Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat Kecamatan yang bertugas. untuk mengawasi dan membina pendidikan Sekolah Dasar yang berada pada
|
|
- Ridwan Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta hasil studi kepustakaan yang relevan selama penelitian berlangsung secara umum dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan fungsi perencanaan oleh Dinas Pendidikan mempakan suatu konsep pemikiran yang bempaya untuk mengembangkan sistem perencanaan pendidikan sehingga fungsi perencanaan ini diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian fugsi perencanaan ini mampu menciptakan aktivitas komitmen kerja dinas, mampu mengidentifikasi segala permasalahan yang ada dan mampu memanfaatkan semua sumber daya, baik manusia, dana, sarana, serta potensipotensi di lingkungannya melalui komunikasi yang intensif atau kerjasamakerjasama dengan semua pihak, baik secara ekstemal maupun internal. Adapun keadaan profil ekstemal dan internal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka yang mempengamhi terhadap sistem perencanaan ini dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini: 1. Profil Ekstemal: a. Administrasi Pemerintahan Dalam kaitan ini tentunya Pemerintah Kabupaten Majalengka memiliki 23 Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat Kecamatan yang bertugas untuk mengawasi dan membina pendidikan Sekolah Dasar yang berada pada wilayahnya masing-masing. Hal ini membawa dampak akan lebih 160
2 161 memudahkannya sistem pengawasan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka terhadap unit-unit sekolah. Sedangkan yang menjadi tantangan dari aspek ini adalah akibat luasnya wilayah dan berbukit-bukit serta penduduk yang tidak merata cenderung terlambatnya komunikasi dan penyampaian data dari cabang-cabang dinas kecamatan. b. Keadaan Geografi Faktor geografis mempakan aspek yang penting dipertimbangkan oleh dinas pendidikan dalam sistem perencanaan pendidikan im, dimana stmktur lahan permukiman, iklim, suhu, dan cuaca yang sedang, cukup memberikan peluang dalam mempengamhi terhadap keberhasilan pendidikan secara umum. Sedangkan tantangannya antara lain akibat luasnya wilayah yang berbukit-bukit, keadaan tersebut memberikan pengamh terhadap perkembangan pendidikan, temtama yang menyangkut persebaran jumlah penduduk yang tidak merata.' c. Demografi Sedangkan dilihat dari kecenderungan laju pertumbuhan penduduk Majalengka rata-rata tumbuh sebesar 0,84 %. Sementara itu angka kelahiran (fertilitas) sebesar 2,38 % dan angka kematian (mortalitas) sebesar 0,60 o. Dari data laju pertumbuhan tersebut memberikan peluang tersendiri bagi upaya menekan angka pertumbuhan usia sekolah di Kabupaten majalengka. Tantangan dan aspek kependudukan ini adalah masih terdapatnya penduduk yang bemsia 7-12 tahun tidak sekolah sebanyak orang. Tantangan lainnya adalah bahwa tingkat pendidikan pendudukdi Kabupaten Majalengka tergolong masih rendah
3 162 d. Ekonomi Berdasarkan aspek ekonomi ini pada umumnya sebagian besar mata pencahanan penduduk di Kabupaten Majalengka adalah di sektor pertanian. Di samping itu Kabupaten Majalengka memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam, hasil utama pertaniannya bempa padi, palawija, sayur mayur dan buahbuahan. Kondisi tersebut memberikan peluang tersendiri terhadap pendidikan temtama yang menyangkut potensi yang perlu dikembangkan terhadap bidang pertanian ini. Sedangkan tantangan dari aspek ekonomi ini antara lain masih terdapat penduduk yang tergolong miskin, yaitu diperkirakan sebanyak keluarga atau sekitar 25,96 % dari penduduk seluruhnya. Hal ini mempengaruhi terhadap kemampuan orang tua dalam membiayai anaknya untuk bersekolah. e. Sosial Budaya Dilihat dari agama yang dianutnya, mayoritas penduduk di Kabupaten Majalengka pada umumnya beragama Islam. Hal ini ditunjang pula dengan adanya berbagai sarana peribadatan yang ada di setiap desa atau kecamatan. Dilihat dari segi karakteristik budaya ini tentunya memberikan peluang bagi pemerintah atau dinas pendidikan bagi pertimbangan dalam hubungannya dengan masyarakat. Hubungan ini antara lain adanya jalinan kerjasama dengan para ulama melalui pemanfaatan sarana ibadah dalam rangka penyuluhan pentingnya pendidikan dan motivasi untuk belajar dan bekerja bagi kehidupan masa depan. Sedangkan tantangan dari aspek ini adalah adanya kondisi alam yang subur dan iklim yang relatifsedang melemahkan dalam etos kerja dan belajar, hal ini nampak antara lain dalam hal budaya membaca masih sangat rendah.
4 163 f. Transportasi dan Komunikasi Dalam data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Majalengka memiliki jalan raya yang tersebar luas di wilayahnya dan sebagian besar telah menjangkau ke desa-desa dan pemukiman. Demikian pula sarana komunikasi, sarana ini sangat mempengamhi ams komunikasi, baik bagi perorangan maupun kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan swasta. Keadaan ini memberikan peluang tersendiri terhadap jalannya aktivitas kehidupan masyarakat termasuk pendidikannya. Namun demikian kelancaran ams perhubungan darat ini terhambat dengan banyak jalan-jalan yang msak, sehingga keadaan im mempakan tantangan tersendiri, begitu pula masalah sarana angkutan desa tidak seluruhnya mencapai sekolah-sekolah tertentu yang lokasinya cukup jauh dari jalan utama. 2. Profil Internal: a. Unit Perencanaan Berada Pada Posisi Eselon IV Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang menjadi aspek kekuatan dalam masalah kelembagaan, khususnya pada unit perencanaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka, antara lain : adanya pengalaman kerja personil pada instasi yang bersangkutan atau Dinas P dan K; terbukanya kemungkinan untuk melakukan penyempumaan atau penataan kembali stmktur kelembagaan dinas pendidikan pada era otonomi daerah; adanya kesadaran pada jajaran personalia dinas pendidikan untuk tems melakukan perbaikan dalam kinerja sehari-hari. Sedangkan kelemahannya dari aspek kelembagaan ini antara lain : kurangnya koordinasi, baik secara internal maupun ekstemal; kewenangan atau
5 164 cakupan tugas dan fungsi unit perencanaan sangat terbatas; Orientasi kerja mengacu pada mtinitas dan kurang ide-ide segar; kualifikasi pendidikan dan pelatihan yang dimiliki tenaga perencana kurang memadai; Fungsi pelayanan data dari unit perencanaan untuk para subdin, belum berjalan secara optimal. b. Kemampuan Tenaga Perencana Dinas Pendidikan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulkan, bahwa yang menjadi aspek kekuatan dalam masalah sumber daya perencana temtama pada kualifikasi tenaga perencananya, antara lain : bahwa latar belakang pendidikan tenaga perencana pada level S2 sudah ada; adanya pengalaman pelatihan sebagian staf pada bidang perencanaan; adanya itikad baik (goodwill) Kepala Dinas Pendidikan untuk meningkatkan profesionalitas tenaga perencana pendidikan. Sedangkan kelemahannya antara lain masih kurangnya kemampuan dalam hal menganalisis perencanaan terhadap kebutuhan program yang dapat mendukung pada satuan-satuan program nyata. c. Alur Pengumpulan, Pengolahan dan Pemanfaatan Data Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulkan, bahwa yang menjadi aspek kekuatan dalam masalah alur pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan data, khususnya pada sistem perencanaan pada unit perencanaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka, antara lain bahwa adanya kemampuan tenaga perencana dalam keterampilan teknis di bidang komputer yang relatif memadai sangat mendukung bagi proses pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan data yang dilakukan dengan menggunakan jaringan komputer.
6 165 Sedangkan kelemahannya yaitu masih tumpang tindihnya pengelolaan data antar unit atau bagian lainnya dengan bagian unit perencanaan pada dinas pendidikan; belum berjalannya sarana akses dan pengolahan data yang menggunakan jaringan komputer secara on line; belum adanya data profil pendidikan yang bam, walaupun dengan segala keterbatasannya sesungguhnya data itu selayaknya menjadi pijakan utama dalam penyusunan program-program pendidikan. d. Mekanisme Kerjasama dengan Berbagai Pihak Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang menjadi aspek kekuatan dalam mekanisme kerjasama dengan berbagai pihak dalam sistem perencanaan, yaitu dengan berlakunya otonomi daerah memberikan peluang yang lebih luas dan semakin terbuka untuk bekerjasama dengan pihak lain; begitu pula pada era otonomi daerah ini perhatian berbagai pihak terhadap pembangunan sektor pendidikan mengalami peningkatan dibandingkan sebelum berlakunya otonomi daerah. Sedangkan kelemahannya antara lain peran DPRD sebagai mitra sejajar dinas pendidikan belum dapat menghasilkan program yang sinergik, artinya masih bersifat koordinatifdan kurang memberikan pemikiran yang berarti. e. Sumber Daya Keuangan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang menjadi aspek kekuatan dalam masalah sumber daya keuangan dalam sistem perencanaan pada dinas antara lain : adanya rintisan kerjasama dengan pihak swasta; adanya organisasi orang tua siswa
7 166 dalam setiap jenjang pendidikan. Sedangkan kelemahannya yaitu dukungan biaya yang bersumber dari APBD II, pada umumnya belum cukup memadai untuk mendorong pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan manajemen yang handal di setiap sekolah. Hal ini tercermin dari rendahnya apresiasi pemerintah daerah dalam mengalokasikan dana untuk sektor pendidikan hanya berkisar 9,27 % dari total APBD, sementara penggalian sumber dana dari non pemerintah belum dapat diandalkan; 3. Altematif Strategi Adapun yang menjadi strategi perencanaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka, baik secara ekstemal maupun secara internal dapat diimplementasikan dalam bentuk prioritas program-program nyata sebagai berikut: Dari aspek ekstemal, maka strategi yang perlu dilakukan adalah : a. Adakan program pemetaan sekolah sesuai dengan jumlah penduduk dan kondisi geografisnya. b. Adakan penyuluhan pentingnya sekolah terhadap masyarakat melalui pembinaan ke desa-desa. c. Adakan pemberian beasiswa sekolah bagi keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. d. Adanya keterlibatan masyarakat dalam memajukan sekolah. e. Adakan program untuk membuat pedoman muatan kurikulum lokal yang berbasiskan pertanian.
8 167 f. Adakan jalinan kerjasama dengan para ulama dalam rangka penyuluhan pentingnya pendidikan dan motivasi untuk belajar dan bekerja bagi kehidupan masa depan. g. Perlunya mengusulkan kepada instansi yang berwenang dalam perbaikan sarana prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan pendidikan. h. Adanya penambahan tenaga teknis pendidikan SD, penambahan sarana dan prsarana fasilitas pendukung belajar, serta perbaikan atau rehabilitasi mang kelas SD. Sedangkan dari aspek internal, strategi yang perlu dilakukan, antara lain : 1. Pada Kelembagaan Unit Perencana : a. Melakukan perubahan posisi unit perencanaan struktur dinas pendidikan pada posisi eselon III atau sejajar dengan subdin-subdin lainnya; b. Penambahan fungsi dan peran unit perencanaan sebagai konsekuensi logis dan posisi yang diharapkan yang mengarah pada optimalisasi fungsi perencanaan sebagai unit yang memegang peran strategis dalam konteks penyusunan program-program pendidikan; c. Penambahan jumlah personalia dalam struktur disesuaikan dengan volume dan bobot pekerjaan atau didasarkan pada rasio jumlah pegawai/jumlah sekolah/lembaga dan/atau unit yang dibidanginya. d. Melakukan penilaian ke dalam (Internal Assessment) dalam upaya mengidentifikasi seberapa banyak persoalan yang muncul selama satu tahun berjalan, dengan merumuskan altematif pembahan stmktur yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan daerah, ketersediaan sumber daya manusia, sumber dana, dan potensi pendukung lainnya :
9 168 e. Memmuskan kembali rancangan penjelasan mekanisme, tugas pokok dan fungsi sesuai dengan bobotnya ; f. Memmuskan strategi, lobi dan negosiasi dengan pihak Pemerintah Daerah (BUPATI), BAPPEDA, dan DPRD khususnya Komisi A yang mengurusi pembahan Undang-undang dan Komisi E yang membidangi pendidikan (Bidang Kesra). 2. Pada Sumber Daya Tenaga Perencana: a. Adanya penataran tenaga perencana yang berjenjang dan berkesinambungan yang diprakarsai oleh Bappeda sebagai institusi yang kompeten ; b. Adanya pedoman penyusunan program yang lebih operasional, guna kelancaran tugas-tugas perencanaan. c. Melakukan terobosan kerjasama dengan pihak Perguruan Tinggi, dalam bentuk pelatihan reguler, workshop atau bentuk lainnya. 3. Dalam Mekanisme Kerja (Pengolahan Data): a. Perlu diadakannya format instmmen pengumpulan data yang seragam dan baku, agar tidak terjadi sikap perbedaan persepsi data van dibutuhkan ; b. Perlu adanya sejumlah sarana pengakses data on line, minimalnya pada level kecamatan dan kabupaten; c. Terdapat pedoman rambu-rambu penyusunan program yang mengacu pada data profil pendidikan. d. Mengajukan proyek bantuan pusat melalui dana dekonsentarasi untuk pengadaan perangkat alat pengakses data secara on line dari tingkat kecamatan sampai kabupaten;
10 V - \ * * e. Meningkatkan fungsi dan peran RAKERJA dinas sebagai wahana untuk-' memmuskan program yang beronentasi pada relevansi acuan akuntabilitas publik; f Meningkatkan jalur koordinasi dengan dinas-dinas terkait dan keterlibatan langsung dalam penyusunan program secara terpadu; g. Meningkatkan peran stakeholders dalam penyusunan program pendidikan. 4. Dalam Kerjasama Dengan Berbagai Pihak : a. Terjadi jalinan kerjasama bilateral yang saling menguntungkan keduabelah pihak dan terjelma dalam bentuk program-program unggulan daerah ; b. Adanya peningkatan dukungan nyata dari pihak DPRD yang tercermin dalam pengalokasian biaya anggaran pendidikan daerah. c. Adanya mekanisme kerjasama dalam proses penyusunan program pendidikan dalam bentuk FKP (Fomm Koordinasi Pembangunan); d. Meningkatkan kemitraan partnership lewat pendekatan personal dan pendekatan institusional, misalnya : mengundang DPRD dalam rapat forum terbatas sebelum program diusulkan secara resmi berdasarkan prosedur dan mekanisme yang beriaku; e. Meningkatkan kesadaran bersama akan pentingnya kerjasama bilateral yang saling menguntungkan, peningkatan makna relevansi pendidikan dengan dunia kerja dan membangun sekolah unggulan milik daerah yang dapat dibanggakan bersama, melalui workshop yang melibatkan unsur (Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta, LSM, Pihak Pemerintah dan Unsur Stakeholders).
11 Pada Sumber Daya Keuangan: a. Adanya peningkatan DAU bagi daerah Kabupaten Majalengka; b. Adanya dana dekonsentrasi dari pusat yang dikucurkan langsung ke daerah otonomi; c. Adanya peningkatan dukungan masyarakat dalam bentuk bina program dan sarana fisik; d. Peningkatan efisiensi penggunaan anggaran non mtin (proyek); e. Meningkatkan pemberdayaan potensi anggaran yang digali dari stakeholders pendidikanbaik secara langsung maupun tidak langsung. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian sebagaimana dijelaskan diatas, maka dapat dimmuskan beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Dengan memperhatikan faktor ekstemal yang ada di sekitar lingkungan dinas pendidikan, maka akan memberikan informasi yang sangat penting untuk memmuskan strategi yang mungkin digunakan dalam perencanaan dinas pendidikan tingkat kabupaten. Implikasinya analisis dalam sistem perencanaan pendidikan perlu memperhatikan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam membuat suatu perencanaan bagi masa yang akan datang, baik dilihat dari administrasi pemerintahan, geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya, maupun transportasi dan komunikasi. 2. Untuk mewujudkan berjalannya suatu fungsi perencanaan secara optimal perlu mempertimbangkan faktor lingkungan internal suatu orgamsasi, karena dengan memberdayakan potensi-potensi yang ada dilingkungan, baik kekuatan maupun
12 171 kelemahan dalam organisasi akan berpengaruh bagi suatu perencanaan dinas pendidikan. Implikasinya sumber-sumber daya perencanaan lingkungan internal perlu ditingkatkan secara optimal, hal ini karena akan memberikan pengamh bagi suatu sistem perencanaan pada dinas pendidikan. Diantara sumber-sumber daya internal tersebut antara lain seperti adanya kelaikan unit perencanaan secara struktural dalam organisasi ; adanya kemampuan tenaga perencana itu sendiri; penggunaan teknik dalam alur pengadaan, penyusunan, dan pemanfaatan data/informasi; mekanisme kerjasama dengan pihak ekstemal dinas pendidikan ; serta dukungan sumber daya keuangan yang memadai. 3. Belum adanya flat form perencanaan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengakibatkan distribusi data-data yang diperlukan kurang terpadu dan sering terlambat, sehingga mekanisme perencanaan tidak jelas. Adanya permasalahan tersebut berimplikasi pada fungsi perencanaan tidak berjalan efektif. Supaya fungsi perencanaan lebih berdaya, maka perlu adanya flat form mekanisme perencanaan pada dinas pendidikan secara jelas dan terstruktur. C. Rekomendasi Berdasarkan temuan dan bahasan di atas dapat dirumuskan beberapa rekomendasi temtama bagi pihak-pihak terkait yang terlibat dalam sistem perencanaan dengan melalui langkah-langkah berikut ini: 1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Agar program pendidikan dapat disusun tepat sasaran dan menyentuh kebutuhan nyata disarankan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
13 172 a. Penyusunan program secara kolaboratif dengan melibatkan selumh jajaran subdin internal dan dinas-dinas terkait lainnya; b. Melakukan proses negoisasi program dengan pihak stakeholders, penentu kebijakan dan unsur DPRD; c. Melakukan sosialisasi program secara nyata kepada pihak pengambil kebijakan; d. Hendaknya mengusulkan penataan stmktur unit perencanaan pada posisi yang layak dan proporsional; 2. Bagi Tenaga Perencana Pendidikan Agar data dapat disusun secara lengkap, akurat, tepat waktu, dan tepat guna, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan pengecekan keabsahan data secara cermat; b. Mengambil inisiatif untuk menyusun instmmen pengumpul data; c. Memanfaatkan sarana pendukung yang telah tersedia secara optimal; d. Mengusulkan sarana pendukung yang lebih canggih, misalnya dengan jaringan on line, minimal dari tingkat kabupaten hingga tingkat kecamatan; e. Menyusun skala prioritas program berdasarkan data yang tersaji. 3. Bagi DPRD Khususnya Komisi E Untuk dapat meningkatkan dukungan pembangunan sektor pendidikan secara nyata, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Memperjuangkan pembangunan sektor pendidikan sebagai skala prioritas program pembangunan jangka panjang;
14 173 b. Mendukung pengalokasian anggaran pendidikan secara proporsional dan mengapresiasi kebutuhan nyata; c. Mendukung kebijakan pemerintahan daerah dalam penataan struktur kelembagaan dinas pendidikan. 4. Bagi Bupati selaku Kepala Daerah Otonomi Untuk mendukung pembangunan sektor pendidikan sebagai skala prioritas pembangunan daerah jangka panjang, disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menata ulang (restmkturisasi) kelembagaan dinas pendidikan dengan meletakkan unit perencanaan pada posisi yang layak (minimal pada eselon III): b. Mengalokasikan dana pembangunan sektor pendidikan yang memadai dan proporsional sesuai dengan semangat otonomi; c. Memberikan kewenangan secara penuh kepada Dinas Pendidikan untuk menata dan menangani pembangunan sektor pendidikan dengan senantiasa berkoordinasi dengan institusi terkait lainnya.
15 P>J> / i Jffi^ S. ^SK^HfeKiJlSl;!. t^h^i^^sc I J Be N~t^nSS%CSE? A.~>^f1' ">
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 1. VISI DAN MISI Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Lamandau dalam bidang Perhubungan komunikasi dan Informatika dituntut adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG
92 BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 4.1 Penyusunan Prioritas Pembangunan Kota Pada Era Otonomi Daerah Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia
Lebih terperincipendidikan merupakan salah satu upaya bagian dan pembangunan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan secara
Lebih terperinciLAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperincipanduan dasar dalam melaksanakan program kerja, a. Isi program kerja PGRI dalam meningkatkan profesionalisme guruguru,
154 BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis data penelitian yang dipaparkan dalam Bab IV, berikut disajikan kesimpulan penelitian yang sekaligus merupakan jawaban atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam mengoptimalkan lokasi obyek pantau, secara umum lebih kepada penguatan tupoksi, dan kewenangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA TERPADU ANTARA STAF AHLI BUPATI DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA)
RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. A. Simpulan
BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Otonomi Dacrah secara berdayaguna
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDesentralisasi dan Otonomi Daerah:
Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber
Lebih terperinciBABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Dalam bab terakhir ini, penulis menguraikan kesimpulan dan saran selaras
BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bab terakhir ini, penulis menguraikan kesimpulan dan saran selaras dengan latar belakang, pemmusan masalah, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN SINKRONISASI PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SELASA, 01 MARET 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR,
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : 1. bahwa dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciKAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016
PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN PPSP STRATEGI SANITASI KOTA. III.1. Aspek Non Teknis
BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN III.1. Aspek Non Teknis Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini merupakan isu strategis pada tataran penataan pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Beberapa permasalahan yang masih dihadapi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Pedoman Akreditasi final 06/dir.pedoman dan bodang akred 07 1
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang -undang No.20 tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPELAKSANAAN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA. Burhanudin DR
A. PENDAHULUAN PELAKSANAAN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA Burhanudin DR Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pembangunan di daerah kabupaten / kota diperlukan prakarsa dan partisipasi rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja OPD (Renja OPD) adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode satu tahun, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
Lebih terperinciEra globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada
BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
Lebih terperinciBAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan
Lebih terperinci2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem
No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. UPTPK didirikan kegiatan penyaluran bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. KESIMPULAN UPTPK dibentuk dengan serangkaian tugas dan fungsi untuk mengatasi permasalahan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen. Sebelum UPTPK didirikan
Lebih terperinciperhitungan statistik yang menunjukan koefisien korelasi r = Dengan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan KKG yang mempakan salah
Lebih terperinciBAB II PROGRAM KERJA
BAB II PROGRAM KERJA A. VISI DAN MISI Rencana Strategis Perubahan Lima Tahunan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, (Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 16
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 8 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciKabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011
DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN PELALAWAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para
Lebih terperinciBAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang
10 BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA Semenjak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah Indonesia melakukan reformasi di bidang Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merubah peran yang diberikan kepada kecamatan dalam penyelenggaraan pemerintahan, dibandingkan dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 42 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciRenja Kecamatan Pusomaen 2017 KATA PENGANTAR.
TAHUN 2017 KATA PENGANTAR. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) ( B A P P E D A )
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) 2011 2016 ( B A P P E D A ) LUWUK, 2011 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 81 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN 2011
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN 2011 DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN LAMANDAU NANGA BULIK 2011 KATA PENGANTAR Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciRENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N
RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni
Lebih terperinci1 of 6 02/09/09 11:44
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KERJA STAF AHLI DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BANDUNG BARAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperincikepada mahasiswa, pengembangan dibidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Visi, misi dan tujuan pengembangan dosen yunior bara sebatas
BABV KESIMPULAN, IMPLDXASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian dan pembahasan serta kajian kepustakaan yang relevan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang penyajiannya sesuai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan
Lebih terperinci