HUKUM PIDANA BELANDA
|
|
- Bambang Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUKUM PIDANA BELANDA (Netherland Criminal Code) Nyoman Samuil Kurniawan Mata Kuliah: Hukum Pidana Perbandingan A. SEJARAH Pada tahun 1811 Kerajaan Belanda menyatu dengan Kekaisaran Perancis dan KUHP Belanda yang telah berlaku sejak tahun 1809, digantikan oleh KUHP Napoleon Perancis. Setelah pemulihan kemerdekaan pada 1813, KUHP Perancis tetap berlaku untuk sementara waktu, walaupun disertai dengan beberapa perubahan penting, misal: sistem juri dihapuskan dan sistem sanksi dari KUHP tahun 1809 kembali diperkenalkan. Selama abad ke-19, telah disajikan sejumlah rancangan KUHP, namun semuanya ditolak, akibat pecahnya suara parlemen pada sistem sanksi dan sistem penjara. Namun revisi-revisi penting selanjutnya pada KUHP Belanda lebih diarahkan pada sanksi-sanksi. Kisaran vonis berkurang menjadi berbagai bentuk hukuman penjara, denda, penangguhan hak-hak tertentu dan perampasan barang-barang tertentu. Hukuman badani dihapuskan pada tahun 1856 dan hukuman mati dihapuskan pada tahun Denda pengganti penahanan mulai diperkenalkan pada tahun Rezim penjara pada abad ke-17 sangat keras, tanpa membedakan umur, masa hukuman penjara, pelaku pertama atau residivis dll., sehingga berpengaruh buruk pada tahanan. Tahanan tidak hanya terbatas pada sel individu tetapi di tempat umum. Pada tahun 1823, beberapa warga membentuk Asosiasi Belanda untuk Perbaikan Moral Narapidana untuk memperbaiki moral para tahanan dengan memerangi perusakan moral yang timbul dari kondisi menyedihkan dalam penjara melalui kunjungan, pendidikan tentang perilaku, pelajaran agama, penyediaan buku, hingga memainkan peranan penting dalam adopsi akhir oleh Parlemen thd sistem penjara sel (sistem Pennsylvania) yang membuka jalan bagi KUHP Belanda pertama yang sesungguhnya. Pada 1863 Menteri Kehakiman berikutnya, Modderman, mempublikasikan tesis kedoktorannya tentang Reformasi thd KUHP Belanda, yang memuat deskripsi terperinci tentang bagaimana KUHP nasional seharusnya disusun. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kehakiman, pada tahun 1870 Modderman membentuk komite reformasi hukum pidana untuk menyusun rancangan KUHP yang kemudian diserahkan ke Parlemen pada tahun 1879, dan kemudian disepakati pada tahun 1881, karena beberapa ketentuan perbuatan pidana harus direvisi dan penjara baru berdasarkan sistem penjara sel harus dibangun terlebih dahulu, KUHP ini mulai berlaku pada tahun B. PEMBAHARUAN UTAMA DALAM KUHP BELANDA Sejak 1886 KUHP Belanda telah cukup mengalami pembaharuan. Ketentuanketentuan pidana baru telah ditambahkan seperti ketentuan terhadap diskriminasi, penggangguan privasi, pencemaran lingkungan, kegiatan komputer illegal,dll. Beberapa tindak pidana lainnya, seperti perzinahan atau tindakan homoseksual antara orang dewasa dan remaja diatas usia 16 tahun telah dilegalkan. Pembaharuan Utama dalam 1
2 KUHP Belanda terjadi dalam hukum pidana remaja (1965 dan 1995), pada perpanjangan penangguhan hukuman (1987), pembebasan lebih awal (1987), pembaharuan denda (1983), hukuman komunitas ( ) - pertanggungjawaban pidana korporasi (1976) dan pelanggaran serius terhadap moral publik. C. KARAKTERISTIK KUHP BELANDA Karakteristik KUHP Belanda terlihat pada beberapa hal seperti: kesederhanaan, kepraktisan, kepercayaan terhadap pengadilan, ketaatan pada prinsip-prinsip egaliter, pertimbangan terhadap kejahatan sosial, tidak adanya pengaruh agama tertentu dan pengakuan terhadap pentingnya kesadaran hukum. Kesederhanaannya, terbukti dari definisi hukum tindak pidana, pembagian antara kejahatan atau pelanggaran dan dari sistem sanksi-nya yang hanya terdiri dari tiga hukuman pokok, yaitu penjara, penahanan dan denda. KUHP ini menjadi lebih praktis Kepercayaan terhadap pengadilan terbukti dari tidak adanya hukuman minimum khusus untuk pelanggaran serius dan kewenangan yang luas untuk memilih hukuman. KUHP Belanda tidak mengandung perbedaan dan definisi dari ajaran sifat dasar. Baik definisi pada berbagai bentuk kelalaian atau penyebab. D. PEMBAGIAN DALAM KUHP BELANDA KUHP terdiri dari tiga buku. Buku pertama merupakan bagian umum dengan ketentuan mengenai ruang lingkup penerapan kitab Undang-Undang, pada sanksi dan tindakan, pada pertahanan, pada usaha dan perluasan pertanggungjawaban pidana melalui partisipasi, pada pengurangan hukuman dalam hal adanya persetujuan, pada pembatasan UU dan pada prinsip ne bis in idem. Dalam buku kedua dan ketiga didefinisikan tentang inti kejahatan dan pelanggaran. E. HUKUM PIDANA UNTUK REMAJA Walau tidak ada UU khusus thd remaja pelaku kejahatan, namun KUHP Belanda memuat sejumlah ketentuan khusus pada remaja, terutama menyangkut sanksi yang dapat dikenakan pada pelanggar remaja (bagian 77a melalui 77k KUHP Belanda). F. UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA UTAMA LAINNYA KUHP Belanda tidak mendefinisikan semua tindak pidana. Banyak UU lainnya yang melengkapi KUHP Belanda. Beberapa UU Hukum Pidana utama lainnya adalah UU Pelanggaran Ekonomi tahun 1950, UU Lalu Lintas tahun 1994, UU Pelanggaran Obat Narkotika tahun 1928 dan UU Persenjataan dan Mesiu tahun Pelanggaran seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, tabrak lari, kepemilikan senjata api ilegal, perdagangan narkoba merupakan kejahatan. Selain itu terdapat ratusan hukum berisi ketentuan-ketentuan pidana untuk penegakan hukum berdasarkan administrasi perundang-undangan. Bagian umum dari KUHP Belanda juga berlaku untuk UU hukum pidana lainnya (sect. 91 CC). G. KODE BAHASA 2
3 KUHP Belanda (Wetboek van Strafrecht) secara resmi telah diterbitkan dalam bahasa Belanda. Namun demikian, terdapat beberapa terjemahan yang tidak resmi dalam bahasa Perancis, Jerman dan Bahasa Inggris, misalnya: 1. Code Pénal Néerlandais, in: M. Ancel and Y. Marx, Les Codes Pénaux Européens, Tome III, Centre Français de droit comparé, Paris 1958, pp Das niederländische Strafgezetzbuch, translated by D. Schaffmeister (in: HH Jescheck and G. Kielwein, Sammlung ausserdeutsche Strafgezetzbücher, Band 18, de Gruyter, Berlin The Dutch Penal Code, translated by L. Rayar and S. Wadsworth, in: The American Series of Foreign Penal Codes; no. 30, Rothman Littleton, Colorado H. BEBERAPA HUKUM PIDANA (CRIMINAL LAW) BELANDA 1. Act of 17 November 1994 amending the Civil Code and other legislation in connection with the incorporation of provisions concerning the contract to provide medical treatment, Stb. 1994, Besluit Politiegegevens 3. Code of Criminal Procedure (excerpts police) 4. Money Laundering and Terrorist Financing Prevention Act Penitentiary Principles Act 6. Politiewet Wet Taakstraffen 8. Wet politiegegevens 9. Wet politiegegevens 10. Wet ter voorkoming van witwassen en financieren van terrorisme 2008 (money laundering law) 11. Wetboek van Strafrecht 12. Wetboek van Strafrecht (Penal Code) 13. Wetboek van Strafvordering 14. Wetboek van Strafvordering (Criminal Proceedings Act) I. BEBERAPA PERBEDAAN AWAL KUHP BELANDA DAN KUHP INDONESIA 1. Perbedaan rumusan berlakunya hukum pidana (Pasal 2 dan seterusnya). pada KUHP Belanda tercantum strafwet (UU Pidana), pada KUHP Indonesia tertulis wettelijk strafbepaling (ketentuan peruuan pidana) 2. Jenis pidana berbeda yang tercantum di dalam Pasal 9 KUHP Belanda dan Pasal 10 KUHP Indonesia. Di dalam KUHP Indonesia tercantum pidana mati, sedangkan di Belanda sejak tahun 1870 sudah dihapus. Pada pidana tambahan KUHP Belanda, ada pidana penempatan di tempat kerja negara yang tidak terdapat dalam Pasal 10 KUHP Indonesia. 3. Beberapa delik lebih berat pidana penjaranya dalam KUHP Indonesia dibanding dengan dalam KUHP Belanda. Mis: pencurian, maks 4 th penjara dlm Pasal 310 KUHP Belanda sedangkan dalam Pasal 362 KUHP Indonesia maks 5 thn penjara. Begitu pula delik penipuan dan penggelapan. 3
4 4. Ada perbedaan-perbedaan tertentu antara ketentuan pidana bersyarat. 5. Ada perbedaan tentang pelaksanaan pidana. Mis: Pd Pasal 20 KUHP Belanda terpidana kurungan dapat memilih bekerja ataukah tidak, yang dalam Pasal 19 KUHP Indonesia adalah kewajiban untuk bekerja. 6. Minimum pidana denda lebih rendah di dalam KUHP Belanda, yaitu f 0,25 sedangkan dalam KUHP Indonesia f 0,50 yang sekarang menjadi Rp.250, Dalam KUHP Belanda ada jenis pencurian yang tidak ada dalam KUHP Indonesia, yaitu yang disebut stroperij (penyamun) yang tidak relevan diatur di Indonesia. J. BEBERAPA PERBEDAAN KUHP BELANDA DAN KUHP INDONESIA SAAT INI. Perbedaan kedua KUHP ini sekarang bertambah lebar. KUHP Belanda terus berubah sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi. Selain itu jika ditinjau secara teliti, ketentuan tentang pidana dalam KUHP Belanda bertambah "lunak" pada jalur penghapusan (dekriminalisasi) dan perubahan rumusan delik, misalnya Pasal 239 yang sepadan dengan Pasal 281 KUHP Indonesia, kata-kata "di depan umum" diganti dengan "di tempat yang menjadi lalu lintas-umum" dalam Pasal 239 KUHP Belanda itu. Dengan sendirinya berkurang orang yang melanggar pasal itu, karena "di depan umum" menurut penjelasannya pasti berbeda. Juga bertambah "lunak", karena ancaman pidana semua delik dalam KUHP Belanda ada alternatif dendanya. Begitu pula adanya pasal sisipan, yaitu Pasal 9a, yang hakim dapat tidak menjatuhkan pidana, jika delik itu kecil artinya, keadaan pada waktu melakukan delik, begitu pula sesudahnya. Sekarang ini sistem denda dalam KUHP Belanda didasarkan kepada kategori, dari kategori satu sampai dengan enam. Dalam daftar kategori itu dicantumkan maksimum denda. Daftar kategori denda dicantumkan di dalam Buku 1, yaitu Pasal 23. Jadi, pada tiap rumusan delik hanya menyebut ancaman pidana dendanya kategori berapa. Sejak tahun 1976 ditentukan juga, bahwa korporasi (badan hukum) itu adalah subjek hukum pidana. Korporasi dapat dijatuhi pidana, yang sudah jelas tidak mungkin pidana penjara tetapi terutama pidana denda. Oleh karena itu, cocok juga jika semua delik ada ancaman pidana dendanya sebagai alternatif pidana penjara. Daftar kategori sebagai berikut: Kategori 1, lima ratus gulden. Kategori 2, lima ribu gulden. Kategori 3, sepuluh ribu gulden. Kategori 4, dua puluh lima ribu gulden. Kategori 5, seratus ribu gulden. Kategori 6, satu juta gulden. Sistem kategori ini sesuai dengan negara yang inflasinya tinggi, karena jika denda sudah menjadi kecil seperti sekarang (1995) di Indonesia, maka cukup satu pasal yang diubah, yaitu yang mengatur daftar kategori denda dalam Buku I saja, Barangkali 4
5 itu pula menjadi pemikiran penyusun RKUHP Indonesia yang mencantumkan sistem kategori denda dalam rancangan tersebut, Perubahan paling mendasar pada KUHP Belanda, pada tahun 1980-an ini ialah dicantumkannya alternatif (ada juga alternatif /kumulatif) denda pada semua perumusan delik, termasuk delik terhadap keamanan negara, tidak terkecuali makar terhadap raja. Bahkan, kalau kita teliti tidak ada satu perumusan pun pada saat buku ini ditulis yang diancam pidana denda menurut kategori keenam (satu juta gulden). Paling tinggi menurut kategori kelima. Jadi, kategori keenam masih merupakan cadangan. Perubahan lain, ialah disisipkannya titel (bab) baru seperti: Titel VIII A. Ketentuan khusus untuk orang di bawah umur. Titel II A. Titel XIX. Tindakan. Pengguguran kandungan. Banyak pasal sisipan yang lain, sesuai dengan perkembangan hukum modern, misalnya Pasal 139 a sampai dengan Pasal 139 g mengenai perbuatan mendengar secara diam-diam (menguping) pembicaraan orang lain tanpa izin. Suatu hal yang tidak kurang pentingnya untuk diketahui ialah asas di dalam ketentuan KUHP tidak dimungkinkan adanya akumulasi pidana penjara dan denda, telah diterobos oleh KUHP Belanda, yaitu pada delik pemalsuan dan perbuatan curang dimungkinkan kumulatif/aiternatif pidana penjara dan denda. Di samping itu, perbandingan antara pidana penjara dan denda menurut ketentuan baru di dalam KUHP Belanda tidaklah berlaku simetris. Bukan berarti jika pidana penjaranya lebih tinggi maka alternatif dendanya juga lebih tinggi. Ada hal-hal yang kelihatannya diselaraskan dengan efektivitas pidana denda itu. Misalnya, delik pencurian (Pasal 310), ancaman pidana penjaranya 4 tahun dan denda ialah kategori keempat. Dibandingkan dengan delik perbuatan curang (penipuan Pasai 326) yang ancaman pidananya maksimum 3 tahun, tetapi pidana dendanya kategori kelima. Dengan demikian, ancaman pidana penjara pada delik pencurian lebih berat daripada delik penipuan, tetapi ancaman pidana dendanya lebih ringan. Sumber: Andi Hamzah, 2008, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta diakses pada 19 Oktober 2010 pukul 20:59 WITA diakses pada 19 Oktober 2010, pukul 21:45 WITA 5
I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan
Lebih terperinciFAIQ TOBRONI, SHI., MH
FAQ TOBRON, SH., MH Sejarah dan Upaya Pembaharuan Hukum Pidana SEJARAH HUKUM PDANA Prof. Mr. J. E. Jonkers mengatakan orang-orang Belanda yang dengan melewati lautan dan samudra luas memiliki jalan untuk
Lebih terperinciKapita Selekta Ilmu Sosial
Modul ke: Kapita Selekta Ilmu Sosial Hukum Pidana Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran Hukum Pidana Kapita Selekta Ilmu Sosial Ruang lingkup: Mengenai Hukum Pidana secara
Lebih terperinciBAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat
BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1. Sanksi
Lebih terperinciBab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan
Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan Pasal 359 Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA
PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Bagus Surya Darma Marwanto Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : Criminal fines are one
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.
PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.
Lebih terperinciPOLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional
POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional RKUHP (RUUHP): Politik Pembaharuan Hukum Pidana (1) ARAH PEMBANGUNAN HUKUM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur
Lebih terperinciMakalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN
Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada
Lebih terperinciPIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto
PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Abstract Titles in this writing
Lebih terperinciBAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan
BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA YANG MENGATUR TENTANG SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
Lebih terperinciBAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan
BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP 2012 A. Pengertian Zina Lajang Dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan Cabul yang sekarang
Lebih terperinciRELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA
RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA Oleh Ida Ayu Made Merta Dewi Pembimbing Akademik : Yuwono Program Kekhususan : Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract
Lebih terperinciBAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak
Lebih terperinciBab XXV : Perbuatan Curang
Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan
BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun wanita, sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan
Lebih terperinciPengantar Hukum Pidana Joeni Arianto Kurniawan,S.H.
Pengantar HUKUM PIDANA bäx{m Joeni Arianto Kurniawan, S. H. Latar Belakang & Hakekat Hukum Pidana: Manusia kepentingan selaras interaksi tidak selaras Manusia kepentingan Pemenuhan kepentingan dg memperhatikan
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciPublic Review RUU KUHP
Public Review RUU KUHP Oleh: agustinus pohan Tujuan: Implikasi pengaturan tindak pidana korupsi dalam RUU KUHP Sejauh mana kebutuhan delik korupsi diatur dalam RUU KUHP. Latar belakang RUU KUHP KUHP dipandang
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP
PERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP Oleh: Nandang Kusnadi, S.H., M.H. 1 ABSTRAK Di dalam KUHP, jenis-jenis pidana diatur di dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU. pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara. Pidana pencabutan
24 BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU A. Defenisi Pidana Penjara Jenis pidana yang paling sering dijatuhkan pada saat ini adalah pidana pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara.
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGATURAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA
TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGATURAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Herwin Sulistyowati, SH,MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
Lebih terperinciPerkembangan/Pembaharuan HUKUM PIDANA INDONESIA. Dr. Hj.Nashriana, SH.M.Hum.
Perkembangan/Pembaharuan HUKUM PIDANA INDONESIA Dr. Hj.Nashriana, SH.M.Hum. Apa itu Pembaharuan? Sangat terkait dg Pembangunan Hukum Indonesia Membangun hukum berarti membentuk suatu tata hukum beserta
Lebih terperinciDalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :
Apa sanksi hukum penyalahguna narkoba? Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut : Pasal 111 UU RI No. 35 Tahun 2009 [bagi tersangka kedapatan
Lebih terperinci1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor
Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana
Lebih terperinciSEJARAH PEMBENTUKAN KUHP, SISTEMATIKA KUHP, DAN USAHA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA
Hand out Mata Kuliah Hukum Pidana Dosen Pengampu: Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. SEJARAH PEMBENTUKAN KUHP, SISTEMATIKA KUHP, DAN USAHA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA Sejarah Pembentukan KUHP Induk peraturan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan upaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam
Lebih terperinciBAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA
BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA Salah satu usaha penanggulangan kejahatan ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA
16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Lebih terperinciKEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM
KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM 1. Pengertian Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi Yang bertanggung jawab adalah Korporasi Korporasi = badan hukum => Perseroan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA NARKOTIKA. 2.1 Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1976
BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA NARKOTIKA 2.1 Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1976 Berdasarkan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal
Lebih terperinciPEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP
PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP Oleh Bram Suputra I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Pidana Fakultas
Lebih terperinciPENGGUNAAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
PENGGUNAAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Pengantar Diskusi) Oleh: Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum. 1 A. NDAHULUAN Undang-undang tentang Perkawinan sebagaimana diatur dalam Undangundang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia, khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika
Lebih terperinciPasal 48 yang berbunyi :
41 BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM TERHADAP MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN A. Persyaratan Teknis Modifikasi Kendaraan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pidana di negara kita selain mengenal pidana perampasan kemerdekaan juga mengenal pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang. Pidana yang berupa pembayaran
Lebih terperinciBAB II EKSISTENSI PIDANA DENDA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA. Pasal 10 KUHP menempatkan pidana denda di dalam kelompok pidana
BAB II EKSISTENSI PIDANA DENDA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA A. Pidana Denda di Dalam KUHP Indonesia Pasal 10 KUHP menempatkan pidana denda di dalam kelompok pidana pokok sebagai urutan trakhir atau keempat,
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN TENTANG PIDANA DENDA DALAM HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN RANCANGAN KUHP. Oleh : Ferdricka Nggeboe
SUATU TINJAUAN TENTANG PIDANA DENDA DALAM HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN RANCANGAN KUHP Oleh : Ferdricka Nggeboe Abstrak Pidana denda bermula dari hubungan keperdataan, yaitu ketika seorang dirugikan
Lebih terperinciHukum Pidana Indonesia H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
Hukum Pidana Indonesia H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pengertian Hukum Pidana Menentukan perbuatan yang dilarang disertai dengan sanksi Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di Indonesia adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda (Wetboek van Strafrecht) yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, S.H, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
Lebih terperinciBab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang
Lebih terperinciBab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana
Lebih terperinciBAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak
BAB IV ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN PADA PENGADILAN TINGGI PEKANBARU NOMOR 235/PID.SUS/2012/PTR Tindak Pidana dan Tanggung Jawab Korporasi di Bidang
Lebih terperinciBahan Diskusi Panel B
Bahan Diskusi Panel B Perkembangan Bab Bab Yang Terkait D engan Proteksi Negara Dalam RUU KUHP Oleh Andi Hamzah Konsultasi Publik Perlindungan HAM Melalui Reformasi KUHP Hotel Santika Slipi Jakarta, 3-4
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Bab XXII : Pencurian Pasal 362 Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT TIMUS KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN)
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT TIMUS KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciHAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2
HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hakikat dari tindak pidana ringan dan bagaimana prosedur pemeriksaan
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA Oleh: Putu Agus Hendra Wirawan Marwanto Progam Kekhususan Hukum Pidana
Lebih terperinciEKSISTENSI PIDANA DENDA MENURUT SISTEM KUHP 1 Oleh : Aisah 2
EKSISTENSI PIDANA DENDA MENURUT SISTEM KUHP 1 Oleh : Aisah 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan pidana denda di Indonesia dan bagaimanakah eksistensi
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
32 BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tindak pidana
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.
BAB II TINDAK PIDANA MILITER 1. Tindak Pidana dan Unsur-Unsurnya Ada baiknya dikemukakan terlebih dahuku apa yang dimaksud dengan tindak pidana (strafbaar feit, delict, criminal act). Ada beberapa pandangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]
UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164] BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Pasal 3 Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT TIMUS KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : 1. Keterkaitan antara Prospektus dan Prinsip Keterbukaan dalam rangka Penawaran Umum yang membuka peluang investasi
Lebih terperinciHAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN
1 HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN Saya akan mengawali bab pertama buku ini dengan mengetengahkan hak pekerja yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak-anak dalam dunia ketenagakerjaan. Sebagaimana
Lebih terperinciUPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN DIRJEN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] Pasal 102 Setiap orang yang: a. mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai dengan hukuman pidana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada hukum.namun dilihat dari sudut hukum, hak dan kewajiban secara individual selalu berkonotasi
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH SISTEMATIKA TEKNIK PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DAN KERANGKA
Lebih terperinciPIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA
PIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA Oleh : Putu Astrid Yolanda Sari Pembimbing : I Made Tjatrayasa Sagung Putri M.E. Purwani Program Kekhususan: Hukum Pidana Abstract:
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN Hukum merupakan sebuah instrumen yang dibentuk oleh pemerintah yang berwenang, yang berisikan aturan, larangan, dan sanksi yang bertujuan untuk mengatur
Lebih terperinciKETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR :02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
Lebih terperinciPasal-pasal Makar (berasal dari kata Aanslag) berasal
1 MELIHAT POTENSI ANCAMAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM PASAL-PASAL MAKAR RKUHP 2017 1 MASALAH SERIUS DALAM PASAL- PASAL MAKAR Frasa Makar yang berasal dari kata Aanslag dalam KUHP kemudian diterjemahkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan upaya
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING Abstract: Oleh M. Dody Sutrisna I Ketut Mertha Gde Made Swardhana Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN DIRJEN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciHAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP
PERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP Oleh: Nandang Kusnadi, S.H., M.H. 1 ABSTRAK Di dalam KUHP, jenis-jenis pidana diatur di dalam Pasal 10 Kitab Undang-
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan upaya
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum bukan didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) amandemen ke-3 Undang-Undang
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati I. PEMOHON 1. Raja Syahrial alias Herman alias Wak Ancap.. Pemohon I; 2. Raja Fadli alias Deli...
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR A. Analisis tentang Kasus Tindak Pidana Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu negara yang berdasar atas hukum bukan berdasarkan kepada kekuasaan semata. Hal tersebut dipertegas di dalam Konstitusi
Lebih terperinciLex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015. TINDAK PINDANA PENYELUNDUPAN SEBAGAI DELIK EKONOMI 1 Oleh : Ryan Merianto 2
TINDAK PINDANA PENYELUNDUPAN SEBAGAI DELIK EKONOMI 1 Oleh : Ryan Merianto 2 Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana aturan tentang penyeludupan itu dan bagaimana pemecahannya
Lebih terperinciB. Rumusan Masalah Bagaimana cara merumuskan perbuatan pidana? Sebutkan jenis-jenis tindak pidana? Siapa saja subjek tindak pidana?
Category : HUKUM ARTIKEL TENTANG HUKUM PIDANA Author : Eko Riyadi, S.H.,M.H 26 November 2016 Tags : diktat Comments 97 View BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah sebuah aturan mendasar dalam
Lebih terperinciPERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF
PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF M. ALI ARANOVAL SEMINAR NASIONAL PEMBIMBINGAN KEMASYARAKATAN DAN ALTERNATIVE PEMIDANAAN IPKEMINDO - 19 APRIL 2018 CENTER FOR DETENTION
Lebih terperinciKejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih
Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan Surastini Fitriasih Dalam Buku II KUHP: Bab XXII : Pencurian Bab XXIII: Pemerasan & Pengancaman Bab XXIV: Penggelapan Barang Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXVI: Merugikan
Lebih terperinci