Gambar 1.1 Kantor pusat PT. Semen Padang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1.1 Kantor pusat PT. Semen Padang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Ringkas P.T Semen Padang PT Semen Padang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia.[1] Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958, perusahaan dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia dari pemerintah Belanda. Selama periode ini, perusahaan mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik Indarung I menjadi ton/ tahun. Selanjutnya pabrik melakukan transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi proses kering dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV. Pada tahun 1995, pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke Semen Gresik bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V. Pada saat ini, pemegang saham perusahaan adalah PT Semen Gresik Tbk dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham sebesar 0,01 %. 1. Produksi Gambar 1.1 Kantor pusat PT. Semen Padang

2 2. Kapasitas pabrik Total kapasitas produksi PT Semen Padang adalah ton/tahun dengan rincian sebagai berikut:pabrik indarung II = ton / tahun (Proses Kering) 1) Pabrik indarung III = ton / tahun (Proses Kering) 2) Pabrik indarung IV = ton / tahun (Proses Kering) 3) Pabrik indarung V = ton / tahun (Proses Kering) Pabrik indarung I dinonaktifkan sejak bulan oktober 1999, dengan pertimbangan efisiensi dan polusi, karena pabrik yang didirikan pada tanggal 18 maret 1910 ini dengan proses basah. 3. Bahan mentah Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, batu silika, tanah liat dan pasir besi. Dari total kebutuhan bahan mentah, batu kapur yang depositnya terdapat di bukit karang putih (± 2 km dari pabrik) digunakan sebanyak 81 %. Batu silika yang depositnya berasala dari bukit ngalau (± 1,5 km dari pabrik) digunakan sebanyak ± 9 % dan tanah liat diperoleh disekitar Kecamatan Kuranji, Kota Padang digunakan sejumlah ± 9%. Sedangkan kebutuhan pasir besi ± 1 % didatangkan dari Cilacap. Pada penggilingan akhir ditambahkan gypsum 3-5 % yang didatangkan dari Thailand. Gypsum alam dan gypsum sintetis dari PT Petro Kimia Gresik. 4. Proses produksi Secara garis besar prsoes produksi semen melalui 5 tahapan, yaitu : a. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah. b. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah. c. Homogenisasi hasil penggilingan bahan mentah. d. Pembakaran. e. Penggilingan akhir hasil pembakaran.

3 Dalam Proses kering, penggilingan bahan di Raw Mill udara panas dialirkan dari tanur putar (Kiln) sehingga dihasilkan Raw Mix dengan kandungan air <1% Setelah menjalani proses homogenisasi, Raw Mix dibakar di Tanur putar (kiln) dengan bahan bakar batu bara. Hasil pembakaran adalah berupa butiran hitam yang disebut terak/klinker. Proses selanjutnya adalah penggilingan akhir klinker di tromol semen (Cement Mill) dengan menambahkan sejumlah gypsum dengan perbandingan tertentu. Hasil dari penggilingan akhir ini adalah semen yang siap untuk kepasaran (dalam kemasan kantong/curah) 5. Profil produk Gambar 1.2 Pabrik Semen Padang di Provinsi Aceh a. Semen Portland Type I Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% - 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain. b. Semen Portland Type II

4 Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10-0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan. c. Semen Portland Type III Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunanbangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat. d. Semen Portland Type V Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir. e. Super Masonry Cement Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya. f. Oil Well Cement (OWC), Class G-HSR (High Sulfate Resistance) Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai "BASIC OWC". Bahan adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur. g. Portland Composite Cement (PCC) Semen ini memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada

5 semua beton. Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus. h. Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC) Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti : 1) Konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi) 2) Konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (bangunan tepi pantai, tanah rawa). 3) Bangunan/instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi. 4) Pekerjaan pasangan dan plesteran. PT Semen Padang telah mendapat pengakuan dari International Organization for Standarization berupa Sertifikat ISO 9002 dan ISO Standar ISO 9002 merupakan pengakuan internasional dalam hal manajemen mutu bidang RawMaterial Mining, Cement Manufacturing and Cement Packaging and Marketing. Sedangkan ISO 9001 dalam bidang Design,Development, Production, Instalation and Servicing of Equipment for Industries. Selain itu, PT Semen Padang telah mendapat Sertifikat ISO untuk bidang Environmental Management System. Struktur organisasi PT Semen Padang jika dikelompokkan berdasarkan tugas dan wewenang adalah sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris dipilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tugas dewan ini secara umum adalah sebagai dewan pengarah (steering committee) dan tempat berkonsultasi bagi Direktur dalam mengambil keputusan. Berikut Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Komisaris Utama: Letjen TNI (Purn) Muzani Syukur

6 Komisaris : Dr. Ir. Imam Hidayat, MM Dr. H. Shofwan Kariman Elha, MA Ir. Basril Basyar, MM. Hj. Syarlinawati. SPd 2. Dewan Direksi Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama yang di bantu oleh 4 (empat) orang Direktur yaitu: Direktur Pemasaran, Direktur Produksi, Direktur Litbang dan Direktur Keuangan. Direktur Utama merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas dan jalannya perusahaan. Dalam melaksanakan aktivitasnya, Direktur Utama dibantu oleh direktur-direktur yang membawahi beberapa departemen serta dibantu oleh lembaga setingkat departemen, Satuan Pengawasan Interen serta Sekretaris Perusahaan. Berikut Struktur Organisasi Dewan Direksi: Direktur Utama : Ir. Munadi Arifin, SE, MM, AK Direktur Keuangan : Drs. Epriliyono Budi, MM, AK Direktur Pemasaran : Ir. Benny Wendry, MM Direktur Produksi : Ir. Toto Sudibyo, MM Direktur Litbang dan Operasi : Ir. Agus Boing Nurbiantoro, MM Adapun departemen yang dibawahi oleh masing-masing Direktur tersebut adalah: a. Direktur Keuangan 1. Departemen Perbendaharaan 2. Departemen Akuntansi dan Pengendalian Keuangan 3. Departemen Sumber Daya Manusia 4. Departemen Sistem Informasi b. Direktur Pemasaran 1. Departemen Penjualan 2. Departemen Perencanaan dan Pengembangan Pemasaran 3. Departemen Distribusi dan Transportasi c. Direktur Produksi 1. Departemen Tambang 2. Departemen Produksi II/III 3. Departemen Produksi IV 4. Departemen Produksi V 5. Departemen Perencanaan Teknik Pabrik. d. Direktur Litbang dan Operasi 1. Departemen Penelitian dan Pengembangan 2. Departemen Rancang Bangun dan Rekayasa 3. Departemen Jaminan Kualitas dan Perwakilan Manajemen 4. Departemen Perbekalan

7 Selain departemen-departemen tersebut di atas, Dewan Direksi juga dibantu oleh badan yang setingkat departemen yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap Dewan Direksi yaitu: 1. Satuan Pengawasan Interen 2. Sekretaris Perusahaan Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Keempat direktur tersebut di atas bertindak sebagai pengelola langsung (Dewan Direksi). Untuk operasionalnya masing-masing direksi dibantu oleh karyawan yang berada pada jajaran Departemen terkait. Berikut bagan struktur organisasi PT Semen Padang: Gambar 1. 3 Strukur Organisasi PT Semen Padang B. Kondisi Umum Tambang Quarry 1. Lokasi Penambangan

8 Gambar1. 4 Lokasi Penambangan Kuari PT Semen Padang Kuari batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, 2 km dari Pabrik Semen Padang ke arah selatan Indarung yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari beton. Bukit Karang Putih secara geografis terletak pada 100o BT 100o BT dan 00o LS 01o LS, dengan puncak tertinggi 554 m dan puncak terendah 400 m di atas permukaan laut. Kuari silika PT Semen Padang terletak di daerah Kampung Baru yang berjarak kurang lebih 825 m dari pabrik, sedangkan kuari clay terletak di daerah Kampung Baru yang berjarak kurang lebih 1000 m dari pabrik. 2. Sistem Penambangan Penambangan batugamping di Bukit Karang Putih dilakukan dengan sistem penambangan side hill type quarry. Side Hill Type Quarry adalah sistem penambangan yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lereng bukit atau endapannya berbentuk bukit. Cara penambangan batugamping PT Semen Padang mengalami tiga kali perubahan (evolusi) dari sejak pertama kali dilaksanakan, yakni:

9 Gambar 1.5 Evolusi Cara Penambangan Kuari Bukit Karang Putih a. Periode Tahun Penambangan dilakukan dengan cara peremukan batu dengan palu, dan diangkut menggunakan manual dan dibawa dengan lori gantung menuju pabrik. b. Periode Tahun Penambangan dilakukan dengan cara peledakan pada dinding bukit batugamping dengan alat hand-held drill diangkut dengan manual dan dibawa dengan lori gantung menuju pabrik. c. Periode Tahun 1985 Sekarang Penambangan dilakukan dengan alat mekanis (drill machine, excavator, dump truck, bulldozer) dan dibawa menggunakan rubber belt conveyor. 3. Luas Area dan Cadangan Batugamping, Silika serta Tanah Liat PT Semen Padang a. Penambangan Batugamping 1) Luas Area Area Eksisting : 206 ha pada Bukit Karang Putih Area Pengembangan : 412 ha

10 2) Cadangan Area Eksisting : 70 juta ton (Bukit Karang Putih) Area Pengembangan : 600 juta ton (terkira) b. Penambangan Silika Luas Area: 107 ha Cadangan : 7 juta ton (Bukit Ngalau) dan 10 juta ton Bukit Karang Putih. c. Penambangan Clay Luas Area : ha di Bukit Atas Cadangan : 4.5 juta ton Gambar 1.6 Karakteristik Material Pada Lokasi Penambangan PT Semen Padang

11 Gambar 1.7 Peta Situasi Penambangan Batugamping PT Semen Padang 4. Struktur Organisasi dan Karyawan Departemen Penambangan PT Semen Padang Gambar1.8 Struktur Organisasi dan Nama-nama Karyawan Departemen Tambang PT Semen Padang

12 5. Sifat Fisik Gamping PT Semen Padang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktori Geologi tahun 1974, bahwa cadangan batuan gamping yang terdapat di Kuari Karang Putih adalah sebesar ton dengan luas daerah lebih kurang 1,65 X 0,6 km, dengan ketebalan rata rata Meter yang terletak diantara batu terkersikan, sebagai tanah penutupnya adalah batu rijang. Cadangan batuan gampang ini adalah cadangan yang terbesar di Indonesia yang mempunyai dua jenis batu gamping yaitu Hard limestone. Berdasarkan hasil analisa contoh permukaan san inti di laboratorium, maka batuan gamping di daerah tersebut mempunyai sifat fisik yaitu ; a. b. c. d. e. f. g. Warna : Putih susu / bening abu abu terang, sampai abu abu gelap. Kekerasan : 3 5 Skala mohs Belahan : Bentuk Sempurna Pecahan : Kaca bentuk earthly Sifat Dalam : Keras, liat hingga brittle Density: 2,5 ton/ BSC : 1,6 ton/ LCM Kandungan unsure kimia CaO : 52 % SiO : 7 % FeO: 0,7% MgO:0,44 % H2O : 44% h. Ketahanan : Keras dan Kompak i. Isipan: lempung tufaan yang berasosiasi dengan rijang, dan kalsit j. Test Kompresor Hard Limestone : 570,4 810 kg/cm2 Test abrasive: 0,084 0,115 mm / mnt Gelombang Seismik : 2,2 4,7 km/s Tahanan jenis : ohm meter 6. Struktur Geologi Struktur bidang perlapisan batuan banyak dijumpai pada batu gamping dan batuan kersikan dimana pada umumnya bidang perlapisan mempunyai arah dan mempunyai arah kemiringan yang relatif sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua batuan tersebut terjadi dalam periode waktu yang hampir bersamaan dan dalam lingkungan pengendapan yang sama. Struktur sesar dan kekar terdapat didaerah ini, umumnya struktur sesar tidak dapat diamati dengan bai, sedangkan

13 kekar dapat terlihat dengan jelas dan pada umumnya memiliki kemiringan tegak atau lebih dari 800 serta bersifat terbuka dan lebar antara 1 5 cm. struktur lipatan berupa antiklin ataupun sinklin dapat dijumpai di bukit karang putih terutama dijumpai pada kelompok bahan batuan berumur relative tua antara lain pada batu gamping dan batuan kersikan silica. 7. Morfologi dan Litologi Terjal sekitar 65% - 70% dan mempunyai panggung kearah selatan dengan puncak yang melandai dan bergelombang pada umumnya ditempati oleh batuan gamping atau marmer dan terobosan terobosan batuan beku. Lokasi penambangan yang berada dikelurahan indarung dan batu gadang yang secara fisiogtrafis termasuk dalam sistem penghubung bukit barisan van bemmelen, lang yang memanjang dari barat laut ke tenggara disepanjang pula sumatera dan ditempati oleh Pra tesier sampai kuarter. Satuan morfologi yang membentuk daerah penambangan bervariasi dari perbukitan landai bergelombang sampai terjal dengan pola umum aliran sungai denritik pada bagian selatan dan timur serta pola aliran sungai angular pada bagian utara dan barat. Secara umum tahapan stadium dewasa di bagian utara dan stadium muda bagian selatan. Pada umumnya daerah indarung dan sekitarnya berdiri dari daratan rendah, daerah perbukitan rendah dan daerah perbukitan tinggi. Daratan rendah keadaan morfologinya pada umumnya hampir rata dengan variasi sedikit, merupakan perbukitan yang landai dengan ketinggian antara meter diatas permukaan laut. Daerah ini terletak dibagian timur laut bukit karang putih, berbatuan alluvial berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung hasil endapan sungai idas dan sungai sako berupa pasir, lanau, kerikil, dan bongkahan bongkahan batuan vulkanik. Daerah perbukitan tinggi terdiri dari puncak puncak yang menonjol berupa karang berwarna putih dengan ketinggian sekitar 450 meter diatas permukaan laut, berwarna putih dan batuannya terdiri batu gamping dan andesit yang membentuk bidang bidang terjal dan banyak ditumbuhi perpohonan ( pohon jati, pinus, dan lain lain), disertai control patahan bearah laut tenggara tampak cukup jelas. 8. Topografi

14 Dari Kota Padang ke arah timur keadaan topografi mulai naik sampai ke kaki Pegunungan Bukit Barisan. Indarung terletak di kaki pegunungan ini yang membujur dari arah utara ke selatan Pulau Sumatra. Bukit Karang Putih merupakan kuari batugamping yang mempunyai ketinggian 549 m dari permukaan air laut. Keadaan topografi daerah Indarung dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu : a. Dataran Rendah Topografi daerah ini sedikit bergelombang atau relatif datar dengan ketinggian antara m di atas permukaan air laut dan terdapat di bagian timur laut Bukit karang Putih. Batuannya terdiri dari Alluvial berupa pasir dan lempung dari Sungai Batang Idas, bongkah-bongkah batuan vulkanik, batugamping, batu kersikan dan batu sabak. Daerah ini merupakan tanah pesawahan, tegalan dan padang. b. Daerah Perbukitan Rendah Daerah ini mempunyai ketinggian m dari permukan air laut dan terletak pada ujung barat daya, selatan, timur dan tenggara daerah penambangan. Daerah ini merupakan padang ilalang dan hutan sekunder yang bersifat musiman. c. Daerah Perbukitan Tinggi Daerah ini berupa bukit-bukit terjal yang terdiri dari Bukit Karang Putih dengan ketinggian 550 m, Bukit Gadang dengan ketinggian 586 m dan Bukit Batu Tajarang dengan ketingian 750 m di atas permukaan air laut. Batuan pembentuk daerah ini adalah batugamping dan andesit yang membentuk dinding terjal serta ditumbuhi hutan belantara.

15 BAB II PEMBUATAN EMULSI Pada kegiatan biasanya, PT Semen Padang menggunakan EMULSI sebagai bahan peledakan. Namun diakibatkan oleh berbagai faktor yakni faktor cuaca, keekonomisan biaya, pertimbangan getaran hasil peledakan, dan pertimbangan produksi PT Semen Padang mengubah bahan peledak menjadi emulsi yang merupakan turunan dari ANFO itu sendiri. Bahan yang digunakan pun tidak terlalu berbeda dengan yang digunakan sebelumnya, namun secara proses berbeda. Secara umum, proses pembuatan emulsi dibagi menjadi 3 tahap yakni : A. Pembuatan Oksol Oksol merupakan campuran antara ammonium nitrat dengan air panas yang dicampurkan dalam suatu tangki. Secara teknis, ammonium nitrat dari gudang dimasukkan kedalam tangki menggunakan foxclip. Tangki yang dimaksud berupa tabung berdiameter 2 meter dan tinggi 4 meter. Bagian dalam tabung tersebut terdapat baling baling yang berfungsi sebagai mixer antara ammonium nitrat dengan air panas. Air panas bersumber dari sistem penampungan air bersih yang dipanaskan menggunakan Hot Water Generator atau pemanas air dalam suatu instalasi. Teknisnya, air yang disedot menggunakan suatu pompa akan diarahkan menuju Hot Water Generator dan kemudian air ditampung beberapa saat. Air yang

16 telah ditampung kemudian dipanaskan dengan menggunakan sistem panel dimana suhu air yang diharapkan adalah sekitar C. Sistem panel akan memanaskan air yang telah tertampung dalam sistem hingga 90 derajat celcius. Jika suhu telah mencapai 90 C, maka secara otomatis sistem pemanas akan berhenti bekerja dan jika suhu turun hingga 80 C, maka sistem akan otomatis memanaskan air kembali. Kestabilan suhu ini harus tetap selalu dijaga karena jika suhu pemanasan kurang dari ketetapan tersebut, maka ammonium nitrat yang akan lebih mudah mengalami pengkristalan. Kegiatan mixing berjalan sekitar 1 jam 30 menit. Dalam sistem pencampuran air dengan ammonium nitrat, air secara konstan mengalir melalui sistem perpipaan hingga akan masuk kedalam tangki dan di dalam tangki, terdapat sistem jalur spiral tempat mengalirnya air panas. Air panas ini akan bercampur dengan ammonium nitrat dengan kadar tertentu dan kemudian akan menjadi Oksol. Perawatan sistem Hot Water Generator adalah dengan melakukan pengurasan jalur sirkulasi air panas. Air yang telah digunakan akan mengandung kotoran kotoran dan sebaiknya dibuang karena dapat menyebabkan sistem perpipaan mengalami korosi. Perawatan ini dilakukan seminggu sekali. Setelah proses pencampuran ammonium nitrat dengan air dilakukan, sampel pencampuran ammonium nitrat dan air akan diuji di laboratorium sederhana sehingga didapatkan parameter yang diharapkan. Parameter oksol yang diharapkan yakni : a) b) c) d) e) f) Kadar Ph 5 5,5 Indikasi ini diukur menggunakan ph meter Density 1,35 1,75 Indikasi ini diukur menggunakan hidrometer Titik kristalisasi C Teknis pengujiannya yakni dengan mengambil 400 ml sampel oksol ke dalam labu ukur dan diaduk. Suhu kemudian diukur dengan thermometer analog. Indikasi kristalisasi dihitung saat mulai tampak kristal halus di dalam tabung. Jika oksol mengkristal pada suhu di atas 65 C, maka indikasinya adalah oksol kelebihan Ammonium Nitrat dan perlu

17 ditambahkan air. Jika oksol mengkristal di bawah 65 C, berarti oksol kelebihan air dan perlu ditambahkan ammonium nitrat. Setelah parameter tersebut telah sesuai maka oksol yang telah dibuat telah memenuhi kriteria dan bisa dilakukan tahapan selanjutnya. B. Pembuatan Emultion Oksol yang telah memenuhi kriteria selanjutnya akan diolah menjadi dabex. Secara teknis, solar dan emulsi pire harus diaduk atau mixing terlebih dahulu dengan kadar tertentu menggunakan Ribbon Blander. Pengaturan Ribbon Blender yaitu dengan kecepatan rendah (low speed) selama 2 menit. Setelah pencampuran tersebut, dimasukkan oksol yang telah dibuat ke dalam Ribbon Blender dengan kadar tertentu. Setel Ribbon Blender dengan kecepatan tinggi (high speed) selama 2 menit. Hasil dari pencampuran ini adaalah Emulsi. Setelah dicampurkan, ambil sampel pencampuran dan uji di laboratorium. Parameter yang diharapkan adalah sebagai berikut : a) Kekentalan (Viskositas) Pengukuran parameter ini menggunakan viskometer dengan hasil yang diharapkan adalah b) Kapasitansi Nilai yang diharapkan adalah sebesar < 200 c) Density Pengukurannya adalah dengan menimbang emulsi yang telah diolah dibandingkan dengan volume sampel yang diambil. Angka yang diharapkan adalah 1,29 1,32 Setelah emulsi memenuhi kriteria berdasarkan parameter yang dimaksud, emulsi akan langsung ditransfer ke Storage Emultion atau tempat penyimpanan emulsi berupa tabung yang memanjang secara horizontal. Kemudian emulsi tersebut akan dipindahkan ke dalam Wadah Pencampuran Gesing yakni emulsi

18 akan dicampurkan kembali dengan Ammonium nitrat hingga terbentuk Dabex. Dabex yang telah terbentuk berupa larutan yang kemudian ditampung dan disalurkan ke dalam mobil pengangkutan. Di dalam mobil pengangkutan, dabex akan diicampurkan kembali dengan bahan bahan di dalam Trace A dan Trace B. Trace A terdiri atas Larutan Asam Asetat dan air sedangkan Trace B terdiri atas Urea, Sodium, dan Air. Secara teknis, dabex yang bergerak pada pipa penyaliran. Penyaliran tersebut akan melewati pipa yang sama dengan penyaliran Trace A dan Trace B dan kemudian Dabex, Trace A dan Trace B ini akan bertemu serta bercampur di dalam Static Mixer. Setelah campuran Dabex, Trace A dan Trace B selesai, makan bahan peledak siap untuk dibawa dan digunakan kelapangan.

19 BAB III KEGIATAN PEMBORAN A. Persiapan Pemboran 1. Jenis dan Spesifikasi Alat Bor PT Semen Padang memiliki 5 buah alat bor dengan 3 alat bor (DM 01, DM 02 dan DM 05) hasil rental dan 2 buah alat bor (DM 03 dan DM 04) milik perusahaan. Alat bor (Drilling Machine, DM) yang digunakan merk Sandvik tipe D25KS rotary crushing dengan spesifikasi sebagai berikut: Key Spesifications Powered Hole Range Drilling Depth Single pass capacity Feed Pulldown Bit load Rotary Head Speed 0 96 r/min (standard) Major Components Engines Compressors Diesel mm ( in) Standard 27 m, optional 63 m 8.7 m 124 kn 143 kn Torque 8203 Nm Caterpillar or Cummins kw ( HP)@ 1,800 r/min m3/min@ kpa ( psi) 2. Pengukuran Sebelum Pemboran Sebelum pemboran, burden dan spacing terlebih dahulu ditentukan dan direncanakan. Pada peledakan tanggal 19 November 2015, ditentukan burden 5 meter, spacing 5.5 meter, dan jumlah lubang ledak 38 buah dengan pola zig-zag (staggered pattern).

20 a. Kondisi Lapangan Pada Saat Pemboran Kondisi lapangan pada saat pemboran sangat baik dengan cuaca cerah. Medan kerja pun relatif datar setelah sebelumnya didatarkan dengan bulldozer. b. Geometri Pemboran Geometri pengeboran dibuat berdasarkan rancangan peledakan yang direncanakan. Geometri peledakan PT Semen Padang pada 19 November 2015 adalah sebagai berikut: a) Diameter (D) b) Burden (B) c) Spasi antar lubang ledak (S) d) Kedalaman lubang ledak (H) 3. Pola Pemboran dan Arah Pemboran = 5.5 inch =5m = 5.5 m =6m Pada peledakan ini, pola pemboran yang digunakan adalah zig-zag atau selang-seling. Pola pemboran selang-seling atau lebih dikenal pola pemboran staggered pattern memberi kebebasan pada saat pemboran berlangsung. Pola ini pada umumnya dikombinasikan dengan delay row by row. Gambar 3.1 Pola Pemboran Zig-zag Arah lubang ledak yang umum dipakai dalam peledakan pada tambang terbuka PT Semen Padang ialah adalah pemboran vertikal.keuntungan arah lubang ledak vertikal adalah pemboran dapat dilaksanakan dengan mudah dan pengawasan tidak terlalu ketat. B. Pelaksanaan Pemboran

21 Pemboran dilaksanakan setelah lahan didatarkan dengan menggunakan bulldozer. Di kuari Bukit Karang Putih, PT Semen Padang melakukan pemboran hampir 24 jam untuk memenuhi jumlah lubang ledak yang direncanakan dan hanya berhenti istirahat pada saat lubang di charge dan diledakkan (± 1,5 jam). Langkah-langkah pemboran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengambil posisi untuk titik yang akan dibor 2. Menurunkan 3 buah jack satu persatu untuk melevelkan alat bor supaya arah pemboran lurus. 3. Menaikkan menara (rig). 4. Memulai pemboran dengan cara menurunkan stang bor secara perlahan. 5. Setelah pembuatan lubang selesai, stang bor dinaikkan lalu rig diturunkan. 6. Jack kemudian dinaikkan satu persatu. 7. Mengambil posisi untuk melakukan pemboran di titik selanjutnya. Hambatan hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran berlangsung antara lain : 1. Menentukan titik yang akan dibor pada lokasi yang tidak datar dan adanya terdapat tonjolan pada lantai jenjang (toe). Melakukan pemboran ulang jika tergenang air. Kerusakan alat bor Masuknya material lepas ke dalam lubang sehingga trjadi penyumbatan Mengatasi terjepitnya alat bor pada saat melakukan pemboran. C. Hasil Pemboran Geometri hasil pemboran PT Semen Padang pada 19 November 2015 adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Diameter (D) Burden (B) Spasi antar lubang ledak (S) Kedalaman lubang ledak (H) = 5.5 inch =5m = 5.5 m =6m

22 Gambar 3.2 Hasil Pemboran Gambar 3.3 Pola Pemboran Zig-zag

23 BAB IV KEGIATAN PELEDAKAN A. Persiapan Peledakan Peralatan peledakan adalah suatu komponen peledakan yang bisa dipakai lebih dari satu kali peledakan. Macam macam peralatan peledakan ini antara lain : 1. Peralatan Peledakan a. Emulsi Mixer EMULSI Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mengaduk ammonium nitrat dengan solar untuk dijadikan EMULSI dengan persentase AN = 94,5% dan FO = 5,5 %. Alat ini kurang homogen karena hanya melewati sekali proses pengadukan. Untuk melihat homogen tidaknya campuran AN dan FO, Cukup diraba dengan tangan untuk orang yang berpengalaman. Alat ini berada di gudang dekat kantor juru ledak. Gambar 4.1 EMULSI Mixer b. Blasting Machine.

24 Merupakan alat ledak yang berfungsi sebagai penghasil arus listrik untuk meledakkan detonator listrik. Gambar 4.2 Blasting Machine c. Blasting ohmmeter Blasting machine merupakan alat untuk mengetes rangkaian peledakan, agar diketahui hambatan totalnya. Gambar 4.3 Blasthing ohmmeter

25 d. Lead wire. Kabel utama yang menghubungkan sumber tenaga lisrik (blasting machine) dengan leg wire detonator listrik. Gambar 4.4 Lead wire. e. Cangkul. Cangkul berfungsi untuk memasukkan material stemming ke dalam lubang ledak. 2. Perlengkapan Peledakan Perlengkapan peledakan adalah komponen peledakan yang hanya dapat dipakai satu kali peledakan. Peralatan peledakan itu antara lain : a. Detonator nonel Merupakan pemicu peledakan. Detonator nonel yang digunakan PT Semen Padang ber-delay 17 ms. b. Kabel Nonel Merupakan kabel yang menghantarkan gelombang kejut dan memicu ledakan pada detonator. PT Semen Padang menggunakan tiga macam kabel nonel dengan panjang masing-masingnya 5 m, berdasarkan waktu delay dan warnanya, kabel nonel tersebut dapat yaitu dibedakan c. menjadi: Kabel Nonel warna kuning delay 17 ms Kabel Nonel warna hijau delay 42 ms Kabel Nonel warna putih delay 100 ms Kabel penghubung (connecting wire )

26 Proses pengecekkan oleh juru ledak berapa jumlah lubang ledak yang diselesaikan oleh operator bor. Karena ada kalanya Adalah kabel yang menghubungkan antra rangkaian detonator listrik dengan kabel utama dan antara leg wire detonator yang satu dengan leg wire detonator yang lainnya. PT.Semen padang mengguankan kawat penghubung berwarna biru dengan tipe 22 AWG. Kemudian dilakukan lubang ledak tidak terselesaikan oleh operator bor yang desebabkan adanya hambatan alam kegiatan pemboran. Pengecekkan lubang ledak untuk memastikan apakah lubang tersebut aman dari genangan air. Biasanya dilakukan apabila sebelumnya dilapangan hujan. Jika terdapat genangan air ditanggulangi denga cara di pompa. 3. Bahan Peledak. Bahan peledak utama yang dipakai untuk mengisi lubang ledak adalah Emulsi. Emulsi sebagai blasting agent yang merpakan turunan dari ANFO yang telah dijelaskan pada BAB II. Gambar 4.5 Ammonium Nitrat

27 Gambar 4.6 Catridge 4. Geometri Peledakan Gambar 4.7 Geometri Peledakan

28 Rancangan geometri peledakan yang direncanakan PT Semen Padang pada 19 November 2015 seperti terlihat oleh Gambar 13, dimana tinggi jenjang (H) 9 m, panjang kolom ledak (L) 12 m, panjang stemming (T) 3 m, panjang primary charging (PC) 6 m dan panjang sub-drilling (J) 2 m. Burden (B) dan Spacing (S) pada peledakan ini adalah 5 m dan 5.5 m. Jumlah bahan peledak per meter kolom lubang ledak dapat dihitung sebagai berikut: Digunakan diameter lubang ledak 5,5 inch = 11,43 cm Diambil tinggi lubang 1 m, maka volumenya = 1/4ᴨD2 x 1 = 1/4ᴨ(0,1143 m)2 x 1 = 0,01026 m3/m = cm3/m Densitas Emulsi 1.18 gr/cc, maka volume EMULSI per meter ketinggian lubang = 1.18 gr/cc x cm3/m = gr/m = kg/m Satu lubang dimasukkan Emulsi 52 kg, maka primary charging (PC) = 52 kg 12,10 kg/m = 4,2975 m Ketebalan stemming (T) = 12 m 4,2975 m = 7,70 m 5. Pengisian Bahan Peledak Setelah dipastikan lubang ledak aman dari genangan air barulah dilakukan proses pengisian bahan peledak kedalam lubang ledak (charging) sesuai dengan jumlah lubang ledak, setiap harinya jumlah lubang ledak sekitar ± 100 lubang /hari dan melakukan perangkaian untuk siap diladakkan. Selanjutnya isian utama dengan isian manual dengan setiap lubangnya sebanyak 72 kg EMULSI.terakhir stemming yang terakhir sebagai cutting dimasukan kedalam lubang ledak. 6. Rangkaian Peledakan

29 Gambar 4.8 Rangkaian Peledakan PT Semen Padang Pada peledakan 19 November 2015, PT Semen Padang menggunakan in hole delay 17 ms serta tiga macam surface delay. Terlihat di Gambar 14., terdapat 3 rows lubang ledak, antara row 3 dan row 2 masing-masing lubang ledak dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 100 ms (kabel nonel hijau), antara row 2 dan 1 dihubungkan dengan kabel nonel berdelay 42 ms (kabel nonel putih), sedangkan antar lubang pada baris 1 dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 17 ms (kabel nonel kuning). Selanjutnya pada initiation point, kabel-kabel nonel disatukan dan dihubungkan dengan lead wire dan blasting machine.

30 Gambar 4.9 initiation point 7. Pola Peledakan Pola Peledakan yang dilakukan PT Semen Padang adalah pola selangseling menggunakan delay detonator.arah peledakn kedepan dan menyebar muka jenjang. Dengan mengubah pola dengan penempatan delay dan jumlah detonator pada pola peledakan tersebut maka dapat mengurang tingkat getaran dan memperbaiki fragmentasi hasil peledakan. Sehingga akan memberikan free face yang cukup pada lubang tembak yang akan meledak kemudian. B. Pelaksanaan Peledakan 1. Persiapan Pengamanan dan sistem Penyalaan Prosedur pengamanan dan penyalaan peledakan PT Semen Padang telah diatur dalam SOP (Standard Operational Procedur) sebagai berikut: a. Lakukan checking rangkaian secara keseluruhan untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian telah tersambung. b. Informasi pada pengawas lapangan jika seluruh rangkaian sudah terhubung dan siap untuk melakukan aktifitas peledakan. c. Pengawas lapangan melakukan koordinasi dengan satuan pengamanan melalui radio komunikasi untuk pengamanan area yang akan diledakkan. Seluruh unit dan personil menjauhi area peledakan pada radius yang dianggap aman, lebih jauh dari 200 m.

31 d. Bila kondisi dianggap aman dan sirine telah dibunyikan pengawas lapangan memberi perintah untuk melaksanakan peledakan pada juru ledak. e. Juru ledak menghubungkan rangkaian kabel dengan blasting machine. f. Pengawas lapangan memberi aba-aba untuk mengaktifkan blasting machine melalui radio komunikasi. g. Juru ledak memencet tombol pada blasting machine untuk meledakan. h. Setelah peledakan, tunggu hingga lokasi tersebut bebas dari debu peledakan, sekitar 15 menit. Selanjutnya pengawas lapangan dan juru ledak melakukan pengecekkan terhadap hasil peledakan. i. Lakukan pengendalian kegagalan peledakan jika ditemukan kegagalan peledakan sesuai dengan dokumen IK/TBG/743 tentang IK Pengendalian Kegagalan Peledakan. j. Jika hasil pengecekkan menunjukan bahwa seluruh lubang tembak telah berhasil diledakan, pengawasan lapangan menginformasikan kepada satuan pengamanan melalui radio komunikasi bahwa aktifitas peledakan telah selesei dilaksanakan dengan aman dan aktivitas penambangan yang lain dapat dilanjutkan. 2. Prosedur Peledakan Gambar 4.10 Pengamanan Areal Peledakan a. Memasukan Plastik pembungkus apabila lubang ledak tersebut mengandung air.

32 b. Membuat Primer ( menggabungkan power gel dengan detonator ) dengan melubangi plastic power gel lalu masukkan detonator kedalamnya dan disimpul agar tidak lepas. c. Mendistribusikan primer ke lubang ledak. d. Mengisi lubang ledak denganemulsi. e. Menutup lubang dengan serbuk pemboran (cutting) karung bekas dengan EMULSI, dan terakhir menggunakan tanah sebagai stemming. f. Detonator di uji dahulu dengan menggunakan blasting ohm meter, sebelum dibuat rangkaian. g. Merangkai kabel dalam satu secara seri juru ledak. h. Merangkai kabel antar baris dengan baris lainnya secara parallel. i. Menyambung seluruh rangkaian ke kabel utama. j. Memberikan tanda peringatan dengan menggunakan sirine untuk mengamankan daerah sekitar, semua pealatan yang berada disekitar areal yang akan diledakan untuk sementara di jauhi dulu. k. Setelah lokasi aman juru ledak melakukan peledakan. C. Hasil Peledakan Parameter Hasil Peledakan Fragmentasi Gagal Ledak (Misfire) Ledakan Udara (Air Blast) Ground Vibration (Getaran) Batu Terbang (Fly Rock) Value Sangat baik, < 60 cm Tidak ada Minimum Minimum Minimum Tabel 1. Hasil Peledakan

33 Gambar 4.11 Fragmentasi Hasil Peledakan BAB V PERHITUNGAN PELEDAKAN

34 A. Geometri Peledakan Geometri peledakan dihitung menurut Konya sebagai berikut: Diketahui: Densitas Emulsi (ρe): 1,18 gr/cc Densitas batu gamping (ρr): 2,387 gr/cc 1 feet: 0,3048 m Fragmentasi direncanakan baik, H/B = 3 Tinggi Jenjang (H) = 9 m 29,5275 Penyelesaian: a. Besar Burden (B) H H =3 B= B 3 B= ft /3=9,8425 ft 2.99 m b. Diameter Lubang Ledak (De) B=3.15 x D e 3 ρe ρr 9,8425 ft =3.15 x De De= 3 1,18 gr /cc gr /cc 9,8425 ft =4,444 inch cm 3 1,18 gr /cc gr /cc c. Jarak Spasi (S) Peledakan direncanakan dilakukan berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single row blastholes). H +7 B H <4 B, maka S= Karena 8 S= 12 m+7 (5,5 m) =6,3125 m 8 d. Kedalaman Stemming (T) T =0.7 B(Batugamping merupakanbatuan sedimen) T =0.7(5)=3,5 m e. Subdrilling (J)

35 J =0,3 B J =0,3 ( 5 ) =1,5 m f. Kedalaman Lubang Ledak (L) L=H + J L=9 m+1.5 m L=10,5 m g. Panjang Isian Utama (PC) PC=L T PC=10,5 m 3,5 m PC=7 m Gambar 2. Geometri Peledakan Hasil Perhitungan Volume Peledakan V =B x S x H V =5 m x 5,5 m x 9 m = 247,5 BCM Direncanakan lubang ledak sebanyak 38 buah, maka: Vtot = 247,5 BCM x 38 = 9405 BCM Weight = V x ρr Weight = 9405 BCM x ton/bcm = 22449,735 ton Jumlah Bahan Peledak 1 2 WBP = n x PC x ρd ρ d= 4 ᴨ D x ρe x 0.1

36 1 gr ρ d= ᴨ(11,27291 cm)2 x 0.85 x 0.1=8,4793 kg /m 4 cc WBP = 38 x 7 m x 8,4793 kg/m = 2255,4938 kg Powder Factor (PF) W BP PF= B xs x H xn PF=(2255,4938 kg)/(9405 BCM )= kg /m3 B. Analisis Perhitungan No Parameter Geometri Peledakan Burden (B) Spacing (S) Tinggi Jenjang (H) Tinggi Lubang Ledak (L) Diameter Lubang Ledak (D) Stemming (T) Subdrilling (J) Powder Factor (PF) Weight Handak (WBP) Primary Charging (PC) Data Hasil Lapangan 5m 5.5 m 9m 12m 5,5 inch 1,5 m 1,5 m kg/m kg 4.96 m Perhitungan 2,99 m 6,3125 m 9m 10,5 m 4,444 inch 3,5 m 1,5 m 0,2398 kg/m3 2255,4938 kg 7m Tabel 2. Perbandingan Geometri Peledakan di Lapangan dengan Hasil Perhitungan Terlihat dalam Tabel 2., bahwa geometri peledakan di lapangan dan hasil perhitungan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan memberikan hasil yang lebih kecil untuk semua parameter geometri jika dibandingkan data di lapangan, hal ini dimungkinkan karena masing-masing lokasi peledakan memiliki karakteristik unik dibandingkan lokasi lain. Oleh sebab

37 itu, dianjurkan melakukan trial and error perencanaan peledakan demi memperoleh rancangan geometri peledakan yang optimal BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan Bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

38 1. Batugamping Bukit Karang Putih ditemukan oleh Ir. Carl Cristopher Lau dan Ir. Kominjberg pada tahun 1906, orang yang sama kemudian mendirikan pabrik semen NV NIPCM pada tahun Secara ringkas, struktur organisasi PT Semen Padang terdiri atas dewan komisaris dan dewan direksi yang membawahi beberapa departemen. 3. Kuari batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, 2 km dari Pabrik Semen Padang ke arah selatan Indarung. 4. Luas total area penambangan batugamping PT Semen Padang adalah 618 ha dengan deposit 670 ton. 5. PT Semen Padang memiliki 5 buah alat bor dengan 3 alat bor (DM 01, DM 02 dan DM 05) hasil rental dan 2 buah alat bor (DM 03 dan DM 04) milik perusahaan. Alat bor (Drilling Machine, DM) yang digunakan merk Sandvik tipe D25KS rotary crushing. 6. Pada pemboran 19 November 2015 dihasilkan pola zig-zag dengan burden 5 m, spasi 5.5 m, kedalaman 12 m dan diameter lubang 5,5 inch. 7. Pada peledakan 19 November 2015, PT Semen Padang menggunakan in hole delay 17 ms serta tiga macam surface delay.antara row 3 dan row 2 masing-masing lubang ledak dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 100 ms (kabel nonel hijau), antara row 2 dan 1 dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 42 ms (kabel nonel putih), sedangkan antar lubang pada baris 1 dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 17 ms (kabel nonel kuning). 8. Hasil peledakan pada tanggal 19 November 2015 sangat baik jika dilihat dari hasil fragmentasinya yang kurang dari 60 cm, minim air blast, minim ground vibration dan minim fly rock. 9. Hasil perhitungan memberikan hasil yang lebih kecil untuk semua parameter geometri jika dibandingkan data di lapangan, hal ini dimungkinkan karena masing-masing lokasi karakteristik unik dibandingkan lokasi lain. B. Saran Beberapa saran untuk PT Semen Padang antara lain: peledakan memiliki

39 1. Sebaiknya PT Semen Padang memperhatikan kesehatan dan keselamatan lingkungan dengan meninggalkan detonator listrik dan beralih total menggunakan detonator nonel untuk untuk mengurangi air blast, ground vibration, fly rock serta peledakan tak disengaja. 2. Sebaiknya PT Semen Padang menghimpun data rancangan setiap kali peledakan sebagai arsip dan sebagai dasar perbaikan rancangan peledakan berikutnya. 3. Sebaiknya PT Semen Padang tidak berhenti untuk terus berinovasi seperti yang telah dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya, menggunakan oli bekas sebagai bahan campuran AN dan solar. Daftar Pustaka Anonim. Teknik Peledakan. Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang Jhon Rudolf Sihombing Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran yang Ditimbulkan di Kuari Bukit Karang Putih PT Semen Padang Sumatera Barat. Skripsi. Institut Teknologi Medan Mining Quarry, ( diakses pada 07 Juni 2014) Tim PT Semen Padang Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Manning Table. PT Semen Padang Tim PT Semen Padang Proses Produksi TBG Mei PT Semen Padang Tim PT Semen Padang. SOP Penyiapan Bahan Peledak dan Peledakan. PT Semen Padang

40 Tim PT Semen Padang. SOP Pengangkutan Bahan Peledak. PT Semen Padang Volunteers Wikipedia. PT Semen Padang, (Wikipedia.co.id, diakses pada 30 Mei 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Direktur Pemasaran PT Semen Padang Widodo Santosa di Bengkulu, Selasa (15/12),

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana

Lebih terperinci

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN POLA PEMBORAN & PELEDAKAN Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan pemboran dan peledakan : 1. Arah Pemboran 2. Pola pemboran dan Peledakan 3. Waktu daur dan jam kerja efektif alat bor 4. Geometri Peledakan

Lebih terperinci

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan

Lebih terperinci

= specific gravity batuan yang diledakkan

= specific gravity batuan yang diledakkan Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang bor. 1. urden Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kriteria Penggalian Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan mengunakan alat gali mekanis kontinu. Tujuan memelajari kriteria

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan

Lebih terperinci

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA.

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA. KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA Oleh : Sundoyo 1 ABSTRAK Penelitian dilakukan di PT. Cipta Kridatama site PT.

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1. Material Perlu diketahui bahwa bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan dan kekakuan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI 780.000 TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG

Lebih terperinci

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV Mata Kuliah : Teknik Peledakan Dosen : Ir. Muh Jufri Nur. ST, MT GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV MARSALIN ( 2002 31 046 ) NAZRULLAH IQBAL ( 2002 31 003 ) ZULKIFLI SULAIMAN ( 2002 31

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING Herman¹, Sri Widodo², Arif Nurwaskito¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN Muhammad Fauzy 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK

Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK 1. PT. Dahana PT. Dahana memproduksi Dayadet (detonator produksi Dahana) dengan jenis detonator elektrik dan detonator nonel. Sumber: dahana.com

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG DELAY SYSTEM DESIGN FOR NONEL BLASTING TO REDUCE GROUND VIBRATION EFFECT DUE TO MINE FACILITY

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peledakan merupakan kegiatan lanjutan kegiatan pemboran Kegiatan peledakan sangatlah penting dalam kegiatan pertambangan, dikarenakan terkadang terdapat bahan galian yang

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran umum objek penelitian 3.1.1 Sejarah singkat perusahaan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen.diresmikan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI 0324612002 Standar Nasional Indonesia ICS 91..30 Badan Standarisasi Nasional Prakata Metode oengambilan dan pengujian beton inti ini dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK.

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALYSIS OF INFLUENCE OF JOINT STRUCTURE ON DRAGING FRAGMENTATION AND PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL v vi vii viii x xi xiii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 1 1.3. Batasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA .1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM. PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian dan sumber data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, potensi bahan galian, visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN Ramadhani Febrian Malta 1, Nurhakim 2, Riswan 2, Basri 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan

Arief Sugianto. Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Presentasi Kelompok 3 PABRIK SEMEN Arief Sugianto Astrid Fatimah Atmadiputri Ayu Dahlianti Bagus Syaiful Utomo Bondan Ariawan Pendahuluan Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis,

Lebih terperinci

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENAMBANGAN BATU KAPUR PADA BULAN APRIL 2017 DI BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG ELSA RAHMA AFRILA

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENAMBANGAN BATU KAPUR PADA BULAN APRIL 2017 DI BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG ELSA RAHMA AFRILA ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENAMBANGAN BATU KAPUR PADA BULAN APRIL 2017 DI BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG ELSA RAHMA AFRILA PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alur Penelitian Mulai Hipotesis Survei Bahan Studi Literatur Penentuan Bahan Material Pengujian Bahan Material Sesuai Mix Desain Sesuai Pembuatan Benda Uji Perawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN Aulia Zastavia Putri*, Imastuti** *Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur pada tanggal 14 Pebruari 2014 lalu menyisakan limpahan material ratusan juta meter kubik yang umumnya terdiri dari abu vulkanik dan

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1. Material Pondasi Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan,

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M) PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M) Setiyo Daru Cahyono 1 dan Rosyid Kholilur Rohman 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu 79 Madiun Email: cahyono.ds@gmail.com

Lebih terperinci

Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK

Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staf Pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS en_kas @ce.its.ac.id

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN 1/10/2014 : 1 dari 5 SKEMA Semen Portland (SNI 15-2049-2004) ; Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004); Semen Portland Pozolan (SNI 15-0302-2004); Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004); Semen Portland

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai dinding dalam sebuah konstruksi. Batako terbuat dari campuran antara semen, pasir dan air yang

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i v vii xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 2 1.3. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan peledak dalam pertambangan dibutuhkan karena material material batuan yang berada di daerah pertambangan tersebut kadang susah untuk di hancurkan dengan alat

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi Motor Diesel 4-Langkah Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan

Lebih terperinci