ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Margister Program Studi Biosain Oleh Triyadi S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

2 digilib.uns.ac.id ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS Oleh: Triyadi S Telah disetujui oleh tim pembimbing Komisi Nama Tanda Tanggal Tangan Pembimbing Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si NIP Pembimbing II Drs. Marsusi, MS, Ph.D NIP Mengetahui Ketua Program Studi Biosain Program Pascasarjana Prof.Dr. Sugiyarto, M,Si NIP. commit to user ii

3 digilib.uns.ac.id ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS Oleh: Triyadi S Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal Pebruari 2015 Tim Penguji Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si NIP Tanggal Sekretaris Dr. Ari Susilowati, M.Si. NIP Anggota Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si penguji NIP Anggota Drs. Marsusi, MS, Ph.D penguji NIP Direktur Program Pascasarjan Mengetahui, Ketua Program Studi Biosain Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof.Dr. Sugiyarto, M,Si NIP NIP iii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping SIHATI ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis beserta gelar megister saya dibatalkan serta diproses sesuia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai uthor dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku Surakarta, Pebruari 2015 Mahasiswa, Triyadi S iv

5 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya tesis ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini juga tidak terlepas dari keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak baik perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Maka dari itu, melalui laporan ini dengan segenap kerendahan hati patutlah penulis ucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi. M.S. selaku Rektor UNS Surakarta yang telah memberikan izin studi di UNS 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Pascasarjana UNS Surakarta atas fasilitas yang sudah diberikan selama penulis belajar di program pascasarjana UNS Surakarta 3. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku Ketua Prodi Biosain sekaligus pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penulisan tesis 4. Drs. Marsusi, MS, Ph.D selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing selama penulisan tesis 5. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Biologi Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 6. Keluarga besar Yayasan Al Abidin 7. Keluarga besar Podok Pesantren Mahasiswa Ar Royyan 8. Teman-teman Program Studi Biosain Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini, banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun menjadi harapan penulis ke depan sebagai motivasi perbaikan pada penulisan berikutnya. Akhirnya dengan memohon rahmat Allah SWT semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Pebruari 2015 Penulis v

6 digilib.uns.ac.id Triyadi. NIM. S Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan Program Digital Mapping SIHATI TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., Pembimbing II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Program Studi Biosain, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. ABSTRAK Sebagian area Kampus UNS Kentingan terdaftar sebagai bagian dari hutan kota di Surakarta yang memiliki manfaat bagi civitas akademika UNS dan masyarakat di sekitarnya. Untuk pengelolaannya diperlukan database pohon untuk memberikan penanganan yang tepat. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan data tentang jenis pohon, kerapatan, frekuensi, struktur vegetasi, dan pola sebaran jenis pohon penyusun area kampus UNS Kentingan Surakarta yang disajikan dalam bentuk digital mapping sehingga mudah diakses. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksploratif dengan melakukan sensus seluruh anggota jenis pohon penyusun vegetasi. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 10 zona untuk memudahkan penelitian. Adapun data profil vegetasi meliputi: jenis pohon, cacah individu pohon, tinggi pohon, dan luas basal area. Dari hasil pengamatan, dilaksanakan analisis vegetasi berupa kerapatan, dominansi, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP). Untuk memudahkan akses data pengamatan dibantu dengan program pemetaan vegetasi yang bernama digital mapping SIHATI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur vegetasi di area kampus UNS Kentingan secara vertikal terdiri atas 4848 sapling (pohon dengan diameter dibawah 10 cm), 2188 small trees (diamater 10 cm 35 cm), 1444 big trees (diameter diatas 35 cm). Sedangkan komposisi vegetasi pohon di area tersebut terdiri dari 151 jenis Jenis-jenis pohon yang memiliki nilai penting dalam penyusunan vegetasi berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 44,10%, Glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP 41,99% dan (Tectona grandis) dengan INP 18,95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 1,0 yaitu: Akasia (Acasia auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo (Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa), Mahoni (Swietenia mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok (Muntingia calbura). Jumlah total pohon adalah 8480 individu, dengan indeks diversitas 0,94. Zona dengan kerapatan tertinggi adalah zona FT dengan kerapatan ind/ha, Jumlah jenis paling banyak di zona FP dengan 87 jenis, dan zona dengan indeks diversitas tertinggi adalah zona FK dengan nilai Program digital mapping SIHATI sangat membantu proses analisis vegetasi yang dilaksanakan karena memudahkan mengakses data dan menyajikan data dalam jumlah besar menjadi lebih sederhana. Kata kunci: analisis vegetasi,kampus UNS kentingan, digital mapping SIHATI vi

7 digilib.uns.ac.id Triyadi. NIM. S Vegetation Structure and Composition Analysis Of UNS Kentingan Campuss Of Surakarta Using SIHATI Digital Mapping Program. THESIS.Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.,Supervisor II: Drs.Marsusi, M.S., Ph.D. Bioscience Program Study, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT Several area of UNS Kentingan campus is registered as part of urban forest in Surakarta which is useful for academician and people around there. Therefore, it need more study about database recording of the plants and analyze the vegetation in order to give more appropriate treatment in the future. The aim of this research is to gain the diversity of the plants data, the density and the frequency of the plants, the vegetation structure data and also the dissemination pola of the plants made up the forest along with the making of SIHATI digital mapping program to ease accessing it. This research had been done on April until May 2013 in UNS Kentingan campus,. Ir. Sutami street number 36 A Surakarta. The identification, quantification, and analysis of the data had held in Biology Laboratory of FMIPA UNS Surakarta. This research had been done using explorative method with census all of the vegetations in UNS Ketingan campus. The observation area is divided into 10 observation zones to ease the research. The vegetation profile data consist of the species of the plants, the plants individual count, the plants height, and the basalt area. Analysis was conducted from the result of observation. It consist of density, dominancy, and IVI (Importance Value Index). To Ease the access of observation data, it will be helped by mapping program called digital mapping SIHATI. The result of the research showed that vertically, vegetation structure in UNS Kentingan campus area consist of 4848 sapling (tree which of diameter less than 10 cm) 2188 small trees (diameter 10 cm-35cm) 1444 big trees (diameter more than 35 cm). The vegetation compotition on that area consisted of 151 variety. The species of the plants were had significant value in the preparation of vegetation were angsana (Pterocarpus indicus) with IVI 41.99%, Glodokan (Polyaltia longifolia) with IVI 44.10%, and Jati (Tectona Grandis) with IVI 18.95%. There were 10 plants had frequency of 1,0, they were Akasia (Acasia auriculiformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Asam Londo (Pithecelobium dulce), Beringin (Ficus benjamina spp), Flamboyan (Delonix regia), Glodokan (Polyaltia longifolia), Jati (Tectona grandis), Johar (Senna siamena), Kere Payung (Filicium desipiens), Ketapang (Terminalia catappa), Mahoni (Swietenia mahagoni), Mangga (Mangifera indica), dan Talok (Muntingia calabura). Total number of tree was 8480 species of plant with diversity index 0,94. The densest zone was Engineering Faculty zone with density of ind/hectare. The highest number of species was in Agriculture zone with 87 species and the highest diversity index zone was Medical Faculty zone about Digital mapping program SIHATI helped vegetation analisys process because it was easy and simpler to access data and to provide data in huge number. Keywords : vegetation analysis, UNS Kentingan campus, SIHATI Mapping digital program vii

8 digilib.uns.ac.id MOTTO Sibukkan dirimu dengan hal yang bermanfaat agar engkau terhindar dari maksiat Jadilah penunggang kuda yang gagah perkasa di siang hari, rahib yang taat pada Tuhannnya di malam hari Mimpi hari ini adalah kenyataan diesok hari viii

9 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini dipersembahkan kepada: Kedua orang tua, Teman seperjuangan, Orang orang yang aku cintai bersama dakwah ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii MOTTO... viii PERSEMBAHAN... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Tinjauan Pustaka Struktur dan Komposisi Analisis Vegetasi Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan Pengelolaan Green Campus Proram Digital Mapping SIHATI B. Kerangka Berpikir x

11 digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Alat dan Bahan Penelitian C. Rancangan Penelitian D. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Zona Boulevard Zona FE dan FISIP Zona FH Zona FK Zona FKIP Zona FP Zona FSSR Zona FT Zona GOR Zona Kantor Pusat B. Digital Mapping SIHATI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan nilai penting tumbuhan di Kampus UNS Kentingan Tabel 4.2. Frekuensi pohon di masing masing zona pengamatan UNS Kentingan Surakarta Tabel 4.3. Persebaran Pohon berdasarkan sapling, small trees maupun big trees di UNS Kentingan Surakarta Tabel 4.4. Indeks nilai penting di zona Boulevard Kampus UNS Kentingan Tabel 4.5. Indeks nilai penting di zona FE dan FISIP Kampus UNS Kentingan.. 32 Tabel 4.6. Indeks nilai penting di zona FH Kampus UNS Kentingan Tabel 4.7. Indeks nilai penting di zona FK Kampus UNS Kentingan Tabel 4.8. Indeks nilai penting terbesar di zona FKIP Kampus UNS Kentingan Tabel 4.9. Indeks nilai penting di zona FP Kampus UNS Kentingan Tabel Indeks nilai penting di zona FSSR Kampus UNS Kentingan Tabel Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan Tabel Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan Tabel Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Kentingan.. 51 xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka berfikir Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan Gambar 3.3. Tampilan menu tampilan untuk program SIHATI Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program SIHATI Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excell Gambar 3.7. Tampilan data yang diunggah lewat navicate lite Gambar 3.8. Tampilan mysql dan apache yang dijalankan lewat xampp Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan surakarta setelah dijalankan dengan program SIHATI Gambar Persebaran jumlah pohon di seluruh zona pengamatan Kampus UNS Kentingan Gambar Komposisi jumlah jenis pohon pada 10 zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Gambar Kerapatan populasi pohon di masing masing zona pengamatan Kampus UNS Kentingan Gambar Jenis pohon terbanyak yang paling banyak ditemukan di masingmasing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Gambar Indeks diversitas di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di area UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Boulevard UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FE dan FISIP UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FH UNS Kentingan Surakarta xiii

14 digilib.uns.ac.id Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FK UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FKIP UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FP UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FSSR Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FT UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona GOR UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Kantor Pusat UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan jenis-jenis pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan klasifikasi pohon dengan program SIHATI Gambar Tampilan morfologi dengan program SIHATI Gambar Tampilan persebaran pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta Gambar Tampilan statistik pembagian pohon akasia berdasarkan kelompok big tress, small trees, maupun sapling Gambar Tampilan data detail pohon di salah satu zona xiv

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data base seluruh pohon di seluruh area kampus UNS kentingan Lampiran 2. Dokumentasi alat dan kegiatan penelitian Lampiran 3. Daftar riwayat hidup Lampiran 4. Surat Pernyataan xv

16 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Hal itulah yang menjadikan Indonesia memiliki bermacam-macam flora dan fauna. Sebagian besar hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis, yang memiliki komposisi tumbuhan yang beranekaragam. Seiring dengan berjalannya waktu, hutan yang merupakan sumberdaya alam mengalami perubahan yang mengarah pada kerusakan. Kerusakan ini diperparah dengan adanya eksploitasi hutan secara besar-besaran untuk lahan perindustrian, pertanian, pemukiman, pertambangan, perkebunan, peternakan serta terjadinya kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun. Laju kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 1,6-2 juta ha per tahun, sedangkan kemampuan pemerintah dengan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) hanya mampu merehabilitasi sekitar 3 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun ( ). Apabila kegiatan GN-RHL ini berhasil seluruhnya berarti masih tersisa sekitar 5 7 juta ha yang perlu direhabilitasi untuk mengimbangi kerusakan hutan yang mencapai 8-10 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (Irwanto, 2007). Laju kehilangan keragaman hayati oleh pengaruh aktivitas manusia mencapai sampai kali lebih tinggi dibanding laju kepunahan yang alami. Hingga 270 spesies unik sekarang hilang setiap hari. Para ahli menyatakan bahwa dunia kita berada di tengah-tengah kepunahan massalnya yang keenam yang disebut "periode antropogenis" dengan penyebab utamanya adalah tindakan manusia (Sugiyarto, 2011). Lebih jauh lagi bahwa Indonesia merupakan pusat degradasi keragaman hayati global melalui proses deforestasi (Supriyatna, 2008) Kota merupakan pusat peradaban manusia yang menghadapi dampak terbesar karena perubahan lingkungan hingga menuju fenomena bunuh diri ekologis. Bencana banjir, krisis air bersih, penyakit lingkungan, pencemaran lingkungan dan berbagai problematika commit to sosial user lingkungan menjadi beban berat 1 1

17 digilib.uns.ac.id 2 bagi pembangunan wilayah perkotaan umumnya (Joga dan Ismaun, 2011). Langkah antisipasi berbagai kerusakan tersebut sangat penting untuk direncanakan, salah satunya adalah pembuatan hutan kota menggunakan lahan yang masih tersisa. Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang publik (public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah: Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992) Kawasan perkotaan memberikan proporsi yang kurang untuk ruang terbuka hijau dikarenakan permintaan lahan yang lebih tinggi untuk kegiatan perkotaan. Banyak pihak menganggap ruang terbuka hijau memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah sehingga tidak menjadi program utama dalam pembangunan kota. Undang Undang Penataan Ruang memberikan kewajiban kepada pemerintah kota untuk memberikan sekurang-kurangnya 20% lahan untuk ruang terbuka hijau. Dalam kenyataannya pemerintah kota kesulitan merealisasikan aturan tersebut karena pembangunan yang tidak merata. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan (Sundari, 2007). Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003). 2

18 digilib.uns.ac.id 3 Hutan kota merupakan suatu ekosistem dan tidak sama dengan pengertian hutan selama ini. Hutan kota adalah komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. (Irwan, 1997) Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan luas sekitar 60 hektar sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pembangunan bagian dari hutan kota Surakarta. Pemanfaatannya sebagai green campus adalah suatu harapan besar agar lahan tersebut dapat berfungsi ganda dalam penyelesaian masalah lingkungan sekaligus sebagai wahana pendidikan (Sugiyarto, 2011). Pembuatan peta vegetasi bisa memberikan gambaran yang sebenarnya tentang letak pohon, jumlah pohon, jarak pohon, lokasi yang ditempati suatu vegetasi. Dari peta vegetasi dapat diketahui pula pola sebaran dan komposisi pohon yang menyusun vegetasi tersebut. Dari sebuah peta vegetasi dapat dilakukan analisis vegetasi suatu wilayah. Bersamaan dengan perkembangan zaman, peta sudah semakin canggih. Pembuatan peta digital (digital mapping) bisa memberikan gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan komputer. Data yang diperoleh adalah data digital dan dapat ditampilkan melalui layar monitor komputer. Pembuatan digital mapping vegetasi yang ada di UNS kentingan bisa membantu memberikan gambaran terhadap pola sebaran dan kondisi vegetasi yang berada di sana. Sehingga nantinya akan sangat membantu dalam pengembangan dari green campus yang sudah dicanangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perencanaan yang baik dalam rangka menentukan penanganan yang baik agar fungsinya bisa maksimal. Sebagai bahan pengembangan, diperlukan identifikasi kekayaan hayati baik flora dan fauna yang ada di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan penelitian tentang Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Kampus UNS Kentingan Surakarta dengan commit Program to user Digital Mapping SIHATI. 3

19 digilib.uns.ac.id 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Jenis-jenis pohon apa yang menyusun keanekaragaman dan berapa nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan? 2. Bagaimana kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi UNS Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya? 3. Bagaimana struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan luas basal areanya? 4. Bagaimana pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan program digital mapping SIHATI? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung jenis pohon penyusun keanekaragaman dan mengukur nilai keanekaragaman jenis yang ada di areal kampus UNS Kentingan. 2. Mengukur kerapatan dan frekuensi tumbuhan penyusun vegetasi UNS Kentingan berdasarkan zona-zona pengelolaannya. 3. Mengukur struktur vegetasi di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan luas basal areanya. 4. Menggambarkan pola sebaran jenis-jenis pohon di areal kampus UNS Kentingan berdasarkan program digital mapping SIHATI. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan informasi jenis vegetasi penyusun dan pola sebaran di areal kampus UNS Kentingan Surakarta dengan model sistem digital mapping. 2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam rangka pengelolaan UNS sebagai hutan kota dan sebagai kawasan green campus. 4

20 digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Struktur dan Komposisi Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, small trees, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi, Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain, Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan indeks nilai penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara dan Indrawan,1988). Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan 5 5

21 digilib.uns.ac.id 6 bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq dan Reynolds, 1988). 2. Analisis Vegetasi Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Suatu vegetasi merupakan asosiasi nyata dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Selain itu vegetasi juga terkait dengan jumlah individu dari setiap spesies organisme yang akan menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies sehingga mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat berpengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas hutan (Indriyanto, 2006) Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Marsono dan Surachman, 1990). Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Struktur vegetasi terdiri atas unsur bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk melakukan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). 6

22 digilib.uns.ac.id 7 Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997). Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller- Dombois dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1977). Pola vegetasi dicari berdasarkan variasi yang ada dalam releve. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Pola sebaran jenis-jenis dan perubahan faktor lingkungan dapat dihubungkan dengan ordinasi yang diperoleh. Dalam melakukan analisa vegetasi perlu adanya perbedaan stadium big trees, small trees atau pohon-pohon muda (pole), sapihan (sapling) dan semai (seedling). Batasan-batasan tersebut adalah : a. Trees yaitu pohon yang membunyai akar, batang, dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 meter serta mempunyai diameter batang lebih dari 35 cm atau keliling batang >110 cm. b. Small trees (pole) yaitu pohon muda, diameter batang cm atau keliling batang antara cm. c. Sapling permudaan vegetasi dengan tinggi >1.5 m sampai dengan pohonpohon muda dengan diameter batang kurang dari 10 cm. d. Semai (seedling) serta tumbuhan lainnya yaitu permudaan vegetasi mulai dari kecambah sampai mempunyai tinggi kurang dari 1.5 meter termasuk vegetasi lantai hutan (Kusmana.1997). 3. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan kota Ruang terbuka hijau (RTH) dapat berarti ruang terbuka yang diisi dengan tumbuhan hijau untuk memberikan rasa kelembutan dan nilai estetika (Budihardjo, 1999) dan area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tumbuhan, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU RI No. 26 tahun 2008) 7

23 digilib.uns.ac.id 8 Dinas Pertamanan mengklasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut: kawasan hijau pertamanan kota, kawassan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau, kawasan hijau pekarangan. Usaha pengembangan ruang terbuka hijau dapat dilaksanakan dengan cara intensifikasi dan cara ekstensifikasi. Cara yang pertama (intensifikasi) adalah usaha penanaman tanaman untuk mengkayakan dan memperbaiki serta meningkatkan mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sudah merupakan daerah tata hijau. Cara intensifikasi dapat dilakukan pada daerah-daerah yang tidak dimungkinkan lagi untuk dilaksanakan penambahan luas ruang terbuka hijau karena keterbatasan lahan. Ekstensifikasi dilakukansebagai upaya untuk pengembanganruang terbuka hijau denganmenambah luasan daerah tata hijaupada wilayah perkotaan yang masih memungkinkan.(rijal.2008) Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidroorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).Pemanfaatan secara optimal hutan kota yang sudah ada, dengan menanam tanaman berupa semak belukar dan herba diantara pohon utama akan membantu menambah produksi total oksigen. (Septrina, dkk.2004) Analisa emisi CO2 dan penyerapan O2 bisa menjadi bahan untuk penyediaan RTH sebagai hutan kota. (Setiawan dan hermana, 2013) Tradisi awal pengembangan dan pengelolaan hutan kota sebagai bagian dari penataan ruang berorientasi pada upaya mewujudkan satu bentuk kota tertentu. Di Indonesia, tradisi ini direfleksikan dalam bentuk berbagai gagasan tentang kehidupan yang aman dan sejahtera sebagaimana berbagai slogan pembangunan kota seperti yang muncul di berbagai kota Indonesia pada awal tahun 1980-an. (Wahyuni dan Samsoedin.2012) Menurut Puryono dan Hastuti (1998) dalam Sibarani (2003), hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat kota, antara lain: 8

24 digilib.uns.ac.id 9 a. Manfaat estetika, hutan kota yang ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan memberikan nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka bentuk daun, cabang, ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan. b. Manfaat ekologis, yaitu tercapainya keserasian lingkungan antara tumbuhan, satwa maupun manusia dan sebagai habitat satwa, seperti burung-burung serta perlindungan plasma nutfah. c. Manfaat klimatologis, yaitu terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban udara, suhu udara, dan curah hujan sehingga dapat menambah kesejukan dan kenyamanan serta tercapainya iklim yang stabil dan sehat. d. Manfaat hidrologis, hutan kota dengan perakaran tumbuhan dan serasah mampu menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian air hujan yang mengandung ph asam melalui proses intersepsi oleh permukaan daun akan dapat menaikkan ph, sehingga air hujan yang jatuh menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. e. Manfaat protektif, pepohonan di hutan kota berfungsi sebagai pelindung dari pancaran sinar matahari dan penahan angin. Serta pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan paling efektif untuk meredam suara ialah tumbuhan dengan tajuk lebat dan rindang, strata yang cukup rapat dan tinggi. Kota yang terletak di tepi pantai, seperti kota Jakarta pada beberapa tahun terakhir terancam oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tumbuhan dalam pembangunan hutan kota pada kawasan yang mempunyai masalah intrusi air laut harus dengan teliti diperhatikan. Dikarenakan penanaman tumbuhan yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang tinggi akan mengakibatkan tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. Dan juga penanaman dengan tumbuhan yang mempunyai daya evapotranspirasi tinggi terhadap air tanah dapat mengakibatkan konsentrasi garam air tanah akan meningkat. Sehingga upaya untuk 9

25 digilib.uns.ac.id 10 mengatasi intrusi air laut melalui hutan kota dengan tumbuhan yang daya evapotranspirasinya rendah untuk meningkatkan kandungan air tanah. f. Manfaat higienis, manfaat dari adanya hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat. Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hutan kota dapat bermanfaat untuk mengurangi bau karena dapat menyerap bau secara langsung, penahan angin yang bergerak dari sumber bau, dan pelindung tanah dari hasil dekomposisi sampah serta penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya. g. Manfaat edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang sering dijumpai di kawasan tersebut. 4. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan hasil akhir interaksi dari berbagai proses fisiologis, dan untuk mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi keadaan lingkungan dan perlakuan, diperlukan bagaimana proses fisiologis dipengaruhi oleh lingkungan (Kramer dan Kozlowski,1979). Sebaran populasi dari suatu vegetasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh dan asosiasi vegetasi yang berada di sekitarnya.(kalima,2008). Faktor lingkungan fisik berupa ketinggian dan kerapatan jenis sangat berpengaruh pada keragaman jenis. (Lianah et al.2013) Sifat dan ciri tanah sangat mempengaruhi kapasitas tanah sebagai media dan tempat penyediaan hara bagi tumbuhan. Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, tanah mempunyai beberapa peranan diantaranya, untuk pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air tanah. Daniel et al. (1978) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai ilmu tanah merupakan dasar bagi pengelolaan silvikultur hutan, karena kualitas tanah merupakan salah satu kendala dalam praktek silvikultur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan silvikultur diantaranya penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor tanah. Hal ini berarti ada faktor-faktor penting yang sangat menentukan kualitas dari tempat tumbuh tanaman yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah diantaranya kandungan unsur hara, kemasaman tanah (ph 10

26 digilib.uns.ac.id 11 tanah), kandungan bahan organik tanah (BO), kelengasan tanah, tekstur dan struktur tanah dan lain-lain. 5. Pengelolaan Green Campus Universitas merupakan tempat ideal bagi para cindekia maupun mahasiswa yang dianggap mampu memecahkan permasalahan permasalahan sosial diantaranya adalah isu kerusakan alam. Civitas akademika yang ada di kampus dinilai memiliki kompetensi dalam hal pelestarian alam. Mereka dianggap sebagai civitas yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dalam rangka eksploitasi alam. Kebijakan pelestarian alam di kampus harus menyatu dengan visi misi universitas, sehingga walaupun terjadi rotasi kepemimpinana di kampus, tidak akan mempengarusi kebijakan pelestarian alam yang ada di kampus. Program green campus dilaksanakan dalam rangka membentuk lingkungan hijau, nyaman bersih, indah dan sehat. Letak kampus yang berada di daerah perkotaan diharapkan mampu mengurangi dampak dari pemanasan global yang terjadi di sana. Tidak hanya sivitas academika yang mendapat kemanfaatan dari green kampus ini akan tetapi kawanan burung juga sangat terbantu. Seperti di Kampus Kandang Limun Bengkulu, kawasan kampus tersebut merupakan kombinasi dari beberapa tipe habitat antara lain hutan hasil penghijaun, rawa, kolam, dan persawahan. Keberagaman habitat yang dimiliki tersebut memberikan kesempatan terhadap berbagai jenis burung untuk tinggal dan berkembang biak didalamnya.(jarulis.2007) Istilah green campus sering dikaitkan dengan kampus konservasi. Dimana menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi berarti pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan, pengawetan, pelestarian. Konservasi sering diidentikkan dengan sumber daya alam hayati sehingga dengan mudah kita mendengar istilah Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (KS-DAH). Sedangkan universitas konservasi adalah universitas yang memiliki sistem tata kelolanya mendafsarkan diri pada konsep gabungan green campus dan nilai luhur dari budaya bangsa. (Arswendi, 2013) Green campus diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada civitas akademika kampus untuk memiliki kesadaran dalam rangka berpartisipasi untuk penanggulangan pemanasan global. Program green campus sangat dipengaruhi oleh kebijakan kampus itu sendiri, seperti Penggunaan tanah hutan kota kampus Universitas Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia 11

27 digilib.uns.ac.id 12 No. 84/SK/12/1988, tanggal 31 Oktober 1988 difungsikan sebagai wilayah resapan air, wahana koleksi pelestarian plasma nutfah, wahana penelitian dan sarana rekreasi alam. Luas seluruhnya adalah 55,40 hektar. (Kusratmoko,et al.2002) Green campus adalah kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen dan kegiatan tridharma perguruan tinggi. Green campus mempunyai kapasitas intelektual dan sumber daya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan tata nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya, didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi. Green campus juga harus bisa menjadi contoh implementasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua aspek manajemen dan best practices pembangunan berkelanjutan. Minimal ada lima manfaat dan peran Kampus Hijau dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu (1) jasa ekosistem mikro (micro-ecosystem services), (2) konservasi sumberdaya, (3) kegiatan tridharma, (4) wisata kampus, dan (5) model mini pengelolaan pendidikan tinggi berkelanjutan (Utomo, 2007) 6. Program Digital Mapping SIHATI Program digital mapping SIHATI merupakan program yang dibuat untuk memberikan visualisasi persebaran pohon yang sudah diamati diseluruh zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan. Program ini diberi nama SIHATI dimana merupakan singkatan dari Sistem Keanekaragaman Hayati. Program ini merupakan konversi data yang didapatkan secara acak yang jumlahnya mencapai ribuan ke dalam pemetaan pohon sesuai koordinat lokasinya di dalam layanan google earth. Selain melihat posisi secara visual di dalam peta, melalui program ini pengamatan tiap zona akan lebih mudah. Data yang bisa di amati adalah macam jenis pohon yang ada, jumlah masing masing jenis pohon, visualisasi gambar pohon serta klasifikasi pohon yang diamati. Program ini juga dilengkapi dengan sistem pencarian pohon yang diharapkan, dimana program ini akan menunjukkan persebaran tanaman yang bersangkutan, jumlahnya, persebaran di masing masing zona, lengkap dengan tinggi, diameter, dan luas basal areanya. 12

28 digilib.uns.ac.id 13 Program digital mapping SIHATI ini bisa memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah: memberikan data yang akurat kaitanya dengan lokasi koordinat dari vegetasi yang diamati, memberikan data secara rinci dari pohonpohon yang diamati, memberikan visualisasi pola hubungan antar pohon, dan bisa diperbaharui sesuai dengan waktu yang diinginkan. Program digital mapping SIHATI ini dibuat dengan menggunakan program MySQL memanfaatkan sistem localhost sehingga mampu berjalan tanpa jaringan internet untuk menampilkan data-data dasar vegetasi. Khusus untuk menampakkan peta, program ini harus terhubung ke google earth sehingga jaringan internet diperlukan. Untuk dapat menampilkan data secara digital, dibutuhkan data pengamatan yang sudah dikonversi dalam bentuk excel yang kemudian diupload ke dalam program digital mapping SIHATI ini. Tampilan dari program ini dirancang semenarik mungkin, dimana sangat memudahkan bagi siapapun yang mengakses program digital mapping SIHATI ini. B. Kerangka Berpikir Keanekaragaman hayati Vegetasi Tumbuhan Kampus UNS Kentingan Data Base Akses Cepat Digital Mapping SIHATI Efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan kampus Gambar 2.1. Kerangka berfikir 13

29 digilib.uns.ac.id 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Mei Tempat penelitian di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta seluas 60 hektar. Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kamera, rol-meter, haga-meter, sasak, jaring serasah, loupe, mikroskop, anemometer dan lux-meter. Untuk pembuatan digital mapping SIHATI diperlukan komputer, sofware xampp, MySQL, navicate, mouse dan jaringan internet Bahan-bahan penelitian meliputi: sampel daun, bunga/buah pohon, kertas koran, herbarium/specimen pembanding dan buku acuan identifikasi.. C. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus (seluruh anggota vegetasi di kampus UNS Kentingan dijadikan objek pengamatan). Lokasi pengamaan dibagi menjadi 10 zona pengamatan, yaitu: 1. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR 2. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK 3. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP 4. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona FKIP 5. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH 6. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan FISIP 7. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona FSSR 8. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT 9. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona Kantor Pusat 10. Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya disebut zona Boulevard 14 14

30 digilib.uns.ac.id 15 Gambar 3.2. Pembagian zona di kampus UNS Kentingan meliputi: Pada ke-10 zona pengamatan dilakukan pengukuran beberapa variabel, 1. Luas area zona kajian 2. Data profil vegetasi, meliputi: a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium b. Cacah individu pohon c. Tinggi pohon d. luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon/3.14 (Dharmono, 2007). D. Prosedur Penelitian 1. Penentuan zona pengamatan 15

31 digilib.uns.ac.id 16 Membagi kampus UNS Kentingan menjadi 10 zona pengamatan, yaitu: a. Zona stadion dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona GOR dengan luas 8.65 hektar. b. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA yang selanjutnya disebut zona FK dengan luas 7.01 hektar. c. Zona Fakultas Pertanian yang selanjutnya disebut zona FP dengan luas 6.40 hektar. d. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana yang selanjutnya disebut zona FKIP dengan luas 6.83 hektar. e. Zona Fakultas Hukum yang selanjutnya disebut zona FH dengan luas 3.89 hektar. f. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP yang selanjutnya disebut zona FE dan FISIP dengan luas 4.10 hektar g. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona FSSR dengan luas 3.63 hektar. h. Zona Fakultas Teknik yang selanjutnya disebut zona FT dengan luas 7.14 hektar i. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya yang selanjutnya disebut zona Kantor Pusat dengan luas 7.39 hektar. j. Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) yang selanjutnya disebut zona Boulevard dengan luas 4.15 hektar. 2. Pengamatan dan inventarisasi vegetasi masing-masing zona dengan memperhatikan beberapa hal berikut: a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium b. Cacah individu pohon c. Tinggi pohon d. Luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon/ Melakukan analisis vegetasi Pada masing-masing zona pengamatan dilakukan analisis vegetasi. Metode analisis menggunakan parameter kuantitatif yang mengacu kepada Kusmana (1997). Rumus yang digunakan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi hutan kota: a. Kerapatan (ind/ha) = Jumlah individu suatu jenis Luas area unit sampling (m /ha) b. Kerapatan Relatif (%) = Total cacah individu suatu jenis x l00% Total cacah individu seluruh spesies c. Dominansi (cm²/ha) = Luas bidang dasar suatu jenis Luas area unit sampling (m /ha) 16

32 digilib.uns.ac.id 17 d. Dominansi Relatif (%) = Luas bidang dasar suatu jenis x100% Luas bidang dasar seluruh jenis e. Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya species Jumlah seluruh plot contoh f. Frekuensi Relatif (%) = Frekuensi suatu jenis x100% Total frekuensi seluruh jenis g. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR Indeks Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300. h. Indeks Keanekaragaman Keterangan : H = - [( -- )] ln[( -- )] H' = indeks keanekaragaman; ni = nilai penting dari setiap spesies; N = total nilai penting (Ludwig and Reynold, 1988). 4. Melengkapi analisis vegetasi dengan mengelompokkan pohon berdasarkan stadiumnya, meliputi: a. Trees yaitu pohon yang memiliki diameter lebih dari 10 cm. Dibagi menjadi small trees (10 cm 35 cm) dan big trees (diatas 35 cm) b. Sapling yaitu pohon yang memiliki diameter kurang dari 10 cm., sedangkan semai (seedling) dimasukkan kedalam kelompok ini. 5. Membuat komputerisasi sebaran vegetasi UNS dengan membuat program digital mapping SIHATI agar mudah dibaca oleh khalayak umum, adapun proses pembuatannya meliputi: a. Menginstall aplikasi xampp untuk menjalankan mysql dan apache b. Membuat program digital mapping SIHATI dengan sistem localhost, sehingga program mampu berjalan meskipun tanpa jaringan internet. c. Mencari template untuk penampilan program digital mapping d. SIHATI dan menyesuaikannya dengan kebutuhan yang akan ditampilkan. n i=1 ni N ni N Gambar3.3. Tampilan menu tampilan untuk program digital mapping SIHATI 17

33 digilib.uns.ac.id 18 e. Memperbaiki tampilan dengan gambar berjalan dan menu sesuai zona Gambar 3.4. Tampilan halaman pembuka program digital mapping SIHATI f. Menginput semua data pengamatan dilapangan ke dalam bentuk excell. g. Gambar 3.5. Tampilan data pengamatan yang dimasukkan program excell h. Membuat klasifikasi species yang telah diamati dalam bentuk excell. Gambar 3.6. Tampilan klasifikasi species yang dimasukkan program excel i. Mengubah file dari format excel ke bentuk csv j. Mengunggah file csv tersebut melalui navicate lite yang sudah dihubungkan dengan program mysql yang sudah dijalankan Gambar 3.7. Tampilan data commit yang diunggah to user lewat navicate lite 18

34 digilib.uns.ac.id 19 k. Menjalankan xampp dan membuka localhost Gambar 3.8. Tampilan mysql dan apache yang dijalankan lewat xampp l. Menjalankan program, sesuai dengan data yang diinginkan Gambar 3.9. Tampilan peta pohon yang ada di area UNS kentingan surakarta setelah dijalankan dengan program SIHATI m. Membuat tampilan warna pohon sesuai dengan kategorinya. Yaitu warna biru untuk sapling, warna hijau untuk small trees, warna kuning untuk yang big trees 19

35 digilib.uns.ac.id 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petakpetak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Sebagian area Kampus UNS Kentingan merupakan salah satu hutan kota yang ada di Kota Surakarta. Secara morfologi, wilayah Kampus UNS Kentingan terdiri atas relief yang tidak begitu rata, terdapat wilayah datar, lembah dan juga bukit yang sebagian besar ditutupi oleh pepohonan dan juga bangunan kampus. Banyaknya vegetasi yang berada di lingkungan kampus ini memberikan arti penting dalam hal estetika, kesehatan, edukasi maupun memberikan semangat kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Area kampus juga membutuhkan daya lingkungan untuk menunjang proses pembelajaran. Produktivitas di bidang akademik juga bisa didukung jika populasi, keragaman dan vegetasi yang ada ditata dengan baik. Penelitian yang dilakukan dengan pengamatan pada sepuluh zona di Kampus UNS Kentingan menghasilkan data yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa area Kampus UNS Kentingan merupakan daerah hijau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi ditandai dengan nilai indeks keanekaragaman simpson 0,94. Komposisi vegetasi di area Kampus UNS Kentingan tersusun dari pohon, perdu berupa tanaman hias dan tanaman liar dengan total jenis pohon di area commit tersebut to user adalah 151 jenis. Adapun kerapatan, 20 20

36 digilib.uns.ac.id 21 dominansi dan indeks nilai penting pohon di area pengamatan dijelaskan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Kerapatan, dominansi dan INP tumbuhan di Kampus UNS Kentingan No Nama local Nama Ilmiah Jum Big Small Sa Kera KR Domi DR FR INP lah Trees Trees pling patan Nansi 1 Jati Tectona grandis % 50, % 1.72% 18.95% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % 62, % 1.72% 16.87% 3 Angsana Pterocarpus indicus % 624, % 1.72% 44.10% 4 Flamboyan Delonix regia % 18, % 1.72% 9.26% 5 Glodokan Polyaltia longifolia % 646, % 1.72% 41.99% 6 Akasia Acasia auriculiformis % 62, % 1.72% 8.51% 7 Kere Payung Filicium desipiens % 26, % 1.72% 6.58% 8 Mangga Mangifera indica % 5, % 1.72% 4.59% 9 Ketapang Terminalia catappa % 26, % 1.72% 5.15% 10 Jambu Air Eugenia aquea % 1, % 1.55% 3.32% 11 Asam Londo Pithecelobium dulce % 48, % 1.72% 5.83% 12 Sawo Manila Manilkara zapota % 1, % 1.55% 3.17% 13 Johar Senna siamena % 147, % 1.72% 11.00% 14 Kelengkeng Dimocarpus longan % 1, % 1.20% 2.52% 15 Pule Alstonia scholaris % 2, % 1.38% 2.70% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata % 4, % 1.20% 2.56% 17 Beringin Ficus benjamina % 29, % 1.72% 4.37% 18 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % 2, % 0.52% 1.73% 19 Talok Muntingia calbura % 3, % 1.72% 2.92% 20 Kesambi Schleichera oleosa % 5, % 0.52% 1.73% 21 Tanjung Mimusops elengi % 2, % 1.55% 2.63% 22 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % 2, % 1.20% 2.24% 23 Biola Cantik Ficus lyrata % 1, % 1.38% 2.40% 24 Gamal Gliricidia sepium % 9, % 0.86% 2.24% 25 Bungur Lagerstromeia speciosa % 5, % 0.69% 1.82% 26 Kenitu Chrysophylum cainito % % 1.55% 2.36% 27 karet kebo Ficus elastica % 5, % 1.03% 2.09% 28 Lamtoro Leucaena glauca % 1, % 0.86% 1.70% 29 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 1.03% 1.77% 30 Sengon Paraserianthes falcataria % 13, % 0.86% 2.29% 31 Dadap Merah Erythrina cristagali % 1, % 0.69% 1.39% 32 Petai Cina Parkia speciosa % 4, % 0.34% 1.20% 33 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % 8, % 1.03% 2.12% 34 Cemara Thuja orientalis % 1, % 1.38% 2.04% 35 gayam Inocarpus fagiferus % 2, % 1.03% 1.70% 36 Trembesi Albizia saman % 11, % 1.38% 2.54% 37 Lindri Lindri % 6, % 1.55% 2.43% 38 Rambutan Nephelium lappaceum % % 1.03% 1.59% 39 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.86% 1.39% 40 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.86% 1.36% 41 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.69% 1.16% 42 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.69% 1.16% 43 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % 1, % 0.52% 1.00% 44 Mirip Gayam Mirip Gayam % 1, % 1.03% 1.52% 45 Nangka Artocarpus heterophyllus % 1, % 1.20% 1.66% 46 Matoa Pometia pinnata % % 1.20% 1.60% 47 Jambu Biji Psidium guajava % % 1.03% 1.42% 48 Sukun Artocarpus communis % % 1.38% 1.76% 49 Salam Syzygium polyanthum % % 0.86% 1.22% 50 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % 6, % 1.03% 1.72% 51 Kepuh Sterculia foetida % 1, % 0.86% 1.24% 52 Belimbing Averrhoa carambola % % 1.20% 1.55% 53 Cemara Gimbal Araucaria sp % 1, % 0.52% 0.90% 54 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 1.03% 1.32% 55 Keben Baringtonia asiatica % % 1.38% 1.69% 56 Kopi Coffea sp % % 0.17% 0.44% 57 Jabon Antocephalus cadamba % % 0.34% 0.61% 58 Saga Abrus precatorius % 2, % 0.34% 0.70% 59 Durian Durio zibethinus % % 0.52% 0.76% 60 Asam Jawa Tamarindus indicus % 4, % 0.86% 1.35% 61 Kantil Michellia alba % % 1.20% 1.44% 62 Manggis Garcinia mangostana % % 0.69% 0.92% 63 Petai Parkia speciosa % 1, % 0.52% 0.82% 64 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.69% 0.91% 65 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.69% 0.88% 66 Sirsak Annona muricata % % 1.03% 1.22% 67 Melanding Leucaena glauca % % 1.03% 1.21% 68 Srikaya Annona squamosa % % 1.03% 1.21% 69 Bisbol Diospyros blancoi 13 commit 0 7 to 6 user % % 0.69% 0.88% 70 Duwet Eugenia cumini % % 1.20% 1.38% 71 Mirip Angsana Mirip Angsana % % 0.17% 0.32% 21

37 digilib.uns.ac.id Jeruk Citrus sp % % 0.52% 0.66% 73 Keluwih Artocarpus altilis % 1, % 0.52% 0.71% 74 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.86% 1.03% 75 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.34% 0.47% 76 Kamboja Plumeria alba % % 0.34% 0.48% 77 Kemuning Murraya paniculata % % 0.69% 0.80% 78 Mertega Diospyros philippensis % % 0.52% 0.63% 79 Species F Species F % % 0.17% 0.30% 80 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.69% 0.78% 81 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.34% 0.42% 82 Bulu Bulu % % 0.34% 0.42% 83 Randu Ceiba petandra % % 0.69% 0.81% 84 Kedondong Spondias dulcis % % 0.69% 0.79% 85 Mundu Garcinia dulcis % % 0.69% 0.77% 86 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.52% 0.59% 87 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.52% 0.59% 88 Mirip Mertego Mirip Mertego % % 0.17% 0.24% 89 Mirip Talok Mirip Talok % 2, % 0.17% 0.35% 90 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.52% 0.61% 91 Daun Suplir Daun Suplir % % 0.17% 0.25% 92 Mirip Kantil Mirip Kantil % % 0.34% 0.40% 93 Mirip Srikaya Mirip Srikaya % % 0.17% 0.23% 94 Dadap Serep Erythrina lithosperma % 2, % 0.34% 0.53% 95 Asam Cina Tamarindus indicus % % 0.17% 0.26% 96 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.34% 0.41% 97 species B species B % % 0.17% 0.23% 98 Kakao Theobroma Cacao % % 0.52% 0.57% 99 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.69% 0.74% 100 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.34% 0.39% 101 Species E Species E % % 0.34% 0.40% 102 Kenari Canarium ovatum % % 0.34% 0.40% 103 Suren Toona sureni % % 0.34% 0.39% 104 Maja Aegle marmelos % % 0.17% 0.21% 105 Mira Mira % % 0.17% 0.21% 106 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.34% 0.38% 107 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir % % 0.17% 0.21% 108 Kol Banda Pisonia alba % % 0.17% 0.20% 109 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga % % 0.17% 0.20% 110 Mirkop Mirkop % % 0.17% 0.20% 111 Species A Species A % % 0.34% 0.36% 112 baringtonia Baringtonia asiatica % % 0.17% 0.19% 113 Mirip Trembesi Mirip Trembesi % % 0.17% 0.19% 114 Jarak Senna siamena % % 0.34% 0.36% 115 Ficus sp Ficus sp % % 0.17% 0.19% 116 Mirip Duwet Mirip Duwet % % 0.17% 0.19% 117 Mirip Sukun Mirip Sukun % % 0.17% 0.19% 118 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.34% 0.36% 119 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng % 1, % 0.17% 0.24% 120 Randu alas Bombaxma labaricum % % 0.17% 0.23% 121 Species G Species G % % 0.17% 0.21% 122 Mirip Ficus Mirip Ficus % % 0.17% 0.21% 123 Mirip Lerak Mirip Lerak % % 0.17% 0.20% 124 Mirip Kepel Mirip Kepel % % 0.17% 0.19% 125 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah % % 0.17% 0.19% 126 Family Myrtaceae Family Myrtaceae % % 0.17% 0.19% 127 Wuni Antidesma bunius % % 0.17% 0.19% 128 Species C Tinta Species C Tinta % % 0.17% 0.19% 129 Species D Species D % % 0.17% 0.19% 130 Berduri Berduri % % 0.00% 0.01% 131 Bunga Kuning Bunga Kuning % % 0.17% 0.18% 132 species H species H % % 0.17% 0.18% 133 Species I Species I % % 0.17% 0.18% 134 Melati Melati % % 0.17% 0.18% 135 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao % % 0.17% 0.18% 136 Thevetin perutiana Thevetin perutiana % % 0.17% 0.18% 137 Karet Hevea brasiliensis % % 0.17% 0.18% 138 Species J Species J % % 0.17% 0.18% 139 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih % % 0.17% 0.18% 140 Mirip Jambu Air Mirip Jambu Air % % 0.17% 0.18% 141 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa % % 0.17% 0.18% 142 Mirip Sirsak Mirip Sirsak % % 0.17% 0.18% 143 Kaya Pakel Kaya Pakel % % 0.17% 0.18% 144 Wahyu tumurun Wahyu tumurun % % 0.17% 0.18% 145 Sawo Kledung Manilkara zapota % % 0.17% 0.18% 146 Kenanga Canangium odoratum % % 0.17% 0.18% 147 Mirip Gamal Mirip Gamal % % 0.34% 0.35% 148 Mirip Mahoni Mirip Mahoni % % 17.21% 17.22% 149 Mirip Matoa Mirip Matoa % % 0.17% 0.18% 150 Mirip Beringin Mirip Beringin % % 0.17% 0.18% 151 Cimpedak Artocarpus champeden % % 0.17% 0.18% 22

38 digilib.uns.ac.id 23 Berdasarkan data pengamatan di atas, bisa disimpulkan bahwa berdasarkan dominansi luas basal area didapatkan hasil yang berupa pohon glodokan (Polyalthia longifolia) menempati peringkat pertama dengan total ,07 cm²/ha, pada urutan kedua didapatkan pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang meiliki luas basal area sebesar ,02 cm²/ha, serta pada peringkat ketiga diperoleh pohon johar (Cassia siamea) sebesar ,77 cm²/ha. Dari data pengamatan, didapatkan bahwa indeks nilai penting pohon diseluruh area pengamatan didapatkan pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu 44.10%, pada urutan kedua terdapat pohon glodokan (Polyalthia longifolia) yang memiliki indeks nilai penting sebesar 41.99%, disusul pohon jati (Tectona grandis) pada urutan ketiga dengan indeks nilai penting sebesar 18.95%. Gambar Persebaran jumlah pohon di seluruh zona pengamatan Kampus UNS Kentingan Zona yang menduduki peringkat pertama untuk jumlah individu pohon yang tumbuh adalah zona FT dengan jumlah 1928 pohon. Peringkat kedua diduduki oleh zona FP dengan jumlah 1645 pohon. Sedangkan untuk peringkat ketiga diduduki oleh zona Kantor Pusat dengan total 881 pohon. Di seluruh area pengamatan didapatkan 151 jenis pohon. Persebarannya merata ke seluruh zona pengamatan. Zona yang menduduki peringkat pertama atas tingkat keragaman jenis pohon commit adalah to user zona FP, dimana terdapat 87 jenis 23

39 digilib.uns.ac.id 24 pohon. Zona FT menduduki peringkat kedua dengan total 74 jenis pohon yang tumbuh. Sedangkan peringkat ketiga adalah zona FK yang memiliki 67 jenis, unggul 1 jenis lebih banyak dari pada zona GOR dengan 66 jenis pohon yang tumbuh di sana.(gambar 4.11) Gambar Komposisi jumlah jenis pohon pada 10 zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Dari hasil pengamatan, zona FT memiliki kerapatan tertinggi mencapai 270,03 ind/ha. Peringkat kedua adalah zona FP yang memiliki tingkat kerapatan 257,03 ind/ha. Di zona FSSR memiliki kerapatan 179,01 ind/ha sehingga menduduki peringkat yang ketiga. Tingkat kerapatan ini ditentukan pada luasnya area pengamatan serta jumlah pohon yang tersebar di dalamnya. (Gambar 4..12) Boulevard FE dan FISIP FH FK FKIP FP FSSR FT GOR Gambar Kerapatan populasi pohon di masing masing zona pengamatan Kampus UNS Kentingan Di masing-masing zona pengamatan, jenis pohon yang meliputi juga beragam. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) menjadi jenis yang paling banyak dijumpai di zona Boulevard, zona FE dan FISIP serta di zona Kantor Pusat. Di zona FT, FH dan GOR paling banyak terdiri atas oleh jenis jati (Tectona grandis). Pohon glodokan (Polyalthia longifolia) paling banyak berada di wilayah zona FKIP dan FK. Pohon flamboyan commit (Delonix to user regia) paling banyak di wilayah zona 24

40 digilib.uns.ac.id 25 FP sedangkan untuk wilayah zona FSSR paling banyak oleh pohon mahoni (Swietenia mahagoni).(gambar 4.13) Boulevard Fe dan FISIP 400 FH FK FKIP FP FSSR FT GOR Kantor Pusat Gambar Jenis pohon terbanyak yang paling banyak ditemukan di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Dari seluruh area pengamatan di Kampus UNS Kentingan didapatkan data bahwa pohon jati (Tectona grandis) merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Total jenis ini mencapai 1234 pohon yang tersebar ke seluruh area pengamatan. Pohon mahoni (Swietenia mahagoni) menempati urutan kedua karena jumlahnya mencapai 1007 pohon. Sedangkan pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang paling banyak tersebar di zona Boulevard, zona Kantor Pusat serta zona FE dan FISIP menempati urutan ketiga dimana memiliki total 804 pohon. Jenis pohon flamboyan (Delonix regia), glodokan (Polyalthia longifolia)dan akasia (Acasia auriculiformis) menempati urutan selanjutnya Gambar Indeks diversitas di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan Berbeda dengan pengamatan berdasarkan tingkat kerapatan, berdasarkan indeks diversitas di seluruh zona, commit didapatkan to user bahwa di zona FK memiliki indeks 25

41 digilib.uns.ac.id 26 diversitas tertinggi dengan Zona kedua yang memiliki indeks tertinggi adalah zona FE dan FISIP yang mencapai Zona Kantor Pusat dan zona FKIP sama sama menduduki peringkat ketiga dan keempat dengan nilai indeks Adapun secara rinci dijelaskan pada gambar Frekuensi persebaran pohon yang ada di area pengamatan juga bermacammacam. Ada pohon yang tersebar merata di seluruh zona pengamatan yang berjumlah 10 pohon. Begitu pula sebaliknya, ada pohon yang hanya berada di zona tertentu dan tidak berada di zona yang lain. Distribusi tanaman ini sangat erat kaitannya dengan penyebab persebaran ke seluruh zona, baik dilaksanakan secara alami maupun yang disengaja manusia. Adapun persebaran frekuensi pohon, disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.2. Frekuensi pohon di masing masing zona pengamatan UNS Kentingan Surakarta No Nama local Nama Ilmiah Bou levard FE dan FISIP Zona FH FK FKIP FP FSSR FT GOR 1 Akasia Acasia auriculiformis v v v v v v v v v v % 2 Angsana Pterocarpus indicus v v v v v v v v v v % 3 Asam Londo Pithecelobium dulce v v v v v v v v v v % 4 Beringin Ficus benjamina spp. v v v v v v v v v v % 5 Flamboyan Delonix regia v v v v v v v v v v % 6 Glodokan Polyaltia longifolia v v v v v v v v v v % 7 Jati Tectona Grandis v v v v v v v v v v % 8 Johar Senna siamena v v v v v v v v v v % 9 Kere Payung Filicium desipiens v v v v v v v v v v % 10 Ketapang Terminalia catappa v v v v v v v v v v % 11 Mahoni Swietenia mahagoni v v v v v v v v v v % 12 Mangga Mangifera indica v v v v v v v v v v % 13 Talok Muntingia calbura v v v v v v v v v v % 14 Jambu Air Eugenia aquea v v v v v v v v v % 15 Kenitu Chrysophylum cainito v v v v v v v v v % 16 Lindri Lindri v v v v v v v v v % 17 Sawo Manila Manilkara zapota v v v v v v v v v % 18 Tanjung Mimusops elengi v v v v v v v v v % 19 Biola Cantik Ficus lyrata v v v v v v v v % 20 Cemara Araucaria sp. v v v v v v v v % 21 Keben Baringtonia asiatica v v v v v v v v % 22 Pule Alstonia scholaris v v v v v v v v % 23 Sukun Artocarpus communis v v v v v v v v % 24 Trembesi Albizia saman v v v v v v v v % 25 Asam Raksasa Kigelia pinnata v v v v v v v % 26 Belimbing Averrhoa bilimbi v v v v v v v % 27 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea v v v v v v v % 28 Duwet Eugenia cumini v v v v v v v % 29 Kantil Michellia alba v v v v v v v % 30 Kelengkeng Dimocarpus longan v v v v v v v % 31 Matoa Pometia pinnata v v v v v v v % 32 Nangka Artocarpus heterophyllus v v v v v v v % 33 Cemara Gunung Thuja orientalis v v v v v v % 34 gayam Inocarpus fagiferus v v v v v v % 35 Jambu Biji Psidium guajava v v v v v v % 36 Jati Belanda Tectona grandis v v v v v v % 37 karet kebo Hevea brasiliensis v v v v v v % 38 Melanding Leucaena glauca v v v v v v % 39 Mirip Gayam Mirip Gayam v v v v v v % 40 Nam-nam Cynometra cauliflora v v v v v v % 41 Nyamplung Calophyllum inophyllum v v v v v v % 42 Rambutan Nephelium lappaceum v v v v v v % 43 Sirsak Annona muricata v v v v v v % Kantor Pusat Frek uensi FR 26

42 digilib.uns.ac.id Srikaya Annona squamosa v v v v v v % 45 Asam Jawa Tamarindus indicus v v v v v % 46 Gamal Gliricidia sepium v v v v v % 47 Kepuh Sterculia foetida v v v v v % 48 Lamtoro Leucaena glauca v v v v v % 49 Melinjo Gnetum gnemon v v v v v % 50 Mirip Cokelat Mirip Cokelat v v v v v % 51 Salam Syzygium polyanthum v v v v v % 52 Sengon Paraserianthes falcataria v v v v v % 53 Waru Hibiscus tiliaceus v v v v v % 54 Belimbing Wuluh Averrhoa carambola v v v v % 55 Beringin Putih Ficus benjamina v v v v % 56 Bisbol Diospyros blancoi v v v v % 57 Bungur Lagerstromeia speciosa v v v v % 58 Dadap Merah Erythrina cristagali v v v v % 59 Kedondong Spondias dulcis v v v v % 60 Kemuning Murraya paniculata v v v v % 61 Kepel Stelechocarpus burahol v v v v % 62 Manggis Garcinia mangostana v v v v % 63 Mengkudu Morinda citrifolia v v v v % 64 Mirip Pule Mirip Pule v v v v % 65 Mundu Garcinia dulcis v v v v % 66 Randu Bombaxma labaricum v v v v % 67 Sawo Kecik Manilkara kauki v v v v % 68 Cemara Gimbal Casuarina equisetifolia v v v % 69 Durian Durio zibethinus v v v % 70 Jambu Dersono Syzygium malaccense v v v % 71 Jeruk Citrus sp. v v v % 72 Kakao Theobroma Cacao v v v % 73 Kayu Putih Melaleuca leucadendron v v v % 74 Keluwih Artocarpus altilis v v v % 75 Kesambi Schleichera oleosa v v v % 76 Mertega Diospyros philippensis v v v % 77 Mirip Akasia Mirip Akasia v v v % 78 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan v v v % 79 Petai Parkia speciosa v v v % 80 Tabebuya Tabebuia chrysotricha v v v % 81 Bulu Bulu v v % 82 Dadap Serep Erythrina lithosperma v v % 83 Dewandaru Eugenia uniflora v v % 84 Jabon Antocephalus cadamba v v % 85 Jambu Mete Anacardium occidentale v v % 86 Jarak Senna siamena v v % 87 Kamboja Plumeria alba v v % 88 Kenari Canarium ovatum v v % 89 Mirip Gamal Mirip Gamal v v % 90 Mirip Jambu Mirip Jambu Air v v % 91 Mirip Kantil Mirip Kantil v v % 92 Mirip Kopi Mirip Kopi v v % 93 Mirip Rambutan Mirip Rambutan v v % 94 Nusa Indah Mussaenda phillipica v v % 95 Petai Cina Parkia speciosa v v % 96 Saga Abrus precatorius v v % 97 Species A Species A v v % 98 Species E Species E v v % 99 Suren Toona sureni v v % 100 Asam Cina Tamarindus indicus v % 101 baringtonia Baringtonia asiatica v % 102 Berduri (blkg kntor pos) Berduri (blkg kntor pos) v % 103 BUNGA KUNING BUNGA KUNING v % 104 Cimpedak Artocarpus champeden v % 105 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga v % 106 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao v % 107 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah v % 108 Daun Suplir Daun Suplir v % 109 Family Myrtaceae Family Myrtaceae v % 110 Ficus sp Ficus sp v % 111 Karet Ficus elastica v % 112 Kaya Pakel Kaya Pakel v % 113 Kenanga Canangium odoratum v % 114 Kol Banda Pisonia alba v % 115 Kopi Coffea sp. v % 116 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa v % 117 Maja Aegle marmelos v % 118 Melati Melati v % 119 Mira Mira v % 120 Mirip Angsana Mirip Angsana v % 121 Mirip Beringin Mirip Beringin v % 122 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir v % 27

43 digilib.uns.ac.id Mirip Duwet Mirip Duwet v % 124 Mirip Ficus Mirip Ficus v % 125 Mirip Jambu Air Mirip Jambu v % 126 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih v % 127 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng v % 128 Mirip Kepel Mirip Kepel v % 129 Mirip Lerak Mirip Lerak v % 130 Mirip Mahoni Mirip Mahoni v Mirip Matoa Mirip Matoa v % 132 Mirip Mertego Mirip Mertego v % 133 Mirip Sirsak Mirip Sirsak v % 134 Mirip Srikaya Mirip Srikaya v % 135 Mirip Sukun Mirip Sukun v % 136 Mirip Talok Mirip Talok v % 137 Mirip Trembesi Mirip Trembesi v % 138 Mirkop Mirkop v % 139 Randu alas Ceiba petandra v % 140 Sawo Kledung Manilkara zapota v % 141 species B species B v % 142 Species C Tinta Species C Tinta v % 143 Species D Species D v % 144 Species F Species F v % 145 Species G Species G v % 146 species H species H v % 147 Species I Species I v % 148 Species J Species J v % 149 Thevetin perutiana Thevetin perutiana v % 150 Wahyu tumurun Wahyu tumurun v % 151 Wuni Antidesma bunius v % Dari pengamatan yang dilaksanakan, diperoleh data berupa persebaran pohon berdasarkan besarnya basal area, yaitu yang berupa sapling (pohon dengan diameter dibawah 10 cm), small trees (diamater 10 cm 35 cm), dan big trees (diameter diatas 35 cm). Persebaran itu merata ke seluruh zona pengamatan, seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3. Persebaran Pohon berdasarkan sapling, small trees dan big trees di UNS Kentingan Surakarta Zona Sapling Small Trees Big Trees Total Boulevard FE dan FISIP FH FK FKIP FP FSSR FT GOR Kantor Pusat Jumlah Struktur vegetasi Kampus UNS Kentingan secara vertikal terdiri atas 4848 pohon yang masih berbentuk sapling, 2188 pohon yang berbentuk small trees dan 1444 big trees. Dalam arti yang lain vegetasi yang berada di UNS Kentingan 28

44 digilib.uns.ac.id 29 surakarta masih dalam proses menjadi vegetasi yang klimaks. Masih banyak potensi kedepan untuk menjadi kampus dengan vegetasi yang stabil. Pohon yang paling banyak ditemukan dalam bentuk big trees adalah pohon angsana (Pterocarpus indicus), sedangkan untuk bentuk small trees dan sapling paling banyak dari jenis pohon jati (Tectona grandis). Adapun pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di area UNS Kentingan Surakarta Secara umum, persebaran pohon di seluruh area pengamatan terlihat merata. Tentunya kondisi di masing-masing zona memiliki hasil yang bervariasi dan berbeda-beda. Variasi hasil pengamatan itu meliputi jenis pohon, jumlah total pohon seluruh jenis, total big trees, small trees, sapling, kerapatan, kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif serta indeks nilai penting pohon pada zona tersebut. Keragaman diversitas dihitung pula dengan indeks keanekaragaman Simpson. Adapun data di masing-masing zona akan disajikan sebagai berikut: 1. Zona Boulevard 29

45 digilib.uns.ac.id 30 Zona Boulevard merupakaan daerah pengamatan yang terletak di bagian depan dari kampus kentingan UNS. Zona ini meliputi daerah LPPM, Pusdiklat, gedung SPMB dan sekitarnya. Daerah ini diliputi pohon penghijauan di sepanjang jalan masuk UNS, serta lokasi guru besar menanam pohon langka untuk penghijauan. Adapun detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di tabel 4.4. Tabel 4.4. Indeks nilai penting di zona boulevard Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % % 2 Jati Tectona grandis % % 16.89% 3 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 9.33% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 7.32% 5 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 6.91% 6 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.62% 7 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 4.48% 8 Beringin Ficus benjamina % % 4.10% 9 lamtoro Leucaena glauca % % 3.48% 10 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.44% 11 Petai Parkia speciosa % % 2.61% 12 Glodokan Polyaltia longifolia % % 2.42% 13 Flamboyan Delonix regia % % 2.36% 14 Johar Senna siamena % % 2.06% 15 Talok Muntingia calbura % % 2.01% 16 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 1.96% 17 Manggis Garcinia mangostana % % 1.55% 18 Cemara Thuja orientalis % % 1.44% 19 Ketapang Terminalia catappa % % 1.22% 20 Trembesi Albizia saman % % 1.17% 21 Akasia Acasia auriculiformis % % 1.16% 22 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 1.05% 23 gayam Inocarpus fagiferus % % 0.97% 24 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 0.91% 25 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.80% 26 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.78% 27 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.78% 28 Kepuh Sterculia foetida % % 0.71% 29 Keben Baringtonia asiatica % % 0.69% 30 Mangga Aegle marmelos % % 0.68% 31 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.67% 32 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.65% 33 Kenari Canarium ovatum % % 0.51% 34 Keluwih Artocarpus altilis % % 0.41% 35 Karet kebo Ficus elastica % % 0.40% 36 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.39% 37 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.34% 38 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.29% 39 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.29% 40 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.26% 41 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.22% 42 Mundu Garcinia dulcis % % 0.22% 43 Duwet Eugenia cumini % % 0.21% 44 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.20% 45 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.20% 46 kesambi Schleichera oleosa % % 0.20% 47 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.20% 48 Mirip Jambu Air Mirip Jambu Air % % 0.19% 49 Mirip Sirsak Mirip Sirsak % % 0.19% 50 Sawo Kledung Manilkara zapota % % 0.19% 51 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.19% 52 Salam Syzygium polyanthum % % 0.19% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP Pada zona Boulevard ini, jenis pohon yang paling banyak adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan total commit 93 pohon. to user Urutan nomor dua terbanyak adalah 30

46 digilib.uns.ac.id 31 dari jenis pohon jati (Tectona grandis) dengan total 84 buah. Dari total 52 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki kerapatan relatif 17.88% yang berarti pohon ini memiliki kerapatan tertinggi pada luas lahan kurang lebih 4.15 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 105,47%. Dari data yang telah didapatkan, di zona boulevard terdiri atas pohon dalam bentuk sapling sebanyak 232 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 183 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 105 individu. Pohon dalam bentuk small trees paling banyak dari jenis tabebuya (Tabebuia chrysotricha) sejumlah 28 pohon. Adapun yang berbentuk sapling dengan jumlah paling banyak dari jenis jati (Tectona grandis) yang berjumlah 73 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar 16. Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Boulevard UNS Kentingan Surakarta 2. Zona FE dan FISIP 31

47 digilib.uns.ac.id 32 Zona FE dan FISIP merupakaan daerah pengamatan di bagian paling barat dari kampus kentingan UNS. Zona ini meliputi daerah Fakultas Ekonomi dan FISIP yang merupakan satu lokal area. Daerah ini diliputi pohon penghijauan di sepanjang jalan, lokasi ini tidak memiliki area terbuka hijau, sehingga pepohonannya tersebar di daerah yang tidak ada bangunannya. Area yang cukup banyak pepohonannya hanya ada di daerah paling utara dan selatan dari zona ini, dimana merupakan area parkir. Daerah utara merupakan parkir FISIP diliputi oleh pohon angsana (Pterocarpus indicus), sedangkan dibagian selatan merupakan parkir FE diliputi pohon ketapang (Terminalia catappa). Adapun detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di tabel 4.5. Tabel 4.5. Indeks nilai penting di zona FE dan FISIP Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 73.45% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 19.21% 3 Jati Tectona grandis % % 15.11% 4 Glodokan Polyaltia longifolia % % 12.25% 5 Sawo Manila Manilkara zapota % % 7.45% 6 Kenitu Chrysophylum cainito % % 6.95% 7 Ketapang Terminalia catappa % % 6.01% 8 Johar Senna siamena % % 4.43% 9 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 4.39% 10 Talok Muntingia calbura % % 4.01% 11 Trembesi Albizia saman % % 4.01% 12 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 3.43% 13 Biola Cantik Ficus lyrata % % 3.25% 14 Pule Alstonia scholaris % % 3.22% 15 Akasia Acasia auriculiformis % % 2.72% 16 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 2.60% 17 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 2.60% 18 Sengon Paraserianthes falcataria % % 2.54% 19 Tanjung Mimusops elengi % % 2.44% 20 Gayam Inocarpus fagiferus % % 2.39% 21 Beringin Ficus benjamina % % 1.92% 22 Melanding Leucaena glauca % % 1.83% 23 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 1.70% 24 Flamboyan Delonix regia % % 1.44% 25 Lindri Lindri % % 1.23% 26 Mangga Mangifera indica % % 1.19% 27 Cemara Thuja orientalis % % 0.96% 28 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.77% 29 Keben Baringtonia asiatica % % 0.70% 30 Kemuning Murraya paniculata % % 0.68% 31 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 0.65% 32 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.61% 33 Kere Payung Filicium desipiens % % 0.60% 34 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.57% 35 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.45% 36 Matoa Pometia pinnata % % 0.45% 37 Kepuh Sterculia foetida % % 0.44% 38 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.44% 39 Kedondong Spondias dulcis % % 0.43% 40 Sukun Artocarpus communis % % 0.26% 41 Sirsak Annona muricata % % 0.22% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP Pada Zona FE dan FISIP ini, jenis pohon yang paling banyak adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan total 58 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dengan total 47 buah. Dari total 41 jenis pohon commit yang ditemukan to user di zona ini, mahoni (Swietenia 32

48 digilib.uns.ac.id 33 mahagoni) memiliki dominansi relatif 60.95% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 4.1 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 73,45%. Pada zona ini ada dua pohon yang jumlahnya sangat sedikit dan perlu diperbanyak yaitu pohon sukun (Artocarpus communis), dan sirsak (Annona muricata) dimana jumlahnya hanya satu pohon serta dominansinya juga kecil karena umurnya masih muda. Jenis pohon yang ditemukan di area ini juga peringkat kedua paling sedikit setelah zona FH karena hampir semua area tertutup oleh gedung Dari data yang telah didapatkan, di zona FE dan FISIP ini terdiri atas pohon dalam bentuk sapling sebanyak 205 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 172 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 87 individu. Pohon dalam bentuk sapling paing banyak dari jenis kenitu (Chrysophylum cainito) sejumlah 32 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak dari jenis mahoni (Swietenia mahagoni) yang berjumlah 38 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 51 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FE dan FISIP UNS Kentingan Surakarta 3. Zona FH 33

49 digilib.uns.ac.id 34 Zona FH merupakaan daerah pengamatan di bagian barat daya dari kampus kentingan UNS, tepatnya di sebelah timur laut dari zona FE dan FISIP, dan sebelah barat dari zona FKIP. Zona ini hanya meliputi daerah Fakultas Hukum UNS. Daerah ini memiliki luas area yang tidak begitu besar, hanya seluas 3.89 hektar. Selain dipenuhi oleh bangunan kampus, masih terdapat ruang terbuka hijau berupa hutan disebelah belakang, dan area pertamanan di daerah depan. Di daerah hutan belakang banyak terdapat pohon akasia (Acasia auriculiformis), sedangkan pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan pohon yang paling banyak dijumpai karena dijadikan pohon penghijauan sepanjang jalan. Tabel 4.6. Indeks nilai penting di zona FH Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 68.60% 2 Akasia Acasia auriculiformis % % 26.82% 3 Jati Tectona grandis % % 26.28% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 14.78% 5 Petai Cina Parkia speciosa % % 14.69% 6 Beringin Ficus benjamina % % 6.19% 7 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 4.56% 8 Ketapang Terminalia catappa % % 4.31% 9 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.17% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 4.00% 11 Johar Senna siamena % % 3.16% 12 Kamboja Plumeria alba % % 2.78% 13 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 2.11% 14 Srikaya Annona squamosa % % 1.39% 15 Sukun Artocarpus communis % % 1.36% 16 Kedondong Spondias dulcis % % 1.26% 17 Pule Alstonia scholaris % % 1.14% 18 Kenitu Chrysophylum cainito % % 1.13% 19 Trembesi Albizia saman % % 1.02% 20 Lindri Lindri % % 0.95% 21 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.94% 22 Mangga Mangifera indica % % 0.86% 23 Suren Toona sureni % % 0.73% 24 Dadap Serep Erythrina lithosperma % % 0.68% 25 Kantil Michellia alba % % 0.65% 26 Cemara Thuja orientalis % % 0.65% 27 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.64% 28 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.55% 29 Flamboyan Delonix regia % % 0.54% 30 Tanjung Mimusops elengi % % 0.38% 31 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.34% 32 Talok Muntingia calbura % % 0.31% 33 Bunga Kuning Bunga kuning % % 0.31% 34 Glodokan Polyaltia longifolia % % 0.31% 35 Sirsak Annona muricata % % 0.29% 36 Melati Jasminum sambac % % 0.29% 37 Species E Species E % % 0.28% 38 Mlanding Leucaena glauca % % 0.28% 39 Thevetin perutiana Thevetin perutiana % % 0.28% Area hutan yang ada belum begitu maksimal ditanami pohon-pohon yang produktif karena masih dibiarkan alami. Masih banyak hewan liar juga yang berada disana, berupa ular, musang, burung puruh dan aneka burung. Adapun 34

50 digilib.uns.ac.id 35 detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di tabel 4.6. grandis) Pada Zona FH ini, jenis pohon yang paling banyak adalah jati (Tectona dengan total 67 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon angsana (Pterocarpus indicus) dengan total 65 buah. Dari total 39 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki dominansi relatif 50.99% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 3.89 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 68.60%. Zona ini memiliki jumlah jenis pohon yang paling sedikit daripada sembilan zona yang lain, hal ini dikarenakan wilayahnya yang relatif sempit serta pengelolaan hutan yang belum maksimal. Ada beberapa alternatif tempat yang bisa digunakan untuk menanam pohon untuk menambah koleksi pohon langka yang ada di sana, antara lain: lokasi hutan, daerah taman yang berada di depan gedung, serta daerah parkir utara. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FH UNS Kentingan Surakarta Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FH ini paling banyak dari pohon dalam bentuk small trees commit sebanyak to user 134 individu. Pohon dalam bentuk 35

51 digilib.uns.ac.id 36 big trees terdapat 131 individu, sedangkan dalam bentuk pohon sapling didapatkan 104 individu. Pohon dalam bentuk small trees paling banyak berasal dari jenis jati (Tectona grandis) sejumlah 29 pohon. Adapun yang berbentuk sapling dengan jumlah paling banyak juga dari jenis jati (Tectona grandis) yang berjumlah 23 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 59 pohon. 4. Zona FK Zona FK merupakaan daerah yang terletak diarea paling timur dari kampus Kentingan UNS. Zona ini hanya meliputi daerah Fakultas Kedokteran dan Fakultas FMIPA UNS. Daerah ini memiliki luas area yang cukup besar yaitu seluas 7.01 hektar. Selain dipenuhi oleh bangunan kampus, masih terdapat ruang terbuka hijau berupa hutan disebelah timur dan sebagian tenggara dari zona ini. Di daerah hutan timur banyak terdapat pohon sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia mahagoni) dan jati (Tectona grandis). Pohon angsana (Pterocarpus indicus) asam londo (Pithecelobium dulce) merupakan pohon yang paling banyak ditemukan karena tersebar di seluruh area Fakultas Kedokteran. Hutan di area zona FK ini juga masih bersifat alami, terbukti dengan masih banyaknya belukar dan pohon yang ada masih tumbuh secara alami. Zona FK ini memiliki indeks keanekaragaman yang paling tinggi dari seluruh zona karena selain jumlah jenisnya pohonnya banyak ditunjang dengan nilai penting masing masing jenis pohon juga besar. Di zona ini terdapat 61 jenis pohon yang menyusun area ini, dalam arti lain mendapat urutan ketiga setelah zona FP dan zona FT. Hal ini dikarenakan di hutan FK terdapat pohon pohon yang beraneka macam dan sangat heterogen. Pada Zona FK ini, jenis pohon yang paling banyak adalah glodokan (Polyaltia longifolia) dengan total 77 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon angsana (Pterocarpus indicus) dengan total 73 buah. Dari total 67 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki dominansi relatif 42.48% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 7.01 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 42.48%. Adapun detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di commit tabel 4.7. to user 36

52 digilib.uns.ac.id 37 Tabel 4.7. Indeks nilai penting di zona FK Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 42.48% 2 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 18.80% 3 Sengon Paraserianthes falcataria % % 16.79% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 15.19% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 12.41% 6 Glodokan Polyaltia longifolia % % 11.87% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 8.21% 8 Jati Tectona grandis % % 6.77% 9 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 5.53% 10 Beringin Ficus benjamina % % 4.28% 11 Trembesi Albizia saman % % 4.13% 12 gayam Inocarpus fagiferus % % 4.00% 13 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 3.49% 14 Jabon Antocephalus cadamba % % 3.10% 15 Ketapang Terminalia catappa % % 3.06% 16 Mangga Mangifera indica % % 3.02% 17 Flamboyan Delonix regia % % 2.83% 18 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 2.78% 19 Kepuh Sterculia foetida % % 2.55% 20 Tanjung Mimusops elengi % % 2.38% 21 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.22% 22 Gamal Gliricidia sepium % % 2.03% 23 Talok Muntingia calbura % % 1.99% 24 Lindri Lindri % % 1.75% 25 Matoa Pometia pinnata % % 1.27% 26 Biola Cantik Ficus lyrata % % 1.20% 27 Pule Alstonia scholaris % % 1.09% 28 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.85% 29 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.84% 30 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.74% 31 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.71% 32 Manggis Garcinia mangostana % % 0.70% 33 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.66% 34 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.58% 35 karet kebo Ficus elastic % % 0.57% 36 Johar Senna siamena % % 0.55% 37 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.54% 38 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.51% 39 Mira Mira % % 0.50% 40 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.43% 41 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.42% 42 Cemara Thuja orientalis % % 0.42% 43 Mertega Diospyros philippensis % % 0.42% 44 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.42% 45 lamtoro Leucaena glauca % % 0.36% 46 Sirsak Annona muricata % % 0.30% 47 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.28% 48 Ficus sp Ficus sp % % 0.28% 49 Kesambi Schleichera oleosa % % 0.28% 50 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.28% 51 Kantil Michellia alba % % 0.28% 52 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.28% 53 Duwet Eugenia cumini % % 0.28% 54 Salam Syzygium polyanthum % % 0.28% 55 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.27% 56 Species A Species A % % 0.16% 57 Suren Toona sureni % % 0.16% 58 Sukun Artocarpus communis % % 0.15% 59 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.14% 60 Kaya Pakel Kaya Pakel % % 0.14% 61 Keben Baringtonia asiatica % % 0.14% 62 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.14% 63 Kakao Theobroma Cacao % % 0.14% 64 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.14% 65 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.14% 66 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.14% 67 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.14% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FK ini paling banyak terdiri dari pohon dalam bentuk sapling sebanyak 379 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 187 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 147 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis glodokan (Polyaltia longifolia) sejumlah 62 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak dari jenis kere payung (Filicium 37

53 digilib.uns.ac.id 38 desipiens) yang berjumlah 23 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 57 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FK UNS Kentingan Surakarta 5. Zona FKIP Zona FKIP merupakaan daerah yang terletak diarea paling utara dari kampus Kentingan UNS. Zona ini hanya meliputi daerah FKIP, Masjid NH dan Pascasarjana UNS. Daerah ini memiliki luas area yang cukup besar yaitu seluas 6.83 hektar. Pada zona ini sebagian besar terdiri dari bangunan, banyak pohon yang tumbuh di area parkir dan bagian dekat pura. Pohon glodokan (Polyaltia longifolia) dan angsana (Pterocarpus indicus) merupakan pohon yang paling banyak ditemukan karena tersebar di seluruh area FKIP karena dijadikan sebagai jalur hijau di sepanjang jalan. Zona FKIP ini memiliki sedikit ruang terbuka hijau, akan tetapi ada beberapa tempat yang bisa direkomendasikan untuk tempat penanaman pohon penghijauan yaitu: daerah sekitar masjid kampus, daerah sekitar pura dan daerah 38

54 digilib.uns.ac.id 39 di area parkir pascasarjana. Adapun detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di tabel 4.8. Tabel 4.8. Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Indeks nilai penting terbesar di zona FKIP Kampus UNS Jum lah Big Trees 1 Glodokan Polyaltia longifolia % % % 2 Angsana Pterocarpus indicus % % 15.24% 3 Kere Payung Filicium desipiens % % 14.72% 4 Jati Tectona grandis % % 11.39% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 6.56% 6 Flamboyan Delonix regia % % 3.64% 7 Ketapang Terminalia catappa % % 3.53% 8 Mangga Mangifera indica % % 3.25% 9 Mahoni Swietenia mahagoni % % 3.22% 10 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 2.88% 11 Tanjung Mimusops elengi % % 2.84% 12 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 2.44% 13 Talok Muntingia calbura % % 2.44% 14 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 1.94% 15 Petai Cina Parkia speciosa % % 1.93% 16 Pule Alstonia scholaris % % 1.42% 17 Beringin Ficus benjamina % % 1.34% 18 karet kebo Ficus elastica % % 1.33% 19 Keben Baringtonia asiatica % % 1.16% 20 Johar Senna siamena % % 1.14% 21 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.96% 22 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.96% 23 Lindri Lindri % % 0.75% 24 species B species B % % 0.67% 25 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.64% 26 Kaya Kantil Kaya Kantil % % 0.64% 27 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 0.58% 28 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.51% 29 Maja Aegle marmelos % % 0.50% 30 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.49% 31 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.49% 32 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.41% 33 Trembesi Albizia saman % % 0.41% 34 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.34% 35 Kantil Michellia alba % % 0.33% 36 Matoa Pometia pinnata % % 0.33% 37 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.32% 38 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.32% 39 Mlanding Leucaena glauca % % 0.32% 40 baringtonia Baringtonia asiatica % % 0.32% 41 Sukun Artocarpus communis % % 0.32% 42 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.32% 43 Srikaya Annona squamosa % % 0.32% 44 Gayam Inocarpus fagiferus % % 0.32% 45 Species E Species E % % 0.32% 46 Randu Ceiba petandra % % 0.22% 47 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.21% 48 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah % % 0.19% 49 Mundu Garcinia dulcis % % 0.17% 50 sengon Paraserianthes falcataria % % 0.17% 51 Cemara Thuja orientalis % % 0.16% 52 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao % % 0.16% 53 Species A Species A % % 0.16% Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP Pada Zona FKIP ini, jenis pohon yang paling banyak adalah glodokan (Polyaltia longifolia) dengan total commit 88 pohon. to user Urutan nomor dua terbanyak adalah 39

55 digilib.uns.ac.id 40 dari jenis pohon kere payung (Filicium desipiens) dengan total 83 buah. Dari total 53 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, glodokan (Polyaltia longifolia) memiliki dominansi relatif 90.15% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 6.83 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon glodokan (Polyaltia longifolia) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai %. Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FKIP ini paling banyak pohon dalam bentuk sapling sebanyak 238 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 236 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 151 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis jati (Tectona grandis) sejumlah 36 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak dari jenis kere payung (Filicium desipiens) yang berjumlah 61 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 54 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FKIP UNS Kentingan Surakarta 6. Zona FP Zona FP merupakaan daerah yang terletak diarea tenggara dari kampus Kentingan UNS. Zona ini meliputi commit daerah to user Fakultas Pertanian, Green house, 40

56 digilib.uns.ac.id 41 daerah Gunung Kendil serta danau UNS. Daerah ini memiliki luas area yang cukup besar yaitu seluas 6.40 hektar. Selain dipenuhi oleh bangunan kampus, masih terdapat ruang terbuka hijau berupa hutan di daerah Gunung Kendil, dan di sekitar danau UNS. Di daerah hutan Gunung Kendil banyak terdapat pohon flamboyan (Lagerstromeia speciosa), jati (Tectona grandis) dan kesambi (Schleichera oleosa). Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan pohon yang paling besar dominansinya walaupun jumlahnya tidak begitu banyak dikarekanan luas basal area yang terlingkupi begitu besar. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) ini banyak terdapat di sekitar danau UNS, dimana usianya sudah puluhan tahun. Hutan di area zona FP ini juga masih bersifat alami, terutama yang berada di sekitar danau UNS. Zona FP ini memiliki jumlah jenis pohon yang paling tinggi dari seluruh zona yang ada. Di zona ini terdapat 87 jenis pohon yang tersebar di seluruh area. Hal ini dikarenakan di area FP ini digunakan sebagai tempat konservasi tumbuhan langka. Faktor lain adalah adanya danau yang menjadi pusat tumbuhnya pohonpohon karena ketersediaan airnya terjaga. Adapun detail pohon yang menyusun, dan indeks nilai penting di zona ini ditampilkan di tabel 4.9. Tabel 4.9. Indeks nilai penting di zona FP Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 64.99% 2 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 33.28% 3 Jati Tectona grandis % % 9.76% 4 Kesambi Schleichera oleosa % % 7.09% 5 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 6.91% 6 Mangga Mangifera indica % % 5.80% 7 Glodokan Polyaltia longifolia % % 5.54% 8 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 4.79% 9 Akasia Acasia auriculiformis % % 4.13% 10 Gamal Gliricidia sepium % % 3.61% 11 Mahoni Swietenia mahagoni % % 3.50% 12 Kere Payung Filicium desipiens % % 2.83% 13 Johar Senna siamena % % 2.60% 14 Sengon Paraserianthes falcataria % % 2.45% 15 Rambutan Nephelium lappaceum % % 2.30% 16 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.23% 17 Mirip Pule Mirip Pule % % 1.94% 18 Tanjung Mimusops elengi % % 1.84% 19 Beringin Ficus benjamina % % 1.63% 20 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 1.58% 21 Jambu Air Eugenia aquea % % 1.50% 22 Kopi Coffea sp % % 1.44% 23 Mirip Talok Mirip Talok % % 1.37% 24 Dadap Serep Erythrina lithosperma % % 1.33% 25 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 1.26% 26 Jambu Biji Psidium guajava % % 1.23% 27 Lindri Lindri % % 1.03% 28 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.03% 29 Ketapang Terminalia catappa % % 1.00% 30 Trembesi Albizia saman % % 1.00% 31 Durian Durio zibethinus % % 0.98% 32 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.83% 33 Pule Alstonia scholaris % % 0.83% 34 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.76% 35 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.73% 36 Kepuh Sterculia foetida % % 0.66% 37 Saga Abrus precatorius % % 0.66% 38 Sukun Artocarpus communis % % 0.64% 39 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.63% 40 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.61% 41 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.58% 42 Jeruk Citrus sp % % 0.55% Sa pling 43 Sirsak Annona muricata % % 0.52% Kera patan KR Domi nansi DR INP 41

57 digilib.uns.ac.id Randu alas Bombaxma labaricum % % 0.51% 45 karet kebo Ficus elastica % % 0.50% 46 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.49% 47 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.49% 48 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.43% 49 Talok Muntingia calbura % % 0.41% 50 Matoa Pometia pinnata % % 0.38% 51 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.38% 52 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.37% 53 Bulu Bulu % % 0.37% 54 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 0.36% 55 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.33% 56 Petai Parkia speciosa % % 0.31% 57 gayam Inocarpus fagiferus % % 0.30% 58 Mirip Srikaya Mirip Srikaya % % 0.30% 59 Salam Syzygium polyanthum % % 0.30% 60 Randu Ceiba petandra % % 0.30% 61 Mirip Ficus Mirip Ficus % % 0.28% 62 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.24% 63 Keben Baringtonia asiatica % % 0.24% 64 Kol Banda Pisonia alba % % 0.19% 65 Lamtoro Leucaena glauca % % 0.19% 66 Manggis Garcinia mangostana % % 0.18% 67 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga % % 0.17% 68 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.16% 69 Mirip Kepel Mirip Kepel % % 0.16% 70 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 0.16% 71 Mirkop Mirkop % % 0.15% 72 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.13% 73 Duwet Eugenia cumini % % 0.13% 74 Kantil Michellia alba % % 0.13% 75 Kakao Theobroma Cacao % % 0.13% 76 Mirip Duwet Mirip Duwet % % 0.12% 77 Kemuning Murraya paniculata % % 0.09% 78 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.08% 79 Cemara Thuja orientalis % % 0.06% 80 manga Mangifera indica % % 0.06% 81 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.06% 82 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.06% 83 Mlanding Leucaena glauca % % 0.06% 84 Mirip Gamal Mirip Gamal % % 0.06% 85 Jarak Jatropha curcas % % 0.06% 86 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.06% 87 Srikaya Annona squamosa % % 0.06% Pada Zona FP ini, jenis pohon yang paling banyak adalah flamboyan (Lagerstromeia speciosa) dengan total 464 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon jati (Tectona grandis) dengan total 100 buah. Dari total 87 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki dominansi relatif 61.89% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 6.40 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 64.99%. Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FP ini paling banyak terdiri atas pohon dalam bentuk sapling sebanyak 1148 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 326 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 171 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis flamboyan (Lagerstromeia speciosa) sejumlah 399 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah commit paling to user banyak juga dari jenis flamboyan 42

58 digilib.uns.ac.id 43 (Lagerstromeia speciosa) yang berjumlah 49 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 26 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FP UNS Kentingan Surakarta. 7. Zona FSSR Zona FSSR merupakaan daerah yang meliputi daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, KOPMA dan sekitar KPRI UNS. Daerah ini memiliki luas area yang paling kecil dari zona yang lain yaitu seluas 3.63 hektar. Karena wilayah yang sempit dan dipenuhi dengan gedung-gedung kampus, maka jumlah jenis pohon yang menyusun area ini hanya 43 jenis. Pohon angsana (Pterocarpus indicus), mahoni (Swietenia mahagoni) dan jati (Tectona grandis) merupakan pohon yang paling banyak ditemukan dikarekan dijadikan tanaman penghijauan sepanjang jalan yang mengitari area ini. Zona FSSR ini tidak terdapat ruang terbuka hijau secara khusus, maka untuk melestarikan pohon langka bisa memaksimalkan area parkir dan area di belakan KOPMA. Adapun indeks nilai penting di zona FSSR, disajikan dalam tabel Pada Zona FSSR ini, jenis pohon yang paling banyak adalah mahoni (Swietenia mahagoni) dengan total 126 pohon. Urutan nomor dua terbanyak 43

59 digilib.uns.ac.id 44 adalah dari jenis pohon jati (Tectona grandis) dengan total 86 buah. Dari total 43 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki dominansi relatif 45.47% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 3.63 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 57.28%. Tabel Indeks nilai penting di zona FSSR Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 57.28% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 32.48% 3 Jati Tectona grandis % % 16.94% 4 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 12.31% 5 Ketapang Terminalia catappa % % 10.31% 6 Akasia Acasia auriculiformis % % 10.00% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 6.11% 8 Glodokan Polyaltia longifolia % % 6.04% 9 Mangga Mangifera indica % % 5.92% 10 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 3.88% 11 Beringin Ficus benjamina % % 3.88% 12 Johar Senna siamena % % 3.68% 13 Gamal Gliricidia sepium % % 3.65% 14 Melinjo Gnetum gnemon % % 3.58% 15 Karet Kebo Ficus elastica % % 3.14% 16 Pule Alstonia scholaris % % 3.10% 17 Talok Muntingia calbura % % 2.31% 18 Lindri Lindri % % 2.25% 19 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.16% 20 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 1.87% 21 Keluwih Artocarpus altilis % % 1.13% 22 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng % % 1.06% 23 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.84% 24 Matoa Pometia pinnata % % 0.64% 25 Sukun Artocarpus communis % % 0.63% 26 Kemuning Murraya paniculata % % 0.63% 27 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.46% 28 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.44% 29 Duwet Eugenia cumini % % 0.39% 30 Mlanding Leucaena glauca % % 0.32% 31 Srikaya Annona squamosa % % 0.31% 32 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.30% 33 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.23% 34 Species C Tinta Species C Tinta % % 0.22% 35 Sengon Paraserianthes falcataria % % 0.20% 36 Tanjung Mimusops elengi % % 0.19% 37 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 0.17% 38 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.16% 39 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.16% 40 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.16% 41 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.16% 42 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih % % 0.16% 43 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa % % 0.16% Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FSSR ini paling banyak terdiri atas pohon dalam bentuk sapling sebanyak 320 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 196 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 136 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis mahoni (Swietenia mahagoni) commit sejumlah to user 63 pohon. Adapun yang berbentuk 44

60 digilib.uns.ac.id 45 small trees dengan jumlah paling banyak juga dari jenis mahoni (Swietenia mahagoni) yang berjumlah 40 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 63 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FSSR 8. Zona FT Zona FT merupakaan daerah yang meliputi daerah Fakultas Teknik, Lembah hijau dan area hutan depan rektorat. cukup luas Daerah ini memiliki area yang yaitu 7.14 hektar. Zona ini memiliki total individu paling banyak dari seluruh zona yang ada. Total pohon yang tersebar diseluruh area adalah sejumlah Jumlah yang banyak tersebut dikarenakan daerah ini ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai daerah konservasi. Selain itu, zona ini juga digunakan sebagai tempat untuk penanaman pohon langka oleh guru besar. Pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni) dan glodokan (Polyaltia longifolia) merupakan pohon yang paling banyak didapatkan dikarekan tersebar diseluruh hutan. Sedangkan pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki nilai penting paling besar karena dominansi yang besar dan luas basal area cakupannya cukup besar walaupun jumlahnya tidak sebanyak pohon jati. Adapun indeks nilai penting di zona FSSR, disajikan dalam tabel

61 digilib.uns.ac.id 46 Tabel Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 39.85% 2 Jati Tectona grandis % % 32.60% 3 Mahoni Swietenia mahagoni % % 31.10% 4 Glodokan Polyaltia longifolia % % 21.06% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 7.49% 6 Beringin Ficus benjamina % % 6.73% 7 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 6.69% 8 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.45% 9 Gamal Gliricidia sepium % % 3.62% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 3.30% 11 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.15% 12 Trembesi Albizia saman % % 3.14% 13 Lamtoro Leucaena glauca % % 2.95% 14 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 2.91% 15 Mangga Mangifera indica % % 2.43% 16 Saga Abrus precatorius % % 2.24% 17 Biola Cantik Ficus lyrata % % 2.18% 18 Ketapang Terminalia catappa % % 2.15% 19 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.85% 20 Pule Alstonia scholaris % % 1.72% 21 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 1.46% 22 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 1.29% 23 Salam Syzygium polyanthum % % 1.14% 24 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 1.14% 25 Lindri Lindri % % 0.93% 26 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 0.82% 27 Species I Species I % % 0.78% 28 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.76% 29 Johar Senna siamena % % 0.75% 30 Talok Muntingia calbura % % 0.71% 31 Daun Suplir Daun Suplir % % 0.67% 32 Tanjung Mimusops elengi % % 0.55% 33 Species G Species G % % 0.52% 34 Keluwih Artocarpus altilis % % 0.45% 35 Species F Species F % % 0.43% 36 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.43% 37 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir % % 0.43% 38 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.37% 39 Mirip Lerak Mirip Lerak % % 0.31% 40 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.28% 41 Kenari Canarium ovatum % % 0.27% 42 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.25% 43 Kantil Michellia alba % % 0.23% 44 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.21% 45 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.21% 46 Mundu Garcinia dulcis % % 0.20% 47 Sukun Artocarpus communis % % 0.19% 48 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.17% 49 Matoa Pometia pinnata % % 0.17% 50 Cemara Thuja orientalis % % 0.16% 51 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.14% 52 Duwet Eugenia cumini % % 0.12% 53 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.12% 54 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.12% 55 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.11% 56 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.11% 57 Keben Baringtonia asiatica % % 3.62% 58 Mirip Trembesi Mirip Trembesi % % 3.30% 59 Durian Durio zibethinus % % 3.15% 60 Jeruk Citrus sp % % 3.14% 61 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 2.95% 62 Randu Ceiba petandra % % 2.91% 63 Species D Species D % % 2.43% 64 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 2.24% 65 species H species H % % 2.18% 66 Kedondong Spondias dulcis % % 2.15% 67 Srikaya Annona squamosa % % 1.85% 68 Karet Hevea brasiliensis % % 1.72% 69 Species J Species J % % 1.46% 70 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 1.29% 71 Mirip Kantil Mirip Kantil % % 1.14% 72 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 1.14% 73 Kemuning Murraya paniculata % % 0.93% 74 Kepuh Sterculia foetida % % 0.82% 46

62 digilib.uns.ac.id 47 Pada Zona FT ini, jenis pohon yang paling banyak adalah jati (Tectona grandis) dengan total 539 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dengan total 504 buah. Dari total 74 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki dominansi relatif 35.70% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 7.14 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 35.70%. Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona FT ini paling banyak terdiri atas pohon dalam bentuk sapling sebanyak 1453 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 304 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 171 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis mahoni (Swietenia mahagoni) sejumlah 483 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak dari jenis jati (Tectona grandis) yang berjumlah 49 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 60 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona FT UNS Kentingan Surakarta 47

63 digilib.uns.ac.id Zona GOR Zona GOR merupakaan daerah yang terletak timur laut dari kampus UNS, yang meliputi wilayah GOR, student center, stadion, gedung kemahasiswaan, dan medical center. Zona ini memiliki area paling luas dari dari seluruh zona yang ada yaitu 8.65 hektar. Total pohon yang tersebar diseluruh area adalah sejumlah 753. Jumlah yang tersebut tergolong kecil dibandingkan luas wilayahnya. Hal ini dikarenakan daerah yang luas tersebut terpakai untuk stadion, dan beberapa gedung. Selain itu, zona ini memiliki hutan sebagai tempat untuk penanaman pohon langka oleh guru besar, akan tetapi karena kurang terawat banyak yang mati. Beberapa lokasi yang berpotensi untuk bisa dimaksimalkan kembali menjadi tempat penghijauan, antara lain: area dekat bengkel UNS, area di sebelah selatan dari GOR UNS, area lereng di belakang kantor POS, dan area di belakang gedung kemahasiswaan. Area hutan yang ada perlu didesain ulang agar memberikan nuansa yang ramah bagi sivitas akademika, misalnya didesain sebagai tempat outbond, area bermain atau semacamnya. Pohon jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan pohon yang paling banyak didapatkan dikarekan tersebar diseluruh hutan. Sedangkan pohon johar (Senna siamena) memiliki nilai penting paling besar karena dominansi yang besar dan luas basal area cakupannya cukup besar walaupun jumlahnya tidak sebanyak pohon jati yang usianya masih muda. Adapun indeks nilai penting di zona GOR, disajikan dalam tabel Pada Zona GOR ini, jenis pohon yang paling banyak adalah jati (Tectona grandis) dengan total 179 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dengan total 118 buah. Dari total 66 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, johar (Senna siamena) memiliki dominansi relatif 74.70% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 8.65 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon johar (Senna siamena) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 79.22%. 48

64 digilib.uns.ac.id 49 Tabel Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Johar Senna siamena % % 79.22% 2 Jati Tectona grandis % % 25.31% 3 Angsana Pterocarpus indicus % % 21.02% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 16.51% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 11.73% 6 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 3.26% 7 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 2.60% 8 Flamboyan Delonix regia % % 2.58% 9 Kere Payung Filicium desipiens % % 2.39% 10 Beringin Ficus benjamina % % 1.99% 11 Mangga Mangifera indica % % 1.89% 12 Sawo Manila Manilkara zapota % % 1.89% 13 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 1.81% 14 Lindri Lindri % % 1.76% 15 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.67% 16 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 1.43% 17 Pule Alstonia scholaris % % 1.25% 18 Glodokan Polyaltia longifolia % % 1.20% 19 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 1.19% 20 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 1.07% 21 Jambu Air Eugenia aquea % % 1.06% 22 Asam Cina Tamarindus indicus % % 1.01% 23 Sukun Artocarpus communis % % 0.94% 24 Matoa Pometia pinnata % % 0.93% 25 Trembesi Albizia saman % % 0.92% 26 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.87% 27 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.80% 28 Tanjung Mimusops elengi % % 0.80% 29 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.67% 30 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 0.57% 31 Petai Parkia speciosa % % 0.55% 32 Ketapang Terminalia catappa % % 0.54% 33 Srikaya Annona squamosa % % 0.54% 34 Duwet Eugenia cumini % % 0.53% 35 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 0.47% 36 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.41% 37 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.40% 38 Manggis Garcinia mangostana % % 0.40% 39 Randu Ceiba petandra % % 0.40% 40 Salam Syzygium polyanthum % % 0.40% 41 Keben Baringtonia asiatica % % 0.36% 42 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.27% 43 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.27% 44 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.27% 45 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.27% 46 Mertega Diospyros philippensis % % 0.27% 47 Kantil Michellia alba % % 0.27% 48 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.27% 49 Durian Durio zibethinus % % 0.27% 50 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.27% 51 Wuni Antidesma bunius % % 0.18% 52 Lamtoro Leucaena glauca % % 0.17% 53 Berduri Berduri % % 0.16% 54 Bulu Bulu % % 0.15% 55 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.14% 56 Talok Muntingia calbura % % 0.14% 57 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.14% 58 Jeruk Citrus sp % % 0.13% 59 Sirsak Annona muricata % % 0.13% 60 Kamboja Plumeria alba % % 0.13% 61 Mlanding Leucaena glauca % % 0.13% 62 Wahyu tumurun Wahyu tumurun % % 0.13% 63 Kenanga Canangium odoratum % % 0.13% 64 Mundu Garcinia dulcis % % 0.13% 65 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.13% 66 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.13% 49

65 digilib.uns.ac.id 50 Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona GOR ini paling banyak terdiri atas oleh pohon dalam bentuk sapling sebanyak 431 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 203 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 119 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis jati (Tectona grandis) sejumlah 114 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak juga dari jenis jati (Tectona grandis) yang berjumlah 63 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 53 pohon. Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona GOR UNS Kentingan Surakarta 10. Zona Kantor Pusat Zona Kantor Pusat merupakaan daerah yang terletak di utara dari zona Boulevard UNS, yang meliputi wilayah Rektorat, Auditorium UNS, Perpustakaan, Puskom, dan UNS Press. Zona ini memiliki area terluas kedua setelah Zona GOR yaitu 7.39 hektar. Total pohon yang tersebar diseluruh area adalah sejumlah 811. Jumlah yang tersebut tergolong kecil dibandingkan luas wilayahnya. Hal ini dikarenakan daerah yang luas tersebut terpakai untuk pembangunan gedung dan taman. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan pohon yang paling banyak didapatkan. Adapun indeks nilai penting di zona GOR, disajikan dalam tabel Pada Zona Kantor pusat ini, jenis pohon yang paling banyak adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan total 166 pohon. Urutan nomor dua terbanyak adalah dari jenis pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dengan total 58 buah. Dari total 60 jenis pohon yang ditemukan di zona ini, angsana memiliki 50

66 digilib.uns.ac.id 51 dominansi relatif 56.61% yang berarti pohon ini memiliki dominansi tertinggi pada luas lahan kurang lebih 7.39 hektar. Dari data pengamatan yang didapatkan, tercatat bahwa pohon angsana (Pterocarpus indicus) memiliki indeks nilai penting tertinggi mencapai 77.07%. Tabel Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 77.07% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 15.47% 3 Jati Tectona grandis % % 12.63% 4 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 9.32% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 8.39% 6 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 8.05% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 7.55% 8 Glodokan Polyaltia longifolia % % 7.27% 9 Karet kebo Ficus elastica % % 4.96% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 4.58% 11 Cemara Thuja orientalis % % 4.54% 12 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 4.02% 13 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.92% 14 Beringin Ficus benjamina % % 2.81% 15 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 2.37% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 2.18% 17 Gayam Inocarpus fagiferus % % 1.86% 18 Mirip Angsana Mirip Angsana % % 1.65% 19 Ketapang Terminalia catappa % % 1.55% 20 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 1.41% 21 Flamboyan Delonix regia % % 1.39% 22 Talok Muntingia calbura % % 1.38% 23 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 1.30% 24 Johar Senna siamena % % 1.16% 25 Kantil Michellia alba % % 1.16% 26 Mangga Mangifera indica % % 0.96% 27 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.89% 28 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 0.86% 29 Mirip Mertego Mirip Mertego % % 0.74% 30 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.70% 31 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.62% 32 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.62% 33 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.51% 34 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.50% 35 Mertega Diospyros philippensis % % 0.50% 36 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.37% 37 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.37% 38 Trembesi Albizia saman % % 0.37% 39 Sirsak Annona muricata % % 0.32% 40 Lindri Lindri % % 0.30% 41 Tanjung Mimusops elengi % % 0.26% 42 Duwet Eugenia cumini % % 0.26% 43 Keben Baringtonia asiatica % % 0.26% 44 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.25% 45 Family Myrtaceae Family Myrtaceae % % 0.25% 46 Mirip Sukun Mirip Sukun % % 0.25% 47 Gamal Gliricidia sepium % % 0.16% 48 Kakao Theobroma Cacao % % 0.14% 49 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.13% 50 Jabon Antocephalus cadamba % % 0.13% 51 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.13% 52 Jarak Jatropha curcas % % 0.12% 53 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.12% 54 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.12% 55 Mirip Mahoni Mirip Mahoni % % 0.12% 56 Mirip Matoa Mirip Matoa % % 0.12% 57 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.12% 58 Mirip Beringin Mirip Beringin % % 0.12% Sa pling 59 Cimpedak Artocarpus champeden % % 0.12% 60 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.12% Kera patan KR Domi nansi DR INP 51

67 digilib.uns.ac.id 52 Dari data pengamatan yang telah didapatkan, di zona Kantor Pusat ini paling banyak terdiri atas oleh pohon dalam bentuk sapling sebanyak 338 individu. Pohon dalam bentuk small trees terdapat 247 individu, sedangkan dalam bentuk big trees didapatkan 226 individu. Pohon dalam bentuk sapling paling banyak berasal dari jenis glodokan (Polyaltia longifolia) sejumlah 50 pohon. Adapun yang berbentuk small trees dengan jumlah paling banyak juga dari jenis tabebuya (Tabebuia chrysotricha) yang berjumlah 42 pohon. Pohon angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon terbanyak dalam bentuk big trees dengan jumlah 129 pohon. Adapun hasil gambar pemetaan dengan program digital mapping SIHATI adalah sebagai berikut: Gambar Tampilan persebaran seluruh pohon di zona Kantor Pusat UNS Kentingan Surakarta B. Digital Mapping SIHATI Kampus UNS Kentingan Surakarta merupakan kampus hijau yang bisa digunakan sebagai kampus konservasi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya jenis pohon yang tumbuh di masing masing zona pengamatan. Persebaran 52

68 digilib.uns.ac.id 53 diseluruh area juga merata, dimana masing masing area memiliki rata-rata lebih dari 50 jenis pohon yang tumbuh. Persebaran pohon diseluruh area UNS kentingan Surakarta merata ke seluruh zona. Pohon menempati area yang tidak diliputi bangunan universitas, lapangan sepak bola, dan waduk yang berada di sekitar area Fakultas Pertanian. Bisa dilihat dengan mudah pula jumlah pohon yang berada di masing-masing zona pengamatan. Zona FT memiliki jumlah pohon yang paling banyak yaitu 1928 pohon karena kawasan tersebut ditetapkan oleh pemerintah kota surakarta sebagai hutan kota. Menempati terbanyak kedua, adalah zona FP dimana total pohon mencapai 1645 pohon, hal ini di karenakan di daerah FP terdapat waduk buatan sehingga banyak pohon yang hidup disekitarnya, selain itu pula ada lokasi hutan yang berisikan banyak poon di area gunung kendil. Area yang paling sedikit jumlah pohonnya adalah zona FH, hal ini dikarenakan area FH yang paling kecil dari seluruh zona yang dimana hanya 3,89 hektar. Tampilan program digital mapping SIHATI juga bisa dilihat jenis-jenis pohon yang hidup di seluruh area UNS Kentingan Surakarta. Tampilan dari pohon yang muncul disengaja memakai nama lokal dikarenakan program ini ditujukan untuk umum. Penggunaan nama lokal akan lebih memudahkan orang umum untuk lebih memperhatikan kelestarian lingkungan. Dengan tampilan nama lokal dan jumlah pohon yang masih hidup di area UNS Kentingan Surakarta ini akan memudahkan seseorang mengakses pohon apa saja yang sudah mulai punah, sehingga ada kesadaran untuk melakukan penghijauan kembali. Tampilan nama lokal itu hanyalah tampilan awal, program ini juga menyediakan tampilan detail persebarannya, bentuk morfologinya serta klasifikasi ilmiahnya bagi mereka yang membutuhkan. Jumlah jenis yang paling banyak di area pengamatan adalah jati (Tectona grandis) berjumlah 1234 pohon. Jumlah ini tersebar ke seluruh zona pengamatan. Jenis ini memiliki jumlah paling banyak karena merupakan jenis terbanyak pula di 3 zona pengamatan, yaitu zona FH sebanyak 67 pohon, zona FT sebanyak 539 pohon serta zona GOR sebanyak 179 pohon, sisanya tersebar ke semua area. Pohon jati ini merupakan jenis yang cocok tumbuh di area tropis seperti yang ada di lingkungan UNS Kentingan surakarta ini. Adapun tampilannya sesuai gambar berikut ini: 53

69 digilib.uns.ac.id 54 Gambar Tampilan jenis-jenis pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta Di seluruh area pengamatan, didapatkan 151 jenis pohon, penyebaran yang merata ke seluruh zona pengamatan. Hal ini dikarenakan selain UNS sebagai hutan kota, di UNS dilaksanakan program penghijauan dengan menanam jenisjenis tanaman yang hampir punah oleh seluruh guru besar UNS. Lokasi penanaman adalah di area zona GOR dan area zona boulevard. Selain itu setelah diadakan gerakan Green Campus oleh rektor UNS, civitas academika UNS memiliki semangat yang tinggi untuk ikut serta melestarikan keanekaragaman hayati di sana. Gambar Tampilan klasifikasi pohon dengan program SIHATI Gambar Tampilan morfologi commit to dengan user program SIHATI 54

70 digilib.uns.ac.id 55 Gambar Tampilan persebaran pohon yang hidup di UNS Kentingan Surakarta Program digital mapping SIHATI memudahkan bagi siapa saja yang ingin mengakses info pohon yang ada di UNS Kentingan Surakarta. Data yang didapatkan bisa sangat detail, meliputi data tinggi pohon, diameter, koordinat letak, lokasi, jumlah pohon yang sejenis di area tersebut atau jumlah secara umum di seluruh kampus. Data ini sangat penting bagi penentu kebijakan di kampus untuk menentukan arah pembangunan ke depan. Data-data yang di dapat tersebut bisa digunakan untuk menentukan jenis pohon yang bisa ditebang, jenis pohon yang harus dilakukan pelestarian. Ketika dikaitkan dengan green campus, program SIHATI ini sangatlah membantu. Program ini juga dilengkapi dengan statistik kategori pohon, masuk dalam kelompok kategori big trees, kategori small trees atau masuk dalam kategori sapling. Selain itu juga ada statistik jumlah ketiga kategori tersebut dalam bentuk data zona pengamatan, sehingga sangat berguna untuk menganaisis bentuk vegetasi di UNS Kentingan Surakarta dalam waktu beberapa tahun kedepan. Merekomendasikan tanaman apa saja yang perlu dipelihara dalam rangka menjaga vegetasi agar semakin bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (gambar.4.30) Gambar Tampilan statistik pembagian pohon akasia berdasarkan kelompok big trees, sapling, commit maupun to user small trees 55

71 digilib.uns.ac.id 56 SIHATI dilengkapi dengan rincian data detail dari masing masing pohon, sehingga ketika ingin menentukan pohon tersebut sudah siap ditebang bisa dilihat dengan berdasarkan ukuran diameternya. Program ini juga sangat membantu untuk mendeteksi persebaran pohon langka yang ada di wilayah tertentu, atau sangat memungkinkan untuk menentukan lokasi mana saja yang digunakan untuk menanam pohon dalam rangka rekayasa lingkungan untuk mendapatkan ekosistem yang diharapkan. Gambar Tampilan data detail pohon di salah satu zona Tampilan pemetaan dimasing-masing zona digunakan dalam rangka analisis vegetasi yang berada di zona tersebut. Ini sangat mudah dibaca dengan program digital mapping SIHATI. Dalam arti lain, program digital mapping SIHATI memberikan informasi yang lebih komunikatif. Tampilan yang diberikan juga informatif. Pemetaan yang diberikan juga sangat mudah difahami, sehingga proses analisis vegetasi bisa dilaksanakan dengan lebih mudah. Program ini sangat besar peluangnya untuk dikembangkan dalam rangka pelestarian keanekaragaman hayati, baik itu di kampus konservasi, cagar alam, ataupun perusahaan yang berada di bidang pelestarian keanekaragaman hayati. 56

72 digilib.uns.ac.id 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Di area Kampus UNS Kentingan didapatkan sejumlah 8480 individu pohon, dimana struktur vegetasi secara vertikal terdiri dari 4848 berbentuk sapling, 2188 berbentuk small trees dan 1444 berbentuk big trees. 2. Komposisi vegetasi kampus UNS Kentingan terdiri dari 151 jenis pohon, dimana jenis-jenis pohon yang memiliki nilai penting terbesar berturutturut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 44.10%, glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP 41.99% dan jati (Tectona grandis) dengan INP 18.95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 100% yaitu: akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), asam londo (Pithecelobium dulce), beringin (Ficus benjamina spp), flamboyan (Delonix regia), glodokan (Polyaltia longifolia), jati (Tectona grandis), johar (Senna siamena), kere payung (Filicium desipiens), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), dan talok (Muntingia calabura). 3. Indeks diversitas vegetasi Kampus UNS Kentingan adalah 0,94 dimana zona dengan indeks diversitas tertinggi adalah zona FK dengan nilai 0.95, zona kerapatan paling tinggi adalah zona FT dengan kerapatan ind/ha dan jumlah jenis paling banyak di zona FP dengan 87 jenis. 4. Gambaran vegetasi dengan digital mapping SIHATI memudahkan akses terhadap data vegetasi di Kampus UNS Kentingan. B. Saran 1. Diperlukan pendataan berkala untuk yang melakukan penelitian lanjutan dalam rangka mengamati perkembangan vegetasi. 2. Diperlukan kebijakan kampus untuk memperbanyak penanaman tanaman langka dan produktif di area yang masih kosong di masing-masing zona 3. Diperlukan perbaikan metode pada penelitian lebih lanjut terutama pembuatan prediksi vegetasi commit kampus to user masa depan

73 digilib.uns.ac.id 58 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006.,Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebagai Unsur Utama Pembentuk Kota, Jakarta : Direktorat Jenderal Penataan Ruang Arswendi, R Konservasi Berbasis Komunitas (Studi Tentang Strategi Branding Universitas Negeri Semarang sebagai Universitas Konservasi). Jurnal Interaksi. 2(2): Budihardjo, E & Sujarto, D Kota Berkelanjutan. Alumni. Bandung Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker, 1978, Prinsip-Prinsip Silvikultur (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono, 1992), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Dharmono Dampak Tumbuhan Gelam (Melaleuca cajuputi powell) Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi Lahan Gambut (Studi Kasus Terhadap 4 Lahan Gambut di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Bioscientiae 4 (1) : Greig-Smith, P Quantitative Plant Ecology, 3rd ed. University of California Press. Berkeley,CA. Indriyanto., Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta Irwanto.2007.Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.Tesis.Program S2 Ilmu Kehutanan UGM. Yogjakarta Jarulis Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal Oleh Burung- Burung Di Hutan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Jurnal Gradien 3(1) : Joga, N. dan Ismaun, I RTH 30%; Resolusi Kota Hijau. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kalima, T Profil Keragaman Dan Keberadaan Spesies Dari Suku Dipterocarpaceae Di Taman Nasional Meru Betiri, Jember.Jurnal Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam 4(2):1-10. Kershaw. K.A Quantitative and Dynamic Plant Ecology. 2nd ed.american elseiver Publ. Co. New York Kramer, P.J. dan T.T. Kozlowski Physiology of Woody Plants, dalam Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan Semai Shorea sp di Persemaian, Irwanto Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kusmana C Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor 58

74 digilib.uns.ac.id 59 Kusratmoko, E., Sukanta, D. Tambunan, M.P. dan Sobirin Studi Hidrologi Hutan Kota Kampus Universitas Indonesia Depok. MAKARA SAINS. 6(1): 7-14 Lianah,Anggoro,S, R, H. dan Izzati, M Perbandingan Analisis Vegetasi Lingkungan Alami Tetrastigma Glabratum Di Hutan Lindung Gunung Prau Sebelum Dan Sesudah Eksploitasi. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.1(2): Ludwig, J.A. dan Reynolds,J.F Statistical Ecology: A. Primer on Method on Competing. John Willey and Son Inc. New York. Marsono, D.J dan Surachman, Perilaku Permudaan Alam Cendana di Wanagama I. Buletin. II Instiper. 1(1): Mueller, Dombois, D., and H. Ellenberg.1974.Aims and Methods of Vegetation Ecology.John Wiley & Sons.New York. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.10 Maret 2008.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48. Jakarta. Rijal,S Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun Jurnal Hutan dan Masyarakat 3(1): Septrina, D, Indrawan, A, Dahlan, EN, dan Jaya, NS Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Berbasis Oksigen Di Kota Padang, Sumatera Barat.Jurnal Manajemen Hutan Tropika 10(2):47-57 Setiawan, A dan Hermana, J. Analisa Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyerapan Emisi Co2 dan Pemenuhan Oksigen di Kota Probolonggo. Jurnal Teknik Pomits 2(2): Sibarani, J. P Potensi Kampus Universitas Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Hutan Kota di Kota Medan. USU Digital Library. Diakses maret 2014 Soerianegara I dan Indrawan Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas IPB. Bogor Sugiyarto Konservasi keanekaragaman hayati berbasis kearifan lokal (Jawa). Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Biologi Konservasi FMIPA UNS Surakarta.Sidang Senat Terbuka.14 Desember.Surakarta Sundari, E.S Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah Lingkungan Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 7 (2) : 1-16 Supriatna, J Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Utomo, M Kampus Hijau Universitas Lampung. Makalah Orasi Ilmiah. Pidato Dies Natalis Universitas commit Lampung to user ke September. Lampung. 59

75 digilib.uns.ac.id 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun Penataan Ruang.13 Oktober 1992.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115. Jakarta. Wahyuni, T dan Samsoedin, I Kajian Aplikasi Kebijakan Hutan Kota Di Kalimantan Timur.Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 9(3): Zoer aini, D.I Tantangan Lingkungan dan Lanskap Hutan Kota. CIDES, Jakarta 60

76 digilib.uns.ac.id Lampiran 1. Data Base seluruh pohon di seluruh area kampus UNS Kentingan A. Kerapatan, dominansi dan INP tumbuhan di Kampus UNS Kentingan No Nama local Nama Ilmiah Jum Big Small Sa Kera KR Domi DR FR INP lah Trees Trees pling patan nansi 1 Jati Tectona grandis % 50, % 1.72% 18.95% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % 62, % 1.72% 16.87% 3 Angsana Pterocarpus indicus % 624, % 1.72% 44.10% 4 Flamboyan Delonix regia % 18, % 1.72% 9.26% 5 Glodokan Polyaltia longifolia % 646, % 1.72% 41.99% 6 Akasia Acasia auriculiformis % 62, % 1.72% 8.51% 7 Kere Payung Filicium desipiens % 26, % 1.72% 6.58% 8 Mangga Mangifera indica % 5, % 1.72% 4.59% 9 Ketapang Terminalia catappa % 26, % 1.72% 5.15% 10 Jambu Air Eugenia aquea % 1, % 1.55% 3.32% 11 Asam Londo Pithecelobium dulce % 48, % 1.72% 5.83% 12 Sawo Manila Manilkara zapota % 1, % 1.55% 3.17% 13 Johar Senna siamena % 147, % 1.72% 11.00% 14 Kelengkeng Dimocarpus longan % 1, % 1.20% 2.52% 15 Pule Alstonia scholaris % 2, % 1.38% 2.70% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata % 4, % 1.20% 2.56% 17 Beringin Ficus benjamina % 29, % 1.72% 4.37% 18 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % 2, % 0.52% 1.73% 19 Talok Muntingia calbura % 3, % 1.72% 2.92% 20 Kesambi Schleichera oleosa % 5, % 0.52% 1.73% 21 Tanjung Mimusops elengi % 2, % 1.55% 2.63% 22 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % 2, % 1.20% 2.24% 23 Biola Cantik Ficus lyrata % 1, % 1.38% 2.40% 24 Gamal Gliricidia sepium % 9, % 0.86% 2.24% 25 Bungur Lagerstromeia speciosa % 5, % 0.69% 1.82% 26 Kenitu Chrysophylum cainito % % 1.55% 2.36% 27 karet kebo Ficus elastica % 5, % 1.03% 2.09% 28 Lamtoro Leucaena glauca % 1, % 0.86% 1.70% 29 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 1.03% 1.77% 30 Sengon Paraserianthes falcataria % 13, % 0.86% 2.29% 31 Dadap Merah Erythrina cristagali % 1, % 0.69% 1.39% 32 Petai Cina Parkia speciosa % 4, % 0.34% 1.20% 33 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % 8, % 1.03% 2.12% 34 Cemara Thuja orientalis % 1, % 1.38% 2.04% 35 gayam Inocarpus fagiferus % 2, % 1.03% 1.70% 36 Trembesi Albizia saman % 11, % 1.38% 2.54% 37 Lindri Lindri % 6, % 1.55% 2.43% 38 Rambutan Nephelium lappaceum % % 1.03% 1.59% 39 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.86% 1.39% 40 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.86% 1.36% 41 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.69% 1.16% 42 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.69% 1.16% 43 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % 1, % 0.52% 1.00% 44 Mirip Gayam Mirip Gayam % 1, % 1.03% 1.52% 45 Nangka Artocarpus heterophyllus % 1, % 1.20% 1.66% 46 Matoa Pometia pinnata % % 1.20% 1.60% 47 Jambu Biji Psidium guajava % % 1.03% 1.42% 48 Sukun Artocarpus communis % % 1.38% 1.76% 49 Salam Syzygium polyanthum % % 0.86% 1.22% 50 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % 6, % 1.03% 1.72% 51 Kepuh Sterculia foetida % 1, % 0.86% 1.24% 52 Belimbing Averrhoa carambola % % 1.20% 1.55% 53 Cemara Gimbal Araucaria sp % 1, % 0.52% 0.90% 54 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 1.03% 1.32% 55 Keben Baringtonia asiatica % % 1.38% 1.69% 56 Kopi Coffea sp % % 0.17% 0.44% 57 Jabon Antocephalus cadamba % % 0.34% 0.61% 58 Saga Abrus precatorius % 2, % 0.34% 0.70% 59 Durian Durio zibethinus % % 0.52% 0.76% 60 Asam Jawa Tamarindus indicus % 4, % 0.86% 1.35% 61 Kantil Michellia alba % % 1.20% 1.44% 62 Manggis Garcinia mangostana % % 0.69% 0.92% 63 Petai Parkia speciosa % 1, % 0.52% 0.82% 64 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.69% 0.91% 65 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.69% 0.88% 66 Sirsak Annona muricata % % 1.03% 1.22% 67 Melanding Leucaena glauca % % 1.03% 1.21% 68 Srikaya Annona squamosa % % 1.03% 1.21% 69 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.69% 0.88% 70 Duwet Eugenia cumini % % 1.20% 1.38% 71 Mirip Angsana Mirip Angsana % % 0.17% 0.32% 72 Jeruk Citrus sp % % 0.52% 0.66% 73 Keluwih Artocarpus altilis 11 commit 2 5 to 4 user % 1, % 0.52% 0.71% 74 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.86% 1.03%

77 digilib.uns.ac.id 75 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.34% 0.47% 76 Kamboja Plumeria alba % % 0.34% 0.48% 77 Kemuning Murraya paniculata % % 0.69% 0.80% 78 Mertega Diospyros philippensis % % 0.52% 0.63% 79 Species F Species F % % 0.17% 0.30% 80 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.69% 0.78% 81 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.34% 0.42% 82 Bulu Bulu % % 0.34% 0.42% 83 Randu Ceiba petandra % % 0.69% 0.81% 84 Kedondong Spondias dulcis % % 0.69% 0.79% 85 Mundu Garcinia dulcis % % 0.69% 0.77% 86 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.52% 0.59% 87 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.52% 0.59% 88 Mirip Mertego Mirip Mertego % % 0.17% 0.24% 89 Mirip Talok Mirip Talok % 2, % 0.17% 0.35% 90 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.52% 0.61% 91 Daun Suplir Daun Suplir % % 0.17% 0.25% 92 Mirip Kantil Mirip Kantil % % 0.34% 0.40% 93 Mirip Srikaya Mirip Srikaya % % 0.17% 0.23% 94 Dadap Serep Erythrina lithosperma % 2, % 0.34% 0.53% 95 Asam Cina Tamarindus indicus % % 0.17% 0.26% 96 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.34% 0.41% 97 species B species B % % 0.17% 0.23% 98 Kakao Theobroma Cacao % % 0.52% 0.57% 99 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.69% 0.74% 100 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.34% 0.39% 101 Species E Species E % % 0.34% 0.40% 102 Kenari Canarium ovatum % % 0.34% 0.40% 103 Suren Toona sureni % % 0.34% 0.39% 104 Maja Aegle marmelos % % 0.17% 0.21% 105 Mira Mira % % 0.17% 0.21% 106 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.34% 0.38% 107 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir % % 0.17% 0.21% 108 Kol Banda Pisonia alba % % 0.17% 0.20% 109 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga % % 0.17% 0.20% 110 Mirkop Mirkop % % 0.17% 0.20% 111 Species A Species A % % 0.34% 0.36% 112 baringtonia Baringtonia asiatica % % 0.17% 0.19% 113 Mirip Trembesi Mirip Trembesi % % 0.17% 0.19% 114 Jarak Senna siamena % % 0.34% 0.36% 115 Ficus sp Ficus sp % % 0.17% 0.19% 116 Mirip Duwet Mirip Duwet % % 0.17% 0.19% 117 Mirip Sukun Mirip Sukun % % 0.17% 0.19% 118 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.34% 0.36% 119 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng % 1, % 0.17% 0.24% 120 Randu alas Bombaxma labaricum % % 0.17% 0.23% 121 Species G Species G % % 0.17% 0.21% 122 Mirip Ficus Mirip Ficus % % 0.17% 0.21% 123 Mirip Lerak Mirip Lerak % % 0.17% 0.20% 124 Mirip Kepel Mirip Kepel % % 0.17% 0.19% 125 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah % % 0.17% 0.19% 126 Family Myrtaceae Family Myrtaceae % % 0.17% 0.19% 127 Wuni Antidesma bunius % % 0.17% 0.19% 128 Species C Tinta Species C Tinta % % 0.17% 0.19% 129 Species D Species D % % 0.17% 0.19% 130 Berduri Berduri % % 0.00% 0.01% 131 Bunga Kuning Bunga Kuning % % 0.17% 0.18% 132 species H species H % % 0.17% 0.18% 133 Species I Species I % % 0.17% 0.18% 134 Melati Melati % % 0.17% 0.18% 135 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao % % 0.17% 0.18% 136 Thevetin perutiana Thevetin perutiana % % 0.17% 0.18% 137 Karet Hevea brasiliensis % % 0.17% 0.18% 138 Species J Species J % % 0.17% 0.18% 139 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih % % 0.17% 0.18% 140 Mirip Jambu Air Mirip Jambu Air % % 0.17% 0.18% 141 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa % % 0.17% 0.18% 142 Mirip Sirsak Mirip Sirsak % % 0.17% 0.18% 143 Kaya Pakel Kaya Pakel % % 0.17% 0.18% 144 Wahyu tumurun Wahyu tumurun % % 0.17% 0.18% 145 Sawo Kledung Manilkara zapota % % 0.17% 0.18% 146 Kenanga Canangium odoratum % % 0.17% 0.18% 147 Mirip Gamal Mirip Gamal % % 0.34% 0.35% 148 Mirip Mahoni Mirip Mahoni % % 17.21% 17.22% 149 Mirip Matoa Mirip Matoa % % 0.17% 0.18% 150 Mirip Beringin Mirip Beringin % % 0.17% 0.18% 151 Cimpedak Artocarpus champeden % % 0.17% 0.18%

78 digilib.uns.ac.id B. Frekuensi pohon dimasing masing zona pengamatan UNS Kentingan Surakarta Zona FE No Nama lokal Nama Ilmiah Bou dan FH FK FKIP FP FSSR FT GOR Kantor levard Pusat FISIP Frekuensi 1 Akasia Acasia auriculiformis v v v v v v v v V v 100% 2 Angsana Pterocarpus indicus v v v v v v v v V v 100% 3 Asam Londo Pithecelobium dulce v v v v v v v v V v 100% 4 Beringin Ficus benjamina spp. v v v v v v v v V v 100% 5 Flamboyan Delonix regia v v v v v v v v V v 100% 6 Glodokan Polyaltia longifolia v v v v v v v v V v 100% 7 Jati Guazuma ulmifolia v v v v v v v v V v 100% 8 Johar Senna siamena v v v v v v v v V v 100% 9 Kere Payung Filicium desipiens v v v v v v v v V v 100% 10 Ketapang Terminalia catappa v v v v v v v v V v 100% 11 Mahoni Swietenia mahagoni v v v v v v v v V v 100% 12 Mangga Mangifera indica v v v v v v v v V v 100% 13 Talok Muntingia calbura v v v v v v v v V v 100% 14 Jambu Air Eugenia aquea v v v v v v v V v 90% 15 Kenitu Chrysophylum cainito v v v v v v v V v 90% 16 Lindri Lindri v v v v v v v V v 90% 17 Sawo Manila Manilkara zapota v v v v v v v V v 90% 18 Tanjung Mimusops elengi v v v v v v v V v 90% 19 Biola Cantik Ficus lyrata v v v v v v V v 80% 20 Cemara Araucaria sp. v v v v v v v v 80% 21 Keben Baringtonia asiatica v v v v v v V v 80% 22 Pule Alstonia scholaris v v v v v v v V 80% 23 Sukun Artocarpus communis v v v v v v v V 80% 24 Trembesi Albizia saman v v v v v v v v 80% 25 Asam Raksasa Kigelia pinnata v v v v v V v 70% 26 Belimbing Averrhoa bilimbi v v v v v v V 70% 27 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea v v v v v v v 70% 28 Duwet Eugenia cumini v v v v v V v 70% 29 Kantil Michellia alba v v v v v V v 70% 30 Kelengkeng Dimocarpus longan v v v v v v V 70% 31 Matoa Pometia pinnata v v v v v v V 70% 32 Nangka Artocarpus heterophyllus v v v v v V v 70% 33 Cemara Gunung Thuja orientalis v v v v v v 60% 34 gayam Inocarpus fagiferus v v v v v v 60% 35 Jambu Biji Psidium guajava v v v v v V 60% 36 Jati Belanda Tectona grandis v v v v v V 60% 37 karet kebo Hevea brasiliensis v v v v v v 60% 38 Melanding Leucaena glauca v v v v v V 60% 39 Mirip Gayam Mirip Gayam v v v v V v 60% 40 Nam-nam Cynometra cauliflora v v v v V v 60% 41 Nyamplung Calophyllum inophyllum v v v v v V 60% 42 Rambutan Nephelium lappaceum v v v v V v 60% 43 Sirsak Annona muricata v v v v V v 60% 44 Srikaya Annona squamosa v v v v v V 60% 45 Asam Jawa Tamarindus indicus v v v V v 50% 46 Gamal Gliricidia sepium v v v v v 50% 47 Kepuh Sterculia foetida v v v v v 50% 48 Lamtoro Leucaena glauca v v v v V 50% 49 Melinjo Gnetum gnemon v v v v v 50% 50 Mirip Cokelat Mirip Cokelat v v v v v 50% 51 Salam Syzygium polyanthum v v v v V 50% 52 Sengon Paraserianthes falcataria v v v v v 50% 53 Waru Hibiscus tiliaceus v v v V v 50% 54 Belimbing Wuluh Averrhoa carambola v v v v 40% 55 Beringin Putih Ficus benjamina v v v V 40% 56 Bisbol Diospyros blancoi v v v v 40% 57 Bungur Lagerstromeia speciosa v v V v 40% 58 Dadap Merah Erythrina cristagali v v V v 40% 59 Kedondong Spondias dulcis v v v V 40% 60 Kemuning Murraya paniculata v v v v 40% 61 Kepel Stelechocarpus burahol v v V v 40% 62 Manggis Garcinia mangostana v v v V 40% 63 Mengkudu Morinda citrifolia v v v v 40% 64 Mirip Pule Mirip Pule v v v V 40% 65 Mundu Garcinia dulcis v v v V 40% 66 Randu Bombaxma labaricum v v v V 40% 67 Sawo Kecik Manilkara kauki v v v V 40%

79 digilib.uns.ac.id 68 Cemara Gimbal Casuarina equisetifolia v v v 30% 69 Durian Durio zibethinus v v V 30% 70 Jambu Dersono Syzygium malaccense v v V 30% 71 Jeruk Citrus sp. v v V 30% 72 Kakao Theobroma Cacao v v v 30% 73 Kayu Putih Melaleuca leucadendron v V v 30% 74 Keluwih Artocarpus altilis v v v 30% 75 Kesambi Schleichera oleosa v v v 30% 76 Mertega Diospyros philippensis v V v 30% 77 Mirip Akasia Mirip Akasia v v v 30% 78 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan v v v 30% 79 Petai Parkia speciosa v v V 30% 80 Tabebuya Tabebuia chrysotricha v v v 30% 81 Bulu Bulu v V 20% 82 Dadap Serep Erythrina lithosperma v v 20% 83 Dewandaru Eugenia uniflora v V 20% 84 Jabon Antocephalus cadamba v v 20% 85 Jambu Mete Anacardium occidentale v v 20% 86 Jarak Senna siamena v v 20% 87 Kamboja Plumeria alba v V 20% 88 Kenari Canarium ovatum v v 20% 89 Mirip Gamal Mirip Gamal v v 20% 90 Mirip Jambu Mirip Jambu Air v v 20% 91 Mirip Kantil Mirip Kantil v v 20% 92 Mirip Kopi Mirip Kopi v v 20% 93 Mirip Rambutan Mirip Rambutan v v 20% 94 Nusa Indah Mussaenda phillipica v v 20% 95 Petai Cina Parkia speciosa v v 20% 96 Saga Abrus precatorius v v 20% 97 Species A Species A v v 20% 98 Species E Species E v v 20% 99 Suren Toona sureni v v 20% 100 Asam Cina Tamarindus indicus V 10% 101 baringtonia Baringtonia asiatica v 10% 102 Berduri (blkg kntor pos) Berduri (blkg kntor pos) V 10% 103 BUNGA KUNING BUNGA KUNING v 10% 104 Cimpedak Artocarpus champeden v 10% 105 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga v 10% 106 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao v 10% 107 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah v 10% 108 Daun Suplir Daun Suplir v 10% 109 Family Myrtaceae Family Myrtaceae v 10% 110 Ficus sp Ficus sp v 10% 111 Karet Ficus elastica v 10% 112 Kaya Pakel Kaya Pakel v 10% 113 Kenanga Canangium odoratum V 10% 114 Kol Banda Pisonia alba v 10% 115 Kopi Coffea sp. v 10% 116 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa v 10% 117 Maja Aegle marmelos v 10% 118 Melati Melati v 10% 119 Mira Mira v 10% 120 Mirip Angsana Mirip Angsana v 10% 121 Mirip Beringin Mirip Beringin v 10% 122 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir v 10% 123 Mirip Duwet Mirip Duwet v 10% 124 Mirip Ficus Mirip Ficus v 10% 125 Mirip Jambu Air Mirip Jambu v 10% 126 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih v 10% 127 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng v 10% 128 Mirip Kepel Mirip Kepel v 10% 129 Mirip Lerak Mirip Lerak v 10% 130 Mirip Mahoni Mirip Mahoni v 10% 131 Mirip Matoa Mirip Matoa v 10% 132 Mirip Mertego Mirip Mertego v 10% 133 Mirip Sirsak Mirip Sirsak v 10% 134 Mirip Srikaya Mirip Srikaya v 10% 135 Mirip Sukun Mirip Sukun v 10% 136 Mirip Talok Mirip Talok v 10% 137 Mirip Trembesi Mirip Trembesi v 10% 138 Mirkop Mirkop v 10% 139 Randu alas Ceiba petandra v 10% 140 Sawo Kledung Manilkara zapota v 10% 141 species B species B v 10%

80 digilib.uns.ac.id 142 Species C Tinta Species C Tinta v 10% 143 Species D Species D v 10% 144 Species F Species F v 10% 145 Species G Species G v 10% 146 species H species H v 10% 147 Species I Species I v 10% 148 Species J Species J v 10% 149 Thevetin perutiana Thevetin perutiana v 10% 150 Wahyu tumurun W ahyu tumurun V 10% 151 Wuni Antidesma bunius V 10%

81 digilib.uns.ac.id C. Lampiran 3. Indeks nilai penting di zona boulevard Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % % 2 Jati Tectona grandis % % 16.89% 3 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 9.33% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 7.32% 5 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 6.91% 6 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.62% 7 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 4.48% 8 Beringin Ficus benjamina % % 4.10% 9 lamtoro Leucaena glauca % % 3.48% 10 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.44% 11 Petai Parkia speciosa % % 2.61% 12 Glodokan Polyaltia longifolia % % 2.42% 13 Flamboyan Delonix regia % % 2.36% 14 Johar Senna siamena % % 2.06% 15 Talok Muntingia calbura % % 2.01% 16 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 1.96% 17 Manggis Garcinia mangostana % % 1.55% 18 Cemara Thuja orientalis % % 1.44% 19 Ketapang Terminalia catappa % % 1.22% 20 Trembesi Albizia saman % % 1.17% 21 Akasia Acasia auriculiformis % % 1.16% 22 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 1.05% 23 gayam Inocarpus fagiferus % % 0.97% 24 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 0.91% 25 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.80% 26 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.78% 27 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.78% 28 Kepuh Sterculia foetida % % 0.71% 29 Keben Baringtonia asiatica % % 0.69% 30 Mangga Aegle marmelos % % 0.68% 31 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.67% 32 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.65% 33 Kenari Canarium ovatum % % 0.51% 34 Keluwih Artocarpus altilis % % 0.41% 35 Karet kebo Ficus elastica % % 0.40% 36 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.39% 37 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.34% 38 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.29% 39 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.29% 40 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.26% 41 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.22% 42 Mundu Garcinia dulcis % % 0.22% 43 Duwet Eugenia cumini % % 0.21% 44 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.20% 45 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.20% 46 kesambi Schleichera oleosa % % 0.20% 47 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.20% 48 Mirip Jambu Air Mirip Jambu Air % % 0.19% 49 Mirip Sirsak Mirip Sirsak % % 0.19% 50 Sawo Kledung Manilkara zapota % % 0.19% 51 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.19% 52 Salam Syzygium polyanthum % % 0.19% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP

82 digilib.uns.ac.id D. Indeks nilai penting di zona FE dan FISIP Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 73.45% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 19.21% 3 Jati Tectona grandis % % 15.11% 4 Glodokan Polyaltia longifolia % % 12.25% 5 Sawo Manila Manilkara zapota % % 7.45% 6 Kenitu Chrysophylum cainito % % 6.95% 7 Ketapang Terminalia catappa % % 6.01% 8 Johar Senna siamena % % 4.43% 9 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 4.39% 10 Talok Muntingia calbura % % 4.01% 11 Trembesi Albizia saman % % 4.01% 12 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 3.43% 13 Biola Cantik Ficus lyrata % % 3.25% 14 Pule Alstonia scholaris % % 3.22% 15 Akasia Acasia auriculiformis % % 2.72% 16 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 2.60% 17 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 2.60% 18 Sengon Paraserianthes falcataria % % 2.54% 19 Tanjung Mimusops elengi % % 2.44% 20 Gayam Inocarpus fagiferus % % 2.39% 21 Beringin Ficus benjamina % % 1.92% 22 Melanding Leucaena glauca % % 1.83% 23 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 1.70% 24 Flamboyan Delonix regia % % 1.44% 25 Lindri Lindri % % 1.23% 26 Mangga Mangifera indica % % 1.19% 27 Cemara Thuja orientalis % % 0.96% 28 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.77% 29 Keben Baringtonia asiatica % % 0.70% 30 Kemuning Murraya paniculata % % 0.68% 31 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 0.65% 32 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.61% 33 Kere Payung Filicium desipiens % % 0.60% 34 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.57% 35 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.45% 36 Matoa Pometia pinnata % % 0.45% 37 Kepuh Sterculia foetida % % 0.44% 38 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.44% 39 Kedondong Spondias dulcis % % 0.43% 40 Sukun Artocarpus communis % % 0.26% 41 Sirsak Annona muricata % % 0.22% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP

83 digilib.uns.ac.id E. Indeks nilai penting di zona FH Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 68.60% 2 Akasia Acasia auriculiformis % % 26.82% 3 Jati Tectona grandis % % 26.28% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 14.78% 5 Petai Cina Parkia speciosa % % 14.69% 6 Beringin Ficus benjamina % % 6.19% 7 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 4.56% 8 Ketapang Terminalia catappa % % 4.31% 9 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.17% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 4.00% 11 Johar Senna siamena % % 3.16% 12 Kamboja Plumeria alba % % 2.78% 13 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 2.11% 14 Srikaya Annona squamosa % % 1.39% 15 Sukun Artocarpus communis % % 1.36% 16 Kedondong Spondias dulcis % % 1.26% 17 Pule Alstonia scholaris % % 1.14% 18 Kenitu Chrysophylum cainito % % 1.13% 19 Trembesi Albizia saman % % 1.02% 20 Lindri Lindri % % 0.95% 21 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.94% 22 Mangga Mangifera indica % % 0.86% 23 Suren Toona sureni % % 0.73% 24 Dadap Serep Erythrina lithosperma % % 0.68% 25 Kantil Michellia alba % % 0.65% 26 Cemara Thuja orientalis % % 0.65% 27 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.64% 28 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.55% 29 Flamboyan Delonix regia % % 0.54% 30 Tanjung Mimusops elengi % % 0.38% 31 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.34% 32 Talok Muntingia calbura % % 0.31% 33 Bunga Kuning Bunga kuning % % 0.31% 34 Glodokan Polyaltia longifolia % % 0.31% 35 Sirsak Annona muricata % % 0.29% 36 Melati Jasminum sambac % % 0.29% 37 Species E Species E % % 0.28% 38 Mlanding Leucaena glauca % % 0.28% 39 Thevetin perutiana Thevetin perutiana % % 0.28%

84 digilib.uns.ac.id F. Indeks nilai penting di zona FK Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 42.48% 2 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 18.80% 3 Sengon Paraserianthes falcataria % % 16.79% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 15.19% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 12.41% 6 Glodokan Polyaltia longifolia % % 11.87% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 8.21% 8 Jati Tectona grandis % % 6.77% 9 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 5.53% 10 Beringin Ficus benjamina % % 4.28% 11 Trembesi Albizia saman % % 4.13% 12 gayam Inocarpus fagiferus % % 4.00% 13 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 3.49% 14 Jabon Antocephalus cadamba % % 3.10% 15 Ketapang Terminalia catappa % % 3.06% 16 Mangga Mangifera indica % % 3.02% 17 Flamboyan Delonix regia % % 2.83% 18 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 2.78% 19 Kepuh Sterculia foetida % % 2.55% 20 Tanjung Mimusops elengi % % 2.38% 21 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.22% 22 Gamal Gliricidia sepium % % 2.03% 23 Talok Muntingia calbura % % 1.99% 24 Lindri Lindri % % 1.75% 25 Matoa Pometia pinnata % % 1.27% 26 Biola Cantik Ficus lyrata % % 1.20% 27 Pule Alstonia scholaris % % 1.09% 28 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.85% 29 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.84% 30 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.74% 31 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.71% 32 Manggis Garcinia mangostana % % 0.70% 33 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.66% 34 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.58% 35 karet kebo Ficus elastic % % 0.57% 36 Johar Senna siamena % % 0.55% 37 Jambu Mete Anacardium occidentale % % 0.54% 38 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 0.51% 39 Mira Mira % % 0.50% 40 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.43% 41 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.42% 42 Cemara Thuja orientalis % % 0.42% 43 Mertega Diospyros philippensis % % 0.42% 44 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.42% 45 lamtoro Leucaena glauca % % 0.36% 46 Sirsak Annona muricata % % 0.30% 47 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.28% 48 Ficus sp Ficus sp % % 0.28% 49 Kesambi Schleichera oleosa % % 0.28% 50 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.28% 51 Kantil Michellia alba % % 0.28% 52 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.28% 53 Duwet Eugenia cumini % % 0.28% 54 Salam Syzygium polyanthum % % 0.28% 55 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.27% 56 Species A Species A % % 0.16% 57 Suren Toona sureni % % 0.16% 58 Sukun Artocarpus communis % % 0.15% 59 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.14% 60 Kaya Pakel Kaya Pakel % % 0.14% 61 Keben Baringtonia asiatica % % 0.14% 62 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.14% 63 Kakao Theobroma Cacao % % 0.14% 64 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.14% 65 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.14% 66 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.14% 67 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.14%

85 digilib.uns.ac.id G. Indeks nilai penting terbesar di zona FKIP Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees 1 Glodokan Polyaltia longifolia % % % 2 Angsana Pterocarpus indicus % % 15.24% 3 Kere Payung Filicium desipiens % % 14.72% 4 Jati Tectona grandis % % 11.39% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 6.56% 6 Flamboyan Delonix regia % % 3.64% 7 Ketapang Terminalia catappa % % 3.53% 8 Mangga Mangifera indica % % 3.25% 9 Mahoni Swietenia mahagoni % % 3.22% 10 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 2.88% 11 Tanjung Mimusops elengi % % 2.84% 12 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 2.44% 13 Talok Muntingia calbura % % 2.44% 14 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 1.94% 15 Petai Cina Parkia speciosa % % 1.93% 16 Pule Alstonia scholaris % % 1.42% 17 Beringin Ficus benjamina % % 1.34% 18 karet kebo Ficus elastica % % 1.33% 19 Keben Baringtonia asiatica % % 1.16% 20 Johar Senna siamena % % 1.14% 21 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.96% 22 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.96% 23 Lindri Lindri % % 0.75% 24 species B species B % % 0.67% 25 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.64% 26 Kaya Kantil Kaya Kantil % % 0.64% 27 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 0.58% 28 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.51% 29 Maja Aegle marmelos % % 0.50% 30 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.49% 31 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.49% 32 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.41% 33 Trembesi Albizia saman % % 0.41% 34 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.34% 35 Kantil Michellia alba % % 0.33% 36 Matoa Pometia pinnata % % 0.33% 37 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.32% 38 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.32% 39 Mlanding Leucaena glauca % % 0.32% 40 baringtonia Baringtonia asiatica % % 0.32% 41 Sukun Artocarpus communis % % 0.32% 42 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.32% 43 Srikaya Annona squamosa % % 0.32% 44 Gayam Inocarpus fagiferus % % 0.32% 45 Species E Species E % % 0.32% 46 Randu Ceiba petandra % % 0.22% 47 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.21% 48 Daun Pucuk Merah Daun Pucuk Merah % % 0.19% 49 Mundu Garcinia dulcis % % 0.17% 50 sengon Paraserianthes falcataria % % 0.17% 51 Cemara Thuja orientalis % % 0.16% 52 Daun Mirip Kakao Daun Mirip Kakao % % 0.16% 53 Species A Species A % % 0.16% Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP

86 digilib.uns.ac.id H. Indeks nilai penting di zona FP Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 64.99% 2 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 33.28% 3 Jati Tectona grandis % % 9.76% 4 Kesambi Schleichera oleosa % % 7.09% 5 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 6.91% 6 Mangga Mangifera indica % % 5.80% 7 Glodokan Polyaltia longifolia % % 5.54% 8 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 4.79% 9 Akasia Acasia auriculiformis % % 4.13% 10 Gamal Gliricidia sepium % % 3.61% 11 Mahoni Swietenia mahagoni % % 3.50% 12 Kere Payung Filicium desipiens % % 2.83% 13 Johar Senna siamena % % 2.60% 14 Sengon Paraserianthes falcataria % % 2.45% 15 Rambutan Nephelium lappaceum % % 2.30% 16 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.23% 17 Mirip Pule Mirip Pule % % 1.94% 18 Tanjung Mimusops elengi % % 1.84% 19 Beringin Ficus benjamina % % 1.63% 20 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 1.58% 21 Jambu Air Eugenia aquea % % 1.50% 22 Kopi Coffea sp % % 1.44% 23 Mirip Talok Mirip Talok % % 1.37% 24 Dadap Serep Erythrina lithosperma % % 1.33% 25 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 1.26% 26 Jambu Biji Psidium guajava % % 1.23% 27 Lindri Lindri % % 1.03% 28 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.03% 29 Ketapang Terminalia catappa % % 1.00% 30 Trembesi Albizia saman % % 1.00% 31 Durian Durio zibethinus % % 0.98% 32 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.83% 33 Pule Alstonia scholaris % % 0.83% 34 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.76% 35 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.73% 36 Kepuh Sterculia foetida % % 0.66% 37 Saga Abrus precatorius % % 0.66% 38 Sukun Artocarpus communis % % 0.64% 39 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.63% 40 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.61% 41 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.58% 42 Jeruk Citrus sp % % 0.55% 43 Sirsak Annona muricata % % 0.52% 44 Randu alas Bombaxma labaricum % % 0.51% 45 karet kebo Ficus elastica % % 0.50% 46 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.49% 47 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.49% 48 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.43% 49 Talok Muntingia calbura % % 0.41% 50 Matoa Pometia pinnata % % 0.38% 51 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.38% 52 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.37% 53 Bulu Bulu % % 0.37% 54 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 0.36% 55 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.33% 56 Petai Parkia speciosa % % 0.31% 57 gayam Inocarpus fagiferus % % 0.30% 58 Mirip Srikaya Mirip Srikaya % % 0.30% 59 Salam Syzygium polyanthum % % 0.30% 60 Randu Ceiba petandra % % 0.30% 61 Mirip Ficus Mirip Ficus % % 0.28% 62 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 0.24% 63 Keben Baringtonia asiatica % % 0.24% 64 Kol Banda Pisonia alba % % 0.19% 65 Lamtoro Leucaena glauca % % 0.19% 66 Manggis Garcinia mangostana % % 0.18% 67 Daun Menjari tiga Daun Menjari tiga % % 0.17% 68 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.16% 69 Mirip Kepel Mirip Kepel % % 0.16% 70 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 0.16%

87 digilib.uns.ac.id 71 Mirkop Mirkop % % 0.15% 72 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 0.13% 73 Duwet Eugenia cumini % % 0.13% 74 Kantil Michellia alba % % 0.13% 75 Kakao Theobroma Cacao % % 0.13% 76 Mirip Duwet Mirip Duwet % % 0.12% 77 Kemuning Murraya paniculata % % 0.09% 78 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.08% 79 Cemara Thuja orientalis % % 0.06% 80 manga Mangifera indica % % 0.06% 81 Mirip Jambu Mirip Jambu % % 0.06% 82 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.06% 83 Mlanding Leucaena glauca % % 0.06% 84 Mirip Gamal Mirip Gamal % % 0.06% 85 Jarak Jatropha curcas % % 0.06% 86 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.06% 87 Srikaya Annona squamosa % % 0.06%

88 digilib.uns.ac.id I. Indeks nilai penting di zona FSSR Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 57.28% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 32.48% 3 Jati Tectona grandis % % 16.94% 4 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 12.31% 5 Ketapang Terminalia catappa % % 10.31% 6 Akasia Acasia auriculiformis % % 10.00% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 6.11% 8 Glodokan Polyaltia longifolia % % 6.04% 9 Mangga Mangifera indica % % 5.92% 10 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 3.88% 11 Beringin Ficus benjamina % % 3.88% 12 Johar Senna siamena % % 3.68% 13 Gamal Gliricidia sepium % % 3.65% 14 Melinjo Gnetum gnemon % % 3.58% 15 Karet Kebo Ficus elastica % % 3.14% 16 Pule Alstonia scholaris % % 3.10% 17 Talok Muntingia calbura % % 2.31% 18 Lindri Lindri % % 2.25% 19 Sawo Manila Manilkara zapota % % 2.16% 20 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 1.87% 21 Keluwih Artocarpus altilis % % 1.13% 22 Mirip Kelengkeng Mirip Kelengkeng % % 1.06% 23 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.84% 24 Matoa Pometia pinnata % % 0.64% 25 Sukun Artocarpus communis % % 0.63% 26 Kemuning Murraya paniculata % % 0.63% 27 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.46% 28 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.44% 29 Duwet Eugenia cumini % % 0.39% 30 Mlanding Leucaena glauca % % 0.32% 31 Srikaya Annona squamosa % % 0.31% 32 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 0.30% 33 Jambu Air Eugenia aquea % % 0.23% 34 Species C Tinta Species C Tinta % % 0.22% 35 Sengon Paraserianthes falcataria % % 0.20% 36 Tanjung Mimusops elengi % % 0.19% 37 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 0.17% 38 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.16% 39 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.16% 40 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 0.16% 41 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.16% 42 Mirip Kayu Putih Mirip Kayu Putih % % 0.16% 43 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa % % 0.16%

89 digilib.uns.ac.id J. Indeks nilai penting di zona FT Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 39.85% 2 Jati Tectona grandis % % 32.60% 3 Mahoni Swietenia mahagoni % % 31.10% 4 Glodokan Polyaltia longifolia % % 21.06% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 7.49% 6 Beringin Ficus benjamina % % 6.73% 7 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 6.69% 8 Kere Payung Filicium desipiens % % 4.45% 9 Gamal Gliricidia sepium % % 3.62% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 3.30% 11 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.15% 12 Trembesi Albizia saman % % 3.14% 13 Lamtoro Leucaena glauca % % 2.95% 14 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 2.91% 15 Mangga Mangifera indica % % 2.43% 16 Saga Abrus precatorius % % 2.24% 17 Biola Cantik Ficus lyrata % % 2.18% 18 Ketapang Terminalia catappa % % 2.15% 19 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.85% 20 Pule Alstonia scholaris % % 1.72% 21 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 1.46% 22 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 1.29% 23 Salam Syzygium polyanthum % % 1.14% 24 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 1.14% 25 Lindri Lindri % % 0.93% 26 Flamboyan Lagerstromeia speciosa % % 0.82% 27 Species I Species I % % 0.78% 28 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.76% 29 Johar Senna siamena % % 0.75% 30 Talok Muntingia calbura % % 0.71% 31 Daun Suplir Daun Suplir % % 0.67% 32 Tanjung Mimusops elengi % % 0.55% 33 Species G Species G % % 0.52% 34 Keluwih Artocarpus altilis % % 0.45% 35 Species F Species F % % 0.43% 36 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.43% 37 Mirip Daun Suplir Mirip Daun Suplir % % 0.43% 38 Mirip Akasia Mirip Akasia % % 0.37% 39 Mirip Lerak Mirip Lerak % % 0.31% 40 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.28% 41 Kenari Canarium ovatum % % 0.27% 42 Mengkudu Morinda citrifolia % % 0.25% 43 Kantil Michellia alba % % 0.23% 44 Melinjo Gnetum gnemon % % 0.21% 45 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 0.21% 46 Mundu Garcinia dulcis % % 0.20% 47 Sukun Artocarpus communis % % 0.19% 48 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 0.17% 49 Matoa Pometia pinnata % % 0.17% 50 Cemara Thuja orientalis % % 0.16% 51 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.14% 52 Duwet Eugenia cumini % % 0.12% 53 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.12% 54 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.12% 55 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.11% 56 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.11% 57 Keben Baringtonia asiatica % % 3.62% 58 Mirip Trembesi Mirip Trembesi % % 3.30% 59 Durian Durio zibethinus % % 3.15% 60 Jeruk Citrus sp % % 3.14% 61 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 2.95% 62 Randu Ceiba petandra % % 2.91% 63 Species D Species D % % 2.43% 64 Mirip Cokelat Mirip Cokelat % % 2.24% 65 species H species H % % 2.18% 66 Kedondong Spondias dulcis % % 2.15% 67 Srikaya Annona squamosa % % 1.85% 68 Karet Hevea brasiliensis % % 1.72% 69 Species J Species J % % 1.46% 70 Mirip Flamboyan Mirip Flamboyan % % 1.29% 71 Mirip Kantil Mirip Kantil % % 1.14% 72 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 1.14% 73 Kemuning Murraya paniculata % % 0.93% 74 Kepuh Sterculia foetida % % 0.82%

90 digilib.uns.ac.id K. Indeks nilai penting di zona GOR Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Johar Senna siamena % % 79.22% 2 Jati Tectona grandis % % 25.31% 3 Angsana Pterocarpus indicus % % 21.02% 4 Mahoni Swietenia mahagoni % % 16.51% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 11.73% 6 Nyamplung Calophyllum inophyllum % % 3.26% 7 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 2.60% 8 Flamboyan Delonix regia % % 2.58% 9 Kere Payung Filicium desipiens % % 2.39% 10 Beringin Ficus benjamina % % 1.99% 11 Mangga Mangifera indica % % 1.89% 12 Sawo Manila Manilkara zapota % % 1.89% 13 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 1.81% 14 Lindri Lindri % % 1.76% 15 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 1.67% 16 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 1.43% 17 Pule Alstonia scholaris % % 1.25% 18 Glodokan Polyaltia longifolia % % 1.20% 19 Jati Belanda Guazuma ulmifolia % % 1.19% 20 Beringin Putih Ficus benjamina spp % % 1.07% 21 Jambu Air Eugenia aquea % % 1.06% 22 Asam Cina Tamarindus indicus % % 1.01% 23 Sukun Artocarpus communis % % 0.94% 24 Matoa Pometia pinnata % % 0.93% 25 Trembesi Albizia saman % % 0.92% 26 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.87% 27 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.80% 28 Tanjung Mimusops elengi % % 0.80% 29 Sawo Kecik Manilkara kauki % % 0.67% 30 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 0.57% 31 Petai Parkia speciosa % % 0.55% 32 Ketapang Terminalia catappa % % 0.54% 33 Srikaya Annona squamosa % % 0.54% 34 Duwet Eugenia cumini % % 0.53% 35 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 0.47% 36 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.41% 37 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.40% 38 Manggis Garcinia mangostana % % 0.40% 39 Randu Ceiba petandra % % 0.40% 40 Salam Syzygium polyanthum % % 0.40% 41 Keben Baringtonia asiatica % % 0.36% 42 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.27% 43 Jambu Biji Psidium guajava % % 0.27% 44 Jambu Dersono Syzygium malaccense % % 0.27% 45 Kelengkeng Dimocarpus longan % % 0.27% 46 Mertega Diospyros philippensis % % 0.27% 47 Kantil Michellia alba % % 0.27% 48 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.27% 49 Durian Durio zibethinus % % 0.27% 50 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.27% 51 Wuni Antidesma bunius % % 0.18% 52 Lamtoro Leucaena glauca % % 0.17% 53 Berduri Berduri % % 0.16% 54 Bulu Bulu % % 0.15% 55 Belimbing Averrhoa carambola % % 0.14% 56 Talok Muntingia calbura % % 0.14% 57 Mirip Pule Mirip Pule % % 0.14% 58 Jeruk Citrus sp % % 0.13% 59 Sirsak Annona muricata % % 0.13% 60 Kamboja Plumeria alba % % 0.13% 61 Mlanding Leucaena glauca % % 0.13% 62 Wahyu tumurun Wahyu tumurun % % 0.13% 63 Kenanga Canangium odoratum % % 0.13% 64 Mundu Garcinia dulcis % % 0.13% 65 Dewandaru Eugenia uniflora % % 0.13% 66 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.13% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP

91 digilib.uns.ac.id L. Indeks nilai penting di zona Kantor Pusat Kampus UNS Kentingan No Nama Lokal Nama Latin Jum lah Big Trees Small Trees 1 Angsana Pterocarpus indicus % % 77.07% 2 Mahoni Swietenia mahagoni % % 15.47% 3 Jati Tectona grandis % % 12.63% 4 Bungur Lagerstromeia speciosa % % 9.32% 5 Akasia Acasia auriculiformis % % 8.39% 6 Tabebuya Tabebuia chrysotricha % % 8.05% 7 Kere Payung Filicium desipiens % % 7.55% 8 Glodokan Polyaltia longifolia % % 7.27% 9 Karet kebo Ficus elastica % % 4.96% 10 Asam Londo Pithecelobium dulce % % 4.58% 11 Cemara Thuja orientalis % % 4.54% 12 Dadap Merah Erythrina cristagali % % 4.02% 13 Jambu Air Eugenia aquea % % 3.92% 14 Beringin Ficus benjamina % % 2.81% 15 Kayu Putih Melaleuca leucadendron % % 2.37% 16 Asam Raksasa Kigelia pinnata % % 2.18% 17 Gayam Inocarpus fagiferus % % 1.86% 18 Mirip Angsana Mirip Angsana % % 1.65% 19 Ketapang Terminalia catappa % % 1.55% 20 Asam Jawa Tamarindus indicus % % 1.41% 21 Flamboyan Delonix regia % % 1.39% 22 Talok Muntingia calbura % % 1.38% 23 Cemara Gunung Casuarina equisetifolia % % 1.30% 24 Johar Senna siamena % % 1.16% 25 Kantil Michellia alba % % 1.16% 26 Mangga Mangifera indica % % 0.96% 27 Waru Hibiscus tiliaceus % % 0.89% 28 Cemara Gimbal Araucaria sp % % 0.86% 29 Mirip Mertego Mirip Mertego % % 0.74% 30 Kepel Stelechocarpus burahol % % 0.70% 31 Nam-nam Cynometra cauliflora % % 0.62% 32 Mirip Gayam Mirip Gayam % % 0.62% 33 Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea % % 0.51% 34 Sawo Manila Manilkara zapota % % 0.50% 35 Mertega Diospyros philippensis % % 0.50% 36 Kenitu Chrysophylum cainito % % 0.37% 37 Bisbol Diospyros blancoi % % 0.37% 38 Trembesi Albizia saman % % 0.37% 39 Sirsak Annona muricata % % 0.32% 40 Lindri Lindri % % 0.30% 41 Tanjung Mimusops elengi % % 0.26% 42 Duwet Eugenia cumini % % 0.26% 43 Keben Baringtonia asiatica % % 0.26% 44 Biola Cantik Ficus lyrata % % 0.25% 45 Family Myrtaceae Family Myrtaceae % % 0.25% 46 Mirip Sukun Mirip Sukun % % 0.25% 47 Gamal Gliricidia sepium % % 0.16% 48 Kakao Theobroma Cacao % % 0.14% 49 Nangka Artocarpus heterophyllus % % 0.13% 50 Jabon Antocephalus cadamba % % 0.13% 51 Nusa Indah Mussaenda phillipica % % 0.13% 52 Jarak Jatropha curcas % % 0.12% 53 Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi % % 0.12% 54 Mirip Kopi Mirip Kopi % % 0.12% 55 Mirip Mahoni Mirip Mahoni % % 0.12% 56 Mirip Matoa Mirip Matoa % % 0.12% 57 Mirip Rambutan Mirip Rambutan % % 0.12% 58 Mirip Beringin Mirip Beringin % % 0.12% 59 Cimpedak Artocarpus champeden % % 0.12% 60 Rambutan Nephelium lappaceum % % 0.12% Sa pling Kera patan KR Domi nansi DR INP

92 digilib.uns.ac.id Lampiran 2. Foto Alat dan Kegiatan Penelitian Peta UNS Kentingan GPS Kamera Mengukur diameter Rol Meter Haga Meter Mengukur tinggi pohon Mikroskop Lup Identifikasi species Seperangkat Komputer

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA DENGAN PROGRAM DIGITAL MAPPING SIHATI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Margister Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN KOTA DI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN KOTA DI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN KOTA DI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA Triyadi 1, Sugiyarto 2, Marsusi 3 1 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Prodi Biosain Pascasarjana

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rekreasi alam, yang mempunyai fungsi sebagai: Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.

TINJAUAN PUSTAKA. rekreasi alam, yang mempunyai fungsi sebagai: Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan. TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI KAMPUS UNIVERSITAS JEMBER

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI KAMPUS UNIVERSITAS JEMBER KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI KAMPUS UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Sarjana Sains (S1) Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008). I. PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dengan luas ± 3.528.835 ha, memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG Aria Israini Putri 1, Marlina Kamelia 2, dan Rifda El Fiah 3 1,2 Tadris Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN Supriadi, Agus Romadhon, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: akhmadfarid@trunojoyo.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT SKRIPSI MHD. IKO PRATAMA 091201072 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena makhluk hidup sangat dianjurkan. Kita semua dianjurkan untuk menjaga kelestarian yang telah diciptakan

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan Tropis di dunia, walaupun luas daratannya hanya 1.32% dari luas daratan di permukaan bumi, namun demikian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi

Lebih terperinci

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UHO jamili66@yahoo.com 2012. BNPB, 2012 1 bencana tsunami 15 gelombang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat kompleks dan juga merupakan salah satu gudang plasma nutfah tumbuhan karena memiliki berbagai spesies tumbuhan. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN Struktur vegetasi tumbuhan bawah diukur menggunakan teknik garis berpetak. Garis berpetak tersebut ditempatkan pada setiap umur tegakan jati. Struktur vegetasi yang diukur didasarkan

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM KARYA TULIS KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM OLEH : DIANA SOFIA H, SP, MP NIP 132231813 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat penelitian Tempat penelitian adalah kebun campur Sumber Tirta Senjoyo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS 1 TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS ANALYSIS OF STAND DENSITY IN BALURAN NATIONAL PARK BASED ON QUANTUM-GIS Maulana Husin 1), Hamid Ahmad,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen makhluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu bulan di blok Krecek, Resort Bandialit, SPTN wilayah II, Balai Besar Taman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci