Gangges Gasaskhaa, Sjahrul Meizar Nasri
|
|
- Inge Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG MENGGUNAKAN COMPUTERIZED FIRE SAFETY EVALUATION SYSTEM (CFSES) PADA GEDUNG MUSEUM NASIONAL JAKARTA TAHUN 2014 Gangges Gasaskhaa, Sjahrul Meizar Nasri 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok Indonesia 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan keselamatan kebakaran gedung dengan menggunakan perangkat lunak / software Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) di Gedung Museum Nasional Jakarta yang beralamat di Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat. Berdasarkan hasil penelitian pada 2 gedung yaitu Gedung A dan B, tidak ada satupun gedung yang memenuhi standar NFPA 101: Life Safety Code. Tidak ada satupun dari 12 parameter yang dievaluasi memenuhi standar. Kata kunci: CFSES, keselamatan kebakaran, gedung, Museum Nasional ABSTRACT This research aimed at evaluating the application of building s fire safety using a software of Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) on National Museum Building, Jakarta, located on Jalan Merdeka Barat 12, Central Jakarta. Based on the research on two buildings, Building A and B, none of the two buildings that meet the standards of NFPA 101: Life Safety Code. None of the 12 parameters evaluated meets the standards. Keywords: CFSES, fire safety, building, National Museum
2 Kebakaran museum yang pernah terjadi di Indonesia yaitu kebakaran museum di Makassar. Pada tanggal 20 juli 2011 kebakaran terjadi di salah satu ruangan yang menampung kamera tua dan guci-guci bersejarah koleksi museum tersebut. Seluruh koleksi habis terbakar. Penyebab terjadinya kebakaran belum diketahui, namun kuat dugaan bahwa kebakaran terjadi akibat arus pendek listrik. Kerugian yang dialami sudah tentu tidak ternilai harganya ( 2011). Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, museum adalah suatu lembaga yang bersifat tetap dan memberikan pelayanan terhadap kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum serta tidak bertujuan semata-mata mencari keuntungan untuk mengumpulkan, memelihara, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang merupakan tanda bukti evolusi alam dan manusia untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Koleksikoleksi yang ada di museum memiliki sejarah dan nilai ilmiah yang tak ternilai termasuk nilai estetikanya. Oleh karena itu, proteksi museum terhadap bahaya kebakaran sangatlah penting untuk dilakukan. Pengelolaan dalam proteksi koleksi museum dari bahaya api memerlukan sistem deteksi kebakaran dengan alat deteksi peringatan dini dan sesuai dengan standardisasi yang ada untuk perlindungan yang maksimal. Perlindungan dan pelestarian tersebut sangat penting untuk misi museum. Proteksi terhadap kebakaran yang dilakukan tidak hanya mengandalkan pemadam kebakaran namun juga kesiapan pekerja dalam menghadapi kebakaran dan keberadaan peralatan yang memenuhi standar proteksi terhadap kebakaran gedung. Berdasarkan hasil tinjauan penulis mengenai sistem proteksi kebakaran di Museum Nasional, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi sistem tersebut dengan menggunakan metode CFSES (Computerized Fire Safety Evaluation System). Evaluasi atau penilaian terhadap keselamatan kebakaran belum pernah dilakukan di Museum Nasional. Mengingat koleksi museum yang tak ternilai harganya, maka penulis merasa hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan kerugian yang besar.
3 Tinjauan Teori Kebakaran adalah reaksi kimia atau serangkaian reaksi yang melibatkan proses oksidasi, menghasilkan panas, cahaya, dan asap. Reaksi kimia tersebut dihasilkan oleh bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang cukup (Furness and Muckett, 2007). Ketiga unsur tersebut yang disebut sebagai segitiga api (fire triangle). Kebakaran hanya bisa terjadi apabila ketiga unsur pembentuk tersebut ada, hal inilah yang menjadi acuan untuk pemadaman kebakaran yaitu menghilangkan salah satu unsur atau memutus rantai reaksi yang terjadi dalam pembakaran tersebut. Computerized Fire Safety Evaluation System merupakan sebuah perangkat lunak komputer untuk mengevaluasi risiko kebakaran pada gedung berdasarkan metodologi evaluasi dalam NFPA 101A: Guide to Alternative Approaches to Life Safety. Program CFSES ini dikembangkan oleh Hughes Associates, Inc yang berada dibawah National Institute of Standars and Technology (Hughes Associates, Inc. 2000). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif yang bersifat observasional. Penelitian dilakukan melalui observasi dan wawancara untuk mengevaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran di Gedung Museum Nasional sesuai dengan Fire Safety Evaluation System NFPA 101A: Guide on Alternative Approaches to Life Safety yang kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak CFSES (Computerized Fire Safety Evaluation System). Penelitian dilakukan di Gedung Museum Nasional yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi lapangan terhadap safety parameters dengan menggunakan checklist sesuai dengan panduan NFPA 101A. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa dokumen yang mendukung penilaian terhadap keselamatan kebakaran pada Museum Nasional. Setelah data untuk penelitian diperoleh, maka data tersebut diolah dan dianalisis dengan
4 menggunakan perangkat lunak CFSES versi Tahapan analisis data dengan menggunakan CFSES Penilaian terhadap masing-masing parameter dipengaruhi oleh tabel bridging dan hasil checklist. Nilai parameter akan mengalami penurunan nilai tergantung dari prosentase tabel bridging dan checklist yang diperoleh. Rumusan Perhitungan Penurunan Nilai : A+B+C+ = X D ( X ) x N ( E + X )-1 Keterangan : A : Prosentase nilai parameter pada CFSES B : Prosentase nilai tabel bridging C : Prosentase nilai checklist D : Banyaknya nilai yang mempengaruhi parameter E : Angka terendah yang tertera dalam CFSES X : Nilai rata-rata N : Range nilai yang ada di dalam CFSES Hasil Penelitian Kompleks Museum Nasional terdiri dari 2 gedung yaitu A dan B yang didirikan di atas tanah dengan luas sekitar m 2. Kedua gedung ini memiliki sistem proteksi kebakaran yang tidak terintegrasi dikarenakan Gedung A masih merupakan bangunan lama yang didirikan sejak masa penjajahan Belanda yang baru direncanakan akan direnovasi dan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran yang sesuai.
5 Gambar 1 Hasil Total Penilaian Gedung A Museum Nasional Gambar 2 Hasil Total Penilaian Gedung B Museum Nasional
6 Pembahasan 1. Konstruksi Gedung Gedung Museum Nasional terdiri dari dua gedung yaitu Gedung A dan B. Variabel penilaian untuk Gedung A yaitu -3,16 disebabkan oleh beberapa faktor seperti perawatan gedung yang kurang baik dapat mengakibatkan tingkat ketahanan konstruksi gedung berkurang ketika terjadi kebakaran. Pengecekan dan perawatan terhadap konstruksi gedung sebaiknya dilakukan untuk mengetahui daya tahan material penyusun Gedung A sebab gedung tersebut adalah bangunan tua sehingga perawatan gedung secara berkala dapat memberikan dampak baik untuk ketahanan gedung. Pemugaran gedung dengan ketahanan terhadap api sangat direkomendasikan. Karena Gedung A Museum Nasional menyimpan benda-benda bersejarah yang tak ternilai harganya. Gedung B Museum Nasional menggunakan konstruksi dari beton. Penilaian pada variabel konstruksi mendapat nilai 0,55 karena gedung ini menggunakan konstruksi dasar dari beton (kelas I). Pengecekan terhadap jenis dan tebal beton sebaiknya dilakukan untuk mengetahui daya tahan beton di Gedung B secara pasti. Rekomendasi yang diberikan adalah perawatan gedung secara baik dan jika ada rencana pembuatan gedung yang baru. 2. Variabel Pemisahan Bahaya Gedung Museum Nasional Ruang panel di Gedung A Museum Nasional bervariasi. Namun yang paling berpotensi menimbulkan kebakaran yaitu ruang panel di bagian belakang museum dengan ukuran panjang 5 m ; lebar 3 m ; dan tinggi 5 m (16,4 ft ; 9,84 ft ; 16,4 ft). Luas ruangan tersebut yaitu 161,376 ft 2. Barang-barang yang terdapat di ruangan tersebut berupa tumpukan kardus-kardus dan palet kayu setinggi 1,7 m (5,58 ft) yang memenuhi sekitar 80 % (129,1 ft) dari ruangan panel tersebut. Dalam NFPA 101A, palet kayu dengan ketinggian 5 feet memiliki burn rates lebih buruk daripada kardus. Oleh karena itu dimasukkan burn rates untuk palet kayu dengan ketinggian 5 feet sebesar 350 Btu/s. Terdapat 1 bukaan berupa
7 pintu. Informasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam CFSES untuk mengetahui apakah flashover akan terjadi atau tidak di ruangan ini. Ruang penyimpanan barang yang sudah tidak terpakai di Gedung B memiliki panjang 6 m (19,69 ft); lebar 3,5 m (11,48 ft); dan tinggi 4 m (13,12 ft) berbatasan langsung dengan ruang trafo, panel, dan capacitor bank. Barang-barang yang terdapat di ruangan tersebut berupa lemari kayu serta meja kayu bekas pakai yang memenuhi ruangan tersebut sekitar 80 %. Barang-barang tersebut termasuk dalam kategori wooden pallets 5 ft high dengan burn rate 350 (NFPA 101A). Luas dari ruangan tersebut yaitu 21 m 2 (226,04 ft 2 ). Terdapat 1 bukaan berupa pintu. Informasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam CFSES untuk mengetahui apakah flashover akan terjadi atau tidak di ruangan ini. 3. Variabel Bukaan Vertikal Gedung Museum Nasional Pada jalur evakuasi Gedung A Museum Nasional terdapat 2 tangga terbuka yang menghubungkan 2 lantai yang dapat menjadi jalur penyebaran asap dan api yang baik. Penilaian terhadap variabel bukaan vertikal mendapat nilai -1 dalam CFSES. Selain jalur penyelamatan, saf kabel di Gedung B yang menghubungkan lantai dasar hingga lantai paling atas dapat dikategorikan sebagai bukaan vertikal. Lift pada gedung ini yang diprogram untuk turun ke lantai paling bawah pada saat terjadi kebakaran juga merupakan bukaan vertikal karena dapat menjadi jalur penyebaran asap dan api. Hal ini membuat penilaian terhadap variabel bukaan vertikal mendapat nilai -10 dalam CFSES karena menghubungkan lebih dari 5 lantai. Variabel bukaan vertikal berperan penting dalam penilaian keselamatan kebakaran perkantoran di gedung Museum Nasional. Jika dilakukan perbaikan dengan memberi fire stop material berkualitas baik dengan daya tahan api mencapai 30 menit sampai satu jam. Fire stop material yang dimaksud dapat berupa papan gipsum yang dipasang menutupi bukaan vertikal tersebut (Gambar 7.7). Pemrograman lift untuk berhenti di lantai terdekat juga perlu dilakukan agar dapat mengurangi jalur penyebaran api dan asap.
8 4. Variabel Sprinkler Gedung Museum Nasional Gedung A Museum Nasional tidak memiliki Sprinkler karena belum ada instalasi dan baru saja direncanakan untuk pemasangan instalasi Sprinkler. Nilai yang diberikan adalah nilai yang terburuk yaitu 0. Sprinkler di Gedung B Museum Nasional sudah terinstalasi di seluruh ruangan dengan jarak antar sprinkler 3-4 m. Sistem sprinkler terhubung dengan alarm secara otomatis namun belum pernah diuji coba dan kolam penampungan air untuk semua area gedung B digabung menjadi satu. Oleh karena itu penilaian variabel sprinkler mendapat nilai Variabel Sistem Alarm Kebakaran Gedung Museum Nasional Gedung A Museum Nasional menggunakan sistem alarm semi addressable yang tidak terkoneksi langsung dengan pemadam kebakaran. Jadi teknisi atau satpam harus menghubungi pemadam kebakaran melalui telepon apabila terjadi kebakaran. Namun alarm kebakaran gedung ini hanya terkoneksi dengan heat detector karena Gedung A tidak memiliki sistem sprinkler, smoke detector, maupun lift. Maintenance yang ada juga hanya dilakukan apabila ada masalah, bukannya dilakukan secara berkala. Sistem alarm kebakaran di Gedung B Museum Nasional pada saat ini dalam kondisi tidak aktif karena rusak. Faktor-faktor tersebut menyebabkan penilaian terhadap variabel sistem alarm kebakaran di Gedung B Museum Nasional berada pada level terendah yaitu Variabel Pendeteksi Asap Gedung Museum Nasional Gedung A Museum Nasional tidak memiliki sistem pengendalian asap. Oleh karena itu nilai yang diberikan adalah yang terendah yaitu 0. Gedung B Museum Nasional sudah dilengkapi oleh pendeteksi asap di seluruh gedung. Alat ini terkoneksi secara otomatis dengan sistem alarm kebakaran yang saat ini sedang rusak, namun belum pernah diuji coba hingga saat ini. Oleh karena itu variabel pendeteksi asap mendapat nilai 0.
9 7. Variabel Interior Finish Gedung Museum Nasional Atap pada ruang koleksi Gedung A dilapisi oleh gipsum, asbes, dan triplek. Gipsum termasuk dalam Kelas A dengan tingkat penyebaran api 0-25 Btu/s. Triplek termasuk dalam Kelas C dengan tingkat penyebaran api Btu/s. Sedangkan atap pada jalan keluar sebagian besar dilapisi oleh gipsum dan kayu pada bagian terluar. Permukaan dinding ruang koleksi tidak dilapisi oleh material apapun, hanya tersusun dari batu bata, semen, dan kapur. Begitu pula permukaan dinding pada jalan keluar yang ada. Batu bata, semen, dan kapur termasuk dalam Kelas A dengan tingkat penyebaran api 0-25 Btu/s. Terdapat hanya 1 ruangan koleksi yang lantainya dilapisi oleh kayu yaitu ruangan koleksi keramik, sisanya hanya tersusun dari keramik dan batu granit. Begitu pula dengan lantai di jalan keluar yang tersusun dari keramik dan batu granit. Oleh karena itu peneliti memberikan nilai rata-rata pada variabel Interior Finish yaitu 1. Atap pada ruang kerja dan koleksi Gedung B dilapisi oleh gypsum, asbes, triplek. Sedangkan material yang menyusun atap pada jalan keluar yaitu beton. Gipsum termasuk dalam Kelas A dengan tingkat penyebaran api 0-25 Btu/s. Triplek termasuk dalam Kelas C dengan tingkat penyebaran api Btu/s. Permukaan dinding ruang kerja dilapisi oleh material pelapis beludru, triplek, wallpaper, dan gipsum. Permukaan dinding pada jalan keluar tersusun dari semen dan batu bata. Batu bata, semen, gipsum, dan kapur termasuk dalam Kelas A dengan tingkat penyebaran api 0-25 Btu/s. Pelapis beludru dan wallpaper merupakan bahan yang mudah terbakar yang dapat mempercepat penyebaran api. Permukaan lantai ruang kerja dilapisi oleh karpet. Sedangkan lantai di jalan keluar tersusun dari semen dan ubin. Oleh karena itu peneliti memberikan nilai rata-rata pada variabel Interior Finish yaitu 2 dikarenakan banyak terdapat bahan yang mudah terbakar pada permukaan dinding dan lantai yang dapat mempercepat laju penyebaran api. 8. Variabel Sistem Pengendalian Asap Gedung Museum Nasional Gedung A Museum Nasional tidak memiliki sistem pengendalian asap sehingga peneliti memberikan nilai terendah yaitu 0. Gedung B Museum Nasional memiliki sistem pengendali asap aktif dan pasif. Pada area kerja terdapat kompartemenisasi yang sebagian besar berpintu dengan self-closer yang
10 merupakan sistem pengendali asap aktif yang dapat menekan laju perger akan asap apabila terjadi kebakaran. Pada tangga darurat terdapat pressurized fan yang dikontrol secara manual oleh operator atau teknisi melalui sistem BAS. Pada tahun 2010 sudah pernah dilakukan ujicoba terhadap pressurized fan ini dan dilakukan perbaikan karena terjadi salah pemasangan. Saat ini pressurized fan sudah dapat dioperasikan dan dalam keadaan benar. Peneliti memberikan nilai 0 pada variabel sistem pengendali asap terkait dengan sistem alarm yang sedang rusak. 9. Variabel Akses Keluar Gedung Museum Nasional Jarak tempuh terjauh pada akses keluar Gedung A Museum Nasional apabila terjadi kebakaran adalah 20 meter atau 65,62 feet. Namun exit access yang ada di Gedung A Museum Nasional hanya berupa jalur biasa pengunjung dan pegawai keluar masuk setiap harinya dan jalur ini dipenuhi oleh koleksi-koleksi museum berupa patung-patung. Hal ini dapat sangat menghambat proses evakuasi apabila terjadi kebakaran walaupun jarak terjauh mencapai muster point hanya 20 m. Oleh karena itu penilaian terhadap variabel ini yaitu -0,6. Gedung B Museum Nasional memiliki jalan buntu pada akses keluar karena terdapat pintu akses keluar yang sengaja dikunci karena takut kebobolan pencuri. Sehingga akses keluar yang dapat dilalui oleh penghuni gedung hanya 1 jalur. Jarak terjauh yang dapat ditempuh penghuni gedung untuk mencapai akses keluar yaitu 20 m (65,62 feet Kondisi tangga darurat tidak semuanya bebas hambatan. Di beberapa lantai terdapat tumpukan barang-barang di area tangga darurat. Lampu penunjuk arah pun sebagian besar dalam keadaan mati. Oleh karena itu nilai pada variabel akses keluar yaitu 0, Variabel Jalur Evakuasi Gedung Museum Nasional Gedung A Museum Nasional memiliki 2 jalur keluar yang berupa jalur biasa pengunjung dan pegawai keluar-masuk dan tidak dilengkapi oleh proteksi kebakaran apapun. Jalur ini dipenuhi oleh koleksi museum berupa patung-patung. Jalur keluar tersebut tidak memenuhi persyaratan NFPA 101. Di dalam pengisian nilai untuk jalur penyelamatan juga tertera pertanyaan mengenai hal itu. Oleh karena itu penilaian terhadap variabel ini adalah -6.
11 Gedung B Museum Nasional memiliki 2 jalur penyelamatan di barat dan timur yang dilengkapi oleh pressurized fan dan smoke detector untuk mencegah masuknya asap ke jalur tersebut serta penunjuk arah EXIT. Namun sebagian besar lampu penunjuk arah tersebut mati. Sprinkler ataupun lampu darurat juga tidak terdapat pada jalur penyelamatan. Pada beberapa lantai terdapat tumpukan barang yang dapat menghalangi proses evakuasi apabila terjadi kebakaran. Salah satu dari jalur tersebut pintu keluar yang menuju tempat berkumpul sengaja dikunci untuk mencegah masuknya pencuri. Jalur keluar tersebut tidak memenuhi persyaratan NFPA 101. Pada jalur penyelamatan terdapat pressurized fan yang sudah diuji coba dan dilakukan perbaikan sehingga dapat berfungsi dengan baik serta terdapat smoke detector. Oleh karena itu penilaian terhadap variabel ini adalah Variabel Koridor / Kompartemen Gedung Museum Nasional Kompartemen di Gedung A Museum Nasional terdapat pada salah satu ruang panel, yang terbuat dari tripleks serta pintu dari kayu dan besi yang memiliki door closer sehingga dapat menahan laju penyebaran api keluar. Namun koridor di gedung A Museum Nasional tidak memiliki sistem untuk pengendali asap sehingga daya tahan koridor terhadap asap bernilai paling kecil yaitu di bawah 2 menit. Variabel ini memiliki nilai -4,24. Area kerja Gedung B Museum Nasional memiliki kompartemen. Material penyusunnya terdiri dari gipsum, kaca, dan alumunium. Material-material tersebut memiliki ketahanan terhadap api selama kurang lebih 1 jam. Material penyusun pintu pada kompartemen tersebut adalah alumunium, kaca, dan kayu yang sudah dilengkapi dengan door closer. Dengan adanya door closer akan menghambat laju penyebaran asap. Oleh karena itu, material yang digunakan sebagai kompartemen di Gedung B Museum Nasional tergolong sebagai material yang hanya memiliki ketahanan terhadap asap dan mendapatkan nilai 2. Penilaian ini juga dipengaruhi oleh adanya pintu dengan self-closer dari material kayu yang masih dapat berfungsi untuk mencegah penyebaran asap. 12. Variabel Program Tanggap Darurat Gedung Museum Nasional Program pelatihan tanggap darurat di Museum Nasional berupa pemadakan kebakaran di Museum Nasional dilakukan 1 tahun sekali dengan melibatkan pemadam kebakaran pusat. Pelatihan proses evakuasi belum pernah dilakukan sama sekali. Pelatihan
12 pemadaman ini melibatkan semua pegawai Museum Nasional dengan program pemadaman api menggunakan APAR. Namun belum terdapat organisasi resmi tanggap darurat di Museum Nasional. Oleh karena minimnya pelatihan yang dilakukan dan belum adanya organisasi resmi tanggap darurat maka peneliti memberikan nilai 0. Kesimpulan 1. Gedung A Museum Nasional tidak menggunakan konstruksi beton, yang termasuk ke dalam klasifikasi III (211) combustible. Gedung B Museum Nasional menggunakan konstruksi beton, yang termasuk dalam klasifikasi II (222) non combustible. 2. Kondisi ruang panel yang ada di Gedung A Museum Nasional tidak terpisah dari area penyimpanan koleksi dan terpisah dari jalur penyelamatan. Ruang panel Gedung B Museum Nasional terpisah dari area penyimpanan koleksi, area kerja dan jalur penyelamatan. 3. Gedung A Museum Nasional tidak memiliki bukaan vertikal. Gedung B Museum Nasional memiliki bukaan vertikal berupa lift, tangga darurat pada jalur penyelamatan dan saf kabel yang menghubungkan lebih dari 5 lantai. 