ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR - TE ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM Lury Amatullah Lumba NRP Dosen Pembimbing Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. Heri Suryoatmojo, S.T., M.T., Ph.D. DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

2 FINAL PROJECT - TE ECONOMIC DISPATCH SYSTEM 500KV JAWA-BALI GENERATOR USING COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION WITH FIREFLY ALGORITHM Lury Amatullah Lumba NRP Advisor Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. Heri Suryoatmojo, S.T., M.T., Ph.D. DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING Faculty of Electrical Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2017

3

4 ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM Lury Amatullah Lumba Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. : Heri Suryoatmojo, S.T., M.T., Ph.D. Uraian Tugas Akhir: Pada saat ini, konsumsi listrik sangat dibutuhkan oleh setiap lapisan masyarakat yang ada di dunia. Terutama di Indonesia, listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting. Tidak hanya untuk rumah tangga, namun perusahaan-perusahaan besar membutuhkan pasokan listrik yang cukup besar. Hal ini menyebabkan perlunya pembangkit listrik yang lebih efisien dan optimal. Sehingga perlunya penerapan economic dispatch pada sistem pembangkit 500kV Jawa-Bali. Economic Dispatch adalah pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara optimal ekonomi pada harga beban sistem tertentu. Dengan penerapan Economic Dispatch maka akan didapatkan biaya pembangkitan yang minimum terhadap produksi daya listrik yang dibangkitkan unit-unit pembangkit pada suatu sistem kelistrikan. Pada Tugas Akhir ini digunakan metode Firefly Algorithm. Metode ini merupakan algoritma berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan optimasi. Metode ini merupakan teknik optimasi algoritma yang terinspirasi dari perilaku kunang-kunang (Firefly Behavior). Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan hasil biaya optimal dengan menggunakan Firefly Algorithm sebesar Rp 6.92 M yang lebih hemat daripada Quadratic Programming sebesar Rp 10 M, namun sedikit lebih mahal dibandingkan Cuckoo Algorithm sebesar Rp 6.8 M. Kata kunci: Economic Dispatch, Composite Generation Cost Function, Firefly Algorithm i

5 [Halaman ini sengaja dikosongkan] ii

6 ECONOMIC DISPATCH SYSTEM 500KV JAVA-BALI GENERATOR USING COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION WITH FIREFLY ALGORITHM Lury Amatullah Lumba Supervisor I Supervisor II : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. : Heri Suryoatmojo, S.T., M.T., Ph.D. Abstract At this time, power consumption is needed by every society in the world. Especially in Indonesia, electricity is a very important requirement. Not only for households, but large corporations require considerable electrical supply. This leads to the need for power plants more efficient and optimal. Thus the need for the application of economic dispatch in power system 500kV Java-Bali. Economic Dispatch is loading on the division generating units that exist in the system optimally economy on the price of certain system load. With the implementation of Economic Dispatch then we will get minimum generation cost of the electricity generated power production generating units on an electrical system. In this final project uses methods Firefly Algorithm. This method is an algorithm based on artificial intelligence (Artificial Intelligence) which is used to solve optimization problems. This method is an algorithm optimization technique inspired by the behavior of fireflies (Firefly Behavior). From the simulation results obtained using the optimal cost Firefly Algorithm Rp 6.92 M which is more efficient than Quadratic Programming amounting to Rp 10 M, but slightly more expensive than the Cuckoo Algorithm Rp 6.8 M. Key words: Economic Dispatch, Composite Generation Cost Function, Firefly Algorithm iii

7 [Halaman ini sengaja dikosongkan] iv

8 PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Dengan ini saya menyatakan bahwa ini sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir saya dengan Economic Dispatch Pada Sistem Pembangkit 500kV Jawa-Bali Menggunakan Composite Generation Cost Function Dengan Firefly Algorithm adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Surabaya, April 2017 Lury Amatullah Lumba

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Tugas Akhir ini yang berjudul Economic Dispatch Pada Sistem Pembangkit 500kV Jawa-Bali Menggunakan Composite Generation Cost Function Dengan Firefly Algorithm. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1 pada bidang studi Teknik Sistem Tenaga, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ir. Lumba Saipul Rochman dan Dr. Ir. Sri Wuryanti, M.Si. yang setiap saat selalu memberi dukungan, kasih sayang, dan mengingatkan untuk terus berdoa, serta memberi semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Kedua adik tersayang, Lunnetta Safura Lumba yang selalu memberi semangat dari kota asal, Bandung, dan Lucynda Thallibah Lumba yang selalu disusahkan selama tinggal bersama di kota perjuangan, Surabaya. 3. Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir dan Heri Suryoatmojo, S.T., M.T., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir yang telah memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada penulis selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini. Juga bu Ir. Ni Ketut Aryani, M.T. sebagai dosen yang sangat membantu dalam proses pembelajaran untuk sidang akhir. 4. Seluruh dosen Jurusan Teknik Elektro ITS yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan serta pengajaran selama proses perkuliahan penulis. 5. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir, Dheny Azhari dan Daya Juang, serta teman-teman dari lab. B103 yang turut membantu penulis dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini dan saling memberikan motivasi satu sama lain. 6. Geng Alpaka, yaitu Nitya, Vira, Dwi, Tika, dan Fauziah yang samasama merantau selalu memberi warna sehari-hari penulis di kota perjuangan. vi

10 7. Intan Amalia, S. Hum. yang selalu memberi semangat, masukan, mewarnai hari, dan membantu segala sesuatu yang dibutuhkan saat merantau di kota perjuangan. 8. Fakhriy Khairi dan teman kontrakan lainnya yang selalu disusahkan bila penulis butuh bantuan selama merantau. 9. Teman Baik, yaitu Jul, Opik, Billy, Bayu, Renan, dan Domble sebagai penggembira yang selalu ada selama penulis merantau di Surabaya. 10. Geng K4, yaitu Eka, Vatia, dan Vanessa yang selalu memberi semangat dan dukungan dari kota asal, Bandung. 11. Mas Purwanto, karyawan bursa elektro yang selalu membantu saat penulis susah dan senang. 12. Teman-teman E52 yang sudah menjadi keluarga besar pertama dan membantu penulis selama kuliah di kota perantauan penulis. 13. Faisalputraf serta geng Café Teoria dan geng The Light Cup Café yang selalu ada disaat penulis membutuhkan teman di kota perantauan. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga memberikan banyak dukungan selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini. Dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis menyadari dan memohon maaf atas segala kekurangan di dalam Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi penelitian dan Tugas Akhir di kemudian hari. Surabaya, Maret 2017 Penulis vi

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK i ABSTRACT iii KATA PENGANTAR..v DAFTAR ISI..vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL...xi BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Metode Penelitian Sistematika Penulisan Relevansi...3 BAB 2. ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION Sistem Tenaga Listrik Economic Dispatch Formula Permasalahan Composite Generation Cost Function Sistem Pembangkit 500kV Jawa-Bali..10 BAB 3. ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM Firefly Algorithm (FA) Pengertian FA Kebiasaan Kunang-Kunang Konsep Keatraktifan Jarak Pergerakan..16 vii

12 3.2. Software yang Digunakan Data Masukan...19 BAB 4. SIMULASI DAN ANALISA Data Pembangkit Jawa-Bali 500kV Perhitungan Composite Generation Cost Function Simulasi Economic Dispatch dengan Firefly Algorithm Paramter sistem kelistrikan Simulasi ED dengan menggunakan FA untuk menentukan biaya total optimal Hasil nilai biaya total pada tiap-tiap pembangkit Menentukan Biaya Untuk Tiap-Tiap Unit pada Pembangkit Perbandingan Dengan Metode lain Quadratic Programming Cuckoo Algorithm..29 BAB 5. PENUTUP Kesimpulan Saran.31 DAFTAR PUSTAKA.33 LAMPIRAN...35 I. Script Firefly Algorithm...35 II. Script Constraint Check...44 RIWAYAT HIDUP 47 vii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Flowchart perhitungan composite cost function.9 Gambar 2.2 Single Line Diagram Sistem 500kV Jawa-Bali 11 Gambar 3.1 Flowchart pengelesaian Economic Dispatch menggunakan Firefly Algorithm..17 Gambar 4.1 Grafik hasil simulasi economic dispatch dengan firefly algorithm menggunakan Matlab...25 Gambar 4.2 Grafik hasil optimasi pembangkit Paiton...28 ix

14 [Halaman ini sengaja dikosongkan] x

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Suralaya...21 Tabel 4.2. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Tanjung Jati...21 Tabel 4.3. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Gresik..21 Tabel 4.4. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Paiton...22 Tabel 4.5. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Grati.22 Tabel 4.6. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Saguling...22 Tabel 4.7. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Cirata...22 Tabel 4.8. Tabel persamaan heatrate untuk pembangkit Muara Tawar..23 Tabel 4.9. Data fungsi biaya pembangkit Jawa-Bali 500kV yang telah dikomposit dengan iterasi lambda...24 Tabel Parameter Firefly Algorithm 24 Tabel Tabel hasil Run untuk menentukan total biaya yang optimal Tabel Tabel daya optimal untuk tiap-tiap pembangkit Tabel Tabel Menentukan Biaya Untuk Tiap-Tiap Unit pada Pembangkit Paiton Tabel Tabel perbandingan dengan metode lain dalam Rp/jam.29 xi

16 [Halaman ini sengaja dikosongkan] xii

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangkit tenaga listrik merupakan bagian alat industri yang memproduksi tenaga listrik dengan berbagai sumber tenaga. Pada saat ini, konsumsi listrik sangat dibutuhkan oleh setiap lapisan masyarakat yang ada di dunia. Terutama di Indonesia, listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting. Tidak hanya untuk rumah tangga, namun perusahaanperusahaan besar membutuhkan pasokan listrik yang cukup besar. Kemudian, seiring dengan meningkatnya jumlah populasi dan kesejahteraan manusia menyebabkan kebutuhan energi listrik terus meningkat juga. Permintaan daya listrik yang terus bertambah menyebabkan daya listrik yang disuplai oleh pembangkit menjadi lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan energi manusia dibutuhkan kapasitas pembangkit yang terus meningkat sehingga mengharus menggunakan pembangkit lebih dari satu unit pembangkit yang beroperasi [1]. Efisiensi dan pengoperasian ekonomis suatu pembangkit tenaga listrik selalu memegang peranan yang penting di dalam industri tenaga listrik. Salah satu permasalahan dalam pengoperasian ekonomis pembangkit tenaga listrik adalah economic dispatch, yaitu bagaimana mendapatkan biaya operasi yang minimum dengan tetap memenuhi batasan yang ada. Economic dispatch memerlukan optimasi dengan mengkombinasikan kondisi linear maupun non-linear, batasan-batasan yang ada, algoritma perhitungan, dan penggunaan komputer [2] PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang terdapat pada Tugas Akhir ini adalah: 1. Bagaimana menentukan pembebanan yang optimal pada sistem pembangkit 500kV Jawa-Bali sehingga kebutuhan beban dapat terpenuhi dengan biaya yang paling minimal? 2. Apakah composite generation cost function dapat menyederhanakan banyaknya generator pada tiap-tiap pembangkit? 3. Bagaimana metode Firefly Algorithm menggunakan diterapkan dalam Economic Dispatch? 4. Apakah metode Firefly Algorithm dapat mengoptimalkan sistem 500 Jawa-Bali? 1

18 1.3. BATASAN MASALAH 1. Perhitungan ED dilakukan pada sistem tenaga listrik 2. Sistem dalam keadaan stabil 3. Perhitungan Unit Commitment tidak disertakan 4. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software Matlab TUJUAN 1. Mendapatkan biaya minimal untuk pembangkitan dengan metode FA menggunakan composite generation cost function pada pembangkit tenaga listrik. 2. Dengan composite generation cost function dapat mempermudah dalam menyederhanakan banyaknya generator pada tiap pembangkit METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan untuk menyusun Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: A. Studi Literatur Literature yang akan digunakan pada Tugas Akhir ini berasal dari paper, jurnal, text book, dan Tugas Akhir yang sudah ada. Dalam studi literature dipelajari tentang economic dispatch, firefly algorithm, dan load flow analysis. B. Pengumpulan Data Data yang diperlukan adalah generator, bus, saluran, beban, kapasitas maksimum dan minimum pembangkit, biaya pembangkit. C. Pemodelan Sistem Melakukan pemodelan terhadap sistem sehingga dapat diketahui fungsi biaya dari pembangkit. D. Perhitungan yang Digunakan Metode FA menggunakan composite generation cost function yang merupakan sebuah teknik yang berguna untuk memudahkan perhitungan untuk menentukan pembebanan yang optimal diperuntukan mengembangkan kurva biaya produksi generasi komposit untuk semua unit bahan bakar yang tidak dibatasi [3]. E. Penyusunan Laporan Hasil penelitian yang telah dilakukan dilaporkan dalam bentuk laporan tugas akhir. Laporan tersebut berisi metode dan kesimpulan dari penelitian. 2

19 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Tugas akhir ini disusun dengan format sistematika sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Penjelasan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batas-batas permasalahan, tujuan penelitian, dan relevansi tugas akhir. BAB 2. ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION PADA SISTEM PEBANGKIT 500KV JAWA-BALI Pada bab ini membahas tentang economic dispatch, sistem pembangkit 500kV Jawa-Bali, dan composite generation cost function. BAB 3. PENERAPAN FIREFLY ALGORITHM PADA ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION PADA SISTEM PEBANGKIT 500KV JAWA-BALI Pada bab ini membahas tentang penerapan Firefly Algorithm pada economic dispatch menggunakan composite generation cost function pada pembangkit 500kV Jawa-Bali. BAB 4. SIMULASI DAN ANALISIS Pada bab ini membahas analisa hasil optimasi permasalahan economic dispatch dengan menerapkan firefly algorithm menggunakan composite generation cost function pada sistem pembangkit 500kV Jawa-Bali. BAB 5. PENUTUP Pada bab kelima ini berisi kesimpulan dan saran RELEVANSI Penelitian tugas akhir ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui perhitungan economic dispatch dengan menggunakan firefly algorithm. 2. Dapat dijadikan acuan untuk menentukan daya listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit dengan biaya yang minimal. 3. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang hendak mengambil masalah yang serupa untuk tugas akhir kelak. 4. Dapat menjadi referensi penelitian untuk mengembangkan metode optimasi yang lebih handal. 3

20 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 4

21 BAB 2 ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari unit-unit pembangkit yang terhubung dengan saluran untuk melayani beban. Sistem tenaga listrik yang memiliki banyak mesin biasanya menyalurkan daya kebeban melalui saluran interkoneksi. Tujuan utama dari sistem saluran interkoneksi adalah untuk menjaga kontinuitas dan ketersediaan tenaga listtrik terhadap kebutuhan beban yang terus meningkat. Semakin berkembang sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan lemahnya performansi sistem ketika mengalami gangguan. Salah satu efek gangguan adalah osilasi elektromekanik yang jika tidak diredam dengan baik maka sistem akan terganggu dan dapat keluar dari area kestabilannya sehingga mengakibatkan pengaruh yang lebih buruk seperti pemadaman total (black out) [10]. Secara umum sistem tenaga listrik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Pembangkit b. Transmisi c. Beban atau konsumen Bagian terbesar dari pembiayaan adalah untuk bahan baku energi, selain itu fluktuasi pemakaian listrik selalu terkait dari penggunaan energi listrik oleh beban. Pembiayaan terbesar ini terletak di pembangkit pembangkit, sehingga sangat diperlukan cara pengoperasian total pembangkitan yang efisien. Dengan terhubung banyak pembangkit kedalam sebuah sistem interkoneksi memberikan kemungkinan pengaturan output setiap pembangkit dan biaya pembangkitan dapat diatur pada tingkat yang rendah/optimum. 2.2 Economic Dispatch Pada saat ini, permasalahan economic dispatch merupakan permasalahan yang cukup penting dan perlu diperhatikan dalam sektor energi. Tujuan utama economic dispatch adalah menjadwalkan keluaran unit pembangkit agar dapat memenuhi permintaan beban pada suatu sistem dengan biaya operasi seminimal mungkin [2]. Secara traditional permasalahan ED dapat diselesaikan dengan berbagai variasi metode 5

22 pragramming matematis seperti lambda-iteration, base point and participation factors, interior point, metode gradien, dan dynamical programming method. Metode metode ini termasuk metode lama yang tidak efektif bekerja ketika menghadapi sebuah fungsi persamaan biaya yang tidak linear [3]. Metode yang digunakan adalah Firefly Algoritm yang merupakan algoritma metaheuristik yang terinspirasi dari perilaku kedip cahaya kunang-kunang. Terdapat dua fungsi dasar kedip cahaya tersebut, yaitu untuk menarik perhatian kunang-kunang yang lain (komunikasi) dan untuk menarik mangsa [4]. Berdasarkan beberapa literatur yang digunakan, menyatakan bahwa FA mempunyai performansi yang lebih baik dibandingkan dengan Particle Swarm Optimization (PSO) dan Genetic Algorithm (GA) untuk kasus optimasi seperti optimasi fungsi Michalewicz, Rosenbrock, De Jong, Schwefel, Ackley, Rastrigin, Easom, Griewank, Yang dan Shubert [5]. Beberapa metode konvensional yang telah digunakan untuk Economic dispatch adalah metode iterasi lambda, metode Langrange, Dynamic Programming dan lain-lain. Pada Tugas Akhir ini, simulasi dilakukan pada pembangkit pada sistem 500 KV Jawa Bali. Hasil optimisasi Economic Dispatch menggunakan FA akan dibandingkan dengan Economic Dispatch menggunakan metode konvensional, yaitu metode iterasi lambda. Selanjutnya daya output pembangkit tidak boleh melebihi kapasitas transmisi [6]. Economic dispatch adalah pembagian pembebanan pada setiap unit pembangkit sehingga diperoleh kombinasi unit pembangkit yang dapat memenuhi kebutuhan beban dengan biaya yang optimum atau dengan kata lain untuk mencari nilai optimum dari output daya dari kombinasi unit pembangkit yang bertujuan untuk meminimalkan total biaya pembangkitan [1]. Setiap pembangkit mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga berpengaruh pada fungsi kebutuhan dan biaya bahan bakarnya. Perbedaan karakteristik itu dipengaruhui oleh jenis bahan bakar dan efisiensi dari pembangkit Formula Permasalahan Pengoperasian fasilitas pembangkit untuk menghasilkan energi pada biaya terendah untuk andal melayani konsumen, mengakui batas-batas operasional pembangkit dan fasilitas transmisi. 6

23 a. Fungsi Objektif Tujuan utama dari dispatch ekonomi adalah untuk meminimalkan fungsi biaya berikut: N F(P i ) = a i + b i (P i ) + c i (P 2 i ) i=1 Dimana: F =total biaya pembangkitan selama periode dispatch a,b,c=koefisien biaya pembangkitan pada ke-i generator P =daya output pembangkitan pada ke-i generator N =jumlah unit pembangkitan b. Constraints Terdapat equality dan inequality sebagai berikut: i) Equality Constraints Pembangkit listrik sebenarnya adalah pertimbangan dalam hal pekerjaan proyek untuk masalah pengiriman, persamaan keseimbangan kekuatan nyata sendiri dianggap untuk Equality Constraints. N P i = P beban i=1 ii) Inequality Constraints Dalam kekuatan komponen sistem dan perangkat memiliki operasi batas, & batas-batas ini diciptakan untuk kendala keamanan. Dengan demikian tujuan diperlukan Fungsi dapat diminimalkan dengan mempertahankan jaringan komponen dalam batas-batas keamanan. Hal ini membawa konsep kendala ketimpangan. Jenis yang paling biasa kendala ketimpangan yang tegangan bus atas batas di generasi pada beban bus, Batas tegangan bus lebih rendah pada generasi pada beban bus, bus lebih rendah tegangan batas di beberapa generator dan garis maksimum memuat batas, batas atas nyata pembangkit listrik di bus Generator, batas bawah dari pembangkit listrik nyata pada bus pembangkit. Real Power Operating Limit P min P P max 7

24 2.3 Composite Generation Cost Function Sebuah teknik yang berguna untuk memudahkan prosedur kontrak pasokan bahan bakar take-or-pay adalah untuk mengembangkan kurva biaya produksi generasi komposit untuk semua unit yang non bahan bakar yang dibatasi. Misalnya, ada N non bahan bakar dibatasi unit yang akan dijadwalkan dengan unit bahan bakar yang dibatasi. Kemudian biaya kurva komposit untuk unit 1, 2,..., N yang dapat dikembangkan. F S (P S ) = F 1 (P 1 ) + + F N (P N ) Dimana, P S = P P N Dan, df 1 = df 2 = = df N = λ dp 1 dp 2 dp N Sehingga, λ min = min ( df i dp i, i = 1 N) dan, λ max = max ( df i dp i, i = 1 N) Jika salah satu unit mengenai batas, output tetap konstan. Sebuah prosedur sederhana untuk memungkinkan seseorang untuk menghasilkan Fs (Ps) terdiri dari menyesuaikan λ dari λmin ke λmaks ditetapkan secara bertahap, dimana λ min = min ( df i dp i, i = 1 N) λ max = max ( df i dp i, i = 1 N) Komposit pada pembangkit merupakan fungsi biaya pembangkit gabungan, fungsi biaya tersebut berasal dari karakteristik input-output pada pembangkit. Penyelesaian fungsi biaya pembangkit gabungan menggunakan komputer. Hal yang paling mendasar dalam pengoperasian sistem tenaga listrik adalah membuat kurva komposit untuk menperoleh fungsi biaya pada unit pembangkit. Karakteristik ini diperoleh dari desain perencanaan atau melalui tes pembangkit. Pada setiap pembangkit thermal memiliki fungsi biaya yang berbeda-beda tergantung dari heat rate dan batasan daya yang dihasilkan generator serta jenis bahan bakar yang digunakan dari masing-masing pembangkit tersebut. Prosedur pembuatan kurva komposit ini, λ ditentukan terlebih dahulu. Dari nilai 8

25 heat rate dan daya output generator akan didapatkan λmin dan λmaks. Kemudian, dengan menggunakan syarat optimum dihitung Pi [10]. Gambar 2.1 Flowchart perhitungan composite cost function 9

26 2.4 Sistem Pembangkit 500kV Jawa-Bali Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kv dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv dan 70 kv. Region-region pada sistem dihubungkan oleh sistem transmisi 500 kv yang merupakan tulang punggung pensuplai daya sistem tenaga listrik Jawa-Bali. Daya berkapasitas besar dialirkan oleh pembangkit-pembangkit utama dari region 1 (satu) sampai dengan region 4 (empat) melalui saluran transmisi 500 kv, yang kemudian di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GIET) 500 kv diturunkan tegangannya menjadi 150 kv melalui Inter Bus Transformer (IBT) 500/150 kv. Hal ini menjadikan IBT 500/150 kv sebagai sumber pasokan utama sistem 150 kv. Pada sistem 150 kv, juga terdapat unit-unit pembangkit yang memasok kebutuhan daya subsistem region yang meliputi daerah yang lebih terbatas. Aliran daya pada sistem 150 kv ini kemudian akan dialirkan pada pusat-pusat beban (Gardu Induk 150 kv) atau diturunkan lagi level tegangannya menjadi 70 kv melalui I.B.T. 150/70 kv dan dialirkan ke gardu-gardu induk 70 kv melalui saluran transmisi 70 kv. Region-region ini juga dihubungkan dengan saluran transmisi 150 kv untuk mengalirkan kekurangan daya tambahan atau menyalurkan daya yang berlebihan ke region lain. [13] Pada sistem Jawa Bali 500 kv terdiri dari atas 25 bus dengan 30 saluran dan 8 pembangkit. Diantara 8 pembangkit merupakan pembangkit tenaga air, sedangkan pembangkit yang lainnya merupakan pembangkit tenaga uap. Sistem interkoneksi 500 kv Jawa-Bali terbagi menjadi 4 region yaitu Region 1 terdiri dari wilayah provinsi Jakarta Raya dan Banten. Region 2 meliputi wilayah Jawa Barat. Jawa Tengah dan D.I.Y merupakan region 3 serta Jawa Timur dan bali yang merupakan region 4 Sistem Jawa Bali 500 kv dapat digambarkan dalam bentuk single line diagram [11]. 10

27 Gambar 2.2 Single Line Diagram sistem 500kV Jawa-Bali 11

28 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 12

29 BAB 3 ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM 3.1 Firefly Algorithm (FA) Pengertian FA Firefly Algorithm adalah salah satu metode kecerdasan buatan yang baru-baru ini dikembangkan oleh Xin Dia Yang pada tahun Hal ini semacam metode stokastik yang terinspirasi pada alam meta-heuristik algoritma yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang paling sulit dalam hal optimasi. Algoritma stokastik berarti bahwa ia menggunakan sebagai semacam pengacakan dengan mencari set solusi. Hal ini terinspirasi oleh lampu berkedip dari kunang-kunang di alam. Heuristik berarti untuk menemukan solusi dengan trial and error. Dalam tingkat algoritma ini lebih rendah berarti Heuristic dan tingkat yang lebih tinggi berarti Meta-Heuristic. Tingkat yang lebih rendah terkonsentrasi pada generasi baru solusi dalam ruang pencarian dan dengan demikian memilih yang terbaik solusi untuk bertahan hidup. Di sisi lain, pengacakan memungkinkan proses pencarian untuk menghindari solusi yang terjebak dalam optimasi lokal. Juga, FA adalah penduduk berdasarkan. populasi berbasis algoritma yang memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan algoritma lainnya. Fireflies (Coleoptera: Lampyridae) adalah salah satu kebanyakan pesona semua serangga, mereka menampilkan pancaran yang telah memberi inspirasi kepada ilmuwan. Saat ini, lebih dari 2000 spesies ada di seluruh dunia. Biasanya, kunang-kunang hidup di lingkungan yang hangat dan mereka paling aktif di malam musim panas. Banyak peneliti memiliki attractiveness terhadap fenomena kunang-kunang di alam dan terdapat banyak makalah tentang meneliti kunang-kunang, Fireflies akan ditandai dengan cahaya berkedip mereka diproduksi oleh proses biokimia bio-luminescence. Flashing seperti cahaya dapat berfungsi sebagai sinyal pancaran utama format. Selain menarik minat kawin, lampu berkedip juga dapat berfungsi untuk memperingatkan dari adanya potensi predator. Bila diperhatikan pada spesies kunang-kunang terdapat kemiripan dengan orang dewasa yang mampu melakukan bio-luminescence. Subspesies menarik pasangan mereka karena feromon, mirip dengan semut. Pada kunang-kunang, tractions bioluminescent berlangsung dari light producing organ yang disebut lentera. Organisme yang paling 13

30 bercahaya akan termodulasi secara berlahan dengan flashes (juga bersinar) yang kontras. Dalam orang dewasa di banyak kunang-kunang spesies mampu mengendalikan bioluminescence mereka dalam rangka untuk memancarkan berkedip tinggi dan diskrit. Lentera diawali dengan sinyal yang berasal dalam sistem saraf pusat dari kunang-kunang. Sebagian besar spesies kunang-kunang mengandalkan bioluminescent sinyal pacaran. Biasanya, signalers pertama terbang lakilaki, yang mencoba untuk menarik betina terbang di tanah. Menanggapi sinyal-sinyal ini, betina memancarkan terus menerus atau lampu berkedip. Kedua pasangan kawin menghasilkan yang berbeda pola sinyal lampu kilat yang tepat waktunya untuk mengkodekan informasi seperti identitas spesies dan jenis kelamin. Wanita tertarik menurut perbedaan perilaku di sinyal pancaran. Biasanya, perempuan lebih cerah berkedip laki-laki. Hal ini juga diketahui bahwa intensitas lampu kilat bervariasi dengan jarak dari sumber. Untungnya, di beberapa spesies betina kunangkunang tidak bisa membedakan antara berkedip lebih jauh yang dihasilkan oleh sumber cahaya kuat dan berkedip lebih dekat diproduksi oleh sumber cahaya lemah. Dua fitur yang karakteristik untuk kecerdasan berkelompok adalah self-organisasi dan pengambilan keputusan desentralisasi. Di sini, individu otonom hidup bersama dalam umum tempat seperti, misalnya, lebah di sarang, semut di anthills, dll. Dalam rangka untuk hidup dalam harmoni, beberapa interaksi atau komunikasi dibutuhkan antara anggota kelompok yang tinggal bersama. Bahkan, individu dalam kelompok tidak bisa berperilaku seolah-olah mereka soliter, tetapi harus beradaptasi dengan tujuan keseluruhan dalam kelompok. Kehidupan sosial kunangkunang adalah tidak hanya didedikasikan untuk mencari makan, tapi lebih ke reproduksi. Keputusan kolektif ini terhubung erat dengan perilaku lampu berkedip yang menjabat sebagai biologis utama dasar untuk mengembangkan algoritma kunang-kunang Kebiasaan Kunang-Kunang Langit biru penuh dengan lampu-lampu kunang-kunang. Ini adalah sebuah tanda mengagumkan di musim panas. Ada dua ribu spesies kunang-kunang, dan sebagian besar dari kunang-kunang menghasilkan berkedip berirama. Pola berkedip, jumlah berkedip dan tingkat waktu untuk berkedip yang diamati bersama-sama membentuk semacam prototipe yang menarik baik laki-laki dan perempuan sama lain. spesies 14

31 betina bertindak dalam menanggapi dengan prototipe individu dari spesies laki-laki. Intensitas cahaya pada jarak tertentu (r) dari sumber cahaya sesuai dengan hukum kuadrat terbalik. Ini adalah intensitas cahaya I terus menurun sebagai jarak r akan meningkatkan dalam hal I = 1/r 2. Selain itu, udara terus menyerap cahaya yang menjadi lemah dengan meningkatkan di kejauhan. Kedua faktor ketika dikombinasikan maka kunang-kunang yang paling terlihat pada jarak yang terbatas, biasanya untuk beberapa ratus meter di malam hari, yang cukup untuk kunangkunang untuk berkomunikasi satu sama lain Konsep Sekarang kita dapat mengkhususkan beberapa berkedip karakteristik kunang-kunang sehingga dapat mengembangkan kunangkunang-terinspirasi algoritma. Berkedip karakteristik kunang-kunang digunakan untuk mengembangkan algoritma kunang-kunang-terinspirasi. algoritma Firefly bekerja atas dasar tiga aturan dan tiga faktor utama. Faktor utama adalah intensitas cahaya dan daya tarik, jarak dan gerakan kunang-kunang. Aturan-aturannya adalah sebagai berikut: 1. Semua kunang-kunang bersifat unisex, jadi suatu kunang-kunang akan tertarik pada kunang-kunang yang lain. 2. Daya tarik sebanding dengan tingkat kecerahan kunang-kunang, kunang-kunang dengan tingkat kecerahan lebih rendah akan tertarik dan bergerak ke kunang-kunang dengan tingkat kecerahan lebih tinggi, kecerahan dapat berkurang seiring dengan bertambahnya jarak dan adanya penyerapan cahaya akibat faktor udara. Jika diantara kunangkunang tidak ada yang bersinar lebih terang, kunang-kunang akan bergerak dengan random. 3. Kecerahan atau intensitas cahaya kunang-kunang ditentukan oleh nilai fungsi tujuan dari masalah yang diberikan. Untuk masalah maksimisasi, intensitas cahaya sebanding dengan nilai fungsi tujuan [14] Ketertarikan Misalkan itu adalah malam dengan kegelapan mutlak, di mana satusatunya cahaya tampak adalah cahaya yang dihasilkan oleh kunangkunang. Intensitas cahaya dari tiap kunang-kunang sebanding dengan kualitas dari solusi, itu saat ini berada di. Dalam rangka meningkatkan solusi sendiri, kunang-kunang perlu untuk maju menuju kunang-kunang 15

32 yang memiliki emisi cahaya terang daripada sendiri. Setiap kunangkunang mengamati penurunan intensitas cahaya dari satu kunang-kunang benar-benar memancarkan, karena penyerapan udara di atas jarak. Ada dua isu penting dalam algoritma kunang-kunang, variasi intensitas cahaya dan perumusan tarik. Untuk mempermudah, kita selalu dapat mengasumsikan bahwa daya tarik dari kunang-kunang ditentukan oleh kecerahan. Hokum tarik kunang-kunang yang berdiam Jarak Jarak antara kunang-kunang i dan j pada lokasi x, xi dan xj dapat ditentukan ketika dilakukanya peletakan titik dimana firefly tersebut disebar secara random dalam diagram kartesius dengan rumus. Dimana selisih dari koordinat lokasi kunang-kunang i terhadap kunang-kunang j merupakan jarak diantara keduanya (rij). rij = (xi xj) 2 + ( yi yj) Pergerakan Pergerakan kunang-kunang i yang bergerak menuju tingkat itensitas cahaya yang terbaik dapat dilihat dari persamaan berikut: xi = xi + β0 exp(-ɤr ij 2 ) (xj xi) + α (rand 1 2 ) Dimana variable awal xi menunjukan posisi awal kunang-kunang yang berada pada lokasi x, kemudian persamaan kedua yang terdiri dari variable β0 = 1.0 variabel ini merupakan nilai keaktratifan awal pada firefly, variabel (exp) bilangan eksponensial, variabel γ =1.0 merupakan nilai untuk tingkat penyerapan pada lingkungan sekitar firefly yaitu udara dan terakhir rij merupakan variabel selisih jarak awal antara firefly i dan j. Semua variabel pada persamaan kedua tersebut diberikan dari fungsi keatraktifan firefly yang mana menentukan tingkat kecerahan. Selanjutnya persamaan ketiga terdiri dari selisih nilai solusi pada firefly i terhadap firefly j. Kemudian fungsi persamaan pergerakan firefly secara random (rand) yang menunjukan adanya bilangan random yang kisarannya antara [0,1]. Variabel α yang memiliki kisaran antara [0,1] biasa ditentukan dengan nilai 0,2. Semua variabel yang terbentuk pada persamaan pergerakan firefly menjamin cara kerja algoritma cepat menuju solusi yang optimal. Prosedur standar untuk menerapkan Firefly Algorithm adalah sebagai berikut: 16

33 1. Inisialisasi populasi firefly, jumlah iterasi dan parameter firefly algorithm. 2. Evaluasi fungsi fitness pada tiap firefly. 3. Inisialisasi kemampuan fungsi awal sebagai penentuan tingkat itensitas cahaya awal. 4. Update pergerakan tiap firefly menggunakan persamaan pergerakan. 5. Bandingkan tiap calon firefly terbaik dari nilai fungsi fitness agar mendapatkan nilai firefly terbaik. 6. Lakukan sampai batas iterasi atau sampai mendapatkan firefly dengan fungsi fitness yang cukup baik. Gambar 3.1 Flowchart pengelesaian Economic Dispatch menggunakan Firefly Algorithm 17

34 Berdasarkan flowchart diatas, akan terjadi proses iterasi dengan menginisiasi algoritma attractiveness firefly kemudian meng-update pergerakan firefly sampai dengan iterasi mencapai batas maksimal. Dengan algoritma attractiveness dan update sebagai berikut: Attractiveness: β = β 0 e γr2 Dengan r sama dengan rumus jarak diatas. Update: X i = x i + β 0 e γr i,j 2 (x i x j ) + α(rand 1 2 ) Pada saat mengiterasi, proses ini akan mengiterasi daya-daya pada tiap-tiap pembangkit dengan daya-daya pada tiap pembangkit ini akan dibawa oleh satu firefly, sehingga pada proses ini, daya-daya pada tiaptiap pembangkit akan berubah sesuai besarnya iterasi dengan hasilnya akan didapat total biaya optimum untuk semua pembangkit. 3.2 Software yang Digunakan Dalam tugas akhir mengunakan analisa economic dispatch dengan fungsi biaya tidak mulus untuk meminimalkan biaya operasi pembangkit pada sistem tenaga listrik, Untuk mendapatkan hasil analisa economic dispatch digunakan simulasi menggunakan software Matlab. Software Matlab digunakan untuk mengolah data dan mensimulasikan algortima kunang-kunang (firefly algorithm) untuk menemukan penyelesaian permasalahan economic dispatch pada sistem tenaga listrik. Software matpower ini berisi tools simulasi dan dapat dimodifikasi dengan mudah. Software Matlab sendiri merupakan suatu program computer yang bisa membantu memecahkan berbagai masalah matematis yang kerap ditemui dalam bidang teknis. Kita bisa memanfaatkan kemampuan Matlab untuk menemukan solusi dari berbagai masalah numerik secara cepat, mulai dari hal paling dasar hingga yang kompleks, seperti mencari akar-akar polinomial, interpolasi dari sejumlah data, perhitungan dengan matrik, pengolahan data, dan metode numerik. Salah satu aspek yang sangat berguna dari Matlab ialah kemampuannya untuk menggambarkan berbagai jenis grafik, sehingga kita bisa menvisualisasikan data dan fungsi yang kompleks. 18

35 3.3 Data masukan Pada simulasi ini memerlukan beberapa data yang akan diolah oleh Matlab itu sendiri seperti data pembangkit serta daya maksimum dan daya minimum, dan juga memerlukan nilai dari komposit dari masing masing pembangkit sehingga simulasi ini dapat di jalankan. Dalam melakukan simulasi Software Matlab ini disertakan karakteristik dari ecomomic dispatch sehingga didapatkan biaya minimal dari biaya operasi pembangkit tenaga listrik. Data yang diperlukan untuk melakukan simulasi adalah data dari pembangkit sistem jawa bali, yang terdiri atas: 1. Data daya pembangkitan Dalam tugas akhir ini digunakan data dari sistem jawa bali yang terdiri dari 8 unit pembangkit. Menyajikan batasan minimum dan maksimum dari masing-masing pembangkitan dan batasan dari setiap pembangkit serta data-data dari biaya pembangkitannya. 2. Data daya beban Data daya beban yang digunakan dari sistem jawa bali diambil dari semua beban pembangkitan. 3. Data karakteristik economic dispatch Menyajikan data cost function. Data daya pembangkitan, data daya beban akan dipergunakan untuk running economic dispatch dalam penentuan pengaturan daya yang paling optimal dari masing-masing unit pembangkit dari sistem tenaga listrik. Data karakteristik economic dispatch digunakan untuk menghitung biaya pembangkitan pada masing-masing generator. 19

36 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 20

37 BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Dalam Tugas Akhir ini dilakukan simulasi untuk mendapatkan biaya yang optimal dari pembangkit. Metode utama yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah Firefly Algorithm. 4.1 Data Pembangkit Sistem Jawa-Bali 500kV Dalam tugas akhir ini digunakan data dari sistem Jawa Bali yang terdiri dari 8 unit pembangkit. Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.8 merupakan data Incremental Cost dari tiap-tiap pembangkit sebelum dikomposit. Data beban pertama diperoleh dari data lapangan melalui PT PLN Jawa-Bali yaitu menggunakan data pembebanan pada tanggal 2 Januari Tabel 4.1 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Suralaya Pembangkit c b a Pmin Pmax Unit 1 8,891, , Unit 2 8,891, , Unit 3 8,891, , Unit 4 8,891, , Unit 5 3,687, , Unit 6 3,687, , Unit 7 3,687, , Tabel 4.2 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Tanjung Jati Pembangkit c b a Pmin Pmax Unit 1 18,527, , Unit 2 18,527, , Unit 3 18,527, , Tabel 4.3 Tabel persamaan heat-rate untuk pembangkit Gresik Pembangkit c b a Pmin Pmax Unit 1 14,620, ,376, Unit 2 31,140, ,329, Unit 3 32,279, ,323,

38 Tabel 4.4 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Paiton Pembangkit a b c Pmin Pmax Unit ,955 39,146, Unit ,955 39,146, Unit , , Unit , , Unit ,624 3,243, Unit ,624 3,243, Tabel 4.5 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Grati Pembangkit a b c Pmin Pmax Unit 1 12, , ,650, Unit 2 12, , ,650, Unit 3 12, , ,650, Unit 4 12, , ,650, Unit 5 12, , ,650, Unit ,830, ,154, Unit ,830, ,154, Unit ,830, ,154, Tabel 4.6 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Saguling Pembangkit a b c Pmin Pmax Unit 1 0 8, Unit 2 0 8, Unit 3 0 8, Unit 4 0 8, Tabel 4.7 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Cirata Pembangkit a b c Pmin Pmax Unit , Unit , Unit , Unit , Unit ,

39 Tabel 4.8 Tabel persamaan Incremental Cost untuk pembangkit Muara Tawar Pembangkit a b c Pmin Pmax Unit 1-2, , ,583, Unit 2-2, , ,583, Unit 3-2, , ,583, Unit 4-2, , ,583, Unit 5-2, , ,583, Unit 6-1, , ,356, Unit , ,176, Unit , ,680, Unit 9-8, ,413,039-20,510, Unit 10-8, ,413,039-20,510, Unit 11-1, ,669,763 53,310, Unit 12-1, ,669,763 53,310, Unit 13-1, ,669,763 53,310, Unit 14-1, ,669,763 53,310, Unit 15-1, ,669,763 53,310, Unit 16-1, ,669,763 53,310, Perhitungan Composite Generation Cost Function Pada perhitungan ini, berdasarkan data Incremental Cost diatas yang pertama dilakukan adalah membuat iterasi lambda. Dengan menentukan lambda minimum dan maksimum untuk tiap-tiap unit pada pembangkit. Sebagai contoh untuk pembangkitan Suralaya: a. Contoh untuk perhitungan mencari lambda minimum df = ((2a)Pmin) + b = λmin dp λmin = (( )200) + 392,198.27=373, b. Contoh untuk perhitungan mencari lambda maksimum df = ((2a)Pmax) + b = λmax dp λmax = (( )373) + 392,198.27=356, Kemudian, setelah mendapatkan lambda setiap unit, dilakukannya iterasi lambda, sehingga didapat nilai batas daya minimum dan 23

40 maksimum. Dari data Ps(MW) dan Fs(Rp/h) tersebut diperoleh fungsi biaya pembangkit gabungan, sebagai berikut: Tabel 4.9 Data komposit fungsi biaya pembangkit Jawa-Bali 500kV dengan iterasi lambda Pembangkit a b c Pmin Pmax Suralaya , ,667, ,703 3,247 Paiton , ,742,233 1,954 2,900 Muara Tawar ,247,780-5,092,250,789 1,851 2,811.2 Gresik ,254, ,613, Tanjung Jati , ,581, ,221 1,979.2 Grati 4, ,637,684 1,872,961, Cirata 0 12, ,000 Saguling 0 8, Simulasi Economic Dispatch dengan Firefly Algorithm Setelah didapat fungsi biaya pembangkit Jawa-Bali 500kV yang telah dikomposit dengan iterasi lambda, data dapat diolah dengan Firefly Algorithm pada software Matlab untuk mendapatkan biaya yang paling optimal. Hal yang pertama dilakukan adalah menentukan inisiasi yang akan digunakan untuk mengimplementasikan FA dalam menyelesaikan ED pada sistem Jawa-Bali 500kV, ditampilkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.10 Parameter Firefly Algorithm Parameter FF Iterasi alpha beta gamma , Parameter pada Tabel 4.10 digunakan secara konsisten dalam keseluruhan simulasi ini dengan menggunakan FA. Jumlah firefly menyatakan jumlah penyimpan solusi ED. Alpha merupakan konstanta yang menyatakan kemampuan intensitas cahaya pada masing-masing 24

41 firefly, yang diatur pada nilai 0.5. Sedangkan, untuk beta dan gamma merupakan konstanta yang diperlukan FA untuk meng-update pergerakan dan intensitas cahaya pada masing-masing firefly Parameter Sistem Kelistrikan Pada Tugas Akhir ini, terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk simulasi economic dispatch dengan menggunakan firefly algorithm. Salah satunya adalah total beban yang harus dipenuhi. Nilai total beban yang harus dipenuhi adalah MW. Kemudian, parameter lainnya adalah iterasi maksimal. Iterasi maksimal yang digunakan pada metode firefly ini adalah sebesar Dipilih iterasi sebanyak 500 agar mendapatkan hasil yang konvergen. Parameter lainnya adalah banyaknya generator yang diolah pada metode ini, yaitu sebanyak 8 generator. Batas daya yang ditentukan sesuai dengan Tabel 4.9, daya maksimal dan minimal yang sudah dikomposit Simulasi ED dengan menggunakan FA untuk menentukan biaya total optimal Pada simulasi firefly algorithm dengan economic dispatch menggunakan Matlab didapatkan hasil biaya total yang optimal. Namun, pada saat di run beberapa kali didapat hasil yang berbeda-beda. Maka, dilakukan run sebanyak 10 kali untuk membandingkan hasil yang paling optimal. Hasil simulasi pada Matlab sebagai berikut: Gambar 4.1 Grafik hasil simulasi economic dispatch dengan firefly algorithm menggunakan Matlab 25

42 Setelah didapat hasil seperti pada grafik diatas, terdapat bentuk yang berbeda-beda dikarenakan hasil nilai biaya total yang berbeda-beda pada tiap-tiap hasil run. Nilai biaya total pada tiap-tiap hasil run sebagai berikut: Tabel 4.11 Tabel hasil Running untuk menentukan total biaya yang optimal Total Biaya Running ke- (Rp juta /jam) 1 6, , , , , , , , , ,035 Min 6,833 Max 7,099 Mean 6,958 SDV 1.09% Berdasarkan hasil nilai biaya total pada tiap-tiap hasil run didapat hasil yang berbeda-beda dengan selisih yang sangat kecil, yaitu dengan standar deviasi sebesar 1.09% dan rata-rata sebesar 6,958,149,484Rp/jam. Berbeda-bedanya hasil run disebabkan karena metode firefly algorithm ini berdasarkan trial and error sehingga firefly akan mencari hasil dengan nilai yang random, maka setelah dicoba dengan 10 kali hasil run akan didapat hasil optimal yang random. Setelah didapat hasil nilai biaya total yang berbeda-beda, untuk menentukan mana yang paling optimal adalah berdasarkan nilai rata-rata. Pada 10 hasil run, nilai yang paling mendekati dengan nilai rata-rata adalah hasil run yang pertama, karena semakin kecil nilai SDV berarti nilai persebarannya semakin mendekati rata-rata. Sehingga biaya total 26

43 yang paling optimal pada sistem ini dengan metode firefly algorithm adalah sebesar 6,929,676,358 Rp/jam Hasil nilai biaya total pada tiap-tiap pembangkit Setelah dapat ditentukan hasil biaya total yang optimal, kemudian menentukan hasil nilai biaya total pada tiap-tiap pembangkit. Setelah sistem di-dispatch dengan metode firefly algorithm menggunakan Matlab, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.12 Tabel pembebanan optimal untuk tiap-tiap pembangkit Biaya Total Pembangkit Beban (MW) (Rp juta/jam) Suralaya 3, ,286 Paiton 2, ,046 Muara Tawar 1, ,773 Gresik Tanjung Jati 1, Grati ,559 Cirata Saguling Total 6,929 Berdasarkan Tabel 4.12, didapat hasil biaya total yang optimal pada tiap-tiap pembangkit dengan pembagian daya yang dibangkitkan sesuai dengan kemampuan tiap-tiap pembangkit. Pada tiap-tiap pembangkit diberi pembagian beban yang berbeda-beda. Contohnya, untuk pembangkit Suralaya mendapat pembagian beban maksimal atau sebesar nilai Pmax-nya, hal ini dikarenakan pembangkit Suralaya memiliki biaya total yang sangat murah untuk membangkitkan beban yang besar. Sedangkan, pembangkit Gresik dan Grati mendapat pembagian beban yang minimal atau sebesar Pmin-nya, hal ini dikarenakan kedua pembangkit ini membutuhkan biaya yang mahal untuk membangkitkan beban sesuai dengan pembagiannya. Dan untuk pembangkit sisanya, Paiton; Muara Tawar; Tanjung Jati; Cirata; dan Saguling mendapat pembagian beban yang besarnya diantara Pmin dan Pmax-nya, hal ini dikarenakan firefly menentukan secara random agar hasil untuk pembagian beban tetap optimal dan sesuai batas kemampuan pada pembangkit. 27

44 4.4 Menentukan Biaya Untuk Tiap-Tiap Unit pada Pembangkit Selanjutnya untuk menentukan biaya pada tiap-tiap pembangkit, yaitu dengan men-ed kembali pembangkit tersebut, bila sudah ditentukan nilai daya dan biaya optimal pada pembangkit tersebut. Sebagai contoh untuk pembangkit Paiton, setelah di ED pembangkit ini memiliki daya optimal sebesar MW. Kemudian, dengan metode yang sama tiap unit pada Paiton di ED dengan firefly algorithm akan didapat daya dan biaya optimal pada tiap-tiap unitnya. Tabel 4.13 Tabel pembebanan tiap unit pada pembangkit Paiton Foptimal Pembangkit Pmin Pmax Poptimal (Rp juta /jam) Unit Unit Unit Unit Unit Unit Gambar 4.2 Grafik hasil optimasi pembangkit Paiton 28

45 4.5 Perbandingan Dengan Metode Lain Untuk dapat mengetahui apakah metode ini memiliki kelebihan atau kekurangan, maka dapat dibandingkan dengan metode lain. Metode lain yang dipilih adalah Quadratic Programing dan Cuckoo Algorithm Quadratic Programming Pada metode ini hasil total biaya yang didapatkan adalah sebesar 10,749,972,892.3 Rp/jam. Hasilnya cukup berbeda jauh dengan metode firefly algorithm. Hal ini menandakan bahwa metode firefly algorithm lebih murah dan optimal dalam mendapatkan hasil yang paling diinginkan Cuckoo Algorithm Pada metode ini hasil total biaya yang didapatkan adalah sebesar 6,847,332,395 Rp/jam. Hasilnya hampir sama, namun pada metode ini dapat menghasilkan biaya total yang sedikit lebih murah daripada metode firefly algorithm. Sehingga, metode ini sedikit lebih efektif daripada metode firefly algorithm. Tabel 4.14 Tabel perbandingan dengan metode lain dalam Rp/jam Nama Metode Hasil Perhitungan (Rp/jam) Firefly Algorithm 6,929,676,358.4 Quadratic Programming 10,749,972,892.3 Cuckoo Algorithm 6,847,332,

46 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 30

47 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil simulasi Firefly Algorithm pada Tugas Akhir ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Besarnya nilai iterasi mempengaruhi hasil simulasi pada tugas akhir ini. Setiap pembangkit memiliki nilai iterasi minimal tersendiri untuk mencapai nilai konvergen. Untuk data pembangkit ini, pada nilai iterasi ke-500 sudah dapat mencapai nilai konvergen. 2. Dengan menggunakan Composite Generation Cost Function dapat mempermudah untuk mengolah data pada setiap generator yang memiliki pembangkit yang lebih dari dua, sehingga saat pengolahan data dengan metode AI lebih sederhana. 3. Metode Firefly Algorithm dapat memperkecil biaya pembangkitan, sehingga metode ini cukup optimal untuk mengoptimalkan biaya pembangkitan. 4. Dengan nilai Mean=6,958,149,484Rp/jam dan dengan SDV=1.09%, maka dapat ditentukan bahwa nilai biaya total=6,929,676,358.4 Rp/jam. 5. Penggunaan Firefly Algorithm jauh lebih hemat dibanding menggunakan Quadratic Programming dengan FA sebesar Rp 6,92M sedangkan Quadprog sebesar Rp 10M. 6. Penggunaan Cuckoo Algorithm sedikit lebih murah dibanding menggunakan Firefly Algorithm dengan FA sebesar Rp 6,92M sedangkan Cuckoo Algorithm sebesar Rp 6,8M. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian dibidang sistem tenaga berdasarkan hasil dan analisa pada Tugas Akhir ini, antara lain: 1. Untuk penelitian ke depannya dengan menggunakan Firefly Algorithm dapat mempertimbangkan losses yang dihasilkan dalam sistem pembangkit. 2. Untuk penelitian ke depannya, faktor emisi bisa dimasukan kedalam fungsi objektif tugas akhir. 3. Untuk penelitian ke depannya, dapat mempertimbangkan beban yang tidak mulus. 31

