Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya"

Transkripsi

1

2

3 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Indonesia Legal Roundtable, 2016 Penulis: Andri Gunawan, et all. Layout & Cover Dwi Pengkik Cetakan Pertama, Januari 2016 x + 70 hlm.: 14 x 21 cm ISBN: Diterbitkan oleh: Indonesia Legal Roundtable Jl. Perdatam VI No. 6, Pancoran, Jakarta Selatan Telp , Faks office@ilr.or.id

4 Andri Gunawan, et all.

5 iv

6 Daftar Isi DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 3 D. Lingkup Penelitian & Baseline... 4 E. Metodologi & Kerangka Logis... 4 F. Keluaran... 6 BAB II TINJAUAN AKSI PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN A. Aksi Terkait Transparansi Pada Sektor Hukum Kepolisian Kejaksaan Kementerian Hukum dan HAM Ditjen Pemasyarakatan Sekretariat Mahkamah Agung B. Keterkaitan Aksi PPK 2014 Dengan Strategi Nasional PPK BAB III TEMUAN DAN HASIL EVALUASI A. Capaian Aksi Stranas Pada Sektor Penegak Hukum v

7 1. Kepolisian Kejaksaan RI Kementerian Hukum dan HAM Ditjen Pemasyarakatan Sekretariat Mahkamah Agung B. Dampak Aksi Terkait Transparansi pada Sektor Hukum Kepolisian Kejaksaan Kementerian Hukum dan HAM Ditjen Pemasyarakatan Sekretariat Mahkamah Agung C. Kelembagaan Pelaksanaan Aksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Rekomendasi PENELITI vi

8 Daftar GAMBAR DAN Tabel Daftar Gambar Gambar 2.1 : Analogi Piramida Turunan Visi Ke Aksi Gambar 3.1 : Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015) Gambar 3.2 : Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015) Gambar 3.3 : Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015) Gambar 3.4 : Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya (terakhir diakses 5 November 2015) Gambar 3.5 : Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015) Gambar 3.6 : Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan Gambar 3.7 : Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015) Gambar 3.8 : Hasil Pencarian Situs Resmi Polri Gambar 3.9 : Situs Resmi Kepolisian Tidak Dapat Diakses Gambar 3.10 : Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran vii

9 Gambar 3.11 : Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran Gambar 3.12 : Data Bahan Narasumber dalam Acara Diskusi Publik Mengenai Praktik Penyiksaan Dalam Rangka Hari Dukungan Internasional untuk Korban Penyiksaan Gambar 3.13 : Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan Januari s/d Maret Gambar 3.14 : Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni Gambar 3.15 : Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri Tahun Gambar 3.16 : Data Pelanggaran KEPP Tahun dari Polres Palangkaraya Gambar 3.17 : Data Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Polri yang Menjadi Sorotan Media Massa Bulan Juli s/d September Gambar 3.18 : Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret Gambar 3.19 : Substansi/Komponen Informasi Data laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret Gambar 3.20 : Tampilan pada laman situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan terkait Penelusuran Atas data Barang Sitaan Gambar 3.21 : Direktori Dakwaan Kejaksaan Gambar 3.22 : Kanal Info Perkara Kejaksaan viii

10 Gambar 3.23 : Situs Dirjen Pas Gambar 3.24 : Situs Permasyakaratan ( 51 Gambar 3.25 : Situs Database Pemasyarakatan (1) Gambar 3.26 : Situs Database Pemasyarakatan (2) Gambar 3.27 : Situs Database Pemasyarakatan (3) Gambar 3.28 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (1) Gambar 3.29 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (2) Gambar 3.30 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (3) Gambar 3.31 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (4) Daftar Tabel Tabel 1.1 : Kerangka Penelitian... 5 Tabel 2.1 : Aksi Stranas Kepolisian... 9 Tabel 2.2 : Aksi Stranas Kejaksaan Tabel 2.3 : Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan Tabel 2.4 : Aksi Stranas Mahkamah Agung Tabel 3.1 : Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik Tabel 3.2 : Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian Tabel 3.3 : Perbandingan Ukuran Kebersihan Kanal Info Perkara Kejaksaan Tabel 3.4 : Jumlah Pengaduan yang Masuk Ke MA pada Tahun Tabel 3.5 : Penjatuhan Hukuman Disiplin yang Dijatuhkan MA Berdasarkan Jenis Hukuman Tahun ix

11 x

12 B A B I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Terpilihnya Jokowi dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden baru Indonesia di akhir tahun 2014 diharapkan oleh publik secara luas dapat memberikan sentuhan yang kuat terhadap upaya pemberantasan korupsi. Sebagaimana yang tecermin dalam salah satu (Cita Keempat) dari Sembilan Cita (Nawa Cita) agenda perubahan yang dikampanyekannya, yang berbunyi: memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Setidaknya, tiga dari sepuluh butir Cita Keempat tersebut, yang memiliki aksentuasi kuat pemberantasan tindak pidana korupsi adalah: 1) membangun politik legislasi yang kuat (yang mencakup pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum); 2) memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); dan 3) memberantas mafia peradilan. Sebagai bagian dari visi-misi pemerintahan yang baru, Nawa Cita sejatinya terejawantahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN), yang secara otomatis diturunkan ke dalam arahan kebijakan dan strategi yang lebih konkrit di mana dampaknya dapat dirasakan oleh publik secara luas. Salah satu bentuk arah kebijakan dan strategi konkrit tersebut adalah 1

13 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya melalui Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK). Ide tentang Stranas PPK bukanlah sebuah strategi pemberantasan korupsi yang baru. Pemerintahan sebelumnya (SBY- Boediono) sebenar nya telah menyusun dan menetapkan Stranas PPK melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Setiap tahun, Stranas PPK diimplementasikan dalam bentuk Instruksi Presiden (Inpres). Meski Stranas sudah dicanangkan sebagai salah satu ujung tombak kebijakan pemberantasan korupsi pemerintah, hasil kajian Koalisi Stranas PPK pada tahun 2013 menunjukkan, bahwa implementasi oleh Kementerian dan Lembaga dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi baru sebatas pemenuhan di tingkat regulasi dan kebijakan (checklist keluaran program dan strategi). Bahkan jika dilihat dari sudut Indeks Persepsi Korupsi pun, posisi Indonesia tidak bergerak dengan signifikan: hanya beranjak dua poin dari tahun Indonesian Legal Roundtable (ILR) sebagai anggota Koalisi Stranas PPK menaruh perhatian khusus terhadap keberlanjutan dari Stranas PPK oleh pemerintahan Jokowi JK. Kenaikan skor Indeks Persepsi Korupsi dan Indeks Negara Hukum Indonesia yang tidak terlalu signifikan dalam dua tahun terakhir menjadi tolak ukur bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi masih sangat jauh dari harapan. Dengan penekanan pada pemenuhan prinsip-prinsip Negara Hukum, khususnya prinsip pemerintahan berdasar hukum dan akses terhadap keadilan, ILR bermaksud untuk mengevaluasi dan menilai capaian dan keberhasilan dari pemenuhan Stranas PPK tahun 2014 melalui sebuah rangkaian kegiatan penelitian. Aksi PPK tahun 2014 sendiri terbagi ke dalam lima strategi dengan 245 aksi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga 2

14 Pendahuluan lintas sektor. Berkaitan dengan luasnya aksi PPK, tentu saja penelitian yang akan dilakukan ini tidak akan mampu untuk mencakup seluruh aksi tersebut. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini dibatasi pada Kementerian/Lembaga yang terkait langsung dengan sektor hukum, lebih spesifiknya yang terkait dengan Sistem Peradilan Pidana. Meskipun ruang lingkup penelitian ini sudah dibatasi pada sektor hukum, ternyata cakupan aksi yang akan diteliti dirasakan masih cukup luas. Oleh karena itu, penelitian ini lebih memfokuskan lagi ruang lingkup penelitian pada isu transparansi (keterbukaan informasi publik). Pembatasan ini sebangun dengan permasalahan mendasar dari proses penegakan hukum di Indonesia yang terjadi saat ini, yaitu transparansi sebagai faktor pendorong akuntabilitas. B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan, capaian, dan dampak dari Inpres No. 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 oleh Kementerian dan Lembaga terkait dengan isu transparansi pada sektor hukum? 2. Apa saja rekomendasi yang dapat diberikan kepada Peme rintahan Jokowi-JK untuk memperkuat strategi pemberantasan tindak pidana korupsi ke depannya? C. TUJUAN Tujuan dari rangkaian kegiatan ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran mengenai upaya, capaian, dan dam pak pelaksanaan Stranas PPK sepanjang tahun 2014, khususnya oleh Kementerian dan Lembaga terkait transparansi pada sektor hukum; 3

15 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya 2. Mendorong komitmen pemerintahan Jokowi-JK untuk me me nuhi agenda perubahan terkait dengan upaya per cepatan pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya dalam rangka memperkuat Stranas PPK D. LINGKUP PENELITIAN DAN BASELINE Batasan dari penelitian ini adalah pelaksanaan, capaian, dan dampak dari aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sepanjang tahun 2014 dengan mem fokuskan pada aksi yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan peraturan-peraturan turunannya. Baseline yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya: 1. Indeks Negara Hukum Indonesia, khususnya prinsip Peme rintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan; 2. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun Dan Jangka Menengah Tahun ; 3. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014; dan 4. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun E. METODOLOGI & KERANGKA LOGIS Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan me man faatkan data sebagai berikut: 1. Data primer yang diperoleh melalui: FGD, diskusi dengan ahli, dan wawancara dengan pejabat pemerintah. 4

16 Pendahuluan 2. Data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen, di antaranya: laporan tahunan kementerian/ lembaga peme rintah; laporan monitoring organisasi masyarakat sipil; hasil survei; pemberitaan media massa; dan sebagainya. Kerangka logis penelitian secara singkat tergambar dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Kerangka Penelitian Tujuan Outcomes Kegiatan Output Resiko Evaluasi implementasi Stranas PPK 2014 Strategi pemberantasan korupsi yang lebih kuat FGD penentuan fokus area dan parameter evauasi Penelitian pustaka Wawancara dengan pejabat pemerintah terkait Pertemuan ahli Penelitian laporan (melalui workshop & FGD) Hasil identifikasi fokus area dan parameter evauasi Data dan informasi terkait pelaksanaan Stranas PPK 2014 Data dan informasi terkait pelaksanaan Stranas PPK 2014 Penilaian ahli terhadap pelaksanaan Stranas PPK 2014 Hasil penilaian & rekomendasi terhadap pelaksanaan Stranas PPK 2014 N.A. Terbatasnya ketersediaan data dan akses informasi dari Badan Publik Jadwal yang berubah, keengganan dan kompetensi pejabat yang diinterview Pandangan bias dari ahli Keterbatasan waktu 5

17 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya F. KELUARAN Keluaran dari rangkaian kegiatan ini adalah Laporan Penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Indonesia tahun 2014 terkait transparansi di sektor Hukum, yang memuat: 1. Hasil evaluasi pelaksanaan Stranas PPK tahun 2014; dan 2. Rekomendasi penguatan Stranas PPK untuk pemerintahan Jokowi-JK. 6

18 B A B I I Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 Pengaturan mengenai Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 (Aksi PPK 2014) termuat dalam Inpres No. 2/2014 sebagai implementasi dari Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun dan Jangka Menengah Tahun (Stranas PPK). Aksi PPK tahun 2014 terdiri 245 aksi, yang terbagi ke dalam lima strategi, yang terdiri dari: 1. Strategi Pencegahan, terdiri dari 161 aksi; 2. Strategi Penegakan Hukum, terdiri dari 28 aksi; 3. Strategi Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, terdiri dari sembilan (9) aksi; 4. Strategi Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor, terdiri dari 24 aksi; dan 5. Strategi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi, terdiri dari 23 aksi. Sebagaimana telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa evaluasi terhadap Stranas PPK 2014 akan dilakukan terhadap aksi-aksi terkait dengan transparansi pada sektor hukum. Hal ini dekat relevansinya dengan dua dari lima prinsip Negara Hukum yang dirumuskan oleh ILR, yaitu Pemerintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan. Dalam prinsip Pemerintahan Berdasarkan Hukum, terdapat indi kator Pengawasan yang Efektif, dengan subindikatornya 7

19 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Pengawasan Internal oleh Pemerintah. Kepolisian, Kejaksaan, dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebagai bagian dari pemerintah memiliki mekanisme pengawasan internal, dan dalam Aksi PPK 2014 penekanan hal tersebut ada pada Kepolisian (Aksi Nomor 163 dan 166). Sedangkan untuk prinsip Akses Terhadap Keadilan, salah satu indikatornya adalah Keterbukaan Informasi Publik. Akses Terhadap Keadilan dalam artian formal tersebut mengukur: apakah sistem peradilan bisa diakses oleh publik? Apakah sistem peradilan yang ada sudah mencerminkan proses yang cepat dan terjangkau? Dalam indikator pertama, yang diukur adalah keterbukaan informasi, yaitu kemudahan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam tahapan sistem peradilan: tahap penyidikan; tahap penuntutan; dan tahap beracara di pengadilan. Selain mengukur kemudahan masyarakat untuk informasi di setiap tahapan, indikator ini juga akan melihat sejauh mana respon dari setiap institusi yang berwenang jika ada keluhan yang disampaikan oleh publik dalam setiap tahapan. Kementerian/Lembaga pada sektor hukum dimandatkan untuk melaksanakan beberapa aksi terkait dengan transparansi. A. AKSI TERKAIT TRANSPARANSI PADA SEKTOR HUKUM Evaluasi terhadap Aksi PPK 2014 memfokuskan pada isu transparansi Kementerian/Lembaga pada sektor hukum, dalam hal ini adalah: Kepolisian; Kejaksaan Agung; Sekretariat Mahkamah Agung; dan Kementerian Hukum dan HAM. Secara rinci, aksi-aksi PPK 2014 terhadap Kementerian/Lembaga pada sektor hukum terkait transparansi sebagai berikut: 8

20 Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun Kepolisian Tabel 2.1: Aksi Stranas Kepolisian No AKSI I. Strategi Pencegahan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI) 6. Pelaksanaan transparansi, dan akuntabilitas dalam penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI) 49. Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia 90. Penyampaian data dan informasi terkait perpajakan dari kementerian, lembaga dan instansi pemerintah Optimalisasi Penghapusan dana offbudget, dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/ bantuan dari pihak lain II. Strategi Penegakan Hukum Penguatan Serta Peningkatan Konsistensi Sanksi Hukum dan Administrasi Bagi Pelaku Maupun Aparat Penegak Hukum yang Melakukan Penyimpangan dan Penyalahgunaan Wewenang atau Tipikor 163. Optimalisasi pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Kep Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia 166. Optimalisasi Penanganan dugaan pelanggaran oleh oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menjadi sorotan media massa 167. Optimalisasi dan akuntabilitas penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Memperkuat Koordinasi Penanganan Kasus Korupsi di Antara Lembaga Penegak Hukum dengan Dukungan Teknologi Informasi yang Komprehensif (E-Law Enforcement) 208. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan 214. Peningkatan transparansi pengelolaan aset 9

21 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya 2. Kejaksaan Tabel 2.2: Aksi Stranas Kejaksaan NO I. Strategi Pencegahan AKSI Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI) 51. Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan) 52. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI) 3. Kementerian Hukum dan HAM Ditjen Pemasyarakatan Tabel 2.3: Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan NO IV. AKSI Strategi Kerja Sama Internasional Dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor Memastikan Terbentuknya Unit Pengelolaan Aset (Asset Management Unit) Hasil Tipikor Guna Mendukung Proses Penegakan Hukum dan Transparansi Pengelolaan Aset Terkait Lainnya Sebagai Bentuk Pemanfaatan Pengelolaan Aset Tipikor 203. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan barang sitaan dan rampasan 207. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan 4. Sekretariat Mahkamah Agung Tabel 2.4: Aksi Stranas Mahkamah Agung NO AKSI I Strategi Pencegahan 26. Tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat 113. Evaluasi pelaksanaan seleksi calon hakim berdasarkan kompetensi 10

22 Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 B. KETERKAITAN AKSI PPK 2014 DENGAN STRATEGI NASIONAL PPK Meskipun tidak menjadi bagian dari evaluasi, penting pula untuk mencermati keterkaitan antara Aksi PPK 2014 dengan Stranas PPK, khususnya yang terkait strategi jangka menengah ( ). Sebagai analogi adalah Rencana Kerja Tahunan sebagai penjabaran program dan upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari Rencana Strategis. Seyogianya Aksi PPK 2014 pun disusun dan dilaksanakan dalam rangka pemenuhan Strategi PPK Jangka Menengah Tahun Jika Aksi PPK 2014 disandingkan dengan Stranas PPK Jangka Menengah maka dengan mudah akan terlihat konsistensi antara keduanya. Bahkan, untuk beberapa aksi, kalimatnya hampir sama dengan yang digunakan oleh Stranas PPK. Misalnya, pada aksi nomor 129: Optimalisasi Penghapusan dana offbudget, dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/bantuan dari pihak lain, sementara pada Stranas PPK: Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan dana off-budget, dan mempublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor di badan publik dan partai politik. Apabila dicermati lebih dalam, rumusan Stranas PPK -baik jangka panjang dan jangka menengah- dirasakan terlalu teknis dan terjebak pada rumusan program ketimbang rumusan yang lebih strategis. Agenda pemberantasan korupsi membutuhkan grand design yang tidak hanya komprehensif, tetapi juga dirumuskan secara sistematis sebagaimana perencanaan strategis model piramida. 11

23 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 2.1: Analogi Piramida Turunan Visi ke Aksi Dalam Stranas PPK jangka panjang, sudah dimulai rumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh K/L untuk setiap strateginya. Hal ini pun terulang kembali ketika merumuskan strategi jangka menengah. Pada akhirnya, tidak ada fleksibilitas dari K/L dalam merumuskan aksi PPK. Fleksibilitas dimaksudkan untuk membuka ruang inovasi dan terobosan bagi K/L dalam merumuskan aksi PPK yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik internal mereka. Sebagai perbandingan adalah grand design Reformasi Birokrasi (RB) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun Grand Design Reformasi Birokrasi memiliki visi pemerintahan kelas dunia, yang kemudian diturunkan ke dalam roadmap RB melalui Peraturan Menteri Penyadagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Durasi roadmap yang dilakukan selama lima tahun ini terbagi ke dalam tiga tingkat: makro, miso dan mikro. Roadmap inilah yang kemudian memberikan arahan kepada setiap K/L untuk melaksanakan RB. Apabila pada Stranas PPK area tindakan terbagi ke dalam enam strategi (pencegahan, penegakan hukum, 12

24 Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 dan sebagainya), maka pada Roadmap RB diistilahkan sebagai delapan area perubahan. Stranas PPK dapat diperkuat dengan mengadopsi model atau pendekatan perumusan grand design RB -meskipun baik dari sisi konten dan pendekatan implementasinya harus lebih baik dari pelaksanaan RB itu sendiri. Dengan demikian, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pada setiap K/L memiliki pola dan arah pergerakan yang kurang lebih sama, akan tetapi pada level teknis pelaksanaannya sangat tergantung dari kebutuhan dan karakteristik dari K/L tersebut. 13

25 14

26 B A B I I I Temuan dan Hasil Evaluasi A. CAPAIAN AKSI STRANAS PADA SEKTOR PENEGAK HUKUM Bab ini akan mempresentasikan implementasi dan capaian serta dampak aksi Stranas pada sektor penegak hukum. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II, setiap lembaga penegak hukum mempunyai penekanan strategi yang berbedabeda. Misalnya Kepolisian, yang ditekankan pada dua strategi besar: pencegahan dan penindakan. Sedangkan untuk Kejaksaan hanya pada isu pencegahan. Temuan faktual terkait kondisi dan pencapaian masingmasing Aksi Stranas di setiap lembaga pada tahun 2014, dapat dilihat dalam narasi di bawah ini. 1. Kepolisian Strategi Pencegahan a. Aksi Nomor 6: Pelaksanaan Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penanganan Perkara Berbasis Teknologi Informasi (TI) Terdapat tiga ukuran kriteria yang digunakan dalam mencapai keberhasilan aksi ini: 1) Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis teknologi informasi di seluruh Polres sesuai Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 14/2012; 2) Surat tanda terima laporan dan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan/penyidikan (SP2HP) 15

27 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya dan penyidikan yang dapat diakses secara online oleh pelapor; 3) Dipublikasikannya dalam website status penanganan perkara yang menarik perhatian publik (perkara yang dimuat di media cetak nasional) termasuk, antara lain: inisial tersangka serta waktu dan tindakan terkait penanganan perkara (misal masih pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19, kapan P21, dll) Ukuran situs/website resmi Kepolisian yang diambil sebagai sampel adalah 10 kota besar di Indonesia (penduduk di atas 100 ribu jiwa) dengan penyebaran wilayah kepulauan secara merata, yaitu: Polda Metrojaya, Polrestabes Surabaya, Polrestabes Bandung, Poltabes Medan, Poltabes Palembang, Polrestabes Makassar, Polresta Samarinda, Polresta Banjarmasin, Polresta Manado dan Polres Jayapura. Dari hasil pemantauan dengan cara mengunjungi situs resmi institusi Kepolisian di beberapa daerah tersebut diketahui bahwa sebagian besar (90%) institusi tersebut belum menyediakan sistem yang menjamin Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses secara online oleh pelapor. Hanya Polda Metro Jaya yang memiliki situs online SP2HP yang dapat diakses oleh pelapor. Sedangkan sisanya, tidak memiliki situs SP2HP online. Bahkan untuk Polresta Manado dan Polrestabes Surabaya, tidak punya website resmi. Jika pun ada institusi Kepolisian yang memiliki informasi, hanya berbentuk blog, seperti: Polrestabes Bandung, Polrestabes Makkasar, Polresta Palembang (Pengecekan Terakhir 5 November 2015). 16

28 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3.1: Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015) Gambar 3.2: Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015) 17

29 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.3: Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015) Ketika sistem yang diharapkan tidak tersedia, maka kriteria keberhasilan yang kedua: terkait dengan Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses oleh pelapor, tentu saja tidak tersedia. Dari sepuluh sampel Polda/Polrestabes/Polresta yang diambil, hanya Polda Metrojaya yang memiliki sistem yang dapat diakses secara online oleh pelapor. Gambar 3. 4: Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya (terakhir diakses 5 November 2015) 18

30 Temuan dan Hasil Evaluasi Pada sisi lain, terkait dengan dipublikasikannya status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil -sebagaimana yang dimaksud oleh kriteria ketiga, diketahui bahwa hanya Polda Metrojaya yang telah melaksanakannya. Itu pun dengan catatan, hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain yang terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21, tidak ditemukan. Artinya, Polda Metro Jaya hanya meng-upload berita-berita pidana yang ditangani tanpa ada penjelasan lebih detil sejauh mana status hukum tersangka. Kondisi lebih lengkap terkait dengan kondisi website seluruh sampel yang diambil terkait status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.1: Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik Institusi Kepolisian di Daerah Polda Metrojaya Polrestabes Surabaya Polrestabes Bandung Poltabes Medan Polrestabes Makassar Polresta Palembang Kondisi Website Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan. Tidak memiliki website Secara umum bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kasus yang dirilis pada 8 Februari 2013 terkait dengan prostitusi online. Ada, tapi tidak update. Terakhir berita hanya pada bulan Maret. Kategori ada pun hanya dalam bentuk berita, tidak secara detil menginformasikan sejauh mana status tersangka. Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog. Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog. 19

31 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Polresta Samarinda Polresta Banjarmasin Polresta Manado Polres Jayapura Ada, tapi tidak memadai. Sepanjang tahun 2015 hanya dua kasus yang dipublikasikan ke publik Ada, tapi sebatas pengumpulan informasi di media massa. Informasi yang terakhir diupdate pada 2 September. Sebelum dikunjungi terakhir kali (5 November), situs tersebut pernah diretas sehingga tidak berfungsi selama berbulan-bulan. Tidak memiliki website Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan. b. Aksi Nomor 49: Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia Ukuran keberhasilan yang digunakan dalam aksi ini adalah terpublikasikannya informasi perolehan PNBP Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam situs resmi, yang terdiri dari: 1) Jumlah seluruh PNBP yang diperoleh untuk setiap jenis layanan/denda; 2) Jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas Negara. Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap situs resmi seperti: go.id; tidak di tem u kan satu pun informasi yang memuat PNBP yang diperoleh untuk setiap layanan/denda serta jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas negara sebagaimana yang dimaksud oleh PP No 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian) 20

32 Temuan dan Hasil Evaluasi Menurut PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian, terdapat 12 item PBNP yang dapat dipungut oleh Kepolisian yaitu: Tabel 3.2: Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian No Item PNBP Kepolisian 1. Penerbitan Surat Izin Mengemudi 2. Pelayanan Ujian Keterampilan Mengemudi Melalui Simulator 3. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan 4. Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan 5. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor 6. Penerbitan Buku Pemilik Kendaran Bermotor 7. Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Ke Luar Daerah 8. Penerbitan Surat Izin Senjata Api dan Bahan Peledak 9. Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian 10. Penerbitan Surat Keterangan Lapor Diri 11. Penerbitan Kartu Sidik Jari (Inafis Card) 12. Denda Pelanggaran Lalu Lintas Dari keempat situs yang dicek tersebut, apabila publik ingin memperoleh informasi terkait PNBP yang diterima dan dikelola oleh Kepolisian, hanya bisa ditemukan di situs Kementerian Keuangan. Informasi itu pun hanya sebatas informasi makro penerimaan PNBP lainnya, sebagaimana yang termuat dalam Laporan Keuangan Kementerian Anggaran Tahun Anggaran Situs Kementerian Keuangan tersebut menyebutkan bahwa realisasi PNBP lainnya yang diterima oleh Negara sebesar Rp Apabila dibandingan dengan tahun sebelumnya (tahun 2013), terdapat penurunan penerimaan negara dari tahun sebelumnya (2013) sebesar Rp Sedangkan di situs Polri, Dirjen Pajak dan Perbendaharaan Negara, tidak ditemukan satu pun informasi mengenai PNBP 21

33 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya yang diterima Kepolisian. Bahkan dari pelacakan yang dilakukan, situs Dirjen Pajak pun sedang mengalami kerusakan (lihat gambar 5). Gambar 3.5: Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015) Dari penelusuran terhadap situs lain yang dilakukan, jika pun publik ingin mendapatkan informasi sejauh mana pengelolaan PNBP Polri, hal itu hanya dapat ditemukan dalam dokumen Nota Keuangan APBN yang menyebutkan bahwa target penerimaan PNBP Polri tahun 2014 adalah 4,8 triliun. Itu pun dengan cara melihat satu persatu informasi yang terdapat di dalam website Kementerian Keuangan. Artinya, publik harus berusaha cukup keras dan teliti dalam mencari informasi di mana tidak semuanya mempunyai pemahaman yang cukup komprehensif terhadap siklus anggaran publik. 22

34 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3. 6: Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterbukaan infor masi dalam pengelolaan PNBP Kepolisian yang dapat diakses publik sebenarnya tidak tersedia. Publik tidak pernah tahu sejauh mana penerimaan dan pengelolaan PNBP di Kepolisian secara memadai. Gambar 3.7: Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015) 23

35 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya c. Aksi Nomor 90: Penyampaian Data dan Informasi terkait Perpajakan dari Kementerian, Lembaga dan Instansi Pemerintah Aksi Stranas PPK Nomor 90 ini mengamantkan Kepolisian untuk melakukan penyampaian data terkait perpajakan, di antaranya: data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan kepada Kementerian Keuangan sebagai instansi terkait yang ditunjuk. Ukuran keberhasilan aksi ini berupa kepatuhan dalam penyam paian data dan informasi perpajakan, di antaranya data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait perpajakan seperti data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik dalam situs: dan perbendaharaan.go.id/new/?pilih=login, tidaklah di te mukan informasi pada situs resmi lembaga negara tersebut. Keempat situs tersebut hanya berisi informasi tentang: Layanan situs Kementerian Keuangan untuk individu/ profe sional/masyarakat umum serta informasi dan publikasi Ke men terian Keuangan Negara; Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaan pajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan; 24

36 Temuan dan Hasil Evaluasi Informasi publik, Pengaduan Masyarakat, Pelayanan SIM, Pelayanan SKCK, Pelayanan STNK dan publikasi kegiatan. Penelusuran juga dilakukan pada situs resmi pengelola informasi dan dokumentasi lembaga Kepolisian di tautan humas.polri.go.id/, namun tidak ditemukan juga data yang dimaksud atau data yang terkaitan dengan data dan informasi perpajakan tersebut. Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Penyampaian Data terkait Perpajakan di Kepolisian kepada Kementerian Keuangan yang berisi: data kepemilikan ken daraan bermotor, peralihan kepe milikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan, tidak dilaksanakan dan tidak dipublikasikan. 2) Kepolisian tidak menjalankan kepatuhan dalam penyam paian data dan informasi perpajakan sebagai kriteria keberhasilan atau outcome sebagaimana target oleh Inpres 2/2014. d. Aksi Nomor 129: Optimalisasi Penghapusan Dana Off-budget, dan Sumbangan dari Pihak yang Diberi Bantuan Keamanan serta Publikasi Penerimaan Hibah/Bantuan dari Pihak Lain Aksi ini memberikan mandat kepada Kepolisian untuk mem publikasikan penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri. Ukuran keberhasilan aksi ini adalah publikasi penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri, 25

37 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya dengan kriteria keberhasilan berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel. Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, tidaklah ditemukan informasinya pada situs resmi Kepolisian. Situs resmi Kepolisian tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong. Gambar 3.8: Hasil Pencarian Situs Resmi Polri Gambar 3.9: Situs Resmi Kepolisian Tidak Dapat Diakses 26

38 Temuan dan Hasil Evaluasi Selain melakukan penelusuran terhadap situs resmi Kepolisian, penelusuran juga dilakukan terhadap situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan Dalam situs tersebut, hanya ditemukan 2 (dua) dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni: Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan dan Pembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran 2014; dan Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan dan Pembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran 2014 Gambar 3. 10: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran

39 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.11: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran 2014 Berdasarkan temuan dari penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Aksi ini tidak dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh di Kepolisian baik di tingkat pusat (Markas Besar) maupun di bawahnya (Kepolisian Daerah, Kepolisian Resor, Kepolisian Sektor). Dari penelusuran yang dilakukan, hanya terdapat 2 (dua) dokumen laporan yang dapat ditemukan, yaitu dari Kepolisian Resor Lampung Selatan, dan itu pun bukan di situs resmi Kepolisian pada tautan go.id/ melainkan pada situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan humas.polri.go.id/. 2) Kriteria keberhasilan atau outcome yang ditargetkan oleh Inpres 2/2014 berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel tidak tercapai. 28

40 Temuan dan Hasil Evaluasi Strategi Penegakan Hukum a. Aksi Nomor 163: Optimalisasi Pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Keputusan Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Aksi ini mengamanahkan kepada Kepolisian untuk menerapkan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut, yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi Kepolisian. Ukuran keberhasilan aksi ini adalah penerapan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi secara mandiri, dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome adalah meningkatnya akuntabilitas dan transparansi proses penegakan kode etik dan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta penjatuhan hukuman. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, tidak ditemukan informasi pada situs resmi Sehingga penelusuran dilakukan pada situs resmi Komisi Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Kompolnas), yakni kompolnas.go.id/. Dari situs Kompolnas tersebut, informasi yang tersedia hanya berisi informasi tentang pengaduan masyarakat, layanan informasi, dan publikasi kegiatan. Penelusuran kemudian juga dilakukan pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan dan ditemukan dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni: 29

41 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya 30 1) Bahan narasumber dalam acara diskusi publik mengenai praktik penyiksaan dalam rangka hari dukungan internasional untuk korban penyiksaan, yang berisi tentang: Rekapitulasi data laporan dugaan arogansi penyidikan (upaya paksa tanpa sprindik dengan penyiksaan) selama tahun dari setiap kantor Kepolisian Daerah; Rekapitulasi data laporan dugaan pelanggaran KDRT (pelaku anggota Polri) selama tahun dari setiap kantor Kepolisian Daerah; Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri berkaitan dengan kasus arogansi penyidikan/penganiayaan dan KDRT selama tahun ; 2) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) bulan Januari s/d Maret 2014; 3) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014; 4) Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/ PNS Polri tahun 2014 Keseluruhan data di atas berupa angka kumulatif dan tidak mendetil terkait siapa anggota Kepolisian yang melakukan pelanggaran dan jenis pelanggarannya apa, lalu prosesnya bagaimana, serta dikenakan sanksi apa. Meski demikian, yang menarik adalah, ditemukannya 1 (satu) dokumen laporan terkait Data Pelanggaran KEPP Tahun dari Polres Palangkaraya yang sudah mencantumkan nama-nama Anggota Lembaga Kepolisian yang melakukan dugaan pelanggaran kode etik dan disiplin, berdasarkan laporan nomor dan putusan sidang KEPP serta status prosesnya selesai atau belum. Namun, jika diperhatikan lebih detil, substansi utama dari data tersebut adalah pada komponen informasi Dukungan Anggaran: Pemberkasan dan Sidang.

42 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3.12: Data Bahan Narasumber dalam Acara Diskusi Publik Mengenai Praktik Penyiksaan Dalam Rangka Hari Dukungan Internasional untuk Korban Penyiksaan Gambar 3.13: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan Januari s/d Maret

43 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.14: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014 Gambar 3.15: Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri Tahun

44 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3.16: Data Pelanggaran KEPP Tahun dari Polres Palangkaraya Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Aksi ini tidak dilaksanakan. Dari kelima data yang ditemukan, seluruhnya masih berupa angka kumulatif dan tidak mendetil dari setiap kantor Kepolisian Daerah serta bukan dipublikasikan situs resmi Kepolisian pada tautan melainkan pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan go.id/. Masih belum terdapat informasi mengenai siapa anggota/aparat yang diduga melakukan pelanggaran, jenis pelanggarannya, laporan siapa, bagaimana prosesnya, dan penjatuhan sanksinya. 2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan berupa meningkatnya akuntabilitas dan transparansi proses penegakan kode etik dan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta penjatuhan hukuman, belum ter capai secara maksimal. 33

45 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya b. Aksi Nomor 166: Optimalisasi Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Menjadi Sorotan Media Massa Aksi ini memberikan mandat kepada Kepolisian dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk memproses seluruh dugaan pelanggaran yang menjadi sorotan oleh media massa sesuai ketentuan yang berlaku dan mempublikasikannya di situs resmi masing-masing lembaga. Sedangkan ukuran keberhasilan sebagai output terhadap aksi ini yang ditetapkan adalah adanya proses terhadap seluruh dugaan pelanggaran yang menjadi sorotan oleh media massa sesuai ketentuan yang berlaku dan mempublikasikan di situs resmi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditargetkan adalah meningkatnya kepercayaan publik terhadap Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hasil penelusuran terhadap situs dan tidaklah ditemukan informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh aksi. Kedua situs tersebut hanya berisi tentang: (1) Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayanan SIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi kegiatan; dan (2) Pengaduan masyarakat, layanan Informasi, dan publikasi kegiatan. Bahkan, dalam penelusuran yang dilakukan terhadap situs situs tersebut tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9). Karena ketiadaan informasi dan data yang dimaksud dalam dua situs resmi di atas, penelusuran juga dilakukan terhadap pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan Dari situs tersebut, hanya ditemukan 1 (satu) dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni: data penanganan dugaan Pelanggaran oleh oknum Polri yang menjadi sorotan media massa pada 34

46 Temuan dan Hasil Evaluasi bulan Juli s/d September Dokumen laporan tersebut berisi tentang informasi sebagai berikut: Kesatuan kepolisian (tingkat Kepolisian Daerah) yang diduga melakukan pelanggaran yang menjadi sorotan media massa; Kasus yang terjadi; Kronologis singkat (uraian kejadian); Media massa (cetak) yang mempublikasikan; dan Tindak lanjut terhadap dugaan pelanggaran. Gambar 3.17: Data Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Polri yang Menjadi Sorotan Media Massa Bulan Juli s/d September 2014 Dalam komponen tindak lanjut terhadap 48 kasus yang ada dalam Laporan, terlihat bahwa proses yang dilakukan sebagian besar masih belum ditindaklanjuti, yakni: Berstatus Bahan Informasi, yakni sebanyak 27 kasus; Berstatus Proses Penyelidikan sebanyak 4 kasus; Berstatus Proses Penyidikan sebanyak 14 kasus; Berstatus Sidang Disiplin sebanyak 1 kasus; Berstatus Sidang KKE sebanyak 1 kasus; dan terakhir Berstatus Proses KKE sebanyak 1 kasus. 35

47 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Berdasarkan penelusuran di lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Aksi PPK Nomor 166 ini tidak dilaksanakan baik oleh Kepolisian maupun oleh Kompolnas. Tidak ditemukan satu pun informasi atau data terkait adanya proses terha dap seluruh dugaan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam aksi sebagaimana ketentuan yang berlaku dan mem publikasikannya di situs resmi Kepolisian dan Kompolnas. 2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan adalah meningkatnya kepercayaan publik terhadap Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak tercapai. c. Aksi Nomor Nomor 167: Optimalisasi dan Akuntabilitas Penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Proses penanganan LHA Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dilaksanakan secara Akuntabel dan Optimal Aksi ini memandatkan kepada Kepolisian untuk mempublikasikan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang diterima dan diselesaikan baik oleh Kepolisian maupun oleh PPATK. Ukuran keberhasilan dari aksi ini berupa terpublikasinya jumlah Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang diterima dan diselesaikan baik oleh Kepolisian maupun oleh PPATK, dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditetapkan adalah dilaksanakannya proses penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) secara akuntabel dan optimal. Penelusuran data terkait publikasi terhadap Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang diterima dan diselesaikan, baik 36

48 Temuan dan Hasil Evaluasi Kepolisian maupun PPATK, tidak menunjukkan adanya dokumen atau laporan pada situs resmi dan Kedua sumber dalam tautan tersebut hanya berisi: (1) Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayanan SIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi Kegiatan; dan (2) Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan setiap bulannya. Bahkan, situs tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9). Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di go.id/. Dari situs tersebut, hanya ditemukan 1 (satu) dokumen laporan yang dipublikasikan: data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang diterima Bareskrim Polri bulan Januari s/d Maret 2014 pun hanya berisi informasi tentang subjek (orang yang diduga melakukan kejahatan), dugaan tindak pidana dan perkembangan proses (lidik/sidik) yang berjumlah 5 (lima) kasus. Keseluruhan kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan. Gambar 3.18: Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret

49 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.19: Substansi/Komponen Informasi Data laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret 2014 Dari penelusuran di lapangan yang dilakukan dapat disimpul kan sebagai berikut: 1) Aksi PPK Nomor 167 tidak dilaksanakan baik oleh Kepolisian maupun PPATK. Hanya ditemukan 1 (satu) informasi atau data terkait Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang diterima dan diselesaikan, di situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian. Informasi yang tersedia dalam laporan tersebut pun sangat minim dan tidak jelas. 2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan yakni proses penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang dilaksanakan secara akuntabel dan optimal tidak tercapai. 38

50 Temuan dan Hasil Evaluasi d. Aksi Nomor 208: Penyelesaian Barang Sitaan/Rampasan yang Sudah Lama Tersimpan di Rupbasan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Aksi PPK pada Nomor 208 ini memandat kepada Kepolisian untuk melakukan pengumuman dan pelelangan barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), baik oleh Kepolisian maupun oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) sebagai instansi terkait yang ditunjuk. Ukuran keberhasilan (output) pada aksi ini berupa adanya pengumuman dan pelelangan tentang barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengan UU LLAJ; dan outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa peningkatan pendapatan negara dan berkurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi. Hasil penelusuran data terkait pengumuman dan pelelangan tentang barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengan UU LLAJ, baik oleh Kepolisian maupun Kemenkumham, tidak dapat ditemukan dokumen atau laporannya pada situs berikut ini: (1) (2) (3) (4) Informasi dalam situs tersebut hanya berisi: (1) Pengaduan masyarakat, Informasi publik, berita, layanan publik, produk hukum, info hukum, serta laporan kinerja; (2) Layanan publik, Informasi publik, berita Kanwil terkini serta publikasi kegiatan; (3) Informasi publik, berita Kanwil terkini, berita Hukum dan HAM serta publikasi kegiatan. Bahkan situs tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9). Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud dalam aksi ini juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan 39

51 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan go.id/, namun dari situs tersebut tidak ditemukan satu pun data atau informasi. Penelusuran di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Aksi PPK Nomor 208 terkait pengumuman dan pelelangan barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), baik oleh Kepolisian maupun oleh Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) sebagai instansi terkait yang ditunjuk, tidak dijalankan sama sekali; 2) outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa peningkatan pendapatan negara dan berkurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi, tidak tercapai sepenuhnya. e. Aksi Nomor 214: Peningkatan Transparansi Pengelolaan Aset Aksi PPK Nomor 214 ini memandatkan Kepolisian untuk mempublikasikan secara reguler pelaksanaan fungsi pengembalian aset, yang antara lain memuat: informasi data barang sitaan dan rampasan yang dikelola (termasuk nilainya, kondisinya dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan) dalam situs Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan juga kepada Kementerian Keuangan selaku instansi terkait. Output sebagai ukuran keberhasilan Aksi Nomor 214 berupa publikasi secara reguler terkait pelaksanaan fungsi pengembalian aset, yang antara lain memuat informasi data barang sitaan dan rampasan yang dikelola (termasuk nilainya, kondisinya dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan) dalam situs Kepolisian Negara Republik Indonesia; sedangkan outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan 40

52 Temuan dan Hasil Evaluasi berupa meningkatanya akuntabilitas pengelolaan aset oleh Kepolisian. Hasil penelusuran data terkait menemukan bahwa tidak dapat ditemukan dokumen atau laporannya pada situs resmi lembaga negara berikut ini: kemenkeu.go.id/informasi/pemohon; go.id/; Sumber pada kelima tautan di atas berisi tentang: Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayanan SIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi kegiatan. Publikasi kegiatan Ditjen Perbendaharaan Negara; Informasi, publikasi kegiatan, pengaduan masyarakat dan dokumentasi Kementerian Keuangan Negara; Layanan situs Kementerian Keuangan untuk individu/ profesional/ masyarakat umum serta informasi dan publikasi Kementerian Keuangan Negara; Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaan pajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan. Sebagai catatan tambahan, sumber tautan pada: polri.go.id/ tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Gambar 3.8 dan 3.9). Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan go.id/; namun tidak ditemukan satu pun data atau informasi yang dimaksud. Apabila publik ingin mengakses informasi atau data yang dibutuhkan, maka harus memenuhi syarat mengisi form elektronik berisi Nama Pengguna dan Sandi. 41

53 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.20: Tampilan pada laman situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan terkait Penelusuran Atas data Barang Sitaan. Dari penelusuran di lapangan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Aksi PPK Nomor 214 tidak dijalankan sama sekali. Hanya ditemukan satu laman pada situs resmi Penge lola Informasi dan Dokumentasi di Lembaga Kepolisian terkait data Barang Sitaan, namun harus menggunakan Nama Pengguna dan Sandi dalam mengaksesnya; 2) Tidak terpenuhinya outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa meningkatnya akuntabilitas pengelolaan aset oleh Kepolisian. 2. Kejaksaan RI Strategi Pencegahan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI) a. Aksi Nomor 51: Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan) 42

54 Temuan dan Hasil Evaluasi Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara), pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri. 1 Pada dasarnya, pengelolaan penerimaan negara merupakan upaya menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan pembangunan nasional melalui optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara, khususnya pendapatan dalam negeri. Dalam konteks penerimaan negara bukan pajak, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU PNBP) menegaskan bahwa penyelenggaraan dan pengelolaan PNBP bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan ketertiban administrasi keuangan negara. Jika dikaitkan dengan agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi, maka pelaporan PNBP juga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kerugian pendapatan negara. Dengan adanya publikasi secara reguler jumlah PNBP yang dipungut oleh kementerian/lembaga, maka diharapkan pengawasan terhadap penerimaan negara dapat meningkat dan menunjang terciptanya aparat pemerintah yang kuat, bersih, dan berwibawa. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah yang menagih dan memungut PNBP harus menyetor dan melaporkan jumlah PNBP yang diterima ke kas negara. 2 Dalam konteks Kejaksaan, publikasi jumlah PNBP juga bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan. Dengan dibukanya akses publik terhadap informasi, masyarakat dapat memonitoring dan mengawasi kinerja Kejaksaan dalam mengelola PNBP. Selain itu, masyarakat juga memiliki kejelasan terkait dengan partisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan 1 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 PNBP. 43

55 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya yang menghasilkan PNBP. Dengan demikian, Kejaksaan diharapkan dapat semakin akuntabel dalam menyelenggarakan dan mengelola PNBP. Total PNBP yang dicapai oleh Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia pada periode bulan Januari-Desember 2014 sebesar Rp ,- (satu triliyun seratus tiga puluh tujuh milyar sembilan ratus tujuh puluh juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus rupiah). Penerimaan tersebut telah disetor ke kas negara dengan perincian sebagai berikut: Denda perkara tilang dan perkara biasa (Rp ,); Biaya perkara acara pemeriksaan biasa/acara pemeriksaan singkat/acara pemeriksaan cepat (Rp ,-); Hasil lelang barang bukti (Rp ,-). Secara umum, informasi tersebut dapat ditemukan dalam Laporan Tahunan Kejaksaan Tahun Namun data yang dipublikasikan tersebut belum secara detil menjabarkan jenis PNBP sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP jo PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP. Adapun jenis PNBP yang berlaku pada Kejaksaan adalah: Penerimaan dari penjualan barang rampasan. Penerimaan dari penjualan hasil sitaan/rampasan. Penerimaan dari ganti rugi dan tindak pidana korupsi. Penerimaan biaya perkara. Penerimaan lain-lain berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak. Penerimaan denda. Selain itu, informasi yang tersedia dalam laporan tahunan Kejaksaan juga masih belum mencakup data mengenai potensi/

56 Temuan dan Hasil Evaluasi tagihan PNBP yang dapat diperoleh dari putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Artinya, publik tidak dapat memverifikasi penerimaaan PNBP yang diperoleh Kejaksaan dari penanganan perkara. Berkaitan dengan penerimaan denda yang menjadi tanggung jawab Kejaksaan, peneliti menemukan masih terdapat permasalahan tumpang tindih pengaturan. Pada dasarnya, denda pelanggaran lalu lintas mengikuti proses pidana acara cepat di pengadilan. Dalam hal ini, pengadilanlah yang akan menentukan besaran denda yang dibebankan kepada wajib bayar. Denda yang ditagihkan kepada pengguna jalan akan dieksekusi oleh pihak Kejaksaan dan disetorkan ke kas negara sebagai PNBP. Namun, proses tersebut tumpang tindih dengan ketentuan mengenai PNBP yang dikelola oleh Kepolisian. Pasal 1 butir l PP Nomor 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang Berlaku Pada Kepolisian RI mengatur bahwa jenis PNBP menyebutkan bahwa PNBP Kepolisian termasuk dari denda pelanggaran lalu lintas. Tumpang tindih pengaturan tersebut tentunya perlu disikapi agar ada kepastian hukum bagi masyarakat dan memberikan kejelasan bagi masing-masing instansi mengenai tugas dan kewajibannya dalam mengelola penerimaan negara. Dalam hal ini, Kejaksaan dan Kepolisian memiliki perannya masingmasing dalam sistem peradilan pidana di Indonesia sesuai dengan prinsip diferensiasi fungsional dalam KUHAP. b. Aksi Nomor 52: Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI) Informasi perkara di kejaksaan dapat di akses melalui situs Informasi dalam situs ini dibagi menjadi kelompok-kelompok menu berdasarkan jenis informasi. Untuk penanganan perkara, Kejaksaan menyediakan kanal info perkara. Pada kanal tersebut, Kejaksaan mempublikasikan informasi perkara dan berkas dakwaan yang ditangani. Info perkara dibagi 45

57 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya menjadi 3 kelompok berdasarkan jenis perkara, yaitu: pidana umum, pidana khusus, dan perdata/tata usaha negara. Masyarakat dapat mengakses informasi tersebut dengan menggunakan fitur filter berdasarkan nomor perkara, wilayah hukum, identitas tersangka/terdakwa, status perkara. Adapun informasi yang dapat ditemukan dalam kanal informasi perkara adalah: Nomor perkara; Wilayah hukum; Kasus posisi; JPU; Tuntutan; Lama/riwayat perkara; Identitas terdakwa (nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan); Pasal yang dibuktikan dan didakwakan; Hal yang memberatkan dan meringankan; Tuntutan pidana; Amar putusan; Status kasus; dan Tanggal eksekusi. Selain itu, pengunjung situs juga dapat mengakses dokumen dakwaan yang disusun oleh jaksa pada laman direktori dakwaan. Laman tersebut dibagi menjadi dua direktori: pidana umum dan pidana khusus. Masyarakat yang ingin mengakses berkas dakwaan suatu perkara dapat melakukan pencarian berkas dengan melakukan filterisasi berdasarkan nomor perkara atau nama terdakwa. Pada dasarnya, ketentuan mengenai pengelolaan informasi melalui situs Kejaksaan sudah diatur dalam Peraturan Jaksa Agung No: PER-011/A/JA/09/2012 tentang SOP Pengelolaan Website Kejaksaan RI. Peraturan tersebut merupakan lanjutan dari pengaturan yang terdapat pada Pasal 21 Peraturan Jaksa 46

58 Temuan dan Hasil Evaluasi Agung No: PER-032/A/JA/8/2010 tentang Pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan RI (Perja PIP) yang mengatur bahwa pengumuman informasi publik dilakukan melalui situs resmi, papan pengumuman, maupun media lainnya dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat. Sayangnya, masih terdapat beberapa kekurangan pada kanal informasi perkara situs kejaksaan. Keberadaan sistem informasi online diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi publik untuk mengakses dan memonitor perkembangan penanganan perkara. Namun ketika peneliti membuka direktori dakwaan, berkas yang tersedia untuk pidana umum hanya berjumlah 221 perkara dan pidana khusus hanya berjumlah 121 perkara. Keseluruhan berkas dakwaan tersebut juga bukan berkas perkara yang aktual. Artinya, tidak semua satker mengunggah berkas dakwaannya ke dalam direktori ini. 4 Peneliti juga tidak dapat menemukan berkas dakwaan dengan nomer register tahun Register terbaru yang dapat ditemukan adalah berkas tahun 2014 dan register terakhir adalah berkas tahun Gambar 3.21: Direktori Dakwaan Kejaksaan 4 Jumlah satker Kejaksaan yang peneliti hitung adalah berjumlah 514 di 31 provinsi yang terdiri dari Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan cabang Kejaksaan Negeri. 47

59 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Pengalaman yang sama juga peneliti temukan ketika mengakses kanal info perkara. Kanal info perkara ini memiliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan kanal direktori dakwaan. 5 Namun demikian, permasalahan mengenai kelengkapan data juga ditemukan pada kanal ini. Jika dikaitkan dengan ukuran keberhasilan aksi ini, maka beberapa informasi masih belum diakomodir dalam kanal info perkara. Berikut ini adalah perbandingan antara kanal info perkara di Kejaksaan dengan ukuran keberhasilan aksi PPK 2014: Tabel 3.3: Perbandingan Ukuran Kebersihan Kanal Info Perkara Kejaksaan Ukuran Keberhasilan Aksi PPK 2014 Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis TI (website ) yang mudah diolah menjadi database kajian dan pengawasan penanganan perkara serta dapat diakses publik, yang memiliki fitur, antara lain: a. Identitas tersangka/terdakwa termasuk profesi dan usia (khusus untuk informasi dalam website, identitas tersangka/terdakwa dijadikan inisial); b. jenis perkara dan nilai perkara; c. waktu pelaksanaan setiap tahap penanganan perkara dan hasilnya (mulai dari menerima pengaduan s/d pengajuan tuntutan); d. upaya paksa yang dilakukan (termasuk jenis/nilai aset yang disita); e. pasal yang didakwakan; f. unsur memperberatkan/ memperingankan; g. tuntutan pidana yang diajukan (termasuk lampiran tuntutannya); h. pidana yang dijatuhkan pengadilan. Kanal Info Perkara Kejaksaan Kolom informasi yang tersedia: a. nomor perkara; b. wilayah hukum; c. kasus posisi; d. Jaksa Penuntut Umum; e. Tuntutan; f. Lama/riwayat perkara (Lama SPDP, Lama Pra Penuntutan, Lama Penuntutan); g. Data terdakwa (nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan); h. Pasal yang dibuktikan dan didakwakan; i. Hal yang memberatkan dan meringankan; j. Tuntutan pidana; k. Amar putusan; l. Status kasus; m. Tanggal eksekusi; 5 Pada saat peneliti mengakses kanal info perkara, jumlah total kasus yang dipublikasikan berjumlah: 5762 (pidana umum), 156 (pidana khusus), dan 48 (perdata/tata usaha negara). 48

60 Temuan dan Hasil Evaluasi Secara umum, hampir semua fitur yang dicantumkan dalam ukuran keberhasilan aksi sudah diakomodir dalam kanal info perkara Kejaksaan. Namun, jika dibandingkan, maka kanal info perkara masih belum mencantumkan data mengenai upaya paksa yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa hampir semua info perkara terisi secara lengkap. Beberapa kolom masih terlihat kosong dan tidak dapat ditelusuri informasinya. Gambar 3.22: Kanal Info Perkara Kejaksaan 3. Kementerian Hukum dan HAM-Ditjen Pemasyarakatan a. Aksi Nomor 203: Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan Kriteria keberhasilan yang ingin dicapai melalui aksi ini adalah meningkatnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan aset oleh Rupbasan. Adapun ukuran keberhasilannya adalah terpublikasi secara reguler dalam situs Rupbasan pelaksanaan 49

61 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya fungsi pengelolaan aset yang antara lain memuat informasi data barang sitaan yang dikelola (termasuk jumlah, jenis, estimasi nilai, waktu mulai dikelola, kondisinya, dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan). Penelusuran melalui situs resmi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pas) diketahui bahwa Rupbasan tidak memiliki situs tersendiri, melainkan memiliki kanal yang terintegrasi dengan situs Situs yang dimaksud dalam pengecekan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan sedang mengalami kerusakan. Meski demikian, yang menarik adalah Ditjen Pas memiliki website lainnya dengan situs yang dikelola oleh beberapa pejabat dan pegawai di Ditjen Pas. Situs ini tidak dapat dikatakan sebagai situs resmi karena menggunakan domain.com, sedangkan lazimnya situs resmi lembaga pemerintahan di Indonesia menggunakan domain.go.id. Walaupun demikian, situs tersebut cukup update dalam menyediakan informasi yang bersifat umum dan pemberitaan seputar kegiatan di Ditjen Pas. Gambar 3.23 : Situs Dirjen Pas 50

62 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3.24 : Situs Permasyakaratan ( Adapun data terkait dengan barang sitaan dan rampasan terdokumentasi pada situs sebagai hasil pengolahan Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Data yang diperoleh melalui situs ini hanya berupa rekapitulasi jumlah benda sitaan dan barang rampasan, baik untuk tingkat nasional, Kantor Wilayah Kemenkum HAM, maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rupbasan. Gambar 3.25: Situs Database Pemasyarakatan (1) 51

63 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar : Situs Database Pemasyarakatan (2) Gambar 3.27 : Situs Database Pemasyarakatan (3) Pada laman ini, tidak diperoleh informasi sebagaimana yang diharapkan dari aksi, yaitu tersedianya jenis, estimasi nilai, waktu mulai dikelola, kondisinya, dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan. Terdapat informasi tambahan berupa status dari benda sitaan dan barang rampasan, terdiri dari: 52

64 Temuan dan Hasil Evaluasi 1) Benda sitaan (BS) masih dalam proses persidangan: a) BS1: merupakan titipan dari Kepolisian; b) BS2: merupakan titipan dari Kejaksaan; c) BS3: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat Pertama; d) BS4: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat Banding; dan e) BS5: merupakan titipan dari Mahkamah Agung. 2) Barang rampasan (BR) sudah berkekuatan hukum tetap: a) BR1: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat Pertama; b) BR2: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat Banding; dan c) BR3: merupakan titipan dari Mahkamah Agung. Dengan demikian, Ditjen Pas belum sepenuhnya akuntabel dan transparan, meskipun telah ada upaya yang mengarah kepada hal tersebut. Sistem yang telah dibangun dapat dikembangkan untuk mencapai kondisi yang diharapkan oleh Aksi PPK. b. Aksi Nomor 207: Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan Keberhasian yang ingin dicapai melalui Aksi Nomor 207 adalah peningkatan pendapatan negara dan berkurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi, dengan ukuran keberhasilan tersampaikannya data barang sitaan yang telah lama disimpang di Rupbasan beserta statusnya dan kondisinya. Data yang diharapkan tersedia pada Aksi ini ternyata tidak ditemukan pada situs resmi Ditjen Pas ( maupun situs SDP ( Sekali lagi, data yang tersedia pada situs melalui SDP adalah rekapitulasi jumlah dan status dari benda sitaan maupun barang rampasan. 53

65 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Tidak ada data yang menunjukkan secara rinci berapa jumlah benda sitaan dan barang rampasan yang masuk maupun keluar Rupbasan secara berkala (perbulan atau pertahun). Tidak terlihat pula nilai ekonomis dari benda sitaan maupun barang rampasan yang dititipkan pada Rupbasan. Sehingga tidak dapat diketahui besaran pendapatan negara dan biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi. 4. Sekretariat Mahkamah Agung a. Aksi Nomor 26: Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masyarakat Berdasarkan SKMA Nomor 76 tahun 2009 tentang Pena nganan Pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan, penga duan merupakan laporan yang mengandung informasi atas indikasi terjadinya penyalahgunaan wewenang, penyim pangan atas pelanggaran perilaku yang dilakukan oleh aparat pengadilan, yang berasal dari masyarakat, anggota instansi peradilan, instansi di luar pengadilan, maupun dari media massa dan sumbersumber informasi lain yang relevan. Sedangkan menurut SKMA Nomor 216 tahun 2011 tentang Penanganan Pengaduan Melalui SMS Pasal 1 huruf a disebutkan juga bahwa pengaduan adalah penyampaian informasi oleh pelapor kepada badan pengawasan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI), tentang adanya penyalahgunaan wewenang, pelanggaran peraturan perundang-undangan atau pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku yang dilakukan oleh aparat yang berada di lingkungan MARI atau badan peradilan yang ada di bawahnya dengan maksud untuk ditindaklanjuti. Tindak lanjut sendiri menurut SK MA nomor 76 tahun 2009 (poin III huruf j) adalah kegiatan lanjutan yang wajib dilakukan oleh pimpinan atau pejabat pada unit kerja yang berwenang atas rekomendasi atau saran aparat pengawasan berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengaduan yang disampaikan.(ada peran lembaga pengawas mahkamah agung). 54

66 Temuan dan Hasil Evaluasi Selain peraturan di atas, beberapa peraturan hukum terkait akan layanan pengaduan lainya adalah: 1) Undang-Undang MA Nomor 14 Tahun 1984 yang diperbaharui dengan UU 5 Tahun 2004, khususnya Pasal 32, yang membahas tentang kewenangan MA sebagai lembaga pengawas tertinggi lembaga peradilan yang ada di bawahnya; 2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, khususnya Pasal 18 ayat (c), yang menyartakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan sebagai upaya memperbaiki manajemen pelayanan pengaduan pelayanan publik; 3) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia; 4) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 5) SK MA Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan; 6) SK MA Nomor 216/KMA/SK/XII/2011 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Melalui Pesan Singkat. Adapun pihak pihak yang dimungkinkan sebagai sumber dari pengaduan tersebut adalah: 1) Masyarakat, seperti: Pencari keadilan/ yang berperkara; Advokat; Masyarakat umum yang tidak berperkara; Lembaga Swadaya Masyarakat; Institusi masyrakat lainya. 2) Lembaga negara lain, seperti : Dewan Perwakilan Rakyat; Badan Pemeriksa Keuangan; Kepolisian Republik Indonesia; Kejaksaan; 55

67 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Komisi Yudisial; Ombudsman, dan lain-lain. 3) Internal peradilan Pengaduan dapat disampaikan: 1) Secara tertulis: melalui sebuah formulir yang bersifat cetak atau elektronik; 2) SMS (SK MA nomor 216 tahun 2011 tentng penanganan pengaduan melalui SMS). Baik pelapor ataupun terlapor mempunyai hak yang sama, misalnya hak untuk mengetahui sejauh mana tahap pelaporan/ pengaduan sudah diproses dan bagi terlapor akan mendapatkan BAP tentang hal yang di tuduhkan terhadapnya. Pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat untuk pencegahan tindak pidana korupsi mencakup pengaduan yang bersifat eksternal peradilan dan juga internal peradilan, seperti perilaku dari aparat aparat yangberperan dalam suatu lembaga peradilan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa beberapa materi yang terkait dengan pengaduan masyarakat tersebut adalah: 6 a. Pelanggaran terhadap kode etik dan atau pedoman perilaku hakim; b. Penyalahugunaan jabatan atau wewenang; c. Pelanggaran sumpah jabatan; d. Pelanggaran terhadap peraturan disiplin PNS; e. Perbuatan tercela; f. Pelanggaran terhadap hukum acara; g. Mal administrasi; h. Dan pelayanan yang tidak memuaskan. Adapun maksud dan tujuan dari disediakannya lembaga pengaduan masyarakat terkait kinerja lembaga peradilan melalui Mahkamah Agung adalah: 7 6 SKKMA Nomor 76 tahun 2009 tentang penanganan pengaduan masyarakat di LIngkungan Peradilan. Hlm Ibid., hlm

68 Temuan dan Hasil Evaluasi 1. Menjaga citra dan wibawa lembaga peradilan; 2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan; 3. Memeperkuat mekanisme pengendalian pengendalian hakim dan pegawai pengadilan; 4. Memeperkuat mekanisme pengawasan lembaga peradilan; 5. Memperkuat fungsi pertanggungjawaban Mahkamah Agung dan pengadilan kepada masyarakat. Guna mencapai tujuan tersebut, Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi dari sistem peradilan yang ada di Indonesia telah menyediakan beberapa sarana untuk masyarakat bisa menyampaikan pengaduannya terkait peradilan, yang salah satunya dapat kita lihat melalui situs mahkamahagung.go.id/ Pada situs tersebut masyarakat dapat login ke dalam sistem yang telah disediakan, kemudian menyampaikan pengaduan yang ingin disampaikan. Selain situs tersebut, Mahkamah agung juga menyediakan media lain untuk menyampaikan pengaduan oleh masyrakat, yakni SMS pengaduan dengan format yang juga telah ditentukan. Kemudian, sebagai bentuk pertanggungjawaban Mahkamah Agung terhadap pengaduan yang diberikan oleh masyarakat, maka MA juga memberikan laporan berupa rekapitulasi data pengaduan diterima setiap tiga bulan. Dari data rekapitulasi yang tersedia dapat dilihat mengenai pengaduan jenis apa saja dan berapa jumlah pengaduan yang telah disampaikan. Dari jumlah tersebut, dapat diketahui berapa jumlah pengaduan yang ditindak lanjuti dan berapa jumlah pengaduan yang belum ditindaklanjuti. Adapun bentuk rekapitulasi yang disediakan oleh MA melalui websitenya adalah sebagai berikut : 57

69 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya Gambar 3.28 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (1) Gambar 3.29 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (2) Gambar 3.30 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (3) 58

70 Temuan dan Hasil Evaluasi Gambar 3.31 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (4) Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa: Tabel 3.4: Jumlah Pengaduan yang Masuk Ke MA pada Tahun 2014 Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Jumlah pengaduan yang masuk Jumlah pengaduan yang berhasil ditindaklanjuti Jumlah pengaduan yang belum ditindaklanjuti Persentase keberhasilan penindak lanjutan/ periode 90,6% 96,6% 92,3% 100% Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa dari keselu ruhan pengaduan yang masuk setiap periodenya, maka persentase rata-rata pengaduan yang berhasil ditindaklanjuti oleh MA adalah sekitar 90% dan 10% nya adalah pengaduan yang belum atau tidak ditindaklanjuti. Apabila mengacu pada Stranas PPK 2014 di mana strategi pencegahan korupsi yang dilakukan oleh lembaga MA adalah menindaklanjuti pengaduan masyarakat oleh unit terkait dan kemudian mempublikasikan bagaimana penanganan pengaduan masyarakat yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan data di atas MA sudah menjalankan strategi pencegahan korupsi dengan baik, atau sesuai dengan kriteria dari aksi pencegahan korupsi yang telah dicanangkan. Namun, jika ditelaah lebih dalam, yakni mengenai ukuran 59

71 Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya keberhasilan dari aksi tersebut berupa terpublikasikanya penanganan pengaduan masyarakat yang telah ditindaklanjuti, maka data di atas belumlah memenuhi kriteria keberhasilan strategi MA dalam mencegah korupsi. Untuk dapat dikatakan targetnya tercapai, maka proses publikasi yang dilakukan MA tidak cukup jika hanya sebatas mempublikasikan jumlah pengaduan yang masuk, dan yang telah ditundaklanjuti. Melainkan juga harus dilengkapi dengan data mengenai tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh MA untuk merespon pengaduan masyarakat yang memang terbukti telah dilakukan oleh beberapa pihak di pengadilan dan patut untuk dikenakan sanksi disiplin. Misalnya, mengenai berapa orang dari instansi pengadilan yang telah dijatuhi hukuman disiplin, apa jabatanya, peraturan apa yang telah dilanggar, dan bagaimana bentuk hukuman yang telah disanksikan kepadanya. Data tersebut harus dilaporkan atau dipublikasikan secara lengkap dan berkala agar masyarakat (yang menyampaikan aduan) dapat mengetahui dan mengontrol kinerja MA dalam mendisiplinkan aparaturnya yang terbukti bersalah dalam menjalankan fungsi atau jabatanya. Terkait pemublikasian penanganan pengaduan masyarakat memang sudah dilakukan oleh MA melaluis situs dan buku laporan tahunan MA sendiri, namun data yang ditampilkan dalam kedua sarana tersebut masih kurang lengkap. Melalui situsnya, MA mempublikasikan hukuman disiplin apa saja yang telah dijatuhkan terhadap beberapa pihak terlapor yang terbukti melakukan kesalahan dalam menjalankan jabatanya terhitung sejak Juli hingga Desember 2014, sedangkan data untuk bulan Januari hingga Juni tidak dapat diakses. Kemudian, di dalam buku laporan MA tahun 2014, hal tersebut hanya disampaikan dalam bentuk yang sederhana saja, seperti yang terlihat pada tabel berikut: 8 8 Buku Laporan Tahunan Mahkamah Agung Republik Indonesia, hlm

72 Temuan dan Hasil Evaluasi Tabel 3.5 :Penjatuhan Hukuman Disiplin yang Dijatuhkan MA Berdasarkan Jenis Hukuman Tahun 2014 Seharusnya dalam penyampaian laporan tahunan oleh MA terkait penjatuhan hukuman disiplin tersebut di atas dapat dilakukan dengan data yang lebih lengkap dengan memadukan data yang ada di dalam situs dan data umum yang saat ini dimuat dalam buku Laporan Tahunan MA. Hal tersebut adalah penting guna peningkatan akuntabilitas dan kualitas pelayanan pengaduan bagi masyarakat yang juga telah dicanangkan oleh MA sendiri dalam cetak biru pembaharuan peradilan tahun 2010 hingga Selain itu, di dalam laporan rekapitulasi pengaduan dan jenis sangsi disiplin yang dijatuhkan, perlu juga untuk ditambahkan informasi (laporan) mengenai apa alasan yang membuat beberapa laporan pengaduan ditindaklanjuti, namun diakhir proses penindakan, pihak terlapor tidak dijatuhkan 61

Kementerian PPNBappenas

Kementerian PPNBappenas Evaluasi Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi terkait Asset Recovery Kementerian PPNBappenas Hotel JS Luwansa, Jakarta, 21 November 2016 STRANAS PPK Salah satu upaya yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November PENEGAKAN HUKUM Selasa, 24 November 2015 09.00 17.00 PESERTA PERTEMUAN Kementerian/Lembaga 1. Sekretariat Jenderal Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan 2. Sekretariat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI KPK TENTANG TATA LAKSANA BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DALAM RANG PEMULIHAN ASET

Lebih terperinci

Jakarta, 2 Februari 2015

Jakarta, 2 Februari 2015 Jakarta, 2 Februari 2015 PENDAHULUAN Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERAN DAN DUKUNGAN KEJAKSAAN RI TERHADAP PRIORITAS RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) TAHUN ANGGARAN 2018 Disampaikan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2014 BUPATI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1269,2014 KEMENHUT. Pengaduan. Penyalahgunaan Wewenang. Korupsi. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/MENHUT-II/2014 TENTANG

Lebih terperinci

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik Oleh : Budi Santoso, SH, LL.M (Ombudsman RI Bid.Penyelesaian Laporan/Pengaduan) Jakarta, 24 Juli 2013 Rekapitulasi

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.751, 2017 KEJAKSAAN. Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Sita Eksekusi. Pelelangan atau Penjualan Langsung. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN ATAS PENYALAHGUNAAN WEWENANG, PELANGGARAN DAN TINDAK PIDANA KORUPSI LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.767, 2015 POLRI. PNBP. Pengelolaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 ten

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.637, 2016 KEMENKEU. Ditjen KN. Penilai Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PMK.06/2016 TENTANG PENILAI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci

MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KODE 006 01 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEJAKSAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERCEPATAN PENYELESAIAN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK ABSTRAK : Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

9. Para Bupati/Walikota.

9. Para Bupati/Walikota. PRESiDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN -REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2014 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya pelaksanaan pencegahan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Penerimaan Negara

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Penerimaan Negara No.249, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Pengelolaan PNBP. Perubahan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2015 KEMENLU. Pelaporan. Tindak Lanjut. Pengelolaan. Pelanggaran. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penilai Internal. Ditjen Kekayaan Negara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /PMK.06/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK

DAFTAR INFORMASI PUBLIK PPATK NO Kode Klasifikasi Ringkasan Isi Informasi Pejabat/Unit/ Satker yang menguasai Informasi Penanggungj awab pembuatan atau penerbitan informasi Waktu dan tempat pembuatan informasi Format informasi yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.233, 2015 BSN. Pengaduan Masyarakat. Penanganan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011

CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011 CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011 JAKARTA HUMAS, Menengok setahun terakhir kiprah perjalanan pembaruan, boleh dikatakan cukup banyak terobosan dalam upaya mewujudkan agenda visi dan misi badan peradilan

Lebih terperinci

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp TAMBAHAN BERITA NEGARA RI MA. Uang Pengganti. Tipikor. Pidana Tambahan. PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT DAN WHISTLEBLOWING DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011

Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011 Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SETELAH RAPAT TERBATAS BIDANG POLITIK, HUKUM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral bangsa dan merugikan seluruh lapisan masyarakat, sehingga harus dilakukan penyidikan sampai

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 REFORMASI SISTEM PENEGAKAN HUKUM DAN PELAYANAN PUBIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL Jakarta, 23 November

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana umum maupun pidana khusus, seperti kasus korupsi seringkali mengharuskan penyidik untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. No.16, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN WHISTLEBLOWER DAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.1568, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 029/A/JA/10/2014 TENTANG

Lebih terperinci

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 OUTLINE PAPARAN PENDAHULUAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN LATAR BELAKANG Permen PPN No 1

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen No.1229, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. LHKPN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah mendorong dilakukannya perbaikan kinerja. Pemerintah sebagai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5937 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. Pajak. PNBP. Jenis. Tarif. Kejaksaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 201). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI ( AD-PPK ) PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI LATAR BELAKANG Korupsi terlalu besar dihadapi sendiri (satu institusi tertentu saja) KPK tidak pernah didesain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap pelanggaran hukum yang menjadi perhatian adalah pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus pelanggaran hukum tersebut.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012

Lebih terperinci

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan Paparan Ketua Muda Pembinaan MA RI REFORMASI BIROKRASI DAN MODERNISASI PENGADILAN Rapat Kerja Nasional 2012 MA RI. Manado, 29 Oktober 2012 AGENDA I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan Hasil penilaian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia 2012 2013 2014 2015 2016 SKOR 32 PERINGKAT 118 SKOR 32 PERINGKAT 114 SKOR 34 PERINGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN 2016 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanggungjawaban Renstra kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu

Lebih terperinci

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan No.655, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Koordinasi. Aparat Penegak Hukum. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG MENTERI HUKUM DAN HAM JAKSA

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Lebih terperinci

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ------------------------------ LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia?

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia? PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia? Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran SEKNAS FITRA Bekerjasama dengan KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK KETERBUKAAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan ini menginstruksikan:

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ( BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2018 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan atas Dugaan Pelanggaran oleh ASN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.4/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018

Lebih terperinci

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1140, 2017 KEMEN-DPDTT. Road Map. 2017-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ROAD

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia oleh : BRIGJEN POL Dr. Akhmad Wiyagus Msi, M.M Dir TIPIDKOR BARESKRIM POLRI TANNAS GLOBAL BANGNAS

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI Hakim Cepi Iskandar, pada Jumat 29 Oktober 2017 lalu menjatuhkan putusan yang mengabulkan permohonan Praperadilan yang diajukan oleh Setya Novanto,

Lebih terperinci

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum 2014 Jakarta, 4 Februari Kepada Yth. 1. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia 2. Amir Syamsudin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Di Jakarta 1. Pemerintah-dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan lembaga yang menangani kasus tindak pidana korupsi di Indonesia maupun di Negara-negara lain. Pemberantasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA KOMISI III DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2015 [1] RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan http://www.djpp.depkumham.go.id Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 2005 APBN. Pajak. Pnbp. Pemeriksaan (Penjelasan

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR PRESIDEN,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3 Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset 3.10 Penelusuran Aset Harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan merupakan motivasi nafsu bagi tindak kejahatan itu sendi. Ibarat

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Nomor : Nomor : TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode Indonesia Corruption Watch 100 HARI MEMBERANTAS KORUPSI Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 19 Agustus 2014 1 0 0 H a r i M

Lebih terperinci

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS TAHUN 2016

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS TAHUN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET 1 2 3 4 5 6 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia SABER PUNGLI di lingkungan Kemendikbud Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Apa pungutan pendidikan itu boleh? MARAKNYA OTT KASUS PUNGLI DI SEKOLAHRINGKASAN BERITA

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI Rapat Koordinasi Tata Laksana Benda Sitaan dan Barang Rampasan dalam Rangka Pemulihan Aset Perkara Tindak Pidana Korupsi Sri Mulyani

Lebih terperinci