4. Gedung A Museum Nasional tidak memiliki instalasi sprinkler. Sprinkler di Gedung B Museum Nasional sudah terinstalasi di seluruh ruangan. Sistem sprinkler terhubung dengan alarm secara otomatis namun belum pernah diuji coba. Kolam penampungan air untuk semua area gedung B digabung menjadi satu dengan air bersih, sehingga persediaan airnya tidak cukup bagi sprinkler untuk menyemburkan air minimal selama 30 menit pada saat terjadi kebakaran. Di beberapa ruang penyimpan bahaya tidak dilengkapi oleh sprinkler ataupun alat proteksi kebakaran yang lain. 5. Sistem alarm kebakaran yang terinstalasi di Gedung A dan B Museum Nasional yaitu semiaddressable dan tidak terkoneksi langsung dengan dinas pemadam kebakaran. Pada saat ini alarm kebakaran Gedung B Museum Nasional tidak aktif karena rusak.
13 6. Gedung A Museum Nasional tidak memiliki pendeteksi asap. Gedung B Museum Nasional sudah dilengkapi oleh pendeteksi asap di seluruh gedung. Alat ini terkoneksi secara otomatis dengan sistem alarm kebakaran, namun belum pernah diuji coba hingga saat ini. 7. Interior finish pada Gedung A Museum Nasional memiliki flame spread rating <= 25 pada jalur penyelamatan dan >25 - <=200 pada ruang koleksi. Gedung B Museum Nasional memiliki flame spread rating <=25 pada jalur penyelamatan dan ruang kerja serta koleksi. 8. Gedung A Museum Nasional tidak memiliki sistem pengendalian asap. Gedung B Museum Nasional memiliki sistem pengendali asap aktif berupa pintu pada kompartemenisasi dengan self-closer dan pasif berupa pressurized fan pada tangga darurat yang dikontrol secara manual oleh operator atau teknisi melalui sistem BAS. Pada tahun 2010 sudah pernah dilakukan ujicoba terhadap pressurized fan ini dan dilakukan perbaikan karena terjadi salah pemasangan. Saat ini pressurized fan sudah dapat dioperasikan dan dalam keadaan benar. 9. Terdapat jalan buntu pada Gedung B Museum Nasional karena salah satu pintu darurat di gedung tersebut sengaja dikunci untuk menghindari pencurian. 10. Gedung A Museum Nasional memiliki 2 jalur keluar berupa jalur biasa pengunjung dan pegawai keluar-masuk dan tidak dilengkapi oleh proteksi kebakaran apapun serta dipenuhi oleh koleksi museum berupa patung-patung. Gedung B Museum Nasional memiliki 2 jalur penyelamatan di barat dan timur yang dilengkapi oleh pressurized fan dan smoke detector untuk mencegah masuknya asap ke jalur tersebut serta penunjuk arah EXIT. Namun sebagian besar lampu penunjuk arah tersebut mati. Sprinkler ataupun lampu darurat juga tidak terdapat pada jalur penyelamatan. Pada beberapa lantai terdapat tumpukan barang yang dapat menghalangi proses evakuasi apabila terjadi kebakaran. 11. Kompartemen di Gedung A Museum Nasional terdapat pada salah satu ruang panel, yang terbuat dari tripleks serta pintu dari kayu dan besi yang memiliki door closer sehingga dapat menahan laju penyebaran api keluar. Area kerja dan koleksi museum Gedung B Museum Nasional memiliki kompartemen yang tersusun dari gipsum, kaca, dan alumunium. Materialmaterial tersebut memiliki ketahanan terhadap api selama kurang lebih 1 jam. Material penyusun pintu pada kompartemen tersebut adalah alumunium, kaca, dan kayu yang sudah dilengkapi dengan door closer.
14 12. Program pelatihan tanggap darurat di Museum Nasional berupa pemadaman kebakaran di Museum Nasional dilakukan 1 tahun sekali dengan melibatkan pemadam kebakaran pusat. Pelatihan proses evakuasi belum pernah dilakukan sama sekali. Pelatihan pemadaman ini melibatkan semua pegawai Museum Nasional dengan program pemadaman api menggunakan APAR. Namun belum terdapat organisasi resmi tanggap darurat di Museum Nasional. 13. Penerapan keselamatan kebakaran di Gedung Museum Nasional berdasarkan CFSES tidak memenuhi standar Saran 1. Pemugaran Gedung A Museum Nasional dengan menggunakan material konstruksi klasifikasi I. 2. Perawatan Gedung B secara baik dan jika ada rencana pembuatan gedung yang baru, bahan dasar beton bisa dicampur dengan steel fiber untuk meningkatkan kekuatan beton pada suhu tinggi. 3. Interior finish pada ruang keramik yang berupa kayu diganti dengan material Kelas A seperti gipsum 4. Pemasangan fire stop material berkualitas baik dengan daya tahan api mencapai 30 menit sampai satu jam pada Gedung B. 5. Pemasangan instalasi sprinkler pada Gedung A dan penambahan volume tanki air di Gedung B. 6. Perbaikan sistem alarm kebakaran pada Gedung B dilakukan secepatnya. Pemasangan koneksi secara otomatis pada gedung ini antara sistem alarm kebakaran dengan sistem sprinkler, listrik, pemberitahuan pada dinas pemadam kebakaran, dan juga sistem HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning).
15 7. Ruang panel yang ada di Gedung A Museum Nasional harus dipisah dari area penyimpanan koleksi dan terpisah dari jalur penyelamatan. Ruang panel Gedung B Museum Nasional agar dipasang APAR. 8. Gedung A Museum Nasional harus segera dipasang instalasi sprinkler. Uji coba Sprinkler di Gedung B Museum Nasional agar dapat dilakukan. 9. Perbaikan instalasi di ruang pompa, pump suction menyesuaikan jenis pompa positif. Perbaikan pipa yang bocor di ruang pompa Gedung B dan penggantian jeruji besi ruang pompa dengan tembok beton sebagai bagian dari pemisahan bahaya. 10. Pemrograman lift untuk berhenti di lantai terdekat pada saat terjadi kebakaran. 11. Sistem pemberitahuan kebakaran ke dinas pemadam kebakaran dikoneksikan dengan alarm Gedung A Museum Nasional. 12. Pemasangan alat pendeteksi asap untuk Gedung A Museum Nasional. 13. Pintu yang dikunci pada pintu darurat harus dibuka di Gedung B Museum Nasional. 14. Pembuatan risk map untuk penentuan akses keluar yang paling aman dan pendek 15. Pembentukan organisasi tanggap darurat sangat diperlukan Daftar Referensi 1. Hughes, Phil and Ferret, Ed. (2011). Introduction to Health and Safety at Work Fifth Edition. USA: Elsevier Ltd. 2. Wentz, Charles. A. (1999). Safety, Health, and Environmental Protection. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc. 3. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009). Pengertian Museum
16 4. Furness, Andrew and Mucket, Martin. (2007). Introduction to Fire Safety Management. United Kingdom: Elsevier Ltd. 5. Hegney, Roy. Et al. (2004). Enhancing Occupational Safety and Health. Great Britain: Elsevier Butterworth-Heinemann 6. Anonim. (2014). All About Fire. (diakses pada tanggal 26 Maret 2014) 7. Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Jakarta: Dian Rakyat. 8. Hughes Associates, Inc. (2000). Computerized Fire Safety Evaluation System For Business Occupancies Software. Baltimore, MD: Commerce Drive. 9. Grice, Allan N. (2009). Fire Risk: Fire Safety Low and its Practical Application. London: Thorogood Publishing Ltd. 10. NFPA 101. (2006). Life Safety Code, Edition National Fire Protection Association. Quincy MA. 11. NFPA 101A. (2012). Guide on Alternative Approaches to Life Safety, Edition National Fire Protection Association. Quincy MA. 12. NFPA 101A. (2013). Guide on Alternative Approaches to Life Safety, Edition National Fire Protection Association. Quincy MA. 13. NFPA 72. (2012). National Fire Alarm and Signaling Code, Edition National Fire Protection Association. Quincy MA. 14. NFPA (2006). Building Construction and Safety Code, Edition National Fire Protection Association. Quincy MA. 15. ICC IBC (2012). International Building Code Maryland 16. Rijanto, B. Boedi. (2011). Pedoman Pencegahan Kecelakaan Di Industri. Jakarta: Mitra Wacana Media.
17 17. Ferguson, L.H., & Janicak, C.A. (2005). Fundamentals of Fire Protection for the Safety Professional. USA: The Scarerow Press, Inc. 18. Klinoff, Robert. (2012). Introduction To Fire Protection, 4 th Edition, International Edition. China: Delmar Cengage Learning 19. OSHA (Occupational Safety and Health Administration). (2003). Evacuating High-Rise Building. USA: U.S. Department of Labor. Dari: ( 3 April 2014) 20. Detik.com. (2011). Museum Kota Makassar Terbakar. Jakarta. Dari: (diakses pada tanggal 26 Maret 2014) 21. Suprapto. (2007). Sistem Proteksi Kebakaran Pasif Kaitannya Dengan Aspek Keselamatan Jiwa (Passive Fire Protection And Life Safety) Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 2 September Jakarta. Dari (diakses pada tanggal 26 Maret 2014)
Muhamad Anggraito, Adrianus Pangaribuan, Fatma Lestari
Evaluasi Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Menggunakan Computerized Fire Safety Evaluasi System (CFSES) pada Gedung Program Vokasi Universitas Indonesia Tahun 2014 Muhamad Anggraito, Adrianus Pangaribuan,
Lebih terperinciTika Prasetyani, Sjahrul Meizar Nasri
Evaluasi Penerapan Keselamatan Kebakaran Gedung Menggunakan Computerized Fire Safety Evaluation System (Cfses) Di Sekretariat Wakil Presiden Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Lebih terperinciMuhammad Rafiq Daulay, Fatma Lestari, Adrianus Pangaribuan
Evaluasi Penerapan Keselamatan Kebakaran Gedung Menggunakan Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun 2015 Muhammad Rafiq Daulay, Fatma
Lebih terperinciNono Haryono, Adrianus Pangaribuan, Fatma Lestari
Evaluasi Penerapan Keselamatan Kebakaran Gedung Menggunakan Computerized Fire Safety Evaluation System Pada Gedung IASTH, PAU dan LBI Salemba Universitas Indonesia Tahun 2014 Nono Haryono, Adrianus Pangaribuan,
Lebih terperinciAhmad Saribi Adi Putra, Sjahrul Meizar Nasri
EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN KEBAKARAN MENGGUNAKAN COMPUTERIZED FIRE SAFETY EVALUATION SYSTEM (CFSES) PADA GEDUNG PENDIDIKAN DAN LABORATORIUM FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2014
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat
Lebih terperinciANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013
ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO
TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
EVALUASI SARANA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG PUSKESMAS KECAMATAN Y DAN Z TAHUN 2013 Helga Rosianna S *, Fatma Lestari** Abstrak Sistem proteksi kebakaran, sarana penyelamatan jiwa
Lebih terperinciDESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.
DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA Dr. Manlian Ronald Adventus Simanjuntak, MT Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB V HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perusahaan dan Hasil Pembangunan Gedung
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Hasil Pembangunan Gedung PT Nindya Karya (Persero) yang merupakan perusahaan BUMN Jasa Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS iv KATA PENGANTAR v ABSTRACT vii ABSTRAK viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency
Lebih terperinciAfrini Nurul Afifah 1. Universitas Pertahanan pendidikan Magister prodi Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan
EVALUASI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA GUDANG MUNISI KALIBER KECIL PT. PINDAD (PERSERO) THE EVALUATION OF RISK MANAGEMENT IMPLEMENTATION ON SMALL CALIBER MUNITIONS STORAGE OF PT. PINDAD (PERSERO) Afrini
Lebih terperinciLampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA INSTALASI SARANA DAN PRASARANA ANALISIS SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT(ICU)RSUP
Lebih terperinciEVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN Lukman Handoko, Sritomo Wignjosoebroto, Sri Gunani
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1. Deskripsi studi kasus Universitas Mercu Buana didirikan pada 22 Oktober 1985. Sampai saat ini, telah mempunyai 4 kampus yang terdiri dari kampus utama yang dinamakan
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)
DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 2012, 15-22 ISSN 0126-219X STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API
EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciAKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR
KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail
Lebih terperinciBAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinci5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1
Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada
Lebih terperinciSistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang
Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang Atika Rossydina Putri Prabawati 1 dan Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciEVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK
EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) 1 Ir. Rian Trikomara I, MT, 1 Drs. Mardani Sebayang, MT, 2 Rifaatul Mahmudah* 1 Dosen
Lebih terperinciAri Wibisono
EVALUASI ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP) BERDASARKAN NATIONAL FIRE PROTECTION ASSOCIATION DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI PT. MacGREGOR PLIMSOLL INDONESIA
Lebih terperinciKONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION
STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat
Lebih terperinciK3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum
K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih
BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
Lebih terperinciBab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas
Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung
A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PERENCANAAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG PERKANTORAN PT. LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Priyo Agus Setiawan 1, Politeknik Perkapalan Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah
Lebih terperinciTerminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA
TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA 41114110046 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI PEMILIHAN BAHAN PENGHAMBAT KEBAKARAN PASIF UNTUK SEBUAH GEDUNG BERDASARKAN SNI
STUDI PEMILIHAN BAHAN PENGHAMBAT KEBAKARAN PASIF UNTUK SEBUAH GEDUNG BERDASARKAN SNI 03-1736-2000 Sentosa Limanto Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Penilaian
Lampiran 1 Hasil Penilaian FORMULIR ISIAN DATA ANGUNAN Tanggal : 12 s.d. 16 September 2017 Pemeriksa : Akhid Gunawan Tanda Tangan : DATA ANGUNAN Nama bangunan : Hotel UNY Alamat : Jl arangmalang aturtunggal
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk
Lebih terperinciMAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU
MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU Zulfikar 1), Hendra Taufik 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas riau
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUMAH SAKIT SARANA KESELAMATAN JIWA
PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUMAH SAKIT SARANA KESELAMATAN JIWA DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 i PENGANTAR
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.
Lebih terperinciSISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik
Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level
Lebih terperinciEVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )
LAPORAN PENELITIAN EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER ) PENELITI: ARYO INDRA NUGROHO (NIM: 41209010031) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN BANDUNG CITY HOTEL. di kota Bandung mulai dari pemerintahan pusat daerah, pendidikan,
BAB IV KONSEP PERANCANGAN BANDUNG CITY HOTEL 4.1. Fungsi Perancangan Perkembangan kota Bandung yang sangat pesat karena mudahnya sarana transportasi baik darat maupun udara yang dapat ditempuh menuju kota
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA
Lebih terperinci- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
Lebih terperinciANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014
ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014 Clara Amaliaresi Liardi 1, Supriyono Asfawi 2, Nurjanah 2 1 Alumni Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran disebabkan
Lebih terperinciAjeng Wulan Apriyanti 1 Ridwan Zahdi Sjaaf 2
KAJIAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF, SARANA PENYELAMATAN JIWA SERTA MANAJEMEN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI DIREKTORAT PENGEMBANGAN MUTU BARANG (PMB), KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2013 Ajeng Wulan Apriyanti
Lebih terperinciWALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...
DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciMANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR
MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR Mohamad Hakam Prodi : Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)
PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan
Lebih terperinciAUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006
MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 12, NO. 1, APRIL 2008: 55-60 55 AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006 Fatma Lestari,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berdirinya
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RUMAH SAKIT SEHAT SEJAHTERA NOMOR : 1/Dir-RSSS/2014 TANGGAL : 9 Januari PENDAHULUAN Salah satu hal
PERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RUMAH SAKIT SEHAT SEJAHTERA NO : 1/Dir-RSSS/2014 TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN KESELAMATAN KEBAKARAN RUMAH SAKIT SEHAT SEJAHTERA CHIEF EXECUTIVE OFFICER RUMAH SAKIT SEHAT
Lebih terperinciKetentuan gudang komoditi pertanian
Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan
Lebih terperinciGUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG
I SALINAN I GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH SERTIFIKAT UJI MUTU
Lebih terperinciEvaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang Moch Fathoni Setiawan, Andi Purnomo, Eko Budi Santoso Lab. Struktur dan Teknologi Bangunan, Sains
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS
EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN
PERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II BALIKPAPAN Agus Pratama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Balikpapan Jl. Belitung Darat
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar A Gambar Gambar Gambar 2.18.
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Logo Badan Tenaga Nuklir Nasional... 20 Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) BATAN... 23 Gambar 2.3. Site Plan Gedung PSTNT-BATAN...
Lebih terperinciBAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2. 1. Pendahuluan Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN CHINDY
STUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN SKRIPSI OLEH CHINDY 100406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Data Gedung 6.1.1 Data Umum a. Nama bangunan : PT. X Jakarta. b. Alamat : Kawasan Komersial Cilandak, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan 12560. c. Luas bangunan : Bangunan utama
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil
Lebih terperinciESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System
PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM ESSER Fire Alarm System PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA FIRE ALARM SYSTEM Apa? Seperangkat peralatan yang terdiri dari detector, unit kontrol dan
Lebih terperinciANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG
ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG Minati Karimah, Bina Kurniawan, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciMENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN
MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN Walaupun tidak dikehendaki, peristiwa kebakaran pada suatu bangunan masih sering terjadi. Bahkan ada juga yang menyebabkan nyawa melayang,
Lebih terperinci