48 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 32

49 DAFTAR PUSTAKA [1] Syafii, Monice. OPERASI EKONOMIS (Economic Dispatch) PEMBANGKIT MELAYANI BEBAN PUNCAK KELISTRIKAN SUMBAR. November, [2] Setiadi, Herlambang. Penalaan Parameter Superconducting Magnetic Energy Storage (SMES) menggunakan Firefly Algorithm (FA) pada Sistem Tenaga Listrik Multimesin [3] Robandi, Imam. Modern Power System Control. Penerbit ANDI. Yogyakarta [4] Rumana, Dante. Dr. Ir. Hermawan, DEA. Mochammad Facta, ST, MT. Implementasi Algoritma Genetik dalam Economic Dispatch dengan Valve Point Loading. Desember [5] B. H. Chowdhury dan S. Rahman, A review of recent advances in economic dispatch, IEEE Trans Power Syst., vol. 5, no. 4, pp , Apr [6] Hadhi, Benny Prastikha. Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm. Surabaya [7] Jati, Gilang Kusuma. ANALISIS DAN IMPLEMENTASI FIREFLY ALGORITHM (FA) PADA MASALAH TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) [8] chapter1pdf.pdf. Diakses pada tanggal 22 Mei [9] Wood, Allen J.. Power Generation Operation And Control [10] Fasich, Moh. Pengaruh Proyek Kelistrikan MW pada Biaya Listrik Lokal di Sistem Jawa Bali 500 KV [11] PT PLN (Persero), Statistik PLN 2011 dan RUPTL , URL: [12] Arjana, Gede. Analisis Stabilitas Transient Pada Sistem Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan Beban Non-Linear [13] Sawai, S. Y. M. Wilhelmina. Studi Aliran Sistem Tenaga Listrik Interkoneksi Jawa-Bali [14] Nadu, Tamil. Economic Dispatch Using Firefly Algorithm. Maret,

50 [Halaman ini sengaja dikosongkan] 34

51 LAMPIRAN I. Script Firefly Algorithm clear all; clc; tic % INISIASI AWAL alpha = 0.5; % parameter firefly () betamin = 1.0; % parameter firefly () gamma = 0.6; % parameter firefly () firefly = 30; % jumlah firefly it = 0; % iterasi awal iterasi_max = 500; % iterasi maksimum %Parameter Sistem Kelistrikan ngen = 8; Beban = ; % beban awal 11494; pmin_max = [ % daya max dan daya max dari setiap generator ]; koef_biaya_gena = [ ]; % didapatkan dari rumus ax^2+bx+c koef_biaya_genb = [ ]; koef_biaya_genc = [ ]; koef_biaya_gend = [ ]; 35

52 koef_biaya_gene = [ ]; koef_biaya_genf = [ ]; koef_biaya_geng = [ ]; koef_biaya_genh = [ ]; fuel_cost_gena = [ ]; fuel_cost_genb = [ ]; fuel_cost_genc = [ ]; fuel_cost_gend = [ ]; fuel_cost_gene = [ ]; fuel_cost_genf = [ ]; fuel_cost_geng = [ ]; fuel_cost_genh = [ ]; %INISIASI POSISI AWAL PARTIKEL for i=1:ngen % i = baris 1 sampai ke 8 for j=1:firefly % j = kolom 1 sampai ke (jumlah firefly) posisi_awal(j,i)= (pmin_max(i,2)- pmin_max(i,1))*rand + pmin_max(i,1); %(i,2)=(baris,kolom) 36

53 end end for j=1:firefly % j = kolom 1 sampai ke (jumlah firefly) [posisi_awal(j,:)]=constraint_check(posisi_awal( j,:), Beban, pmin_max(:,1)', pmin_max(:,2)', ngen); end jumlah_p = sum(posisi_awal'); % posisi awal generator di total semua % for K = 1:firefly % if jumlah_p(k) < Beban % jika posisi awal generator kurang dari Beban MW maka : % korektor(k) = ((Beban - jumlah_p(k))/ngen); % posisi_awal(k,:) = posisi_awal(k,:)+ korektor(k); % elseif (jumlah_p(k) > Beban) % jika posisi awal generator lebih dari Beban MW maka : % korektor(k) = ((jumlah_p(k) - Beban)/ngen); % posisi_awal(k,:) = (posisi_awal(k,:) - korektor(k)); % end % end P_1 = posisi_awal(:,1); % daya pembangkit 1 P_2 = posisi_awal(:,2); % daya pembangkit 2 P_3 = posisi_awal(:,3); % daya pembangkit 3 P_4 = posisi_awal(:,4); % daya pembangkit 4 P_5 = posisi_awal(:,5); % daya pembangkit 5 P_6 = posisi_awal(:,6); % daya pembangkit 6 P_7 = posisi_awal(:,7); % daya pembangkit 7 P_8 = posisi_awal(:,8); % daya pembangkit 8 matriks_a = koef_biaya_gena*fuel_cost_gena; %mencari matriks dari setiap generator 37

54 matriks_b = koef_biaya_genb*fuel_cost_genb; matriks_c = koef_biaya_genc*fuel_cost_genc; matriks_d = koef_biaya_gend*fuel_cost_gend; matriks_e = koef_biaya_gene*fuel_cost_gene; matriks_f = koef_biaya_genf*fuel_cost_genf; matriks_g = koef_biaya_geng*fuel_cost_geng; matriks_h = koef_biaya_genh*fuel_cost_genh; biaya_gena = (matriks_a(1,1).*(p_1).^2) +(matriks_a(1,2).*(p_1))+matriks_a(1,3); %memasukkan rumus ax^2+bx+c biaya_genb = (matriks_b(1,1).*(p_2).^2) +(matriks_b(1,2).*(p_2))+matriks_b(1,3); biaya_genc = (matriks_c(1,1).*(p_3).^2) +(matriks_c(1,2).*(p_3))+matriks_c(1,3); biaya_gend = (matriks_d(1,1).*(p_4).^2) +(matriks_d(1,2).*(p_4))+matriks_d(1,3); biaya_gene = (matriks_e(1,1).*(p_5).^2) +(matriks_e(1,2).*(p_5))+matriks_e(1,3); biaya_genf = (matriks_f(1,1).*(p_6).^2) +(matriks_f(1,2).*(p_6))+matriks_f(1,3); biaya_geng = (matriks_g(1,1).*(p_7).^2) +(matriks_g(1,2).*(p_7))+matriks_g(1,3); biaya_genh = (matriks_h(1,1).*(p_8).^2) +(matriks_h(1,2).*(p_8))+matriks_h(1,3); total_biaya = biaya_gena+ biaya_genb+ biaya_genc+ biaya_gend+ biaya_gene+ biaya_genf+biaya_geng+biaya_genh; % digunakan untuk mencari lightbest inequal=[p_1<1703 P_1>3247 P_2<1954 P_2>2900 P_3<1851 P_3> P_4<529 P_4>955 P_5< P_5> P_6<500.6 P_6>615 P_7<500 P_7>1000 P_8<350 P_8>700]; inequlity = sum(inequal'); clear j for j=1:firefly if inequlity(j)>0 total_biaya(j)=2*10^10; end 38

55 end %equality jumlah_p = sum(posisi_awal'); % posisi awal generator di total semua for K = 1:firefly if jumlah_p(k) < Beban % jika posisi awal generator kurang dari Beban MW maka : total_biaya(k)=2*10^10; end end [lambda,in]=min(total_biaya); minimum lightbest =lambda; posisi_best=posisi_awal(in,:); % biaya clear j i posisi_firefly=posisi_awal; for ikj=1:firefly, % Parameter Attractiveness Kunang-Kunang : beta=exp(-gamma*r) for jkj=1:firefly, r=sqrt(sum((posisi_firefly(ikj,:)- posisi_firefly(jkj,:)).^2)); % MengUpdate Pergerakan kunang-kunang if total_biaya(ikj)>total_biaya(jkj), % Apakah lebih terang dan attractive beta0=0.5; beta=(beta0)*exp(- gamma*r.^2); tmpf=alpha.*((rand(1,1))- 0.5); % xn(ikj,:)=xn(ikj,:).*(1- beta)+nso(jkj,:).*beta+tmpf; % posisi_firefly(ikj,:)=posisi_firefly(ikj,:)+beta 0.*exp(-gamma*r.^2)+tmpf; 39

56 posisi_firefly(ikj,2)=posisi_firefly(ikj,2).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,2).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,3)=posisi_firefly(ikj,3).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,3).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,4)=posisi_firefly(ikj,4).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,4).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,5)=posisi_firefly(ikj,5).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,5).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,6)=posisi_firefly(ikj,6).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,6).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,7)=posisi_firefly(ikj,7).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,7).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,8)=posisi_firefly(ikj,8).*(1- beta)+(posisi_firefly(jkj,8).*beta)+tmpf; posisi_firefly(ikj,1)=bebansum(posisi_firefly(ikj,2:8)); end end end %[Pgg]=Constraint_Check(Pgg, Pd, Bb, Ba, jum_variabel) for j=1:firefly % j = kolom 1 sampai ke (jumlah firefly) [posisi_firefly(j,:)]=constraint_check(posisi_fi refly(j,:), Beban, pmin_max(:,1)', pmin_max(:,2)', ngen); end while it <iterasi_max it =it+1; 40

57 P_1 = posisi_firefly(:,1); pembangkit 1 P_2 = posisi_firefly(:,2); pembangkit 2 P_3 = posisi_firefly(:,3); pembangkit 3 P_4 = posisi_firefly(:,4); pembangkit 4 P_5 = posisi_firefly(:,5); pembangkit 5 P_6 = posisi_firefly(:,6); pembangkit 6 P_7 = posisi_firefly(:,7); pembangkit 7 P_8 = posisi_firefly(:,8); pembangkit 8 % daya % daya % daya % daya % daya % daya % daya % daya matriks_a = koef_biaya_gena*fuel_cost_gena; %mencari matriks dari setiap generator matriks_b = koef_biaya_genb*fuel_cost_genb; matriks_c = koef_biaya_genc*fuel_cost_genc; matriks_d = koef_biaya_gend*fuel_cost_gend; matriks_e = koef_biaya_gene*fuel_cost_gene; matriks_f = koef_biaya_genf*fuel_cost_genf; matriks_g = koef_biaya_geng*fuel_cost_geng; matriks_h = koef_biaya_genh*fuel_cost_genh; biaya_gena = (matriks_a(1,1).*(p_1).^2) +(matriks_a(1,2).*(p_1))+matriks_a(1,3); %memasukkan rumus ax^2+bx+c biaya_genb = (matriks_b(1,1).*(p_2).^2) +(matriks_b(1,2).*(p_2))+matriks_b(1,3); biaya_genc = (matriks_c(1,1).*(p_3).^2) +(matriks_c(1,2).*(p_3))+matriks_c(1,3); biaya_gend = (matriks_d(1,1).*(p_4).^2) +(matriks_d(1,2).*(p_4))+matriks_d(1,3); biaya_gene = (matriks_e(1,1).*(p_5).^2) +(matriks_e(1,2).*(p_5))+matriks_e(1,3); biaya_genf = (matriks_f(1,1).*(p_6).^2) +(matriks_f(1,2).*(p_6))+matriks_f(1,3); 41

58 biaya_geng = (matriks_g(1,1).*(p_7).^2) +(matriks_g(1,2).*(p_7))+matriks_g(1,3); biaya_genh = (matriks_h(1,1).*(p_8).^2) +(matriks_h(1,2).*(p_8))+matriks_h(1,3); total_biaya = biaya_gena+ biaya_genb+ biaya_genc+ biaya_gend+ biaya_gene+ biaya_genf+biaya_geng+biaya_genh; % digunakan untuk mencari lightbest inequal=[p_1<1703 P_1>3247 P_2<1954 P_2>2900 P_3<1851 P_3> P_4<529 P_4>955 P_5< P_5> P_6<500.6 P_6>615 P_7<500 P_7>1000 P_8<350 P_8>700]; inequlity = sum(inequal'); clear j for j=1:firefly if inequlity(j)>0 total_biaya(j)=2*10^10; end end %equality jumlah_p = sum(posisi_firefly'); % posisi awal generator di total semua for K = 1:firefly if jumlah_p(k) < Beban jumlah_p(k) > Beban % jika posisi awal generator kurang dari Beban MW maka : total_biaya(k)=2*10^10; end end [lambda,in]=min(total_biaya); %biaya minimum lightbest(it)=lambda; posisi_best(1,:)=posisi_firefly(in,:); clear j i sebelum=posisi_firefly; for ikj=1:firefly, 42

59 % Parameter Attractiveness Kunang-Kunang : beta=exp(-gamma*r) for jkj=1:firefly, r=sqrt(sum((posisi_firefly(ikj,:)- posisi_firefly(jkj,:)).^2)); % MengUpdate Pergerakan kunang-kunang if total_biaya(ikj)>total_biaya(jkj), % Apakah lebih terang dan attractive beta0=0.5; beta=(beta0)*exp(- gamma*r.^2); tmpf=alpha.*((rand(1,1))-0.5); % xn(ikj,:)=xn(ikj,:).*(1- beta)+nso(jkj,:).*beta+tmpf; % posisi_firefly(ikj,1)=posisi_firefly(ikj,1).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,1).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,2)=posisi_firefly(ikj,2).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,2).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,3)=posisi_firefly(ikj,3).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,3).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,4)=posisi_firefly(ikj,4).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,4).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,5)=posisi_firefly(ikj,5).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,5).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,6)=posisi_firefly(ikj,6).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,6).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,7)=posisi_firefly(ikj,7).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,7).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,8)=posisi_firefly(ikj,8).*(1- beta0)+(posisi_firefly(jkj,8).*beta0)+tmpf; posisi_firefly(ikj,1)=bebansum(posisi_firefly(ikj,2:8)); 43

60 end end end for j=1:firefly % j = kolom 1 sampai ke (jumlah firefly) [posisi_firefly(j,:)]=constraint_check(posisi_fi refly(j,:), Beban, pmin_max(:,1)', pmin_max(:,2)', ngen); end sesudah=posisi_firefly; lambda it end jumlah_p = sum(posisi_best); delp=jumlah_p-beban posisi_best %figure, plot(lightbest) II. Script Constraint Check function [Pgg]=Constraint_Check(Pgg, Pd, Bb, Ba, jum_variabel) % if exist('pgg')~=1 % Pgg=input('Enter Pembangkitan Generator'); % else,end % if exist('ba')~=1 % Ba = input('enter matrix Batas Atas'); % else, end % if exist('bb')~=1 % Bb = input('enter matrix Batas Bawah'); % else, end Pggmax = zeros(1,jum_variabel); %untuk menampung pembangkitan yang mencapai batas atas Pggmin = zeros(1,jum_variabel); %untuk menampung pembangkitan yang mencapai batas bawah 44

61 Pggs = zeros(1,jum_variabel); %untuk menampung pembangkitan sisa pembangkitan Pggss = zeros(1,jum_variabel); %untuk menampung pembangkitan sisa pembangkitan Pgb1 = zeros(1,jum_variabel); %untuk menampung pembangkitan sama dengan beban % Pgbmax = zeros(jum_variabel,jum_partikel); %untuk menampung pembangkitan yang sama dengan beban % Pgbs = zeros(jum_variabel,jum_partikel); %untuk menampung % Pgbss = zeros(jum_variabel,jum_partikel); % Pds = zeros(1,1); %untuk menampung pembangkitan sisa pembangkitan for k=1:jum_variabel Pgb1(1,k)=(Pgg(1,k)/sum(Pgg)).*Pd; end Pgg = Pgb1; for k=1:jum_variabel if Pgg(1,k)>Ba(1,k) Pgg(1,k)=Ba(1,k); elseif Pgg(1,k)<Bb(1,k) Pgg(1,k)=Bb(1,k); end end for k=1:jum_variabel if(pgg(1,k)==ba(1,k)) Pggmax(1,k)=Pgg(1,k); Pds=Pd-Pggmax(1,k); Pd=Pds; else Pggs(1,k)=Pgg(1,k); end end if sum(pggs(1,:))~=0 45

62 for k=1:jum_variabel Pggss(1,k)=(Pggs(1,k)/sum(Pggs)).*Pd; end end if sum(pggs(1,:))>pd for k=1:jum_variabel if Pggs(1,k)==Bb(1,k) Pggmin(1,k)=Pggs(1,k); Pggs(1,k)=0; Pds=Pd-Pggmin(1,k); Pd=Pds; else Pggs(1,k)=Pggs(1,k); end end if sum(pggs(1,:))~=0 for k=1:jum_variabel Pggss(1,k)=(Pggs(1,k)/sum(Pggs)).*Pd; end end end end Pgg1=Pggmax+Pggss+Pggmin; Pgg=Pgg1; % Pd(1,tr)= Beban(1,tr); 46

63 Riwayat Hidup Lury Amatullah Lumba lahir di Bandung tanggal 4 September Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan, seperti HIMATEKTRO ITS. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan dari SMA Taruna Bakti, Bandung ke S1 Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan mengambil bidang studi Sistem Tenaga. Saat ini penulis disibukan dengan bisnis makanan dan makeup artist. luryamatullah@gmail.com 47

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-34 Economic dan Emission dispatch pada Sistem Kelistrikan 500 kv Jawa-Bali Menggunakan Composite Generation Cost Function dengan

Lebih terperinci

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN 23 BAB III 1 METODE PENELITIAN 1.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Karakteristik pembangkit meliputi daya maksimum dam minimum, karakteristik heat-rate (perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian penjadwalan pembangkit termal pada sistem interkoneksi 500kV Jawa- Bali ini adalah untuk membandingkan metode Simulated Annealing dengan metode yang digunakan PLN.

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER 1/6 OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER SURIYAN ARIF WIBOWO 07100044 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali Seminar Final Project Power System Engineering Majoring of Electrical Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan 1 Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan Sheila Fitria Farisqi, Rony Seto Wibowo dan Sidaryanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-30 Optimisasi Commitment Mempertimbangkan Fungsi Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm Benny Prastikha Hadhi, Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Optimisasi Commitment Mempertimbangkan Fungsi Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm Benny Prastikha Hadhi, Rony Seto Wibowo, Imam Robandi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-339 (2301-9271 Print) B-176 Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch Agil Dwijatmoko Rahmatullah,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode fuzzy logic yang diajukan penulis ini adalah untuk membandingkan metode fuzzy logic yang diajukan penulis dengan metode yang digunakan PLN. Dengan menggunakan data pembangkit

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-24 Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization Afif Nur

Lebih terperinci

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor.

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor. OPERASI EKONOMIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ITERASI LAMBDA MENGGUNAKAN KOMPUTASI PARALEL Dheo Kristianto¹, Hadi Suyono, ST, MT, Ph.D.², Ir. Wijono, MT. Ph.D³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data Pembangkit Suralaya Cibinong Cilegon 7 1 6 Gandul 2 4 Balaraja 3 Kembangan Muaratawar 5 Depok 9 Bekasi 8 11 Tasikmalaya Cirata 10 Cawang 12 Pedan 16 Saguling

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.

Lebih terperinci

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Johny Custer (2209201007) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.

Lebih terperinci

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A141 Penerapan Batas Ramp-Rate Menggunakan Kombinasi Metode FDP (Forward Dynamic Programming) dan QP (Quadratic Programming) Pada Commitment- Economic Dispatch Riza Fahmi Andriyanto, Ontoseno Penangsang,

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Nursidi 2209100055 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. IGN Satriyadi Hernanda ST., MT. OUTLINES OUTLINES 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan energi listrik meningkat dengan cepat, akan tetapi perkembangan pembangkit dan saluran transmisi dibatasi ketersediaan sumber daya dan masalah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) B283 Dynamic Economic Dispatch dengan Mempertimbangkan Kerugian Transmisi Menggunakan Metode Sequential Quadratic Programming Dika Lazuardi Akbar, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani. Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA)

Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA) Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA) TEKNIK SISTEM TENAGA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

Lebih terperinci

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Nurlita Gamayanti 1, Abdullah Alkaff 2, Amien Karim 3 Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan faktor utama yang mendukung sistem produksi dari perusahaan industri, terutama pada industri besar di Indonesia. Khususnya pada perusahaan

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA. LISTRIK 20 kv REGION CILACAP MENGGUNAKAN METODE NEWTHON RAPSHON

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA. LISTRIK 20 kv REGION CILACAP MENGGUNAKAN METODE NEWTHON RAPSHON SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK 20 kv REGION CILACAP MENGGUNAKAN METODE NEWTHON RAPSHON SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis

Lebih terperinci

OPTIMISASI BIAYA PEMBANGKITANPADA SISTEM 500 KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

OPTIMISASI BIAYA PEMBANGKITANPADA SISTEM 500 KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) OPTIMISASI BIAYA PEMBANGKITANPADA SISTEM 500 KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Wahyu Ridhani *), Hermawan, and Susatyo Handoko Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony

Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B -199 Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH Yassir, Fauzan dan Mahalla Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan km. 80,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK Ivan Darren Alber *), Hermawan, and Susatyo Handoko Departemen

Lebih terperinci

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika ABSTRAK Penjadwalan Ekonomis bertujuan untuk mengatur pengoperasian unit pembangkit dengan biaya seekonomis mungkin, namun tetap dapat memenuhi kebutuhan daya untuk beban. Pengoperasian pembangkit secara

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM Khairina Noor.A. 1, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D. 2, Dr. Rini Nur Hasanah, ST., M.Sc. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2,3

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Gahara Nur Eka Putra NRP : 1022045 E-mail : bb.201smg@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599

PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599 PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION Santi Triwijaya NRP 2213 106 029 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI 3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA-BALI Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (S.U.T.E.T.) 500 kv dan Saluran

Lebih terperinci

ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM

ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM TUGAS AKHIR - TE 141599 ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM Ridho Syahrial Ibrahim NRP 2214105065 Dosen

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Mart Christo Belfry NRP : 1022040 E-mail : martchristogultom@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

EVALUASI KESTABILAN TEGANGAN SISTEM JAWA BALI 500KV MENGGUNAKAN METODE CONTINUATION POWER FLOW (CPF)

EVALUASI KESTABILAN TEGANGAN SISTEM JAWA BALI 500KV MENGGUNAKAN METODE CONTINUATION POWER FLOW (CPF) EVALUASI KESTABILAN TEGANGAN SISTEM JAWA BALI 500KV MENGGUNAKAN METODE CONTINUATION POWER FLOW (CPF) Agiesta Pradios Ayustinura 2209100154 Dosen Pembimbing ; Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. Dr. Eng.

Lebih terperinci

Vol: 4, No. 1, Maret 2015 ISSN:

Vol: 4, No. 1, Maret 2015 ISSN: OPTIMALISASI PID POWER SYSTEM STABILIZER MENGGUNAKAN FIRE FLY ALGORITHM PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK JAWA-BALI Adi Kurniawan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com

Lebih terperinci

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Energi listrik saat ini merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan energi listrik semakin lama semakin meningkat seiring

Lebih terperinci

Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan

Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan... Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan Menggunakan Metode Quadratic Least Square Regression

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Analisis Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Listrik Dengan Menggunakan Metode Unit Decommitment (PT.PLN Wilayah Riau) Oleh: Zulfatri Aini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, dimana pada zaman yang modern ini sudah banyak alat pendukung kehidupan

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY Enrich Van Bosar Sitorus *), Hermawan, and Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan dengan bidang industri,

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD EKO RENDI SETIAWAN NRP 4205 100 060 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD TUGAS AKHIR LS 1336 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana S1 pada Jurusan Teknik Elektro Oleh: ETIS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS IMPLEMETASI METODA TAGUCHI UTUK ECOOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS Rusilawati,2, Ontoseno Penangsang 2 dan Adi Soeprijanto 2 Teknik elektro, Akademi Teknik Pembangunan asional, Banjarbaru, Indonesia

Lebih terperinci

ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK

ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK Dielektrika ISSN 286-9487 63 Vol. 1, No. 1 : 63 68 Pebruari 214 ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK Khaerul Hazi1 1, Rosmaliati2 2, Misbahuddin3

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B27 Optimasi Aliran Daya Satu Phasa Pada Sistem Distribusi Radial 33 Bus IEEE dan Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI Oleh : HENY TRI CAHYANINGSIH NIM : 081910201045 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization B251 Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization Yauri Mahaputra, Rony Seto Wibowo, Ni Ketut Aryani Jurusan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH TUGAS AKHIR TE141599 PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH Agil Dwijatmoko Rahmatullah NRP 2213106 0 44 Dosen Pembimbing Dr. Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY KETENAGAAN OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY Enrich Van Bosar Sitorus *), Dr. Ir. Hermawan, DEA dan Ir. Agung Nugroho

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) Optimasi Pembebanan Pembangkit Menggunakan Random Drift Particle Swarm Optimization (RDPSO) Pada Sistem Interkoneksi Jawa Bali 500 kv Khalid Abri, Adi Soeprianto, dan Ni Ketut Aryani Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO)

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO) TESIS Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Ph.D

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBEBANAN GENERATOR UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA OPERASI PEMBANGKITAN MENGGUNAKAN DYNAMIC FORMULATION TECHNIQUE

OPTIMASI PEMBEBANAN GENERATOR UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA OPERASI PEMBANGKITAN MENGGUNAKAN DYNAMIC FORMULATION TECHNIQUE HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599 OPTIMASI PEMBEBANAN GENERATOR UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA OPERASI PEMBANGKITAN MENGGUNAKAN DYNAMIC FORMULATION TECHNIQUE Oktarina Ratri Wijayanti NRP 2213 106 001 Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber kebutuhan hidup yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari manusia. Listrik sangat bermanfaat dalam kehidupan di era

Lebih terperinci

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization B223 Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization Muhammad Arindra, Rony Seto Wibowo, dan Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION

DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION TUGAS AKHIR TE141599 DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION Hilmy Kharisma NRP 221318 Dosen Pembimbing Dr.Eng. Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dalam penyaluran energi tersebut harus benar-benar handal, listrik merupakan salah satu

Lebih terperinci

Studi Biaya Transmisi di Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Karena Injeksi Daya di Sistem 150 kv Menggunakan Sequential Quadratic Programming

Studi Biaya Transmisi di Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Karena Injeksi Daya di Sistem 150 kv Menggunakan Sequential Quadratic Programming JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-164 Studi Biaya Transmisi di Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Karena Injeksi Daya di Sistem 150 kv Menggunakan Sequential Quadratic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

FUNGSI GRIEWANK DAN PENENTUAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI. Tri Nadiani Solihah

FUNGSI GRIEWANK DAN PENENTUAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI. Tri Nadiani Solihah Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 FUNGSI GRIEWANK DAN PENENTUAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI Tri Nadiani Solihah trinadianisolihah@gmail.com

Lebih terperinci

Aplikasi micro-genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

Aplikasi micro-genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV Aplikasi micro-genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV Amir Amruddin 2207100073 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT. Heri Suryoatmojo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen

Lebih terperinci

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-16 Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) Ahmad Zakaria H, Sjamsjul

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE Rusda Basofi 2210100025 Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT Peningkatan

Lebih terperinci

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR OPIMASI EKONOMIS PEMBANGKI PLG DI PLGU AMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORIMA KELELAWAR Fauzan Mawardi Kautsar *), Agung Nugroho, and Hermawan Departemen eknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A121 Studi Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 5kV Setelah Masuknya Pembangkit Paiton MW Pada Tahun 221

Lebih terperinci

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Soni Irawan Jatmika 2210 105 052 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. 2. Heri Suryoatmojo, ST. MT.

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan pusat beban. Perkembangan beban sistem saat ini sudah tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Aplikasi Micro-Genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

Aplikasi Micro-Genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV Aplikasi Micro-Genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV Amir Amruddin, Imam Robandi, Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik Elektro-FTI-ITS Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN PENJADWALAN JOB SHOP SECARA MONTE CARLO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN PENJADWALAN JOB SHOP SECARA MONTE CARLO TUGAS AKHIR - ST 1325 PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN PENJADWALAN JOB SHOP SECARA MONTE CARLO YANTER SIANIFAR BASUKI NRP 1303100049 Dosen Pembimbing Prof. Drs. Nur Iriawan, M.Ikom. Ph.D JURUSAN

Lebih terperinci

PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY Tommy Oys Damanik, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP

SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP TUGAS AKHIR RE1599 SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP Ahmad Dayan NRP 2206100506 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 2008-2017 TESIS Oleh: ADI PURWANTO 06 06 00 30 64 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA BIDANG ILMU

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN:

JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN: JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN: 2087-4286 Desain Proporsional Integrator Defferensiator (PID) Controller Dengan Tunning Firefly Algorithm Untuk Load Frequency Control (LFC) Pada Pembangkit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak awal listrik ditemukan sudah memiliki nilai manfaat yang tinggi baik untuk keperluan residen ataupun industri. Listrik merupakan faktor penunjang yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Peralatan rumah tangga maupun industri hampir semuanya

Lebih terperinci

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK 1) Muhammad Ulul Azmi, 2) Hadi Suroso, 3) Denny Irawan 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF)

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 5kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF) Agiesta Pradios Ayustinura, Adi Soeprijanto, Rony Seto

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK Ontoseno Penangsang Text Book : Power Generation Operation and Control Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power System Analysis Hadi Saadat INTRODUCTION Acquaint

Lebih terperinci

Penentuan MVar Optimal SVC pada Sistem Transmisi Jawa Bali 500 kv Menggunakan Artificial Bee Colony Algorithm

Penentuan MVar Optimal SVC pada Sistem Transmisi Jawa Bali 500 kv Menggunakan Artificial Bee Colony Algorithm Penentuan MVar Optimal SVC pada Sistem Transmisi Jawa Bali 500 kv Menggunakan Artificial Bee Colony Algorithm Oleh : Fajar Galih Indarko NRP : 2207 100 521 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT Abstrak

Lebih terperinci

FUNGSI ACKLEY DAN PENCARIAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI. Muhamad Fadilah Universitas Jenderal Soedirman

FUNGSI ACKLEY DAN PENCARIAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI. Muhamad Fadilah Universitas Jenderal Soedirman Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 06 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 FUNGSI ACKLEY DAN PENCARIAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI Muhamad Fadilah Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. 3.1.1 Flow Chart Optimisasi Pembagian Beban Mulai Mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PENYULANG PAKUSARI UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PENYULANG PAKUSARI UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PENYULANG PAKUSARI UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) SKRIPSI Oleh Dana Dwi Yanuarta NIM 081910201002 PROGRAM

Lebih terperinci

HARMONY SEARCH ALGORITHM (HSA) UNTUK OPTIMAL POWER FLOW (OPF)

HARMONY SEARCH ALGORITHM (HSA) UNTUK OPTIMAL POWER FLOW (OPF) HARMONY SEARCH ALGORITHM (HSA) UNTUK OPTIMAL POWER FLOW (OPF) Efrita Arfah Zuliari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email : zuliary_efri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan. firefly algorithm,

Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan. firefly algorithm, JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-84 Economic Load Dispatch Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan Firefly Algorithm

Lebih terperinci

STUDI BIAYA PRODUKSI PLTG PESANGGARAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS ALAM

STUDI BIAYA PRODUKSI PLTG PESANGGARAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS ALAM STUDI BIAYA PRODUKSI PLTG PESANGGARAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS ALAM TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana S1 pada Jurusan Teknik Elektro Disusun

Lebih terperinci