BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi tanah adalah proses terlepasnya dan berpindahnya agregat tanah dari suatu tempat menuju tempat lain (Blanco & Lal, 2010 ; Aprisal, 2011). Proses erosi memiliki dampak luas terhadap sumberdaya tanah dan dianggap cukup merugikan (Blanco & Lal, 2010). Erosi tanah dapat mengganggu kestabilan sumberdaya tanah yang termasuk pada sumberdaya tak terbarukan (Mandal & Sharda, 2011). Dampak erosi berupa hilangnya lapisan atas tanah yang mengganggu kesuburan dan produktivitas lahan. Dampak lain erosi adalah terjadinya sedimentasi di bagian hilir aliran sungai maupun danau yang sangat mengganggu ekosistem dan memperpendek usia bangunan air yang dibuat manusia (Sihite, 2001). India, sebagai salah satu negara besar mengalami dampak erosi pada menurunnya kapasitas saluran air sebesar 1-2% pertahun dan mengurangi luas lahan garapan sebesar 50% (Mandal & Sharda, 2011). Jika dihitung secara materiil, kerugian akibat proses erosi ini sangat besar, pemerintah Indonesia sebagai contoh telah menghabiskan dana sebesar 400 juta USD untuk permasalahan erosi di Jawa saja (Magrath & Arens, 1989). Penanggulangan permasalahan erosi di Indonesia sudah banyak dilakukan, namun masih secara tradisional dan sederhana (Pratiwi & Salim, 2013). Konservasi hanya dilakukan dengan cara yang telah diterapkan secara turun temurun (Dariah, 2015). Pemerintah Indonesia sendiri melalui terbitnya Undang-undang No.37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air berusaha berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan lahan di Indonesia. Undang-undang tersebut masih perlu diberikan beberapa aturan dan poin penjelas yang lebih detail dan rinci. Sebagai contoh adalah perlu adanya penjelasan mengenai langkah perancanaan konservasi lahan di indonesia yang masih belum memikirkan tingkat efektivitas dan efisiensi secara kuantitatif 1

2 Nilai ambang batas erosi (T) belum menjadi kajian pokok dalam program konservasi (Adi, 2003). Hal tersebut merupakan penyebab utama pemerintah Indonesia belum menerbitkan bahkan belum memiliki standar ambang batas erosi nasional. Beberapa negara besar seperti Amerika, India dan China telah memiliki standar nasional nilai ambang batas erosi (Duan et al.,2009; Arsyad, 2010; Mandal & Sharda, 2011). Tingginya laju erosi tanah di Indonesia serta keberadaan UU Konservasi tanah dan Air merupakan alasan kuat pentingya memiliki sebuah standar nasional dalam penentuan nilai ambang batas erosi tanah. Perhitungan nilai ambang batas erosi di Indonesia saat ini lebih banyak memanfaatkan metode yang berbasis kedalaman tanah dan juga laju pembentukan tanah. Hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan ketersediaan data di indonesia yang masih sangat lemah. Buruknya ketersediaan data tersebut yang mengakibatkan hasil perhitungan ambang batas erosi di Indonesia tidak sesuai. Wilayah yang cukup menarik untuk dijadikan area kajian penentuan ambang batas erosi tanah adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon. DAS Bompon memiliki luas 294,71 ha dan terletak di wilayah Kabupaten Magelang. Variasi kemiringan lereng di DAS Bompon berkisar antara 3-45 derajat, serta penggunaan lahan cukup beragam pada semua kelas lereng (Wardhana, 2013; Pratiwi, 2013). Keunikan di wilayah DAS Bompon adalah ketebalan tanahnya yang termasuk dalam kategori supertebal meskipun berada pada lereng yang terjal. Tanah supertebal tersebut merupakan hasil lapukan material induk debu vulkanik dan juga hasil pengaruh proses alterasi. Kondisi tersebut membuat DAS Bompon sangat sesuai untuk kajian ambang batas erosi secara mendetail dengan metode modifikasi indeks produktivitas. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian-penelitian terdahulu terkait nilai ambang batas erosi tanah banyak dilakukan pada wilayah yang luas seperti Dewi et al (2012) di DAS Saba (4000 ha), Duan et al (2009) di timur laut China (124 juta ha), ataupun pada wilayah homogen seperti Bazzoffi (2008) di perkebunan anggur di Italia. Pemilihan lokasi kajian yang 2

3 luas dan besar akan semakin menambah tinggi unsur ketidakpastian dalam proses analisis. Kajian mengenai nilai ambang batas erosi harus dimulai dari skala kajian yang detail. Penelitian ambang batas erosi perlu dilakukan pada wilayah kajian yang tidak luas namun cukup memiliki kompleksitas bentanglahan. Beberapa penelitian di dunia telah banyak mengembangkan metode perhitungan ambang batas erosi. Pengukuran nilai ambang batas erosi tanah di Indonesia banyak dilakukan dengan memanfaatkan nilai ketebalan tanah berdasar metode Hammer yang sudah banyak diterapkan di Indonesia (Dibyosaputro et al., 2009 ; Dewi et al., 2012). Metode ini hanya efektif pada wilayah-wilayah yang tanahnya tidak terlalu tebal, sehingga kedalaman tanah lebih mudah diterka. Berdasarkan adanya keterbatasan tersebut, perlu dilakukan perhitungan nilai ambang batas erosi dengan metode lain selain berdasar faktor kedalaman tanah. Pendekatan untuk melakukan perhitungan nilai ambang batas erosi, salah satunya dengan memanfaatkan nilai indeks produktivitas lahan (Li et al., 2009). Indeks produktivitas merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengestimasi produktivitas lahan berdasar karakteristik fisik maupun kimia tanah (Duan et al, 2011). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Duan et al (2012) berhasil memodifikasi prosedur penentuan ambang batas erosi berdasar nilai indeks produktivitas. Metode ini relatif lebih sederhana dibanding memanfaatkan ketebalan dan laju pembentukan tanah. Penentuan ambang batas erosi berbasis indeks produktivitas belum pernah diterapkan di Indonesia. Berdasar ulasan pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa nilai ambang batas erosi di wilayah DAS Bompon? 2. Apa jenis satuan pemetaan yang dapat digunakan untuk membatasi kelas ambang batas erosi tanah di DAS Bompon? 3. Apa karakteristik lahan yang memiliki nilai ambang batas erosi terbesar dan terkecil? 3

4 4. Parameter apa saja yang sangat berpengaruh terhadap nilai variasi ambang batas erosi tanah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menganalisis nilai ambang batas erosi tanah di DAS Bompon dengan Modified Productivity Index; 2. Memetakan ambang batas erosi DAS Bompon. 3. Menguji sensitivitas parameter dalam metode Modified Productivity Index untuk DAS Bompon; 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai nilai ambang batas erosi tanah di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Menjelaskan arti penting nilai ambang batas erosi tanah dalam perencanaan konservasi; b. Mengaplikasikan metode baru untuk penilaian nilai ambang batas erosi tanah di Indonesia; 1.5 Tinjauan Pustaka Telaah Pustaka Telaah pustaka dilakukan untuk memberi pemahaman awal terkait unsur-unsur yang berkaitan dan menyangkut dengan riset ini yaitu: 1. Definisi dan mekanika erosi tanah, 2. Keterkaitan antara proses erosi dengan tindakan konservasi tanah, 3. Definisi dan konsep dari nilai ambang batas erosi tanah (T), 4. Pentingnya pendugaan, perhitungan, dan pemetaan nilai T, 5. Variasi nilai T di berbagai negara di dunia termasuk juga Indonesia, 4

5 6. Metode yang sering digunakan untuk perhitungan nilai T, 7. Salah satu metode serta satuan pemetaan yang dapat digunakan untuk penelitian nilai T Definisi dan mekanika erosi tanah Erosi tanah merupakan suatu bagian dari proses alam yang terjadi pada tanah (Csafordi et al., 2012). Erosi tanah adalah proses terlepasnya dan berpindahnya agregat tanah dari suatu tempat menuju tempat lain (Blanco & Lal, 2010 ; Aprisal, 2011). Perlepasan hingga perpindahan agregat tanah tersebut dikarenakan adanya dua tenaga alam yang berpengaruh yaitu tenaga air dan tenaga angin (Arsyad, 2010). Tenaga pemicu utama erosi yang dikenal luas ada dua yaitu tenaga angin dan tenaga air (Blanco & Lal, 2010). Pada wilayah tropis basah, proses erosi yang dominan adalah erosi oleh tenaga air (Mandal & Sharda, 2011). Proses pengelepasan agregat tanah ini diakibatkan adanya hantaman percik hujan dan juga dapat diakibatkan oleh laju limpasan permukaan (USDA, 2001). Pengaruh tenaga air tidak hanya sebatas pada proses pengelepasan agregat tanah, namun juga pada proses perpindahan agregat tanah menuju wilayah pengendapannya. Faktor penting yang berperan dalam terjadinya erosi air adalah 1. Curah hujan dan limpasan permukaan 2. Erodibilitas tanah 3. Topografi (kondisi lereng) 4. Vegetasi penutup permukaan (Mahilum, 2004 ; Zhang et al., 2003) Terjadinya erosi oleh air ini dapat diketahui dari bentukan bentukan yang spesifik dan terlihat di lapangan. Bentukan tersebut juga menunjukkan tahapan perkembangan erosi tanah oleh air. O Geen (2006) menjelaskan terdapat beberapa bentukan erosi oleh air yaitu: 5

6 1. Pedestal 2. Singkapan akar 3. Armour layer Dampak proses erosi banyak dikaji dari lokasi pengaruh dampak tersebut yaitu dampak secara on-site dan dampak secara off-site (Morgan, 2005). Dampak secara onsite adalah dampak yang dirasakan pada wilayah terjadinya erosi tanah, sementara itu dampak secara off-site erosi adalah dampak proses erosi yang terjadi pada wilayah yang jauh dari titik terjadinya erosi (Blanco & Lal, 2010 ; Mulengera & Payton, 1999) Nilai Ambang Batas Erosi Tanah Nilai ambang batas erosi tanah didefinisikan sebagai besar nilai erosi yang masih dapat dibiarkan pada suatu luasan lahan (Arsyad, 2010). Ambang batas erosi juga dikenal sebagai nilai erosi yang dapat ditoleransi (Boardman & Poesen, 2006). Definisi lain menjabarkan bahwa nilai ambang batas erosi sebagai nilai keberlanjutan pemanfaatan tanah (Li et al., 2009). Pemanfaatan tanah dianggap mempertimbangkan aspek keberlanjutan apabila nilai erosi yang terjadi jauh dibawah nilai ambang batas erosi tanahnya, karena pada wilayah yang dilakukan pengolahan sangat mustahil menekan laju erosi tanah hingga nol (Montgomery, 2007). Perkembangan penelitian mengenai ambang batas erosi dimulai sejak pemanfaatan lahan mulai intensif. Namun demikian, hingga saat ini kajian mengenai toleransi erosi masih terus berkembang. Perkembangan kajian ini dikarenakan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi besar nilai ambang batas erosi (Li et al., 2009). Bazzofi (2009) menjelaskan berbagai faktor yang memiliki peran penting dalam besar nilai ambang batas erosi yaitu: 1. Laju pembentukan tanah 2. Ketebalan antara lapisan top soil dengan subsoil 3. Laju penurunan hasil panen 4. Kedalaman tanah 5. Kandungan bahan organik tanah 6. Faktor ekonomi 6

7 Salah satu manfaat dari nilai ambang batas erosi adalah untuk mengevaluasi pola pemanfaatan lahan baik pertanian maupun non-pertanian (Centeri et al., 2001). Permasalahan erosi yang ada, termasuk di Indonesia, banyak diselesaikan dengan kegiatan konservasi konvensional dan tradisional (Dariah, 2015). Kegiatan perencanaan konservasi tanah perlu adanya suatu perhitungan nilai acuan, salah satunya dengan nilai ambang batas erosi tanah (USDA, 2015); (Marwanto et al., 2014) Variasi Nilai Ambang Batas Erosi Ambang batas erosi (T) di berbagai belahan dunia memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan nilai diakibatkan dari perbedaan kondisi fisik seperti lereng, penggunaan lahan, dan curah hujan, faktor pengaruh manusia, luasan daerah penelitian, serta pendekatan yang digunakan oleh peneliti (Liu et al, 2009). Penelitian terkait ambang batas erosi yang pernah dilakukan diantaranya di Italia, Indonesia, India, Afrika Selatan, Hungaria, China dan Amerika. Penelitian terkait ambang batas erosi di Amerika dilakukan oleh Harsbarger dan Swanson (1969). Penelitian yang dilakukan di Ilinois menjelaskan bahwa nilai ambang batas erosi berada pada kisaran 3 Ton/Acre/Tahun. Nilai ambang batas erosi didapat berdasar kondisi ekonomi dan sosial masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani (Harsbarger dan Swanson, 1969). Pendugaan nilai ambang batas erosi dilakukan untuk mengevaluasi dan merencanakan teknik konservasi yang sesuai untuk diterapkan di Ilinois. Perhitungan nilai ambang batas erosi di china mulai berkembang dan intensif dilakukan sejak awal tahun 2000 (Liu et al,2009). Nilai ambang batas erosi telah dihitung untuk wilayah Sichuan tepatnya pada wilayah perbukitannya dan Songnen (Liu et al, 2009 ; Duan et al, 2012). Kedua area tersebut memiliki kesamaan kondisi fisik yaitu berada di wilayah perbukitan dengan pemanfaatan lahan berupa lahan pertanian. Perbedaan kedua wilayah terdapat pada kondisi tanahnya yaitu Sichuan didominasi oleh Entisol dan Songnen disominasi oleh Mollisol. Perhitungan nilai ambang batas erosi di Sichuan memperoleh hasil sebesar Ton/Ha/tahun dan 7

8 di Songnen sebesar Ton/Ha/Tahun, pemerintah China sendiri telah menetapkan nilai ambang batas erosi di China sebesar 200 Ton/ Ha/Tahun (Liu et al, 2009 ; Duan et al, 2012). Mandal dan Sharda (2011) melakukan penelitian terkait ambang batas erosi di seluruh wilayah India. Penelitiannya memanfaatkan pembagian bentanglahan secara regional. Hasil penelitiannya berupa nilai ambang batas erosi di India yang berkisar antara 2,5 12,5 Ton/Ha/Tahun. Penelitian ambang batas erosi juga dilakukan oleh Bhattacharyya et al (2008) di wilayah Shivalik, provinsi Himalaya. Penelitiannya memanfaatkan data penggunaan lahan dan komoditas tanaman untuk menilai ambang batas erosi. Hasil didapat yaitu nilai ambang batas erosi sebesar 7,5 hingga 10 Ton/Ha.Tahun. Nilai ambang batas erosi di Afrika selatan sebesar 10 Ton/Ha/Tahun. Penelitian dilakukan oleh Pretorius et al pada tahun 1989 di Daerah Aliran Sungai Tangela. Seri tanah di wilayah DAS Tangela dimanfaatkan oleh Pretorius sebagai dasar satuan pemetaan nilai ambang batas erosi. Bazzoffi (2009) Melakukan penelitian terkait ambang batas erosi tanah di Italia. Wilayah studinya secara spesifik berada di Lembah Chianti, Toscana, Italia. Wilayah dikenal sebagai penghasil anggur merah dan beberpa komoditas lain. Penggunaan lahan dengan komoditas yang berbeda digunakan Bazzoffi sebagai satuan pemetaannya. Hasil penelitian menunjukkan wilayah Lembah Chianti memiliki nilai ambang batas erosi sebesar 0,01 hingga 3 Ton/Ha/Tahun. Penelitian ambang batas erosi di Indonesia sangat jarang dilakukan. Penelitian terkait ambang batas erosi yang pernah dilakukan adalah oleh Fitri (2011) di Daerah Aliran Sungai Krueng Simpo, Nanggroe Aceh Darussalam. Satuan pemetaan yang digunakan adalah penggunaan lahan serta kemiringan lereng. Hasil penelitiannya berupa nilai ambang batas erosi di DAS Krueng Simpo sebesar 17 hingga 43 Ton/Ha/Tahun. 8

9 Perhitungan Nilai Ambang Batas Erosi Metode untuk perhitungan nilai ambang batas erosi (T) tanah memiliki banyak variasi, dan pendekatan (Mulengera & Payton, 1999). Metode perhitungan yang berbeda dapat menghasilkan nilai T yang berbeda, karena adanya faktor spesifik yang berbeda setiap metode (Li et al., 2009). Metode yang telah dikembangkan, dan dapat digunakan dalam penentuan nilai T diantaranya: 1. Metode ketebalan tanah Metode perhitungan ini memanfaatkan ketebalan tanah sebagai faktor utama penentu nilai T. Metode ini dikembangkan berdasar keyakinan bahwa ketebalan tanah berkaitan dengan ketersediaan tanah untk dilakukan pengelolaan (Li et al., 2009 ; Sparovek & Lier, 1997). 2. Metode laju pembentukan tanah Metode lain yang digunakan untuk menghitung nilai T dengan memanfaatkan besar laju pembentukan tanah. Pembentukan tanah dianggap penting karena merupakan penyumbang material baru yang menggantikan tanah yang tererosi (Sudishri et al., 2014 ; Alexander, 1988a). 3. Metode USDA- NRCS USDA-NRCS pada tahun 1999 menjelaskan pendekatan baru untuk perhitungan ambang batas erosi. Metode yang dikembangkan USDA-NRCS ini dengan memanfaatkan kedalaman perakaran tanaman (USDA, 2015). 4. Indeks produktivitas Metode perhitungan nilai T dengan memanfaatkan indeks produktivitas dikembangkan oleh Pierce pada tahun Metode ini memanfaatkan nilai toleransi degradasi produktivitas lahan sebagai acuan pembuatan nilai T (Alexander, 1988b). Metode Indeks Produktivitas ini kemudian dikembangkan lagi oleh Xi Wu Duan pada tahun 2009 menjadi metode modifikasi indeks produktivitas (Larson et al., 1983 ; Duan et al., 2009). 9

10 Metode Modified Productivity Index (MPI) Indeks produktivitas merupakan suatu metode untuk mengukur nilai produktivitas lahan berdasarkan beberapa parameter yang berupa sifat fisik dan kimia tanah ( Pierce et al., 1983). Metode ini pada awalnya dikembangkan oleh Neill dan kemudian disempurnakan oleh Pierce pada tahun 1983 (Duan et al., 2009). Formulasi indeks produktivitas adalah sebagai berikut n PI = A i x C i x D i x WF i i=1 dimana PI merupakan nilai produktivitas (0-1), n adalah lapisan tanah, A adalah Available Water Content, C adalah indeks kesesuaian dari bulk density, D adalah ph tanah dan WF adalah bobot lapisan tanah tertentu (Pierce et al., 1983). Metode ini kemudian dimodifikasi oleh Xi Wu Duan pada tahun Modifikasi Duan atas indeks produktivitas dilakukan dengan menambahkan unsur bahan organik (O) serta lempung (CL) serta menghilangkan nilai bulk density (C) (Duan et al., 2012). Metode modifikasi indeks produktivitas dirumuskan menjadi n PI = A i x CL i x O i x D i x WF i i=1 Modifikasi dilakukan terhadap metode indeks produktivitas untuk penyesuaian wilayah kajian. Duan et al. (2009) menjabarkan bahwa pada beberapa wilayah di China memiliki wilayah dengan tanah yang hitam, tanah tersebut kaya akan kandungan bahan organik dan juga lempungnya. Kondisi tersebut yang kemudian menjadi pertimbangan utama modifikasi indeks produktivitas lahan Keaslian Penelitian Penelitian yang mencakup erosi telah banyak dilakukan, namun yang mecakup nilai ambang batas erosi di Indonesia masih jarang dilakukan. Penelitian toleransi erosi yang dilakukan di Indonesia hanya sebagai salah satu indikator untuk pencarian indeks bahaya erosi seperti yang dilakukan oleh Dewi et al. (2012). Berbeda dengan di Indonesia, dalam skala global penelitian nilai ambang batas erosi cukup banyak 10

11 dilakukan. Penelitian mengenai erosi maupaun toleransi erosi di berbagai belahan dunia banyak dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan lahan atau memberikan arahan konservasi lahan. Penelitian terkait erosi tanah serta konservasi yang dilakukan sudah dilakukan oleh beberapa ahli. Cai (2001) melakukan evaluasi program konservasi di dataran tinggi Loess di China. Yoshino (2005) melakukan penelitian terkait perencanaan konservasi di DAS Cidanau, Jawa Barat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yueqing et al. (2009) mengkaji mengenai pengaruh perubahan lahan terhadap laju erosi di Sichuan, China. Penelitian terkait perencanaan konservasi tanah oleh orang Indonesia dilakukan di DAS Saba pada tahun 2012 oleh Dewi et al. Bazzoffi (2008) melakukan penelitian toleransi erosi di wilayah perbukitan Italia. Duan et al (2009) melakukan modifikasi terhadap metode indeks produktivitas, kemudian menerapkannya untuk kajian toleransi erosi (2012). Li et al. (2009) melakukan pengkajian terkait metode-metode yang lazim digunakan untuk perhitungan toleransi erosi. Liu et al. (2009) melakukan penelitian terkait besar laju toleransi erosi di wilayah Sichuan China. 11

12 Tabel 1.1 Daftar Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang Dilakukan No. Judul Tujuan Metode Hasil 1. Cai Qiang Guo (2001), Soil Memahami konsep dan metode Loss Erosion and Management in Loess Plateau konservasi tanah yang pernah dilaksanakan di dataran tinggi Loess, China 2. Kunihiko Yoshino et al. Membuat menejemen pengelolaan (2005) Guidelines for soil lingkungan DAS Cidanau dengan conservation towards memanfaatkan risiko erosi yang integrated basin management dibuat berdasar GIS dan for sustainable development: A Penginderaan Jauh new approach based on the assessment of soil loss risk using remote sensing and GIS 3. Paolo Bazzoffi (2008), Soil Mengetahui besaran toleransi erosi erosion tolerance and water pada wilayah perbukitan di italia runoff control: minimum Mengetahui pengaruh funoff environmental standards terhadap besar erosi di perbukitan di Italia Survey lapangan secara Terdapat berbagai macam metode langsung dan mendata metode konservasi tanah yang telah dipraktekkan konservasi yang pernah diterapkan di kawasan dataran tinggi Loess di China, baik yang sederhana maupun kompleks. di wilayah kajian Evaluasi laju erosi tanah Rekomendasi yang diberikan untuk dengan menggunakan pengelolaan lahan di DAS Cidanau metode USLE diantaranya: 1. Peningkatan penutupan lahan dengan tanaman hijau 2. Penggunaan sistem belt dan contour farming sangat diperlukan Menghitung besaran respon DAS dengan metode SCS-CN. EDP dihitung dengan indeks ERSE 12

13 4. Duan Xing Wu et al. (2009), Mengaplikasikan metode Metode Modifikasi Degradasi produktivitas di wilayah Study on the Method of Soil Modifikasi Indeks Produktivitas Indeks Produktivitas kajian akan mencapai angka 9,6% selama Productivity Assessment in pada wilayah dengan tanah hitam di 100 tahun dan 48,3% selama 500 tahun. Black Soil Region of China bagian timur laut Northeast China. 5. Lan Li et al. (2009), an Mengkaji berbagai metode yang Studi telaah pustaka Terdapat 4 metode utama yang sering Overview of Soil Loss banyak dikenal dan digunakan untuk dipakai untuk kajian toleransi erosi, Tolerance mencari Nilai ambang batas erosi di yaitu: berbagai belahan dunia 1. Metode ketebalan tanah 2. Metode laju pembentukan tanah 3. Metode USDA-NCRS 4. Metode indeks produktivitas 6. Gancai Liu et al. (2009), Menghitung besar laju toleransi Pembuatan plot dengan Laju toleransi erosi mencapai 800 hingga Determination of Soil Loss erosi di Sichuan, China kondisi vegetasi berbeda 1200 Mg/km/tahun Tolerance of an Entisol in dan memanfaatkan Southwest China metode perhitungan Barth 13

14 7. Xu Yueqing et al. (2011), Mengetahui pengaruh perubahan Evaluasi laju erosi tanah Laju erosi paling besar terdapat pada Land use change and soil lahan terhadap percepatan laju erosi dengan menggunakan wilayah pertanian yang kering, semetara erosion in the Maotiao River yang terjadi di DAS Maotiao, metode USLE yang paling kecil pada pertanian dengan watershed of Guizhou Provinsi Guizhou, China tanaman padi Province 8. Duan Xin Wu et al. (2012), Mengetahui Nilai ambang batas Modified Productivity Rata-rata laju ambang batas erosi pada Soil loss tolerance in the black erosi pada wilayah China Timur Index (MPI) Models wilayah kajian sebesar 141 soil region of Northeast China Laut yang memiliki tanah berwarna ton/km 2 /tahun, 29% lebih rendah hitam. dibandingkan standar nasional yang diterapkan oleh pemerintah China 9. I Gusti Ayu Surya Utami Dewi Mengetahui nilai erosi di DAS Memanfaatkan rumus Laju erosi paling ringan mencapai 0,16 dkk (2012), Prediksi Erosi dan Saba EDP konvensional ton/ha.tahun yang mencakup 26,19 % Perencanaan Konservasi Membuat perencanaan konservasi dengan metode Hammer wilayah kajian, sementara yang paling Tanah dan Air pada Daerah berdasar nilai bahaya erosi di DAS dan rumus USLE parah mencapai 728 ton/ha/tahun Aliran Sungai Saba Saba mencakup 8% wilayah kajian. Peningkatan penutupan lahan perlu untuk konservasi tanah dan air di DAS Saba 14

15 10. Ahmad Priyo Sambodo (2016), Menganalisis nilai ambang batas Menggunakan metode Nilai ambang batas erosi (T) di wilayah Perhitungan Nilai Ambang erosi tanah di DAS Bompon Modified Productivity DAS Bompon, serta persebarannya. Batas Erosi dengan Metode dengan Modified Productivity Index yang Mengetahui karakteristik lahan dengan Modified Productivity Index di Index. dikembangkan oleh Xin nilai T tertinggi maupun terendah. Daerah Aliran Sungai Menguji sensitivitas parameter Wu Duan di China. Bompon, Kabupaten dalam metode Modified Magelang, Jawa Tengah. Productivity Index untuk DAS Bompon. Memetakan ambang batas erosi DAS Bompon. 15

16 1.6 Kerangka Teori Produktivitas tanah dipengaruhi oleh lima parameter utama yaitu kandungan lempung pada tanah, bahan organik, kapasitas air dalam tanah, derajat keasaman tanah serta faktor bobot tanah (Gambar 1.1). Semakin tinggi nilai produktivitas suatu lahan maka kemampuannya untuk dapat diberdayakan semakin tinggi. Pengolahan lahan dilakukan pada lahan dengan produktivitas yang tinggi, namun banyak dijumpai pengolahan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan nilai produktivitas tersebut. Pengolahan tanah secara berkepanjangan dan tanpa perencanaan pada akhirnya akan mengganggu kestabilan sifat fisik maupun kimia tanah. Lemahnya ikatan antar agregat tanah diakibatkan hilangnya bahan organik dan air dalam tanah. Kondisi ini diperparah dengan curah hujan yang cukup tinggi maupun topografi berlereng curam sehingga mengakibatkan tanah menjadi rentan tererosi. Penggunaan pupuk merupakan solusi sementara, karena kandungan kimia tanah dapat mengganggu kestabilan derajat keasaman tanah. Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai produktivitas lahan Pencegahan rusaknya lahan akibat laju erosi yang tinggi serta penurunan kemampuan lahan untuk berproduksi dapat dilakukan dengan program konservasi tanah. Kegitan konservasi lahan yang baik perlu dilakukan perencanaan, serta adanya suatu parameter tetap untuk evaluasinya. Nilai ambang batas erosi merupakan salah satu nilai yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari program konservasi tanah. Nilai ambang batas erosi dalam suatu DAS dapat bervariasi. Faktor fisik seperti litologi, curah hujan, kemiringan lereng dan vegetasi dapat berpengaruh secara signifikan terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Faktor manusia seperti intensitas pengolahan lahan, usaha konservasi, modifikasi lereng serta pemupukan dapat berpengaruh besar terhadap kondisi parameter ph dan bahan organik. Tingginya peran kondisi fisik dan intensifnya pengolahan oleh manusia membutuhkan satuan pemetaan yang sesuai dan dapat melingkupi seluruhnya, sehingga satuan bentuklahan dengan 15

17 pendetilan memanfaatkan vegetasi dirasa cocok untuk memetakan ambang batas erosi tanah di DAS Bompon. Bentuklahan Vegetasi Bahan organik Kapsitas tampung air ph tanah Kandungan Lempung Bobot lapisan tanah Produktivitas lahan Curah hujan Topografi Pengolahan dan pendayagunaan Penurunan produktivitas Erosi tanah Konservasi tanah Nilai ambang batas erosi Efektivitas dan efisiensi konservasi tanah Gambar 1.1 Kerangka Teori Penelitian 16

18 1.7 Batasan Istilah Batasan terhadap istilah yang terdapat pada penelitian ini adalah 1. Erosi: Erosi merupakan proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya faktor eksogenik. Faktor eksogenik yang dipertimbangkan pada penelitian ini adalah oleh air dikarenakan wilayah kajian merupakan wilayah tropis (Arsyad, 2010). 2. Nilai ambang batas erosi (T) adalah batasan maksimal dari erosi yang dapat terjadi pada suatu wilayah, berdasarkan anggapan tidak mengganggu kestabilan pemanfaatan tanah serta kerugian yang dapat ditoleransi. 3. Metode modified productivity index merupakan salah satu metode yang dapat dipakai untuk pendugaan nilai T. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode yang dikembangkan oleh Xi Wu Duan tahun Sensitivitas parameter yang dimaksud adalah parameter yang memiliki peran terhadap tinggi atau rendah hasil indeks produktivitas 17

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Alat dan Bahan Alat Penelitian Kegiatan Survey Lapangan Uji Tekstur Tanah...

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Alat dan Bahan Alat Penelitian Kegiatan Survey Lapangan Uji Tekstur Tanah... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv INTISARI... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. kabupaten Temanggung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geomorfologis suatu wilayah. Namun laju erosi yang melebihi batas erosi

BAB I PENDAHULUAN. geomorfologis suatu wilayah. Namun laju erosi yang melebihi batas erosi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi tanah merupakan proses alami yang selalu ada dalam perkembangan geomorfologis suatu wilayah. Namun laju erosi yang melebihi batas erosi diperbolehkan (EDP) akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan

Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Kategori : Column Judu : Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Tanggal Posting : 12 September 2012 opini Senin, 25 Juni 2012 Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Agus Pakpahan Direktur Jenderal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi. Fenomena alam ini menjadi penyebab utama terbentuknya lahan kritis, terutama jika didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

MENENTUKAN LAJU EROSI

MENENTUKAN LAJU EROSI MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi tanah (soil erosion) adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan gejala alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan. Erosi semacam itu

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensitas kegiatan manusia saat ini terus meningkat dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5 PETA SATUAN LAHAN Pembuatan Satuan Lahan Lereng Faktor lereng sangat mempengaruhi erosi yang terjadi. Pengaruh lereng pada proses terjadinya erosi yaitu mempengaruhi besarnya energi penyebab erosi. Karakteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan lahan yang sangat intensif serta tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan menimbulkan adanya degradasi lahan. Degradasi lahan yang umum terjadi

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab menurunnya produktivitas suatu lahan. Degradasi lahan adalah kondisi lahan yang tidak mampu menjadi

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan negara agraris dimana mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh kesuburan lahan pertanian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah manusia yang menghuni permukaan bumi kian hari kian meningkat, tetapi kondisi tersebut berlaku sebaliknya dengan habitat hidup manusia, yaitu lahan.

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN Arahan Konservasi DAS Meureudu Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Conservation Directives of Drainage Basin Meureudu Using GIS Geographic Information Systems) Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari sumber alam, setiap tanah mempunyai daya guna yang berbeda sesuai dengan keadaannya. Jadi langkah pertama dari pengawetan tanah dan air adalah menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia

Lebih terperinci

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL Oleh: Nining Wahyunigrum dan Tyas Mutiara Basuki BADAN LITBANG KEHUTANAN BPTKPDAS SOLO Degradasi lahan di Indonesia umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai Serayu merupakan salah satu DAS terbesar di Indonesia yang masuk dalam jajaran DAS kritis dengan luas wilayah sebesar 358.514,57 ha (BPDAS Serayu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi lahan kering untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 148 juta ha (78%) dari total luas daratan Indonesia sebesar 188,20 juta ha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup tergantung dari tanah dan sampai keadaan tertentu tanah yang baik itu juga tergantung dari manusia. Pengelolaan tanah yang kurang baik bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS DI SUB DAS KONTO HULU

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS DI SUB DAS KONTO HULU STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS DI SUB DAS KONTO HULU Anggara Cahyo Wibowo 1, Rini Wahyu Sayekti 2, Rispiningtati 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO Risma Fadhilla Arsy Abstrak : Penelitian di Daerah Aliran Sungai Oyo ini bertujuan mengesktrak parameter

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan DAS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 70-an yang diimplementasikan dalam bentuk proyek reboisasi - penghijauan dan rehabilitasi hutan - lahan kritis. Proyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI 4. 1 Pengambilan dan Pengolahan Data Pengukuran laju infiltrasi di daerah penelitian menggunakan alat berupa infiltrometer single ring. Hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang terpenting di negara kita, karena sebagian besar warga Indonesia bermatapencaharian sebagai petani, namun juga sebagian besar warga miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). 29 KERANGKA PEMIKIRAN Lahan dan air adalah sumberdaya alam yang merupakan faktor produksi utama selain input lainnya yang sangat mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah. Namun, seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Harjuni Hasan 1*, Rinto Syahreza Pahlevi 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dataran yang dibatasi oleh punggung bukit yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air hujan dan juga sebagai pengaliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci