BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hidrologi dikategorikan secara khusus mempelajari kejadian air di daratan/bumi, deskripsi pengaruh sifat daratan terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan. Mempelajari hidrologi secara umum pasti tidak akan pernah lepas dari siklus hidrologi, yaitu peredaran air di bumi baik itu di atmosfer, di permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi. Selama siklus tersebut, air dapat berubah wujudnya yaitu padat, cair maupun gas tergantung dari kondisi lingkungan siklus hidrologi. Jumlah air dalam siklus hidrologi selalu tetap dan hanya berubah distribusinya saja dari waktu ke waktu akibat adanya pengaruh dari faktor tertentu (Adji dan Suyono, 2004). Air sebagai salah satu sumber kehidupan tidak dapat ditinggalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk hidup tidak pernah lepas dari air. Air sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia dalam kehidupannya. Air sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, bukan berarti tidak memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan manusia, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya serta penyebaran dari sisi waktu dan lokasi. Oleh karena itu, dengan keterbatasan sumberdaya air ini perlu pengelolaan yang cermat, agar kebutuhan air dapat terpenuhi dan terjamin dari waktu ke waktu. Permasalahannya saat ini adalah sumberdaya air relatif tetap karena proses pemulihan air memerlukan waktu yang cukup panjang, sementara manusia semakin banyak jumlahnya, sehingga kebutuhan air semakin meningkat. Hal ini menjadi sangat penting bagi ilmuwan untuk mempelajari siklus hidrologi secara umum agar manusia dapat mengambil kebijakan yang tepat supaya keberadaan sumberdaya alam ini tidak rusak. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengatur pengelolaan air ini. Negara Republik Indonesia sudah mengatur 1

2 mengenai air dalam pengelolaannya. Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 menyebutkan bahwa: Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air alami danatau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. Pernyataan ini menjadi dasar hukum bagi bangsa Indonesia mengenai daya air dan untuk dapat mempertahankan keberadaan sumberdaya alam ini perlu dilakukan upaya pelestarian agar keseimbangan alam tetap terjadi. Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten yang tergolong kering dan sulit air. Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Gunungkidul tidak bisa menikmati sumberdaya air yang ada di sana. Hal ini tidak lepas dari morfologi di Kabupaten Gunungkidul yang didominasi oleh kawasan Karst Gunung sewu, terutama yang berada di bagian selatan kabupaten ini. Sumberdaya air yang ada di Kabupaten Gunungkidul lebih banyak berada di bawah tanah sebagai sistem sungai bawah tanah. Hal inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya kesulitan air. Aksesibilitas masyarakat terhadap air bersih di Kabupaten Gunungkidul sulit mengambil air yang berada jauh di bawah tanah. Kecamatan Panggang yang berada di bagian Selatan Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi air dengan ditemukannya beberapa sumber mataair. Mataair ini dijadikan salah satu sumber air utama oleh masyarakat Kecamatan Panggang. Banyak keuntungan yang dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan ditemukannya sumber mataair ini. Bukan hanya untuk masyarakat di Kecamatan Panggang sendiri, tetapi juga kecamatan lain di sekitarnya yang mendapatkan pasokan air bersih dari sumber yang ada di Kecamatan Panggang. Secara alamiah kawasan karst merupakan akuifer terbesar ketiga setelah kawasan volkan dan pesisir. Saat ini 25% kebutuhan air penduduk dunia tergantung pada kawasan karst (Ko, 1984 dalam Adji, 2010). Air hujan yang jatuh di kawasan karst sebegian besar meresap ke dalam jaringan sungai bawah tanah. Keberadaan sungai bawah tanah pada umumnya jauh di bawah permukaan tanah dengan kedalaman vertikal mencapai meter. Jaringan sungai bawah tanah 2

3 membawa air keluar ke permukaan sebagai mataair yang muncul di sekitar garis pantai maupun di lereng perbukitan. Sayangnya pemunculan mataair tidak merata di seluruh kawasan karst, tetapi hanya terkonsentrasi di beberapa lokasi. Potensi air dapat dilihat dari kuantitas dan kualitasnya. Melihat potensi air dari kualitasnya tidak lepas dari batuan penyusun aquifernya. Batuan karst yang dominan di kawasan karst Gunungkidul adalah batuan gamping karbonat. Batuan karbonat ini mudah larut dengan air hujan yang telah tercampur oleh zat karbon yang terlarut oleh udara. Air hujan yang melarutkan batuan gamping karbonat di daerah karst kemudian masuk ke dalam akuifer karst dan mengalami proses pertukaran kation, sehingga airtanah yang terdapat di daerah karst secara kualitas mempunyai kandungan CaCO 3 yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah non-karst. Kandungan CaCO 3 yang tinggi pada air akan menyebabkan berbagai penyakit. Kalsium yang larut dalam air lama-kelamaan akan ikut mengendap dalam tubuh manusia melalui konsumsi yang terus-menerus. Akumulasi pengendapan kalsium dalam tubuh seperti di ginjal dapat berbahaya. Gagal ginjal atau batu ginjal dapat menjangkit masyarakat. Perlu adanya perlakuan khusus terlebih dahulu sebelum air ini dikonsumsi Rumusan Masalah Keberadaan mataair di Kecamatan Panggang perlu dikaji lebih mendalam secara kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan air selalu tetap pada siklus hidrologi, sementara pertumbuhan penduduk akan selalu bertambah membuat sumberdaya air dirasa kurang oleh masyarakat. Kesulitan akan air di daerah penelitan dapat sedikit terartasi dengan munculnya mataair. Tetapi dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, maka keberadaan mataair ini lambat laun akan menipis dan tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat. Sementara itu, secara kualitas, air yang berada di daerah penelitian terpengaruh oleh batuan penyusun pada aquifernya. Batuan penyusun di daerah penelitian cenderung mudah larut dan mengandung zat kapur. Oleh karena itu, kadar kalsium, kesadahan dan magnesium dalam air di daerah penelitian cukup tinggi. Persebaran mataair, dan mengenai potensi dari mataair baik secara kuantitas dan kualitas 3

4 airnya perlu diketehui lebih lanjut. Secara Pemenuhan kebutuhan akan air oleh masyarakat juga akan dapat diketahui dari adanya kajian mengenai mataair di Kecamatan Panggang. Berdasarkan beberapa hal di atas dapat disimpulkan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini, di antaranya adalah 1. Bagaimana pola persebaran keruangan mataair di Kecamatan Panggang? 2. Bagaimana potensi mataair baik secara kuantitas dan kualitas? 3. Apakah keberadaan mataair di Kecamatan Panggang dapat memenuhi kebutuhan air penduduk? 4. Jika dapat memenuhi kebutuhan air penduduk, seberapa lama keberadaan mataair tersebut dapat tetap memenuhhi kebutuhan penduduk? 5. Adakah perlakuan khusus terhadap air sadah sebelum dikonsumsi oleh warga? Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pola persebaran mataair di Kecamatan Panggang. 2. Mengkaji karakteristik mataair baik secara kuantitas dan kualitas mataair di daerah penelitian. 3. Menganalisis potensi mataair dalam memenuhi kebutuhan air penduduk Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kepada penduduk akan eksistensi atau keberadaan mataair khususnya di Kecamatan Panggang. Adanya bahasan potensi dari segi kuantitas mataair, maka dapat diperkirakan seberapa lama eksistensi atau keberadaan mataair di Kecamatan Panggang dapat bertahan memenuhi kebutuhan air penduduk yang memanfaatkan mataair tersebut terutama yang tinggal di Kecamatan Panggang. Kualitas kimia mataair yang dimanfaatkan warga sebagai informasi tambahan juga dapat dijadikan kajian lebih lanjut mengenai potensi dan proses geomorfologi yang menyertainya. Selain itu, bahasan mengenai kualitas mataair juga dapat menjadi informasi kandungan pencemar air yang ada di daerah penelitian, bagaimana cara mengatasinya dan 4

5 kajian lebih lanjut mengenai gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat mengonsumsi air secara terus menerus Tinjauan Pustaka Telaah Pustaka A. Hidrologi Karst Hidrologi secara khusus mempelajari tentang kejadian proses siklus air di bumi, deskripsi pengaruh batuan terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan. Sementara di sisi lain, karst adalah kawasan dengan ciri topografi eksokarst (kerucut, doline, uvala, dan polje) dan perkembangan sistem drainase bawah permukaan yang lebih dominan dengan sistem aliran permukaannya (Adji dkk., 1999). Sistem drainase bawah permukaan ini terbentuk karena material batuan di daerah karst yang didominasi oleh batuan yang mudah larut oleh air hujan, sehingga banyak rongga-rongga yang terbentuk dan membentuk sistem pergoaan. Airtanah karst mengisi akuifer dengan media bukan porus, tetapi media rekahan. Selanjutnya, karena terus berkembangnya proses pelarutan batuan, muka airtanah, mataair dan jalur sungai bawah tanah di akuifer karst juga dapat berubah-ubah menurut waktu. Ilustrasi hidrologi di kawasan karst dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Sistem Hidrologi di Kawasan Karst Sumber : 5

6 Ada dua hal yang terpenting dalam akuifer karst, yaitu sistem conduit dan sistem diffuse yang tidak terdapat di akuifer lain (White, 1988). Sistem aliran ini sangat berpengaruh terhadap sirkulasi airtanah karst. Ada sistem yang memilki aliran saluran, ada pula yang tidak memiliki saluran, tetapi yang berkembang adalah sistem difusi. Gillison (1996) menambahkan bahwa selain kedua sistem tersebut, ada pula sistem drainase karst yang disebut sebagai sistem rekahan atau fissure. Gambar sistem conduit, diffuse dan fissure dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2. Perbandingan sistem difusi, conduit dan fissure (dari kiri ke kanan) Sumber : Adji dan Haryono (2004), dan B. Mataair Mataair (spring) adalah pemusatan pengeluaran airtanah yang muncul di permukaan air tanah sebagai arus dari aliran air (Todd, 1980). Mataair berbeda dengan rembesan (seepage). Rembesan adalah mataair yang keluar secara perlahan-lahan dan menyebar pada permukaan tanah. Mataair sebagai salah satu sumberdaya air non-perpipaan yang terlindungi, keberadaannya tidak selalu berada di kawasan lindung atau kawasan hutan. Hal ini karena telah ditemukan sejumlah mataair di lahan penduduk, sempadan sungai, bantaran sungai, danau, bahkan di pantai. Menurunnya jumlah mata air maupun debit volume air di berbagai mataair merupakan indikator adanya ancaman terhadap kelestarian keberadaan mataair tersebut, juga adanya gangguan terhadap siklus hidrologi dan tatanan ekosistem setempat. Hal ini diakibatkan antara lain oleh adanya kebijakan pengelolaan ekosistem perairan darat yang kurang tepat selama ini. 6

7 Mataair dapat diklasifikasikan menurut berbagai hal, dua diantaranya adalah klasifikasi berdasarkan debitnya dan klasifikasi berdasarkan pengalirannya. Debit air menurut Marbun (1982) adalah jumlah (volume) air yang mengalir dalam satu kesatuan waktu, pada titik tertentu di sungai, terusan, saluran air dan mataair, dinyatakan dalam satuan volume per detik (m 3 /detik). Menurut Meinzer (1923, dalam Todd, 1980) mataair dapat diklasifikasikan menurut debitnya. Pengklasifikasian mataair menurut debitnya dapat dilihat dalam Tabel 1.1. menjadi : Tabel 1.1. Kelas Debit Mataair Tolman (1937) membedakan mataair berdasarkan sifat pengalirannya 1. Mataair tahunan (perennial spring), yaitu mataair yang tetap mengalir sepanjang tahun dan tidak terpengaruh oleh curah hujan. 2. Mataair musiman (intermitten spring), yaitu mataair yang sifat pengalirannya sangat dipengaruhi oleh musim, terutama musim hujan. 3. Mataair periodik (periodic spring), yaitu mataair yang sifat pengalirannya tergantung periode tertentu, karena dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara, pasang surut air laut, dan pendidihan oleh tubuh batuan panas. Kelas Debit (liter/detik) I > II III IV V 1-10 VI VII VIII <0.001 Sumber : Meinzer 1923 dalam Todd, 1980 Khusus untuk mataair karst, ada klasifikasi tersendiri yaitu mataair episode (episodically flowing springs), dimana mataair tersebut mengalir pada 7

8 saat-saat tertentu saja dan tidak terpengaruh oleh musim atau hujan (Adji dan Haryono, 2004). Menurut Bryan dalam Todd (1980), ditinjau dari cara terjadinya, ada dua tenaga yang menyebabkan terjadinya pemunculan airtanah ke permukaan atau mataair, yaitu tenaga gravitasi dan non-gravitasi. Mataair yang terjadi karena tenaga non-gravitasi antara lain mataair volkanik (volcanic springs) dan mataair celah (fissure springs), yang biasanya merupakan mataair panas. Ilustrasi mataair gravitasi dapat dilihat pada Gambar 1.3. Mataair dengan tenaga gravitasi dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu : 1. Mataair cekungan (depression springs) yaitu mataair yang disebabkan oleh terpotongnya muka air tanah akibat perubahan lereng yang tajam. 2. Mataair kontak (contact springs) yaitu mataair yang muncul pada daerah kontak antara batuan lulus air dan kedap air. 3. Mataair artesis (artesian springs) yaitu mataair yang airnya berasal dari airtanah tertekan. 4. Mataair batuan kedap (impervious rock springs) yaitu mataair yang terjadi pada saluran atau retakan di batuan kedap. 5. Mataair retakan atau pipa (tubular or fracture springs) yaitu mataair yang terjadi dari pipa lava, pelarutan atau retakan batuan yang berhubungan dengan airtanah. 8

9 Lanjutan Gambar 1.3. Gambar 1.3. Ilustrasi tipe-tipe mataair gravitasi. (1) mataair cekungan, (2) mataair kontak, (3) mataair artesis, (4) mataair rekahan (Todd, 1980) Adji dan Haryono (2004) menerangkan mengenai kemunculan mataair di daerah karst memiliki cirikhas kusus terutama dalam pengklasifikasian mataair atas dasar asal airtanah karst, klasifikasi tersebut sebagai berikut. 1. Emergence springs : mataair karst yang mempunyai debit besar tetapi tidak cukup bukti mengenai daerah tangkapannya. 2. Resurgence springs : mataair karst yang berasal dari sungai yang masuk kedalam tanah dan muncul lagi di permukaan. 3. Exsurgence springs : mataair karst dengan debit kecil dan lebih berupa rembesan-rembesan. Adji dan Haryono (2004) menyebutkan bahwa salah satu karakter unik dari mataair karst adalah mataair karst biasanya memiliki debit air yang besar. Secara teoritis, air yang tersimpan pada retakan dapat dikatakan sudah jenuh, sementara air yang mengalir pada lorong conduit masih belum jenuh. Akibatnya, komposisi kimia airtanah yang diamati pada mataair karst dapat berfluktuasi tergantung dari variasi debitnya, variasi kejadian hujan, dan mungkin juga terhadap aktivitas lain di daerah tangkapan hujannya (catchment area). 9

10 C. Kualitas Air Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air (Effendi, 2003). Karakteristik kualitas air permukaan dan airtanah terkadang sangat berbeda. Saat infiltrasi ke dalam tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat di dalam tanah dan melarutkannya, sehingga kualitas airnya mengalami perubahan karena terjadi reaksi kimia. Berikut ini merupakan Tabel 1.2. yang menampilkan kandungan unsusr utama (mayor) pada beberapa air tanah Tabel 1.2. Kandungan Ion Utama Pada Beberapa Jenis Airtanah Jenis Air Tanah Parameter (Mg/L) Magmatic Sandsto Carbonate Gypsum Rock Salt Rock ne Rock 1. Na Hingga K + 0, ,2-5 Hingga Hingga Ca Hingga 100 Hingga Mg Hingga 70 Hingga Fe + Hingga 3 0,1-5 Hingga 0,1 Hingga 0,1 Hingga 2 6. Cl Hingga NO 3 0,5-5 0, Hingga HCO Hingga SO Hingga 100 Hingga SiO 3 Hingga Hingga 30 Sumber : Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003 D. Bakumutu Air Baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengawasan Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan unsur pencemar yang masih dapat ditoleransi keberadaannya di dalam air. Tabel 1.3. merupakan daftar kriteria kualitas air kelas 1 dalam PP Nomor 82 tahun Pembagian kelas air sebagai berikut. 1. Kelas 1, air yang dapat diperuntukan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 10

11 2. Kelas 2, air yang dapat diperuntukan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 3. Kelas 3, air yang dapat diperuntukan untuk untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 4. Kelas 4, air yang dapat diperuntukan untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. Tabel 1.3. Daftar Kriteria Kualitas Air Kelas I No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan A Fisika 1 Temperatur C Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya setempat. 2 Residu Terlarut Mg/liter Residu Tersuspensi Mg/liter 50 Bagi pengelolaan air minum secara konvensional, residu tersuspensi <5000 mg/l B Kimia Kimia anorganik 1 Ph 6-9 Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah 2 BOD Mg/liter 2 3 COD Mg/liter 10 DO Mg/liter 6 Angka batas 4 minimum 5 Total Fosfat sbg P Mg/liter 0,2 6 NO 3 seabagai N Mg/liter 10 7 NH3-N Mg/liter 0,5 Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan 11

12 Lanjutan Tabel 1.3. yang peka 0,02 Mg/liter sebagai NH3 8 Arsen Mg/liter 0,05 9 Kobalt Mg/liter 0,2 10 Barium Mg/liter 1 11 Boron Mg/liter 1 12 Selenium Mg/liter 0,01 13 Kadmium Mg/liter 0,01 14 Khrom (IV) Mg/liter 0,05 15 Tembaga Mg/liter 0,02 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu 1 mg/liter 16 Besi Mg/liter 0,3 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe 5 Mg/liter 17 Timbal Mg/liter 0,03 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb 0,1 Mg/liter 18 Mangan Mg/liter 0,1 19 Air Raksa Mg/liter 0, Seng Mg/liter 0,05 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn 5 Mg/liter 21 Khlorida Mg/liter Sianida Mg/liter 0,02 23 Fluorida Mg/liter 0,5 24 Nitrit sebagai N Mg/liter 0,06 Bagi pengolah air minum secara konvensional, NO2_N 1 Mg/liter 25 Sulfat Mg/liter Khlorin bebas Mg/liter 0,03 Bagi ABAM tidak dipersyaratkan 27 Belereng sebagai H2S Mg/liter 0,002 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S < 0,1 Mg/liter C Mikrobiologi 1 Fecal Coliform Jml/100 ml 100 Bagi pengolahan air 2 Total Coliform Jml/100 ml 1000 minum secara konvensional, fecal 12

13 Lanjutan Tabel 1.3. Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 coliform 2000 Jml/100 ml dan total coliform Jml/100 ml Selain itu, Sawyer dan McCartey, (1932, dalam Todd dan Mays,1995) juga memberikan klasifikasi kualitas air berdasarkan kandungan CaCO 3. Tabel 1.4. adalah persyaratan kualitas airnya. Tabel 1.4. Klasifikasi Air Berdasarkan Kandungan CaCO 3 E. Pertumbuhan Penduduk Setiap manusia ingin memiliki keturunan. Keturunan itu didapatkan dari sebuah peristiwa perkawinan. Keturunan yang lahir dari perkawinan ini akan menambah jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang terus bertambah di suatu populasi penduduk ini dinamakan pertumbuhan penduduk. Semakin banyak pertumbuhan penduduk ini tentunya berimbas pada pembangunan, karena setiap orang tentunya ingin memiliki kehidupan yang layak dan memiliki rumah sendiri. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan telah meningkatkan kebutuhan terhadap air. Di lain pihak, ketersediaan air semakin terbatas, bahkan di beberapa tempat dikategorikan berada dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan, dan perubahan fungsi daerah tangkapan air. Kandungan CaCO₃ Kelas air 0-75 mg/l Baik mg/l Sedang mg/l Buruk >300 mg/l Sangak buruk Sumber : Todd dan Mays, 1995 Pemanfaatan air secara berlebihan juga dapat memperburuk keadaan air. Secara tidak langsung, kuantuantias air yang terdapat baik di permukaan maupun air tanah akan terus berkurang. Sebagai contoh penurunan muka air tanah. Hal ini dapat diamati dari muka air di dalam sumur. Hampir setiap 13

14 tahun harus memperdalam sumur, karena air di dalam sumur mengalami penurunan akibat adanya pembangunan yang kemudian bangunan menggunakan air secara berlebihan. F. Kebutuhan air Penduduk Ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan penduduk dapat diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu air hujan, air permukaan dan airtanah. Seluruh sumber air yang ada di bumi 97% merupakan air laut, 3% merupakan air tawar yang berada di daratan. Air yang ada di daratan 25% merupakan air tanah dan sisanya adalah air permukaan, sehingga air tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya (Bouwer,1978). Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999). Kebutuhan air penduduk dapat dilihat dari penggunaan air penduduk. Banyak pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air yang tidak tetap banyak keperluan air bagi setiap orang atau setiap rumah tangga masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak daripada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga seperti ingin rumah selalu bersih dengan mengepel dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya akan semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak daripada di musim hujan. Penggunaan air yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk akan membuat penyediaan air semakin berat. Pada abad 21 air akan menjadi maslaha besar dunia karena krisis air akan meningkat. Diperkirakan dua per tiga penduduk dunia akan kekurangan air pada tahun Saat ini di Indonsesia sudah defisit air sejak Diproyeksikan 2020, potensi air yang ada hanya 35% yang layak dikelola, yaitu 400 m 3 per kapita per tahun. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya penyediaan air secara besar-besaran (Santi, 2010). 14

15 Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai potensi mataair sudah dilakukan oleh beberapa ahli, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Hanya saja, untuk penelitian potensi mataair untuk kawasan karst yang terkenal dengan daerah yang kering masih belum banyak yang meneliti. Sebenarnya penelitian seperti ini sangat bermanfaat sebagai informasi kepada warga setempat agar lebih mudah dalam akses akan air bersih. Penelitian mengenai mataair lebih sering dilakukan di daerah lereng gunungapi. Berikut ini adalah beberapa penelitian di dalam negeri yang mengkaji tentang potensi mataair. Purnama (1990) melakukan penelitian mengenai hidrologi mataair di Pegunungan Baturagung, Yogyakarta. Penelitian ini mngkaji tentang karakteristik hidrologi mataair yang mencakup agihan, debit dan kualitas airnya. Metode yang digunakan adalah sensus mataair, dengan analisis deskriptif, komparatif dan statistik. Hasilnya, tidak setiap litologi memiliki unsur kimia yang berbeda dan air dari mataair di daerah penelitian memenuhi syarat untuk air minum. Nugroho (2004) mengkaji kuantitas dan kualitas mataair di Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Kajiannya bertujuan untuk mengetahui karakteristik mataair dan faktor yang mempengaruhi kualitas mataair, serta mengevaluasi kualitas mataairnya. metode yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan analisis deskriptif dan komparatif. Hasilnya, kualitas air mataair tidak melebihi baku mutu air minum dan ada hubungan positif dari konsentrasi ion Ca 2+ dan CaCO 3 terhadap tingkat pelarutan batuan. Handayani (2010) melakukan penelitian mengenai kuantitas dan kualitas mataair untuk kebutuhan domestik di Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik mataair dan mengestimasi kebutuhan air domestik penduduk di daerah penelitian. Sensus mataair dan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel mataairnya. Penentuan responden dilakukan dengan metode systematic random sampling, serta metode deskriptif komparatif untuk membandingkan dengan bakumutu air. 15

16 Berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, pada penelitian ini dikembangkan mengenai analisis mengenai proyeksi ketersediaan air bagi masyarakat Kecamatan Panggang. Seberapa lama, mataair dapat memenuhi kebutuhan air berdasarkan penggunaan airnya. Hasilnya berupa grafik pemenuhan kebutuhan air masyarakat dair mataair. Berikut ini adalah Tabel 1.5. merupakan rangkuman dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya Kerangka Pemikiran Siklus hidrologi mempelajari perputaran air baik di permukaan Bumi ataupun di bawah permukaan atau dalam tanah. Prosesnya dimulai dari turunnya hujan yang kemudian jatuh ke permukaan tanah dan ada yang masuk ke dalam tanah. Kemudian air bergerak secara horizontal sampai bertemu pada permukaan laut. Air yang sudah bersatu di laut ini kemudian mengalami penguapan oleh tenaga matahari dan mengalami kondensasi kemudian terjadilah hujan. Air yang bergerak secara horizontal di atas permukaan tanah disebut air permukaan. Sementara air yang sudah berada pada kondisi jenuh di dalam permukaan tanah dan bergerak horizontal di bawah permukaan tanah disebut airtanah. Air permukaan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia secara langsung yaitu berupa sungai, telaga ataupun air hujan. Manusia memanfaatkan airtanah dengan membuat sumur atau membuat saluran ke rumah-rumah dari mataair yang muncul ke permukaan melalui celah atau retakan. 16

17 Tabel 1.5. Rangkuman Penelitian Sebelumnya No Peneliti, Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 1 Setyawan Purnama, 1990 Hidrologi Mataair di Pegunungan Baturagung, Daerah Istimewa Yogyakarta Mengetahui karakteristik hidrologi mataair yang mencakup agihan, debit dan kualitas airnya Menyeluruh, analisis deskriptif, komparatif dan statistik Tidak setiap litologi memiliki unsur kimia yang berbeda, mataair di daerah penelitian memenuhi syarat untuk air minum 2 Ovi Anton Nugroho, 2004 Studi Kualitas dan Kualitas Air pada Mataair di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul Mengetahui karakteristik mataair, faktor yang berpengaruh terhadap kualitas mataair dan evaluasi kualitas mataair Metode purposive sampling dan analisis deskriptif dan komparatif Kualitas air dari mataair tidak melampaui bakumutu air minum dan terdapat hubungan positif dari konsentrasi ion Ca 2+ dan CaCO 3 terhadap tungkat pelarutan batuan 17

18 Lanjutan Tabel 1.5. No Peneliti, Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 3 Malichah Kurnia Pratiwi, 2009 Studi Karakteristik Mataair di Sebagian Kecamatan Pleret dan Dlingo, Kabupaten mengetahui karakteristik mataair, faktor yang mempengaruhi dan kelayakan untuk air Sensus menyeluruh dengan metode purposive sampling, analisis deskriptif Pola agihan, debit, kualitas mataair tipe dan kelayakan mataair untuk air minum Bantul minum dan komparatif 4 Septi Handayani, 2010 Studi Kuantitas dan Kualitas Mataair untuk Kebutuhan Domsetik di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul Mengetahui karakteristik mataair dan mengestimasi kebutuhan air penduduk di daerah penelitian Sensus menyeluruh untuk inventarisasi, purposive sampling untuk kualitas mataair dan systematic random sampling dalam wawancara penduduk. Deskriptif komparatif untuk perbandingan dengan bakumutu air Mayoritas mataair bersifat perennial. Kebutuhan air penduduk tidak dapat dipenuhi jika hanya menggunakan mataair. Secara kualitasm terdapat 6 mataair yang memiliki kandungan Fe yang melebihi bakumutu. 18

19 Lanjutan Tabel 1.5. No Peneliti, Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 5 Sudarmadji, 2012 Pengelolaan Sumberdaya Air Berbasisi Kearifan Lokal Masyarakat Perdesaan di Daerah Fisiografi Gunungapi dan Daerah Fisisografi Karst Menginventarisasi sumberdaya air di daerah penelitian, mengkaji pengaruh kondisi lingkungan dalam melakukan pengelolaan air berbasis masyarakat dan mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan iklim Sensus menyeluruh untuk inventarisasi, purposive sampling untuk kualitas mataair dan indepth interview untuk pengelolaan sumberdaya air dan pendapat mengenai perubahan iklim Persebaran mataair, tabel haisl uji laboratorium kualitas air mataair, pengelolaan mataair yang masih tradisional dilakukan oleh masyarakat. 19

20 Lanjutan Tabel 1.5. No Peneliti, Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 6 Adhityo Haryadi, Kajian Potensi Mataair Di Menginventarisasi Sensus menyeluruh Pola agihan mataair 2013 Kawasan Karst (Studi mataair, mengetahui untuk inventarisasi, tidak merata, hasil uji Kasus : Kecamatan karakteristik mataair baik purposive sampling laboratorium unsur- Panggang) secara kuantitas maupun untuk penentuan unsur yang berasal dari kualitas dan proyeksi responden, batuan karbonat tinggi pemenuhan kebutuhan air wawancara untuk dan proyeksi penduduk oleh air kebutuhan air dan pemenuhan kebutuhan mataair proyeksi. air penduduk oleh mataair masih dapat mencukupi sampai

21 Air yang keluar dari mataair ini memiliki potensi. Para ahli melihat potensi mataair ini dari sisi kuantitas dan kualitasnya. Secara kuantitas mataair dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat. Secara kuantitas mataair juga dapat dilihat apakah air mataair tersebut sudah memenuhi standar atau baku mutu yang berlaku untuk air bersih atau standar untuk dikonsumsi. Kuantitas mataair dalam penelitian menunjukkan besarnya debit air yang keluar dari mataair. Secara lebih lanjut, debit mataair akan menunjukan volume air yang keluar dari dalam tanah dan kemudian akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air. Debit mataair yang terus keluar juga akan terus dipergunakan oleh manusia. Hal ini menjadi patokan untuk dapat dilakukan analisis kemampuan mataair dalam memenuhi kebutuhan penduduk akan air. Kuantitas air dari mataair dipengaruhi oleh besarnya daerah tangkapan dan curah hujan yang jatuh di dalam suatu sistem DAS. Pada kawasan karst konsep DAS aliran permukaan sulit dikenali karena lebih berkembangnya bawah permukaan. Kenyataan yang ada adalah banyaknya lorong-lorong hasil proses solusional dan sangat sedikitnya aliran permukaan.. Curah hujan di kawasan karst akan mempengaruhi debit mataair pada musim hujan. pada musim hujan air yang keluar akan banyak, pada musim kemarau air akan keluar sedikit. Tapi respon air terhadap hujan tidak terjadi secara cepat. Air karst akan mengeluarkannya secara sedikit demi sedikit. Proyeksi pemenuhan kebutuhan air bersih dapat ditentukan dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk. Data debitnya digunakan untuk melihat kuantitas dengan mengasumsikan bahwa kuantitas air akan konstan. Data kuantitas air ini diproyeksikan terhadap penggunaan air bersih sampai dengan dua puluh tahun mendatang atau tergantung dari proyeksi yang dikehendaki, dengan membandingkan dengan kuantitas air dari mataair. Sementara itu kualitas mataair dipengaruhi oleh faktor geologi (berkaitan dengan batuan), dan waktu (berkaitan dengan lama kontak dengan batuan). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian kualitas air untuk dapat mengetahui apakah air 21

22 pada mataair tersebut layak dimanfaatkan untuk air bersih atau tidak. Melakukan uji laboratorium adalah teknis dalam mengetahui kualitas air mataair. Diagram alir kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.4. Siklus Hidrologi Airtanah Air Permukaan Batuan & waktu kontak Mataair Hujan dan recharge area Kualitas Kuantitas Potensi Mataair Proyeksi Pemenuhuan Kebutuhan Air Kebutuhan Air Penduduk Gambar 1.4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Batasan Operasional a. Airtanah, adalah air hujan atau air dari badan air permukaan, seperti danau atau sungai, yang menyerap ke dalam tanah dan batuan dasar, dan disimpan di bawah tanah di ruang-ruang kecil antara batuan dan partikel tanah. b. Baku mutu air, adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. (PP No. 82 Th 2001) c. Hidrologi, adalah cabang dari ilmu geografi fisik yang mempelajari air, kejadian, sirkulasi dan distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan mahkluk hidup. 22

23 d. Mataair, adalah air tanah yang keluar dan memancar dengan sendirinya ke permukaan tanah akibat dari adanya rekahan atau tekuk lereng. e. Karst, adalah adalah medan dengan kondisi hidrologi dan bentuklahan yang khusus, yang merupakan hasil kombinasi dari batuan yang mudah larut dan porositas sekunder yang berkembang dengan baik (Ford and Williams, 2007). f. Kebutuhan air, adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh warga yang dihitung dari penggunaan air oleh seseorang dalam waktu tertentu. g. Potensi air, adalah kemampuan air dalam memenuhi kebutuhan air penduduk baik secara kalitas maupun kuantitas Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas beberapa hipotesis yang dapat dibuat secara umum adalah : 1. Secara kualitas, kandungan CaCO 3 yang terlarut dalam air cukup tinggi. Kandungan CaCO 3 ini berasal dari batuan karbonat yang terlarut. 2. Secara kuantitas, keberadaan mataair masih dapat memenuhi kebutuhan air penduduk. 3. Kuantitas mataair yang stabil dengan asumsi debit tetap, mataair masih dapat memenuhi kebutuhan air penduduk hingga 20 tahun mendatang dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk. 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki berbagai macam bentuk, baik berupa bentuk padat/es, cairan dan juga gas/uap air. Air sangat berguna bagi kelangsungan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG. Adhityo Haryadi Sudarmadji

KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG. Adhityo Haryadi Sudarmadji KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG Adhityo Haryadi adhityohar@yahoo.com Sudarmadji sudarmadji@ugm.ac.id ABSTRACT Springs in karst region have different quantity

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa adanya air, manusia tidak dapat bertahan hidup karena air digunakan setiap harinya untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi merupakan cabang ilmu kebumian yang mempelajari seluruh aspek kehidupan baik pada lingkungan biotik, abiotik, maupun hasil proses kehidupan berupa budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak ada yang bisa menyangkal, bahwa air merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM Serial Powerpoint Presentasi: KOMPONEN- KOMPONEN ALIRAN KARST Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM SISTEM HIDROLOGI KARST A. Pendahuluan Karst Gunung Sewu dikenal sebagai kawasan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Lampiran 1. Baku Mutu Kualitas Air Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Tabel 4. Standar Baku Mutu Kualitas Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM) Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM) AIR DI DAERAH KARST Ilmu yang mempelajari air di bumi adalah HIDROLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN KELAS AIR PADA SUNGAI DI WILAYAH KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 1621

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. Kelompok Studi Karst, Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010

EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 Anastasia Erista Purnama Wardani eristapw@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Romza Fauzan Agniy, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR PEGUNUNGAN udara bersih, bebas polusi air hujan mengandung CO 2, O 2, N 2, debu & partikel dr atmosfer AIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Intisari... Abstact... i ii ii iv x xi xvi xviii xix BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kab. Gunungkidul terdiri atas 3 (tiga) satuan fisiografis atau ekosistem bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi pembagian satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA o C Temperatur mg/l Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l

Lebih terperinci

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi. Sekitar 396.000 kilometer kubik air masuk ke udara setiap tahun. Bagian yang terbesar sekitar 333.000 kilometer kubik naik dari samudera. Tetapi sebanyak 62.000 kilometer kubik ditarik dari darat, menguap

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :... Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT I. INFORMASI UMUM A. Pemohon 1. Nama Pemohon :... 2. Jabatan :... 3. Alamat :...

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM Oleh IRMA PUDRI4RII R. F 26.1489 1993 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM lpdstltut PERTANIAN BOGOR B O G Q R Irma Andriani R. F 26.1489. studi Kualitas Air Sungai Cisadane Sebagai Bahan Baku Pasokan Air untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dari sisi geografi dan letaknya merupakan daerah pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa potensi ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2, dan memiliki panjang

Lebih terperinci

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI)

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI) POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI) Muh Bambang Prayitno dan Sabaruddin Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi. Menurut Triatmodjo (2008) Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya

Lebih terperinci

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan klasifikasi Mendel (1980) sistem hidrogeologi daerah penelitian adalah sistem akifer volkanik. Pada sistem akifer volkanik ini batuan segar yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf DalamPengelolaanAirtanahdi DaerahKarst TJAHYO NUGROHO ADJI & AHMAD CAHYADI Kelompok Studi Karst Kelompok Studi Karst Fak. Geografi UGM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air

BAB I PENDAHULUAN. air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 2004, air adalah semua wujud air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR Chabibul Mifta bibul.mifta@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Discharge measurements and analyzing

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sumberdaya

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK Hadi Iswanto 1) dan Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 (Studi Perbandingan Dengan Hasil Penelitian Tahun 1991) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

HIDROGEOLOGI MATA AIR

HIDROGEOLOGI MATA AIR HIDROGEOLOGI MATA AIR DR. Ir. Heru Hendrayana Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering Gadjah Mada University heruha@ugm.ac.id PENGERTIAN MATA AIR Airtanah adalah air yang terdapat di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.

Lebih terperinci