PENGARUH DOSIS KARBID (CaC 2 ) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) Erna Lidiawati NPM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DOSIS KARBID (CaC 2 ) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) Erna Lidiawati NPM"

Transkripsi

1 PENGARUH DOSIS KARBID (CaC 2 ) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) (Skripsi) Oleh: Erna Lidiawati NPM Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agroteknologi SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO - LAMPUNG 2016

2 PENGARUH DOSIS KARBID (CaC2) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) Oleh ERNA LIDIAWATI ABSTRAK Pisang (Musa paradisiaca L. var) adalah tumbuhan yang mulai dari akar hingga daunnya dapat dimanfaatkan. Buah pisang tergolong buah klimakterik, artinya buah yang mempunyai fase tertentu untuk matang saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Buah yang cukup tua akan menjadi matang dalam 4-5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Pemeraman sering dilakukan pada pisang dengan tujuan untuk mempercepat kematangan dan menyeragamkan kematangan buah. Salah satu cara yang dilakukan untuk pemeraman pisang adalah dengan karbid dan penggunaan kemasan yang tepat. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh: (1) Pemberian berbagai dosis karbid (CaC2) terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var), (2) Jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var), (3) Interaksi antara dosis karbid (CaC2) dan jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var). Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2016 di Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro-Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), disusun secara split plot 3 x 3 dengan 3 ulangan. Petak utama yaitu dosis karbid (K) terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa karbid (k0), 2 gr/kg (k1) dan 4 gr/kg (k2). Anak petak yaitu jenis kemasan (P) terdiri dari 3 taraf yaitu kardus (p1), plastik (p2) dan karung goni (p3), sehingga kombinasi perlakuan 27 satuan percobaan. Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam yang sebelumnya dilakukan uji homogenitas ragam dengan uji Bartlet dan ketidakaditifan data diuji dengan uji Tuckey, dilanjutkan dengan uji Ortogonal kontras untuk pengamatan organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% untuk pengamatan susut bobot, tingkat kekerasan buah, brix (tingkat kemanisan), vitamin C dan total asam tertitrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda, secara sensori berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas buah pisang ambon, kecuali warna kulit buah, (2) Jenis kemasan yang berbeda maupun dosis karbid yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas buah pisang ambon, (3) Tidak terdapat interaksi antara dosis karbid dan

3 jenis kemasan yang berbeda terhadap kualitas buah pisang ambon, kecuali tingkat kekerasan hari kelima. Perlakuan tanpa penambahan karbid pada kemasan kardus dan karung goni menghasilkan tingkat kekerasan tertinggi.

4 HALAMAN PERSETUJUAN Judul Skripsi Nama Mahasiswa : PENGARUH DOSIS KARBID (CaC2) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) : Erna Lidiawati No. Pokok Mahasiswa : Jurusan Program Studi : Agroteknologi : Agroteknologi Menyetujui: Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Ir. Yatmin, M.T.A Ir. Rakhmiati, M.T.A NIP NIP Ketua Jurusan Ir. Syafiuddin, M.P NIP

5 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : Ir. Yatmin, M.T.A (...) Penguji utama : Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P (...) Anggota : Ir. Rakhmiati, M.T.A (...) 2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro Ir. Rakhmiati, M.T.A NIP Tanggal lulus Ujian Skripsi: 25 November 2016

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Taman Cari, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 10 Juli 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugiyo dan Ibu Surati. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak PKK Taman Endah Purbolinggo pada tahun Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Taman Endah Purbolinggo pada tahun Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Tanjung Intan Purbolinggo pada tahun 2006 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Tanjung Intan Purbolinggo pada tahun Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan program study Agroteknologi dan sempat menjabat sebagai koordinator kesenian di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selama satu periode.

7 Motto Perjuangan belum berakhir, hanya karena kau merasa telah berhasil -Erna Lidiawati

8 Persembahan Aku Persembahkan Karyaku Ini Untuk Kedua Orang Tuaku Tercinta, Kakakku Tersayang Serta Calon Suamiku Terkasih yang Telah Memberikan Motivasi dan Inspirasi Serta Do a dan Dukungannya yang Tiada Henti

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pengaruh Dosis Karbid (CaC2) dan Jenis Kemasan Terhadap Kualitas Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L. var). Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Rakhmiati, M.T.A sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dan sebagai dosen pembimbing II atas bimbingan, nasehat dan dukungannya selama ini. 2. Ir. Yatmin, M.T.A selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, nasehat dan dukungannya selama ini. 3. Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P selaku penguji utama yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan Skripsi ini. 4. Ir. Syafiuddin, M.P sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi STIPER Dharma Wacana Metro yang telah memberikan dukungan dan ilmunya selama ini. 5. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu memberikan dukungan dan ilmunya selama ini. 6. Kedua orang tua dan kakakku tercinta, yang telah memberikan dukungan serta doa anya selama ini.

10 7. Deni Saputra, S.P calon suami yang telah memberikan semangat, motivasi dan banyak membantu dalam penyusunan Skripsi ini. 8. Hamid, Imam, Danu, Sidiq, Galuh, Syarif, Yoyon, Agus, Rahmat, Joko, Siska, Fenti, Eka dan teman-teman angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, serta semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat diterima. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan untuk dapat memperbaiki dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkan. Metro, September 2016 Erna Lidiawati

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... vi RIWAYAT HIDUP... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Tujuan Dasar Pengajuan Hipotesis Hipotesis... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Buah Pisang Pemeraman Pemeraman Tradisional Pemeraman dengan Pengemposan Pemeraman dengan Karbid (CaC2) Pemeraman dengan Gas Ethylene Pemeraman dengan Ethrel atau Ethepon Pemeraman dengan Daun Gamal Karbid (CaC2) Pengemasan Standar Mutu Buah Pisang III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan... 19

12 3.3. Rancangan Percobaan Pelaksanaan Penelitian Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Warna Kulit Pisang Hari Kelima Aroma Buah Pisang Hari Kelima Rasa Buah Pisang Hari Kelima Susut Bobot Buah Pisang Hari Kelima Tingkat Kekerasan Buah Pisang Hari Kelima Tingkat Kemanisan Buah Pisang Hari Kelima Vitamin C Buah Pisang Hari Kelima Total Asam Tertitrasi Buah Pisang Hari Kelima Pembahasan V. KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kandungan gizi buah pisang ambon (dalam 100 gr bahan) Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang di Indonesia Klasifikasi dan standar mutu pisang Standar pengamatan aroma dan rasa buah pisang Uji Ortogonal Kontras Warna Kulit Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Uji Ortogonal Kontras Aroma Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Uji Ortogonal Kontras Rasa Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Susut Bobot Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Dosis Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Tingkat Kekerasan Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Dosis Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Tingkat Kemanisan Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Dosis Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Vitamin C Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Dosis Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima) Total Asam Tertitrasi Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Dosis Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda (hari kelima)... 41

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Denah percobaan Kuisioner panelis Standar pengamatan warna kulit pisang Standar pengamatan aroma dan rasa buah pisang Data warna kulit pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam warna kulit pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data aroma buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam aroma buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data rasa buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam rasa buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data susut bobot buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam susut bobot buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data tingkat kekerasan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan... 62

15 14. Analisis ragam tingkat kekerasan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data tingkat kekerasan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x + ½)) Analisis ragam tingkat kekerasan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x + ½)) Data tingkat kemanisan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam tingkat kemanisan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data tingkat kemanisan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Analisis ragam tingkat kemanisan buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Data vitamin C buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam vitamin C buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Data vitamin C buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Analisis ragam vitamin C buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Data total asam buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Analisis ragam total asam buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Foto kegiatan... 69

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pisang (Musa paradisiaca L. var) adalah tumbuhan yang mulai dari akar hingga daunnya dapat dimanfaatkan. Walaupun di masyarakat pengembangannya sampai saat ini hanya sekedar pengisi lahan kosong pada pekarangan, tegalan dan pematang sawah dengan berbagai macam jenis (Tim Bina Karya Tani, 2009). Pisang sangat populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang yang dikonsumsi segar sebagai buah meja antara lain pisang ambon, cavendish, raja, barangan, mas dan pisang sere (Sunarjono, 2010). Pengembangan tanaman pisang di Indonesia mempunyai prospek yang sangat baik, dan sudah dibudidayakan di seluruh wilayah nusantara, baik di kota maupun di desa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014), produksi pisang terbesar di Indonesia terletak di Provinsi Lampung. Produksi pisang di Provinsi Lampung setiap tahunnya mengalami peningkatan, mulai tahun 2010 produksi pisang sebesar ton. Pada tahun 2011 meningkat 1% ( ton), tahun 2012 meningkat 16% ( ton), tahun 2013 meningkat 13% ( ton) dan tahun 2014 meningkat 37% ( ton).

17 Pisang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena beragam manfaat yang dimilikinya. Pisang merupakan bahan pangan yang menghasilkan berbagai zat gizi terutama vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan, diantaranya vitamin A (3 mg), vitamin B1 (0,31 mg), vitamin B2 (0,073 mg), vitamin B3 (0,665 mg), vitamin B5 (0,334 mg), vitamin B6 (0,367 mg), vitamin B9 (20 mg), vitamin C (0,26 mg), protein (1,09 gr), lemak (0,2 gr), karbohidrat (22,84 gr), kalsium (8,7 mg), fosfor (22 mg), zat besi (5 mg), magnesium (27 mg), potasium (358 mg), serat (2,26 gr), kalori (90 kkal) dan air (78 gr) (Kaleka, 2013). Konsumsi pisang per kapita rakyat Indonesia mencapai 20 kg per tahun. Jika penduduk Indonesia berjumlah 250 juta jiwa maka dibutuhkan produksi pisang sekitar 5 juta ton per tahun. Diperkirakan kebutuhan tambahan produksi pisang sebesar ton untuk konsumsi buah segar, belum termasuk olahan (Kaleka, 2013). Namun, buah pisang yang sering dijumpai di pasaran kualitasnya kurang baik, seperti kematangan tidak seragam dan warna kurang menarik sehingga dapat menurunkan nilai ekonomi, hal ini disebabkan penanganan pascapanen yang kurang baik. Buah pisang tergolong buah klimakterik, artinya buah yang mempunyai fase tertentu untuk matang saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Namun mutunya kurang baik, rasanya kurang enak dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tua akan menjadi matang dalam 4 5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Pemeraman sering dilakukan pada pisang dengan tujuan untuk mempercepat kematangan dan menyeragamkan kematangan buah. Salah

18 satu cara yang dilakukan untuk pemeraman pisang adalah pemeraman dengan karbid (Satuhu dan Supriyadi, 2005). Umumnya petani atau pedagang menggunakan gas etilen yang berasal dari karbid untuk mempercepat proses pemasakan buah. Biasanya buah ditumpuk di dalam jenis kemasan seperti kardus atau karung plastik kemudian diperam dengan menggunakan karbid yang telah dihaluskan tanpa ditimbang dosisnya, setelah itu dibiarkan selama 2 3 hari. Cara ini tidak efesien karena mengakibatkan memar pada buah dan masaknya tidak merata yang menyebabkan mutu buah berkurang (Olya, 2008). Selain penggunaan karbid yang tepat, penggunaan kemasan selama pemeraman juga harus diperhatikan. Tujuan pengemasan adalah untuk memperlambat proses respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan buah dan sayuran. Pengemasan dapat dilakukan dengan kotak atau peti kayu, kardus, karung goni dan plastik. Namun, pengemasan yang sering dilakukan adalah menggunakan plastik, karena selain dapat menekan proses respirasi buah, plastik juga dapat membuat buah cepat matang dibandingkan dengan kardus atau karung goni yang memiliki celah untuk masuknya udara (Rochman 2007 dalam Johansyah, dkk., 2014). Dari uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dosis karbid (CaC2) dan jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var).

19 1.2. Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh: 1. Pemberian berbagai dosis karbid (CaC2) terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var). 2. Jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var). 3. Interaksi antara dosis karbid (CaC2) dan jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var) Dasar Pengajuan Hipotesis Di Indonesia buah pisang umumnya dipanen dengan pertimbangan untuk kebutuhan ekonomi dan keamanan, bukan berdasarkan tingkat ketuaan atau umur petiknya. Di pasaran banyak ditemukan buah pisang yang masih muda dan kurang matang. Buah pisang yang kurang matang rasanya kurang manis dan aromanya juga kurang kuat. Buah yang demikian mutunya rendah sehingga harganya murah (Satuhu dan Supriyadi, 2005). Mutu yang baik sangat diperlukan, baik untuk pemasaran dalam negeri maupun luar negeri. Mutu buah pisang yang baik ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan penampakannya. Tingkat ketuaan buah diukur berdasarkan umur, sedangkan penampakan yang baik diperoleh dari penanganan pascapanen yang baik (Satuhu dan Supriyadi, 2005). Buah pisang biasanya dipanen pada saat masih berkulit hijau tetapi sudah cukup tua diharapkan memiliki daya simpan lebih lama dibandingkan dengan pisang yang

20 sudah matang (Tim Bina Karya Tani, 2009). Untuk mempercepat kematangan buah pisang dapat dilakukan dengan cara pemeraman. Pemeraman yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan menggunakan karbid, karena harganya yang terjangkau dan cara penggunaannya mudah. Karbid menghasilkan gas etilen yang dapat memacu pematangan buah (Kaleka, 2013). Etilen dapat ditemukan di seluruh bagian tumbuhan termasuk daun, batang, akar, buah dan biji. Jika proses pemeraman berjalan baik akan menghasilkan buah yang seragam kematangannya, rasanya manis dan mengeluarkan aroma yang harum. Cara pemeraman yang tidak tepat akan menurunkan mutu buah pisang. Menurut Prabawati, dkk. (2008), buah akan cepat matang, mudah rontok, dan cepat rusak, ditandai dengan bintik-bintik cokelat pada permukaan kulit karena pemeraman buah dilakukan dengan penambahan karbid yang terlalu banyak, sehingga mempercepat laju gas etilen. Namun, jika penambahan karbid terlalu sedikit akan mengakibatkan buah menjadi matang tidak serempak, karena laju gas etilen lambat. Untuk itu harus diperhatikan dosis yang tepat dalam pemeraman buah. Agar buah yang dihasilkan memiliki warna kulit yang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok. Proses pematangan tersebut terjadi karena pemecahan klorofil, pati, pektin, dan tanin yang diikuti dengan pembentukan senyawa etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida. Senyawa etilen inilah yang merupakan hormon yang aktif dalam proses pematangan buah (Pantastico, 1997).

21 Hasil penelitian Arianto (2000) menunjukkan bahwa pemberian karbid sebanyak 4 gr/kg mampu mempercepat kematangan buah mangga selama 4 hari dibandingkan dengan pemberian karbid sebanyak 1, 2, dan 3 gr/kg. Karbid selain mempercepat proses kematangan buah, juga dapat mempengaruhi kandungan vitamin C pada buah mangga. Selain itu penelitian Murthada, dkk. (2012) menunjukkan bahwa nilai skor warna tertinggi terdapat pada buah pisang barangan dengan perlakuan menggunakan karbid 5 gr dan gas etilen, dibandingkan dengan perlakuan ethepon dan gas asetilen. Hasil penelitian Anna (2012) menunjukkan bahwa jenis perangsang pematangan (ethepon, gas etilen, gas asetilen dan kalsium karbida) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap uji skor warna, uji organoleptik (warna, aroma dan tekstur), dan berpengaruh nyata terhadap susut bobot serta kadar vitamin C pada terung belanda. Selain pemberian karbid, penggunaan pengemasan juga mempengaruhi proses pemeraman. Hasil penelitian Sadat, dkk. (2015) membuktikan bahwa suhu udara pada kemasan kedap udara lebih tinggi dibandingkan suhu udara pada kemasan tidak kedap udara. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya sirkulasi udara, sehingga udara panas terkurung di dalam. Namun, perubahan tingkat kekerasan (tekstur) buah pada kemasan kedap udara tidak dipengaruhi oleh massa karbid dan tidak mengalami perubahan secara signifikan. Selama proses pemeraman, buah mengalami banyak peristiwa perubahan fisik dan biokimiawi. Beberapa perubahan fisik meliputi penampakan, warna, tekstur (kelunakan), dan ukuran buah, sedangkan perubahan kimia meliputi padatan total

22 terlarut, kandungan karbohidrat, asam, rasa, aroma, tekstur, dan struktur (Thompson and Burden 1995 dalam Anggraeni, 2008). Akibat pemeraman tidak hanya berpengaruh langsung pada kehilangan kuantitatif (susut bobot) tetapi juga dapat menyebabkan kehilangan kualitas dalam penampilan dan tekstur seperti pelunakan buah, hilangnya kerenyahan, dan kandungan juice (Kader 1992 dalam Anggraeni, 2008) Hipotesis 1. Dosis karbid (CaC2) yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var). 2. Jenis kemasan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var). 3. Terdapat interaksi antara dosis karbid (CaC2) dan jenis kemasan terhadap kualitas buah pisang ambon (Musa paradisiaca L. var).

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Pisang Pisang (Musa paradisiaca L. var) adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia), kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Pisang merupakan tanaman buah-buahan tropis beriklim basah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Tanaman pisang beraneka ragam kultivarnya, umumnya masih diusahakan di pekarangan atau tegalan (Deptan, 1996). Buah pisang sangat populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang yang dikonsumsi segar sebagai buah meja berasal dari persilangan antara Musa acuminata dengan Musa balbisiana (Sunarjono, 2008). Pisang digolongkan menjadi 2, yaitu pisang yang dimakan buahnya setelah masak (pisang meja) diantaranya pisang ambon, pisang barangan, pisang raja bulu, pisang raja sereh, pisang cavendish. Pisang yang diolah atau dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan, diantaranya pisang nangka, pisang tanduk, pisang kapas, pisang kepok (Deptan, 1996).

24 Pisang dapat dimanfaatkan hasilnya setiap waktu karena pemanenan tidak mengenal musim. Petani menentukan saat panen berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan ciri fisik, diantaranya bentuk buah, ukuran buah dan warna kulit buah. Berdasarkan ciri fisiologis, ditentukan melalui umur buah sejak bunga mekar, tetapi tergantung dari kultivar yang ditanam (Kaleka, 2013). Untuk pisang ambon pada umur setahun sudah dapat menghasilkan buah. Warna pisang ambon pada saat matang hijau atau hijau kekuningan dengan bintik-bintik cokelat kehitaman. Daging buah berwarna putih kemerahan dan lunak. Rasanya manis dan aromanya kuat. Berat tiap tandannya kg terdiri dari 8-12 sisir. Setiap sisir kurang lebih 20 buah dengan panjang cm dan diameter 3-3,5 cm (Satuhu dan Supriyadi, 2005). Buah pisang umumnya dikonsumsi sebagai tambahan makanan pokok. Kandungan gizi buah pisang cukup tinggi terutama karbohidrat, vitamin dan mineral. Berikut Tabel 1 tentang kandungan gizi bauh pisang ambon dalam 100 gr bahan. Tabel 1. Kandungan gizi buah pisang ambon (dalam 100 gr bahan) No. Jenis Gizi Kandungan 1. Kalori 99,00 kal 2. Protein 1,20 gr 3. Lemak 0,20 gr 4. Karbohidrat 25,80 gr 5. Kalsium 8,00 mg 6. Fosfor 28,00 mg 7. Besi 0,50 mg 8. Vitamin A 146,00 Sl 9. Vitamin B1 0,08 mg 10. Vitamin C 3,00 mg 11. Air 72,00 gr 12. Bagian yang dapat dimakan 78,00 % Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1981) dalam Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, (1996)

25 Bila dibandingkan dengan jenis makanan lainnya, mineral pisang khususnya besi dapat seluruhnya diserap oleh tubuh. Kandungan vitamin A tertinggi pada buah pisang Raja Bulu dicirikan dengan warna daging buah kuning kemerahan. Hanya buah pisang Emas dan Raja Sere yang memiliki bagian yang dapat dimakan sebesar 85% karena kulit buahnya yang tipis. Tabel 2 berikut memberikan perbandingan nilai gizi beberapa jenis pisang. Tabel 2. Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang di Indonesia Varietas pisang Kalori (kalori) Karbohidrat (%) Vitamin C (mg) Vitamin A (Sl) Air (%) Bagian yang dapat dimakan (%) Ambon 99 25, ,00 72,00 75 Angleng 68 17, ,00 80,30 75 Lampung 99 25, ,80 72,10 75 Emas , ,00 4,20 85 Raja bulu , ,00 65,80 70 Raja sere , ,00 67,00 85 Uli , ,00 59,10 75 Sumber: Annonymous (1992) dalam Prabawati, (2008) 2.2. Pemeraman Mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh dari pemanenan yang dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat. Buah-buahan yang dipanen saat belum masak akan menghasilkan mutu yang jelek dan proses pematangan yang salah. Sebaliknya penundaan waktu panen akan meningkatkna kepekaan terhadap pembusukan, akibatnya mutu dan nilai jual rendah (Pantastico, 1997). Maka buah-buahan yang dipanen dalam keadaan mentah perlu dilakukan pemeraman.

26 Pemeraman adalah cara yang dilakukan untuk menyimpan buah saat setelah dipetik dalam keadaan belum matang. Buah-buahan yang tergolong buah klimakterik setelah dipanen akan menjadi matang selama proses penyimpanan. Tujuan pemeraman adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan kematangan buah (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Menurut Kaleka, (2013), buah yang belum matang saat dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan gas etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat hingga terjadi proses pematangan buah. Etilen adalah hormon yang berpengaruh pada proses pematangan buah. Pada buah pisang pemeraman dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya pemeraman tradisional, pemeraman dengan pengemposan, pemeraman dengan karbid, pemeraman dengan gas etilen, pemeraman dengan ethrel atau ethepon dan pemeraman dengan daun gamal Pemeraman Tradisional Secara tradisional buah pisang diperam dalam tempayan yang terbuat dari tanah liat. Setelah buah dipotong bentuk sisir dan getahnya sudah kering, kemudian disusun dalam tempayan dan ditutup dengan kuali agar tidak ada udara yang keluar. Antara tempayan dan kuali diberi tanah liat dan dibakar. Tujuannya, agar udara di dalam tempayan menjadi panas. Panas inilah yang menyebabkan buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman biasanya 2 atau 3 hari.

27 Pemeraman dengan Pengemposan Buah pisang yang akan dikempos dalam bentuk tandan. Caranya, buat lubang dalam tanah yang bisa memuat 100 tandan pisang. Lubang diberi tutup dan ditimbun dengan tanah. Ujung lubang diberi bumbung bambu sebagai saluran asap. Daun kelapa dibakar, asapnay dimasukkan ke dalam lubang melalui bumbung bambu dengan cara dikipas. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam sekali. Buah dibiarkan selama sehari lalu dikeluarkan dari lubang, diangin-anginkan kemudian dibungkus dengan daun pisang kering dan siap untuk dikirim Pemeraman dengan Karbid (CaC2) Pemeraman dengan karbid sering dilakukan pedagang pengumpul yang berada di daerah pemasaran. Karbid (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbid atau esetilen yang dapat memacu pematangan buah. Pemberian karbid dapat dilakukan ketika tandan pisang masih di pohon. Caranya, pisang yang sudah siap panen diberikan karbid (10 gr) di bagian tengah tandan diantara sisir pisang. Tandan pisang dibungkus dengan plastik atau karung dan diikat dibagian atasnya. Beberapa hari kemudian pisang akan matang dengan kulit buah sudah berwarna kuning. Pemberian karbid pada buah pisang yang sudah dipanen dilakukan dengan cara buah pisang dalam bentuk tandan atau sisiran disusun, tiap pojok diberi karbid yang dibungkus kertas. Untuk 1 ton pisang dibutuhkan karbid sebanyak 1 kg. Buah pisang dibungkus dengan plastik dan dibiarkan selama 2 hari. Buah pisang yang sudah matang secara merata dibuka plastiknya lalu diangin-anginkan.

28 Pemeraman dengan Gas Ethylene Pemeraman buah pisang dapat juga dilakukan dengan menggunakan gas. Caranya buah pisang yang sudah dalam bentuk sisir atau tandan disusun dalam rak-rak dan ditutupi dengan plastik dalam ruang tertutup sehingga udara tidak keluar. Gas etilen dialirkan ke dalam ruangan 2 kali dalam sehari selama 2 hari berturut-turut Pemeraman dengan Ethrel atau Ethepon Etrhel atau ethepon merupakan suatu larutan yang mengandung bahan aktif 2 chloro ethyl phosponic acid yang dapat menghasilkan etilen pada jaringan tanaman sehingga pematangan buah menjadi dipercepat. Caranya buah dicelupkan ke dalam larutan ethrel ppm selama 30 detik, maka dalam waktu 3 4 hari buah pisang akan menjadi matang Pemeraman dengan Daun Gamal Buah pisang yang akan diperam disusun dalam keranjang yang diberi alas koran. Bagian atas diberi daun gamal kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam. Dalam waktu 3 4 hari buah pisang akan matang. Selain daun gamal dapat juga digunakan daun mindi (Melna zedarch) atau daun picung (Pangum edule) (Satuhu dan Supriyadi, 2005). Agar hasil yang diperoleh bermutu tinggi, hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pemeraman diantaranya suhu dan kelembaban. Suhu pemeraman tidak boleh terlalu tinggi. Bila suhu daging buah 23º C, warna pisang yang dihasilkan akan kusam, cepat rusak dan aromanya kurang baik. Sebelum buah berwarna

29 kuning penuh, akan timbul bercak berwarna hitam. Pemeraman yang baik dilakukan pada suhu 17,8 20º C. Suhu yang terlalu rendah menyebabkan daging buah rusak ketika matang penuh dan warna pisang akan kusam (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Menurut Suyanti dan Supriyadi, (2008), selain suhu, kelembaban juga harus diperhatikan selama proses pemeraman. Kelembaban yang terlalu tinggi meyebabkan aroma pisang kurang baik dan tekstur buah menjadi lembek sebelum tingkat kematangan penuh tercapai. Jika kelembaban terlalu rendah dapat mengakibatkan buah pisang kusam. Kelembaban dpertahankan sampai terjadi perubahan warna. Kelembaban yang ideal untuk pemeraman sekitar 78 85%. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Bina Karya Tani (2009) menunjukan bahwa pisang yang diperam pada suhu diatas suhu kamar selama 4 5 hari mengalami kelainan fisiologis pada hari keempat sampai hari keenam. Tetapi buah pisang yang diperam pada suhu kamar (25º C 30º C) tidak memperlihatkan kelainan tersebut, walaupun telah mencapai 8 hari penyimpanan. Kelainan fisiologis tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemeraman pada suhu 40º C selama 4 hari Karbid (CaC2) Karbid adalah bahan penghasil gas karbid atau asetilen yang dapat memacu kematangan buah. Para pedagang pengumpul sering menggunakan batu karbit atau kalsium karbida untuk mempercepat pematangan buah pisang, karena mudah diperoleh, murah dan praktis. Caranya, batu karbid sebanyak 0,05% dari berat buah

30 pisang, dibungkus dengan kertas koran dan dipercikkan air. Karbid diletakkan pada bagian bawah kemasan, kemudian diletakkan buah pisang dan ditutup rapat. Kondisi demikian dibiarkan selama 36 jam dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Setelah waktu stimulasi tercapai, buah dikeluarkan dan diatur pada rakrak untuk memberi kesempatan matang sempurna (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Penelitian yang dilakukan Murtiningsih, et al. (1993) dalam Prabawati, dkk., (2008), memperlihatkan bahwa buah pisang Ambon yang mendapat stimulasi dengan kalsium karbida lebih cepat matang, ditunjukkan dengan puncak produksi etilen yang telah tercapai pada hari ke-3 sampai hari ke-4, sementara pada buah tanpa perlakuan baru mencapai puncak pada hari ke-7. Penggunaan dosis kalsium karbida hingga 0,20% dari berat buah tidak memberikan pengaruh pada kecepatan matangnya maupun perubahan total padatan terlarut dan total asamnya. Salah satu keuntungan pemeraman dengan kalsium karbida adalah dapat diterapkan bersamaan pengemasan dan selama pengiriman yang tidak melebihi 36 jam. Sampai di tempat tujuan, buah pisang dikeluarkan dari kemasan dan dianginanginkan paling tidak satu hari, baru dapat dipasarkan dan dikonsumsi. Namun, kelemahannya, karena buah cepat matang maka buah pisang mudah rontok dan cepat rusak ditandai dengan bintik-bintik coklat pada permukaan kulit (Prabawati, dkk., 2008).

31 2.4. Pengemasan Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan (Buckle, 1987). Menurut Afrianti (2008), pengaturan pengemasan akan menghasilkan kondisi tertentu melalui interaksi beberapa penyerapan dan pernapasan buah atau sayuran. Sehingga dapat mempengaruhi dalam proses pemeraman buah klimakterik. Bahan yang digunakan untuk media pemeraman mempunyai sifat kedap udara dan tidak kedap udara. Contoh kemasan tidak kedap udara yaitu kardus dan karung goni sedangkan contoh kemasan kedap udara yaitu plastik. Pengemasan yang sesuai untuk buah-buahan atau sayuran terutama untuk pembentukan atmosfer dalam kemasan adalah film yang semi permeable terhadapa O2 daripada terhadap CO2. Kemasan yang bersifat rapat semua O2 bebas dalam waktu singkat akan terpakai habis, pernapasan menjadi anaerobik dan akan terbentuk zat-zat menguap seperti alkohol dan CO2 (Afrianti, 2008). Kemasan yang bersifat tidak rapat, masih memberikan ruang bagi O2 untuk masuk ke dalam kemasan, sehingga buah yang terdapat di dalamnya dapat melakukan respirasi secara aerob. Namun proses pematangan buah sedikit lebih lambat. Pada kemasan kedap udara dan tidak kedap udara memberikan kelembaban udara lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban udara lingkungan. Hal ini dikarenakan kondisi udara pada kemasan lebih lembab akibat penguapan dari buah pisang berupa uap air. Sedangkan kelembaban udara pada kemasan kedap udara lebih tinggi dibandingkan kemasan tidak kedap udara, karena uap air yang dihasilkan tertahan oleh media pemeraman sehingga membentuk tetesan air pada

32 dinding kemasan (Sadat, 2015). Menurut Silalahi (2007) dalam Sadat, (2015) akibat kelembaban dalam kemasan yang tinggi memungkinkan jamur berkembang biak dengan cepat karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan jamur Standar Mutu Buah Pisang Pedagang antar kota mendapatkan pisang dari para pengumpul dalam berbagai tingkatan kualitas dan jenis. Sebelum melakukan pengiriman ke kota, terlebih dahulu melakukan pemisahan dagangannya sesuai dengan jenis dan besar kecilnya pisang. Untuk menentukan mutu, pedagang yang sudah berpengalaman akan membagi pisang dalam bentuk sisiran menjadi beberapa kelas. Sisir paling atas sebuah tandan biasanya paling besar dan paling bagus atau kelas paling tinggi. Sedangkan sisir-sisir di bawahnya masuk ke dalam kelas berikutnya yang harganya jauh lebih murah. Setelah disortir, pisang-pisang ini ditempatkan dalam mobil bak untuk diantar ke kota lain di Sumatera dan Jawa (Tim Bina Karya Tani, 2009). Walaupun begitu pisang yang dikirim atau dijual belum memenuhi standar, karena pedagang hanya menentukan kualitas pisang berdasarkan pengalaman, tidak benarbenar sesuai dengan standar mutu buah pisang yang mengacu pada SNI

33 Tabel 3. Klasifikasi dan Standar Mutu Pisang No. Klasifikasi Standar Mutu Mutu I Mutu II 1. Tingkat Ketuaan Buah (%) < 70 dan < Keseragaman Kultivar Seragam Seragam 3. Keseragaman Ukuran Seragam Seragam 4. Kadar kotoran (% dalam bobot 0 0 kotoran/bobot) 5. Tingkat kerusakan fisik/mekanis 0 0 (% Bobot/bobot) 6. Kemulusan Kulit (Maksimum) Mulus Mulus 7. Serangga Bebas Bebas 8. Penyakit Bebas Bebas Catatan: Mutu I boleh menyimpang maksimal sebanyak 5% Mutu II boleh menyimpang maksimal sebanyak 10% Sumber: Prihatman, 2000

34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2016 di Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Lampung Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, gunting, tali rafia, kardus, plastik, karung goni, kain, timbangan analitik, timbangan duduk, Pnetrometer (alat untuk mengukur tingkat kekerasan buah), Refractrometer (alat untuk mengukur tingkat kemanisan buah), kamera dan alat tulis lainnya. Bahanbahan yang digunakan antara lain buah pisang ambon yang diperoleh dari petani di Desa Margatiga, Sukadana, Lampung Timur dan karbid (CaC2) Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), disusun secara split plot 3 x 3 dengan 3 ulangan. Petak utama yaitu dosis karbid (K) terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa karbid (k0), 2 gr/kg (k1) dan 4 gr/kg (k2). Anak petak yaitu jenis kemasan (P) terdiri dari 3 taraf yaitu kardus (p1), plastik (p2) dan karung goni (p3), sehingga kombinasi perlakuan 27 satuan percobaan.

35 Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam yang sebelumnya dilakukan uji homogenitas ragam dengan uji Bartlet dan ketidakaditifan data diuji dengan uji Tuckey, dilanjutkan dengan uji Ortogonal kontras untuk pengamatan organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% untuk pengamatan susut bobot, tingkat kekerasan, tingkat kemanisan, vitamin C dan total asam tertitrasi Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan bahan baku Menyiapkan buah pisang yang sejenis dan homogen secara fisik dan tingkat ketuaannya, serta dipanen pada hari atau waktu yang sama. Secara fisik, tanda-tanda ketuaan buah pisang yang mudah diamati adalah buah pisang tampak berisi, bagian lingir (tepi) buah sudah tidak ada lagi, tangkai putik telah gugur dan kulit mulus (tidak ada luka). Buah pisang yang dipakai adalah buah pisang ambon, karena buah tersebut selain mudah didapat juga banyak peminatnya. Cara mengelompokkan pisang dengan menentukan ukuran, panjang dan diameter buah. Panjang pisang yang digunakan berkisar antara cm, dengan diameter berkisar antara 3 4 cm. Dalam 1 satuan percobaan menggunakan 3 kg pisang. 2. Pemotongan buah pisang Buah pisang dipotong satu per satu untuk memudahkan dalam proses pemeraman dan penyusunan. Buah dibedakan menjadi tiga ukuran, yaitu ukuran besar, ukuran sedang dan ukuran kecil. Pisang yang termasuk

36 kelompok besar atau super memiliki berat sekitar 1180 gr, sadangkan untuk kelompok sedang sampai kecil beratnya berkisar antara gr. 3. Penimbangan karbid Karbid ditimbang berdasarkan kebutuhan untuk pemeraman sesuai perlakuan. Mulai dari tanpa penambahan karbid (kontrol), karbid sebanyak 2 gr/kg dan karbid sebanyak 4 gr/kg. 4. Pembungkusan karbid Setelah ditimbang, karbid dipercikkan air lalu dibungkus menggunakan kain. Tujuannya supaya karbid tidak langsung mengenai kulit pisang, karena akan menyebabkan kulit menjadi gosong atau menghitam. 5. Pemeraman Pemeraman buah dilakukan untuk mempercepat kematangan, memperoleh tingkat kematangan dan warna buah yang seragam. Buah pisang disusun rapi kemudian letakkan karbid yang dibungkus kain pada tiap pojok tumpukan, tujuannya agar gas etilen yang dihasilkan dari karbid dapat menyebar secara merata dan pisangpun juga akan matang lebih merata. Setelah itu, buah pisang dibungkus dengan plastik atau kemasan lainnya sesuai perlakuan dalam waktu 2 hari. Buah pisang yang sudah matang secara merata dibuka kemasannya lalu diangin anginkan.

37 Buah pisang segar Besar Potong (sisiran) Sedang Kecil Letakkan karbid pada tiap pojok tumpukan sisiran Bungkus pisang dengan kemasan Pisang matang Buka plastik lalu anginanginkan Gambar 1. Diagram Alir Proses Pemeraman

38 3.5. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel mutu buah pisang hasil pemeraman. Pengamatan dilakukan dengan cara uji skor, yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya skor yang diberikan oleh panelis terhadap suatu produk secara subjektif. Pengujian dilakukan oleh 15 panelis dengan kriteria jenis kelamin laki-laki atau perempuan, umur th, tidak sedang sakit flu atau gangguan pada indera pengecap dan indera penglihatannya, supaya dapat memberikan penilaian terhadap warna, aroma dan rasa buah berdasarkan skala mutu skor. Penilaian terhadap warna, aroma dan rasa buah sesuai dengan skor penilaian berikut: 1. Warna kulit buah Pengamatan ini dilakukan dengan uji skor dengan 15 panelis diminta untuk mengamati perbedaan warna kulit buah. Setiap perlakuan masing-masing menggunakan 3 buah pisang. Pengamatan dimulai hari kedua dan dilakukan setiap hari sampai hari ketujuh sesuai dengan perlakuan.

39 Gambar 2. Perubahan warna pada pisang 2. Aroma Aroma khas timbul dari sekitar buah-buahan yang sudah masak. Panelis diminta untuk merasakan aroma pisang menggunakan indera penciumannya, dengan cara pisang dikupas terlebih dahulu lalu dipotong-potong. Pengamatan ini dilakukan mulai hari kedua dan dilakukan setiap hari sampai hari ketujuh. 3. Rasa Buah-buahan yang telah matang akan mengalami perubahan rasa, yang awalnya sepat menjadi manis. Panelis diminta untuk mencicipi buah pisang sesuai dengan perlakuan mulai hari kedua dan dilakukan setiap hari sampai hari keenam. Setiap pengamatan menggunakan 3 buah pisang, yang masingmasing akan dipotong menjadi 5 bagian untuk diamati oleh 15 panelis.

40 Tabel 4. Standar pengamatan aroma dan rasa buah pisang No. Aroma Rasa Skor 1. Sangat tidak harum sekali Sangat tidak manis sekali 1 2. Sangat tidak harum Sangat tidak manis 2 3. Tidak harum Tidak manis 3 4. Agak harum Agak manis 4 5. Harum Manis 5 6. Sangat harum Sangat manis 6 7. Sangat harum sekali Sangat manis sekali 7 4. Susut bobot Susut bobot dihitung dengan cara menghitung berat buah sebelum dilakukan pemeraman sampai setelah dilakukan pemeraman. Penimbangan dimulai pada hari kedua dan dilakukan setiap hari sampai hari ketujuh untuk mengetahui bobot buah pisang selama pemeraman. Rumus susut bobot sebagai berikut: Dimana: E0 = Bobot buah sebelum perlakuan Ei = Bobot buah pada hari ke-i 5. Tingkat kekerasan buah Tingkat kekerasan buah diukur menggunakan alat yang disebut Pnetrometer. Prinsip kerja dari pnetrometer adalah mengukur kedalaman tusukan dari jarum penetrometer per bobot beban tertentu dalam waktu tertentu (mm/g/s). Pengamatan dilakukan pada hari ketiga dan kelima. 6. Brix (tingkat kemanisan)

41 Tingkat kemanisan buah diukur menggunakan alat yang disebut Refractometer. Alat ini akan menunjukkan berapa persen tingkat kemanisan pada buah. Cara menggunakannya dengan meneteskan cairan buah pada alat tersebut. Pengamatan dilakukan pada hari ketiga dan kelima. 7. Vitamin C Sampel ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan dalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan disaring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 2 3 tetes larutan pati 1% dan ditritasi dengan larutan iodine 0,01 N sampai terbetuk warna biru stabil. Pengamatan dilakukan pada hari ketiga dan kelima. Keterangan: 1 mg iodine 0,01 N = 0,88 mg asam askorbat Fp = Faktor pengenceran (100 ml/25 ml) 8. Total asam tertitrasi Sampel ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan disaring dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan phenolphtalein 1% sebanyak 2 3 tetes. Kemudian ditritasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda yang stabil. Pengamatan dilakukan pada hari ketiga dan kelima.

42 Keterangan: Fp = Faktor pengenceran (100 ml/25 ml)

43 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Warna Kulit Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda mempengaruhi kesukaan panelis terhadap warna kulit pisang ambon yang diamati pada hari kelima (Lampiran 6). Berdasarkan uji ortogonal kontras (Tabel 5) menunjukkan bahwa pisang dengan pemberian karbid sebanyak 2 gr dan 4 gr pada kemasan kardus mampu meningkatkan warna kulit pisang sebesar 56,33% dibandingkan dengan pisang tanpa pemberian karbid. Sedangkan pisang dengan pemberian karbid sebanyak 2 gr dan 4 gr pada kemasan karung goni mampu meningkatkan warna kulit pisang sebesar 54,80% dibandingkan dengan pisang tanpa pemberian karbid.

44 91,23 86,22 85,67 93,89 80,67 92,35 76,34 78,66 69,01 29 Tabel 5. Uji Ortogonal Kontras Warna Kulit Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kontras k 0 k 1 k 2 F p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 Hitung F Tabel Total Perlakuan sederhana a. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan kardus ,05 * 2,94 b. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan plastik ,40 tn 2,94 c. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan karung goni ,64 * 2,94 d. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan kardus ,59 tn 2,94 e. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan plastik ,41 tn 2,94 f. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan karung goni ,09 tn 2,94 g. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada tanpa karbid ,27 tn 2,94 h. Kemasan plastik vs karung goni pada tanpa karbid ,07 tn 2,94 i. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 2 gr ,45 tn 2,94 j. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 2 gr ,31 tn 2,94 k. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 4 gr ,17 tn 2,94 l. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 4 gr ,33 tn 2,94 Keterangan: * = berbeda nyata; tn = tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

45 Warna 30 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 3. Kurva perubahan warna kulit pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 3 memperlihatkan bahwa warna kulit pisnag ambon pada hari kelima berwarna kuning lebih banyak, ujung buah masih hijau sampai seluruhnya kuning, dengan skor penilaian antara 5 6. Dan terus mengalami perubahan warna kulit sampai hari ketujuh, baik pisang tanpa karbid maupun pisang dengan penambahan karbid Aroma Buah Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap aroma buah pisang ambon yang diamati pada hari kelima (Lampiran 8).

46 78,00 81,67 78,00 78,00 78,00 85,67 73,33 80,00 79,00 Tabel 6. Uji Ortogonal Kontras Aroma Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kontras k 0 k 1 k 2 F p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 Hitung F Tabel Total Perlakuan sederhana a. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan kardus ,15 tn 2,94 b. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan plastik ,00 tn 2,94 c. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan karung goni ,40 tn 2,94 d. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan kardus ,81 tn 2,94 e. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan plastik ,18 tn 2,94 f. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan karung goni ,00 tn 2,94 g. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada tanpa karbid ,10 tn 2,94 h. Kemasan plastik vs karung goni pada tanpa karbid ,61 tn 2,94 i. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 2 gr ,08 tn 2,94 j. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 2 gr ,00 tn 2,94 k. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 4 gr ,06 tn 2,94 l. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 4 gr ,18 tn 2,94 Berdasarkan uji ortogonal kontras (Tabel 6) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata aroma buah pisang ambon akibat pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda.

47 Aroma 32 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k3p1k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 4. Kurva perubahan aroma buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 4 memperlihatkan bahwa aroma buah pisang ambon pada hari kelima sudah harum sampai sangat harum. Dengan skor penilaian antara 5 6, pbaik pada pisang tanpa karbid maupun pisang dengan penambahan karbid. Tetapi skor penilaian menurun pada buah pisang yang diberi karbid pada hari ketujuh Rasa Buah Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap rasa buah pisang ambon yang diamati pada hari kedua (Lampiran 10).

48 78,83 84,28 76,50 80,22 85,33 84,50 74,56 80,11 78,83 Tabel 7. Uji Ortogonal Kontras Rasa Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kontras k 0 k 1 k 2 F p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 p 1 p 2 p 3 Hitung F Tabel Total Perlakuan sederhana a. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan kardus ,05 tn 2,94 b. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan plastik ,39 tn 2,94 c. Tanpa karbid vs 2 gr dan 4 gr pada kemasan karung goni ,43 tn 2,94 d. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan kardus ,85 tn 2,94 e. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan plastik ,01 tn 2,94 f. Karbid 2 gr vs 4 gr pada kemasan karung goni ,03 tn 2,94 g. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada tanpa karbid ,04 tn 2,94 h. Kemasan plastik vs karung goni pada tanpa karbid ,41 tn 2,94 i. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 2 gr ,05 tn 2,94 j. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 2 gr ,35 tn 2,94 k. Kemasan kardus vs plastik dan karung goni pada karbid 4 gr ,45 tn 2,94 l. Kemasan plastik vs karung goni pada karbid 4 gr ,39 tn 2,94 Keterangan: * = berbeda nyata; tn = tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras. Berdasarkan uji ortogonal kontras (Tabel 7) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata rasa buah pisang ambon akibat pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda.

49 Rasa 34 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p3 k1p3 k3p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 5. Kurva perubahan rasa buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 5 memperlihatkan bahwa rasa buah pisang ambon pada hari kelima yaitu manis sampai sangat manis dengan skor penilaian antara 5 6, baik pada pisang tanpa karbid maupun pisang dengan penambahan karbid Susut Bobot Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah pisang ambon, dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan yang diamati pada hari kelima (Lampiran 13).

50 Susut Bobot (%) Tabel 8. Susut Bobot Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kemasan (P) Karbid (K) Tanpa 2 gr 4 gr Rerata... %... Kardus 11,11 22,22 19,45 17,59 Plastik 8,33 8,33 22,22 12,96 Karung goni 16,67 13,89 16,67 15,74 Rerata 12,04 14,81 19,45 35 Berdasarkan Uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata susut bobot buah pisang ambon akibat pemberian berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda pada hari kedua. 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 Gambar 6. Kurva perubahan susut bobot buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 6 memperlihatkan bahwa setiap perlakuan memiliki susut bobot buah pisang ambon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda. Penyusutan bobot buah pisang ambon

51 semakin meningkat dari hari ke hari, peningkatan yang nyata mulai terjadi pada hari keenam sampai dengan hari ketujuh Tingkat Kekerasan Buah Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda mempengaruhi kekerasan buah pisang ambon dan terdapat interaksi antara kedua perlakuan yang diamati pada hari kelima (Lampiran 17). Tabel 9. Tingkat Kekerasan Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kemasan (P) Kardus Karbid (K) Tanpa 2 gr 4 gr... Kg/mm... 2,11 B 0,78 A 0,69 A b a a Rerata 1,19 Plastik 1,25 A a 1,14 A a 1,23 A a 1,21 Karung goni 1,80 AB 0,68 A 0,95 A 1,14 b a a Rerata 1,72 0,87 0,96 BNT Interaksi = 0,59 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan Uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa pisang tanpa pemberian karbid pada hari kelima lebih keras sebesar 63,03% dibandingkan dengan pemberian karbid 2 gr dan 67,30% dibandingkan dengan pemberian karbid 4 gr pada kemasan kardus. Namun, pada kemasan plastik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata meskipun dengan penambahan dosis karbid yang berbeda. Penggunaan kemasan karung goni dengan tanpa penambahan karbid lebih keras 62,22%

52 Kekerasan (kg/mm) dibandingkan dengan penambahan dosis karbid 2 gr, dan 47,22% dibandingkan dengan penambahan dosis karbid 4 gr. Tetapi tidak terdapat perbedaan antara kemasan kardus dan kemasan karung goni dengan tanpa penambahan karbid. 2,50 2,00 1,50 1,00 hari ke-3 hari ke-5 0,50 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 7. Kurva perubahan tingkat kekerasan buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 7 memperlihatkan bahwa setiap perlakuan memiliki kekerasan buah pisang ambon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda. Kekerasan buah pisang ambon relatif menurun selama pemeraman, tetapi pisang tanpa pemberian karbid dengan kemasan kardus dan karung goni kekerasan buah cenderung meningkat pada hari kelima Tingkat Kemanisan Buah Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap kemanisan buah

53 Kemanisan (Brix) pisang ambon dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan yang diamati pada hari kelima (Lampiran 21). Tabel 10. Tingkat Kemanisan Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kemasan (P) Karbid (K) Tanpa 2 gr 4 gr Rerata... Brix... Kardus 13,00 20,00 18,33 17,11 Plastik 18,89 18,55 18,78 18,74 Karung goni 16,11 18,55 19,00 17,89 Rerata 16,00 19,04 18,70 Berdasarkan Uji BNT (Tabel 10) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ratarata kemanisan buah pisang ambon akibat pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda. 25,00 20,00 15,00 10,00 hari ke-3 hari ke-5 5,00 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 8. Kurva perubahan tingkat kemanisan buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda

54 Dari gambar 8 memperlihatkan bahwa setiap perlakuan memiliki tingkat kemanisan buah pisang ambon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda. Kemanisan buah pisang ambon relatif meningkat selama pemeraman. Peningkatan kemanisan buah terlihat jelas pada pisang yang dikemas plastik, tetapi terjadi penurunan pada buah pisang yang dikemas menggunakan kardus dan karung goni pada berbagai dosis karbid yang diberikan pada hari kelima Vitamin C Buah Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap vitamin C buah pisang ambon dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan yang diamati pada hari kelima (Lampiran 23). Tabel 11. Vitamin C Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kemasan (P) Karbid (K) Tanpa 2 gr 4 gr Rerata... %... Kardus 8,21 14,08 18,77 13,69 Plastik 18,19 19,36 17,60 18,38 Karung goni 20,53 16,43 21,71 19,56 Rerata 15,64 16,62 19,36 Berdasarkan Uji BNT (Tabel 11) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ratarata vitamin C buah pisang ambon akibat pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda.

55 Vitamin C (%) 25,00 20,00 15,00 10,00 hari ke-3 hari ke-5 5,00 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p2k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan Gambar 9. Kurva perubahan vitamin C buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 9 memperlihatkan bahwa setiap perlakuan memiliki vitamin C buah pisang ambon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda. Vitamin C buah pisang ambon relatif meningkat selama pemeraman, tetapi pisang tanpa pemberian karbid dan pemberian karbid 2 gr dengan kemasan kardus cenderung menurun pada hari kelima Total Asam Tertitrasi Buah Pisang Hari Kelima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap total asam buah pisang ambon dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan yang diamati pada hari kelima (Lampiran 27).

56 Total Asam (%) Tabel 12. Total Asam Tertitrasi Buah Pisang Ambon dengan Perlakuan Karbid dan Jenis Kemasan yang Berbeda Kemasan Karbid (K) Rerata (P) Tanpa 2 gr 4 gr... %... Kardus 22,67 17,33 16,00 18,67 Plastik 18,67 20,00 14,67 17,78 Karung goni 17,33 10,67 20,00 16,00 Rerata 19,56 16,00 16,89 Berdasarkan Uji BNT (Tabel 12) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ratarata total asam buah pisang ambon akibat pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda. 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p3 k1p3 k2p1 k2p1 k2p2 k2p2 k2p3 k2p3 Perlakuan hari ke-3 hari ke-5 Gambar 10. Kurva perubahan total asam tertitrasi buah pisang ambon akibat pemberian Karbid berbagai dosis dan Jenis Kemasan yang berbeda Dari gambar 10 memperlihatkan bahwa setiap perlakuan memiliki total asam buah pisang ambon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda. Total asam buah pisang ambon relatif

57 menurun selama pemeraman, tetapi total asam pada pisang tanpa pemberian karbid dan kemasan kardus mengalami peningkatan pada hari kelima Pembahasan Berdasarkan uji organoleptik, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dan rasa buah pisang, kecuali pada warna kulit pisang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari kelima panelis menilai warna buah pisang ambon kuning lebih banyak, ujung buah masih hijau sampai seluruhnya kuning. Hal ini karena pada saat proses pematangan, buah akan mengalami degradasi khlorofil, yaitu hilangnya zat hijau buah, yang disebabkan terjadinya degradasi khlorofil tersebut, maka xanthophyl yang sudah ada tetapi tidak nyata akan berubah menjadi nyata sehingga buah berubah menjadi kuning (Apandi 1984 dalam Muyasroh, 2007). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa buah yang tidak diberi karbid mulai dari hari kelima sampai hari ketujuh beraroma harum, sedangkan yang diberi karbid beraroma agak harum atau dapat dikatakan bahwa pemberian karbid mempengaruhi aroma buah pisang. Buah yang diberi karbid cenderung akan lebih cepat matang, cepat busuk dan daging buah terlalu lembek, sehingga aroma yang ditimbulkan juga kurang sedap. Berbeda dengan buah tanpa pemberian karbid, aromanya tetap harum meskipun sudah terlalu matang (Ningrum, 2013).

58 Di sisi lain, hasil penilitian menunjukkan bahwa pada hari kelima panelis menilai rasa buah pisang yaitu manis sampai sangat manis. Pada saat pematangan buah akan mengalami perubahan gula dan perubahan pati. Pada awal terbentuknya buah memiliki konsentrasi gula sangat rendah, berbeda dengan saat pematangan. Kadar gula pada buah akan meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan fruktosa (Sumadi dkk., 2004). Buah yang diperam menggunakan karbid akan mengalami pematanagn lebih cepat, sehingga kadar gula yang dihasilkan akan semakin cepat. Namun, semakin cepat buah tersebut matang, maka akan semakin cepat rusak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian karbid berbagai dosis tidak mempengaruhi semua peubah yang diamati. Hal ini diduga karena gas etilen yang dikeluarkan semakin besar, sehingga buah akan cepat matang karena adanya perubahan pati menjadi gula. Tidak berpengaruhnya karbid terhadap susut bobot buah, tingkat kekerasan, tingkat kemanisan, kadar vitamin C dan total asam tertitrasi dikarenakan kurang tepatnya dosis karbid yang diberikan. Menurut Ningrum (2013) karbid yang tepat adalah 0,05% - 0,20% dari berat buah pisang. Menurut Lakitan 1995 dalam Muyasaroh, 2007 kandungan gizi tanaman hortikultura seperti vitamin C dan total asam buah pisang dapat berkurang. Hal itu dapat terjadi baik pada saat tanaman masih di lahan, setelah panen, selama penyimpanan, pengawetan maupun pengolahan. Karena keduanya sangat dipengaruhi oleh suhu selama penyimpanan. Selain kandungan gizi yang menurun, buah juga dapat mengalami beberapa kerusakan lain seperti perubahan warna karena terjadinya degradasi khlorofil, sehingga mengakibatkan warna buah yang tadinya berwarna hijau menjadi kuning. Perubahan warna tersebut akan diikuti oleh

59 perubahan tingkat kekerasan buah, tingkat kemanisan, rasa buah yang tadinya sepat, asam akan menjadi manis. Buah pisang termasuk buah klimakterik, karena proses perubahan yang terjadi, dari mulai perkembangan buah hingga terjadinya kematian jaringan dengan ditandai meningkatnya laju respirasi (Muyasroh, 2007). Laju respirasi dapat ditingkatkan dengan penambahan karbid, sehingga buah akan mencapai tingkat kematangan maksimum. Namun, masalah yang sering timbul antara lain buah pisang cepat busuk, daging buah terlalu lembek, pisang mudah rontok dan cepat rusak ditandai dengan bintik-bintik cokelat pada permukaan kulit. Kerusakan ini terjadi karena penambahan karbid yang terlalu banyak sehingga mempercepat laju gas etilen. Apabila terlalu sedikit, buah akan matang tidak serempak. Untuk itu diperlukan dosis karbid yang tepat pada saat pemeraman (Prabawati, 2008). Di sisi lain karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda tidak mempengaruhi susut bobot buah, tingkat kemanisan, vitamin C dan total asam tertitrasi. Hal ini diduga bahwa pemberian dosis karbid dan jenis kemasan yang kurang tepat sehingga pemeraman yang dilakukan tidak menghasilkan buah pisang dengan kematangan yang berbeda (Sadat, 2015). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi pada semua peubah yang diamati kecuali kekerasan buah hari kelima, bahwa kemasan kardus dan karung goni menghasilkan pisang yang lebih keras karena tanpa penambahan karbid. Menurut Sadat (2015) perubahan kekerasan pada buah salah satunya dipengaruhi adanya udara panas yang terkurung di dalam kemasan selama masa pemeraman. Buah pisang yang dikemas dengan kardus dapat melakukan proses

60 respirasi dengan baik meskipun tertutup rapat, karena kardus bersifat mengikat uap air yang dihasilkan dari proses respirasi buah pisang itu sendiri. Buah juga dapat matang secara serempak, berbeda dengan kemasan plastik meskipun sudah diberikan lubang untuk sirkulasi udara tetapi plastik bersifat tidak dapat mengikat air, itu berakibat pada buah pisnag yang mudah busuk karena kondisi media pemeraman yang terus lembab memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur.

61 V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda, secara sensori berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas buah pisang ambon, kecuali warna kulit buah. 2. Jenis kemasan yang berbeda maupun dosis karbid yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas buah pisang ambon. 3. Tidak terdapat interaksi antara dosis karbid dan jenis kemasan yang berbeda terhadap kualitas buah pisang ambon, kecuali pada tingkat kekerasan hari kelima. Perlakuan tanpa penambahan karbid pada kemasan kardus dan karung goni menghasilkan tingkat kekerasan tertinggi Saran Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk menggunakan karbid dengan dosis yang lebih rendah dari penelitian ini, karena meskipun dilakukan penambahan dosis karbid tidak terdapat hasil yang nyata pada peubah yang diamati. Selain itu juga untuk kepentingan kesehatan, karena penggunaan karbid yang berlebihan bisa berdampak buruk bagi yang mengkonsumsi buah dengan pemberian karbid.

62 DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, W Pengaruh Bahan Pelapis dan Plastik Kemasan untuk Meningkatkan Daya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Anna, E. Y Pengaruh Jenis Perangsang Pematangan terhadap Mutu Buah Terung Belanda (Cyphomandra betacea). Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Arianto, M. S Pengaruh Penambahan Kalsium Karbida terhadap Konsentrasi Vitamin C pada Mangga Samosir (Mangifera Indica). Stikes Mutiara Indonesia BPS Produksi Buah Pisang di Indonesia Tahun Diakses pada tanggal 19 September 2015 Buckle, K. A., Edward, R. A., Fleet, G. H., dan Wootton, M Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Cetakan kedua, 365 hlm Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Hortikultura Budidaya Tanaman Buah-buahan Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Jakarta. VIII-14 hlm Johansyah, A., Prihastanti, E., dan Kusdiyantini, E Pengaruh Plastik Pengemas Low Density Polyethylene (LDPE), High Density Polyethylene (HDPE) dan Polipropilen (PP) terhadap Penundaan Kematangan Buah Tomat (Lycopersicon esclentum Mill.). Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, XXII(1): Kaleka, N Pisang-pisang Komersial. Penerbit Arcita. Surakarta. Cetakan 1, 82 hlm Murthada, A., Julianti, E. dan Suhaidi, I Pengaruh Jenis Pemacu Pematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa paradisiaca L.). Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU. Medan. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, 1(1)

63 Muyasroh, S Pengaruh Cara dan Lama Pemeraman terhadap Kadar Gula Reduksi dan Kandungan Vitamin C pada Buah Pisang (Musa paradisiaca L.) Kultivar Ambon Kuning. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Malang Ningrum Pengaruh Lama Waktu Pemeraman Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L. Var sapientum) Menggunakan CaC2 (batu karbit) terhadap Kadar Karbohidrat dan Vitamin C. IKIP PGRI. Semarang Olya, S Studi Pemeraman dan Penyimpanan Pada Beberapa jenis Kemasan Terhadap Sifat Fisik Buah Kuini (mangifera odorata G.) dengan Tingkat Ketuaan yang Berbeda. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Padang Pantastico Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Prabawati, S., Suyanti dan Setyabudi, D Teknologi Pasca Panen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Prihatman, K Pisang (Musa spp). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta Sadat, A., Tamrin dan Sugiyanti, C Pengaruh Pemeraman dengan Menggunakan Batu Karbid (CaC2) terhadap Sifat Fisik dan Kimia Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt)). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Jurnal Rekayasa pangan dan Pertanian, 3(4) Satuhu, S. dan Supriyadi, A Pisang Budidaya Pengolahan dan prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan 16, 126 hlm Sumadi, B. Sugiharto dan Suyanto Metabolisme Sukrosa pada Proses Pemasakan Buah Pisang yang Diperlukan pada Suhu Berbeda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 5(1) : Sunarjono, H Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan VII, 176 hlm Sunarjono, H Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 176 hlm

64 Suyanti dan Supriyadi, A Pisang (edisis revisi) Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan III, 132 hlm Tim Bina Karya Tani Pedoman Bertanam Pisang. CV. Yrama Widya. Bandung. Cetakan II, 112 hlm

65 Lampiran 1. Denah Percobaan I II III k0p1 k2p2 k0p3 k0p3 k2p3 k0p2 k0p2 k2p1 k0p1 k2p3 k1p1 k1p1 k2p2 k1p2 k1p3 k2p1 k1p3 k1p2 k1p2 k0p1 k2p3 k1p3 k0p3 k2p1 k1p1 k0p2 k2p2 Keterangan: K = Karbid k0 = Tanpa karbid k1 = 2 gr/kg = 4 gr/kg k2 P p1 p2 p3 = Kemasan = Kardus = Plastik = Karung goni

66 Lampiran 2. Kuisioner Panelis Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : 1. Silahkan Saudara/i mencicipi pisang yang telah dihidangkan di meja Saudara/i. 2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian Saudara/i dengan cara memasukkan nomor (lihat gambar atau keterangan yang ada di bawah) berdasarkan tingkat kesukaan. 3. Netralkan indera pengecap Saudara/i dengan air putih setelah selesai mencicipi 1 sampel. 4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel. 5. Setelah selesai berikan komentar Saudara/i pada ruang yang telah disediakan.

67 Lampiran 3. Standar pengamatan warna kulit pisang Ket: urutan gambar pisang menunjukkan skor warna Lampiran 4. Standar pengamatan aroma dan rasa buah pisang No. Aroma Rasa Skor 1. Sangat tidak harum sekali Sangat tidak manis sekali 1 2. Sangat tidak harum Sangat tidak manis 2 3. Tidak harum Tidak manis 3 4. Agak harum Agak manis 4 5. Harum Manis 5 6. Sangat harum Sangat manis 6 7. Sangat harum sekali Sangat manis sekali 7

68 Nama Panelis : Umur : Jenis Kelamin : Warna Aroma Warna Sampel Pisang 1 Pisang 2 Pisang 3

69 Lampiran 5. Data warna kulit pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Panelis A 4,44 5,22 5,11 5,33 5,00 5,22 5,56 5,44 5,89 47,22 B 5,00 6,89 6,22 7,00 7,33 7,22 6,00 6,44 6,89 59,00 C 4,00 3,67 3,67 3,89 3,78 3,67 3,56 3,89 3,56 33,67 D 4,89 6,22 5,89 6,67 5,00 6,44 6,00 6,11 6,78 54,00 E 5,11 5,33 4,89 6,56 6,00 6,55 5,67 7,56 5,11 52,78 F 3,22 4,00 4,33 6,00 4,67 6,33 4,89 6,33 6,33 46,11 G 4,11 5,22 6,22 5,89 5,00 6,11 5,33 4,67 6,45 49,00 H 5,89 5,78 5,44 6,56 5,89 6,67 6,33 6,33 6,22 55,11 I 3,67 4,67 4,67 5,56 5,56 6,44 5,78 6,33 6,33 49,00 J 4,67 5,00 5,11 6,78 6,11 7,00 5,44 5,56 5,89 51,56 K 5,22 5,55 5,44 6,89 4,67 6,45 6,22 5,00 6,22 51,67 L 4,56 4,56 4,11 5,34 4,33 5,00 5,45 5,44 5,67 44,45 M 5,44 7,22 6,34 7,44 6,56 7,56 7,67 6,89 7,22 62,34 N 4,56 4,67 4,45 6,22 6,00 6,56 6,11 5,22 6,11 49,89 O 4,22 4,67 4,45 6,22 4,78 6,67 5,67 5,00 6,56 48,23 Total 69,01 78,66 76,34 92,35 80,67 93,89 85,67 86,22 91,23 754,03 Rata-rata 4,60 5,24 5,09 6,16 5,38 6,26 5,71 5,75 6,08 50,27 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 2,19 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: Perlakuan k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p3 k2p1 k2p2 k2p3 k0 = tanpa karbid k2 = dosis karbid 4 gr p2 = kemasan plastik k1 = dosis karbid 2 gr p1 = kemasan kardus p3 = kemasan karung goni Total

70 Lampiran 6. Analisis ragam warna kulit pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Total F Hitung F Tabel Sampel 8 36,67 4,58 16,26 * 2,03 Panelis 14 68,07 4,86 17,25 * 1,79 Galat ,57 0,28 Non aditif 1 0,72 0,72 2,58 tn 2,94 Sisa ,85 0,28 Total ,31 KK = 1,05 % Keterangan: * = Berbeda nyata tn = Tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman

71 Lampiran 7. Data aroma buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Panelis Perlakuan k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p3 k2p1 k2p2 k2p3 Total A 5,33 5,33 5,00 4,67 5,00 4,67 5,33 6,00 6,00 47,33 B 4,33 4,00 4,00 6,00 4,67 4,67 4,00 4,33 5,67 41,67 C 4,00 4,33 3,67 5,00 4,33 5,00 4,67 4,33 4,00 39,33 D 4,67 5,00 4,67 6,33 5,00 6,00 5,00 6,00 3,67 46,33 E 5,00 5,33 5,33 5,33 5,00 5,00 4,67 6,00 4,67 46,33 F 5,33 5,33 4,67 5,33 5,67 5,33 5,00 4,67 5,33 46,67 G 5,67 5,67 4,33 6,67 4,33 5,33 5,67 6,00 6,00 49,67 H 6,00 5,33 5,00 6,33 5,67 5,00 5,33 5,33 6,00 50,00 I 5,33 5,67 5,00 5,00 6,33 5,00 5,33 5,67 5,67 49,00 J 5,67 5,67 5,33 6,00 5,67 5,67 5,67 5,33 4,67 49,67 K 5,33 5,00 5,00 6,00 5,33 5,67 4,67 4,67 5,00 46,67 L 6,33 5,33 5,33 6,67 5,67 5,67 5,67 6,00 6,00 52,67 M 5,00 6,00 5,00 5,00 5,33 4,33 5,33 5,33 5,67 47,00 N 5,67 5,67 4,67 5,00 5,00 5,00 5,33 6,33 3,67 46,33 O 5,33 6,33 6,33 6,33 5,00 5,67 6,33 5,67 6,00 53,00 Total 79,00 80,00 73,33 85,67 78,00 78,00 78,00 81,67 78,00 711,67 Rata-rata 5,27 5,33 4,89 5,71 5,20 5,20 5,20 5,44 5,20 47,44 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 13,86 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid k2 = dosis karbid 4 gr p2 = kemasan plastik k1 = dosis karbid 2 gr p1 = kemasan kardus p3 = kemasan karung goni

72 Lampiran 8. Analisis ragam aroma buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Total F Hitung F Tabel Sampel 8 5,91 0,74 2,72 * 2,03 Panelis 14 20,14 1,44 5,29 * 1,79 Galat ,44 0,27 Non aditif 1 0,10 0,10 0,38 tn 2,94 Sisa ,33 0,27 Total ,49 KK = 1,09 % Keterangan: * = Berbeda nyata tn = Tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman

73 Lampiran 9. Data rasa buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Panelis Perlakuan k0p1 k0p2 k0p3 k1p1 k1p2 k1p3 k2p1 k2p2 k2p3 Total A 5,67 5,67 5,33 5,67 5,00 5,33 5,00 6,00 5,67 49,33 B 5,67 6,11 5,89 6,00 6,00 5,22 5,00 5,78 6,00 51,67 C 4,00 4,33 3,67 4,67 5,00 5,00 4,67 4,33 4,00 39,67 D 5,00 5,33 5,33 6,00 5,33 5,00 4,67 5,67 4,00 46,33 E 5,33 5,67 6,00 6,00 5,67 5,33 4,33 5,67 4,33 48,33 F 5,00 5,33 5,67 5,00 6,33 4,67 4,67 5,00 5,33 47,00 G 4,50 4,00 3,00 5,50 6,00 5,00 5,50 5,50 5,50 44,50 H 6,33 5,33 5,00 6,67 6,00 5,67 5,00 6,33 6,33 52,67 I 4,67 5,00 5,00 5,00 5,67 5,67 4,67 5,33 4,67 45,67 J 6,00 5,67 5,00 6,67 6,00 5,67 6,00 5,67 5,00 51,67 K 6,00 5,00 4,33 5,67 5,67 5,67 5,00 5,33 5,67 48,33 L 5,33 5,00 4,33 6,00 5,33 6,00 5,33 6,00 6,67 50,00 M 5,33 6,33 5,33 5,00 5,33 5,00 5,00 5,67 5,00 48,00 N 4,67 5,33 5,00 4,67 6,33 5,00 5,33 6,67 4,67 47,67 O 5,33 6,00 5,67 6,00 5,67 6,00 6,33 5,33 6,00 52,33 Total 78,83 80,11 74,56 84,50 85,33 80,22 76,50 84,28 78,83 723,17 Rata-rata 5,26 5,34 4,97 5,63 5,69 5,35 5,10 5,62 5,26 48,21 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 11,83 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid k2 = dosis karbid 4 gr p2 = kemasan plastik k1 = dosis karbid 2 gr p1 = kemasan kardus p3 = kemasan karung goni

74 Lampiran 10. Analisis ragam rasa buah pisang ambon hari kelima akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Total F Hitung F Tabel Sampel 8 7,37 0,92 3,32 * 2,03 Panelis 14 18,20 1,30 4,69 * 1,79 Galat ,06 0,28 Non aditif 1 0,29 0,29 1,06 tn 2,94 Sisa ,77 0,28 Total ,63 KK = 1,82 % Keterangan: * = Berbeda nyata tn = Tidak berbeda nyata KK = Koefisien keragaman

75 Lampiran 11. Data susut bobot buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... %... k0p1 16,67 8,33 8,33 33,33 11,11 k0p2 16,67 0,00 8,33 25,00 8,33 k0p3 16,67 16,67 16,67 50,01 16,67 k1p1 16,67 33,33 16,67 66,67 22,22 k1p2 8,33 0,00 16,67 25,00 8,33 k1p3 16,67 8,33 16,67 41,67 13,89 k2p1 16,67 25,00 16,67 58,34 19,45 k2p2 25,00 25,00 16,67 66,67 22,22 k2p3 16,67 16,67 16,67 50,01 16,67 Jumlah 150,02 133,33 133,35 416,70 Rata-rata 16,67 14,81 14,82 15,43 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 11,28 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 12. Analisis ragam susut bobot buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 20,61 10,30 0,28 tn 6,94 Karbid (K) 2 252,16 126,08 3,38 tn 6,94 Galat K 4 149,25 37,31 Kemasan (P) 2 97,76 48,88 1,23 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 349,87 87,77 2,19 tn 3,26 Galat P ,33 39,86 Non aditif 1 89,12 89,12 2,48 tn 4,84 Sisa ,45 35,90 Total ,99 KK (K) = 13,19 % KK (P) = 13,64 % Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % KK = koefisien keragaman

76 Lampiran 13. Data kekerasan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... kg/mm... k0p1 1,38 2,27 2,67 6,32 2,11 k0p2 1,13 1,08 1,55 3,76 1,25 k0p3 0,57 2,05 2,77 5,39 1,80 k1p1 1,05 0,67 0,62 2,34 0,78 k1p2 1,33 0,90 1,20 3,43 1,14 k1p3 0,65 0,67 0,73 2,05 0,68 k2p1 1,10 0,35 0,63 2,08 0,69 k2p2 1,10 1,25 1,35 3,70 1,23 k2p3 1,07 1,00 0,78 2,85 0,95 Jumlah 9,38 10,24 12,30 31,92 Rata-rata 1,04 1,14 1,37 1,18 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 102,31 > χ 2 tabel = 15,5 (Data tidak homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 14. Analisis ragam kekerasan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 0,50 0,25 0,44 tn 6,94 Karbid (K) 2 3,92 1,96 3,47 tn 6,94 Galat K 4 2,26 0,57 Kemasan (P) 2 0,02 0,01 0,09 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 1,89 0,47 4,26 * 3,26 Galat P 12 1,33 0,11 Non aditif , ,34-11,00 tn 4,54 Sisa ,01-315,73 Total 26 9,93 KK (K) = 18,16 % KK (P) = 8,24 % Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % KK = koefisien keragaman

77 Lampiran 15. Data kekerasan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis dan jenis kemasan (Transformasi ( x + ½)) karbid Keterangan: Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... kg/mm... k0p1 1,37 1,66 1,78 4,81 1,60 k0p2 1,28 1,26 1,43 3,97 1,32 k0p3 1,03 1,60 1,81 4,44 1,48 k1p1 1,25 1,08 1,06 3,39 1,13 k1p2 1,35 1,18 1,30 3,83 1,28 k1p3 1,07 1,08 1,11 3,26 1,09 k2p1 1,27 0,92 1,06 3,25 1,08 k2p2 1,27 1,32 1,36 3,95 1,32 k2p3 1,25 1,23 1,13 3,61 1,20 Jumlah 11,14 11,33 12,04 34,51 Rata-rata 1,24 1,26 1,34 1,28 k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 16. Analisis ragam kekerasan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x + ½)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 5,40 2,70 1,36 tn 6,94 Karbid (K) 2 3,72 1,86 0,93 tn 6,94 Galat K 4 7,96 1,99 Kemasan (P) 2 4,10 2,05 0,95 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 9,47 2,37 1,10 tn 3,26 Galat P 12 25,88 2,16 Total 26 56,54 Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

78 Lampiran 17. Data kemanisan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... Brix... k0p1 20,00 8,67 10,33 39,00 13,00 k0p2 21,67 17,33 17,67 56,67 18,89 k0p3 19,33 20,33 8,67 48,33 16,11 k1p1 21,67 19,00 19,33 60,00 20,00 k1p2 20,00 16,33 19,33 55,66 18,55 k1p3 19,33 18,00 18,33 55,66 18,55 k2p1 19,33 18,33 17,33 54,99 18,33 k2p2 20,00 17,67 18,67 56,34 18,78 k2p3 20,33 18,00 18,67 57,00 19,00 Jumlah 181,66 153,66 148,33 483,65 Rata-rata 20,18 17,07 16,48 17,91 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 17,53 > χ 2 tabel = 15,5 (Data tidak homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 18. Analisis ragam kemanisan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 71,23 35,62 3,17 tn 6,94 Karbid (K) 2 49,90 24,95 2,22 tn 6,94 Galat K 4 45,01 11,25 Kemasan (P) 2 11,98 5,99 0,97 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 45,00 11,25 1,82 tn 3,26 Galat P 12 74,27 6,19 Non aditif 1 39,94 39,94 12,79 * 4,54 Sisa 11 34,33 3,12 Total ,38 KK (K) = 18,73 % KK (P) = 13,89 % Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % KK = koefisien keragaman

79 Lampiran 19. Data kemanisan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Keterangan: Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... Brix... k0p1 4,47 2,94 3,21 10,62 3,54 k0p2 4,65 4,16 4,20 13,01 4,34 k0p3 3,39 4,50 2,94 10,83 3,61 k1p1 4,65 4,35 4,39 13,39 4,46 k1p2 4,47 4,04 4,39 12,90 4,30 k1p3 4,39 4,24 4,28 12,91 4,30 k2p1 4,39 4,28 4,16 12,83 4,28 k2p2 4,47 4,20 4,32 12,99 4,33 k2p3 4,50 4,24 4,32 13,06 4,35 Jumlah 39,38 36,95 36,21 112,54 Rata-rata 4,38 4,11 4,02 4,17 k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 20. Analisis ragam kemanisan buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 1,11 0,55 2,78 tn 6,94 Karbid (K) 2 0,95 0,47 2,39 tn 6,94 Galat K 4 0,79 0,19 Kemasan (P) 2 0,23 0,12 1,02 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 0,78 0,19 1,72 tn 3,26 Galat P 12 1,37 0,11 Total 26 5,24 Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

80 Lampiran 21. Data vitamin c buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... %... k0p1 3,52 3,52 17,60 24,64 8,21 k0p2 3,52 22,88 28,16 54,56 18,19 k0p3 7,04 22,88 31,68 61,60 20,53 k1p1 8,80 15,84 17,60 42,24 14,08 k1p2 5,28 21,12 31,68 58,08 19,36 k1p3 14,08 10,56 24,64 49,28 16,43 k2p1 3,52 19,36 33,44 56,32 18,77 k2p2 10,56 21,12 21,12 52,80 17,60 k2p3 10,56 17,60 36,96 65,12 21,71 Jumlah 66,88 154,88 242,88 464,64 Rata-rata 7,43 17,21 26,99 17,21 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 3,62 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 22. Analisis ragam vitamin c buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok ,89 860,44 71,43 * 6,94 Karbid (K) 2 66,77 33,39 2,77 tn 6,94 Galat K 4 48,18 12,05 Kemasan (P) 2 173,47 86,73 2,53 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 152,13 38,03 1,11 tn 3,26 Galat P ,64 34,30 Non aditif 1 110,52 110,52 4,04 tn 4,84 Sisa ,12 27,37 Total ,07 KK (K) = 20,17 % KK (P) = 34,03 % Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % KK = koefisien keragaman

81 Lampiran 23. Data vitamin c buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Keterangan: Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... %... k0p1 1,88 1,88 4,20 7,96 2,65 k0p2 1,88 4,78 5,31 11,97 3,99 k0p3 2,65 4,78 5,63 13,06 4,35 k1p1 2,30 3,98 4,20 10,48 3,49 k1p2 2,30 4,60 5,63 12,53 4,18 k1p3 3,75 3,25 4,96 11,96 3,99 k2p1 1,88 4,40 5,78 12,06 4,02 k2p2 3,25 4,60 4,60 12,45 4,15 k2p3 3,25 4,20 6,08 13,53 4,51 Jumlah 23,14 36,47 46,39 106,00 Rata-rata 2,57 4,05 5,15 3,93 k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 24. Analisis ragam vitamin c buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan (Transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompok 2 28,46 14,23 63,22 * 6,94 Karbid (K) 2 1,42 0,71 3,15 tn 6,94 Galat K 4 0,90 0,23 Kemasan (P) 2 3,37 1,68 2,81 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 2,18 0,54 0,91 tn 3,26 Galat P 12 7,19 0,60 Total 26 43,51 Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

82 Lampiran 25. Data total asam buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata... %... k0p1 20,00 20,00 28,00 68,00 22,67 k0p2 16,00 24,00 16,00 56,00 18,67 k0p3 12,00 28,00 12,00 52,00 17,33 k1p1 20,00 16,00 16,00 52,00 17,33 k1p2 20,00 24,00 16,00 60,00 20,00 k1p3 12,00 12,00 8,00 32,00 10,67 k2p1 16,00 16,00 16,00 48,00 16,00 k2p2 16,00 20,00 8,00 44,00 14,67 k2p3 20,00 20,00 20,00 60,00 20,00 Jumlah 152,00 180,00 140,00 472,00 Rata-rata 16,89 20,00 15,56 17,48 Uji Homogenitas: χ 2 hitung = 13,94 < χ 2 tabel = 15,5 (Data homogen) Keterangan: k0 = tanpa karbid p1 = kemasan kardus k1 = dosis karbid 2 gr p2 = kemasan plastik k2 = dosis karbid 4 gr p3 = kemasan karung goni Lampiran 26. Analisis total asam buah pisang ambon akibat pengaruh dosis karbid dan jenis kemasan Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F F Bebas Kuadrat Tengah Hitung Tabel Kelompk 2 93,63 46,82 2,98 tn 6,94 Karbid (K) 2 61,63 30,82 1,96 tn 6,94 Galat K 4 62,81 15,70 Kemasan (P) 2 33,19 16,60 0,88 tn 3,88 Interaksi (K x P) 4 197,33 49,48 2,61 tn 3,26 Galat P ,56 18,96 Non aditif 1 19,61 19,61 1,04 tn 4,84 Sisa ,95 18,90 Total ,74 KK (K) = 22,67 % KK (P) = 24,91 % Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % KK = koefisien keragaman

83 Lampiran 27. Foto kegiatan Gambar 1. Penimbangan karbid Gambar 2. Pemotongan pisang

84 Gambar 3. Penimbangan pisang Gambar 4. Memasukkan pisang ke dalam kemasan

85 Gambar 5. Penambahan karbid Gambar 6. Penyusunan

86 Gambar 7. Buka kemasan pada hari kedua Gambar 8. Pengamatan warna pada hari kedua ketujuh

87 Gambar 9. Pemotongan buah pisang pada hari kedua ketujuh Gambar 10. Pengamatan aroma dan rasa

88 Gambar 11. Penghalusan pisang untuk pengamatan vit. C dan total asam Gambar 12. Penambahan aquades

89 Gambar 13. Penyaringan Gambar 14. Pengambilan filtrat

90 Gambar 15. Penambahan larutan amilum Gambar 16. Titrasi iodin

91 Gambar 17. Hasil titrasi (Vitamin C) Gambar 18. Penambahan larutan PP

92 Gambar 19. Titrasi NaOH Gambar 20. Hasil titrasi (Total asam)

93 Gambar 21. Mengukur tingkat kekerasan Gambar 22. Pemotongan 3 bagian

94 Gambar 23. Pengukuran tingkat kemanisan

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu 4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan, sehingga apa yang telah dibicarakan oleh ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili Musaceae ini hidup di daerah tropis dengan jenis yang berbeda-beda, pisang ambon, pisang

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu 3 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang (Musa spp. L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pisang termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, keluarga Musaceae.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Musa paradisiaca formatypica. Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk

TINJAUAN PUSTAKA. : Musa paradisiaca formatypica. Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman pisang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Pisang merupakan tanaman buah yang berupa herba dan berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN (Skripsi) Oleh YOYON TRI WIJAYA NPM 12110081 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016 i ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun atau halaman rumah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun atau halaman rumah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenal buah pisang. Buah pisang termasuk ke dalam golongan buah klimakterik. Penyebarannya sangat luas mulai dari dataran rendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang dan Laboratorium Tanaman I, Politeknik Negeri Lampung. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena harganya murah dan cara pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman serbaguna, sebab semua bagian tanamannya mulai dari bunga, buah, daun, batang hingga akarnya dapat dimanfaatkan. Buah pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai tempat di Asia Tenggara termasuk Malaysia. Malaysia merupakan daerah asal pisang kepok

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) memiliki ciri diameter sekitar 3,1 cm. Panen pisang Cavendish dilakukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan salah satu buah tropis yang paling banyak ditemukan dan dikonsumsi di Indonesia. Produksi pisang di Indonesia adalah yang tertinggi dibandingkan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok D. Sutowijoyo, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan September

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

MAKALAH KULIAH FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PROSES DAN TEKNIK PASCAPANEN BUAH PISANG

MAKALAH KULIAH FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PROSES DAN TEKNIK PASCAPANEN BUAH PISANG MAKALAH KULIAH FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PROSES DAN TEKNIK PASCAPANEN BUAH PISANG DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 HUSNITALIA MAYANTIKA (C1M013078) HUSNUL HAKIM (C1M013079) I GEDE ASENA PRADANA (C1M013081)

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM :

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : 12110055 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu hasil

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu hasil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu hasil buah buahan yang penting, karena banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Buah pisang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL ) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan.

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci