PEMETAAN TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI WILAYAH SURABAYA BARAT BERBASIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI WILAYAH SURABAYA BARAT BERBASIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)"

Transkripsi

1 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMETAAN TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI WILAYAH SURABAYA BARAT BERBASIS APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) MUHAMMAD ALI AKBAR ARIBIYANTO PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA JULI 2016

2 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMETAAN TINGKAT KESADAHAN... M. ALI AKBAR ARIBIYANTO

3 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMETAAN TINGKAT KESADAHAN... M. ALI AKBAR ARIBIYANTO

4 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEDOMAN PENGGUNAAN Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan atau harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah dan kelaziman mensitir atau menyalin pendapat penulis lainnya. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga. iv

5 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PRAKATA Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemetaan Tingkat Kesadahan Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Skripsi ini terdiri atas beberapa bab, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka, metode skripsi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komperehensif untuk membahas persebaran tingkat sadah air sumur warga di wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) Bidang Ilmu dan Teknologi Lingkungan, sehingga disusun sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi S1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan tujuan dan manfaatnya Surabaya, Juli 2016 Penyusun Muhammad Ali Akbar Aribiyanto v

6 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan naskah skripsi ini dengan baik. Naskah skripsi ini tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dra. Thin Soedarti, CESA, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan dan saran dalam pelaksanaan penelitian ini. 2. Drs. Trisnadi Widyaleksono C. P., M.Si. selaku dosen pembimbing II serta Dosen Wali yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan dan saran dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA. selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan dan memimpin sidang skripsi hingga selesai 4. Nita Citrasari, S. Si., M. T, selaku koordinator Mata Kuliah Proposal Skripsi dan Skripsi yang senantiasa mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. 5. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Perak, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Badan Pembangunan dan Pengembangan Kota Surabaya, dan Dinas Pertanian Kota Surabaya yang banyak membantu dalam proses pendataan penelitian. 6. Masyarakat Wilayah Surabaya Barat yang telah bekerjasama dengan baik selama proses pendataan penelitian. 7. Seluruh karyawan dan laboran Departemen Biologi yang senantiasa memberikan bantuan selama proses penelitian. 8. Mardiyanto dan Yun Rita Sari Abidin selaku orang tua penyusun yang selalu membantu dalam doa, motivasi, biaya, dan tenaga selama perjalanan pendidikan penyusun. 9. Attar Hikmahtiar dan Reza Hikmahtiar yang telah membantu dalam proses pengambilan air sampel penelitian. 10. Dewi Meidira Chairunnisa yang telah banyak membantu dalam proses pemetaan. 11. Ella Yuliana Sinesh, Yohana Desy R., Januar Jody F. dan Larasati Vanessa A., yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian beserta seluruh keluarga besar Ilmu dan Teknologi Lingkungan angkatan 2012 (ENV12O) yang selalu mendukung dan berdiskusi. vi

7 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Aribiyanto, M. A. A. 2016, Pemetaan Tingkat Kesadahan Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Skripsi ini di bawah bimbingan Dra. Thin Soedarti, CESA. Dan Drs. Trisnadi Widyaleksono Catur Putranto, M.Si., Program Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi tingkat sadah tertinggi dan terendah air sumur, nilai tingkat sadah air sumur, korelasi antara lima parameter yang diujikan dengan tingkat sadah, sebaran tingkat sadah air sumur dan pemetaan sebaran tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat berbasis Sistem Informasi Geografis memudahkan dalam pemantauan. Parameter yang diuji yaitu daya hantar listrik (DHL), total dissolved solid (TDS), salinitas, ph yang analisisnya dilakukan di lokasi titik sampling serta kesadahan total dilakukan analisis dengan metode titrasi kompleksometri yang dilakukan di laboratorium Lingkungan Universitas Airlangga. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa tingkat sadah tertinggi terletak di Kelurahan Kalianak dan terendah di Kelurahan Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Manukan Wetan dan Manukan Kulon. Tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat dari tidak sadah sampai sangat sadah (2 12). Air sumur yang tergolong tidak sadah di Surabaya Barat sebanyak 17 titik, sadah ringan sebanyak 20 titik, sadah menengah sebanyak 4 titik dan sadah sangat tinggi sebanyak 1 titik. Berdasarkan hasil statistik setiap parameter memiliki korelasi positif terhadap tingkat sadah yang artinya setiap parameter memiliki hubungan yang linier terhadap tingkat sadah. Pemetaan tingkat sadah air dengan berbasis sistem informasi geografis di sumur wilayah Surabaya Barat memudahkan dalam pemantauan bagi masyarakat Surabaya Barat Kata Kunci Barat : Pemetaan, tingkat sadah, air sumur, SIG, wilayah Surabaya vii

8 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Aribiyanto, M. A. A., 2016, Well Water Hardness Level Mapping in Territory West Surabaya Based on Aplications of Geographic Information System (GIS). This script under the guidance of Dra. Thin Soedarti, CESA. and Drs. Trisnadi Widyaleksono Catur Putranto M.Si., Department of Environmental Science and Technology Unniversity of Airlangga. ABSTRACT This research aimed to determine the level highest and lowest which well water hardness, score hardness well water,correlation of five parameters this research with level hardness, distribution level hardness well water and benefit of mapping level hardness water for people in Region West Surabaya with Aplication Geographic Informatic System. The parameters were tested that electrical conductivity(ec), total dissolved solids(tds),salinity,ph analyzes on located sampling points and total hardness water analysis complexometric titration method in laboratorium of environment, Faculty Science and Technology, Airlangga University. Results this research were highest level hardness water on village Kalianak and the lowest hardness on village Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Manukan Wetan, Manukan Kulon. Level hardness well water in region of West Surabaya have a level from no hardness until very hardness. Water well were classified no hardness in region West Surabaya as many 17 points, soft hardness many as 20 points, medium hardness many as 4 points and very high hardness 1 points. Based on results research each of parameter have correlation positif with hardness level thats mean each of parameter have correlation linear with hardness level. Mapping hardness well water level with Geographic Information System in region West Surabaya make easier to monitoring level hardness well water for people in region West Surabaya. Keywords : Mapping, Level hardness, well water, GIS and West Surabaya Area viii

9 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN... iv PRAKATA... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Surabaya Barat Kebutuhan Air Air Tanah Air Sadah Penyebab kesadahan air tanah Dampak air sadah Parameter Kesadahan air tanah Kesadahan total Daya hantar listrik (DHL) Total dissolved solid (TDS) Salinitas Potensial hidrogen (ph) Sistem Informasi Geografis BAB III METODE PEMETAAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Alat Bahan Cara Kerja Ide penelitian Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengambilan data Analisis tingkat kesadahan air tanah ix

10 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pengolahan data Pembuatan peta Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Nilai DHL, salinitas, TDS, ph dan kesadahan total air sumur penduduk di wilayah Surabaya Barat Nilai DHL air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai TDS air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat Tingkat Kesadahan air sumur menggunakan parameter daya hantar listrik, ph, kesadahan total, TDS dan salinitas Korelasi antara parameter DHL, TDS, salinitas, ph dan kesadahan total dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Korelasi antara parameter DHL dengan tingkat sadah pada air sumur warga Korelasi antara parameter TDS dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Korelasi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Korelasi antara parameter ph dengan tingkat sadah Korelasi parameter kesadahan total dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Peta Pesebaran Tingkat Sadah Air Sumur di Surabaya Barat BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Kota Surabaya... 8 Gambar 3.1 Plotting titik pengambilan sampel air sadah wilayah Surabaya Barat Gambar 3.2 Skema cara kerja pemetaan Gambar 3.3 Google Earth Kota Surabaya Gambar 3.4 Plotting lokasi pengambilan data primer Gambar 3.5 Pemberian nama lokasi plotting Gambar 3.6 Hasil plotting Kota Surabaya dengan aplikasi Google Earth Gambar 3.7 Proses penyimpanan data hasil plotting Gambar 3.8 Pemberian nama file hasil plotting Gambar 3.9 Tampilan awal Global Mapper Gambar 3.10 Proses pemilihan data yang dikonversi Gambar 3.11 Proses export vector format Gambar 3.12 Pemilihan format pada proses export vector format Gambar 3.13 Proses penyimpanan data hasil dari export data Gambar 3.14 Tampilan titik plotting tempat sampling pada software ArcGIS Gambar 3.15 Tampilan hasil dari memasukkan peta dasar ke dalam ArcGIS Gambar 3.16 Tahapan untuk membuka Open attribute table Gambar 3.17 Tahapan untuk melakukan Add fields pada ArcGIS Gambar 3.18 Proses pemberian nama pada menu Add Fields Gambar 3.19 Proses Editing Gambar 3.20 Menu Start Editing Gambar 3.21 Tampilan Open Atrribute Table pada bagian id telah Terisi Gambar 3.22 Tampilan dari proses Join Gambar 3.23 Tampilan menu Join Data Gambar 3.24 Layout view hasil pemetaan tingkat sadah air sumur wilayah Surabaya Barat Gambar 4.1 Grafik korelasi antara nilai DHL dengan tingkat sadah Gambar 4.2 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan TDS Gambar 4.3 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan salinitas Gambar 4.4 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan ph Gambar 4.5 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan kesadahan total Gambar4.6 Pemetaan tingkat air sadah di wilayah Surabaya Barat xi

12 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian administrasi Kota Surabaya Tabel 2.2 Kriteria kesadahan air tanah Tabel 2.3 Klasifikasi air berdasarkan nilai DHL Tabel 2.4 Hubungan antara nilai TDS dengan nilai salinitas Tabel 2.5 Klasifikasi salinitas air Tabel 2.6 Klasifikasi nilai ph Tabel 3.1 Kriteria kesadahan air tanah Tabel 3.2 Klasifikasi daya hantar listrik (DHL) air Tabel 3.3 Klasifikasi total dissolved solid (TDS) air Tabel 3.4 Klasifikasi salinitas air Tabel 3.5 Klasifikasi ph air Tabel 3.6 Penggolongan tingkat kesadahan Tabel 3.7 Informasi simbol kesadahan air (CaCO3) Tabel 3.8 Informasi simbol daya hantar listrik (DHL) Tabel 3.9 Informasi simbol total dissolved solid (TDS) Tabel 3.10 Informasi simbol salinitas Tabel 3.11 Informasi simbol ph Tabel 3.12 Informasi simbol tingkat sadah Tabel 3.13 Nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungan antara variabel Tabel Nilai DHL, salinitas, TDS, ph dan kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.2 Nilai DHL air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.3 Nilai kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.4 Nilai TDS air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.5 Nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.6 Nilai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat Tabel 4.7 Tabel tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat xii

13 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Ringkasan Ilmiah Lampiran 2 Hasil dan Data Penentuan Titik Sampling Menggunkan Data GPS serta Waaktu Pengambilan Sampel Lampiran 3 Hasil Skor Tingkat Sadah Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Lampiran 4 Korelasi antara Parameter TDS dengan Tingkat Sadah Lampiran 5 Korelasi antara Parameter DHL dengan Tingkat Sadah Lampiran 6 Korelasi antara Parameter Kesadahan Total dengan Tingkat Sadah Lampiran 7 Korelasi antara Parameter ph dengan Tingkat Sadah Lampiran 8 Korelasi antara Parameter Salinitas dengan Tingkat Sadah Lampiran 9 Peta Jenis Tanah Kota Surabaya Lampiran 10 Peta Rencana Pola Ruang Kota Surabaya Lampiran 11 Data Curah Hujan di Kota Surabaya pada Bulan Maret Mei Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian Lampiran 13 Titik sampel di Kecamatan Sukomanunggal Lampiran 14 Titik sampel di Kecamatan Tandes Lampiran 15 Titik sampel di Kecamatan Asemrowo Lampiran 16 Titik sampel di Kecamatan Benowo Lampiran 17 Titik sampel di Kecamatan Pakal Lampiran 18 Titik sampel di Kecamatan Sambikerep Lampiran 19 Titik sampel di Kecamatan Lakarsantri Lampiran 20 Data Pribadi Penyusun Lampiran 21 Peta tingkat air sadah di wilayah Surabaya Barat Lampiran 22 Peta sebaran klasifikasi tingkat sadah berdasarkan nilai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat Lampiran 23 Peta sebaran klasifikasi tingkat sadah berdasarkan nilai TDS air sumur wilayah Surabaya Barat Lampiran 24 Peta sebaran klasifikasi tingkat sadah berdasarkan nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat Lampiran 25 Peta sebaran klasifikasi tingkat sadah berdasarkan nilai kesadahan total air sumur di Wilayah Surabaya Barat Lampiran 26 Peta sebaran klasifikasi tingkat sadah berdasarkan nilai DHL air sumur wilayah Surabaya Barat xiii

14 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dan termasuk Kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sekitar jiwa. Jumlah tersebut akan semakin meningkat sesuai dengan pertumbuhan kota Surabaya sebagai kota Metropolitan. Jumlah penduduk yang tinggi membutuhkan kebutuhan pokok yang tinggi salah satu kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan air bersih mendorong manusia untuk berusaha meyediakan air bersih, dalam arti luas peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas sosial yang berpengaruh pada peningkatan kebutuhan air bersih. Perkembangan Pemukiman, industri dan fasilitas - fasilitas lain yang banyak dibangun di Kota Surabaya mengalami masalah penyediaan air bersih (Setiawan, 2003). Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat aktivitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk daerah perkotaan tidak dapat hanya mengandalkan air dari sumber mata air langsung seperti air permukaan atau air hujan karena kedua sumber air tersebut sebagian besar telah tercemar baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai macam aktivitas manusia. Air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, akan tetapi air tanah 1

15 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 mempunyai keterbatasan baik secara kualitas maupun kuantitas.(kurniawan, 2008) Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber air bagi aktivitas kehidupan. Air tanah berasal dari air hujan dan air permukaan yang terkumpul di bawah permukaan tanah. Pembentukan air tanah berawal dari proses infiltrasi kemudian meresap ke dalam tanah. Kualitas air tanah sangat bergantung pada sifat lapisan tanahnya. Pada umumnya kualitas air tanah lebih baik dibandingkan air permukaan, hal ini dikarenakan pada air tanah telah terjadi proses penyaringan yang lebih sempurna oleh tanah. Susunan unsur kimia air tanah tergantung pada lapisan tanah yang dilalui. Air tanah yang melewati tanah kapur memiliki sifat sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3) (Abadi, 2011). Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logamlogam atau kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg. Penyebab utama dari kesadahan adalah Ca dan Mg. Kesadahan dalam air sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada kegiatan rumah tangga maupun untuk kegiatan industri. Rumah tangga yang menggunakan air dengan tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca dan Mg (Marsidi, 2001). Air sadah yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk minum dapat menyebabkan masyarakat terkena penyakit kencing batu yang diakibatkan oleh

16 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 terbentuknya batu pada saluran kemih. Komposisi mineral pada air sadah yang dapat mengakibatkan hiperekskeresi kalsium urin dan supersaturasi yang merupakan proses awal terjadinya batu saluran kemih (Izhar dkk., 2007). Berdasarkan dari permasalahan tentang efek air sadah bagi masyarakat, penulis menilai sangat perlu dilakukan pemetaan untuk mengetahui lokasi air tanah yang memiliki tingkat kesadahan tinggi terutama di wilayah Surabaya Barat. Pemetaan lokasi air sadah dapat menggunakan berbagai macam cara salah satunya dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Penggunaan SIG meningkat tajam sejak tahun Peningkatan pemakaian SIG terjadi di kalangan pemerintah, militer, akademis, atau bisnis terutama di negara negara maju. SIG merupakan kumpulan dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis, dan personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bersumber data geografis (Budiyanto, 2002). SIG merupakan teknologi yang sangat diandalkan untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah berkelanjutan. Teknologi SIG dikembangkan untuk menangani data yang berbasis ruang atau lokasi yang dibutuhkan dalam pembangunan. SIG dapat dimanfaatkan untuk memetakan kondisi lingkungan, melakukan pengukuran pengukuran, melakukan monitoring, dan melakukan pemodelan (Rohmat, 2008). SIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemetaan secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan

17 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4 memecahkan persoalan yang terkait dengan lokasi atau ruang menjadi pilihan yang tepat. SIG dapat memproses pendataan dengan cepat dan biaya yang diperlukan tidak terlalu besar untuk proses pemetaan (Rohmat, 2008). SIG dapat diterapkan dalam berbagai ilmu pengetahuan terutama pemetaan dalam bidang lingkungan. Salah satu contoh SIG yang telah diterapkan dalam bidang lingkungan adalah SIG dapat memetakan zonasi kondisi air tanah di wilayah pesisir Surabaya Timur untuk memprediksi intrusi air laut di wilayah pesisir Surabaya Timur (Octaviani, 2014). Penerapan pemetaan SIG juga pernah dilakukan utuk melakukan pemetaan air sadah di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah. Pemetaan tersebut dilakukan agar menginformasikan kepada masyarakat tentang lokasi daerah yang memiliki kesadahan yang cukup tinggi, sehingga masyarakat bisa menggunakan sumur yang tidak memiliki kesadahan yang tinggi di daerah tersebut (Setyaningsih, 2014). Pemetaan kesadahan air tanah menggunakan aplikasi SIG juga pernah dilakukan oleh negara lain salah satunya India. Pemetaan tersebut dilakukan untuk mengetahui lokasi kesadahan air tanah sehingga masyarakat terhindar dari mengkonsumsi air yang memiliki nilai sadah yang tinggi (Krishnaraj dkk., 2015). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan tingkat kesadahan air tanah di Surabaya Barat berbasis aplikasi SIG sehingga dapat memberikan informasi tentang tingkat kesadahan air tanah di Surabaya Barat.

18 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Rumusan Masalah 1. Dimanakah lokasi tingkat sadah tertinggi dan terendah di wilayah Surabaya Barat? 2. Berapakah tingkat sadah air sumur penduduk di wilayah Surabaya Barat? 3. Adakah korelasi antara TDS, DHL, salintas, ph dan kesadahan total terhadap tingkat sadah air? 4. Bagaimana sebaran tingkat sadahan air sumur di Wilayah Surabaya Barat? 5. Apakah pemetaan sebaran kesadahan air sumur penduduk berbasis sistem informasi geografis dapat memudahkan pemantauan tingkat kesadahan air tanah di Wilayah Surabaya Barat? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mahasiswa mengetahui lokasi tingkat sadah tertinggi dan terendah air sumur di wilayah Surabaya Barat. 2. Mahasiswa mengetahui tingkat kesadahan total air sumur penduduk di Wilayah Surabaya Barat. 3. Mahasiswa mengetahui sebaran kesadahan air sumur di Wilayah Surabaya Barat 4. Mahasiswa mengetahui adanya korelasi antara TDS, DHL, salinitas, ph dan kesadahan total terhadap tingkat sadah air

19 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 5. Mahasiswa mengetahui pemetaan sebaran kesadahan air sumur penduduk berbasis sistem informasi geografis dapat memudahkan pemantauan tingkat kesadahan air di sumur penduduk Wilayah Surabaya Barat. 1.4 Hipotesis Ho : tidak ada kolerasi antara DHL terhadap tingkat sadah air H1 : ada korelasi antara DHL terhadap tingkat sadah air Ho : tidak ada korelasi antara TDS terhadap tingkat sadah air H1 : ada korelasi antara TDS terhadap tingkat sadah air Ho : tidak ada korelasi antara salinitas terhadap tingkat sadah air H1 : ada korelasi antara salinitas terhadap tingkat sadah air Ho : tidak ada korelasi antara ph terhadap tingkat sadah air H1 : ada korelasi antara ph terhadap tingkat sadah air Ho : tidak ada korelasi antara kesadahan total terhadap tingkat sadah air H1 : ada korelasi antara kesadahan total terhadap tingkat sadah air 1.5 Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai tingkat kesadahan total air sumur penduduk di Wilayah Surabaya Barat 2. Memberikan tampilan informasi tingkat kesadahan total air sumur penduduk di Wilayah Surabaya Barat dalam bentuk peta berbasis sistem informasi geografis

20 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Surabaya Barat Surabaya merupakan salah satu kota terbesar kedua di Indonesia. Surabaya pada tahun 2013 memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, dengan tingkat pertumbuhan 1,6% per tahun (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya, 2013 dalam Indiarto dan Kustini, 2014). Surabaya juga mengalami pertumbuhan yang pesat di bidang kegiatan industri, kependudukan, dan pemerintahan di Jawa Timur. Keberhasilan pembangunan di Surabaya yang cukup tinggi disatu sisi merupakan satu kemajuan yang sangat membanggakan. Namun keberhasilan tersebut pada sisi lain menimbulkan dampak yaitu kebutuhan air masyarakat yang semakin meningkat. Berdasarkan pembagian wilayah secara administratif Kota Surabaya dibagi menjadi 5 wilayah yaitu wilayah Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Pusat, Surabaya Selatan dan Surabaya Utara. Surabaya Barat terdiri dari 7 kecamatan yaitu Tandes, Sukomanunggal, Asemrowo, Benowo, Pakal, Lakarsantri dan Sambikerep (Dinas Cipta Karya, 2002). Kota Surabaya terletak diantara 07 o o 21 Lintang Selatan dan 112 o o 54 Bujur Timur, merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Batas-batas wilayah kota Surabaya adalah sebagai berikut (Dinas Cipta Karya, 2002) : 7

21 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 Batas Utara : Selat Madura Batas Selatan : Kabupaten Sidoarjo Batas Timur Batas Barat : Selat Madura : Kabupaten Gresik. Berikut gambar 2.1 merupakan peta Kota Surabaya Gambar 2.1 Peta Kota Surabaya Topografi kota Surabaya terdiri dari daerah pantai dengan dataran terendah antara 3 6 m di atas permukaan laut dan terdapat daerah berbukit di Surabaya bagian selatan sekitar m diatas permukaan laut.

22 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9 Surabaya yang merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta telah terbagi menjadi beberapa area/ kawasan strategis yaitu: (Dinas Cipta Karya, 2002). 1. Perumahana vertikal yang terdiri dari rumah susun (sederhana) maupun apartemen atau kondominium (mewah). 2. Perumahan real estate yang tersebar di kawasan barat, timur dan selatan kota. 3. Perumahan kampung yang terkonsentrasi di area pusat kota. 4. Area untuk kegiatan jasa dan perdagangan yang terkonsentrasi di kawasan pusat kota dan sebagian di area perumahan yang berkembang di kawasan barat dan timur kota. 5. Area untuk kegiatan industri dan pergudangan terkonsentrasi di kawasan pesisir utara dan kawsan selatan kota yang berbatasan dengan wilayah kabupaten Gresik dan Sidoarjo. 6. Wilayah pesisir yang dimanfaatkan untuk perumahan pesisir (kampung nelayan), tambak garam dan ikan, pergudangan militer, industri kapal, pelabuhan. Wisata serta jalan yang menghubungkan kota Surabaya dan pulau Madura. 7. Ruang laut Surabaya yang dimanfaatkan untuk kegiatan pelayaran interisulair maupun internasional serta dikembangkan untuuk kegiatan penangkapan ikan tradisional dan wisata pantai di Kenjeran dan sekitarnya.

23 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 Berdasarkan pembagian secara administratif Kota Surabaya dibagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan yang dibagi menjadi 5 wilayah yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Utara dan Surabaya Pusat. Berikut ini merupakan data dari wilayah Surabaya yang dibagi berdasarkan wilayah administrasi. Tabel 2.1 Pembagian Administrasi Kota Surabaya Kecamatan Luas Administrasi Pemerintahan No Nama Km2 (Ha) % Kelurahan RW RT Surabaya Pusat 1 Tegalsari 4, , Genteng 4, , Bubutan 3, , Simokerto 2, , Pabean Cantikan 6, , Surabaya Utara 6 Semampir 8, , Krembangan 8, , Kenjeran 7, , Bulak 6, , Surabaya Timur 10 Tambaksari 8, , Gubeng 7, , Rungkut 21, , Tenggilis Mejoyo 5, , Gunung Anyar 9, , Sukolilo 23, , Mulyorejo 14, , Surabaya Selatan 17 Sawahan 6, , Wonokromo 8, ,

24 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 Lanjutan Tabel 4.2 Kecamatan Luas Administrasi Pemerintahan No Nama Km2 (Ha) % Kelurahan RW RT 19 Karangpilang 9, , Dukuh Pukis 9, , Wiyung 12, , Wonocolo 6, , Gayungan 6, , Jambangan 4, , Surabaya Barat 25 Tandes 11, , Sukomanunggal 9, , Asemrowo 15, , Benowo 26, , Lakarsantri 20, , Pakal 19, , Sambikerep 16, , Jumlah 330, Sumber : (Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012) Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah antara 0 20 meter di atas permukaan laut, sedanggkan daerah pantai ketinggiannya berkisar antara 1 3 meter diatas permukaan laut. Kota surabaya merupakan dominan daerah dataran rendah yang berkisar 80% merupakan endapan alluvial dan sisanya merupakan perbukitan rendah yang dibentuk oleh tanah hasil pelapukan batuan tersier/tua. Dataran rendah terbentuk dari endapan alluvial sungai dan endapan pantai. Bagian tengah Kota Surabaya terbentuk oleh endapan Sungai Brantas beserta cabang-cabang sungainya dan endapan Sungai Rowo. Endapan Sungai Brantas berasal dari letusan gununggunung berapi yang berada di hulu dan beberapa perubahan bentuk kontur sebelumnya. Endapan ini biasanya berupa pasir (0,075 mm 0,2 mm ) dan kerikil

25 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 (2mm 75 mm). Bagian timur dan utara sampai sepanjang Selat Madura dibentuk oleh endapan pantai yang masuk ke daratan sampai sekitar 5 km. Endapan pantainya terdiri dari lempung, lanau dan campuran keduanya (Bahri dan Madlazim, 2012). 2.2 Kebutuhan Air Sumber daya air adalah sumber potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya (Undang Undang Sumber Daya Air, 2004). Sumber daya air di daratan terdiri dari dua jenis yaitu sumber daya air tanah dan sumber daya air permukaan. Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah (Undang Undang Sumber Daya Air, 2004). Surabaya adalah Ibu Kota propinsi Jawa Timur yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar jiwa. Jumlah tersebut akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan kota Surabaya sebagai kota Metropolitan, sehingga hal ini berdampak pada kebutuhan terhadap prasarana dan sarana penunjang perkotaan. Peningkatan kebutuhan air bersih mendorong manusia untuk berusaha meyediakan air bersih dengan standar kualitas dan kuantitas, dalam arti luas peningkatan jumlah penduduk dan aktifitas sosial berpengaruh pada peningkatan kebutuhan air bersih. Kota Surabaya semakin hari semakin berkembang. Pemukiman / industri dan fasilitas - fasilitas lain yang banyak dibangun juga mengalami masalah penyediaan air bersih. Proses untuk

26 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 mewujudkan itu semua diperlukan analisis / penelitian / perencanaan dahulu untuk pembangunan sistem distribusi air bersih agar peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat dapat diwujudkan salah satunya dengan pemenuhan sarana kebutuhan air bersih (Setiawan, 2003). 2.3 Air tanah Air tanah adalah air yang bergerak di dalam lapisan tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan-retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas (Wahyudi, 2009). Masyarakat umumnya mengambil air tanah dengan membuat sumur gali dan sumur bor. Sumur gali adalah suatu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas. Sumur gali dan sumur bor digunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah rumah perorangan sebagai sumber air bersih dengan kedalaman 7 10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi (Afrizal dkk., 2013). Sumur bor adalah suatu cara pengambilan air tanah dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam dibandingkan air sumur. Air sumur bor berasal dari lapisan tanah yang jauh dari permukaan sehingga pengaruh kontaminasi lebih sedikit (Entjang, 1978 dalam Oktaviani, 2014). 2.4 Air Sadah Parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca 2+ dan Mg 2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut dengan

27 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki untuk penggunaan di rumah tangga maupun untuk konsumsi di industri. Air rumah tangga yang memiliki tingkat kesadahan tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak. Hal ini dikarenakan sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca atau Mg. Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda. Pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahan-nya rendah (air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari calsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya (Marsidi, 2001). Tingkat kesadahan air dapat dinyatakan dalam satuan mg/l CaCO3 atau ppm CaCO atau dalam satuan grain atau derajat. Hubungan antara satuan-satuan tersebut adalah sebagai berikut : 1grain per US galon = 17,1 ppm CaCO3 100 ppm CaCO3 = 40 ppm kalsium 1 derajat (inggris) = 10 mg CaCO3/L air 1 derajat (Jerman ) = 10 mg CaCO3 = 17,8 mg CaCO3/L air 1 derajat (Perancis) = 10 mg CaCO3/ L air Kesadahan air dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kesadahan sementara (temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO3 2- ) dan bikarbonat (HCO3 - ) dari kalsium dan magnesium, kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan. Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl - ) dan sulfat

28 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 (SO4 2- ) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan ini disebut juga kesadahan non karbonat yang tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dihilangkan dengan cara pertukaran ion (Said, 2008) Penyebab Kesadahan Air Tanah Kesadahan di dalam air sangat dipengaruhi oleh keberadaan kalsium yang bereaksi dengan karbondioksida. Karbondioksida merupakan gas yang mudah terlarut ke dalam perairan, baik secara langsung karena terbawa air hujan, maupun melalui respirasi tumbuhan dan hewan akuatik dari hasil proses dekomposisi bahan organik. Karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3) (Effendi, 2003). Asam karbonat ketika melewati perairan dengan dasar batuan kalkareus, anorthite (CaAl2Si2O8), dan gipsum (CaSO4.2H2O) yang banyak mengandung kalsium, maka akan terbentuk kalsium bikarbonat [Ca(HCO3)2]. Kalsium bikarbonat bersifat larut dan mengakibatkan suatu perairan menjadi sadah. Kisaran ph di perairan tersebut adalah 7 9 (Effendi, 2003) Dampak Air Sadah Tingkat kesadahan yang tinggi apabila dikonsumsi sebagai air minum dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan endapan pada perkakas rumah tangga, seperti ketel, peralatan lain yang berhubungan dengan pemasakan dan penyimpanan air. Penggunaan air sadah untuk keperluan lain seperti cuci baju atau keperluan rumah tangga lain akan menyebabkan konsumsi sabun lebih banyak, karena sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca

29 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16 dan Mg. Akibat adanya masalah ini, persyaratan kesadahan pada air industri sangat perlu diperhatikan. (Widayat, 2007). 2.5 Parameter Kesadahan Air Tanah Kesadahan Total kation-kation penyebab utama dari kesadahan Ca ++, Mg ++, Sr ++, Fe ++ dan Mn ++, sedangkan anion-anion yang biasa terdapat dalam adalah HCO3-, SO4, Cl -, NO3 -. kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya air dengan tanah yang mengandung kapur. kesadahan dalam air alam adalah disebabkan oleh dua kation Ca 2+ dan Mg 2+. ketentuan standar dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk kesadahan pada air minum adalah 500mg/l CaCO3. Hal tersebut diperbahaturui dengan Kepmenkes RI No.907 Tahun 2002 bahwa persyaratan kualitas air minum tidak boleh memiliki nilai kesadahan lebih dari 100 mg/l (Krisna,2011). Tabel 2.2 merupakan tabel yang menerangkan tentang kriteria kesadahan air tanah (Effendi,2003). Tabel 2.2 Kriteria Kesadahan Air Tanah No. Kesadahan (mg/l) Klasifikasi Perairan 1. 0 Tidak Sadah (no hardness) 2. < 50 Lunak (soft) Menengah (moderately hard) Sadah (hard) 5. >300 Sangat sadah (very hard) Sumber : Effendi (2003)

30 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Daya Hantar Listrik (DHL) Daya Hantar Listrik (DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak kandungan ion dan logam mineral yang terlarut di dalam air yang dapat terionisasi, semakin tinggi nilai DHL. Rekativitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion ion terlarut sangat mempengaruhi nilai DHL dalam air. Asam, basa dan garam merupakan penghantar listrik (konduktor) yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena yang tidak dapat mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang buruk (Effendi, 2003). Tabel 2.3 merupakan tabel yang menunjukkan klasifikasi air berdasarkan nilai DHL. Tabel 2.3 Klasifikasi air berdasarkan nilai DHL No. DHL (μmhos/cm) Klasifikasi 1. < Air Tawar Air Agak Payau Air Payau Air Asin 5. > Air Sangat Asin Sumber: Ashriyati (2011) dalam Octavia (2014) Total Dissolved Solid (TDS) Total Dissolved Solid (TDS) adalah ukuran zat terlarut yang terdiri dari zat organik dan anorganik yang terdapat dalam larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama denan miligram per liter (mg/l). Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari

31 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18 tanah dan pengaruh antropogenik ( berupa limbah domestik dan industri). Bahan bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi nilai TDS yang terlalu tinggi, terutama TSS, dapat meningkatkan nilai kekeruhan, akibatnya penetrasi cahaya matahari terhambat ke dalam perairan dan mengakibatkan proses fotosintesis di perairan terganggu (Effendi, 2003). Air sadah memiliki nilai TDS yang tinggi karena air sadah banyak mengandung mineral yang dapat mengakibatkan tingginya salinitas dan daya hantar listrik. Hubungan antara TDS dan salinitas ditunjukkan dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4 Hubungan antara nilai TDS dengan nilai salinitas No. Nilai TDS (mg/l) Tingkat Salinitas Air Tawar Agak Payau (Slightly Saline) Sedang/Payau (Moderately Saline) Asin (Saline) 5 > Sangat Asin (Brine) Sumber : Effendi (2003) Salinitas Definisi salinitas pertama kali dikemukakan oleh C. Forch, M Knudsen dan S.Px. Sorensen pada tahun Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam garam dari semua zat padat yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg atau part per thousand yang disimbolkan o /oo (Arief, 1984). Pada tabel 2.5 merupakan tabel klasifikasi salinitas air.

32 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 Tabel 2.5 klasifikasi salinitas air No Salinitas ( o /oo) Klasifikasi 1 <0,5 Air Tawar 2 0,5 15 Air Agak Payau Air Payau Air Asin Air Sangat Asin Sumber : Effendi (2003) Potential Hidrogen (ph) Derajat keasaman (ph) yang dipersyaratkan untuk air bersih adalah 6 9. Air yang memiliki ph lebih kecil dari 6 atau lebih besar dari 9 akan menyebabkan korosi pada pipa pipa air yang dapat membentuk senyawa kimia bersifat toksik dan mengganggu kesehatan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya ph. Nilai ph air yang berada di bawah ph normal, sifat air tersebut adalah asam dan nilai ph air yang berada di atas ph normal sifat air tersebut adalah basa (Amirah, 2012). Tabel 2.6 merupakan klasifikasi nilai ph pada suatu perairan. Tabel 2.6 Klasifikasi nilai ph No. Nilai ph Klasifikasi 1 0 5,9 Asam Netral Basa Sumber : Aji (2013)

33 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Sistem Informasi Geografis (SIG) Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) meningkat tajam sejak tahun Peningkatan pemakaian SIG ini terjadi di kalangan pemerintah, militer, akademis atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan teknologi digital sangat besar peranannya, salah satunya adalah dalam perkembangan penggunaan teknologi SIG untuk berbagai bidang. Hal ini dikarenakan teknologi SIG banyak mendasarkan pada teknologi digital sebagai alat analisis (Budiyanto, 2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcview GIS. SIG merupakan sebuah sistem yang saling berangkaian satu dengan lainnya. SIG sebagai software yang memiliki kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang berreferensi geografi (Budiyanto, 2002). Data spasial mempunyai dua bagian yang penting untuk membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Puntodewo dkk., 2003) : a. Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umumnya adalah informasi lintang dan bujur, termasuk dintaranya informasi datum dan proyeksi. Contoh lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi lokasi adalah kode pos.

34 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21 b. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokasi bisa mempunyai beberapa atribut atau properti yanng berkaitan dengannya seperti vegetasi, populasi, pendapatan perkapita dan lain lain. dkk., 2003). Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu: (Puntodewo a. Vektor Data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arc/line), poligon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/point (node yang mempunyai label) dan nodes ( merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisis yang membutuhkan ketepatan lokasi. Contoh penggunaannya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. b. Raster Data raster (sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). (Puntodewo dkk., 2003).

35 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22 Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixelnya. Resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb. Keterbatasan utama dari data raster adalah terlalu besarnya ukuran file (Puntodewo dkk., 2003).

36 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PEMETAAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu mulai bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni Pengambilan sampel dilakukan di sumur penduduk wilayah Surabaya Barat. Analisis data dilakukan di lokasi pengambilan sampling dan di Laboratorium Lingkungan Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Titik Sampling Gambar 3.1 Plotting titik pengambilan sampel air sadah wilayah Surabaya barat (Sumber : Pemetaan dari Google Earth) 23

37 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan untuk pemetaan adalah alat tulis, flashdisk, kalkulator, laptop, printer, plotter, software ArcGIS versi 10.2, software Google Earth, pipet ukur, tabung erlenmeyer, klem statis, termometer, meteran, botol sampel dari bahan PP, tisu, conductivity meter, refraktometer, tali rafia, batu, meteran, dan GPS Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk indikator EBT, larutan buffer ph 10, laru, kertas ph indikator, kertas label, air sampel dari lokasi penelitian, akuades., 3.3 Cara Kerja Tahapan pelaksanaan kegiatan pemetaan ditunjukkan oleh Gambar 3.1 Ide Pemetaan Kesadahan air tanah wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Studi Literatur a. Air Tanah b. Kesadahan Air Tanah c. Penerapan SIG dalam pemetaan secara digital A

38 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25 A Persiapan Alat dan Bahan Pengambilan Data dan Pengambilan Sampel a. Pengambilan sampel di daerah sumur untuk parameter Daya hantar listrik, total dissolved solid, ph dan salinitas dianalisis secara langsung. Analisis kesadahan total dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. b. Data Primer yang terdiri dari kualitas air tanah yang meliputi parameter CaCO3, Daya Hantar Listrik, Total Dissolved Solid, ph dan salinitas. c. Data Sekunder yang meliputi curah hujan, RTRW Kota Surabaya, data geografis dan peta wilayah Surabaya barat Analisis Tingkat Kesadahan Air Tanah Pengolahan Data a. Pembuatan tabel data GPS b. Pembuatan tabel parameter kualitas air tanah penduduk A

39 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26 A Pembuatan Peta a. Plotting lokasi sampling dengan Aplikasi Google Earth b. Mengkonversi data dari Google Earth ke dalam bentuk.shp menggunakan aplikasi Global Mapper v c. Pemetaan dengan menggunakan aplikasi ArcGIS 10.2 Analisis Data dan Pembahasan Gambar 3.2 Skema cara kerja pemetaan. Kesimpulan Penjelasan dari tahap kegiatan pada Gambar 3.1 dapat dijelaskan sebagai berikut : Ide Penelitian Ide tema pemetaan tentang kesadahan diambil dikarenakan bahayanya nilai sadah yang tinggi bagi masyarakat, sehingga diperlukan suatu pemetaan lokasi nilai tingkat kesadahan air tanah. Surabaya dipilih menjadi tempat lokasi penelitian dikarenakan Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi. Oleh karena itu untuk lebih memperjelas lokasi air sumur warga yang sadah perlu dilakukan pemetaan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG).

40 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Studi Literatur Studi literatur berfungsi sebaga acuan dalam penelitian ini, mulai dari tahap awal sampai dengan pembuatan kesimpulan. Literatur yang digunakan dalam pemetaan ini adalah jurnal, buku, maupun literatur lain yang dapat dipercaya kebenarannya dan yang berkaitan dengan pemetaan ini. Studi literatur dalam penelitian ini adalah air tanah, kesadahan air tanah, dan penerapan SIG dalam pemetaan Persiapan Alat dan Bahan a.persiapan air sampel (Weaver dkk., 2007) : ml air sampel diencerkan dengan akuades sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml 2. Penyimpanan sampel dapat dilakukan dengna mengawetkan air sampel dengan menyimpan air sampel pada suhu di bawah 4 o C Pengambilan Data Data Primer dalam penelitian yang dilakukan adalah hasil dari analisis kesadahan air tanah di Kota Surabaya Barat dengan menggunakan parameter CaCO3, DHL, TDS, Salinitas dan ph. Lokasi sampling ditentukan dengan menggunakan metode purposive random sampling. Peneliti memilih metode purposive sampling dikarenakan sampel purposive dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel purposive merupakan penentuan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu ( Indriastoni dan Kustini, 2014).

41 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28 Pada pemetaan ini lokasi pengambilan sampling dilakukan di setiap sumur di Kelurahan Surabaya Barat. Tiap titik sampling mewakili satu kelurahan di wilayah Surabaya Barat. Total titik sampling sebanyak 42 titik sampling dari keseluruhan sumur warga di Surabaya Barat. Parameter yang digunakan adalah kesadahan total, Total Dissolved Solid (TDS), ph, salinitas, dan daya hantar listrik Analisis Tingkat Kesadahan Air Tanah Analisis tingkat kesadahan air tanah dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain (Astuti dkk, 2015) : 1. CaCO3 (kesadahan total) Pengukuran dilakukan dengan titrasi kompleksometri dengan EDTA. Adapun langkah kerja yang dilakukan untuk analisis nilai air sadah adalah (Astuti dkk., 2013) : a. Air sampel sebanyak 25 ml diambil, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, encerkan dengan aquades sampai volume total 50 ml. b. Ditambahkan 1 ml larutan penyangga ph 10. c. Ditambahkan indikator EBT sebesar 30 mg d. Dilakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru e. Volume larutan baku Na2EDTA dicatat. f. Hasil dari volume Na2EDTA yang digunakan dimasukkan kedalam persamaan :. x VEDTA x MEDTA x 100 Keterangan : Vc.u adalah volume larutan sampel (ml)

42 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29 VEDTA adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total (ml) MEDTA adalah molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/ml) Pengolahan Data 1. Kesadahan total (CaCO3) Pengukuran tingkat kesadahan air tanah dilakukan dengan metode titrimetri. Hasil tingkat kesadaham total dinyatakan dalam satuan milimol per liter (mmol/l). Adapun skoring yang digunakan dalam pemetaan tingkat kesadahan total adalah sebagai berikut Tabel 3.1 Kriteria kesadahan air tanah No. Kesadahan (mg/l) Skoring , >300 4 Sumber : (Effendi, 2003) 1. DHL (Daya Hantar Listrik) Pengukuran nilai daya hantar listrik menggunakan electric conductivity meter. Electric conductivity meter menyatakan kemampuan air sampel menyatakan kemampuan air sampel menghantarkan listrik dalam satuan mikro ho (µmho) atau mikro Siemens dalam tiap satu centimeter (µs/cm).

43 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30 Tabel 3.2 Klasifikasi daya hantar listrik (DHL) air No. DHL (µmho/cm) Skoring 1 < > Sumber : (Effendi, 2003) 2. TDS (Total Dissolved Solid) Pengukuran TDS dilakukan untuk mengetahui data jumlah material yang terlarut didalam air yang mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik dan lain-lain. Nilai TDS dinyatakan dalam satuan mg/l. Pengukuran nilai TDS dapat dilakukan dengan cara konduktivitas Listrik (Yuliandini dan Putra, 2013). Tabel 3.3 Klasifikasi total dissolved solid (TDS) air No. Nilai TDS (mg/l) Skoring > Sumber : (Effendi, 2003)

44 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Salinitas Analisis salinitas air menggunakan peralatan yaitu refractometer. Nilai salinitas dinyatakan dalam satuan o /oo. Berikut ini merupakan kriteria salinitas air: Tabel 3.4 Klasifikasi salinitas air No Salinitas ( o /oo) Skoring 1 <0, , Sumber : (Effendi, 2003) 4. ph Analisis nilai ph dilakukan dengan mencelupkan kerta ph indikator ke dalam air sampel. Adapun klasifikasi nilai ph adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Klasifikasi ph air No. Nilai ph Skoring 1 7,0 7, ,4 7, ,8 8, ,2 8, ,6 9,0 4 Sumber : (Said dan Ruliasih, 2008)

45 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32 Berdasarkan penilaian dari data skoring masing masing parameter yang digunakan dilakukan analisis tingkat kesadahan dengan menggunakan persamaan (Ashriyati, 2011) : TS = SP1 + SP2 + SP3 + SP4 +SP5 Keterangan : TS = Tingkat Kesadahan SP1 = Skoring Parameter Kesadahan Total SP2 = Skoring Parameter Daya Hantar Listrik SP3 = Skoring Parameter TDS SP4 = Skoring Parameter Salinitas SP5 = Skoring Parameter ph Nilai TS yang diperoleh, selanjutnya digolongkan pada tingkat kesadahan yang terjadi pada titik lokasi sampel tersebut, penggolongan tingkat sadah digolongkan berdasarkan pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Penggolongan tingkat kesadahan No. Nilai Tingkat Kesadahan Tingkat Kesadahan Tidak sadah Sadah rendah Menengah Sadah tinggi Sadah sangat tinggi Sumber : (Ashriyati, 2011)

46 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pembuatan Peta Pembuatan peta menggunakan aplikasi software ArcGIS versi pembuatan peta diperlukan data yaitu berupa koordinat titik lokasi sumur gali. Adapun tahapan dalam pembuatan peta kesadahan air tanah di Kota Surabaya Barat adalah. a. Plotting lokasi titik sampling Plotting lokasi dengan menggunakan aplikasi Google Earth yang selanjutnya dilakukan eksport data dengan menggunakan Global Mapper. Tahapan yang perlu dilakukan dalam plotting lokasi adalah sebagai berikut. 1. Download Google aplikasi di laptop. 2. Buka aplikasi Google Earth dan cari lokasi Kota Surabaya. 3. Hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 Google Earth Kota Surabaya (Sumber : Pemetaan dari Google Earth)

47 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Proses selanjutnya adalah dengan plotting peta dengan meletakkan placemark pada Google Earth dengan cara klik tambahkan kemudian klik penanda letak. Gambar 3.4 Plotting lokasi pengambilan data primer (Sumber : Google Earth) 5. Hasil dari proses tersebut tampilan di Google Earth adalah sebagai berikut. Gambar 3.5 Pemberian nama lokasi plotting (Sumber : Google Earth)

48 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Langkah selanjutnya adalah dengan mengganti nama pada penanda letak sesuai dengan tanda yang diinginkan seperti (1,2,3, dst...), pada garis lintang dan garis bujur diisikan hasil koordinat pada GPS diukur. Tekan oke atau enter. 7. Proses nomor 6 diulang dengan cara mengisi lokasi yang ingin di plotting dengan penanda letak. Lakukan sampai semua lokasi yang ingin di plotting berhasil di plotting. Gambar 3.6 Hasil plotting Kota Surabaya dengan aplikasi Google Earth (Sumber : Google Earth) 8. Proses selanjutnya adalah menyimpan data plotting dengan cara seperti pada gambar berikut.

49 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36 Gambar 3.7 Proses penyimpanan data hasil plotting (Sumber : Google Earth) 9. Simpan data hasil plotting dengan format.kml dan diisi nama data sesuai dengan yang diinginkan. Gambar 3.8 Pemberian nama file hasil plotting (Sumber : Google Earth)

50 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Proses selanjutnya adalah mengkonversi data dari format.kml menjadi.shp. Mengkonversi data ini diperlukan untuk melakukan pemetaan menggunakan aplikasi ArcGIS 10.2 pengkonversian data dari kml. menjadi.shp menggunakan aplikasi Global Mapper. Langkah langkah yang dilakukan untuk melakukan konversi data adalah sebagai berikut. 11. Buka aplikasi Global Mapper. Gambar 3.9 Tampilan awal Global Mapper (Sumber : Global Mapper) 12. Buka file yang ingin dikonversi dengan cara klik Open Your Own Data Files, selanjutnya pilih data yang ingin di konversi, lalu klik open.

51 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38 Gambar 3.10 Proses pemilihan data yang dikonversi (Sumber : Global Mapper) 13. Proses selanjutnya melakukan eksport data menjadi shapefile dengan langkah langkah sebagai berikut. Gambar 3.11 Proses export vector format (Sumber : Global Mapper) 14. Pada tampilan tersebut kemudian klik export vector format... dan ubah data menjadi shapefile.

52 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39 Gambar 3.12 Pemilihan format pada proses export vector format (Sumber : Global Mapper) 15. Proses setelah memilih shapefile adalah klik ok dan pilih expert point kemudian ganti nama dengan Lokasi Sampling, save dengan menggunakan tipe data save ESRI Shape file.shp kemudian klik save. Hasil dari penyimpanan ini dapat digunakan untuk aplikasi ArcGIS. Gambar 3.13 Proses penyimpanan data hasil dari export data (Sumber : Global Mapper)

53 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40 b. Pemetaan dengan menggunakan software ArcGIS software arcgis merupakan software yang dapat mengolah peta. Pemetaan kesadahan air dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Buka file titik sampling yang sudah berubah format menjadi.shp. Cara membuka file yaitu pada pojok kanan terdapat menu catalog, pilih data titik sampling yang diinginkan, kemudian klik tahan icon ke bagian tengah. Gambar 3.14 Tampilan titik plotting tempat sampling pada software ArcGIS (Sumber : Global Mapper) 2. Buka peta dasar Surabaya dengan cara yang sama seperti menambahkan titik plotting.

54 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41 Gambar 3.15 Tampilan hasil dari memasukkan peta dasar ke dalam ArcGIS (Sumber : Global Mapper) 3. Proses selanjutnya adalah memasukkan data atribut dari Ms. Excel ke dalam peta menggunakan joint and relate. Langkah langkah memasukkan atribut ke peta adalah klik kanan pada layer kemudian pilih open attribute tabel. Gambar 3.16 Tahapan untuk membuka Open attribute table (Sumber : ArcMap 10.2)

55 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pada open attribute tabel klik tabel option lalu klik add fields Gambar 3.17 Tahapan untuk melakukan Add fields pada ArcGIS (Sumber : ArcMap 10.2) 5. Pada menu add fields pada bagian nama diisi dengan id, selanjutnya klik Ok. Gambar 3.18 Proses pemberian nama pada menu Add Fields (Sumber : ArcMap 10.2) 6. Proses mengubah nilai pada kolom id agar tidak 0 diperlukan cara yaitu proses editing seperti pada Gambar 3.19, proses berikutnya yaitu dapat dilihat pada Gambar 3.20, berikutnya klik lokasi sampel lalu klik ok.

56 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43 Gambar 3.19 Proses Editing (Sumber : ArcMap 10.2) Gambar 3.20 Menu Start Editing (Sumber : ArcMap 10.2)

57 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44 Gambar 3.21 Tampilan Open Atrribute Table pada bagian id telah terisi (Sumber : ArcMap 10.2) 7. Pada layer titik point pada bagian lokasi sampling klik kanan, kemudian pilih joint and relates, lalu pilih join... Tampilan dari proses tersebut ditampilkan pada Gambar Pada Gambar 3.23 pada menu nomor dipilih browser dan masukkan file MS.Excel yang digunakan untuk atribut data. Format yang dibutuhkan untuk MS. Excel adalah.csv.

58 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45 Gambar 3.22 Tampilan dari proses Join (Sumber : ArcMap 10.2) Gambar 3.23 Tampilan menu Join Data (Sumber : ArcMap 10.2) 8. Data atribut dari excel tertampil pada tabel layer. Selanjutnya layer yang memuat data atribut dari Ms. Excel tersebut diexport ke dalam file.shp baru agar data atributnya tetap melekat pada layer.

59 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46 c. Atribut pada ArcGIS Tahapan selanjutnya setelah melakukan memasukkan data dari MS.Excel ke ArcGIS dilakukan adalah mengatur tampilan pada peta sehingga informasi yang ingin disampaikan lebih informatif. Langkah langkah yang perlu dilakukan untuk mengatur tampilan pada ArcMapper adalah 1. Pada project yang telah dibuka ditambahkan layer yang merupakan hasil export sebelumnya. Proses pengerjaan yang dilakukan sama seperti pada proses sebelumnya yaitu dengan klik add data, kemudian pilih file dengan nama lokasi sampling. 2. Pada proses pengaturan bentuk dan warna yang digunakan dengan memilihi salah satu simbol pada symbol selector. 3. Bentuk dan size dari masing- masing tombol harus sesuai. 4. Proses selanjutnya yang dilakukan adalah menyesuaikan bentuk, warna, dan ukuran masing masing simbol yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian klik Ok. Tata cara pemberian informasi yang tertera dalam peta dapat dilihat pada Tabel 3.6 ; Tabel 3.7 ; Tabel 3.8 ; Tabel 3.9; Tabel 3.10

60 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47 Tabel 3.7 Informasi simbol kesadahan air (CaCO3) No. simbol CaCO3 (mg/l) Skor < >300 4 Sumber : (Effendi, 2003) Tabel 3.8 Informasi simbol daya hantar listrik (DHL) No. Simbol DHL (µmho/cm) Skor 1. < > Sumber : (Effendi, 2003) Tabel 3.9 Informasi simbol total dissolved solid (TDS) No. simbol Nilai TDS (mg/l) Skor > Sumber : (Effendi, 2003)

61 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48 Tabel 3.10 Informasi simbol salinitas No. Simbol Salinitas ( o /oo) Skor 1. <0, , Sumber : (Effendi, 2003) Tabel 3.11 Informasi simbol ph No. Simbol Nilai ph Skor 1. 7,0 7, ,4 7, ,8 8, ,2 8, ,6 9,0 4 Sumber : (Said dan Ruliasih, 2008) Tabel 3.12 Informasi simbol tingkat sadah No. Simbol Klasifikasi Skor 1. Tidak sadah 0 2. Sadah ringan 1 3. Sadah menengah 2 4. Sadah tinggi 3 5. Sadah sangat tinggi 4 Sumber : (Ashriyati,2011) d. Memberikan informasi gambar peta sebelum dicetak agar lebih mudah dalam pembacaan peta.

62 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pilih menu view kemudian layout view atur garis tepi peta, posisi peta, judul peta, kotak legenda, dan kop kepala peta ndengan menggunakan toolbar drawing, layout, dan Tools. 2. Setelah jadi sesuai yang diinginkan maka pilih file kemudian export map ketik nama yang diinginkan seperti Peta Tingkat Air Sadah Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat kemudian pilih format gambar menjadi JPEG/JPG kemudian save. Hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.24 Layout view hasil pemetaan tingkat sadah air sumur wilayah Surabaya Barat

63 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Analisis Data Analisis regresi dan korelasi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur keterkaitan/ hubungan secara statistik antara dua variabel/ lebih. Hubungan yang didapat biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Dalam analisis regresi, suatu persamaan yang berperan untuk untuk menaksir dikembangkan untuk menjelaskan pola atau sifat fungsional keterkaitan antara variabel. Variabel yang ditaksir disebut variabel tak bebas dan diplotkan dalam sumbu Y. Sedangkan variabel yang mempengaruhi perubahan pada variabel tak bebas disebut variabel bebas dan diplotkan pada sumbu X (Wibowo, 2001). Nilai koefisien korelasi hubungan antara 2 variabel dapat dinyatakan oleh Tabel Tabel 3.13 Nilai koefien korelasi dan kekuatan hubungan antara variabel Nilai koefisien korelasi (r) Keterangan 1 Hubungan positif sempurna 0,6-1 Hubungan positif baik 0-0,6 Hubungan positif lemah 0 Tidak terdapat hubungan linier (-0,6)-0 Hubungan negatif lemah (-1) (-0,6) Hubungan negatif baik -1 Hubungan negatif sempurna Sumber: Wibowo (2001)

64 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian tingkat sadah air sumur di Surabaya Barat dilakukan sampling sebanyak 42 titik sampling yang mewakili 42 Kelurahan dalam 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Sukomanunggal, Tandes, Benowo, Sambikerep, Lakarsantri, Pakal dan Asemrowo. Kecamatan Sukomanunggal terdiri dari 5 kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Sukomanunggal, Simomulyo, Tanjungsari, Putatgede dan Sonokwijenan yang disimbolkan pada peta dengan titik sumur S1, S2, S3, S4 dan S5. Kecamatan Tandes terdiri dari 12 Kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Tandes Lor, Karangpoh, Balongsari, Gedangasin, Buntaran, Bibis, Gadel, Tubanan, Manukan Kulon, Manukan Wetan, Banjarsugihan dan Tandes Kidul yang disimbolkan pada peta dengan titik S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16 dan S17. Kecamatan Benowo terdiri dari 5 Kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Kandangan, Klakahrejo, Sememi, Tambakosowilangun dan Romokalisari yang disimbolkan pada peta dengan titik S18, S19, S20, S21 dan S22. Kecamatan Sambikerep terdiri dari 4 Kelurahan yang teridiri dari Kelurahan Bringin, Made, Sambikerep dan Lontar yang masing - masing Kelurahan disimbolkan dengan titik sampling S23, S24, S25 dan S26. Kecamatan Lakarsantri terdiri dari 6 Kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Lidah Wetan, Lidah Kulon, Sumur Welut, Bangkingan, Jeruk dan Lakarsantri. Kelurahan tersebut ditandai pada peta dengan simbol S27, S28, S29, S30, S31 dan S32. Kecamatan Pakal terdiri dari 5 Kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Babat jerawat, Pakal, Benowo, 51

65 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52 Sumberrejo dan Tambakdono yang pada lokasi titik sampling disimbolkan dengan S33, S34, S35, S36 dan S37. Kecamatan Asemrowo terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Tambaklangon, Greges, Kalianak, Asemrowo dan Genting yang setiap Kelurahan disimbolkan pada peta dengan titik S38, S39, S40, S41 dan S42. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur nilai TDS, DHL, salinitas, ph dan kesadahan total. Setiap sumur titik sampling mewakili 1 Kelurahan di Surabaya Barat. 4.1 Nilai DHL, Salinitas, TDS, ph dan kesadahan total air sumur penduduk di wilayah Surabaya Barat Penelitian ini dilakukan dengan mengukur nilai TDS, DHL, salinitas, ph dan kesadahan total. Setiap sumur titik sampling mewakili 1 Kelurahan di Surabaya Barat. Hasil dari penelitian sampling dan analisis dari nilai tiap parameter yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai DHL, salinitas, TDS, ph dan kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Titik S1 Sampel ke- Parameter Salinitas TDS DHL ph o /oo rerata rerata rerata rerata Kesadahan total rerata mg/l µs/cm mg/l SD SD SD SD SD I ,4 7, II , ,7 7, ,23 S2 I ,2 7,

66 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53 Titik Sampel ke- Parameter Salinitas TDS DHL ph rerata rerata Kesadahan total o /oo mg/l µs/cm mg/l SD SD SD SD SD II , ,41 7 0, ,485 S3 I ,9 6, II , ,4 6, ,94 S4 I ,3 7, II , ,2 7, S5 I ,2 7, II , ,2 7, ,657 S6 I ,7 7, II , ,5 7, ,828 S7 I ,6 7, II , ,3 7,7 0, ,14 S8 I ,2 8, II , , ,657 S9 I ,9 7, II , , ,657 S10 I ,6 7, II , ,83 7, ,485 S11 I ,2 8, II , ,7 8,1 0, ,828 S12 I ,4 7, II , ,4 7, ,63 S13 I ,9 7, II , , ,8 S14 I ,8 7, II , ,7 0, ,14 S15 I ,1 7, II , ,1 7, ,31 S16 I ,7 7, II , ,3 7,8 0, ,828 S17 I ,5 7, II , ,9 7, ,485 S18 I ,2 8, II , ,6 8,3 0, ,31 S19 I ,7 7, rerata rerata rerata

67 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54 Titik S20 S21 Sampel ke- Parameter Salinitas TDS DHL ph rerata rerata Kesadahan total o /oo mg/l µs/cm mg/l SD SD SD SD SD II , ,7 7, ,485 I ,6 7, II , ,9 7, ,657 I ,8 7, II , , ,485 S22 I ,8 7, II , ,657 S23 I ,7 7, II , ,3 8 0, ,97 S24 I ,6 7, II ,95 7, ,657 S25 I ,6 7, II , ,5 7,5 0, S26 I II , ,657 S27 I ,3 7, II , ,2 7, ,657 S28 I ,8 7, II , ,6 7,7 0, ,828 S29 I ,7 7, II , ,78 7, ,14 S30 I ,8 7, II , ,2 7,7 0, ,485 S31 I ,8 7, II , ,9 7, ,657 S32 I ,7 7, II , ,6 0, S33 I II , , ,14 S34 I ,7 7, II , ,8 7,6 0, ,8 S35 I , II , ,36 7,9 0, ,657 S36 I ,6 7, rerata rerata rerata

68 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55 Titik Sampel ke- Parameter Salinitas TDS DHL ph rerata rerata Kesadahan total o /oo mg/l µs/cm mg/l SD SD SD SD SD II , ,12 7, ,31 S37 I ,8 7, II , ,657 S38 I ,4 7, II , , ,828 S39 I ,6 7, II , ,7 0, S40 I ,1 8, II , , ,85 S41 I ,6 7, II , ,83 7, ,485 S42 I ,8 7, II , , ,657 Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong rendah : Tingkat sadah tergolong menengah : Tingkat sadah tergolong tinggi rerata rerata rerata Berdasarkan tabel 4.1, sebanyak 17 sumur yang termasuk kategori air tidak sadah, 20 sumur tergolong sadah ringan, 4 sumur tergolong sadah menengah, dan 1 sumur tergolong sadah tinggi. Penilian tingkat sadah air sumur warga di Surabaya Bara berdasar pada penjumlahan skoring yang dilakukan terhadap setiap parameter. Suatu sumur tergolong tidak sadah ketika penjumlahan skor dari tiap parameter berkisar 0 3, tingkat sadah ringan ketika penjumlahan menunjukkan angka 4 6, tingkat sadah menengah ketika penjumlahan dari tiap parameter menunjukkan angka 7 9, tingkat sadah tergolong tinggi ketika penjumlahan menunjukkan angka Tingkat sadah tergolong sangat tinggi ketika angka penjumlahan tiap

69 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56 parameter skoring sebesar Nilai parameter DHL, TDS, salinitas, kesadahan total dan ph pada umumnya berbanding lurus atau linier, ketika DHL tinggi, nilai TDS, kesadahan totalm ph dan salinitas tinggi. Hal ini serupa dengan pernyataan Morintoh (2003) yang menyatakan bahwa nilai DHL, salinitas, kesadahan total, ph dan TDS berbanding lurus atau linier Nilai DHL air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai persebaran DHL air sumur di wilayah Surabaya Barat dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Nilai DHL air sumur di wilayah Surabaya Barat Kecamatan I II Rerata SD DHL Nama wilayah Skor Titik S1 Sukomanunggal Simomulyo ,5 24,749 0 S2 Sukomanunggal , S3 Tanjungsari ,355 0 S4 Sonokwijenan ,213 0 S5 Putatgede ,5 33,234 0 S6 Tandes Tandes Lor ,5 20,506 0 S7 Karangpoh ,255 0 S8 Balongsari ,82 0 S9 Gedangasin S10 Buntaran , S11 Bibis ,5 58,69 0 S12 Gadel ,355 0 S13 Tubanan ,43 0 S14 Manukan kulon S15 Manukanwetan ,5 60,104 0 S16 Banjarsugihan ,314 0 S17 Tandes Kidul ,426 0 S18 Kandangan ,627 0 S19 Klakahrejo ,5 17,678 1 Beno wo

70 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57 Lanjutan Tabel 4.2 Titik Kecamatan Nama wilayah DHL I II Rerata SD Skor S20 Semami ,5 21,92 0 S21 Tambakosowilangun ,5 215,67 0 S22 Romokalisari ,5 136,47 0 S23 Bringin ,296 0 Sambikerep S24 Made ,5 4, S25 Sambikerep ,5 50,205 0 S26 Lontar ,5 164,76 0 S27 Lakarsantri Lidah Wetan ,5 67,175 0 S28 Lidah Kulon ,569 1 S29 Sumur welut ,5 7, S30 Bangkingan ,196 1 S31 Jeruk ,912 1 S32 Lakarsantri ,5 154,86 1 S33 Babat Jerawat ,142 1 S34 Pakal ,5 65,761 0 S35 Benowo ,5 6,364 0 S36 Sumberrejo ,5 2, S37 Tambakdono ,42 1 S38 Tambak langon ,55 0 S39 Greges ,012 0 S40 Kalianak ,67 2 S41 Asemrowo , S42 Genting ,5 211,42 0 Sumber : Hasil Pengukuran Pakal Asemrowo Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong rendah : Tingkat sadah tergolong tinggi Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada Kecamatan Sukomanunggal memiliki nilai dari hasil tiap parameter paling rendah dibandingkan dengan nilai parameter yang terdapat pada Kelurahan lain yang berada di wilayah Surabaya

71 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58 Barat. Nilai DHL yang terdapat di Kelurahan Simomulyo merupakan sumur dengan nilai DHL terendah dibandingkan dengan sumur yang berada di Kelurahan lain di Kecamatan Sukomanunggal. Di Kelurahan Simomulyo nilai DHL pada sampel ke 1 sebesar 620 µs/cm dan pada sampel ke 2 sebesar 585 µs/cm sehingga memiliki besar rerata dari sampel tersebut sebesar 602,5 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 24, Kelurahan Sukomanunggal memiliki nilai DHL tertinggi di Kecamatan Sukomanunggal. Nilai DHL yang berada di Kelurahan Sukomanunggal pada sampel ke-1 sebesar 734 µs/cm dan pada sampel ke-2 sebesar 736 µs/cm sehingga didapatkan besar rerata dari sumur tersebut sebesar 735 µs/cm dengan simpangan deviasi sebesar 1, µs/cm. Nilai DHL yang terdapat di Kecamatan Tandes memiliki kisaran rerata sebesar 771 µs/cm 1456 µs/cm. Nilai DHL terendah di Kecamatan Tandes terletak pada sumur yang berada di Kelurahan Buntaran dengan nilai DHL pada sampel ke- 1 sebesar 769 µs/cm dan pada sampel ke - 2 sebesar 773 µs/cm sehingga didapatkan nilai rerata DHL sebesar 771 µs/cm dengan simpangan deviasi sebesar 2, µs/cm. Nilai DHL tertinggi pada Kecamatan Tandes terletak pada Kelurahan Banjarsugihan dengan hasil analisis pada sampel ke- 1 sebesar 1464 µs/cm dan pada sampel ke-2 sebesar 1448 µs/cm dengan nilai simpangan deviasi 11,31371 dan rerata sebesar 1456 µs/cm. Pada Kecamatan Benowo terdapat 5 Kelurahan dengan nilai DHL yang memilki kisaran rerataan 695,5 µs/cm 1359 µs/cm. Nilai DHL terendah di Kecamatan Benowo terletak pada Kelurahan Tambakosowilangun dengan sampel ke 1 sebesar 848 µs/cm dan sampel ke -2 sebesar 482 µs/cm sehingga didapatkan

72 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59 nilai rerata 695,5 482 µs/cm dengan simpangan deviasi sebesar 215,6676. Nilai DHL tertinggi di Kecamatan Benowo terletak di Kelurahan Kandangan dengan nilai rerata DHL sebesar 1359 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 22, Kecamatan Sambikerep memiliki 4 Kelurahan dengan nilai DHL terendah di Kelurahan Bringin. Pada sampel ke -1 didapatkan nilai DHL sebesar 327 µs/cm dan sampel ke-2 sebesar sebesar 724 µs/cm sehingga didapatkan rerata DHL sebesar 327 µs/cm dan nilai simpangan deviasi sebesar 69, Kelurahan tertinggi nilai DHL terletak di Kecamatan Sambikerep terletak di Kelurahan Made dengan nilai pada sampel ke-1 sebesar 910 µs/cm dan pada sampel ke-2 sebesar 903 µs/cm dengan rerata sebesar 759 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 49, Pada Kecamatan Lakarsantri nilai DHL tertinggi terletak pada titik sumur S31 atau sumur yang berada di Kelurahan Jeruk. Nilai DHL pada hasil analisis dan sampling ke 1 didapatkan sebesar 2340 dan pada sampel ke 2 sebesar 2376 µs/cm dengan rerata sebesar 2376 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 50, Nilai DHL terendah di Kecamatan Lakarsantri terletak di Kelurahan Lidah Wetan dengan nilai DHL pada sampling ke 1 sebesar 640 µs/cm dan pada sampling ke -2 sebesar 545 µs/cm dengan rerata sebesar 592,5 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 67, Pada Kecamatan Pakal nilai DHL terendah terdapat pada Kelurahan Pakal yang memiliki nilai DHL pada pengambilan sampel ke µs/cm dan analisis pada sampling ke 2 sebesar 622 µs/cm sehingga mendapatkan rerata sebesar 575,5 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 65, Nilai DHL tertinggi di Kecamatan Pakal terdapat di Kelurahan Babat Jerawat dengan nilai DHL pada

73 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60 pengambilan sampel pertama sebesar 2340 µs/cm dan nilai DHL pada sampel kedua sebesar 2360 µs/cm sehingga didapatkan simpangan deviasi sebesar 14,14214 dan rerata sebesar 2350 µs/cm. Pada Kecamatan Asemrowo sumur yang memiliki nlai DHL tertinggi terletak di Kelurahan Kalianak dengan nilai DHL pada pengambilan sampel pertama sebesar 8550 µs/cm dan pada pengambilan kedua sebesar 9910 µs/cm dengan nilai rerata sebesar 9230 dan simpangan deviasi sebesar 961,6652. Nilai DHL terendah di Kecamatan Asemrowo terletak di Kelurahan Asemrowo dengan nilai DHL pada pengambilan sampel pertama sebesar 769 µs/cm dan pada pengambilan sampel ke dua sebesar 773 µs/cm sehingga didapat rerata sebesar 771 µs/cm dan simpangan deviasi sebesar 2, Nilai DHL yang tinggi pada air sumur dapat disebabkan oleh air jebakan (connet water), yakni air laut yang terjebak dalam air tanah sehingga air tanah memiliki kandungan logam yang tinggi (Widada, 2007).

74 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Nilai kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Nilai persebaran kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Nilai kesadahan total air sumur di wilayah Surabaya Barat Titik Kecamatan I II Rerata Kesadahan Total Nama wilayah SD Skor S1 Simomulyo , S2 Sukomanunggal , S3 Tanjungsari , Sukomanunggal S4 Sonokwijenan S5 Putatgede , S6 Tandes Lor , S7 Karangpoh , S8 Balongsari , S9 Gedangasin , S10 Buntaran , S11 Bibis , S12 Gadel , S13 Tubanan , S14 Manukan kulon , S15 Manukanwetan , S16 Banjarsugihan , S17 Tandes Kidul , S18 Kandangan , S19 Klakahrejo , S20 Semami , S21 Tambakosowilangun , S22 Romokalisari , S23 Bringin , S24 Made , S25 Sambikerep S26 Lontar , S27 Lidah Wetan , S28 Lidah Kulon , S29 Sumur welut , Tandes Benowo Sambikerep Lakarsant ri

75 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62 Lanjutan Tabel 4.3 Titik Kecamatan I II Rerata Kesadahan Total Nama wilayah SD Skor S30 Bangkingan , S31 Jeruk , S32 Lakarsantri S33 Babat Jerawat , S34 Pakal , S35 Benowo , S36 Sumberrejo , S37 Tambakdono , S38 Tambak langon , S39 Greges S40 Kalianak , S41 Asemrowo , S42 Genting , Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong menengah : Tingkat sadah tergolong tinggi : Tingkat sadah tergolong sangat tinggi Pakal Asemrowo Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai kesadahan total yang terdapat di Surabaya berkisar antara 40 mg/l 640 mg/l.nilai kesadahan total terendah terdapat di Kelurahan Tanjungsari Kecamatan Sukomanunggal dengan nilai kesadahan total pada sampel ke 1 sebesar 88 dan pada sampel ke 2 sebesar 40 mg/l sehingga didapatkan besarnya rerata nilai kesadahan total di Kelurahan tersebut sebesar 88mg/l dan simpangan deviasi sebesar 33,94. Nilai kesadahan total tertinggi di wilayah Surabaya Barat terletak di titik sampel S40 yang berada di Kelurahan Kalianak dengan nilai kesadahan total pada sampel ke 1 sebesar 480 mg/l dan sampel ke 2 sebesar 600 mg/l dengan nilai rerata kesadahan total sebesar 540 mg/l simpangan deviasi sebesar 84, Nilai kesadahan total terendah di wilayah Surabaya Barat berada di titik sampling S3 yang berada di Kelurahan

76 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63 Tanjungsari yang berada di Kecamatan Sukomanunggal. Nilai kesadahan yang ada di Kelurahan Tanjungsari pada sampel pertama sebesar 88 mg/l dan sampel ke 2 sebesar 40 mg/l dengan nilai rerata dan simpangan deviasi sebesar 64mg/L dan 8, Nilai TDS air sumur di wilayah Surabaya Barat pada tabel 4.4 Nilai persebaran TDS air sumur di wilayah Surabaya Barat dapat di lihat Tabel 4.4 Nilai TDS air sumur di wilayah Surabaya Barat Titik Kecamatan I II Rerata SD TDS Nama wilayah skor S1 Simomulyo ,5 10,61 0 S2 Sukomanunggal ,414 0 S3 Tanjungsari ,5 3,536 0 Sukomanunggal S4 Sonokwijenan ,828 0 S5 Putatgede ,5 19,09 0 S6 Tandes Lor ,5 4,95 0 S7 Karangpoh ,485 0 S8 Balongsari ,5 6,364 0 S9 Gedangasin ,657 0 S10 Buntaran ,5 2,121 0 S11 Bibis ,828 0 Tandes S12 Gadel ,243 0 S13 Tubanan ,899 0 S14 Manukan kulon ,5 4,95 0 S15 Manukanwetan ,243 0 S16 Banjarsugihan ,828 0 S17 Tandes Kidul ,53 0 S18 Kandangan ,14 0 S19 Klakahrejo ,071 1 S20 Semami ,828 0 S21 Tambakosowilangun ,36 0 S22 Romokalisari Benowo

77 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64 Lanjutan Tabel 4.4 Titik Kecamatan I II Rerata SD TDS Nama wilayah skor S23 Bringin ,8 0 S24 Made S25 Sambikerep ,5 2,121 0 S26 Lontar ,5 6,364 0 S27 Lidah Wetan ,657 0 S28 Lidah Kulon ,94 0 S29 Sumur welut ,5 20,51 0 S30 Bangkingan ,5 95,46 0 S31 Jeruk ,78 1 S32 Lakarsantri ,5 89,8 1 S33 Babat Jerawat ,071 1 S34 Pakal ,5 50,2 0 Sambikerep Lakarsantri Pakal S35 Benowo ,5 43,13 0 S36 Sumberrejo ,071 1 S37 Tambakdono S38 Asemrowo Tambak langon ,5 34,65 1 S39 Greges ,5 10,61 1 S40 Kalianak ,36 2 S41 Asemrowo ,5 2,121 0 S42 Genting ,14 1 Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong rendah : Tingkat sadah tergolong menengah : Tingkat sadah tergolong tinggi Hasil dari analisis dan sampling yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai TDS terendah di wilayah Surabaya Barat terdapat di Kecamatan Sukomanunggal di Kelurahan Pakal Kecamatan Pakal dengan nilai TDS pada sampling pertama sebesar 285 mg/l dan pada sampling kedua sebesar 356 mg/l dengan nilai rerata sebesar 320,5 dan simpangan deviasi sebesar 50, Nilai TDS tertinggi di wilayah Surabaya Barat terdapat di Kelurahan Kalianak dengan

78 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65 nilai TDS pada sampel pertama sebesar 5805 mg/l dan sampel ke- 2 sebesar 5830 mg/l. Nilai TDS tertinggi terdapat di Kelurahan Kalianak di sebabkan sumur tersebut dimungkin telah tercemar akibat intrusi air laut karena berdekatan dengan pesisir pantai utara yang berada di utara Kota Surabaya. Hal ini serupa dengan dengan pernyataannya (Indriastoni dan Kustini, 2014) yang menyatakan bahwa Intrusi air laut berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal. TDS yang tinggi di daerah wilayah Surabaya Barat pada titik sampel S36 dan S37 dikarenakan titik tersebut berdekatan dengan sawah Kelurahan Sumberrejo dan Tambakdono yang menyebabkan partikel-partikel lumpur di sawah meresap ke dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Suryana, 2013) yang menyatakan bahwa partikel partikel lumpur pada sawah dapat meresap ke dalam tanah. Nilai TDS di wilayah Surabaya Barat yang termasuk ke dalam kategori tidak sadah sebanyak 31 titik sumur yang tersebar pada Kelurahan Simomulyo, Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Putatgede, Tandes Lor, Karangpoh, Balongsari, Gedangasin, Buntaran, Bibis, Gadel, Tubanan, Manukan Kulon, Manukan Wetan, Banjarsugihan, Tandes Kidul, Kandangan, Semami, Tambak osowilangun, Romokalisari, Bringin, Made, Sambikerep, Lontar, Lidah Wetan, Pakal, Benowo, Tambak Langon, Greges, Asemrowo dan Genting. Nilai TDS di wilayah Surabaya Barat yang tergolong ke dalam kategori sadah ringan sebanyak 10 titik sumur yang tersebar di Kelurahan Klakah rejo, Made, Jeruk, Lakarsantri, Babat Jerawat, Sumberrejo, Tambakdono, Tambak Langon, Greges dan Genting. Nilai TDS yang tergolong tinggi di wilayah Surabaya Barat terdapat di Kelurahan Kalianak. Persebaran nilai TDS di wilayah Surabaya

79 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66 Barat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebab nilai TDS yang tinggi adalah terkontaminasi oleh limbah padat dan limbah cair yang meresap ke dalam tanah dan mempengaruhi kualitas sehingga menyebabkan TDS meningkat. (suryana,2013) Nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat Persebaran nilai ph air sumur warga di wilayah Surabaya Barat dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini Tabel 4.5 Nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat Kecamatan I II Rerata ph Titik Nama wilayah SD S1 Sukomanunggal Skor Simomulyo 7,4 7,4 7,4 0 1 S2 Sukomanunggal 7,2 7 7,1 0, S3 Tanjungsari 6,9 6,9 6,9 0 0 S4 Sonokwijenan 7,3 7,3 7,3 0 0 S5 Putatgede 7,2 7,2 7,2 0 0 S6 Tandes Lor 7,7 7,7 7,7 0 1 S7 Karangpoh 7,6 7,7 7,65 0, S8 Balongsari 8,2 8,2 8,2 0 3 S9 Gedangasin 7,9 7,9 7,9 0 2 S10 Buntaran 7,6 7,6 7,6 0 1 S11 Bibis 8,2 8,1 8,15 0, S12 Gadel 7,4 7,4 7,4 0 1 S13 Tubanan 7,9 7,9 7,9 0 2 S14 Manukan kulon 7,8 7,7 7,75 0, S15 Manukanwetan 7,1 7,1 7,1 0 0 S16 Banjarsugihan 7,7 7,8 7,75 0, S17 Tandes Kidul 7,5 7,5 7,5 0 1 S18 Kandangan 8,2 8,3 8,25 0, S19 Klakahrejo 7,7 7,7 7,7 0 1 S20 Semami 7,6 7,6 7,6 0 1 Tandes Benowo

80 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67 Lanjutan Tabel 4.5 Titik Kecamatan Nama wilayah ph I II Rerata SD Skor S21 Tambakosowilangun 7,8 7,8 7,8 0 2 S22 Romokalisari 7,8 7,8 7,8 0 2 S23 Bringin 7,7 8 7,85 0, S24 Made 7,6 7,6 7,6 0 1 S25 Sambikerep 7,6 7,5 7,55 0, S26 Lontar S27 Lidah Wetan 7,3 7,3 7,3 0 0 S28 Lidah Kulon 7,8 7,7 7,75 0, S29 Sumur welut 7,7 7,7 7,7 0 1 S30 Bangkingan 7,8 7,7 7,75 0, S31 Jeruk 7,8 7,8 7,8 0 2 S32 Lakarsantri 7,7 7,6 7,65 0, S33 Babat Jerawat S34 Pakal 7,7 7,6 7,65 0, S35 Benowo 8 7,9 7,95 0, S36 Sumberrejo 7,6 7,6 7,6 0 1 S37 Tambakdono 7,8 7,8 7,8 0 2 S38 Tambak langon 7,4 7,4 7,4 0 1 S39 Greges 7,6 7,7 7,65 0, S40 Kalianak 8,1 8,1 8,1 0 2 S41 Asemrowo 7,6 7,6 7,6 0 1 S42 Genting 7,8 7,8 7,8 0 2 Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong rendah : Tingkat sadah tergolong menengah : Tingkat sadah tergolong tinggi : Tingkat sadah tergolong sangat tinggi Sambikerep Lakarsantri Pakal Asemrowo Nilai ph air sumur di wilayah Surabaya Barat memiliki rentang antara 6,9 9. Nilai ph tertinggi di wilayah Surabaya Barat terletak di titik sampel S33 yang berada di Kelurahan Babat Jerawat dengan nilai ph sebesar 9. Analisis nilai ph yang dilakukan sebanyak duplo menghasilkan nilai ph sama antara sampel pertama

81 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68 dan kedua sehingga didapatkan nilai standar deviasi 0. Nilai ph terendah air sumur di wilayah Surabaya Barat terletak pada titik sampling S3 yang berada di Kelurahan Tanjungsari dengan besarnya nilai ph sebesar 6,9 dengan nilai sampel ke -1 dan ke 2 sama yaitu 9 sehingga nilai standar deviasi sebesar 0. ph air sumur yang di daerah Surabaya Barat memiliki nilai ph berkisar 6 9. Hal ini disebabkan air sumur di Surabaya Barat memiliki potensi memiliki tingkat sadah. Nilai ph yang tergolong kategori tidak sadah sebanyak 5 titik yang tersebar di Kelurahan Tanjungsari, Sonokwijenan, Putatgede, Manukan Wetan dan Manukan Kulon. Nilai ph yang tergolong kategori sadah ringan sebanyak 21 titik yang terdiri dari Kelurahan Simomulyo, Sukomanunggal, Tandes Lor, Karangpoh, Buntaran, Gadel, Manukan Kulon, Banjarsugihan, Tandes Kidul, Klakahrejo, Made, Sambikerep, Lidah Kulon, Sumur Welut, Bangkingan, Lakarsantri, Pakal, Sumberrejo, Tambak Langon, Greges dan Asemrowo. Nilai ph yang tergolong kedalam kategori sadah menengah sebanyak 12 titik yang tersebar di Kelurahan Gedangasin, Bibis, Tubanan, Tambakaosowilangun, Romokalisari, Bringin, Lontar, Jeruk, Benowo, Tambakdono, Kalianak dan Genting. Nilai ph air yang tergolong kedalam katergori sadah tinggi sebanyak 3 titik yang tersebar di Kelurahan Balongsari, Kandangan dan Semami. Nilai sadah yang tergolong kategori sadah sangat tinggi sebanyak 1 Kelurahan yang terletak di Kelurahan Babat Jerawat.

82 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Nilai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat Nlai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini Tabel 4.6 Nilai salinitas air sumur di wilayah Surabaya Barat Titik Kecamatan I II Rerata Salinitas Nama wilayah Skor S1 Simomulyo S2 Sukomanunggal S3 Tanjungsari S4 Sonokwijenan S5 Putatgede S6 Tandes Lor S7 Karangpoh S8 Balongsari S9 Gedangasin S10 Buntaran S11 Bibis S12 Gadel S13 Tubanan S14 Manukan kulon S15 Manukanwetan S16 Banjarsugihan S17 Tandes Kidul S18 Kandangan S19 Klakahrejo S20 Semami S21 Tambakosowilangun S22 Romokalisari S23 Bringin S24 Made S25 Sambikerep S26 Lontar S27 Lidah Wetan S28 Lidah Kulon S29 Sumur welut S30 Bangkingan S31 Jeruk Sukomanunggal Tandes Benowo Sambikerep Lakarsantri

83 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70 Lanjutan Tabel 4.6 Titik Kecamatan I II Rerata Salinitas Nama wilayah Skor S32 Lakarsantri S33 Babat Jerawat S34 Pakal S35 Benowo Pakal S36 Sumberrejo S37 Tambakdono S38 Tambak langon S39 Greges S40 Kalianak S41 Asemrowo S42 Genting Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong menengah Asemrowo Hasil dari penelitian didapatkan bahwa nilai salinitas air tidak terlalu mempengaruhi tingkat sadah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari analisis didapatkan nilai salinitas dari semua titik sebesar 0 kecuali titik S40 yang berada di Kelurahan Kalianak Asemrowo. Hasil dari sampling dan analisis yang dilakukan dari sampel tiap sumur memiliki besar yang berbeda-beda setiap nilai dari parameternya yang terdiri dari parameter DHL, TDS, ph, salinitas dan kesadahan total. Parameter tersebut memiliki hubungan yaitu saling berbanding lurus atau linear. Hal ini disebabkan setiap parameter saling menguatkan atau mendukung dengan tingkat sadah yang terdapat di sumur warga. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Morintoh dkk., 2015) yang menyatakan bahwa nilai TDS, DHL memiliki hubungan linear. Apabila nilai TDS tinggi DHL air sampel tersebut tinggi dan

84 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71 begitu pula sebaliknya, TDS juga memiliki hubungan linear dengan tingkat sadah air. Nilai TDS yang tinggi menunjukkan nilai tingkat sadah yang tinggi. 4.2 Tingkat Kesadahan Air Sumur menggunakan parameter Daya Hantar Listrik, ph, Kesadahan Total, TDS dan Salinitas Tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat dengan menggunakan parameter daya hantar listrik, ph kesadahan total, TDS dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Tabel tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Kecamatan Kesadahan Titik Salinitas TDS ph DHL Skor Total S1 Sukomanunggal S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S Tandes Benowo S S S Sambiker ep

85 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72 Lanjutan Tabel 4.7 Titik Kecamatan Total Kesadahan Salinitas TDS ph DHL Skor S S S S S S S S S S S S S S S S S Sumber : Hasil Pengukuran Keterangan : : Tingkat sadah tergolong tidak sadah : Tingkat sadah tergolong rendah : Tingkat sadah tergolong menengah : Tingkat sadah tergolong tinggi Lakarsantri Pakal Asemrowo Pada tabel 4.7 dapat dilihat hasil tingkat sadah air sumur warga di wilayah Surabaya Barat. Berdasarkan hasil penelitian dan skoring air sumur di wilayah Surabaya Barat memiliki beberapa macam tingkat sadah. Air sumur yang tergolong tidak sadah sebanyak 17 sumur. Air sumur yang tergolong tidak sadah terdiri dari 5 sumur sampel yang ada di Kecamatan Sukomanunggal yaitu sumur yang terdapat di Kelurahan Simomulyo, Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, dan Putatgede. Sumur tersebut pada peta disimbolkan dengan titik S1, S2, S3, S4 dan S5. Sumur yang tidak tergolong sadah di Kecamatan Tandes sebanyak 8 sumur

86 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73 sampel yang terdiri dari titik sumur S6, S9, S10, S12, S14, S15, S16 dan S17. Sumur sampel tersebut berada di Kelurahan Tandes Lor, Gedangasin, Buntaran, Gadel, Manukan Kulon, Manukan Wetan, Banjarsugihan dan Tandes Kidul. Air sumur lain yang tergolong tidak sadah adalah pada titik S20, S25, S27, dan S41 yang berlokasi di Kelurahan Semami, Kelurahan Sambikerep, Kelurahan Lidah Wetan dan Kelurahan Asemrowo. Air sumur yang memiliki tingkat sadah ringan terdiri dari 20 sumur yang berada pada titik sampling S7, S8, S11, S13, S18, S19, S21, S22, S23, S24, S26, S28, S29, S30, S34, S35, S36, S38, S39 dan S42. Air sumur tersebut berada di Kelurahan Karangpoh, Balongsari, Bibis, Tubanan, Kandangan, Klakahrejo, Tambakosowilangun, Romokalisari, Bringin, Made, Lontar, Lidah Kulon, Sumur Welut, Bangkingan, Pakal, Benowo, Sumberrejo, Tambaklangon, Greges dan Genting. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan sebanyak 4 sumur yang memiliki tingkat sadah yang menengah. Air sumur yang memiliki tingkat sadah menengah berada pada titik sumur S31, S32, S33, dan S37. Sumur tersebut berada di 2 titik di Kecamatan Lakarsantri yaitu pada Kelurahan Jeruk dan Lakarsantri. 1 sumur di Kelurahan Babat Jerawat dan 1 Sumur di Kelurahan Tambak Dono. Tingkat sadah yang paling tinggi di Surabaya Barat terletek di Kelurahan Kalianak dengan tingkat sadah mencapai 10 nilai skoring. Penyebab tingkat sadah tinggi di Kelurahan Kalianak disebabkan oleh intrusi air laut sehingga menyebabkan kandungan mineral di penyebab kesadahan yang dari laut masuk ke dalam dan mempengaruhi kualitas air sumurnya. Hal ini

87 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74 serupa dengan pernyataannya Biyantoro dan Basuki (2007), bahwa air laut memiliki kandungan mineral penyabab kesadahan. 4.3 Korelasi antara parameter DHL, TDS, salinitas, ph dan kesadahan total dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Korelasi antara parameter DHL dengan tingkat sadah pada air sumur warga. Pengaruh setiap parameter terhadap tingkat sadah di sumur wilayah penduduk di wilayah Surabaya Barat dapat dilihat dengan melakukan analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu metode sederhana untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional di antara beberapa variabel. Hubungan antara beberapa variabel diwujudkan dalam suatu model statistik. Variabel dibedakan menjadi 2 jenis yaitu variabel bergantung dan variabel bebas. Variabel bergantung dinyatakan dalam notasi x dan variabel bebas dinotasikan dengan y. Pada penelitian ini variabel x merupakan nilai DHL dan variabel y merupakan tingkat sadah air. DHL digunakan sebagai variabel bebas dikarenakan tingkat sadah air dipengaruhi oleh nilai DHL. Nilai DHL yang tinggi mengakibatkan nilai tingkat sadah air tinggi karena nilai DHL merupakan nilai yang menentukan banyaknya jumlah mineral yang terdapat dalam air yang didasarkan besarnya kemampuan daya hantar listrik suatu larutan berdasarkan jumlah mineral yang terdapat di dalam air. Penentuaan nilai regresi dalam penelitian menggunakan program software SPPS. Nilai SPSS ditunjukkan untuk mengetahui hubungan antara parameter DHL dengan nilai kesadahan total. Hasil perhitungan regresi SPSS dapat dilihat pada lampiran 3. Nilai korelasi (r) yang didapat sebesar 0,542 yang artinya terdapat

88 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75 keterkaitan antara besarnya nilai parameter DHL dengan besarnya nilai parameter kesadahan total. Hubungan antara kedua parameter tersebut adalah parameter tersebut memiliki nilai searah yang artinya nilai DHL yang tinggi pada suatu perairan berpotensi menyebabkan nilai kesadahan total yang tinggi. Gambar 4.1 Grafik korelasi antara nilai DHL dengan tingkat sadah Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya tingkat sadah adalah jarak sumur, jenis tanah dilokasi pengambilan dan keadaan cuaca saat pengambilan. Jenis tanah ditempat lokasi pengambilan sampel mempengaruhi dikarenakan jenis

89 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76 tanah yang ada sangat mempengaruhi besarnya nilai kandungan mineral yang terdapat di dalam air sumur warga. Kandungan mineral yang ada di tanah masuk ke dalam air sehingga menyebabkan keesadahan total di dalam perairan meningkat Korelasi antara parameter TDS dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Parameter TDS merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam air sumur. Air yang memiliki tingkat sadah yang tinggi memiliki potensi kandungan mineral yang tinggi sehingga parameter TDS penting dalam analisis tingkat sadah air sumur. Pada penelitian ini dilakukan hubungan keterkaitan antara parameter TDS dengan tingkat sadah air. Parameter TDS dikategorikan sebagai variabel bebas atau dinotasikan dengan X. Tingkat sadah air dijadikan variabel y karena tingkat sadah air sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai TDS yang terdapat pada air sampel. Hasil dari perhitungan hubungan korelasi dengan menggunakan software SPSS didapatkan hasil bahwa parameter TDS memiliki nilai regresi terhadap tingkat sadah sebesar 0,585. Berikut ini merupakan grafik hasil dari analisis korelasi antara TDS dengan tingkat sadah menggunakan software SPSS.

90 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77 Gambar 4.2 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan TDS Korelasi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Berikut ini merupakan grafik kolerasi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat

91 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78 Gambar 4.3 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan salinitas Hasil dari analisis korelasi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat didapatkan bahwa hubungan regresi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah sebesar 0,305. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan besarnya korelasi antara parameter TDS dengan tingkat sadah. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel bebas atau x adalah parameter salinitas dan tingkat sadah sebagai variabel y. Hal ini dikarenakan pada

92 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79 penelitian ini diukur korelasi hubungan parameter salinitas dengan tingkat sadah air sumur yang terdapat di wilayah Suabaya Barat Korelasi antara parameter ph dengan tingkat sadah ph merupakan parameter yang besarannya berdasarkan tingkat keasaman suatu air. Pada penelitian ini ph merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi tingkat sadah air. Pada penelitian ini didapatkan bahwa korelasi regresi antara nilai ph dengan tingkat sadah sebesar 0,423. Parameter ph sebagai parameter bebas dan tingkat sadah sebagai variabel terikat. Gambar 4.4 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan ph

93 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Korelasi parameter kesadahan total dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Berikut ini merupakan grafik regresi korelasi hubungan antara parameter kesadahan total dengan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat dengan sampel sebanyak 42 sumur di 42 Kelurahan. Gambar 4.5 Grafik korelasi antara tingkat sadah dengan kesadahan total

94 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 81 Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa korelasi regresi yang dari parameter kesadahan total dengan tingkat sadah dengan sampel air sumur di Surabaya Barat sebesar 0,640. Parameter kesadahan total merupakan parameter yang paling tinggi korelasi regresinya dibandingkan dengan parameter yang lain. Hal ini membuktikan bahwa parameter kesadahan total merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap tingginya tingkat sadah air. 4.4 Peta Pesebaran Tingkat Sadah Air Sumur di Surabaya Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis, dilakukan sampling dan analisis di 42 lokasi titik sampling yang ada di 42 Kelurahan di wilayah Surabaya Barat. Data yang peroleh perlu dilakukan pengolahan untuk mendapatkan informasi dan mudah diinformasikan kepada masyarakat. Metode yang digunakan untuk mengolah data salah satunya dengan menggunakan pemetaan dengan aplikasi SIG. SIG merupakan data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi. Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital (Budiyanto, 2002). Pemanfaatan SIG akan memberikan kemudahan kepada para penggunaan atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil. Berikut ini merupakan hasil pemetaan tingkat air sadah warga di wilayah Surabaya Barat.

95 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 82 Gambar 4.6 Pemetaan tingkat air sadah di wilayah Surabaya Barat Gambar 4.6 merupakan hasil pemetaan tingkat air sadah di Surabaya Barat. Pada Pemetaan diberikan warna yang berbeda agar untuk memudahkan dalam proses pemberian informasi kepada pembaca peta. Berdasarkan gambar 4.6 terdapat 6 legenda yang setiap legenda diwakili satu simbol legenda. simbol Tingkat sadah yang terdapat di Surabaya Barat terbagi menjadi 4 tingkatan. Air yang tergolong tidak sadah disimbolkan dengan( ), air yang tergolong memiliki tingkat sadah rendah disimbolkan dengan ( memiliki tingkat sadah menengah disimbolkan dengan ( ), air yang tergolong ) dan air sumur yang tergolong memiliki tingkat sadah tinggi disimbolkan dengan ( ). Air yang tergolong tidak sadah berada di 17 titik di Surabaya Barat. Sebagian besar air sumur yang tidak sadah berada di seluruh sumur sampel Kecamatan Sukomanunggal dan sebagian dari sumur lain di wilayah Surabaya Barat. Sumur yang tergolong airnya

96 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 83 tidak sadah terletak pada sumur di Kelurahan Simomulyo, Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Putatgede, Tandes Lor, Gedangasin, Buntaran, Gadel, Manukan Kulon, Manukan Wetan, Banjarsugihan, Tandes Kidul, Semami, Sambikerep, Lidah Wetan dan Asemrowo. Hal ini dimungkinkan terjadi karena jenis tanah yang terdapat di daerah tersebut tidak mengandung mineralmineral penyebab kesadahan seperti tanah kapur dan mengandung magnesium. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh (Said dan Rusliah, 2008) bahwa air akan memiliki tingkat sadah tinggi ketika air tersebut mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah. Air yang tergolong memiliki tingkat sadah rendah berada di Kelurahan Karangpoh, Balongsari, Bibis, Tubanan, Kandangan, Klakahrejo, Tambakosowilangun, Romokalisari, Bringin, Made, Lontar, Lidah Kulon, Lidah Sumur Welut, Bangkingan, Pakal, Benowo, Sumberrejo, Tambak Langon, Greges dan Genting. Air yang memiliki tingkat sadah yang tergolong menengah terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Jeruk, Lakarsantri, Babat Jerawat dan Tambakdono. Titik air yang mengalami tingkat sadah yang sadah berada di titik S40 yaitu di Kelurahan Kalianak. air yang memiliki tingkat sadah tertinggi yaitu di Kelurahan Kalianak disebabkan oleh tercemarnya air sumur yang ada di Kelurahan Kalianak yang menyebabkan kandungan mineral dari laut meresap ke dalam tanah dan menyebabkan tingkat sadah dalam air meningkat. Hal ini serupa dengan pernyataan Indriastoni dan Kustanti (2014), bahwa intrusi air laut dapat menyebabkan perubahan kualitas air yang berada di dalam tanah.

97 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB V KESIIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan yang didasarkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Hasil dari penelitian yang didapat tingkat sadah tertinggi di Surabaya Barat terletak di Kelurahan Kalianak dengan nilai skor sebesar 12. Tingkat sadah terendah di Surabaya Barat terletak di Kelurahan Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Manukan Wetan dan Lidah Wetan dengan nilai skor sebesar Tingkat sadah di Surabaya Barat memiliki kisaran sebesar Nilai yang memiliki tingkat sadah 2 terletak di Kelurahan Sukomanunggal, Tanjungsari, Sonokwijenan, Manukan Wetan dan Lidah Wetan. Tingkat sadah yang memiliki skor 3 terletak di Kelurahan Simomulyo, Putatgede, Tandes Lor, Gedangasin, Buntaran, Gadel, Manukan Kulon, Banjarsugihan, Tandes Kidul, Semami, Sambikerep dan Asemrowo. Tingkat sadah yang memiliki skor 4 terletak di Balongsari, Bibis, Tubanan, Tambakosowilangon, Romokalisari, Bringin, Lontar, Sumur Welut, Bangkingan dan Pakal. Tingkat sadah yang memiliki skor 5 terletak di Kelurahan Karangpoh, Kandangan, Klakahrejo, Made, Lidah Kulon, Benowo, Sumberrejo, Tambaklangon, Greges dan Genting. Tingkat sadah yang memiliki skor 7 terletak di Kelurahan Lakarsantri dan Tambakdono. Tingkat sadah yang memiliki skor 8 terletak di Kelurahan Jeruk. Tingkat sadah 84

98 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 85 yang memiliki skor 9 terletak di Kelurahan Babat Jerawat. Tingkat sadah yang memiliki skor 11 terletak di Kelurahan Kalianak. 3. Terdapat korelasi antara setiap parameter yang diujikan yaitu parameter kesadahan total, DHL, TDS, salinitas dan ph terhadap tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat. 4. Hasil dari penelitian didapatkan persebaran tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat, Air sumur tidak sadah terletak di Kelurahan Sukomanunggal, Simomulyo, Tanjung sari, Sonokwijenan, Putatgede, Tandes Lor, Gedang asin, Buntaran, Gadel, Manukan Kulon, Manukan Wetan, Banjarsugihan, Tandes Kidul, Sambikerep, Lidah Wetan dan Asemrowo. Sumur yang memiliki air sadah ringan terletak di Kelurahan Karangpoh, Balongsari, Bibis, Tubanan, Kandangan, Klakahrejo, Tambakosowilangun, Romokalisari, Bringin, Made, Lontar, Lidah Kulon, Sumur Welut, Bangkingan, Pakal, Benowo, Sumberrejo, Tambak Langon, Greges dan Genting. Sumur yang tergolong memiliki air dengan tingkat sadah menengah terletak pada Kelurahan Jeruk, Lakarsantri, Babat Jerawat dan Tambakdono. Sumur yang memiliki tingkat sadah keras terletak di Kelurahan Kalianak. 5. Adanya peta persebaran tingkat sadah air sumur dapat memudahkan pemantauan tingkat air sadah berdasarkan parameter TDS, DHL, salinitas, ph dan kesadahan total.

99 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel memperhatikan kondisi cuaca. 2. Pengambilan data sekunder didahulukan sehingga menghemat waktu dalam penelitian dan dapat memperkirakan hasil yang didapat.

100 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR PUSTAKA Abadi, M. F., Pemetaan Kualitas Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana, Hal : 5 6. Afrizal I., D., Askari, M., dan Andayono T Perbedaan Kualitas Air Sumur Gali dan Sumur Bor Perumahan Griya Cahaya 2 Gunung Sariak Kota Padang. Jurnal Cived ISSN (2). Hal 1 3. Amirah Pengaruh Timbunan Sampah di Lahan Terbuka Terhadap Kualitas Air Tanah di Sekitar Tempat Penampungan Sampah Sementara Kelurahan Batu Ampar. Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Hal : 13 Arief, D Pengukuran Salinitas Air Laut dan Perannya dalam Ilmu Kelautan. Jurnal Oseana, 9 (1) : 1 3. Astuti, Rahayu M., dan Rahayu S Penetapan Kesadahan Total (CaCO3)Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali dengan Metode Kompleksometri. Jurnal Kesmas, 9 (2). Hal 2 3. Bahri, S. dan Madlazim Pemetaan Topografi, Geofisika dan Geologi Kota Surabaya. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya, 2(2) : 1 6. Biyantoro D., dan Basuki K., T Pengukuran dan Analisis Unsur-Unsur pada Air Laut Muria Untuk Air Primere PWR. Prosiding PPI-PDIPTN. Pusat Akselerator dan Proses Bahan Batan. Yogyakarta Budiyanto, E Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcview GIS. Andi Yogyakarta, Hal : 2 8. Cahyana, G., H Variasi Teknologi Pengurangan Kesadahan dalam Pengolahan Air Minum. Jurnal Sosioteknologi Terapan. Hal Dinas Cipta Karya, Profil Kota Surabaya. http/ Diakses pada 28 Oktober Effendi, H Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal: Indriastoni, R., N. Dan Kustini, I Intrusi Air Laut Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil, 3(3): Izhar, M., D., Haripurnomo, K. dan Darmoatmodjo, S Hubungan antara Kesadahan Air Minum, Kadar Kalsium dan Sedimen Kalsium Oksalat Urin pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(4)

101 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Krishnaraj S., Kumar S., dan Elango K. P., Spatial Analyisis of Groundwater Quality Using Geographic Information System. Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology. 9(2) Kurniawan, D Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih bagi Masyarakat di Perumnas Pucanggading, Tugas Akhir, Juusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Kyuma, K. Dan Takaya Y Black soils in eastern India. Tonan Ajia Kenkyu, 6(1). Hal : Latifah, D Analisis Daya Hantar Listrik (DHL) Air Tanah Asin dan Dampak Pada Peralatan Rumah Tangga, Publikasi Karya Ilmiah, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya Pemerintah Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Hal: 1 3. Marsidi, R Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(1) Morintoh, P., Rumampuk, J. F. dan Lintong, F Analisis Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter Fisika.Jurnal e- biomedik. 3(1) Nugroho, G. S., Nugroho, D., Hasbi, M., Geographic Information SystemPenyebaran DBD Berbasis Web di Wilayah Kota Solo. Jurnal TIKomSiN. Octaviani, F. R Pemetaan Indikasi Intrusi Air Laut di Wilayah Pesisir Kabupaten Sidoarjo Berbasis Sistem Informasi Geografis, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Puntodewo, A., Dewi, S., dan Tarigan J Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Lingkungan Hidup. Center for International Foresty Reasearch, Jakarta. Hal : Rohmat, D Materi Pengkayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Dunia Pendidikan Se Jawa Barat. ISBN , Buana Nusantara Bandung. Hal : Said, N. I., dan Ruliasih Teknologi Pengolahan Air Minum. Pusat Teknologi Lingkungan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapatan Teknologi. Hal : Saksono, N Magnetisasi Air Sadah untuk Pencegahan Pembentukan Kerak. Jurnal Teknologi, 4(20):

102 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Setyaningsih, N Analisis Kesadahan Air Tanah di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal : Setiawan, M., I Study Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih PDAM Kota Surabaya Tahun Proyeksi (2015), Neutron, 3(1): Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah- bagian 12 : cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri. Badan Standar Nasional. Jakarta, Hal 7: 11 Suryana, R Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar. Tugas Akhir. Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Undang Undang Sumber Daya Air Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Pustaka Widyatama, Yogyakarta. Hal: Wahyudi H Potensi Air Tanah. Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah. Hal 1 2. Wahjono, H.D., Warto, Martono, D. H., Wahyono, S., dan Tjahjono, H., Laporan Kemajuan Pengembangan Sistem Pemantauan Kualitas Air Realtime Berbasis Open Source Software. Pusat Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Wibowo, M., Pemodelan Statistik Hubungan Debit dan Kandungan Sedimen Sungai Contoh Kasus di DAS Citarum Nanjung. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2(3) Widada, S Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan. Jurnal Ilmu Kelautan. 12(1) Widayat, W Teknologi Pengolahan Air Minum dari Air Baku yang Mengandung Kesadahan Tinggi, JAI 4(1) Yuliandini A. dan Putra A Pengaruh Formasi Batuan Terhadap Karakteristik Hidrokimia Lima Sumber Mata Air Panas di Daerah Sapan, Pinang Awan, Kecamatan Alam Pauah Duo, Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Fisika Unand. 2(4). Hal :

103 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 1 Ringkasan Ilmiah Pemetaan Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis Muhammad Ali Akbar Aribiyanto* a, Thin Soedarti a, Trisnadi Widyaleksono Catur Putranto a a Program Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui persebaran kesadahan total air sumur warga di wilayah Surabaya Barat berbasis aplikasi sistem informasi geografis. Metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan penelitian sistematis dengan memilih 42 sumur di 42 Kelurahan sebagai tempat penelitian di wilayah Surabaya Barat. Analisis kesadahan total dilaksanakan di Laboratorium lingkungan Departemen Biologi Universitas Airlangga. Analisis yang dilakukan untuk menentukan nilai kesadahan total adalah dengan metode titrasi kompleksometri. Alat yang digunakan untuk proses titrasi adalah buret, tabung erlenmeyer, pipet volume, klem statis, dan botol sampel. Bahan yang digunakan adalah bubuk indikator EBT, larutan buffer ph 10, akuades dan larutan Na2EDTA 0,01 M. Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan kesadahan total tertinggi di Surabaya Barat terdapat pada titik sampel S40 atau yang berada di Kelurahan Kalianak dengan nilai kesadahan total mencapai 600 mg/l dan kesadahan total terendah terdapat di lokasi titik sampel S1 dan S3 yaitu sebesar 40 mg/l. Kesadahan total tinggi disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, cuaca ketika pengambilan sampel air, pasang surut air, dan kondisi lingkungan sekitar yang mempengaruhi kesadahan total. Pemetaan kesadahan total dengan berbasis sistem informasi geografis bermanfaat untuk mempermudah pemantauan tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat. Kata kunci : Pemetaan, air sumur, kesadahan total, wilayah Surabaya Barat, Sistem Informasi Geografi 1. Pendahuluan Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dan termasuk Kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sekitar jiwa. Jumlah penduduk yang tinggi membutuhkan kebutuhan pokok yang tinggi salah satu kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan air bersih mendorong manusia untuk berusaha meyediakan air bersih, dalam arti luas peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas sosial yang berpengaruh pada peningkatan kebutuhan air bersih (Setiawan, 2003). Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber air bagi aktivitas kehidupan. Air tanah berasal dari air hujan dan air permukaan yang terkumpul di bawah permukaan tanah. Kualitas air tanah sangat bergantung pada sifat lapisan tanahnya. Susunan unsur kimia air tanah tergantung pada lapisan tanah yang dilalui. Air tanah yang melewati tanah kapur memiliki sifat sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3) (Abadi, 2011). 91

104 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 92 Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg. Penyebab utama dari kesadahan adalah Ca dan Mg. Air sadah yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk minum dapat menyebabkan masyarakat terkena penyakit kencing batu yang diakibatkan oleh terbentuknya batu pada saluran kemih (Izhar dkk., 2007). Rumah tangga yang menggunakan air dengan tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca dan Mg (Marsidi, 2001). SIG merupakan teknologi yang sangat diandalkan untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah berkelanjutan. SIG dapat dimanfaatkan untuk memetakan kondisi lingkungan, melakukan pengukuran pengukuran, melakukan monitoring, dan melakukan pemodelan. SIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemetaan secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan memecahkan persoalan yang terkait dengan lokasi atau ruang menjadi pilihan yang tepat (Rohmat, 2008). 2. Metode Kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan April 2016 sampai dengan bulan Juni Pengambilan sampel dilakukan di sumur penduduk wilayah Surabaya Barat. Analisis data dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Parameter kesadahan total diukur dengan menggunakan metode analisis titrasi kompleksometri yang dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Departmen Biologi Universitas Airlangga. Air sampel dilakukan penngambilan dan analisis secara duplo untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih akurat. Air sampel yang diambil dilakukan proses pengawetan dengan cara menyimpan air sampel ke dalam pendingin hingga suhu mencapai 4 o C. tingkat sadahnya dengan menggunakan metode skoring. Data hasil analisis dipetakan berdasarkan letak geografisnya menggunakan software ArcGIS Hasil dan Pembahasan Persebaran kesadahan total berbasis Sistem Informasi Geografis Penentuan nilai kesadahan total dilakukan dengan memberikan skor dari parameter dan diklasifikasikan. Sampel dengan nilai kesadahan total 0 mg/l termasuk tidak sadah, < 50 mg/l termasuk kesadahan ringan, 50 mg/l 150mg/l termasuk kesadahan menengah, 151 mg/l 300 mg/l kesadahan keras dan >300 mg/l sangat sadah. Tabel-1 Hasil penilaian parameter kesadahan total Titik Kecamatan I II Rerata Kesadahan Total Nama wilayah Sd skoring Keterangan S1 Simomulyo , menengah S2 Sukomanunggal , menengah S3 Tanjungsari , menengah Sukomanunggal S4 Sonokwijenan menengah S5 Putatgede , menengah

105 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 93 Titik S6 Kecamatan Tandes Kesadahan Total Nama wilayah Sd skoring Keterangan I II Rerata Tandes Lor , menengah S7 Karangpoh , menengah S8 Balongsari , menengah S9 Gedangasin , menengah S10 Buntaran , menengah S11 Bibis , menengah S12 Gadel , menengah S13 Tubanan , menengah S14 Manukan kulon , menengah S15 Manukanwetan , menengah S16 Banjarsugihan , menengah S17 Tandes Kidul , menengah S18 Kandangan , menengah S19 Klakahrejo , menengah S20 Semami , menengah S21 Tambakosowilangun , menengah S22 Romokalisari , menengah S23 Bringin , menengah S24 Made , sadah S25 Sambikerep menengah S26 Lontar , menengah S27 Lidah Wetan , menengah S28 Lidah Kulon , sadah S29 Sumur welut , menengah S30 Bangkingan , menengah S31 Jeruk , sangat sadah S32 Lakarsantri sangat sadah S33 Babat Jerawat , sadah S34 Pakal , menengah S35 Benowo , sadah S36 Sumberrejo , sadah S37 Tambakdono , sadah S38 Tambak langon , sadah S39 Greges sadah S40 Kalianak , sangat sadah S41 Asemrowo , menengah S42 Genting , menengah Benowo Sambikerep Lakarsantri Pakal Asemrowo Hasil dari analisis kesadahan total didapatkan sumur yang memiliki kesadahan total di wilayah Surabaya berkisar antara kategori menengah sampai sangat sadah. Hal ini dapat dilihat

106 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 94 pada Tabel-1. Pada titik sampel S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16, S17, S18, S19, S20, S21, S22, S23 memiliki nilai kesadahan total yang menengah. Hal ini dikarenakan penggunaan lahan pada daerah tersebut hanya digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga, sehingga risiko untuk tercemar akibat limbah industri tidak terlalu tinggi seperti pada titik S24, S28, S33, S35, S36, S37, S38, S39. Pada titik S40 yang berada di daerah Kelurahan Kalianak memiliki nilai kesadahan total yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut pola penggunaan tata ruang digunakan untuk industri sehingga memiliki potensi risiko tercemar oleh limbah industri. Potensi yang lain yang menyebabkan tingginya nilai kesadahan total air sumur di titik S40 adalah pengaruh intrusi air laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriastoni dan Kustani (2004), intrusi air laut berpotensi mempengaruhi kualitas air sumur. Pada titik S24 yaitu di Kelurahan Made memiliki nilai kesadahan total yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan di sumur yang berada pada titik S24 berlokasi dekat dengan persawahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryana (2013), yang menyatakan bahwa partikel partikel lumpur pada sawah dapat meresap ke dalam tanah. Partikel partikel tersebut mengandung zat padat terlarut yang terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Zat padat terlarut yang bertambah di dalam air menyebabkan kesadahan total naik. Hal tersebut juga serupa yang terjadi pada titik sampel yang berlokasi di sebagian Kecamatan Pakal yang titik sampel tersebut berdekatan dengan sawah. Pemantauan nilai kesadahan total perlu dilakukan sehingga keadaan yang menyebabkan kesadahan total tinggi dapat diatasi dan ditinjau untuk kemanfaatannya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hasil dari nilai kesadahan total yang dihasilkan perlu diolah sehingga informasinya dapat diakses dengan mudah dan dapat dipahami oleh masyarakat pada umumnya (Wahjono dkk, 2012). Upaya yang dapat dilakukan untuk memudahkan pembaca untuk mendapatkan informasi adalah dengan menggunakan aplikasi SIG. SIG merupakan data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain yang terdigitasi.sig memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memodifikasi warna, bentuk, ukuran simbol dari masing-masing data sehingga dapat memberikan informasi dengan mudah (Nugroho dkk, 2013). Pemetaan kesadahan total di wilayah Surabaya Barat berbasis aplikasi sistem informasi geografis dapat dilihat pada Gambar 1.

107 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 95 Gambar 1 Peta persebaran kesadahan total di wilayah Surabaya Barat. 4. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemetaan pesebaran kesadahan total di wilayah Surabaya Barat memudahkan dalam proses pemantauan kesadahan total. Kesadahan total tertinggi terdapat pada titik sampel S40, S31 dan S32 yang termasuk dalam kategori kesadahan total sangat sadah. Kesadahan total tergolong menengah terletak pada titik sampel S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16, S17, S18, S19, S20, S21, S22, S23. Kesadahan total yang termasuk kategori sadah keras terdapat pada titik lokasi S24, S28, S33, S35, S36, S37, S38, dan S Daftar Pustaka Setiawan, M., I Study Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih PDAM Kota Surabaya Tahun Proyeksi (2015), Neutron, 3(1): Marsidi, R Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(1) Rohmat, D Materi Pengkayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Dunia Pendidikan Se Jawa Barat. ISBN , Buana Nusantara Bandung. Hal : Abadi, M. F., Pemetaan Kualitas Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana, Hal : 5 6.

108 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 96 Indriastoni, R., N. Dan Kustini, I Intrusi Air Laut Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil, 3(3): Izhar, M., D., Haripurnomo, K. dan Darmoatmodjo, S Hubungan antara Kesadahan Air Minum, Kadar Kalsium dan Sedimen Kalsium Oksalat Urin pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(4) Nugroho, G. S., Nugroho, D., Hasbi, M., Geographic Information SystemPenyebaran DBD Berbasis Web di Wilayah Kota Solo. Jurnal TIKomSiN. Suryana, R Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar. Tugas Akhir. Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Wahjono, H.D., Warto, Martono, D. H., Wahyono, S., dan Tjahjono, H., Laporan Kemajuan Pengembangan Sistem Pemantauan Kualitas Air Realtime Berbasis Open Source Software. Pusat Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

109 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 97 Lampiran 2 Hasil dan Data Penentuan Titik Sampling menggunakan Data GPS serta Waktu Pengambilan Sampel Titik Kecamatan Wilayah Jadwal Pengambilan Titik Pengambilan Latitude Longitude S1 Simomulyo 07/04/ '59.21"S '24.20"T S2 S3 S4 Sukomanunggal Sukomanunggal Tanjungsari Sonokwijenan 07/04/ '54.48"S '50.76"T 07/04/ '45.52"S '37.73"T 09/04/ '2.83"S '0.36"T S5 Putatgede 09/04/ '28.75"S '17.49"T S6 Tandes Lor 09/04/ '38.02"S '15.58"T S7 Karangpoh 29/05/ '37.47"S '51.52"T S8 Balongsari 28/05/ '56.23"S '43.51"T S9 23/04/ '31.22"S '28.59"T S10 Buntaran 06/05/ '28.79"S '41.43"T S11 Bibis 05/05/ '41.10"S '30.20"T Tandes S12 Gadel 06/05/ '14.46"S '43.86"T S13 Tubanan 05/05/ '18.08"S '32.78"T S14 Manukankulon 31/05/ '29.40"S '13.21"T S15 S16 S17 S18 Benowo 29/05/ '24.14"S '50.87"T 23/04/ '20.12"S '36.36"T Tandes- Kidul 07/06/ '52.56"S '55.71"T Kandangan 23/04/ '12.07"S '9.07"T S19 Klakahrejo 23/04/ '9.30"S '58.44"T S20 Semami 23/04/ '5.16"S '40.38"T S21 Gedangasin Manukanwetan Banjarsugihan T.osowilangun 21/05/ '41.44"S '8.17"T

110 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 98 lanjutan Lampiran 2 Titik Kecamatan Wilayah Jadwal Pengambilan Titik Pengambilan Latitude Longitude S25 Sambikerep 06/05/ '36.54"S '8.82"T S26 Lontar 29/05/ '51.61"S '57.89"T S27 S28 S29 S30 Lakarsantri 06/05/ '25.80"S '21.00"T 16/05/ '23.80"S '50.50"T 16/05/ '31.92"S '8.70"T 29/05/ '21.36"S '30.06"T S31 Jeruk 18/05/ '6.60"S '52.26"T S32 Lakarsantri 17/05/ '10.46"S '6.61"T S33 S22 Romokalisari 31/05/ '56.35"S '49.81"T S23 Bringin 07/05/ '53.58"S '48.60"T S24 Made 06/05/ '31.51"S '2.26"T Sambikerep Lidah Wetan Lidah- Kulon Sumurwelut Bangkingan Babat- Jerawat 23/04/ '23.22"S '30.06"T S34 Pakal 05/05/ '24.00"S '57.72"T Pakal S35 Benowo 05/05/ '14.20"S '35.57"T S36 Sumberrejo 07/06/ '58.87"S '24.91"T S37 S38 Asemrowo Tambakdono Tambaklangon 07/06/ '44.60"S '39.10"T 28/05/ '34.33"S '55.22"T S39 Greges 28/05/ '51.83"S '43.62"T S40 Kalianak 17/05/ '8.34"S '29.16"T S41 Asemrowo 29/05/ '21.72"S '31.86"T S42 Genting 06/05/ '30.05"S '22.34"T

111 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 99 Lampiran 3 Hasil skor tingkat sadah air sumur di wilayah Surabaya Barat Kecamatan Titik Salinitas TDS ph DHL Kesadahan Total Skor Keterangan S tidak sadah S tidak sadah Sukomanunggal S tidak sadah S tidak sadah S tidak sadah S tidak sadah S tidak sadah S sadah ringan S sadah ringan S sadah ringan Tandes sadah S ringan S tidak sadah S sadah ringan S tidak sadah S tidak sadah S tidak sadah S tidak sadah S sadah ringan S sadah ringan Benowo S tidak sadah S sadah ringan S sadah ringan Sambikerep S S sadah ringan sadah ringan S tidak sadah S sadah ringan Lakarsantri S tidak sadah

112 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 100 Lanjutan Lampiran 3 Kecamatan Titik Salinitas TDS ph DHL Kesadahan Total Skor Keterangan S sadah ringan S sadah ringan S sadah ringan S menengah S menengah S menengah S tidak sadah Pakal S sadah ringan S sadah ringan S menengah S sadah ringan sadah S ringan Asemrowo S sadah S tidak sadah S sadah ringan Lampiran 4 Korelasi antara parameter TDS dengan tingkat sadah Correlations Tingkat_Sad TDS ah TDS Pearson 1,765 Correlation Sig. (2-tailed),000 N Tingkat_Sada Pearson,765 h Correlation 1 Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

113 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 101 Lampiran 5 Korelasi antara parameter DHL dengan tingkat sadah Tingkat_Sada h DHL Pearson Correlation Correlations Tingkat_Sad ah DHL 1,736 ** Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,736 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 6 Korelasi antara parameter kesadahan total dengan tingkat sadah Tingkat_Sada h Kesadahan Pearson Correlation Correlations Tingkat_Sad ah Kesadahan 1,800 ** Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,800 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

114 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 102 Lampiran 7 Korelasi antara parameter ph dengan tingkat sadah Tingkat_Sada h ph Pearson Correlation Correlations Tingkat_Sad ah ph 1,651 ** Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,651 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 8 Korelasi antara parameter salinitas dengan tingkat sadah Tingkat_Sada h Salinitas Pearson Correlation Correlations Tingkat_Sad ah Salinitas 1,552 ** Sig. (2-tailed),000 N Pearson Correlation,552 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

115 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 103 Lampiran 9 Peta jenis tanah Kota Surabaya Lampiran 10 Peta rencana pola ruang Kota Surabaya

116 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 104 Lampiran 11 Data Curah Hujan di Kota Surabaya pada Bulan Maret Mei 2016 Tanggal Maret April Mei 1 1,3 0,7 8,6 2 17,5 6, , TTU - TTU 7 TTU - TTU 8 - TTU TTU TTU 10-24,4 5, TTU 2, , , , ,7 43, ,4 46, ,6 8,3 7, , ,4 22-3,2 25,8 23 1,2-10,4 24 1,8-23,8 25 TTU TTU , , , ,8 107,3 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2016

117 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 105 Lampiran 12 Dokumentasi alat dan analisis penelitian No. Gambar Keterangan 1 DHL meter digunakan untuk mengukur parameter DHL 2 Alat ph meter 3 Alat TDS meter 4 Meteran yang digunakan sebagai alat ukur kedalaman sumur 5. Alat Refractometer

118 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 106 Lampiran 13 Titik sampel di Kecamatan Sukomanunggal 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

119 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 107 Lampiran 14 Titik sampel di Kecamatan Tandes 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

120 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 108 Lampiran 15 Titik sampel di Kecamatan Asemrowo 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

121 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 109 Lampiran 16 Titik sampel di Kecamatan Benowo 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

122 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 110 Lampiran 17 Titik sampel di Kecamatan Pakal 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

123 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 111 Lampiran 18 Titik sampel di Kecamatan Sambikerep 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

124 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 112 Lampiran 19 Titik sampel di Kecamatan Lakarsantri 0 0,3750,75 1,5 2,25 3 Kilometers

125 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 113 Lampiran 20 Data pribadi penyusun a.foto : b. Nama : Muhammad Ali Akbar Aribiyanto c. Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 10 Oktober 1994 d. Alamat : Jalan Garuda 8 F47 No.23 Taman Narogong Indah Kota Bekasi Kode pos: e. Nama orang tua (ayah) : Mardiyanto, S.E. f. Nama orang tua (ibu) :Yun Rita Sari Abidin, S.E. g. Status dalam keluarga : Anak ke-2 dari tiga bersaudara

Pemetaan Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis

Pemetaan Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis Lampiran 1 Ringkasan Ilmiah Pemetaan Kesadahan Total Air Sumur di Wilayah Surabaya Barat Berbasis Aplikasi Sistem Informasi Geografis Muhammad Ali Akbar Aribiyanto* a, Thin Soedarti a, Trisnadi Widyaleksono

Lebih terperinci

SKRIPSI YUANITA ARUM PRIMANINGTYAS

SKRIPSI YUANITA ARUM PRIMANINGTYAS PEMETAAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR GRESIK BERDASARKAN KADAR SALINITAS, DAYA HANTAR LISTRIK (DHL), DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) YUANITA ARUM PRIMANINGTYAS

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah, Pertumbuhan dan menurut Kecamatan No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Tahun 2012 Pertumbuhan 2012 2012 1 SUKOMANUNGGAL 9.23 104,564 6.42 11,329 2 TANDES 11.07 97,124 3.36

Lebih terperinci

Intrusi air laut terhadap kualitas air tanah dangkal dari pantai kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) :

Intrusi air laut terhadap kualitas air tanah dangkal dari pantai kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) : Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) : 228-232 INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DI KOTA SURABAYA Rendi Novi Indriastoni Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup BAD V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan basil analisa data dan pembahasan, serta melihat tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 91 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya mempunyai kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air tawar, sehingga timbul masalah pemenuhan

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud, Tujuan, Dan Sasaran... 1-1 1.3. Lokasi Pekerjaan... 1-2 1.4. Lingkup Pekerjaan... 1-2 1.5. Peraturan Perundangan... 1-2 1.6. Sistematika Pembahasan...

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERWAKILAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SURABAYA DI PROVINSI

Lebih terperinci

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7. vi PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINGKASAN ANGGARAN DAN MENURUT DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II NOMOR TANGGAL : PERATURAN : 8 : 28 Oktober 2013 TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA)

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Lampiran 1. Ringkasan ilmiah Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Januar Jody Ferdiansyah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Definisi Water Treatment (Pengolahan Air) Suatu proses/bentuk pengolahan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Permadi dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Hasrianti 1, Nurasia 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 hasriantychemyst@gmail.com

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI

TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI (Design and Application Adsorption Column with Ion Exchanger using

Lebih terperinci

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah Kenyataan saat ini masyarakat sudah mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap upaya peningkatan sumber daya manusia. Variabel-variabel pendidikan yang digunakan antara lain : 1. Persentase guru Taman

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Presentasi Tugas Akhir-MO091336 Bidang Studi Teknik Pantai Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Nico Adi Purnomo 4308100111 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA Oleh: Ummi Fadlilah Kurniawati 3608100027 Dosen Pembimbing: Rulli Pratiwi Setiawan,S.T.,M.Sc. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Surabaya

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/104/436.1.2/2014 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATLAK PB) DAN SATUAN TUGAS SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATGAS SATLAK PB)

Lebih terperinci

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Tugas kelompok Pengindraan jauh Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Oleh Fitri Aini 0910952076 Fadilla Zennifa 0910951006 Winda Alvin 1010953048 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan Karbon Aktif tanpa Penambahan Zeolit Volume Volume t V1 ph V2 buffer EBT (menit) (ml) (ml) (tetes) (tetes) awal Sesudah Kesadahan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan 2.3 JENIS-JENIS IMPURITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

Rendra Suprobo aji

Rendra Suprobo aji Rendra Suprobo aji 3605100009 Kota Surabaya merupakan kota Metropolis dengan jumlah penduduk 2.830.466 jiwa serta memiliki luas wilayah sebesar 32.637,75 Ha (BPS-Surabaya Dalam Angka, 2008) Pertumbuhan

Lebih terperinci

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya E47 Identifikasi Panjang Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya Ayu Tarviana Dewi, Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya) PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM KEBAKARAN SURABAYA I, SURABAYA II, SURABAYA III, SURABAYA IV DAN SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Percobaan proses demineralisasi untuk menghilangkan ionion positif dan negatif air PDAM laboratorium TPA menggunakan tangki penukar ion dengan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DS-1. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status No. Umur Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma Universitas 1 5-6 - 67,293-2 7-12 - 146,464-3 13-15 - - 70,214 4 16-18 70,170

Lebih terperinci

ADSORPSI ION TIMBAL (II) DENGAN ADSORBEN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI

ADSORPSI ION TIMBAL (II) DENGAN ADSORBEN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SKRIPSI ADSORPSI ION TIMBAL (II) DENGAN ADSORBEN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ANGGI VANESTIKA PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM 1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Surabaya adalah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelolah oleh Pemerintah Kota Surabaya sebesar 19.039 Ha.Kota Surabaya berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM KEBAKARAN SURABAYA I, SURABAYA II, SURABAYA III, SURABAYA IV DAN SURABAYA

Lebih terperinci

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER KESADAHAN DAN WATER SOFTENER Bambang Sugiarto Jurusan Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jogjakarta Jln. SWK 104 Lingkar Utara Condong catur Jogjakarta 55283 Hp 08156897539 ZAT PENGOTOR (IMPURITIES) Zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-78 Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA

SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA 3306100095 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat vital

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI SEKITAR PEGUNUNGAN KAPUR PUGER SKRIPSI

TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI SEKITAR PEGUNUNGAN KAPUR PUGER SKRIPSI TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI SEKITAR PEGUNUNGAN KAPUR PUGER SKRIPSI Oleh Eka Prasetyaningsih NIM 091810301023 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2014 TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air. Sumber utama air yang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors Tabel : 06.01.01 Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of and Workers by Sub Sectors 2005-2011 Industri Kimia Agro Industri Logam Mesin dan Hasil Hutan/ Elektronika dan Aneka/ Tahun/

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA

TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA (Design and Fabrication Ion Exchanger-based Activated Carbon for Water Treatment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam tubuh makhluk hidup baik

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324 Arrowiyah 1307 100 070 Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si Seminar Tugas Akhir SS091324 1 Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Seminar

Lebih terperinci

INTRUSI AIR LAUT PANTAI BAROMBONG MAKASSAR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK

INTRUSI AIR LAUT PANTAI BAROMBONG MAKASSAR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK INTRUSI AIR LAUT PANTAI BAROMBONG MAKASSAR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK Haswida Yanti, Ahmad Yani, Muhammad Arsyad Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA UNM Jl. Mallengkeri Raya UNM Parantambung, Makassar

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Pada dasarnya air memegang peranan penting dalam proses fotosintesis, respirasi maupun

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes Tabel : 04.01.16 4. SOSIAL BUDAYA / CULTURE SOCIAL Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, Ruang Belajar dan Guru pada Madrasah Tsanawiyah*) Number of School, Classes, Pupils, Classrooms and Teachers on Madrasah

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci