floor (prinsipnya rusa masuk dalam suatu kotakan yang menjepit bagian kaki (berbentuk Y), alas lantai dilepas, rusa tergantung

65 Ruang pengangkutan meruncing ( 9 m lebar =0,6 m, panjang 2-3 m, tinggi dinding 2,5 m Lantai berupa tanah kering dan padat, atau semen, harus selalu bersih.

66 Mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan pakan Pemberian pakan disesuaikan dengan kelompok: a. induk bunting b. induk menyusui c. jantan dewasa tumbuh ranggah muda d. jantan dan betina dewasa siap kawin e.umur lepas sapih hinggga umur potong

67 Jenis pakan rusa (pemamah biak) : rumput, hijauan, dedaunan, dan buah buahan konsentrat, garam dan vitamin, dan urea (1 : 300kg rumput) Pemberian pakan rusa sapih, hijauan dipotong potong, sayuran, rumput muda Pakan diletakan dimeja pakan

68 - Air : 1,0 2,5 liter/hari - Protein : % BK - Energi : Pertumbuhan : Mj/kg BB Maintenance : 0,51 0,53 Mj/kg.0,75/hari - Mineral : Ca, P, Mg, K, Na dan S (mineral blok) - Serat kasar : 8,08 10, 19 % BK

69 Kebutuhan Hijauan : - 1,2 1,6 kg BK ( 2,2-3,8 kg segar) untuk rusa muda - 2,2 kg BK (4,3 kg segar) untuk dewasa - Kebutuhan Konsentrat : ( gr/ekor tergantung jenisnya.

70 Eksternal Parasit : - Lalat hijau (Chrsomia bezziana), - lalat lekat (Hippobosca maculata), - lalat pitak (Tabanus rubidus), - lalat kerbau (Stomoxys calsitrans) - Caplak Internal Parasit : - Cacing paru (Dictyocaulus spp) Penyakit lainnya : - Pneumonia, Malignant Catarhal Fever, Brucellosis, Tuberkulosis, Capture myopathy, Antraks

71 Penyakit lainnya pada rusa : - Pneumonia - Malignant Catarhal Fever - Brucellosis - Tuberkulosis - Capture myopathy - Antraks

72 1.Bagaimana menurut pemikiran saudara tentang prospek pengembangan rusa, ditinjau dari undang undang dan peraturan lainnya serta kendala yang dihadapi. 2. Apakah semua jenis rusa mempunyai potensi produksi dan reproduksi yang sama? Jika ya atau tidak jelaskan dan berikan contoh satu jenis rusa dengan ciri-cirinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Rusa Rusa merupakan salah satu jenis satwa yang termasuk dalam Bangsa (Ordo) Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family) Cervidae. Suku Cervidae terbagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Rusa Sambar Perilaku satwa liar merupakan gerak gerik satwa liar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. Rusa di Indonesia terdiri dari empat spesies rusa endemik yaitu: rusa sambar (Cervus unicolor),

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

BAB II RUSA TIMOR SATWA LIAR KHAS INDONESIA YANG DILINDUNGI

BAB II RUSA TIMOR SATWA LIAR KHAS INDONESIA YANG DILINDUNGI BAB II RUSA TIMOR SATWA LIAR KHAS INDONESIA YANG DILINDUNGI II.1 Pengertian Satwa Liar Di Indonesia terdapat banyak jenis satwa liar. Satwa liar adalah semua jenis satwa yang memiliki sifat-sifat liar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah langka. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi,dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

EVALUASI PENANGKARAN RUSA CERVUS TIMORENSIS DI PULAU JAWA. (The Backyard Evaluasion of Species Cervus timorensis in Java Island )

EVALUASI PENANGKARAN RUSA CERVUS TIMORENSIS DI PULAU JAWA. (The Backyard Evaluasion of Species Cervus timorensis in Java Island ) EVALUASI PENANGKARAN RUSA CERVUS TIMORENSIS DI PULAU JAWA (The Backyard Evaluasion of Species Cervus timorensis in Java Island ) S. I. Santoso dan Zainal Fanani Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758 KAMBING Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Filum: Kelas: Ordo: Familia: Subfamili: Genus: Spesies: Subspesies: Animalia Chordata Mammalia Artiodactyla Bovidae Caprinae Capra C.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sapi peranakan ongole

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Bali Sapi Bali merupakan plasma nutfah dan sebagai ternak potong andalan yang dapat memenuhi kebutuhan daging sekitar 27% dari total populasi sapi potong Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian subsisten karena kemampuanya yang unik untuk mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan-lingkungan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA

KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA Makalah Tentang KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Produksi Ternak Potong Oleh: Sohibul Himam Haqiqi 0710510087 FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui) Sejarah Kambing Kambing lokal (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies dari kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing merupakan suatu jenis binatang memamah biak yang berukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK PENDEKATAN ANALISIS SWOT DALAM MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI PROGRAM BANTUAN SAPI BIBIT PADA TOPOGRAFI YANG BERBEDA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NTT Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa domba sapudi merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR U M U M Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN PENANGKARAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor brookei) Oleh: Tri Atmoko 11 RINGKASAN

PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN PENANGKARAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor brookei) Oleh: Tri Atmoko 11 RINGKASAN PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN PENANGKARAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor brookei) Oleh: Tri Atmoko 11 RINGKASAN Rusa sambar adalah salah satu rusa yang penyebarannya ada di Indonesia. Rusa mempunyai potensi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Merak Hijau (Pavo muticus) Merak hijau (Pavo muticus) termasuk dalam filum chordata dengan subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 USAHA PEMBIBITAN TERNAK BABI MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Jurusan Peternakan - Politani Negeri Kupang Email: anggarini.foenay@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari kegiatan IbM adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci