HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

Transkripsi

1 HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK Aedes aegypti (Studi di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016) Ratna Sopia Julita 1) Nur Lina dan Lilik Hidayanti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk penular, dengan Aedes aegypti sebagai vektor utama. Kelurahan Kotabaru merupakan daerah dengan IR DBD tertinggi (55,03% per penduduk). Cara paling baik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Desain penelitian mengunakan cross sectional. Sampel diambil sebanyak 107 Rumah Tangga dari 3311 populasi, secara purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan, 35,5% rumah ditemukan jentik Aedes aegypti, paling banyak ditemukan di bak mandi (19,1%). Hasil: Praktik PSN yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yaitu menguras TPA (p=0,002; OR=4,059), menutup TPA (p=0,033; OR=2,656), mengubur barang bekas (p=0,012; OR= 4,533), sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yaitu penggunaan abate serta keberadaan ikan pemakan jentik (p-value >0,05). Rekomendasi yang diberikan adalah masyarakat meningkatkan praktik menguras TPA menggunakan sikat dan sabun, menutup kembali TPA serta mengubur barang bekas. Pihak Puskesmas pun diharapkan memberikan sosialisasi penggunaan abate sehingga dapat mengurangi faktor risiko penularan DBD. Kata Kunci : Jentik, Praktik PSN, DBD Kepustakaan : ( ) 1 CORRELATION PRACTICE MOSQUITO ERADICATION NEST (PSN) WITH EXISTENCE OF Aedes Aegypti LARVAE

2 (Case Study in Village of Kotabaru Subdistrict of Cibeureum Tasikmalaya City 2016) Ratna Sopia Julita 1) Nur Lina and Lilik Hidayanti 2) Students of the Faculty of Health Sciences Epidemiology Specialisation 1) Siliwangi University Supervisor Section of Epidemiology Faculty of Health Sciences 2) Siliwangi University ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease transmitted to humans through the bite of a mosquito borne by Aedes aegypti as the main vector. Kotabaru Village was the region with the highest incident rate of dengue (55,03% per population). The best way to prevent this disease is mosquito eradication nest (PSN). The purpose of research is to determine the relationship of mosquito eradication nest practices with the presence of Aedes aegypti larvae. The study used cross sectional design. There are 107 Household as samples from the 3311 population, chosen by purposive sampling. Method of data collection was done by interview and observation using a questionnaire. Univariate analysis using frequency distribution and Chi-square for analysis bivariate. The results showed 35,5% of homes are found larvae of Aedes aegypti and is most prevalent in the bath (19,1%). The result: the drain water reservoirs practice (p=0,002;or=4,059), close the water practice (p=0,033;or=2,656), bury the thrift (p=0,012;or=4,533) related with the presence of Aedes aegypti larvae, as well unrelated variables with the presence of Aedes aegypti is use of abate and the presence of larvae-eating fish (p-value >0,05). Recommendation are communities improve the practice of draining water reservoir using a brush and soap, immediately shut the landfill after use and bury the thrift. The public health community was expected to provide socialization about use of abate, so as to decrease the risk factor for transmission of dengue fever. Keywords : Larvae, Practices Mosquito Eradication Nest (PSN), Dengue Hemorrhagic Fever Reading List : ( ) 2 1. PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk penular (vektor), Aedes aegypti sebagai

3 vektor utama, Aedes albopictus sebagai vektor potensial. Penyebaran Aedes aegypti dipengaruhi oleh faktor musim, peningkatan biasanya terjadi pada musim hujan, karena larva membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya (Safar R, 2010). Demam berdarah di Provinsi Jawa Barat mulai menunjukkan peningkatan signifikan, salah satunya di Kota Tasikmalaya. Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 tercatat sebanyak 797 orang, yang tersebar di 10 Kecamatan dengan IR 127,75 % per penduduk. Kecamatan Cibeureum meruoakan 10 Kecamatan tertinggi kasus DBD di Kota Tasikmalaya. Tahun 2015 tercatat 97 kasus dengan IR 127,75 per penduduk (Dinkes Tasikmalaya, 2015). Berdasarkan data laporan bulan Januari Juni 2016 Kelurahan Kotabaru merupakan daerah dengan IR DBD tertinggi yakni 55,03% per penduduk (Puskesmas Cibeureum). Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada 11 rumah di Kelurahan Kotabaru menunjukkan bahwa 54,54% (6 dari 11 rumah) terdapat jentik Aedes aegypti dan belum melaksanakan praktik PSN secara keseluruhan, sedangkan 45,45% (5 dari 11 rumah) tidak terdapat jentik Aedes aegypti dan sudah melaksanakan praktik PSN. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti (Studi di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016). 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh rumah yakni sebanyak 3311 rumah di Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian yakni sebagian dari anggota rumah tangga. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 107 orang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan senter. 3

4 3. HASIL PENELITIAN a. Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi Kategori Praktik Menguras Tempat Penampungan Air di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No. Kategori n % 1 Buruk 53 49,5 2 Baik 54 50,5 Berdasarkan tabel 3.1 diketahui responden dengan kategori praktik menguras tempat penampungan air yang buruk sebanyak 53 orang (49,5%) dan responden yang menguras tempat penampungan air dengan baik sebanyak 54 orang (50,5%). Tabel 3.2 Distribusi Kategori Praktik Menutup Tempat Penampungan Air di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No. Kategori n % 1 Buruk 57 53,3 2 Baik 50 46,7 Berdasarkan tabel 3.2 diketahui responden dengan kategori praktik menutup tempat penampungan air yang buruk sebanyak 57 orang (53,3%) 4

5 dan responden yang menutup tempat penampungan air dengan baik sebanyak 50 orang (46,7%). Tabel 3.3 Distribusi Kategori Praktik Mengubur Barang Bekas di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No. Kategori N % 1 Buruk 79 73,8 2 Baik 28 26,2 Berdasarkan tabel 3.3 diketahui responden dengan kategori praktik mengubur barang bekas yang buruk (tidak mengubur barang bekas) sebanyak 79 orang (73,8%) dan responden yang dengan kategori baik (mengubur barang bekas) sebanyak 28 orang (26,2%). Tabel 3.4 Distribusi Kategori Praktik Penggunaan Abate di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No. Kategori n % 1 Buruk 90 84,1 2 Baik 17 15,9 Berdasarkan tabel 3.4 diketahui responden dengan kategori praktik penggunaan abate yang buruk (tidak sesuai prosedur) sebanyak 90 orang (84,1%) dan responden dengan kategori baik (sesuai prosedur) sebanyak 17 orang (15,9%). Tabel 3.5 Distribusi Kategori Keberadaan Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No. Kategori n % 1 Tidak ada 76 71,0 2 Ada 31 29,0 5

6 Berdasarkan tabel 3.5 diketahui responden yang tidak terdapat (tidak ada) ikan pemakan jentik sebanyak 76 orang (71,0%) dan responden yang terdapat (ada) ikan pemakan jentik sebanyak 31 orang (29%). Tabel 3.6 Distribusi Keberadan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No Keberadaan Jentik Aedes aegypti N % HI (%) 1 Ada jentik 38 35,5 2 Tidak ada 69 64,5 CI (%) BI (%) ABJ (%) 35,5 12,3 35,5 64,5 Berdasarkan tabel 3.6 diketahui responden yang terdapat jentik Aedes aegypti di rumahnya sebanyak 38 rumah (35,5%) dan 69 responden (64,5%) tidak terdapat jentik Aedes aegypti. Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh yakni sebsesar 64,5%. House Index (HI) di Kelurahan Kotabaru adalah 35,5% dengan Container Index (CI) 12,3% dan Breteau Index (BI) 35,5%. Jika disesuaikan dengan tabel density figure masuk dalam kategori sedang. Tabel 3.7 Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun No Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan Jentik Aedes aegypti Ada Tidak ada Total N % N % N % Artificial (Buatan) 1 Bak mandi 17 19, , Ember 12 14, , Dispenser 9 17, , Tempayan Drum Vas bunga Botol/kaleng bekas 8 Ban bekas Kolam/akuarium Tempat minum

7 burung 11 Dibawah kulkas Total 38 12, , Natural (Alamiah) 1 Tempurung kelapa 2 Pelepah daun Bambu/pagar bambu 4 Lubang pohon Total Tabel 3.7 menunjukkan bahwa tempat perindukan nyamuk yang paling banyak terdapat jentik Aedes aegypti yaitu bak mandi sebanyak 17 responden (19,1%). b. Analisis Bivariat Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No Praktik PSN Kategori Keberadaan Jentik Aedes aegypti Total Ada Tidak Ada n % n % n % p-value OR (95% CI) 1 Menguras TPA Buruk Baik 27 50, , , , ,002 4,059 (1,729-9,532) 2 Menutup TPA Buruk 26 45, , Baik ,033 2,656 (1,156-6,105) 3 Mengubur Barang 7 Buruk ,012 4,533 Baik 4 14, , (1,438-

8 4 Bekas 14,294) Penggunaan Buruk 35 38, , ,161 Abate Baik 3 17, , Keberadaan Ikan Pemakan Jentik Tidak ada 30 39, , Ada 8 25, , ,264 Berdasarkan tabel 3.8 praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang mempunyai hubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti adalah menguras tempat penampungan air (p-value 0,002), menutup tempat penampungan air (p-value 0,033), mengubur barang bekas (p-value 0,012). Adapun variabel yang tidak berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yaitu penggunan abate (p-value 0,161) dan keberadaan ikan pemakan jentik (p-value 0,264). 4. PEMBAHASAN a. Hubungan Menguras Tempat Penampungan Air dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara praktik menguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,002). Besarnya risiko ditemukannya jentik Aedes agypti dapat dilihat dari nilai OR = 4,059 (95% CI 1,729-9,532) yang berarti reponden yang menguras tempat penampungan airnya buruk memiliki risiko 4,059 kali lebih besar untuk ditemukan jentik Aedes agypti Dalam penelitian ini jentik Aedes aegypti yang paling banyak ditemukan yaitu pada bak mandi. Menguras TPA minimal sekali dalam seminggu dapat mengurangi tempat berkembang biaknya jentik Aedes aegypti. Kegiatan menguras TPA dengan cara menyikat menggunakan sabun dinding tempat penampungan air dimaksudkan untuk menghilangkan telur-telur nyamuk yang menempel pada dinding tempat penampungan air (Depkes RI, 2004). b. Hubungan Menutup Tempat Penampungan Air dengan Keberadaan Jentik Aedes agypti Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara praktik menutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,033). Besarnya risiko ditemukannya jentik Aedes aegypti dapat dilihat dari nilao OR = 2,656 8

9 9 (95% CI 1,156-6,105) yang berarti reponden yang menguras tempat penampungan airnya buruk memiliki risiko 2,656 kali lebih besar untuk ditemukan jentik Aedes aegypti. Masyarakat Kelurahan Kotabaru memiliki kebiasaan menggunakan tempat penampungan air jenis ember dan bak mandi dalam menyimpan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut WHO (2005), tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang tergenang. Studi yang dilakukan Lintang, dkk (2010) di Kota Semarang memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara menutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. c. Hubungan Mengubur Barang Bekas dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara praktik mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,012). Besarnya risiko ditemukannya jentik Aedes aegypti dapat dilihat dari nilai OR = 4,533 (95% CI 1,438-14,294) yang berarti reponden yang mengubur barang bekasnya buruk memiliki risiko 2,656 kali lebih besar untuk ditemukan jentik Aedes aegypti. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damyanti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara praktik menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan dengan p-value sebesar 0,007. d. Hubungan Penggunaan Abate dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengunaan abate dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,161). Hal ini dikarenakan kebanyakan responden tidak menggunakan abate atau menggunakan abate tetapi tidak sesuai prosedur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita, dkk (2007), menyebutkan bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti pada rumah yang tidak diberi abate pada tempat penampungan airnya adalah 9,143 kali dibandingkan dengan rumah yang diberi abate pada tempat penampungan airnya terhadap kejadian DBD. e. Hubungan Keberadaan Ikan Pemakan Jentik dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan yang bermakna antara keberadaan ikan pemakan jentik dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p-value 0,264). Dalam hal ini ikan yang digunakan seperti ikan cupang/tempalo, ikan gabus, ikan guppy, ikan

10 kepala timah, ikan mujair dan ikan nila yang diletakkan di tempat penampungan air seperti bak mandi/wc dan ember atau kolam ikan dengan tujuan untuk mengurangi jentik Aedes aegypti yang terdapat di kolam ikan (Depkes RI, 2005). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2005) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan larva Aedes aegypti. 5. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan: a. Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Kotabaru tahun 2016 yakni menguras tempat pnampungan air (p-value 0,002), menutup TPA (p-value 0,033) serta mengubur barang bekas (p-value 0,012). b. Tidak ada hubungan antara penggunaan abate (p-value 0,161) dan keberadaan ikan pemakan jentik (p-value 0,264). 6. SARAN a. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan lebih meningkatkan kegiatan praktik menguras tempat penampungan, menutup kembali TPA yang sudah digunakan dan mengubur barang-barang bekas. b. Bagi Puskesmas Kotabaru Disarankan bagi Puskesmas Kotabaru unuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan bubuk abate terutama pada tempat penampungan air, khususnya bak mandi. c. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan single larva method dalam memeriksa keberadaan jentik Aedes aegypti agar hasil lebih akurat. 7. DAFTAR PUSTAKA 10 Anggara Hubungan 3M dan 3M Plus dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar Tahun Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas. Damyanti Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek 3M dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Daerah Endmis Demam Berdarah dengue di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Skripsi: Undip

11 Depkes RI. 2004b. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta: Departemen Kesehatan Depkes RI Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ditjen PP& PL. Jakarta. Lintang, dkk Perbedaan Praktik PSN 3M Plus di Kelurahan Percontohan dan Non Percontohan Program Pemantauan Jentik Rutin Kota Semarang. Jurnal Entomologi Indonesia, ISSN: Safar, R Parasitologi Kedokteran: Nurhayatai N, editor. Protozoologi Helmintologi dan Entomologi. Balai penerbit Yrama Widya, Bandung. Yunita K.R, dkk Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jentik Aedes Hubungannya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. Junal Kesehatan Lingkungan 1: World Health Organization Pencegahan dan Pengendalian Dengue dab Demam Berdarah Dengue. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 11