ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. RMIK) Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Oleh : DWI NURIN ARIFIYAH D PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 i

2 ii HALAMAN HAK CIPTA 2016 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Penulis

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 vii HALAMAN PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini khusus aku persembahkan untuk : Yang utama Alloh SWT yang senantiasa memberi nikmat hidup, nafas, berjuang dan mampu menghadapi segala ujian sampai sekarang ini, trimakasih atas doa-doa ku yang Engkau kabulkan Ya Alloh, sehingga KTI ini bisa terselesaikan dengan baik,, Ibu saya Shopiyah yang sampai sekarang ini menjadi inspirasi saya agar berusaha menjadi wanita tegar, sabar, dan tahu menempatkan diri dengan lingkungan, trimakasih atas doa-doa mu untuk anak mu ini Bu,, Bapak saya Su udi Syukur yang pesannya menjadi motivasi agar saya tidak berhenti ditempat, insyaalloh saya akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa mewujudkan cita-cita seorang bapak terhadap anaknya ini,, Kakak saya Dewi Wahidatul Mufidah yang jauh disana, namun tetap memberi semangat dan motivasi agar adeknya ini bisa lebih baik dari kakanya, Kangen kamu Awiwik,, My moodbooster adek tercinta Salsa Mutiara Ramadhani yang cantik dan saleha.senang sekali bisa ditemani menyelesaikan KTI dengan cerita dan ocehanya ditengah Ramadhan. Trimakasih ya nduuk doanya buat mbak win,, Simbah Hj. Suriyah dan Alm. H. Mawardi adalah orang tua kedua ku yang senantiasa menjadi inspirasi cucunya agar giat mengerjakan sesuatu,, suwun sanget mbah,, Si Buncit Aditya Apri Rizky yang banyak aku recokin soal KTI, kemana-mana bareng, urus ini itu bareng, berjuang bareng, saling menyemangati dan memotivasi agar tidak down, dibelain lari-larian ke Lab Komputer dari kos demi menemukan flashdisk penting ku satu nya tempat aku menyimpan file KTI yang tertinggal, hohoo makasihh banyaakkkk tidak bisa diungkapkan kata-kata. Semoga kesuksesan menghampiri mu,, Temen-temen ku tersayang dan seru NUS2PHI Syuha, Putri Codil, Putri Damay, Helga terimakasih banyak sahabatku,, tidak ada kisah yang paling lengkap selain kisah dengan kalian, semoga tetap terjalin komunikasi dan kesempatan bersama hingga nini kelak,, SEMANGAT buat tugas akhir kalian, semoga segera lulus dengan baik, aamiin,, Ibu Dyah Ernawati selaku pembimbing KTI ku, terimakasih banyak Ibu cantik,, sukses selalu menjadi pendidik dan ibu super buat anaknya. Maaf banyak menyita waktunya dengan lembaran revisi KTI ku nggeh Bu,, hehe Dosen yang sangat menginspirasi saya, Ibu Kriswi, Ibu Sunar, Pak Zein, Ibu Lily, Ibu Tiara, Ibu Oka, Pak Arif, Pak Jaka, Bu Retno, Ibu Maryani, Ibu Dyah juga, pasukan lab RM Bu April, Mas Aby, terimakasih banyaak atas pengejaranya selama ini, tetaplah menjadi sosok yang menginspirasi,, sehat selalu Pak Bu agar bisa terus mencerdaskan mahasiswa nya, aamin,, Buat teman satu angkatan DIII RMIK 2013, temen dan adek BAI Matholi ul Anwar, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih banyak kesempatan nya selama ini menjadi bagian dari kalian, bisa berjuang bareng, saling membantu, saling memotivasi, kita semua adalah saudara,, TERIMAKAKASIH BANYAK KALIAN SEMUA JADI INSPIRASI KU,,

8 viii RIWAYAT HIDUP Nama : Dwi Nurin Arifiyah Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 30 Agustus 1994 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jalan Banowo No.63, Rt 01 Rw 03 Semen Menur, Kec. Mranggen, Kab. Demak Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Menur, Tahun SMP Negeri 1 Mranggen, Tahun SMA Negeri 1 Mranggen, Tahun Diterima di Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Tahun 2013

9 ix PRAKATA Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-nya yang telah diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016 dengan baik dan tepat waktu.isi dari Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil penelitian di RSUD Tugurejo, ilmu kajian pustaka, serta materi yang telah penulis terima di bangku perkuliahan. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang dimaksudkan untuk mencapai gelar Diploma (Amd.RMIK) pada studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari seluruh pihak-pihak yang terkait sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat ; 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 3. Arif Kurniadi, M.Kom selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 4. Dyah Ernawati, S.Kep,Ns,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah penulis

10 x 5. Kriswiharsi Kun Saptorini, S.KM M.Kes (Epid) selaku Reviewer seminar proposal penelitian penulis 6. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah penulis 7. Dr. Endro Suprayitno, Sp. KJ, M.Si selaku Direktur RSUD Tugurejo Semarang 8. Roni Rochman, Amd.PK selaku Kepala Instalasi Rekam MedisRSUD Tugurejo Semarang 9. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 10. Segenap staf Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang 11. Rekan-rekan seperjuangan DIII RMIK 2013, serta semua pihak yang terkait dan telah mendukung serta memotivasi penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Besar harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya para akademia. Semarang, Juli 2016 Peneliti

11 xi DWI NURIN ARIFIYAH Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Unversitas Dian Nuswantoro Semarang 2016 ABSTRAK ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 xxii + 94 Halaman + 12 Tabel, 4 Gambar, 6 Grafik, 6 Lampiran Kompetensi utama tenaga rekam medis adalah menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi ICD-10. Kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 terdiri kode topografi dan morfologi, yang memuat seluruh aspek neoplasma yaitu lokasi, sifat dan perilaku. Berdasarkan survei awal bulan Maret terhadap 10 DRM diketahui 100% tidak terdapat kode morfologi. Sehingga berdampak pada data registrasi kanker dan indeks penyakit. Padahal RS ini sudah memiliki laboratorium Patologi Anatomi, dokter spesialis oncology, dan mayoritas tenaga rekam medis berpendidikan D3 RMIK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif menggunakan motode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah tenaga rekam medis sebanyak 60 orang dengan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi. Berdasarkan penelitian, mayoritas usia dewasa, berjenis kelamin perempuan, pengalaman kerja 2-4 tahun, berpendidikan D3 RMIK, dan mengikuti pelatihan koding. Pada aspek pengetahuan diketahui mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik namun kurang mengenai buku yang digunakan dalam menentukan kode penyakit, bab dalam ICD-10 tentang neoplasma, digit kode morfologi, arti istilah overlapping, isi rentang blok dalam neoplasma, dan arti perangai pada neoplasma. Sebesar 70% responden memiliki pengetahuan yang baik dan 30% kurang. Pada aspek sikap diketahui responden memiliki anggapan bahwa neoplasma jinak bersinonim dengan tumor dan kanker termasuk kodenya, tanpa kode morfologi maka kode neoplasma sudah tepat dan pelaporannya sudah lengkap, dan C00-D48 blok kode yang berlaku juga untuk kasus kemoteraphy. Sebesar 50% responden memiliki sikap mendukung dan 50% tidak mendukung. Saran dari penelitian ini, RS melakukan evaluasi kebijakan penetapan kode neoplasma, dibuat prosedur tetap tentang kode neoplasma, diadakan pelatihan khusus kepada tenaga rekam tentang ICD dasar dan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, inventarisasi ICD-O, selain ICD elektronik petugas perlu ditunjang juga dengan buku ICD- 10, dilakukan instalasi sistem komputer rumah sakit dan desain formulir resume keluar yang memuat input kode morfologi, memperhitungkan karakteristik tenaga rekam medis, diterapkan kode morfologi, dilakukan sosialisasi untuk menyamakan persepsi antara tenaga koder, dokter, bagian pemeriksaan penunjang dan kebijakan rumah sakit lainnya mengenai kasus neoplasma. Kata Kunci : Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Kode Neoplasma, Kaidah ICD-10 Kepustakaan : 35 buah ( )

12 xii The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 DWI NURIN ARIFIYAH ABSTRACT ANALYSIS THE KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CODING OFFICER ABOUT CODE OF NEOPLASMS ACCORDING TO RULE OF ICD-10 IN REGIONAL GENERAL HOSPITAL TUGUREJO SEMARANG YEAR 2016 xxii + 94 pages + 12 tables + 4 pictures + 6 graphs+ 6 appendix The main competence of medical records personnel was to establish a code of disease and operation code appropriately according to the classification of ICD-10. Neoplasms code according to the rules ICD-10 comprises topography and morphology codes, which contains all aspects of neoplasm such as location, nature and behavior. Based on the initial survey of 10 document in March, 100% did not use morphological codes. So it impact on cancer registration data and index of disease. Even though the hospital has own laboratory, such as Pathology, oncology specialists, and most medical record staff educated as medical record diploma. This study aimed to analyze the knowledge and attitudes of medical records personnel on neoplasms code according to the rules of ICD-10 in hospitals Tugurejo This type of research was qualitative descriptive, used observation and interviews methods with a cross sectional approach. The study population were 60 personnel of medical records with a total sampling technique based on inclusion criteria. Based on research, the majority of adult, female, work experience 2-4 years, educated medical record diploma and coding training. In the aspect of knowledge, the majority of respondents have a good knowledge, but lack about the books that used in determining the code of the disease, chapters in ICD-10 about neoplasm, digit code of morphology, meaning of overlapping terms, contents of block ranges in neoplasms, and behaviour of neoplasms. About 70% of respondents have a good knowledge and 30% were less. In the aspect of attitude, respondents have the notion that benign neoplasm synonymous with tumors and cancers including its code, without code of morphology the neoplasm code was correct and the report was complete and C00-D48 block of code that applies to the case of chemotherapy. About 50% of respondents have a supportive attitude and 50% did not support. Suggestions from this study, hospital evaluate the policy in determinating code of neoplasm, made the procedures about code of neoplasm, held special training to the personnel records about basic ICD and code of neoplasm according to the rules of ICD- 10, an inventory of ICD-O, beside electronics of ICD officers should be supported with book ICD-10, carried out the hospitals installation of the computer system and design form of resume about how to fill the code of morphology, taking into account the characteristics of medical records personnel, applied the code of morphology, disseminate the perception among workers coder, doctors, part of investigations and other hospital policies regarding cases of neoplasms. Keywords : Characteristics, Knowledge, Attitude, the Code of neoplasms, ICD-10 Rule Bibliography : 35 pieces ( )

13 xiii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Hak Cipta... Halaman Persetujuan... Halaman Pengesahan... Keaslian Penelitian... Pernyataan Persetujuan Publikasi... Halaman Persembahan... Riwayat Hidup... Prakata... Abstrak... Abstract... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Grafik... Daftar Lampiran... Daftar Singkatan... i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii xvii xviii xix xx xxi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5

14 xiv Halaman B. Tujuan Penelitian... 5 C. Manfaat Penelitian... 6 D. Ruang Lingkup... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis B. Perilaku C. Standar Etika dan Peran Pofesi Tenaga Koder D. Sistem Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Berbasis ICD E. ICD Spesialis Oncology F. Neoplasma G. Kerangka Teori BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep B. Jenis Penelitian C. Variabel Penelitian D. Definisi Operasional E. Populasi dan Sampel F. Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Analisa Data... 42

15 xv Halaman BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit B. Gambaran Instalasi Rekam Medis C. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Tenaga Rekam Medis Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD Hasil Wawancara dengan Kepala IRM, Tenaga Koder Umum dan BPJS, dan Analising Reporting BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Tenaga Rekam Medis B. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD C. Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD D. Hasil Wawancara dengan Kepala IRM, Tenaga Koder Umum dan BPJS, dan Analising Reporting BAB VI PENUTUP A. Simpulan B. Saran... 89

16 xvi Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17 xvii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Keaslian Penelitian Bab-bab dalam ICD Definisi Operasional Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Tugurejo, Tahun Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo, Tahun Statistik Jawaban tentang Pengetahuan yang Tergolong Benar Statistik Skor Pengetahuan Jawaban Benar Masing-masing Responden Rekapitulasi Pengetahuan Masing-masing Responden Distribusi Sikap Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo, Tahun Statistik Jawaban tentang Sikap yang Tergolong Mendukung Statistik Skor Sikap Jawaban Mendukung Masing-masing Responden Rekapitulasi Sikap Masing-masing Responden... 63

18 xviii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Teori Kerangka Konsep Struktur Organisasi RSUD Tugurejo Struktur Organisasi IRM RSUD Tugurejo... 49

19 xix DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman 4.1 Prosentase Jawaban tentang Pengetahuan yang tergolong Benar Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Umur Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Jenis Kelamin Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Lama Kerja Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Penidikan Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Pelatihan... 59

20 xx

21 xxi DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian 2. Laporan Data Kepegawaian Tenaga Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang Tahun Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis dalam Menentukan Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD Pedoman Wawancara Kepada Kepala IRM, Tenaga Koder Umum maupun BPJS, dan Petugas Analising Reporting 5. Pedoman Skoring Pengetahuan dan Sikap 6. Dokumentasi Penelitian

22 xxii DAFTAR SINGKATAN 1. ICD-10 :International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem, 10 Revision 2. ICD-O : ICD-Oncology 3. WHO :World Health Organization 4. PA : Patologi Anatomi 5. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 6. WHA : World Health Assembly 7. IRM : Instalasi Rekam Medis 8. RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan 9. KesMas : Kesehatan Masyarakat 10. DRM : Dokumen Rekam Medis 11. BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 12. RL : Rekapitulasi Laporan 13. PDE : Pengolahan Data Elektronik 14. S : Setuju 15. R : Ragu-ragu 16. TS : Tidak Setuju 17. SOP : Standard Operating Procedure 18. Protap : Prosedur Ketetapan 19. PMK : Peraturan Menteri Kesehatan 20. PDF : Portable Document Format 21. SDM : Sumber Daya Manusia

23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit pada saat ini tentu tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. [1] Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyelenggarakan rekam medis. [2] Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. [3] Rekam medis merupakan mata rantai terdepan dalam sistem informasi kesehatan yang mana sangat menentukan kualitas dari informasi yang dihasilkan, meliputi kebenaran, ketepatan dan konsistensi maupun kecepatan. Selain itu rekam medis sebagai sumber data pada penelitian-penelitian pengembangan teknologi kedokteran maupun pengobatan, untuk kemajuan layanan kesehatan. Mengingat demikian besarnya kegunaan rekam medis bagi pembangunan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, maupun perlindungan hukum bagi pelayanan kesehatan, maka kebutuhan tenaga yang profesional dan handal sangat diperlukan. [4] Dalam rangka mencapai profesionalisme tenaga rekam medis pemerintah menetapkan standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan yang didalamnya berisi kompetensi - kompetensi yang harus 1

24 2 dipenuhi seorang perekam medis dan informasi kesehatan. Disebutkan bahwa administrator informasi kesehatan (perekam medis) merupakan profesi yang memfokuskan kegiatannya pada data pelayanan kesehatan dan pengelolaan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menterjemahkannya ke berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan, pasien, dan masyarakat. Salah satu kompetensi utama seorang tenaga rekam medis yaitu tenaga rekam medis mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. [5] Klasifikasi penyakit terbitan WHO yang dikenal dan resmi digunakan di Indonesia adalah International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem yang saat ini sudah mencapai revisi ke 10 edisi Terdiri dari 3 volume yaitu, volume 1 berupa daftar tabular sebagai cross check, volume 2 berisi intruksi manual, dan volume 3 merupakan indeks alfabetik yang dilihat pertama kali ketika hendak menetapkan kode. Khusus kode neoplasma disediakan klasifikasi ICD-Oncologi (ICD-O) yang menyandi diagnosis kanker berdasarkan topografi atau letak dan morfologinya. Tidak jauh berbeda dengan ICD-O kaidah klasifikasi dan kodefikasi kasus neoplasma juga dimuat dalam ICD-10. Tiga aspek yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah lokasi tumor, sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi), dan perilaku atau perangai tumor. Lokasi tumor menunjukkan dimana lokasi sel tumor berada, pada ICD-10 terklasifikasi pada bab II kode C00-D48. Morfologi

25 3 menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan. Sedangkan perilaku atau perangai mengidentifikasi bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas (primer atau sekunder), in situ, atau tidak jelas atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi (/0, /1, /2, /3, /6, /9). [6] Dari tiga aspek tersebut akan dihasilkan dua kode yaitu kode lokasi yang memuat apek lokasi tumor dan kode morfologi yang memuat aspek sifat dan perilaku tumor. Kode morfologi panjangnya 5 digit diawali M, empat digit pertama mengidentifikasikan sifat neoplasma (struktur dan jenis jaringan dibawah mikroskop) dan digit ke lima menunjukkan perilaku neoplasma tersebut (ganas, in situ, jinak, dll). Untuk mendukung akurasi kodefikasi neoplasma perlu ditunjang hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), yaitu suatu pemeriksaan yang dapat menggambarkan keadaan penyakit itu sendiri dan letak tumbuh sel abnormal. Menimbang penjelasan diatas bahwasannya pemberian kode penyakit oleh koder haruslah akurat, lengkap, dan konsisten sesuai kaidah yang berlaku agar mencapai penyajian data dan informasi yang lengkap, pelaporan yang baik dan memudahkan dalam pengendalian manajemen. Hal ini dijelaskan lagi pada standar etika dalam mengkode yaitu meningkatkan akurasi, kelengkapan, dan konsistensi dalam mengkode. [7] Seperti halnya pada kasus neoplasma maka pelaporan yang baik dan lengkap dari kode penyakit kasus neoplasma adalah perlu dilakukan pengkodingan letak dan morfologi.

26 4 RSUD Tugurejo adalah Rumah Sakit Umum Daerah yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tipe B pendidikan yang dalam prakteknya telah melaksanakan standar pengkodean menggunakan ICD-10. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Hanan Asmaratih Purbandari yang berjudul Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan Kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang periode Triwulan I Tahun 2014 diketahui RSUD Tugurejo tidak menerapkan kode morfologi untuk menetapkan sifat dan perangai tumor. Padahal melalui kode M yang terdapat di ICD-O maupun ICD-10 dapat ditentukan kode letak yang tepat dan akurat berdasarkan angka yang tertera pada digit ke lima yang menunjukkan perilaku tumor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan prosentase kode akurat sebesar 45,59 % dan 54,41 % kodenya tidak akurat. Hal ini dikarenakan penulisan diagnosis yang tidak spesifik dan tidak digunakannya hasil PA sebagai petunjuk pemberian kode karena hasil PA yang terlambat keluar. [8] Sedangkan berdasarkan survei awal yang dilaksanakan bulan Maret 2016 di RSUD Tugurejo, observasi terhadap 10 dokumen rekam medis rawat inap kasus neoplasma, hasilnya 100% tidak terdapat kode morfologi. Hal ini menunjukkan dari tahun 2014 hingga 2016 kode morfologi tidak pula ditetapkan di rumah sakit ini. Padahal RSUD Tugurejo telah memiliki sarana prasarana dan sumber daya spesialis bedah oncologi juga laboratorium PA. Menurut hasil wawancara dengan salah satu koder, hal ini disebabkan karena kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif sehingga kebijakan dari rumah sakit tidak dilakukan penetapan kode morfologi. Ketiadaan

27 5 pemberian kode morfologi ini akan berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit. Ditinjau dari kapasitas tenaga rekam medis, sebagian besar (62 %) tenaga rekam medis berpendidikan D- III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian ini dengan maksud mengetahui aspek pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah yaitu, bagaimana pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik tenaga rekam medis yaitu ; umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan. b. Mendeskripsikan pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. c. Mendeskripsikan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

28 6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dan saran kepada tenaga rekam medis khusunya tenaga koder di RSUD Tugurejo Semarang tentang kode neoplasma yang sesuai kaidah ICD-10. Selain itu sebagai pertimbangan manajemen rumah sakit mengenai kebijakan pengkodingan kasus neoplasma. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan referensi tentang pemberian kode penyakit kasus neoplasma di program studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan di bidang kodefikasi penyakit, khususnya tentang standar pengkodingan, tata cara dan sikap yang tepat terkait penetapan kode kasus neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Sekaligus memperoleh pengalaman nyata dapat membandingkan penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapangan. E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu rekam medis dan informasi kesehatan. 2. Lingkup Materi Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi klasifikasi dan kodefikasi penyakit bab neoplasma.

29 7 3. Lingkup Lokasi Lokasi dalam penelitian ini adalah di RSUD Tugurejo Semarang. 4. Lingkup Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup Objek Objek dalam penelitian ini adalah tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang. 6. Lingkup Waktu Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Mei F. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang analisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang ini belum pernah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Berikut adalah penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil 1 Hanan Asmaratih Purbandari Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang Periode Triwulan 1 Tahun 2014 Deskriptif, metode observasi dan pendekatan cross sectional Tingkat prosentase akurasi kode diagnose utama yang sesuai dengan kaidah kode ICD- 10 pada dokumen rekam medis rawat inap yaitu 45,59% akurat dan 54,41% tidak akurat. 2 Febriana Analisis Deskriptif, Pengetahuan tentang

30 8 No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil Herliawati Pengetahuan dan Sikap Petugas Rekam Medis tentang Penentuan Kode Penyakit dan INA CBG s di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal Tahun 2015 metode observasi dan pendekatan cross sectional kode penyakit petugas rekam medis 100% baik. Pengetahuan tentang INA CBG s petugas rekam medis 99% baik. Sikap dalam melakukan kode penyakit dengan ICD-10 tidak selalu dilakukan oleh petugas, namun langkahlangkah dalam menentukan kode penyakit berdasarkan ICD-10 sudah cukup baik sebanyak 80% dapat melakukan kode penyakit 3 Eka Hesti Nugraheni 4 Ayuk Dwi Lestari Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis tentang Istilah Medis dan Penentuan Kode Penyakit di RSUD Kota Semarang Tahun 2015 Analisis Tingkat Pengetahuan Petugas Paramedis dan Non Paramedis Tentang Pengkodean Penyakit di Puskesmas Mijen Kota Semarang Tahun 2014 Deskriptif, metode observasi dan kuisioner Deskriptif, pendekatan cross sectional, metode observasi dan interview Karakteristik petugas rekam medis menunjukan perempuan lebih teliti dan konsisten. Pengetahuan petugas tentang terminologi medis terdapat 94% petugas rekam medis yang mengetahui cara penulisan istilah medis pada diagnosis medis pasien. Penentuan kode penyakit terdapat 5 responden yang mengetahui langkah awal dalam proses pemberian kode penyakit dan hanya 11 responden yang mengetahui tujuan penggunaan ICD-10 dalam menentukan kode penyakit. Tingkat akurasi kode dikarenakan petugas di puskesmas adalah perempuan dengan pengalaman yang minim sehingga perlu adanya pengkajian terhadap petugas di puskesmas terkait pengkodean.

31 9 No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil 5 Yella Olia Fitri Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Komitmen Pimpinan terhadap Pengisian DRM di RSUP Dr. M Djamil Paang Tahun 2011 Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study Pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kurang tentang pengisian DRM Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hanan Asmaratih P adalah pada topik penelitian dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Febriana Herliawati adalah pada lingkup materi, lingkup lokasi dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eka Hesti Nugraheni adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, lingkup waktu, dan lingkup metode. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ayuk Dwi L adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yella Olia Fitri adalah pada topik penelitian, lingkup lokasi dan lingkup waktu.

32 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [3] Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam terhadap identitas, anamnesis penentuan fisik laboratorium, diagnosis segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. [9] 2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis Secara umum tujuan pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung dengan system pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. [10] Sedangkan kegunaaan rekam medis adalah : a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, maupun perawatan kepada pasien. 10

33 11 b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan ataupun perawatan yang harus diberikan kepada pasien. c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di rumah sakit. d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. f. Menyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien. h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan laporan. [10] B. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Kwick menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. [11]

34 12 2. Faktor-faktor yang Membentuk Perilaku Teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu : a. Faktor-faktor pemudah (Predisposing factors) Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung atau pemungkin (Enabling factors) Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah lingkungan, sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, sumber daya, kebijakan pemerintah, dan keterampilan petugas. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (Reinforcing factors) Adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku seperti terwujud dalam sikap seperti dukungan dari atasan, rekan, tenaga kesehatan serta dukungan dari keluarga. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain tersebut diukur dari:

35 13 a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (Knowledge). b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (Attitude). c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi yang diberikan (Practice). [11][12] 3. Faktor Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. [13] b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

36 14 antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Analisis (Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan. 4) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.

37 15 5) Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada. [11] c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : 1) Umur Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

38 16 2) Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. 3) Paparan Media Massa Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki. 4) Sosial Ekonomi (Pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin

39 17 mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas. 5) Hubungan Sosial Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah. 6) Pengalaman Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi. [11] d. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0. [11] Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian

40 18 dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut: ᴾ = 100% Keterangan : ᴾ ƒ = persentasi = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti 100% = bilangan genap. [14] 4. Faktor Sikap a. Pengertian Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus / objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. [13]

41 19 b. Tingkatan Sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (Receiving) Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. 2) Merespon (Responding) Merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. 3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai. 4) Bertanggungjawab (Responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. [13] c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap 1) Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

42 20 2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3) Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu - individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4) Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6) Faktor Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

43 21 penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. [11] d. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataanpernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala Likert. [17] Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan peneliti suatu skala psikomtoorik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert mempunya realibilitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan skala Thurstone untuk jumlah item yang sama. Masing - masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing - masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point (SS=sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju). Semua item yang favorable (baik) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable (tidak baik) nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang

44 22 sangat tidak setuju nilainya 5. Sedangkan skala Thurstone hanya membuka dua alternatif saja. [15] Langkah-langkah pengukuran sikap menggunakan skala Likert yaitu : 1) Rekap frekuensi setiap item 2) Buat tabel bobot nilai 3) Buat tabel presentase nilai 4) Dari data frekuensi setiap item kemudian setiap poin jawaban dikalikan dengan bobot yang sudah ditentukan dengan tabel bobot nilai. Kemudian dicari total skornya. 5) Lakukan intepretasi dengan terlebih dahulu mencari skor tertinggi (Y) dan skor terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus : Y=skor tertinggi Likert x jumlah responden X=skor terendah Likert x jumlah responden 6) Intepretasikan menggunakan rumus indeks % Rumus Indeks % = Total Skor / Y x 100 7) Dari hasil penghitungan tersebut lakukan penilaian dengan tabel presentase nilai. [16] C. Standar Etika dan Peran Profesi Tenaga Koder 1. Standar Etika Koding a. Menerapkan akurasi, kelengkapan, dan konsistensi dalam mengkode. b. Kebutuhan untuk laporan statistik medis.

45 23 c. Hanya melaporkan kode dan data yang jelas dan konsisten rekam medis dan kode data setnya. d. Klasifikasi penyakit atau tindakan. e. Menolak untuk mengubah kode. f. Menolak untuk berpartisipasi atau mendukung kode untuk : 1) Meningkatkan pembayaran. 2) Memenuhi syarat klaim polis asuransi. g. Memfasilitasi kolaborasi interdisipliner untuk ketepatan kode. h. Memajukan pengetahuan kode melalui diklat. i. Menolak untuk berpartisipasi atau menyembunyikan etis kode atau praktek abstraksi dan prosedur. j. Melindungi kerahasiaan rekam medis dan menolak akses informasi kesehatan. k. Berperilaku professional menjunjung etis kode. [8] 2. Peran Profesi Rekam Medis sebagai Tenaga Koder a. Partisipasi aktif dalam persiapan penetapan kode klinis. b. Pengkodean penyakit dan prosedur merupakan komponen penting dari casemix. c. Pemahaman terhadap kualitas kode akan berdampak pada sistem pelaporan yang baik. d. Kualitas kode sesuai diagnosis yang telah ditetapkan akan mempunyai dampak sistem pembayaran yang sesuai dengan ketentuan (mengurangi variasi perawatan dan meningkatkan kualitas dan efisiensi). e. Kesalahan kode berdampak pada biaya klaim yang tinggi.

46 24 f. Evaluasi penggunaan kode untuk klaim. [8] D. Sistem Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Berbasis ICD 1. Pengertian Kalsifikasi Penyakit Klasifikasi penyakit adalah sistem kategori tempat jenis penyakit dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Terdapat dua jenis utama klasifikasi : a. Kelompok pertama mencakup data yang berhubungan dengan diagnosis dan status kesehatan, dan diperoleh langsung dari ICD baik melalui pemadatan atau pengembangan daftar tabulasi. b. Kelompok klasifikasi kedua mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang umumnya berada diluar diagnosis resmi kondisi sekarang, disamping klasifikasi lain yang berhubungan dengan asuhan kesehatan. Kelompok ini mencakup klasifikasi cacat, prosedur medis dan bedah, dan alasan untuk berhubungan dengan penyedia layanan kesehatan. [17] 2. ICD Dasar ICD dasar adalah daftar kategori 3-karakter, yang dapat dibagi atas 10 sub kategori dengan menggunakan 4-karakter. Revisi 10 menggunakan kode alfa-numerik dengan sebuah huruf pada posisi pertama dan sebuah angka pada posisi ke-2, ke-3, dan ke-4. Karakter ke-4 didahului oleh sebuah titik desimal. Jadi nomor kode yang mungkin ada berkisar dari A00.0 sampai Z99.9. [17]

47 25 3. Volume-volume ICD ICD-10 terdiri dari tiga volume, yaitu Volume 1 (klasifikasiklasifikasi utama), Volume 2 (cara penggunaan), dan Volume 3 (indeks alfabet). Hampir seluruh isi Volume 1 berisi klasifikasi utama, yaitu daftar kategori 3-karakter dan subkatageri 4-karakter. Daftar tabulasi 4-karakter dibagi atas 22 Bab. Volume 1 juga berisi hal-hal berikut. a. Morfologi neoplasma, merupakan kode tambahan untuk kode tumor yang terdapat pada Bab II yang hanya mengkode sifat dan tempat tumor. Kode morfologi sama dengan yang dipakai pada adaptasi khusus ICD untuk Oncologi (ICD-O). b. Daftar Tabulasi Khusus, menekankan satu kondisi tertentu dan mengelompokkan kondisi lainnya, karena daftar 4-karakter dan 3- karakter terlalu panjang untuk tabel statistik. c. Definisi-definisi, yang telah diadopsi WHA (World health Assembly) untuk memudahkan perbandingan data internasional. d. Regulasi Nomenklatur, menjelaskan tanggungjawab anggota WHO mengenai klasifikasi penyakit dan penyebab mortalitas, dan cara pengumpulan dan publikasi statistik. [17] 4. Bab-bab ICD Tabel 2.1 Bab-bab dalam ICD Bab Kode Deskripsi I A00-B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu II C00-D48 Neoplasma III D50-D89 Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan kelainan tertentu yang melibatkan sistem imun IV E00-E90 Penyakit endokrin, gizi dan metabolic V F00-F99 Mental and behavioural disorders VI G00-G99 Penyakit system syaraf VII H00-H59 Penyakit mata dan adnexa

48 26 Bab Kode Deskripsi VIII H60-H95 Penyakit telinga dan prosesus mastoideus IX I00-I99 Penyakit sistem sirkulasi X J00-J99 Penyakit sistem pernafasan XI K00-K93 Penyakit sistem pencernaan XII L00-L99 Penyakit kulit dan jaringan subkutis XIII M00-M99 Penyakit system musculoskeleton dan jaringan ikat XIV N00-N99 Penyakit sistem genitourinarius XV O00-O99 Kehamilan, melahirkan, dan nifas XVI Poo-P96 Kondisi tertentu yang berawal pada masa perinatal XVII Q00-Q99 Malformasi, deformasi, dan kelainan kromosom kongenital XVIII R00-R99 Gejala, tanda, dan penemuan klinis dan laboratoris abnormal, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain XIX S00-T98 Cedera, keracunan, dan akibat lain tertentu dari penyebab eksternal XX V01-Y98 Penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas XXI Z00-Z99 Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan kesehatan XXII U00-U99 Kode untuk tujuan khusus 5. Cara Menggunakan ICD a. Cara Menggunakan Volume 1 1) Pendahuluan Volume 1 berisi klasifikasi berdasarkan kategori diagnosis, yang memudahkan pencarian dan penghitungan statistik. 2) Penggunaan Daftar Inklusi dan Sub Kategori 4-karakter a) Inclusion Terms Di dalam rubrik 3- dan 4-karakter biasanya tertulis sejumlah diagnosis di samping diagnosis utama. Mereka dikenal sebagai inclusion terms (istilah yang dilibatkan), yaitu contoh-contoh diagnosis yang diklasifikasikan pada rubrik tersebut. Mereka bisa merupakan sinonim atau kondisi yang berbeda dari diagnosis, tapi bukan sub

49 27 klasifikasinya. Inclusion terms dibuat untuk pedoman isi rubrik. Banyak diantara item yang tertulis disitu berhubungan dengan istilah penting atau umum yang ada di dalam rubrik. item lainnya adalah kondisi perbatasan (borderline) yang diberikan untuk memperjelas batas antara satu sub kategori dari su bkategori lain. Deskripsi diagnostik umum yang berlaku untuk suatu kelompok kategori, atau semua sub kategori yang berada di dalam kategori 3-karakter, terdapat di dalam catatan berjudul includes yang langsung mengikuti judul suatu bab, blok, atau kategori. b) Exclusion Terms Rubrik tertentu berisi daftar kondisi yang didahului oleh kata-kata excludes atau kecuali. Semua ini adalah terus yang sebenarnya diklasifikasikan di tempat lain, walaupun judulnya memberi kesan bahwa mereka diklasifikasikan disana. Pengecualian umum untuk sekelompok kategori atau semua sub kategori di dalam suatu kategori 3- karakter terdapat pada catatan yang berjudul excludes yang mengikuti judul suatu bab, blok, atau kategori. c) Uraian Takarir Sebagai tambahan pada inclusion and exclusion terms, dimana takarir digunakan karena terminology yang sangat bervariasi, terutama antara berbagai negara, dan nama

50 28 yang sama bisa saja telah dipakai untuk menjelaskan kondisi yang agak berbeda. 3) Dua Kode untuk Kondisi Tertentu a) Sistem Dagger dan Asterisk Sistem ini digunakan untuk kode diagnosis penyakit umum sebagai dasar masalah, dan kode manifestasinya pada situs anatomis tertentu yang merupakan masalah tersendiri pula. Kode primer penyakit dasar ditandai oleh dagger ( ), dan kode untuk manifestasinya ditandai dengan asterisk (*). Kesepakatan ini dilakukan karena kode penyakit dasar saja sering tidak memuaskan dalam pengolahan statistik penyakit tertentu, sementara manifestasinya perlu diklasifikasi pada bab lain karena merupakan alasan untuk mencari asuhan medis. Kode dagger harus selalu digunakan, sedangkan asterisk digunakan sebagai tambahan. b) Pengkodean Kembar Lainnya Selain sistem dagger dan asterisk, terdapat situasi yang memungkinkan dua kode ICD dipakai. Catatan pada daftar tabulasi, Use additional code, if desired menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus salah satunya pada kasus neoplasma. i. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II bisa ditambah dengan kode yang

51 29 sesuai dari bab IV untuk menunjukkan aktivitas fungsionalnya. ii. Untuk neoplasma, kode morfologi Volume 1 (hal ) bisa ditambahkan untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut. 4) Konvensi yang Digunakan pada Daftar Tabel a) Parenthesis ( ) i. Untuk mengurung kata-kata tambahan, yang mengikuti diagnosis tanpa mempengaruhi nomor kode. ii. Untuk mengurung kode yang tempat rujukan term eksklusi. iii. Pada judul blok, untuk kode 3-karakter dari kategori yang ada pada blok tersebut. iv. Untuk kode dagger di dalam kategori asterisk, atau kode asterisk yang mengikuti dagger. b) Square Brackets [ ] i. Untuk mengurung sinonim, kata-kata alternatif atau frase penjelasan. ii. iii. Untuk merujuk pada catatan sebelumnya. Untuk rujukan ke sub kategori 4-karakter yang telah c) Colon : disebutkan sebelumnya yang berlaku untuk sekelompok kategori.

52 30 Titik dua ini digunakan dalam urutan term inklusi dan eksklusi disaat kata-kata yang mendahuluinya bukan merupakan term lengkap untuk rubrik tersebut. Mereka memerlukan satu atau lebih kata tambahan yang diurutkan di bawahnya supaya mereka bisa berperan di dalam rubrik tersebut. d) Brace (kurawal) Brace dipakai pada daftar inklusi dan eksklusi untuk menunjukkan bahwa kata-kata yang mendahului atau mengikutinya bukan term yang lengkap. Setiap term sebelum kurawal harus dilengkapi oleh term yang mengikutinya. e) NOS NOS adalah singkatan Not Otherwise Specified, yang berarti tidak dijelaskan. f) NEC Not Elsewhere Classified, kata-kata tidak diklasifikasikan di tempat lain ini pada kategori 3-karakter, meningkatkan bahwa varian tertentu kondisi tersebut bisa muncul di bagian lain klasifikasi. g) And pada Judul Dan bsa berarti dan/atau. h) Point Dash.-

53 31 Kadang-kadang karakter ke-4 digantikan oleh dash atau strip datar, yang menunjukkan bahwa karakter tersebut harus dicari di dalam kategori yang sesuai alphabet. [17] b. Cara Menggunakan Volume 3 Volume 3 (Indeks Alfabet) dibagi atas bagian-bagian sebagai berikut : 1) Section I, Indeks alphabet penyakit dan bentuk cedera, berisi semua istilah yang bisa diklasifikasikan pada Bab I-XIX (A00- T98) dan XXI (Z00-Z99), dengan pengecualian obat-obatan dan zat kimiawi penyebab keracunan atau efek lain yang tidak diinginkan. 2) Section II, Penyebab luar cedera, berisi indeks penyebab mortalitas dan morbiditas yang berasal dari luar. 3) Section III, Tabel Obat dan Zat Kimiawi, berisi indeks obat dan zat kimia yang menyebabkan keracunan dan efek lain yang tidak diinginkan. Struktur volume 3 yaitu, indeks alfabet berisi lead term yang diletakkan pada bagian paling kiri, dengan kata-kata lain ( modifier atau qualifier ) pada berbagai level indentasi di bawahnya. Pada section I, modifier yang berindentasi (dimajukan ke kanan) ini biasanya berupa jenis, tempat, atau kondisi yang mempengaruhi kode. Pada section II mereka menunjukkan berbagai jenis kecelakaan atau kejadian, kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis. [17]

54 32 6. Tujuan Penggunaan ICD Bertujuan untuk memudahkan pencatatan data mortalitas dan morbiditas, serta analisis, interpretasi, dan pembandingan sistematis data tersebut antara berbagai wilayah dan jangka waktu. ICD dipakai untuk mengubah diagnosis penyakit dan masalah kesehatan lain menjadi kode alfa-numerik, sehingga penyimpanan, pengambilan, dan analisis data dapat dilakukan dengan mudah. [17] 7. Pedoman Penggunaan ICD Pedoman sederhana dalam menggunakan ICD untuk menentukan kode diagnosis atau masalah terkait kesehatan yaitu sebagai berikut. a. Tentukan jenis kondisi, lalu rujuk ke section yang sesuai pada indeks alfabet. b. Tentukan lokasi lead term. c. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat dibawah lead term. d. Baca semua term yang berindentasi di bawah lead term. e. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang see dan see also di dalam indeks. f. Kembali kedaftar tabulasi (volume I) untuk memastikan nomor kode yang dipilih. g. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode, judul bab, blok, dan kategori. h. Tentukan kode. [17]

55 33 E. ICD Spesialis Oncology 1. Adaptasi Spesialis Neoplasma Edisi kedua International Classification of Diseases for Oncology (ICD-O), diterbitkan oleh WHO tahun 1990, dimaksudkan untuk penggunaan di tempat pencatatan kanker, bagian patologi, dan bagian lain yang mengkhususkan diri pada kanker. ICD-O merupakan klasifikasi beraksis kembar dengan sistem pengkodean untuk topografi dan morfologi. Kode topografi menggunakan untuk hampir semua neoplasma, kategori-kategori 3- dan 4-karakter yang digunakan pada ICD-10 untuk neoplasma ganas (C00-C80). Jadi kode ICD-O memberikan kespesifikan yang lebih besar mengenai situs neoplama tidak-ganas dibandingkan dengan ICD-10. Kode morfologi terdiri dari 5 digit diawali M, empat digit pertama mengidentifikasikan sifat neoplasma (struktur dan jenis jaringan), sedangkan digit ke lima menunjukkan perilaku neoplasma tersebut (ganas, in situ, jinak, dll). Kode morfologi ICD-O juga terdapat pada volume 1 ICD-10 dan ditambahkan pada entry yang sesuai pada volume 3. Tabel-tabel tersedia untuk perubahan kode ICD-O edisi kedua ke ICD Blok Kategori Neopalsma Bab-bab dibagi atas bok-blok kategori 3-karakter yang homogen. Pada Bab II, sumbu pertama adalah sifat neoplasma, dan sumbu kedua berdasarkan tempat anatomisnya. C00-C97 Malignant neoplasms D00-D09 In situ neoplasms

56 34 D10-D36 Benign neoplasms D37-D48 Neoplasms of uncertain or unknown behavior [17] F. Neoplasma 1. Pengertian Neoplasma Neoplasia didefinisikan sebagai perkembangan massa jaringan abnormal yang tidak responsif terhadap mekanisme kontrol pertumbuhan normal. Neoplasma adalah suatu kelompok atau rumpun sel neoplastic. Istilah ini biasanya sinonim dengan tumor. Istilah neplasma benigna mengacu pada sel-sel neoplastic yang tidak menginvasi jaringan sekitar dan tidak bermetastasis. Metastasis didefinisikan sebagai kemampuan sel kanker untuk menyusup dan membangun pertumbuhan pada area tubuh lain yang jauh dari asalnya. Istilah neoplasma maligna mengacu pada sel-sel neoplastic yang tumbuh dengan menginvasi jaringan sekitar dan mempunyai kemampuan untuk bermetastasis pada jaringan reseptif. Semua neoplasma maligna diklasifikasikan sebagai kanker dan kemudian digambarkan sesuai dengan asal jaringannya. Suatu tumor bisa benigna atau maligna. [18] 2. Perangai Neoplasma Ketika mengkode neoplasma sangat penting menggunakan volume 1 dan 3 bersama-sama untuk mengidentifikasi pemilihan kode yang benar. Tiga hal yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah :

57 35 1. Lokasi tumor (menunjukkan lokasi sel tumor berada, terindeks pada C00-D48 ) 2. Sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi, menunjukkan struktur dan jenis sel atau jaringan di bawah mikroskop contoh sel squamosa) 3. Perilaku tumor (/0 jinak, /1 tidak jelas, /2 in situ, /3 ganas primer, /6 ganas sekunder, /9 malignant, tidak jelas apakah primer atau metastatic) Perilaku mungkin dikode menggunakan kode morfologi. Keterangan mengenai hal ini ditunjukkan dibawah ini : D10-D36 /0 neoplasma jinak / benign D37-D48 /1 neoplasma yang sifatnya tidak jelas dan tidak diketahui perilakunya/ uncertain / unknown behavior, borderline malignancy, low malignant potensial D00-D07 /2 neoplasma in situ, intraepithelial, nonilfiltrating, noninvasive C00-C75 /3 neoplasma ganas dinyatakan atau diduga menjadi lesi primer / malignant, primary site C76-C80 /6 neoplasma ganas, dinyatakan atau diduga menjadi lesi sekunder./ malignant, metastatic site, secondary site Morfologi menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan.

58 36 Morfologi digambarkan dengan sistem pengkodean tambahan yang dijumpai pada ICD-10. Perilaku mengidentifikasi bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas (primer atau sekunder), in situ, tidak jelas, atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi. Kadang-kadang indeks ICD-10 mengindikasikan perilaku dari neoplasma tetapi, pada pengkodean jinak klinisi mengesampingkan perilaku tumor yang diperkirakan maka pada kasus itu, kodelah sesuai dokumen yang dibuat klinisi. Contoh : Adenoma biasanya jinak, jika pada dokumen ditulis ganas, kodelah kasus itu sebagai adenoma ganas. Kode perilaku dirubah dari /0 menjadi /3 yang menunjukkan ganas primer. Tabel neoplasma dimasukan pada volume 3 dan termasuk kode pada Bab II untuk letak tumor secara anatomi. Untuk setiap lokasi, ada 5 kemungkinan nomer kode menurut perilaku tumor. Jika diagnosis yang dikode tidak menggambarkan perilaku tumor, anda harus memperhatikan deskripsi morfologi pada indeks untuk panduan bagaimana tumor seharusnya dikode. Ingin memakai kode untuk tumor ganas primer atau tumor ganas sekunder, tergantung pada diagnosis. [7] 3. Langkah Pengkodean Neoplasma Langkah menentukan kode lokasi dan morfologi neoplasma yang tepat : a. Carilah istilah kunci di Indeks Alphabet. b. Tentukan kode morfologi yang diberikan.

59 37 c. Periksa kode morfologi pada Tabel Morfologi Neoplasma di Volume 1. d. Carilah pada Tabel Morfologi Neoplasma di Volume 3. Gunakan daftar alphabet dari lokasi anatomis untuk mendapatkan entri lokasi. e. Temukan kode pada kolom tumor sesuai perangai. f. Periksa ulang pilihan kode pada Volume 1 dari ICD-10. Cek apakah terdapat catatan-catatan eksklusi yang relevan. g. Kode didapatkan. [7]

60 38 G. Kerangka Teori Faktor Pemudah : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Pendidikan 4. Kepercayaan 5. Keyakinan 6. Nilai-nilai Faktor Pemungkin : 1. Lingkungan 2. Keterjangkauan sumber daya 3. Ketersediaan sarana-prasarana 4. Kebijakan pemerintah 5. Keterampilan petugas Faktor Penguat : 1. Atasan 2. Keluarga 3. Rekan 4. Tenaga kesehatan Praktek penentuan kode neoplasma dengan ICD-10 Faktor Pengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Paparan media massa 4. Sosial ekonomi 5. Pendapatan 6. Hubungan sosial 7. Pengalaman Faktor Sikap : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting 3. Kebudayaan 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan & agama 6. Faktor emosional Gambar 2.1 : Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Lawrence W Green & M W Kreuter, 1991 dan S Notoatmodjo, 2003

61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karakteristik Tenaga Rekam Medis : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Lama Kerja 4. Pendidikan Terakhir 5. Pelatihan Pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 Sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 Gambar 3.1 : Kerangka Konsep B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik, pengetahuan, dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD- 10 dengan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus. C. Variabel Penelitian 1. Karakteristik tenaga rekam medis 2. Pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 39

62 40 3. Sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD- 10 D. Definisi Operasional Tabel 3.1 : Definisi Operasional No. Variabel Penelitian Definisi operasional 1 Karakteristik tenaga rekam medis Ciri-ciri yang melekat pada diri tenaga rekam medis terdiri dari umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan diketahui dari hasil wawancara 2 Pengetahuan tenaga rekam medis menggunakan kuesioner. Pemahaman tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner 3 Sikap tenaga koder Respon tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga rekam medis RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 60 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu mengambil keseluruhan total populasi sebagai sampel sebanyak 60 orang petugas rekam medis, dengan kriteria inklusi yaitu ; lama kerja 1 tahun, pendidikan D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, bersedia menjadi responden, dan tidak sedang cuti.

63 41 F. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Diperoleh secara langsung dari hasil wawancara kepada tenaga rekam medis untuk mengetahui karakteristik, pengetahuan, dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. b. Data Sekunder Diperoleh dari hasil observasi terhadap profil rumah sakit dan laporan. 2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data primer, data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara. Sedangkan untuk data sekundernya yaitu melakukan observasi terhadap buku profil rumah sakit dan laporan. 3. Instrument Penelitian Berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan pengetahuan tentang ICD dasar, neoplasma, dan kode neoplasma serta pertanyaan sikap tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. G. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah, kemudian disusun dalam tatanan yang baik dan rapi. Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah : 1. Editing Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian dilakukan koreksi dan diteliti kembali.

64 42 2. Scoring Yaitu pemberian skor atau nilai untuk setiap jawaban yang diberikan oleh responden. 3. Tabulating Yaitu melakukan pengolahan data yang diperoleh dengan memasukkan data kedalam tabel dan grafik untuk memudahkan proses analisis. H. Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis secara diskriptif kualitatif untuk menjelaskan dan meggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan tersebut dibandingkan dengan teori dan ditarik kesimpulan.

65 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Sejarah RSUD Tugurejo Lahan penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adhyatma, MPH. Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo merupakan Rumah Sakit kelas B pendidikan milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di Semarang bagian barat dengan kapasitas tempat tidur yang beroperasional saat ini 323 tempat tidur. Luas tanah m 2, luas bangunan m 2 terdiri dari gedung rawat jalan, gedung IGD, 8 bangsal perawatan, kamar bedah, kamar bersalin, bangunan penunjang, kantor, auditorium dan wisma. a. Tahun 1952 : Bagian dari Dinas Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa Tengah. b. Tahun 1968 : Menjadi Rumah Sakit Kusta Tugurejo c. September 1993 : Merupakan Rumah Sakit Kusta (khusus) milik Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah dengan Eselon IV A. d. 5 Juli 1996 : Terbit Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 743/Menkes/Sk/VI 1/1996 tentang penetapan kelas Rumah Sakit Kusta Tugurejo Semarang menjadi setara dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. 43

66 44 e. 13 Januari 1999 : Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1999 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Propinsi Jawa Tengah. f. 26 Desember 2000 : Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 1810/Menkes-Kesos/SK/XI 1/2000 tentang Perubahan Status Rumah Sakit Khusus menjadi Rumah Sakit Umum. g. 28 Januari 2003 : Terakreditasi dengan status akreditasi penuh tingkat dasar sertifikat YM h. 19 Nopember 2003 : Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 1600/MENKES/SK/XI/2003 tentang Peningkatan Kelas B Non pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. i. 16 Maret 2007 : Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo telah Tersertifikasi ISO 9001 : 2000 untuk manajemen mutu, yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap (Amarylis 1), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Pelayanan Rekam Medis dan penunjang pelayanan lainnya. j. 6 Februari 2008 : Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Terakreditasi dengan status penuh tingkat lengkap (16 bidang pelayanan) dengan sertifikat No /111/359/08, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, K3, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi di

67 45 Rumah Sakit, Perinatal ResikoTinggi, Pelayanan Rekam Medis, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif, Pelayanan Darah. k. 07Juni2008 : Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah. l. 29 Juli 2008 : Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo menjadi RS model akreditasi untuk 5 pelayanan yaitu administrasi manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, Rekam Medik dengan sertifikat No. HK.03.05/111/2689/08. m. 1 Januari 2009 : RSUD Tugurejo ditetapkan menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah penuh berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 059/78/2008 Tanggal 21 Oktober 2008 tentang penetapan status pengelolaan keuangan BLUD RSUD Tugurejo Semarang. n. 16 Maret 2010 : Tersertifikasi ISO 9001:2008 untuk manajemen mutu, yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap (Amarylis 1), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Pelayanan Rekam Medis, dan penunjang pelayanan lainnya. o. 17 Maret 2011 : Terakreditasi penuh tingkat lengkap (16 bidang pelayanan) yang ke-2 p. 9 Agustus 2012 : Penghargaan Citra Bhakti Kinerja Pelayanan Publik tingkat Provinsi Jawa Tengah Hingga saat ini terakreditasi KARS dengan predikat paripurna dan sebagai Rumah Sakit B Pendidikan. Lokasi RSUD Tugurejo sangat

68 46 strategis, berada di bagian barat kota Semarang berjarak 15 km dari pusat kota Semarang tepatnya di Jalan Raya Tugurejo, yang merupakan jalur utama pantura. Rumah Sakit Tugurejo dikelilingi oleh perumahan penduduk yang padat serta lingkungan industri yang potensial, seperti kawasan industri Candi dan kawasan industri Gunamekar. 2. Visi, Misi, dan Motto RSUD Tugurejo a. Visi Rumah Sakit Prima, Mandiri dan Terdepan di Jawa Tengah b. Misi 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia 2) Meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka menunjang pelayanan medis dan memberikan kenyamanan kepada pasien, keluarga pasien dan karyawan 3) Meningkatkan program pengembangan mutu pelayanan medis dan non medis secara berkesinambungan 4) Mewujudkan kemandirian, efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas pengelola keuangan 5) Menjadi pusat pendidikan kedokteran dan kesehatan lain, serta penelitian dan pengembangan bidang kesehatan 6) Mengembangkan pelayanan unggulan c. Motto Kesembuhan dan Kepuasan Anda Adalah Kebahagiaan Kami

69 47 3. Struktur Organisasi RSUD Tugurejo Gambar 4.1 : Struktur Organisasi RSUD Tugurejo

70 48 B. Gambaran Instalasi Rekam Medis 1. Visi, Misi, dan Tujuan IRM a. Visi Terwujudnya penyelenggaraan dokumen rekam medis dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan medis yang berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang berlaku dengan pendekatan manusiawi dan dapat dijangkau sehingga memuaskan semua pihak yang terkait. b. Misi Menyelenggarakan pelayanan dokumen rekam medis dan pelaporan hasil pelayanan medis secara professional dan bermutu. c. Tujuan Menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit.

71 49 2. Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis Gambar 4.2 : Struktur Organisasi IRM RSUD Tugurejo

72 50 C. Hasil Penelitian Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data sekunder dengan melihat laporan data kepegawaian Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo tahun 2016.Sedangkan data primer menggunakan metode wawancara dengan kuesioner. 1. Karakteristik Tenaga Rekam Medis Berdasarkan penelitian bulan Juni terkait karakteristik tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo tahun 2016 diketahui dari jumlah populasi sebanyak 60 orang hanya 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian lama kerja 1 tahun, pendidikan D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK), bersedia menjadi responden, dan tidak sedang cuti. Diketahui hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Tugurejo, Tahun 2016 No. Karakteristik Responden % 1 Umur : a tahun 3 30% b tahun 2 20% c tahun 5 50% 2 Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3 Lama Kerja : a. 2 4 b. 5 7 c d Pendidikan Terakhir : a. D3 RMIK b. D3 RMIK S1 Kesehatan Masyarakat 5 Pelatihan Koding : a. Ya b. Tidak Sumber : Data Primer, % 60% 40% 20% 10% 30% 80% 20% 70% 30%

73 51 Berdasarkan tabel karakteristik diatas diketahui, karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas (50%) tahun, berdasarkan jenis kelamin mayoritas (60%) perempuan, berdasarkan lama kerja mayoritas (40%) 2 4 tahun, berdasarkan pendidikan mayoritas (80%) D3 RMIK, sedangkan berdasarkan pelatihan koding mayoritas (70%) mengikuti pelatihan. 2. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma Sesuai Kaidah ICD-10 Berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner pada aspek pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016, diketahui hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.2 : Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo, Tahun 2016 No Pernyataan. 1 Apa kepanjangan dari ICD-10? a. International Statistical Classification of Disesases and Related Health Problems, 10 th Revision* b. International Classification of Diseases, 10 th Revision c. International Classification of Procedures, 10 th Revision d. Tidak tahu 2 Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan kode penyakit adalah menentukan lead term. Apa arti dari istilah tersebut? a. Istilah awalan b. Istilah akhiran c. Istilah induk atau kunci* d. Tidak tahu 3 Dalam suatu kategori pada ICD-10 volume 1 terdapat istilah excludes. Apa arti dari istilah tersebut? a. Sejumlah istilah diagnosis lainnya sebagai tambahan terhadap kategori tersebut b. Istilah-istilah yang dikode di tempat lainnya, tidak dikode dalam kategori tersebut* c. Tidak diklasifikasikan di tempat lain Jawaban % % 10% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 20% 80% 0%

74 52 No. Jawaban Pernyataan % d. Tidak tahu 0 0% Buku apa yang digunakan untuk membantu menentukan kode penyakit? 4. ICD-10 cm Ya* / Tidak 5. ICD-9 cm Ya / Tidak* 6. Kamus bahasa inggris Ya* / Tidak 7. kamus kedokteran Ya* / Tidak Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk menetapkan kode penyakit? 8 Langkah pertama menentukan jenis kondisi, lalu rujuk ke section yang sesuai pada indeks alphabet Ya* / Tidak 9 Langkah ke 2 menentukan lokasi lead term 10 Langkah ke 3 membaca dan mempedomani semua catatan yang terdapat dibawah lead term 11 Langkah ke 4 membaca semua term yang berindentasi di bawah lead term 12 Langkah ke 5 mengikuti dengan hatihati setiap rujukan silang see dan see also di dalam indeks 13 Langkah ke 6 kembali kedaftar tabulasi (volume I) untuk memastikan nomor kode yang dipilih 14 Langkah ke 7 mempedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode, judul bab, blok, dan kategori 15 Apa itu neoplasma? a. Massa jaringan tumbuh normal b. Massa jaringan tumbuh abnormal* c. Massa jaringan d. Tidak tahu Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak 16 Bab berapakah dalam ICD-10 yang berisi tentang neoplasma? a. Bab I b. Bab II* c. Bab III d. Tidak tahu Apa saja yang harus diperhatikan dalam menentukan kode neoplasma? 17. Lokasi tumor Ya* / Tidak 18. Sifat tumor Ya* / Tidak 19. Perangai tumor Ya* / Tidak 20 Hasil pemeriksaan penunjang apakah yang harus diperhatikan sebelum menentukan kode neoplasma? a. Hasil uji Patologi Anatomi* b. Hasil EKG c. Hasil laboratorium urin d. Tidak tahu 21 Apa itu kode morfologi? a. Kode yang menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah Ya Ya Ya Ya 80% 20% 90% 90% Ya 100% 100% 100% 100% 100% 90% 100% 0% 100% 0% 0% 0% 30% 10% 60% Ya 100% 100% 80% 100% 0% 0% 0% 9 90%

75 53 No. Pernyataan mikroskop* b. Kode yang menggambarkan lokasi seperti hasil anamnesa c. Kode yang menggambarkan jangka perkembangan massa jaringan neoplasma d. Tidak tahu 22 Apa simbol dari kode morfologi? a. C b. D c. M* d. Tidak tahu 23 Terdiri dari berapa digit kode morfologi tanpa simbol diawal? a. 4 digit b. 5 digit* c. 6 digit d. Tidak tahu 24 Digit berapa yang menunjukkan sifat neoplasma? a. Digit ke 1-4* b. Digit ke 5 c. Digit ke 6 d. Tidak tahu 25 Menunjukkan apakah digit terakhir pada kode morfologi? a. Lokasi tumor b. Perangai tumor* c. Jumlah massa tumor d. Tidak tahu 26 Apa saja perangai neoplasma pada ICD-10? a. Malignant primary & secondary, in situ, benign, uncertain or unknown behavior* b. Malignant primary & secondary, benign, in situ c. Malignant, uncertain or unknown behavior d. Tidak tahu 27 Dalam kode neoplasma terdapat istilah metastatic. Apa arti istilah tersebut? a. Letak primer b. Menyebar ke tempat lain* c. Berdiri sendiri d. Tidak tahu 28 Apa arti istilah overlapping pada kode neoplasma? a. Tumpang tindih* b. Meluas c. Menyatu d. Tidak tahu Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam menetapkan kode neoplasma? 29 Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan kode neoplasma setelah membaca diagnosis dokter adalah dengan melihat hasil PA (Patologi Anatomi) terlebih dahulu sebelum menentukan lead term Ya* / Tidak 30 Langkah ke 2 adalah mencari lead Ya* / Tidak Jawaban % Ya % 10% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 80% 20% 0% 10% 40% 50% 0% 0% 90% 0% 10% 90% 0% 0% 10% 0% 100% 0% 0% 40% 20% 10% 30% Ya 100% 100%

76 54 No. Pernyataan term pada ICD-10 alphabetical index 31 Langkah ke 3 adalah menentukan kode morfologi sesuai hasil PA pada ICD-10 volume 3 32 Langkah ke 4 adalah memperhatikan semua catatan dan term yang berindentasi dibawah lead term 33 Langkah ke 5 adalah mengikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang see dan see also didalam indeks 34 Langkah ke 6 adalah mencari pada tabel morfologi neoplasma di volume 3, menggunakan daftar alphabetik dari lokasi anatomis untuk mendapatkan kode lokasi 35 Langkah ke 7 adalah menemukan kode pada kolom neoplasma sesuai perangai neoplasma 36 Langkah ke 8 adalah setelah menemukan kode morfologi dan lokasi, selanjutnya melakukan cross check pada ICD-10 tabular list 37 Langkah ke 9 adalah mempedomani setiap inclusion and exclusion term dibawah kode, judul blok, dan kategori pada ICD-10 volume 1 38 Langkah ke 10 adalah melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan -5 di ICD-10 volume 1 39 Apa arti perangai neoplasma /6? a. Neoplasma in situ b. Neoplasma ganas primer c. Neoplasma ganas sekunder* d. Tidak tahu Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak Ya* / Tidak 40 Pada rentang blok manakah yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or unknown behavior? a. C00-C97 b. D37-D48* c. D10-D36 d. Tidak tahu Sumber : Data Primer, 2016 Jawaban % % 100% 100% 90% 100% 90% 90% 80% 30% 0% 50% 20% 0% 30% 0% 70% Keterangan : simbol * jawaban yang seharusnya benar.

77 Skor Pengetahuan 55 Tabel 4.3 : Statistik Jawaban tentang Pengetahuan yang Tergolong Benar N Valid 40 Missing 0 Mean (Rata-rata) 8.45 Median (Nilai tengah) 9.00 Mode (Nilai sering muncul) 10 Minimum (Nilai minimal) 1 Maximum (Nilai maksimal) 10 Skoring pengetahuan responden tiap pertanyaan diketahui rata-rata jawaban tentang pengetahuan yang tergolong benar yaitu 8,45 (84,5%). Gafik 4.1 : Prosentase Jawaban tentang Pengetahuan yang Tergolong Benar 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Nomor Pertanyaan Berdasarkan grafik diatas diketahui, terdapat 11 (sebelas) hal yang menunjukkan jawaban responden dibawah rata-rata jawaban tentang pengetahuan yang tergolong benar. Namun terdapat 6 (enam) hal yang menunjukkan jawaban benar responden paling rendah, yaitu mengenai tidak dapat membedakan antara buku yang digunakan untuk menentukan kode penyakit dengan kode tindakan (80% responden), bab

78 56 dalam ICD-10 berisi tentang neoplasma (50% responden), digit kode morfologi yang menunjukkan sifat neoplasma (90% responden), arti istilah overlapping (60% respoden), arti digit perangai kode neoplasma (50% responden), dan rentang blok yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or unknown behavior (70% responden). Maka mayoritas responden memiliki pengetahuan tergolong tidak baik mengenai hal-hal tersebut. Tabel 4.4 : Statistik Skor Pengetahuan Jawaban Benar Masing-masig Responden N Valid 10 Missing 0 Mean (Rata-rata) Median (Nilai tengah) Mode (Nilai sering muncul) 35 a Tabel 4.5 : Rekapitulasi Pengetahuan Masing-masing Responden Valid Diatas rata-rata (Baik) Dibawah rata-rata (Kurang Baik) Frequency Percent Total Berdasarkan tabel diatas diketahui, 70% responden memiliki pengetahuan di atas rata-rata, 30% dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan mayoritas pengetahuan responden tentang koding neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 tergolong baik.

79 57 1) Berdasarkan Umur Grafik 4.2 : Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Umur Rata-rata tahun tahun tahun Rata-rata Berdasarkan grafik diatas diketahui, responden umur tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding umur yang lain. 2) Berdasarkan Jenis Kelamin Grafik 4.3 : Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Jenis Kelamin Rata-rata L P Rata-rata Berdasarkan grafik diatas diketahui, responden laki-laki memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding perempuan.

80 58 3) Berdasarkan Lama Kerja Grafik 4.4 : Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Lama Kerja Rata-rata 2-4 tahun 5-7 tahun 8-10 tahun tahun Rata-rata Berdasarkan grafik diatas diketahui, responden dengan lama kerja 8-10 tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding responden dengan lama kerja yang lain. 4) Berdasarkan Pendidikan Grafik 4.5 : Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Pendidikan 36.0 Rata-rata Rata-rata 32.0 D3 D3 -> S1 Berdasarkan grafik diatas diketahui, responden berpendidikan D3 RMIK melanjutkan S1 Kesehatan Masyarakat memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding yang hanya berpendidikan D3 RMIK.

81 59 5) Berdasarkan Pelatihan Grafik 4.6 : Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Pelatihan Ya Rata-rata Tidak Rata-rata Berdasarkan grafik diatas diketahui, responden yang mengikuti pelatihan memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding yang tidak mengikuti pelatihan. 3. Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 Berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner pada aspek sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016, diketahui hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.6 : Distribusi Sikap Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo, Tahun 2016 N o. 1 Pernyataan Neoplasma bisa bersifat jinak maupun ganas. Sehingga neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun Jawaban Setuju Ragu ragu Tidak Setuju % % % 5 50% 1 10% 4 40%*

82 60 N o Jawaban Pernyataan Setuju Ragu ragu Tidak Setuju % % % kanker begitu pula kodenya. Dalam menentukan kode neoplasma hanya perhatikan lokasinya saja tanpa perhatikan 0 0% 0 0% %* sifat dan perilaku tumor. Salah satu kekhususan kode neoplasma adalah adanya kode letak dan kode morfologi. Morfologi adalah penerang sifat dan perangai %* 0 0% 0 0% tumor. Maka perlu dilakukan pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma. Bila tidak ada kode morfologi, maka kode neoplasma tergolong tidak 6 60%* 3 30% 1 10% tepat. Kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif. Namun ketiadaanya akan berdampak pada data 7 70%* 2 20% 1 10% registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit. Pelaporan yang baik adalah pelaporan yang salah satunya memenuhi aspek kelengkapan. Tanpa adanya kode morfologi, pelaporan kode neoplasma sudah 2 20% 2 20% 6 60%* dianggap lengkap karena sudah mencantumkan kode letak sebagai penentu tarif. C00-D48 merupakan rentang blok pada tabular list yang berlaku untuk kode neoplasma, termasuk untuk 1 10% 3 30% 6 60%* pasien kemotherapy kasus neoplasma berlaku blok tersebut. ICD-O (Oncology) memiliki spesifikasi yang lebih besar mengenai situs neoplasma tidak 9 90%* 1 10% 0 0% ganas dibandingkan dengan ICD- 10. Dalam menetapkan kode penyakit termasuk neoplasma hanya didasarkan pengaruh tarif saja tidak harus sesuai kaidah ICD-10, aspek 2 20% 0 0% 8 80%* akurasi, kelengkapan, dan ketepatan kode. Sumber : Data Primer, 2016 *Keterangan : simbol * jawaban yang seharusnya benar

83 61 Berdasarkan tabel diatas diketahui, mayoritas responden setuju bahwa neoplasma bisa bersifat jinak maupun ganas sehingga neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun kanker begitu pula kodenya, bila tidak ada kode morfologi maka kode neoplasma tergolong tidak tepat, kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif namun berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit, dan ICD-O (Oncology) memiliki spesifikasi yang lebih besar mengenai situs neoplasma tidak ganas dibanding ICD-10, sedangkan seluruh responden setuju bahwa salah satu kekhususan kode neoplasma adalah adanya kode letak dan kode morfologi, dan perlu dilakukan pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma. Mayoritas responden tidak setuju bahwa, dalam menentukan kode neoplasma hanya perhatikan lokasinya saja dan dalam menetapkan kode penyakit termasuk neoplasma hanya didasarkan pengaruh tarif saja tanpa sesuai kaidah ICD-10, aspek akurasi, kelengkapan, dan ketepatan kode. Tabel 4.7 : Statistik Jawaban tentang Sikap yang Tergolong Mendukung N Valid 9 Missing 0 Mean (Rata-rata) Median (Nilai tengah) Mode (Nilai sering muncul) 25 a Minimum (Nilai minimal) 19 Maximum (Nilai maksimal) 30 Skoring sikap responden tiap pernyataan diketahui rata-rata jawaban tentang sikap yang tergolong mendukung yaitu 26 atau 87%.

84 Skor Sikap 62 Grafik 4.7 : Prosentase Jawaban tentang Sikap yang Tergolong Mendukung 120% 100% 80% 60% 40% Skor 20% 0% Nomor Pernyataan Berdasarkan grafik diatas diketahui, terdapat 4 (empat) hal yang menunjukkan sikap responden dibawah rata-rata jawaban tentang sikap yang tergolong mendukung. Yaitu beranggapan bahwa neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun kanker begitu pula kodenya. bila tidak ada kode morfologi maka kode neoplasma tetap tergolong tepat, tanpa adanya kode morfologi pelaporan kode neoplasma sudah dianggap lengkap, dan C00-D48 merupakan blok kode yang berlaku juga untuk pasien kemotherapy kasus neoplasma. Maka mayoritas responden tidak mendukung mengenai hal-hal tersebut. Tabel 4.8 : Statistik Skor Sikap Jawaban Mendukung Masing-masing Responden N Valid 10 Missing 0 Mean (Rata-rata) Median (Nilai tengah) Mode (Nilai sering muncul) 22 Minimum (Nilai minimal) 18 Maximum (Nilai maksimal) 27

85 63 Tabel 4.9 : Rekapitulasi Sikap Masing-masing Responden Valid Diatas rata-rata (Mendukung) Dibawah rata-rata (Tidak Mendukung) Frequency Percent Total Berdasarkan tabel diatas diketahui, sikap responden di RSUD Tugurejo tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 tergolong antara mendukung ataupun tidak mendukung memiliki bobot seimbang. 4. Hasil Wawancara Kepala Instalasi Rekam Medis a. Adakah protap/sop/kebijakan khusus yang mengatur mengenai penetapan kode penyakit kasus neoplasma? Jawaban : Tidak ada. Adanya koding secara umum. b. Mengapa kode morfologi tidak ditetapkan di RSUD Tugurejo Semarang? Jawaban : Kurang lebih 1 bulan terakhir ini dilakukan pemberian kode morfologi, hanya saja kolom penulisannya belum tersedia di dokumen rekam medis sehingga koder menulisnya dibawah kode diagnosis utama pada formulir resume keluar. Selain itu sistem pada komputer untuk masukan data koding yang digunakan belum memuat masukan data kode morfologi begiitu pula sistem pada BPJS. Jadi RSUD Tugurejo belum bisa dianggap sudah menerapkan kode morfologi.

86 64 c. Adakah kendala - kendala yang menjadi penyebab tidak dilaksanakannya pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma di RSUD Tugurejo? Jawaban : Kendalanya antara lain sistemnya belum ada, kode morfologi tidak tertarik pada data entrian komputer sehingga tidak dikode, pada entrian kode INA CBG s juga tidak ada, dan terkait pembiayaan rumah sakit kode morfologi tidak berpengaruh (tanpa kode morfologi klaim sudah lolos). 5. Hasil Wawancara Tenaga Koder Umum dan BPJS a. Apa saja sarana-prasarana yang tersedia dalam membantu penetapan kode penyakit di RSUD Tugurejo? Jawaban : 1) Umum : Unit komputer, yang memuat sistem entrian dan koding, memuat ICD-10 elektronik, ICD-9 berupa PDF, buku ICD-O, PMK (Peraturan Menteri Kesehatan), kamus kedokteran Harvard University, dan berkas DRM. 2) BPJS : ICD-10 elektronik tahun 2005, ICD-9 cm PDF, kamus kedokteran. b. Apakah sarana prasarana yang tersedia sudah dirasa lengkap untuk membantu penetapan kode penyakit khususnya kasus neoplasma? Jawaban : 1) Umum : Sudah lengkap. ICD-O sudah ada tapi hanya untuk merujuk referensi saja.

87 65 2) BPJS : Sudah lengkap, biasanya kalau diperlukan ICD-O bisa melalui online. c. Bagian mana saja yang terkait dalam menunjang akurasi penentuan kode kasus neoplasma di RSUD Tugurejo ini?lalu adakah hambatan dengan bagian-bagian yang terkait tersebut selama menentukan kode kasus neoplasma? Jawaban : 1) Umum : Dokter, Laborat pemeriksaan penunjang (PA). hambatannya sebagian besar tulisan Dokter rusak. 2) BPJS : Tim koding, Dokter oncology, bagian keuangan, BPJS, keperawatan, laborat. Hambatannya dengan Dokter terkadang bahasa diagnosannya berubah lebih ke istilah, lalu terkait bagian laboratorium hasil laborat PA biasannya telat 7 harian. d. Dari kode yang dituliskan koder apakah sudah menggambarkan informasi yang lengkap terkait gambaran kasus neoplasma yang diderita pasien? Jawaban : 1) Umum : Belum, karena informasi untuk sifat dan perangainya belum ada. 2) BPJS : Belum, karena kode morfologi yang dibutuhkan untuk kelengkapan informasinya belum ada, sehingga perlu bagian PDE sistem RSUD Tugurejo untuk melakukan instalasi sistem dan desain formulir baru kasus neoplasma terkait kolom penulisan kode morfologi.

88 66 6. Hasil Wawancara Petugas Analising Reporting a. Bagaimana pemanfaatan RL 4a dan RL 4b kasus neoplasma di RSUD Tugurejo? Jawaban : Ada beberapa yaitu untuk kebutuhan SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) online, untuk penelitian mahasiswa, permintaan data oncology untuk mengetahui berapa banyak kasusnya, dan untuk data registrasi kanker terkait pemetaan kasus di wilayah. b. Apakah butir informasi yang ada pada RL 4a dan 4b yang sekaligus sebagai indeks elektronik pada penyakit neoplasma sudah menggambarkan secara lengkap mengenai kasus neoplasma yang diderita pasien? Jawaban : Belum lengkap, oleh karenanya kode morfologi sangat dibutuhkan sehingga perlu penyesuaian petugas dan kebijakan RS untuk pemberlakuan kode morfologi.l

89 BAB V PEMBAHASAN D. Karakteristik Tenaga Rekam Medis Dalam organisasi sumber daya manusia merupakan bagian terpenting, yaitu orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka terhadap organisasi agar suatu organisasi tetap terjaga eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian. [19] Pada penelitian ini terkait pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016, peneliti menggunakan karakteristik tenaga rekam medis terdiri dari; umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari populasi sebanyak 60 orang, 10 orang diantaranya memenuhi kriteria inklusi lama kerja 1 tahun, pendidikan D3 RMIK, bersedia menjadi responden, dan tidak sedang cuti. Sehingga yang memenuhi syarat sebagai responden atau sampel penelitian sebanyak 10 orang tenaga rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden, tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016 memiliki karakteristik yang berbeda. Kriteria umur dapat dibedakan menjadi ; masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa awal (26-35 tahun), masa dewasa 67

90 68 akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), dan masa manula (65-sampai atas). [20] Pegawai yang berusia lebih tua cenderung lebih mempunyai rasa keterikatan atau komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang berusia muda sehingga meningkatkan loyalitas mereka pada organisasi. [21] Semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap organisasi, hal ini disebabkan karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia. [22] Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi. Pegawai yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya relatif masih sedikit. [23] Tetapi pegawai yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggungjawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan pegawai yang lebih tua. [24] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur diperoleh prosentase tertinggi (50%) pada umur tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo terdiri dari usia dewasa awal hingga dewasa akhir, sehingga memiliki komitmen lebih tinggi terhadap organisasi, lebih matang dalam berfikir, bertindak, loyalitas yang tinggi, lebih disiplin, dan bertanggungjawab. Jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. [25] Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau

91 69 kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria. [22] Pada umumnya wanita menghadapi tantangan lebih besar dalam mencapai karirnya, sehingga komitmennya lebih tinggi. Hal ini disebabkan pegawai wanita merasa bahwa tanggungjawab rumah tangganya ada di tangan suami mereka, sehingga gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi bukanlah sesuatu yang sangat penting bagi dirinya. [21] Wanita cenderung memiliki komitmen terhadap organisasi lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Wanita pada umumnya harus mengatasi lebih banyak rintangan dalam mencapai posisi mereka dalam organisasi sehingga keanggotaan dalam organisasi menjadi lebih penting bagi mereka. [26] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh prosentase tertinggi (60%) jenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo terdiri dari tenaga perempuan yang dianggap memiliki komitmen, rasa patuh, dan ketelitian lebih tinggi, namun dianggap pula memiliki kemangkiran tinggi sehingga perlu diimbangi tenaga laki-laki agar terbentuk suasana agresif untuk tercapai suksesnya organisasi IRM RSUD Tugurejo. Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. l27] Makin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil petugas tersebut. Sehingga memberi peluang orang tersebut untuk meningkatkan prestasi

92 70 serta beradaptasi dengan lingkungan dimana dia berada. [28] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan lama kerja diperoleh prosentase tertinggi (30%) rentang 2 4 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis sudah lebih dari 1 tahun berkerja, sehingga memiliki keterampilan dan kualitas kerja yang baik, karena sudah cukup pengalaman dan bekal kerja di RSUD Tugurejo. Pendidikan merupakan totalitas interaksi manusia untuk pengembangan manusia seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses yang terus-menerus yang senantiasa berkembang. Peserta didik merupakan masukan, setelah mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan yaitu sumber daya dari kurikulum yang ada, menghasilakan keluaran berupa kemampuan tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku termasuk didalamnya pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya. [29] Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. [11] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh prosentase tertinggi (80%) pendidikan terakhir D3 RMIK. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki kualitas pengetahuan tentang rekam medis dan informasi kesehatan dengan baik karena sudah mendapatkan bekal pembelajaran pokok dari bidang ilmu

93 71 rekam medis dan informasi kesehatan untuk diterapkan pada dunia kerja.sehingga dapat menguasai 7 kompetensi standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan sehingga lebih memiliki peluang prestasi kerja. Pelatihan (training) merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatakna tujuan-tujuan organisasional. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang spesifik terkait pekerjaan. Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan bagi para karyawan keahlian - keahlian khusus atau membantu mereka mengoreksi kelemahan - kelemahan dalam kinerja mereka. [30] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pelatihan koding diperoleh prosentase tertinggi adalah (70%) responden yang mengikuti pelatihan koding. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo sudah banyak terbekali ilmu khusus tentang klasifikasi dan kodefikasi penyakit, sehingga tenaga rekam medis memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai bidang ilmu tersebut. E. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia. [13] Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya ; umur, pendidikan, paparan medis massa, sosial

94 72 ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman. [11] Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang hendak diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 sedangkan salah diberi nilai 0. [11] Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus : P = 100%. [14] Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penilain pengetahuan yang sama dengan teori, hanya saja intepretasi dilakukan dengan menghitung total skor pengetahuan selanjutnya dilakukan rata-rata total skor kemudian dikategorikan menjadi baik (diatas rata-rata) dan kurang baik (dibawah rata-rata). Berdasarkan hasil kuesioner dan prosentase jawaban tentang pengetahuan yang tergolong benar mengenai kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 diketahui, dari 40 hal pertanyaan pengetahuan terdapat 29 (72,5%) hal diketahui dengan baik mayoritas responden, yaitu mengenai kepanjangan ICD-10, arti istilah leadterm, penggunaan buku kamus bahasa inggris dan kamus kedokteran dalam membantu menentukan kode penyakit, langkah-langkah menentukan kode penyakit, pengertian neoplasma, perlunya memperhatikan lokasi dan sifat tumor dalam menentukan kode neoplasma, pemeriksaan penunjang yang diperhatikan sebelum menentukan kode neoplasma, pengertian morfologi, simbol kode morfologi, arti digit terakhir pada kode morfologi, macam-macam perangai neoplasma pada ICD-10, arti istilah metastatic, dan langkah-langkah dalam menentukan kode neoplasma kecuali pada langkah

95 73 terakhir yaitu melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan ke-5 di ICD-10 volume 1. Dikarenakan responden masih melakukan atau menjumpainya didunia kerja, pernah mendapatkan pembelajaran maupun pelatihan dan masih diketahui hingga sekarang. Terdapat 11 (27,5%) hal yang kurang diketahui mayoritas responden, terdiri dari 5 (12,5%) hal tidak begitu dominan salah dan 6 (15%) sangat dominan salah. Hal yang tidak begitu dominan salah yaitu, sebanyak 20% responden tidak mengetahui tentang arti istilah excludes, penggunaan buku ICD-10 dalam menentukan kode penyakit, perlunya memperhatikan perangai dalam mengkode neoplasma, jumlah digit kode morfologi, dan langkah terakhir dalam menentukan kode yaitu melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan ke-5 di ICD-10 volume 1. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki pengetahuan tergolong kurang baik mengenai hal-hal tersebut. Dikarenakan responden jarang melakukannya didunia kerja, pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan sepenuhnya sesuai kaidah ICD-10, jarang mendapati kasus tersebut, lupa akan pembelajaran yang pernah didapatkan selama perkuliahan, dari 7 responden yang mengikuti pelatihan koding hanya 3 yang mengikuti pelatihan kode neoplasma, alat bantu yang digunakan responden dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan di RSUD Tugurejo menggunakan ICD elektronik dan PDF sehingga responden tidak terlalu memperhatikan isi dari buku tersebut dan kurang sadar kaidah yang diberlakukan di buku ICD khususnya mengenai langkah-langkah menetapkan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, serta belum adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada

96 74 neoplasma. Sehingga dapat berdampak pada ketidakakuratan kode penyakit kasus neoplasma yang ditetapkan, selain itu jika hal ini berkelanjutan dapat mengurangi kualitas SDM. Sedangkan 6 (15%) dominan salah yaitu, mengenai tidak dapat membedakan antara buku yang digunakan untuk menentukan kode penyakit dengan yang untuk kode tindakan (80% responden), bab dalam ICD-10 yang berisi tentang neoplasma (70% responden), digit kode morfologi yang menunjukkan sifat neoplasma (90% responden), arti istilah overlapping (60% responden), arti digit perangai kode morfologi neoplasma (50% responden), dan rentang blok yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or unknown behavior (70% responden). Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki pengetahuan tergolong tidak baik mengenai hal-hal tersebut. Dikarenakan responden jarang melakukannya didunia kerja, pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan belum sepenuhnya sesuai kaidah ICD-10, jarang mendapati kasus tersebut, lupa akan pembelajaran yang pernah didapatkan selama perkuliahan, dari 7 responden yang mengikuti pelatihan koding hanya 3 yang mengikuti pelatihan kode neoplasma, alat bantu yang digunakan responden dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan di RSUD Tugurejo menggunakan ICD elektronik dan PDF sehingga responden tidak terlalu memperhatikan isi dari buku tersebut dan kurang sadar kaidah yang diberlakukan di buku ICD khususnya mengenai langkah-langkah menetapkan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, serta belum adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada neoplasma. Sehingga tenaga rekam medis perlu diberikan pelatihan mengenai ICD dasar, istilah-istilah dalam

97 75 ICD-10, buku yang digunakan untuk membantu menentukan kode penyakit, langkah-langkah yang benar dalam menentukan kode penyakit, bab dalam ICD-10, hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan kode neoplasma, kode morfologi, bagian dan arti dari digit kode morfologi, macam perangai neoplasma, istilah overlapping, langkah-langkah yang benar dalam menentukan kode neoplasma, arti perangai, dan rentang blok neoplasma. Sehingga dampaknya kemungkinan besar angka ketidakakuratan kode yang ditetapkan tinggi dan hal ini berakibat fatal jika tidak segera diambil langkah solusi yang tepat karena dapat merugikan institusi baik dari segi finansial maupun kualitas. Skor pengetahuan jawaban benar masing-masing responden diketahui, dari 10 responden 70% responden memiliki pengetahuan di atas rata-rata sedangkan 30% dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo tahun 2016 memiliki pengetahuan tergolong baik mengenai kode neoplasma sesuai kaidah ICD- 10. Dikarenakan hanya sebagian tenaga rekam medis yang mengikuti pelatihan koding neoplasma, tidak semua tenaga rekam medisnya pernah ditempatkan dibagian koding, bagi tenaga koder pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan saat ini belum sepenuhnya sesuai kaidah ICD- 10, sebagian besar mengatakan mengalami kesulitan dalam menjawab soal pada kuesioner pengetahuan, responden selain tenaga koder mengeluhkan sudah lupa materi mengenai koding neoplasma karena sudah tidak pernah dipelajari lagi, serta tidak adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada neoplasma. Sehingga berdampak pada kualitas SDM maupun hasil kerjanya yang kurang.

98 76 1. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Umur Semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknis, dan tingkat kedewasaan psikologisnya yang menunjukkan kematangan jiwa, dalam arti semakin bijaksana mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain, yang berarti dapat meningkatkan kinerja seseorang. [31] Berdasarkan hasil pengamatan diketahui rentang umur responden terdiri dari; tahun dengan rata-rata pengetahuan 33,3, rentang umur tahun dengan rata-rata pengetahuan 34, dan rentang umur tahun dengan rata-rata pengetahuan 34. Hal ini menunjukkan berdasarkan umur responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 dengan rentang umur tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD0-10 lebih baik dibanding responden rentang umur lainnya. Diperkirakan tenaga rekam medis pada umur tahun memiliki pemikiran yang lebih matang, bijaksana, lebih terkendali emosinya, dan mampu bertoleransi dengan baik sehingga memliki kemampuan berfikir yang lebih baik pula tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Jenis Kelamin Tidak ada perbedaan produktifitas kerja antara tenaga laki-laki dan perempuan. [32] Namun secara psikologis perempuan lebih bersedia untuk mematuhi wewenang sementara laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada perempuan dalam memiliki harapan untuk sukses. [33]

99 77 Berdasarkan hasil pengamatan diketahui responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki rata-rata pengetahuan lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini menunjukkan berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki di RSUD Tugurejo tahun 2016 memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD- 10 lebih baik dibanding perempuan. Diperkirakan tenaga rekam medis laki-laki di RSUD Tugurejo memiliki harapan sukses yang lebih tinggi daripada perempuan. Namun jenis kelamin tidak bisa sebagai faktor tingkat pengetahuan, akan tetapi karena jumlah tenaga rekam medis dominan perempuan, maka perlu diperhatikan formasinya. 3. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Lama Kerja Makin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil petugas tersebut. Biasanya seseorang sudah masa kerja pada bidang tugasnya makin mudah ia memahami tugas dan tanggungjawabnya, sehingga memberi peluang orang tersebut untuk meningkatkan prestasi serta beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada. [28] Berdasarkan hasil pengamatan diketahui rentang lama kerja responden antara lain ; 2-4 tahun memiliki rata-rata pengetahuan 34, 5-7 tahun dengan rata-rata pengetahuan 35, 8-10 tahun dengan rata-rata pengetahuan 36, dan tahun dengan rata-rata pengetahuan 30,5. Hal ini menunjukkan berdasarkan lama kerja responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 rentang lama kerja 8-10 tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 paling baik dibanding rentang lama kerja lainnya. Diperkirakan pada rentang lama kerja 8-10 tahun seorang tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo sudah

100 78 sangat mapan masa kerja sehingga mendapati lebih banyak pengalaman terutama dibagian koding indeksing, lebih banyak mendapati atau mengulangi aktifitas pemberian kode neoplasma, dan lebih banyak menerima materi tentang kode neoplasma, makin mudah dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, sehingga lebih terampil dalam mengkode neoplasma dengan benar dan kinerjanya lebih berkualitas. 4. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Demikian pula tingkat pendidikan tenaga rekam medis dapat mempengaruhi kinerja yang bersangkutan. Tenaga rekam medis yang berpendidikan tinggi, kinerjanya akan lebih baik dan diharapkan dapat memberi sumbangsihnya berupa saran-saran yang bermanfaat terhadap manajemen rekam medis dalam rangka meningkatkan kinerja perekam medis. [34] Berdasarkan hasil pengamatan diketahui pendidikan terakhir responden D3 RMIK dengan rata-rata pengetahuan 33,4, dan D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas dengan rata-rata pengetahuan 35,5. Hal ini menunjukkan berdasarkan pendidikan responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 yang berpendidikan D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas memiliki pengetahuan lebih baik dibanding yang hanya berpendidikan D3 RMIK. Diperkirakan pendidikan terakhir D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas memperoleh kesempatan menerima pembelajaran materi lebih banyak dan lebih sering mempelajari materi-materi yang pernah didapat, memiliki semangat berpengetahuan yang lebih tinggi, sehingga

101 79 diharapkan lulusan pendidikan terakhir S1 KesMas dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat demi meningkatkan kualitas kerja perekam medis yang lain, dan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi diperlukan tenaga rekam medis pendidikan terakhir D3 RMIK untuk menunjang kualitas kinerjanya. 5. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Pelatihan Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. [35] Berdasarkan hasil pengamatan yang mengikuti pelatihan memiliki rata-rata pengetahuan 34,5 sedangkan yang tidak mengikuti pelatihan memiliki rata-rata pengetahuan 32. Hal ini menunjukkan berdasarkan pelatihan responden di RSUD Tugrejo tahun 2016 yang mengikuti pelatihan memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding yang tidak mengikuti pelatihan. Dikarenakan tenaga rekam medis yang mengikuti pelatihan lebih banyak memperoleh materi dan pembelajaran tentang kode neoplasma. Oleh karena itu pelatihan koding sangat penting bagi tenaga rekam medis untuk meningkatkan kualitas diri dan institusi. F. Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus / objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

102 80 yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. [13] Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap diantaranya ; pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. [11] Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan - pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala Likert. [17] Masing - masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing - masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point (SS=sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju). Semua item yang favorable (baik) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable (tidak baik) nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. [15] Langkah-langkah pengukuran sikap menggunakan skala Likert perlu dilakukan rekap frekuensi setiap item, buat tabel bobot nilai, buat tabel presentase nilai, setiap poin jawaban dikalikan dengan bobot yang sudah ditentukan dengan tabel bobot nilai. Kemudian dicari total skornya, lakukan intepretasi dengan terlebih dahulu mencari skor tertinggi (Y) dan skor terendah (X) untuk item penilaian, intepretasikan menggunakan rumus indeks %. Dari hasil penghitungan tersebut lakukan penilaian dengan tabel presentase nilai. [16] Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode yang sama dengan Likert hanya saja

103 81 agreement atau disagreement untuk masing - masing item dalam skala terdiri dari 3 point (S=setuju, R=ragu-ragu, TS=tidak setuju,). Semua item yang favorable (baik) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk setuju nilainya 3, ragu-ragu nilainya 2, tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable (tidak baik) nilai skala sangat adalah 1, raguragu nilainya 2, dan tidak setuju nilainya 3. Selanjutnya intepretasi dilakukan dengan menghitung total skor pengetahuan, dihitung nilai rata-rata total skor kemudian dikategorikan menjadi sikap mendukung (skor diatas rata-rata) dan sikap tidak mendukung (skor dibawah rata-rata). Berdasarkan hasil kuesioner dan prosentase jawaban tentang sikap yang tergolong mendukung mengenai kode neoplasma sesuai kaidah ICD- 10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 diketahui, dari 9 (Sembilan) pernyataan sikap terdapat 5 (lima) atau 55,6% hal yang didukung mayoritas responden, dengan beranggapan bahwa dalam menentukan kode neoplasma tidak hanya perhatikan lokasinya saja tanpa perhatikan sifat dan perilaku tumor, salah satu kekhususan kode neoplasma adalah adanya kode letak dan kode morfologi dimana morfologi adalah penerang sifat dan perangai tumor maka perlu dilakukan pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma, ICD-O (Oncology) memiliki spesifikasi yang lebih besar mengenai situs neoplasma tidak ganas dibandingkan dengan ICD-10, kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif namun ketiadaanya akan berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit, dan dalam menetapkan kode penyakit termasuk neoplasma tidak hanya didasarkan pengaruh tarif saja tetapi juga harus sesuai kaidah ICD-10, aspek akurasi, kelengkapan, dan ketepatan kode.

104 82 Terdapat 4 (empat) atau 44,5% hal yang kurang didukung mayoritas responden, terdiri dari 3 (tiga) atau 33,4% hal tidak begitu dominan tidak didukung dan 1 (satu) atau 11,2% dominan tidak didukung. Hal yang tidak begitu dominan tidak didukung yaitu karena 60% responden beranggapan bahwa bila tidak ada kode morfologi maka kode neoplasma tergolong tepat, pelaporan yang baik adalah pelaporan yang salah satunya memenuhi aspek kelengkapan, dimana tanpa adanya kode morfologi pelaporan kode neoplasma sudah dianggap lengkap karena sudah mencantumkan kode letak sebagai penentu tarif, dan C00-D48 merupakan rentang blok pada tabular list yang berlaku untuk kode kemotherapy kasus neoplasma. Namun karena prosentase yang mendukung dan tidak memiliki selisih angka yang tipis sehingga perlu diadakan pelatihan mengenai pentingnya kode morfologi untuk aspek ketepatan kode pada kasus neoplasma, mengenai kriteria pelaporan yang memenuhi aspek kelengkapan informasi pada neoplasma, dan pelatihan mengenai blok kode tabular list yang tepat untuk bagi pasien kontrol kasus neoplasma. Sedangkan 1 (satu) atau 11,2% hal dominan tidak didukung yaitu dengan beranggapan bahwa, neoplasma bisa bersifat jinak maupun ganas sehingga neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun kanker begitu pula kodenya. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo bersikap tidak sesuai dengan kaidah ICD-10. Karena tumor bisa bersifat jinak maupun ganas, sedangkan kanker sudah pasti ganas. Jika hal ini berkelanjutan akan berdampak pada ketidakakuratan informasi dan kode penyakit yang ditetapkan. Sehingga

105 83 perlu diadakan diskusi ataupun pelatihan mengenai kode neoplasma perbedaan kanker dan tumor. Skor sikap benar masing-masing responden tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 diketahui hasilnya, dari 10 responden 5 (50%) responden yang memiliki sikap mendukung dan 5 (50%) memiliki sikap tidak mendukung tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Hal ini menunjukkan tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo tahun 2016 memiliki sikap dengan bobot seimbang antara yang mendukung atau setuju dan tidak mendukung atau tidak setuju diberlakukanya kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Oleh karena itu perlu diadakan pelatihan, diskusi, sosialisasi mencapai persamaan persepsi mengenai kode neoplasma yang sesuai kaidah ICD-10 beserta aturan dan dampak yang diakibatkan. Karena jika SDM-nya sendiri memiliki sikap yang tidak mendukung maka dapat berakibat kurangnya kualitas hasil kerja rekam medisnya. G. Hasil Wawancara dengan Kepala IRM, Tenaga Koder Umum dan BPJS, dan Analising Reporting Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala IRM, koder umum dan BPJS, serta tenaga analising reporting diketahui, di RSUD Tugurejo belum terdapat protap/sop/kebijakan khusus yang mengatur mengenai penetapan kode penyakit kasus neoplasma, yang ada saat ini hanya langkah-langkah pemberian kode secara umum menggunakan sistem komputer (ICDelektronik). Hal ini dapat berdampak pada ketidakserasian tenaga rekam medis pada satu acuan institusi, tenaga rekam medis tidak memiliki pedoman kerja dalam menentukan kode neoplasma, serta resiko kesalahan

106 84 dalam menetapkan kode tinggi. Dimana kebijakan yang menjadi acuan tersebut semestinya memenuhi kaidah ICD-10. Untuk itu perlu dibuat protap/sop/kebijakan tentang penetapan kode neoplasma. Kurang lebih 1 bulan terakhir ini dilakukan pemberian kode morfologi namun masih belum sesuai dengan harapan, kolom penulisannya belum tersedia di DRM. Selain itu sistem pada komputer untuk entry (masukan) data koding yang digunakan belum memuat kode morfologi begitu pula sistem BPJS. Hal ini dapat berdampak kesulitan koder dalam menyajikan informasi kode morfologi pada formulir RM, infomasi pada RL, data registrasi kanker, dan indeks penyakit kurang lengkap, akurat, dan kurang informatif. Dari sisi pasien, gambaran kasus neoplasma yang diderita pasien belum lengkap karena informasi untuk sifat dan perangainya belum ada sehingga kode morfologi dibutuhkan untuk memenuhi aspek kelengkapan. Sehingga perlu bagian PDE sistem RSUD Tugurejo untuk melakukan instalasi sistem RS pada bagian inputan koding, berkesinambungan bagian pelaporan agar memuat masukan kode morfologi kasus neoplasma dan dapat menyajikan informasi yang informatif. sedangkan bagian assembling membuat desain ulang formulir resume keluar (RM 20) pada kolom penulisan kode. Kendala-kendala tidak dilaksanakannya pemberian kode morfologi antara lain sistem pada komputernya belum ada, kode morfologi tidak tertarik pada data entrian komputer, pada entrian kode INA CBG s juga tidak ada, dan terkait pembiayaan rumah sakit kode morfologi tidak berpengaruh dengan kata lain tanpa kode morfologi klaim sudah lolos, hal ini perlu diskusi lebih lanjut antara pihak rumah sakit, asuransi, dan bagian yang terkait pelaporan RS untuk mencapai persamaan persepsi pentingnya kode

107 85 morfologi pada kasus neoplasma agar kode yang ditetapkan sesuai kaidah ICD-10. Karena tanpa kode morfologi sama saja kode neoplasma dianggap tidak tepat. Sehingga berdampak seluruh kode neoplasma yang diberikan di RS memiliki kualitas yang buruk. Diketahui sarana-prasarana yang tersedia dalam membantu penetapan kode penyakit di RSUD Tugurejo terdiri dari, koding umum : unit komputer yang memuat sistem entri-an dan koding, memuat ICD-10 elektronik, ICD-9 berupa PDF, buku ICD-O, PMK (Peraturan Menteri Kesehatan), kamus kedokteran, dan berkas DRM sedangkan koding BPJS : ICD-10 elektronik tahun 2005, ICD-9 cm PDF, kamus kedokteran. Sarana prasarana tersebut menurut koder umum sudah dirasa lengkap untuk membantu penetapan kode penyakit, namun koder umum hanya enggunaan ICD-O untuk merujuk referensi saja, sedangkan koding BPJS tidak ada ICD- O dan jika diperlukan maka melalui online. Hal ini berdampak kurang akurat pada kode neoplasma perangai tidak jinak. Karena ICD-O memiliki tingkat spesifikasi lebih besar tentang situs neoplasma tidak ganas dibanding ICD- 10. Sedangkan ICD-10 yang digunakan koder adalah elektronik sehingga akan lebih sulit mengetahui kaidah-kaidah yang ada di ICD-10. Untuk itu perlu inventarisasi ICD-O baik di koder umum maupun BPJS. Dalam menunjang akurasi penentuan kode kasus neoplasma di RSUD Tugurejo, ada beberapa hambatan dengan bagian-bagian terkait selama menentukan kode neoplasma. Bagi koder umum mereka merasa terkait dengan dokter, laborat pemeriksaan penunjang (PA) dengan hambatan sebagian besar tulisan Dokter rusak, sedangkan hasil laborat PA telat. Bagi koder BPJS merasa terkait dengan tim koding, dokter oncology,

108 86 bagian keuangan, BPJS, keperawatan, dan laborat. Hambatan dengan dokter terkadang bahasa diagnosannya berubah lebih ke istilah, dengan bagian laboratorium hasil laborat PA telat 7 harian. Hal ini berdampak pada kurangnya tingkat akurasi kode neoplasma yang ditetapkan koder, karena hasil PA menunjukkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang terlihat di bawah mikroskop. Yang nantinya dijadikan pedoman menentukan kode morfologi dan kode letak neoplasma. Sedangkan terkait penulisan dokter jika penafsirannya salah dapat terjadi kekeliruan kode yang ditetapkan. Yang nantinya berdampak luas baik finansial RS, biaya pasien, akurasi pelaporan, maupun kualitas rekam medis. Untuk itu perlu diperlukan evaluasi lebih lanjut mengenai kendala-kendala tersebut. Bisa diadakan reward maupun punishment, dan sosialisasi persamaan persepsi antara koder, dokter, dan tenaga laboratorium. Diketahui pemanfaatan RL 4a dan RL 4b kasus neoplasma di RSUD Tugurejo ada beberapa yaitu ; untuk kebutuhan SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) online, penelitian mahasiswa, permintaan data oncology untuk mengetahui berapa banyak kasusnya, dan untuk data registrasi kanker terkait pemetaan kasus di wilayah. Namun butir informasi yang ada pada RL 4a dan 4b yang sekaligus sebagai indeks elektronik pada penyakit neoplasma belum menggambarkan secara lengkap mengenai kasus neoplasma yang diderita pasien, oleh karenanya kode morfologi sangat dibutuhkan sehingga diperlukan titik temu petugas dan kebijakan RS untuk pemberlakuan kode morfologi agar rumah sakit dapat memanfaatkan RL 4a dan RL 4b secara maksimal.

109 BAB VI PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Pada aspek karakteristik diketahui tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo secara mayoritas terdiri dari usia dewasa, berjenis kelamin perempuan, berpengalaman kerja 2-4 tahun, berpendidikan terakhir D3 RMIK, dan mengikuti pelatihan 2. Pada aspek pengetahuan diketahui, pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 sebagai berikut ; mayoritas responden mengetahui dengan baik tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, namun ada beberapa hal yang paling tidak diketahui yaitu tidak dapat membedakan antara buku yang digunakan untuk menentukan kode penyakit dengan yang untuk kode tindakan (80% responden), bab dalam ICD-10 yang berisi tentang neoplasma (70% responden), digit kode morfologi yang menunjukkan sifat neoplasma (90% responden), arti istilah overlapping (60% responden), arti digit perangai kode morfologi neoplasma (50%responden), dan rentang blok yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or unknown behavior (70% responden). Pengetahuan masingmasing responden diketahui mayoritas (70%) memiliki pengetahuan tergolong baik dan 30% kurang baik mengenai kode neoplasma sesuai 87

110 88 kaidah ICD-10. Pengetahuan berdasarkan karakteristik paling baik pada tenaga rekam medis umur tahun, tenaga rekam medis jenis kelamin laki-laki, tenega rekam medis lama kerja 8-10 tahun, tenaga rekam medis pendidikan D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas, dan yang mengikuti pelatihan. 3. Pada aspek sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 diketahui, mayoritas responden memiliki sikap mendukung tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, namun mayoritas responden memiliki sikap kurang mendukung dengan beranggapan bahwa bila tidak ada kode morfologi maka kode neoplasma tergolong tetap tepat, tanpa adanya kode morfologi pelaporan kode neoplasma sudah dianggap lengkap, blok C00- D48 berlaku untuk kode kemotherapy kasus neoplasma, dan mayoritas sikap responden paling tidak mendukung dengan beranggapan bahwa neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun kanker begitu pula kodenya. Sedangkan sikap masing-masing responden diketahui tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki bobot sikap seimbang antara mendukung dan tidak mendukung tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD Tidak dilaksanakannya pemberian kode morfologi di RSUD Tugurejo dikarenakan masih terkendala desain formulir dan sistem komputer yang belum sesuai, serta masalah keterkaitan tarif baik asuransi maupun umum.

111 89 B. SARAN 1. Perlu dilakukan evaluasi mengenai kebijakan penetapan kode neoplasma, dengan cara mengamati apakah informasi pelaporan terkait kode letak saja yang dihasilkan sudah memenuhi aspek kaidah ICD-10 dan aspek informatif suatu laporan atau belum. 2. Dibuat protap/sop/kebijakan khusus tentang kode neoplasma memuat kode morfologi agar sesuai kaidah ICD-10, dengan cara sebelumnya didiskusikan bersama oleh tenaga dokter, koder, asuransi, bagian pelaporan, dan pihak RS terkait administrasi. Setelah itu disosialisasikan kepada seluruh tenaga rekam medis terutama bagian koder umum maupun BPJS. 3. Diberikan pelatihan kepada tenaga rekam medis untuk meningkatkan pengetahuan dan agar mengambil sikap yang baik agar kode neoplasma yang ditetapkan akurat, lengkap, informatif, sesuai kaidah ICD-10, khususnya mengenai ICD dasar dan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 yang masih belum dikuasai dan paling fatal kesalahannya, antara lain tentang buku yang digunakan untuk membantu mengkode penyakit, bab ICD tentang neoplasma, digit yang menunjukkan sifat neoplasma, blok kode pada neoplasma, mengenai perbedaan kanker, tumor, neoplasma beserta kodenya. pentingnya kode morfologi untuk aspek ketepatan kode pada kasus neoplasma, kriteria pelaporan yang memenuhi aspek kelengkapan informasi pada neoplasma, dan blok kode tabular list yang tepat untuk bagi pasien kontrol kasus neoplasma.

112 90 4. Diberikan inventaris sarana prasarana koding yang lengkap terutama buku ICD-O disetiap bagian tenaga koder agar kode lebih akurat terutama pada kasus neplasma tidak jinak. 5. Tidak hanya ICD elektronik, tetapi tenaga koder juga perlu ditunjang penggunaan buku ICD manual (volume 1, 2, 3) agar memahami kaidahkaidah pengkodean dengan baik dan langkah-langkah mengkoding yang benar menggunakan sesuai pedoman pengkodingan penyakit dan tindakan. 6. Dilakukan instalasi sistem komputer rumah sakit untuk memuat masukan data kode morfologi, berkerjasama dengan bagian PDE, hasilnya disosialisasikan ke tenaga koder. 7. Dibuat desain formulir resume keluar baru yang memuat tempat penulisan kode morfologi, dan hasilnya disosialisasikan ke tenaga koder. 8. Karakteristik diperhitungkan juga dalam melakukan seleksi tenaga kerja rekam medis. 9. Diterapkan kode morfologi agar informasi yang dihasilkan lengkap, kode tepat, akurat, tercapai pemanfaatan Rl 4a RL 4b yang sekaligus sebagai indeks penyakit dengan maksimal, serta memenuhi aspek sesuai kaidah ICD Perlu dilakukan sosialisasi untuk menyamakan persepsi koder, dokter, tenaga bagian laporan pemeriksaan penunjang (laboran) dan kebijakan rumah sakit lainnya yang terkait penerapan kode morfologi dan yang menunjang akurasi kode pada kasus neoplasma.

113 DAFTAR PUSTAKA 1. Adikoesoemo, S. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Permenkes no 749a tahun 1989 SK Menkes 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis. 3. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat 1 & Permenkes no. 269/Menkes/Per/III/ PORMIKI. Laporan Hasil dan Keputusan Kongres II. Yogyakarta : PORMIKI Kepmenkes RI no. 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. 6. Sarimawar, S. Panduan Penentuan Kode Penyebab Kematian Menurut ICD- 10. Jakarta : Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan, DepKes RI. 7. Herliawati, F. Analisis Pengetahuan dan Sikap Petugas Rekam Medis tentang Penentuan Kode Penyakit dan INA CBG s di RSUD DR. H. Soewondo Kendal Tahun Jurnal, Fakultas Kesehatan UDINUS November : Purbandari, Hanan A. Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang sesuai dengan Kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang periode Triwulan I Tahun Jurnal, Fakultas Kesehatan UDINUS November : Huffman, E K. Health Information Management. USA : Brewyn. Illnois, Physicians Record Company

114 Brotowasisto. Dirjen Pelayanan Medik, Dep Kes RI. Peranan Rekam Medis dalam Mendukung Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Kaitan Rumah Sakit sebagai Swadana. Dalam Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres & Rakernas I-III PORMIKI. DIY : PORMIKI kerjasama Dewan Pimpinan Pusat & Dewan Pimpinan Daerah Propinsi. PORMIKI Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Green, Lawrence W & Kreuter, M W: Health Promotion Planing: An Educational and Environmental Approach 2 nd. Edition. Mountain New : Mayfield Publishing Company Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku Jakarta. Rineka Cipta Serbaguna, 2008 dalam Riyani, Dwi. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Praktik Ibu Balita Ke Posyandu di Dusun Sendang Delik Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun Akses 1 April WIB. 15. Wawan, A dan Dewi, M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Azwar, Syafudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sudra, Rano I. Materi Pokok Rekam Medis;1-6/ASIP4315/2 SKS/MODUL EDISI 2. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka Tambayong, Jan. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

115 Widjayanti, T B. Hubungan Antara Karakteristik Individu, Psikologi, dan Organisasi dengan Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Unit Rawat Inap RS. MH. Thamrin Purwakarta Tahun Tesis. FKM Universitas Indonesia TB WIDJAYANTI, KAR SAKIT academia.edu 20. DepKes RI. Kategori Umur Van, Dyne dan Graham J W. Organization Citizenship Behavior, Construct Redefination Measurement and Validation Academic Manajement Journal, 37 (4) pp Robbins. Perilaku Organisasi Jilid I. Edisi Kesembilan. Alih Bahasa : PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Nitisemito, Alex.Manajemen Personalia. Graha Indonesia Jakarta. Indonesia Siagian, Sondang P. Prof., Dr., MPA., Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 1, Cetakan ke 9, Aksara, Jakarta. 25. Hungu. Pengertian Jenis Kelamin Repository.usu.ac.id/bitstream/ /.../3/Chapter%20II.pdf by G Marbun Juni : 41WIB 26. Mowday, R.T, Porter, L. W, Steer. RM. Organozational Commitment, Job Satisfaction and Turnover Among Psychiatric Technican Journal of Applied Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) 28. Anderson. Performance Appraisal New Jersey : Prantice Hall. The Sutrisno, Edy Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.Kencana

116 Simamora, Henri Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPNieNotoatmodjo, S. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta, /06/ :00 WIB 31. Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara Jakarta Ilyas, Yaslis. Kinerja : Teori, penilaian dan penelitian. Cetakan ke 3. Depok ; Pusat kajian ekonomi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Robbins. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi kelima. (Terjemahan). Erlangga. Jakarta Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta; /06/2016 1:30 WIB

117 LAMPIRAN 1 1

118 2

119 LAMPIRAN 2 3

120 4

121 LAMPIRAN 3 5

122 6 No. Responden =... Tanggal Wawancara =.. KUISIONER ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Nama / Initial Name :. Umur :.. tahun Jenis Kelamin : L / P (coret yang salah) Pendidikan Terakhir :. Pengalaman Kerja di IRM :.. tahun Ikut Pelatihan tentang Koding : Ya kali. Jenis Pelaihan : dst Tidak

123 7 Berilah tanda silang (X) pada pilihan (a, b, c) yang menurut anda paling tepat dan coret pilihan Ya/Tidak yang salah, bisa lebih dari 1 pilihan! A. Pengetahuan 1. Apa kepanjangan dari ICD-10? e. International Statistical Classification of Disesases and Related Health Problems, 10 th Revision f. International Classification of Diseases, 10 th Revision g. International Classification of Procedures, 10 th Revision h. Tidak tahu 2. Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan kode penyakit adalah menentukan lead term. Apa arti dari istilah tersebut? e. Istilah awalan f. Istilah akhiran g. Istilah induk atau kunci h. Tidak tahu 3. Dalam suatu kategori pada ICD-10 volume 1 terdapat istilah excludes. Apa arti dari istilah tersebut? e. Sejumlah istilah diagnosis lainnya sebagai tambahan terhadap kategori tersebut f. Istilah-istilah yang dikode di tempat lainnya, tidak dikode dalam kategori tersebut g. Tidak diklasifikasikan di tempat lain h. Tidak tahu 4. Buku apa yang digunakan untuk membantu menentukan kode penyakit? a. ICD-10 cm Ya / Tidak b. ICD-9 cm Ya / Tidak c. Kamus bahasa inggris Ya / Tidak d. kamus kedokteran Ya / Tidak 5. Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk menetapkan kode penyakit? a Langkah pertama menentukan jenis kondisi, lalu rujuk Ya / Tidak ke section yang sesuai pada indeks alphabet b Langkah ke 2 menentukan lokasi lead term Ya / Tidak c Langkah ke 3 membaca dan mempedomani semua Ya / Tidak

124 8 catatan yang terdapat dibawah lead term D Langkah ke 4 membaca semua term yang Ya / Tidak berindentasi di bawah lead term E Langkah ke 5 mengikuti dengan hati-hati setiap Ya / Tidak rujukan silang see dan see also di dalam indeks F Langkah ke 6 kembali kedaftar tabulasi (volume I) Ya / Tidak untuk memastikan nomor kode yang dipilih G Langkah ke 7 mempedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode, judul bab, blok, dan kategori Ya / Tidak 6. Apa itu neoplasma? e. Massa jaringan tumbuh normal f. Massa jaringan tumbuh abnormal g. Massa jaringan h. Tidak tahu 7. Bab berapakah dalam ICD-10 yang berisi tentang neoplasma? e. Bab I f. Bab II g. Bab III h. Tidak tahu 8. Apa saja yang harus diperhatikan dalam menentukan kode neoplasma? a. Lokasi tumor Ya / Tidak b. Sifat tumor Ya / Tidak c. Perangai tumor Ya / Tidak 9. Hasil pemeriksaan penunjang apakah yang harus diperhatikan sebelum menentukan kode neoplasma? e. Hasil uji Patologi Anatomi f. Hasil EKG g. Hasil laboratorium urin h. Tidak tahu 10. Apa itu kode morfologi? e. Kode yang menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop f. Kode yang menggambarkan lokasi seperti hasil anamnesa

125 9 g. Kode yang menggambarkan jangka perkembangan massa jaringan neoplasma 11. Apa simbol dari kode morfologi? e. C f. D g. M h. Tidak tahu 12. Terdiri dari berapa digit kode morfologi tanpa simbol diawal? e. 4 digit f. 5 digit g. 6 digit h. Tidak tahu 13. Digit berapa yang menunjukkan sifat neoplasma? e. Digit ke 1-4 f. Digit ke 5 g. Digit ke 6 h. Tidak tahu 14. Menunjukkan apakah digit terakhir pada kode morfologi? e. Lokasi tumor f. Perangai tumor g. Jumlah massa tumor h. Tidak tahu 15. Apa saja perangai neoplasma pada ICD-10? e. Malignant primary & secondary, in situ, benign, uncertain or unknown behavior f. Malignant primary & secondary, benign, in situ g. Malignant, uncertain or unknown behavior h. Tidak tahu 16. Dalam kode neoplasma terdapat istilah metastatic. Apa arti istilah tersebut? e. Letak primer f. Menyebar ke tempat lain g. Berdiri sendiri h. Tidak tahu

126 Apa arti istilah overlapping pada kode neoplasma? e. Tumpang tindih f. Meluas g. Menyatu h. Tidak tahu 18. Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam menetapkan kode neoplasma? A Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan Ya / Tidak kode neoplasma setelah membaca diagnosis dokter adalah dengan melihat hasil PA (Patologi Anatomi) terlebih dahulu sebelum menentukan lead term B Langkah ke 2 adalah mencari lead term pada ICD- Ya / Tidak 10 alphabetical index C Langkah ke 3 adalah menentukan kode morfologi Ya / Tidak sesuai hasil PA pada ICD-10 volume 3 D Langkah ke 4 adalah memperhatikan semua catatan Ya / Tidak dan term yang berindentasi dibawah lead term E Langkah ke 5 adalah mengikuti dengan hati-hati Ya / Tidak setiap rujukan silang see dan see also didalam indeks F Langkah ke 6 adalah mencari pada tabel morfologi Ya / Tidak neoplasma di volume 3, menggunakan daftar alphabetik dari lokasi anatomis untuk mendapatkan kode lokasi G Langkah ke 7 adalah menemukan kode pada kolom Ya / Tidak neoplasma sesuai perangai neoplasma H Langkah ke 8 adalah setelah menemukan kode Ya / Tidak morfologi dan lokasi, selanjutnya melakukan cross check pada ICD-10 tabular list I Langkah ke 9 adalah mempedomani setiap inclusion Ya / Tidak and exclusion term dibawah kode, judul blok, dan kategori pada ICD-10 volume 1 J Langkah ke 10 adalah melakukan koreksi dan meneliti Ya / Tidak

127 11 adanya karakter ke-4 dan -5 di ICD-10 volume Apa arti perangai neoplasma /6? e. Neoplasma in situ f. Neoplasma ganas primer g. Neoplasma ganas sekunder h. Tidak tahu 20. Pada rentang blok manakah yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or unknown behavior? e. C00-C97 f. D37-D48 g. D10-D36 h. Tidak tahu

128 10 B. Sikap Keterangan : *Berilah satu tanda (centang) pada pilihan kolom yang menurut anda paling tepat! **Pada kolom alasan, sertakan alasan bagaimana jawaban yang benar jika pilihan anda R atau TS, dengan uraian kalimat yang padat, singkat, jelas dan mudah dipahami! N Raguragu Setuju Alasan** Tidak Setuju o Pernyataan (S)*. (R)* (TS)* 1 Neoplasma bisa bersifat jinak maupun ganas. Sehingga neoplasma jinak sudah pasti bersinonim dengan tumor maupun kanker begitu pula kodenya. 2 Dalam menentukan kode neoplasma hanya perhatikan lokasinya saja tanpa perhatikan sifat dan perilaku tumor. 3 Salah satu kekhususan kode neoplasma adalah adanya kode letak dan kode morfologi. Morfologi adalah penerang sifat dan perangai tumor. Maka perlu dilakukan pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma. 4 Bila tidak ada kode morfologi, maka kode neoplasma tergolong tidak tepat. 5 Kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif. Namun ketiadaanya akan berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit. 6 Pelaporan yang baik adalah pelaporan yang salah satunya memenuhi aspek kelengkapan. Tanpa

129 11 N o. Pernyataan Setuju (S)* Raguragu (R)* Tidak Setuju (TS)* Alasan** adanya kode morfologi, pelaporan kode neoplasma sudah dianggap lengkap karena sudah mencantumkan kode letak sebagai penentu tarif. 7 C00-D48 merupakan rentang blok pada tabular list yang berlaku untuk kode neoplasma, termasuk untuk pasien kemotherapy kasus neoplasma berlaku blok tersebut. 8 ICD-O (Oncology) memiliki spesifikasi yang lebih besar mengenai situs neoplasma tidak ganas dibandingkan dengan ICD Dalam menetapkan kode penyakit termasuk neoplasma hanya didasarkan pengaruh tarif saja tidak harus sesuai kaidah ICD-10, aspek akurasi, kelengkapan, dan ketepatan kode.

130 LAMPIRAN 4 12

131 13 PEDOMAN WAWANCARA A. Kepada Kepala IRM 1. Adakah protap/sop/kebijakan khusus yang mengatur mengenai penetapan kode penyakit kasus neoplasma? 2. Mengapa kode morfologi tidak ditetapkan di RSUD Tugurejo Semarang? 3. Adakah kendala-kendala yang menjadi penyebab tidak dilaksanakannya pemberian kode morfologi pada kasus neoplasma di RSUD Tugurejo ini? B. Kepada Tenaga Koder Umum dan BPJS 1. Apa saja sarana-prasarana yang tersedia dalam membantu penetapan kode penyakit di RSUD Tugurejo? 2. Apakah sarana prasarana yang tersedia sudah dirasa lengkap untuk membantu penetapan kode penyakit khususnya kasus neoplasma? 3. Bagian mana saja yang terkait dalam menunjang akurasi penentuan kode kasus neoplasma di RSUD Tugurejo ini? Lalu adakah hambatan dengan bagian-bagian yang terkait tersebut selama menentukan kode kasus neoplasma? 4. Dari kode yang dituliskan koder apakah sudah menggambarkan informasi yang lengkap terkait gambaran kasus neoplasma yang diderita pasien. C. Kepada Petugas Analising Reporting 1. Bagaimana pemanfaatan RL 4a dan RL 4b kasus neoplasma di RSUD Tugurejo?

132 14 2. Apakah butir informasi yang ada pada RL 4a dan 4b yang sekaligus sebagai indeks elektronik pada penyakit neoplasma sudah menggambarkan secara lengkap mengenai kasus neoplasma yang diderita pasien?

133 LAMPIRAN 5 15

134 16 PEDOMAN SKORING A. Skor Pengetahuan : Benar = 1 Salah = 0 1. International Statistical Classification of Disesases and Related Health Problems, 10 th Revision (1) 2. Istilah induk atau kunci (1) 3. Istilah-istilah yang dikode di tempat lainnya, tidak dikode dalam kategori tersebut (1) 4. a. ICD-10 cm Ya (1) b. Kamus bahasa inggris Ya (1) c. kamus kedokteran Ya (1) 5. Langkah-langkah untuk menetapkan kode penyakit : a Langkah pertama menentukan jenis kondisi, lalu rujuk ke Ya (1) section yang sesuai pada indeks alphabet b Langkah ke 2 menentukan lokasi lead term Ya (1) c Langkah ke 3 membaca dan mempedomani semua Ya (1) catatan yang terdapat dibawah lead term d Langkah ke 4 membaca semua term yang berindentasi Ya (1) di bawah lead term e Langkah ke 5 mengikuti dengan hati-hati setiap rujukan Ya (1) silang see dan see also di dalam indeks f Langkah ke 6 kembali kedaftar tabulasi (volume I) untuk Ya (1)

135 17 memastikan nomor kode yang dipilih G Langkah ke 7 mempedomani setiap term inklusi dan Ya (1) eksklusi di bawah kode, judul bab, blok, dan kategori 6. Massa jaringan tumbuh abnormal (1) 7. Bab II (1) 8. a. Lokasi tumor Ya (1) b. Sifat tumor Ya (1) c. Perangai tumor Ya (1) 9. Hasil Uji Patologi Anatomi (1) 10. Kode yang menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop (1) 11. M (1) digit (1) 13. Digit ke 1-4 (1) 14. Perangai tumor (1) 15. Malignant primary & secondary, in situ, benign, uncertain or unknown behavior (1) 16. Menyebar ke tempat ain (1) 17. Tumpang tindih (1) 18. Langkah-langkah menetapkan kode neoplasma : A B Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan kode neoplasma setelah membaca diagnosis dokter adalah dengan melihat hasil PA (Patologi Anatomi) terlebih dahulu sebelum menentukan lead term Langkah ke 2 adalah mencari lead term pada ICD-10 alphabetical index Ya (1) Ya (1)

136 18 c Langkah ke 3 adalah menentukan kode morfologi sesuai hasil PA pada ICD-10 volume 3 d Langkah ke 4 adalah memperhatikan semua catatan dan term yang berindentasi dibawah lead term e Langkah ke 5 adalah mengikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang see dan see also didalam indeks. f Langkah ke 6 adalah mencari pada tabel morfologi neoplasma di volume 3, menggunakan daftar alphabetik dari lokasi anatomis untuk mendapatkan kode lokasi g Langkah ke 7 adalah menemukan kode pada kolom neoplasma sesuai perangai neoplasma h Langkah ke 8 adalah setelah menemukan kode morfologi dan lokasi, selanjutnya melakukan cross check pada ICD-10 tabular list i Langkah ke 9 adalah mempedomani setiap inclusion and exclusion term dibawah kode, judul blok, dan kategori pada ICD-10 volume 1 j Langkah ke 10 adalah melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan -5 di ICD-10 volume Neoplasma ganas sekunder (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) Ya (1) 20. D37-D48 (1) B. Skor Sikap : 1. Jawaban Benar Setuju (S) = 3 Ragu-ragu (R) = 2 Tidak Setuju (TS) = 1 2. Jawaban Salah Setuju (S) = 1 Ragu-ragu (R) = 2 Tidak Setuju (TS) = 3

137 19 LAMPIRAN 6

138 20 DOKUMENTASI PENELITIAN Wawancara menggunakan Kuesioner Kepada Responden

139 21 Wawancara menggunakan Kuesioner Kepada Responden Wawancara Kepada Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo

140 22 Wawancara Kepada Tenaga Koder Umum IRM RSUD Tugurejo Wawancara Kepada Tenaga Koder BPJS RSUD Tugurejo

141 Wawancara Petugas Analising Reporting Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo 23

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [3] jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [3] jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit mempunyai tugas fungsi utama sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, selain itu rumah sakit dapat digunakan sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik

Lebih terperinci

Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016

Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016 1 Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-1 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 216 Dwi Nurin Arifiyah 1, Dyah Ernawati, S.Kep,Ns,M.Kes. 2 1 Alumni Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Andreas Surya Pratama Abstract Based on the initial survey that has been conducted

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN INFORMASI MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 Skripsi ini Disusun guna Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis

Lebih terperinci

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011 AKURASI KODE DIAGNOSIS UTAMA PADA RM 1 DOKUMEN REKAM MEDIS RUANG KARMEL DAN KARAKTERISTIK PETUGAS KODING RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS PERIODE DESEMBER 2009 Hetty Rahayu*), Dyah Ernawati**),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa kompetensi pertama dari seorang petugas

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro TINJAUAN SPESIFISITAS PENULISAN DIAGNOSIS PADA SURAT ELIGIBILITAS PESERTA (SEP) PASIEN BPJS RAWAT INAP BULAN AGUSTUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG PERIODE 2015 Molek Dua na Ahlulia*), Dyah

Lebih terperinci

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Kean Kode Diagnosa Utama... - Eko A, Lily K, Dyah E KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Eko Arifianto

Lebih terperinci

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014 TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014 Fitria Hidayanti Abstract In order to improve the quality of

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI Oleh: Darah Ifalahma APIKES Citra Medika Surakarta Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan, pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah Disusun oleh : IKA ARIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean topografi dan morfologi neoplasma di lembar ringkasan riwayat masuk dan keluar pada berkas rekam

Lebih terperinci

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG Retno Dwi Vika Ayu*), Dyah Ernawati**) *) Asri Medical Center Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015 ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015 Oleh Elsa Dita Rusdiana*), Maryani Setyowati**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter praktek swasta, balai pengobatan, klinik

Lebih terperinci

SKRIPSI. HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015

SKRIPSI. HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015 SKRIPSI HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015 Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA CODER DAN KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT GIGI DI RSJ GRHASIA DIY TAHUN 2012

PENGARUH BEBAN KERJA CODER DAN KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT GIGI DI RSJ GRHASIA DIY TAHUN 2012 PENGARUH BEBAN KERJA CODER DAN KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT GIGI DI RSJ GRHASIA DIY TAHUN 2012 Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011

HUBUNGAN BEBAN KERJA CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 HUBUNGAN BEBAN KERJA CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN Lampiran 6 No. No. RM IDENTITAS PASIEN Nama TTL JK Pekerjaan SP Agama Ayah Ibu Alamat anamnesis diagnosis Tindakan/ Pengobatan Dokter/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paradigma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Lebih terperinci

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II)

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) Apakah Klasifikasi Penyakit? Penyakit diklasifikasikan atau dibuat dalam grup yang kriterianya sudah ditentukan Contoh kriteria: Etiologi Anatomi Umur Patofisiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D ARTIKEL ILMIAH TINJAUAN KEAKURATAN PENETAPAN KODE DIAGNOSIS UTAMA BERDASARKAN SPESIFIKASI PENULISAN DIAGNOSA UTAMA PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG PERIODE 2012

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN KODE ANATOMI NEOPLASMA PADA TRIWULAN I DI RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2016

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN KODE ANATOMI NEOPLASMA PADA TRIWULAN I DI RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2016 TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN KODE ANATOMI NEOPLASMA PADA TRIWULAN I DI RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2016 Indah Rahmawati *), Dyah Ernawati,S.Kep, Ns, MKes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HAMID J410 111 013 PROGRAM

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada Pasien Jamkesmas Kasus Fraktur Di Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 2012 Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

Aditia Novitasari *), ArifKurniadi, M.Kom **)

Aditia Novitasari *), ArifKurniadi, M.Kom **) TINJAUAN KARAKTERISTIK PETUGAS DAN PENGETAHUAN PETUGAS ASSEMBLING TENTANG PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ASSEMBLING DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2016 Aditia Novitasari *), ArifKurniadi, M.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG Ayuk Dwi Lestari Abstract Knowing knowledge officers paramedics and non paramedics

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi-organisasi termasuk organisasi pemerintah di Indonesia pada era informasi saat ini, mulai memikirkan berbagai cara untuk melakukan berbagai perubahan agar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP REGULER DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP REGULER DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP REGULER DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP PENGISI REKAM MEDIS TERHADAP KUALITAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT JEMBER TAHUN

PENGARUH PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP PENGISI REKAM MEDIS TERHADAP KUALITAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT JEMBER TAHUN PENGARUH PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP PENGISI REKAM MEDIS TERHADAP KUALITAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT JEMBER TAHUN 2011 Skripsi ini disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan saat ini, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PENGEMBALIAN BERKAS REKAM MEDIS OLEH CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT Danik Lestari 1, Nuryati 2 1,2 Rekam Medis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada email: daniqq_27@yahoo.co.id, nur3yati@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar ANALISIS KELENGKAPAN KODE TOPOGRAPHY DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA CERVIX BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD Dr. MOEWARDI TRIWULAN IV TAHUN 2012 Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RS Ken Saras 1. Sejarah RS Ken Saras RS. Ken Saras dibangun pada tahun 2007 dengan ijin Bupati Semarang nomor 648/049761/2009. Terletak di Kecamatan Bergas, Ungaran,

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL. EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD

ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DIII Study Program of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang perizinan rumah sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 213 218 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG Liliana Dewi Purnamasari 1),

Lebih terperinci

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PASIEN RAWAT INAP PADA KASUS PENYAKIT HERNIA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PASIEN RAWAT INAP PADA KASUS PENYAKIT HERNIA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PASIEN RAWAT INAP PADA KASUS PENYAKIT HERNIA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK ABSTRACT NURUL ARIFAH Based on quantitative analysis revealed

Lebih terperinci

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 aprilia dwi a 1, Harjanti 2, Bambang W 3 mahasiswa apikes mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mutlak dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan baik individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDISDI RUMAH SAKIT UMUM M

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDISDI RUMAH SAKIT UMUM M HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDISDI RUMAH SAKIT UMUM M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011 Skripsi Diajukan Ke Program Studi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK FENDI KAHONO ANALISA TINGKAT KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA PASIEN RAWAT INAP UNTUK

Lebih terperinci

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN 2009-2015 TESIS Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Keperawatan pada Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau catatan dari segala pelayanan yang diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis. Menurut Huffman (1994),

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO Oleh : PUJI ANDRIANI NIM : 13612561 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh pasien, baik rawat jalan, rawat inap, maupun gawat darurat.

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN INFORMASI EXTERNAL CAUSES PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT KASUS KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam Medis menurut PERMENKES No. 269/MENKES/PER/2008 adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil

Lebih terperinci

REVIEW PROCEDURE DETERMINATION CODE OF NEOPLASM IN KEN SARAS HOSPITAL

REVIEW PROCEDURE DETERMINATION CODE OF NEOPLASM IN KEN SARAS HOSPITAL REVIEW PROCEDURE DETERMINATION CODE OF NEOPLASM IN KEN SARAS HOSPITAL Siti Amaniyah*), Dyah Ernawati, S.Kep., Ns, M.Kes**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN :

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : HUBUNGAN KONSISTENSI PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA PADA LEMBAR RM 1 DAN RESUME KELUAR DENGAN AKURASI PEMILIHAN KODE PADA KASUS PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA Yeni Tri Utami APIKES Citra Medika Surakarta

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. P DENGAN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Profesi Ners (Ns) Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Permenkes Nomor 269/Menkes/per/III tahun 2008 tentang Rekam Medis, terdapat 7 kompetensi pokok Rekam Medis yaitu Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS DESKRITIF LAMA PERAWATAN, KARAKTERISTIK PASIEN DAN PEMBIAYAAN PADA KASUS HEMATOLOGI DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI PASIEN BPJS NON PBI PADA TAHUN 2015 DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Dwi Ratna Yuliyanti

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : D22.5307/ Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Revisi ke : 2 Masalah Kesehatan Serta Tindakan (KKPMT) III Tgl revisi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, bahwa puskesmas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: hospital's internal report. xvi

ABSTRACT. Keywords: hospital's internal report. xvi ABSTRACT Backgrounds: The hospital is a health care institution that organizes personal health services in the plenary. One of the hospitals in an effort to provide good service to patients is by doing

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia terdapat 237,6 juta jiwa dengan laju pertambahan penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan sekitar 30 ribu puskesmas.

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SISTEM DAN PROSEDUR KLAIM PELAYANAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis

Lebih terperinci

The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 ABSTRACT

The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 ABSTRACT The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 YANUAR DWI MADYO HARDONO ABSTRACT ANALYSIS THE KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF MEDICAL

Lebih terperinci

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code. TINJAUAN KELENGKAPAN DATA KUANTITATIF DAN KUALITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BPJS KASUS SECTIO CAESARIA PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2014 DI RSUD KOTA SEMARANG Muchsinah Febrina Kurniandari *), Dyah Ernawati,

Lebih terperinci

TINJAUAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS DAN PENENTUAN KODE PENYAKIT DI RSUD KOTA SEMARANG

TINJAUAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS DAN PENENTUAN KODE PENYAKIT DI RSUD KOTA SEMARANG TINJAUAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS DAN PENENTUAN KODE PENYAKIT DI RSUD KOTA SEMARANG Eka Hesti Nugraheni*); Dyah Ernawati, S.Kep,N.S,M.Kes**) *)Alumni Fakultas Kesehatan,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG Moch. Riskie Aditya Putra, 2008, Pembimbing I: Dr.dr. Felix

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan, karena rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, berfungsi sebagai pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131 PAPER 12 Peran Tenaga Medis dan Koder dalam Mewujudkan Kelengkapan Data dan Akurasi Klaim INA-CBG s (Studi Kasus Sectio Cesaria Pasien Jamkesmas di RSU Kota Semarang) Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati 2 1

Lebih terperinci

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP UJI KOMPETENSI UNTUK PENGEMBANGAN JENJANG KARIR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SKRIPSI

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP UJI KOMPETENSI UNTUK PENGEMBANGAN JENJANG KARIR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SKRIPSI PERSEPSI PERAWAT TERHADAP UJI KOMPETENSI UNTUK PENGEMBANGAN JENJANG KARIR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi Oleh

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci