MAKALAH PETROKIMIA. LABS (Linear Alkylbenzene Sulfonate) Disusun Oleh: Kelompok 8. Rayhan Hafidz Ibrahim Rionelli Ghaudenson

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH PETROKIMIA. LABS (Linear Alkylbenzene Sulfonate) Disusun Oleh: Kelompok 8. Rayhan Hafidz Ibrahim Rionelli Ghaudenson"

Transkripsi

1 MAKALAH PETROKIMIA LABS (Linear Alkylbenzene Sulfonate) Disusun Oleh: Kelompok 8 Rayhan Hafidz Ibrahim Rionelli Ghaudenson Ryan Andriant DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2016

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang bertema LABS (Linear Alkylbenzene Sulfonate) dengan tepat waktu dan tanpa hambatan yang berarti. Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan rumus C 12 H 25 C 6 H 4 -SO 3 Na adalah suatu senyawa yang dihasilkan dengan mereaksikan antara Linear Alkylbenzene (C 12 H 25 C 6 H 5 ) dan oleum (H 2 SO 4.SO 3 ) di dalam reaktor. Linear Alkylbenzene Sulfonate dalam bidang industri banyak digunakan sebagai bahan aktif pembuatan deterjen sintetis, selain itu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuat bahan pembersih seperti pembersih lantai, peralatan rumah tangga yang memakai bahan kimia ini Makalah ini tentunya juga tidak akan terselesaikan dengan tepat waktu tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis juga akan megucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang secara langsung ataupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap penyusunan makalah ini, yaitu: 1. Orang tua yang telah me[mberikan semangat, doa, serta dukungan materi maupun spiritual. 2. Bapak Ir. Yuliusmanselaku dosen Proses Petrokimia yang telah memberikan saran dan bimbingan sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. 3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar kalau makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, dengan demikian tim penulis sangat berharap adanya saran dan kritik yang membangun, agar pada nantinya penyusunan makalah selanjutnya akan semakin baik. Depok, 13 Mei 2016 Penulis

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Metode Penulisan... 2 BAB II. LABS DAN KEBUTUHAN LABS dan Sejarah Perkembangannya Sifat Fisika dan Kimia LABS Produksi dan Kebutuhan LABS Dunia Produksi dan Kebutuhan LABS Indonesia Industri LABS di Indonesia... 6 BAB III. PROSES PEMBENTUKAN LABS Sifat-Sifat Bahan Baku Proses Pembentukan LABS Produksi Linear Alkil Benzene (LAB) Produksi Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS) Dampak lingkungan LABS dan Penanganan Limbah BAB IV. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 31

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Perusahaan Dunia Penghasil LABS... 3 Gambar 2.2. Produksi LAB Dunia Tahun Gambar 2.3. Konsumsi LABS Dunia Tahun 2008 dan 2011 per Regional... 4 Gambar 2.4. Proyeksi Konsumsi LABS Dunia Tahun Gambar 2.5. Company Profile PT Unggul Indah Cahaya... 7 Gambar 2.6. Spesifikasi Produk LAB PT Unggul Indah Cahaya... 8 Gambar 2.7. Logo PT Sinar Anjtol... 9 Gambar 3.1. Struktur Linear Alkil Benzene (LAB) Gambar 3.2. Struktur Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS) Gambar 3.3. Skema Proses Produksi Melalui Reaksi Alkilasi Benzene Gambar 3.4. Skema Pembentukan LAB Melalui Proses Detal Gambar 3.5.Proses Alumunium Klorida Gambar 3.6. Proses Hidrogen Klorida Gambar 3.7. BFD global unit LAB production Gambar 3.8. Skema Pembentukan LABS dari LAB Gambar 3.9. Mekanisme Reaksi LAB-SO Gambar Reaksi Sulfonasi dari Produk Samping LAB Gambar Block Flow Diagram Pembentukan LABS Gambar Unit Produksi SO Gambar Reaktor Sulfonasi Film-Jatuh Gambar Unit Sulfonasi Gambar Produksi LAS dari produksi SO Gambar Unit Neralisasi LAS Gambar Diagram Alir Limbah LABS... 30

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1.Sifat Fisika LABS... 4 Tabel 2.2 Pe.rkembangan Produksi Industri LABS di Indonesia... 6 Tabel 2.3.Perkembangan Konsumsi LABS Indonesia... 6 Tabel 3.1. Sifat Fisika LAB Tabel 3.2. Sifat Fisika Oleum Tabel 3.3. Sifat Fisika NaOH Tabel 3.5.Karakteristik LAB vs Proses Alkilasi Tabel 3.6. Sifat dari LAB C-12 Komersial Tabel 3.7. Perbandingan Oleum dan H 2 SO

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam dan manusia. Sumber daya alam Indonesia terbentang luas dari Sabang hingga Merauke dengan luas kepulauan dan laut yang mencapai km 2. Dengan luas negara Indonesia yang sangat besar, tentunya terdapat sumber daya alam yang banyak pula. Salah satu contoh sumber daya alam Indonesia adalah minyak bumi. Minyak bumi tidak hanya diolah untuk menjadi bahan bakar untuk mesin, tetapi minyak bumi dapat diolah menjadi petrokimia. Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil atau minyak bumi termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, dan lain-lain. Industri Petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan industri petrokimia di Indonesia diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan industri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pembangunan industri juga ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional, dan mendorong berkembangnya kegiatan berbagai sektor pembangunan lainnya. Dalam pembangunan, sektor industri berperan sangat strategis karena merupakan motor penggerak pembangunan. Sektor ini diharapkan dapat menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, penghasil devisa, dan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika kita menyadari peluang dan tantangan dalam liberalisasi perdagangan dunia dan kemampuan kita untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan sektor industri. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka usaha yang dapat dilakukan yaitu mengurangi impor bahan-

7 bahan kimia dan memacu peningkatan pemanfaatan bahan baku industri dalam negeri. Salah satu contoh produk petrokimia yang sangat populer di Indonesia maupun dunia adalah detergen. Detergen merupakan surfaktan yang sangat luas penggunaannya, baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Akhir-akhir ini, produksi detergen meningkat menjadi sekitar 7 juta ton per tahun. Jenis surfaktan yang paling banyak digunakan dalam detergen adalah tipe anionik dalam bentuk sulfonat (SO 3 - ). Berdasarkan rumus kimianya, detergen golongan sulfonat dibedakan menjadi dua jenis yaitu jenis rantai bercabang seperti Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan jenis rantai lurus Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan rumus C 12 H 25 C 6 H 4 -SO 3 Na adalah senyawa yang dihasilkan dengan mereaksikan Linear Alkylbenzene (C 12 H 25 C 6 H 5 ) dan oleum (H 2 SO 4.SO 3 ) di dalam reaktor. Linear Alkylbenzene Sulfonate dalam bidang industri banyak digunakan sebagai bahan aktif pembuatan deterjen sintetis dan sebagai bahan baku pembuat bahan pembersih seperti pembersih lantai Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini antara lai Memenuhi parameter tugas mata kuliah Proses Petrokimia Menambah ilmu mengenai Industri Petrokimia Mengetahui lebih lanjut mengenai LABS mulai dari proses, produksi, ketersediaan, produsen, dan lain-lain Metode Penulisan Penyusunan makalah maupun materi presentasi ini menggunakan studi literatur yang berbasis elektronik dengan media internet. Pencarian properti zat dengan membuka situs-situs khusus senyawa tersebut dan juga menggali informasi dari laporan-laporan ilmiah yang terpublikasi serta data-data statistik dari pemerintah.

8 BAB II LABS DAN KEBUTUHAN 2.1. LABS dan Sejarah Perkembangannya Dahulu kala, sabun dan air merupakan satu-satunya pembersih yang ada. Sabun memenuhi kebutuhan masyarakat selama bertahun-tahun dengan baik. Sabun digunakan sebagai surfaktan anionik universal pada rumah binatu maupun sebagai detergen dirumah tangga hingga tahun 1940-an. Suatu waktu, terdapat kesulitan dengan persediaan minyak dan lemak alami (nabati dan hewani) yang merupakan bahan dasar pembuatan sabun. Selama masa Perang Dunia I dan II, dilakukan penelitian untuk mencari alternatif lain dengan cukup gencar. Ilmuwan dari Jerman pertama kali membuat detergen pada masa Perang Dunia II. Produk detergen ini terdiri dari surfaktan yang merupakan branched-chain alkylbenzene sulfonates (BABS/ABS). Surfaktan adalah bahan aktif yang dapat menurunkan tegangan permukaan yang dibuat secara sintesis dari bahan petrokimia. Perkembangan ini dipicu oleh kebutuhan untuk menghasilkan surfaktan dengan performa lebih baik jika digunakan pada air dengan kandungan kapur yang tinggi. Pergantian dari sabun ke surfaktan berbasis petrokimia mulai marak dilakukan pada tahun Seperti sabun, detergen dapat mengikat mineral-mineral pada air. Namun, mikroba tidak dapat menguraikan deterjen dengan tipe branched-chain alkylbenzene sulfonates, hal ini dapat menyebabkan pencemaran air di sungaidan lingkungan disekitarnya. Posisi produk ini mulai digantikan oleh Dodecyl Benzene Sulfonate (DDBS/ABS) yang meskipun sudah bersifat biodegradable, proses penguraiannya masih tergolong lambat dan sukar didegradasi oleh mikroba di alam yang menyebabkan pencemaran limbah di lingkungan. Perkembangan dan permasalahan yang ada memicu munculnya surfaktan yang lebih baik dari segi ekonomis dan lebih ramah terhadap lingkungan sehingga memunculkan penemuan straight-chain alkylbenzene sulfonates atau linear alkylbenzene sulfonates (LABS). LABS dengan struktur lurusnya lebih ramah terhadap lingkungan. LABS pertama kali dikomersialkan pada awal tahun 1960.

9 Seiring berkembangnya industri ini, LABS telah menghasilkan kemajuan yang lebih baik terhadap mutu produksi dan keselamatan lingkungan 2.2. Sifat Fisika dan Kimia LABS Sebagai produk petrokimia, LABS tentunya mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang berpengaruh akan penggunaan LABS di dalam rumah tangga atau kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan mengenai sifat fisika dari LABS: Rumus Molekul Berat Molekul Titik Didih Titik Leleh Table 2.1. Sifat Fisika LABS C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na 348 g/mol 637 O C 277 O C Densitas 1198,4 kg/m 3 Wujud Kapasitas Panas Warna Viskositas Cair 0,6 Kkal/kg.K Bening 23,87 Cp (Source: Ratna, dkk, pada 19 Maret 2014 Pukul 11.57) Berat molekul dari LABS yang cukup besar membuat titik didih LABS menjadi sangat tinggi. Hal ini sangat baik karena terkadang LABS digunakan dengan air pada suhu tinggi dalam penggunaanya sebagai deterjen. Selain itu, LABS juga mempunyai beberapa sifat kimia antara lain larut dalam air dan bersifat sebagai surfaktan Produksi dan Kebutuhan LABS Dunia Kebutuhan LABS di dunia sangat besar mengingat fungsinya sebagai pembersih universal seperti detergen, sabun mandi, dan lain-lain. Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan dunia yang berproduksi menghasilkan LAB:

10 Gambar 2.1. Perusahaan Dunia Penghasil LABS (Sumber: ICIS Plants & Project) LAB adalah bahan dasar yang merupakan produk antara dari suatu proses petrokimia. Jika dilihat dari banyaknya negara yang memproduksi LAB, dapat disimpulkan bahwa konsumsi total dunia akan LABS juga sangat tinggi. Total kapasitas produksi LAB sebagai bahan baku pembutan LABS dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Total produksi LAB dapat menjadi proyeksi LABS yang dihasilkan didunia. Hal ini karena 98% total produksi LAB digunakan untuk produksi LABS, 2 % lainnya digunakan untuk produksi emulsi polimerisasi, bahan pengering, pelarut tinta, dan industri cat. Pada tahun 2007, total produksi LAB dunia mencapai juta ton.

11 Berdasarkan diagram lingkaran pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa kapasitas tertinggi terdapat di Asia sebesar 47%, Eropa Barat 14%, Amerika Utara 13%, Timur Tengah 12%, Amerika Latin 10%, Eropa Timur dan Afrika 2 %. Gambar 2.2. Produksi LAB Dunia Tahun 2007 (Sumber: Anonim, diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB) Berikut ini adalah total konsumsi dari LABS sendiri berdasarkan wilayah nya pada tahun 2008 dan Gambar 2.3.Konsumsi LABS Dunia Tahun 2008 dan 2011 per Regional (Sumber: Anonim, diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB) Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa lonjakan penggunaan LABS dari tahun 2008 sampai tahun 2011 sangatlah tinggi. Contohnya di Indonesia, pada tahun 2008, konsumsi LABS Indonesia tidak besar. Pada tahun 2011, konsumsi LABS di Indonesia meningkat. Yang menarik dari gambar diatas adalah prediksi untuk penggunaan LABS tertinggi akan menigkat pada negara berkembang. Hal ini dikarenakan negara tersebut masih dalam tahapan berkembang dimana para

12 penduduknya masih ada yang belum mengenal teknologi dan masih menggunakan pembersih tekstil secara tradisional atau tanpa deterjen, sedangkan untuk negara maju dimana teknologi dan informasi telah berkembang dengan pesat, penduduknya sudah lebih paham mengenai penggunaan deterjen Produksi dan Kebutuhan LABS Indonesia Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta penduduk, tentunya akan membuat total konsumsi akan LABS atau deterjen sangatlah banyak atau tinggi. Gambar 2.4. Proyeksi Konsumsi LABS Dunia Tahun 2015 (Sumber: Anonim, diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB) Sekarang ini, deterjen adalah hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari dimana hampir setiap hari masyarakat Indonesia menggunakan deterjen atau LABS sebagai pembersih pakaian. Seiring dengan banyaknya permintaan, tentunya total produksi LABS di Indonesia harus dapat mengimbangi permintaan karena jika produksi tidak mampu mengimbangi permintaan maka pada akhirnya kita akan melakukan import.

13 Berikut ini adalah tabel banyaknya produksi LABS: Tabel 2.2. Perkembangan Produksi Industri LABS di Indonesia Tahun Volume (Ton) (Sumber: Indochemical, 2002) Sedangkan untuk jumlah atau total konsumsi LABS di Indonesia yaitu: Tabel 2.3.Perkembangan Konsumsi LABS Indonesia Tahun Volume (Ton) (Sumber: Indochemical, 2002) Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total produksi LABS di Indonesia masih cukup sehingga Indonesia bisa menjadi negara pengekspor LABS. Selama Ini Indonesia mengekspor LABS ke Cina dan India Industri LABS di Indonesia Terdapat dua buah pabrik LAB, yaitu PT Unggul Indah Cahaya Tbk dan PT Sinar Antjol. PT Unggul Indah Cahaya Tbk PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UIC) berdiri pada tahun 1983 dan mulai beroperasi secara komersial sejak November UIC didukung oleh teknologi berlisensi dari UOP LLC, Amerika Serikat. Produk utama UIC adalah Alkylbenzene (AB) yang merupakan salah satu bahan baku utama deterjen. UIC adalah produsen tunggal AB di Indonesia dan memproduksi dua jenis AB, yaitu Linear Alkylbenzene (LAB) dan Branched Alkylbenzene (BAB), dengan produk samping Heavy Alkylate (HA) dan Light Alkylate (LA). UIC merupakan

14 perusahaan dengan kapasitas produksi terbesar dalam satu lokasi di kawasan Asia Pasifik dan telah berhasil memperkuat posisinya di kawasan tersebut dengan melakukan investasi pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sejenis di Indonesia, Vietnam, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. PT Unggul Indah Cahaya Tbk memiliki tiga unit pabrik Alkylbenzene yang semuanya berada dalam satu lokasi dengan total kapasitas produksi MT per tahun (kombinasi LAB dan BAB). Produsen deterjen di Indonesia merupakan konsumen utama PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UIC), dan sebagian produknya diekspor ke berbagai negara seperti Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Singapura, Vietnam dan Amerika Serikat. Gambar 2.5. Company Profile PT Unggul Indah Cahaya (Sumber: Anonim. diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB

15 Berikut ini adalah spesifikasi dari LAB hasil produksi PT Unggul Indah Cahaya. Gambar 2.6. Spesifikasi Produk LAB PT Unggul Indah Cahaya (Sumber: Anonim. diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB PT Sinar Antjol Pabrik kedua adalah PT Sinar Antjol. Pabrik ini merupakan pabrik LAB tertua yang ada di Indonesia yaitu dari tahun Hingga kini, pabrik ini masih beroperasi namun dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. PT. Sinar Antjol menawarkan bermacam-macam produk sabun/pembersih untuk memenuhi kebutuhan setiap segmentasi pasar termasuk kebutuhan perorangan. Produkproduk yang ditawarkan meliputi antara lain sabun batangan, pembersih lantai, cairan pembersih untuk peralatan rumah tangga, pembersih cream dan bubuk serta laundry bar. PT. Sinar Antjol memproduksi Consumer product dan Industrial Product. Produksi yang berupa barang Consumer product mencakup produk sabun batang, pembersih lantai, cairan pembersih tangan, pencuci piring, krim, deterjen bubuk

16 dan juga laundry bar. Produksi yang berupa barang Industrial Product antara lain BABS, Glycerine, LABS, Laundry Soap Chips dan Toilet Soap Chips. Gambar 2.7. Logo PT Sinar Anjtol (Sumber: Anonim. diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB

17 BAB III PROSES PEMBENTUKAN LABS Dalam bab ini akan dibahas mengenai bahan baku LABS, skema proses, uraian proses, parameter, reaksi-reaksi yang terkait, dan pengolahan limbah dari LABS itu sendiri Sifat-Sifat Bahan Baku Berikut ini adalah bahan baku yang digunakan untuk memproduksi LABS: 1. Linear Alkil Benzene (LAB) Table 3.1. Sifat Fisika LAB Rumus Molekul C 12 H 25 C 6 H 5 Berat Molekul 246,435 kg/kmol Titik Didih 327,61 O C Titik Leleh 2,78 O C Densitas 855,065 kg/m 3 Wujud Cair Energi Panas 1787,0 KJ/mol Kapasitas Panas 750,6 Kkal/kmol OC Viskositas 12 Cp (Source: Ratna, dkk, diakses pada 20 Maret 2014 Pukul 12.26) Sifat Kimia LAB: Tidak larut dalam air Mudah terbakar dan beracun 2. Oleum Oleum (H 2 SO 4. SO 3 ) merupakan sulfur trioksida (SO 3 ) yang dilarutkan dalam asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) (konsentrasi > 98%).

18 Table 3.2. Sifat Fisika Oleum Rumus Molekul H 2 SO 4.SO 3 Berat Molekul 178,14 g/mol Titik Didih 138 O C Titik Leleh 21 O C Densitas 1930 kg/m 3 Wujud Cair Warna Tidak berwarna Viskositas 8,7 Cp (Source: Ratna, dkk, diakses pada 20 Maret 2014 Pukul 12.26) Sifat kimia Oleum : Oleumbersifat menarik air dan mudah larut dalam air Oleumsangat korosif dan mudah meledak Bahan pengoksidasi yang sangat kuat 3. NaOH Table3.3. Sifat Fisika NaOH Rumus Molekul NaOH Berat Molekul 40 g/mol Titik Didih 1390 O C Titik Leleh 323 O C Temperatur Kritis 2546,85 O C Tekanan Kritis 249,998 atm Kapasitas Panas -36,56 Kkal/kg. O C Densitas 1090,41 kg/m 3 Panas Pembentukan -47,234 Kkal/kmol Wujud Padat, Kristal higroskopis Warna Putih (Source: Ratna, dkk, diakses pada 20 Maret 2014 Pukul 12.26)

19 Sifat Kimia Natrium Hidroksida : NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi uap air dan CO2 dari udara, Kristal NaOH berserat membentuk anyaman. NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan jika dibakar akan meleleh Proses Pembentukan LABS Linear alkil benzene sulfonat (LABS) dihasilkan dari proses sulfonasi linear alkil benzene (LAB). Struktur dari LAB dan LABS diunjukkan pada gambar berikut: Gambar 3.1. Struktur Linear Alkil Benzene (LAB) (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate) Gambar Struktur Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS) (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate) Produksi Linear Alkil Benzene (LAB) Saat ini, LAB diproduksi melalui reaksi alkilasi benzene dengan katalis Lewis-type acid seperti AlCl 3, HF, dan Detal. Proses pembentukan LAB melalui reaksi alkilasi benzene dengan katalis AlCl 3, HF, dan Detal ditunjukkan pada gambar berikut:

20 Gambar Skema Proses Produksi Melalui Reaksi Alkilasi Benzene dengan Berbagai Katalis (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate.) Saat ini, produksi LAB umumnya dilakukan melalui proses DETAL yang merupakan proses terbaru dan paling banyak digunakan. Sebelumnya, proses dengan katalis HF adalah yang paling banyak digunakan. Namun, pelepasan HF ke lingkungan sangat beresiko karena sifat HF yang mudah menguap dan beracun. Proses Pembentukan LAB melalui Proses DETAL Gambar 3.4.Skema Pembentukan LAB Melalui Proses Detal (Sumber:

21 Tahapan proses pembentukan LAB melalui proses DETAL yaitu: 1. Parafin didistilasi crude oil menjadi olefin melalui proses dehidrogenasi di dalam reaktor PACOL menggunakan katalis Platinum. 2. Olefin melalui tahap pemurnian untuk menghasilkan olefin sesuai dengan kriteria pembuatan LAB. 3. Benzene dan olefin bereaksi di dalam reaktor DETAL menghasilkan LAB dan HAB (High alkyl benzene) dengan sistem katalis padatan. 4. LAB diproses lebih lanjut menjadi LABS. Paraffin linear yang digunakan untuk produksi LAB dihasilkan dari ekstraksi fasa liquid atau uap dari kerosin yang dilanjutkan dengan fraksinasi untuk menghasilkan potongan C10-C13 atau panjang rantai-c yang lebih kecil dan juga menghasilkan rantai alkil dengan berat molekul yang berbeda, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Table 3.4.Jenis Karateristik LAB Panjang rantai C dari n-parafin yang digunakan untuk produksi LAB secara langsung mempengaruhi berat molekul dari rantai alkil yang dihasilkan, dimana katalis yang berbeda akan berpengaruh terhadap komposisi dan struktur LAB di akhir. Pada umumnya, isomer 2-phenyl dan dialkyltetralins (DAT) merupakan komponen yang dapat dipertimbangkan sebagai hasil samping proses alkilasi.

22 Tabel 3.5. Karakteristik LAB vs Proses Alkilasi Tabel 3.6.Sifat dari LAB C-12 Komersial Proses Pembentukan LAB melalui Proses Alumunium Klorida Benzene dialkilasi dengan kloro-parrafin dan n-olefin menggunakan katalis AlCl 3. Kloro-parafin yang diperoleh melalui klorinasi n-paraffin dan n- olefin yang diklorinasi dihasilkan melalui dehidrogenasi katalitik dari n-paraffin yang dilanjutkan dengan molecular sieve extraction. Pada proses ini sebagian n- paraffin diklorinasi dengan gas klorin dalam reaktor multistage. Produk yang dihasilkan berupa campuran n-paraffin dan kloroparaffin yang dijadikan umpan bersamaan dengan excess benzene kedalam reaktor dimana terjadi reaksi alkilasi dengan katalis AlCl 3. Katalis dapat dijadikan suspensi atau dilarutkan dalam crude alkylate, kemudian dipisahkan dari benzena. Selanjutnya, n-paraffin yang tidak terkonversi diambil kembali kemudian didistilasi dan daur-ulang. Pada tahap akhir dalam proses ini, LAB dipisahkan dari produk samping yaitu heavy alkylate. Penggunaan proses ini memerlukan integrasi dari unit produksi klorin dengan

23 plant lain yang menggunakan produk samping HCl. Klorin tidak menjadi bagian dari LAB, tetapi diperlukan dalam reaksi pembentukan LAB dari benzene dan paraffin. (Berna, 2003) Gambar 3.5. Proses Alumunium Klorida (Sumber: Berna, 2003) Proses Pembentukan LAB melalui Proses Hidrogen Florida Pada proses ini benzena secara langsung dialkilasi dengan olefin dalam hydrogen flouride (HF) yang berperan sebagai katalis. Terdapat 4 tahapan utama pada proses ini. Di unit pertama, parafin sebagai umpan dihidrogenasi untuk menghilangkan pengotor seperti senyawa sulfur dan nitrogen. Pemotongan n- paraffin dilakukan melalui proses ektraksi didalam molecular sieve. Parrafin yang telah dipotong di dehidrogenasi menjadi n-mono olefin menggunakan katalis yang selektif. Konversi reaksi dehidrogenasi terbatas pada rentang 10-20% yang bertujuan untuk mengurangi reaksi samping. Hasil campuran n-paraffin dan n-mono olefin diumpankan ke unit alkilasi bersamaan dengan excess benzene. Fraksi paraffin yang tidak bereaksi didalam alkilasi akan direcycle ke tahap dehidrogenasi setelah fraksinasi dari campuran produk reaksi (LAB, heavy alkylate, dan excess benzene). (Berna, 2003)

24 Gambar 3.6. Proses Hidrogen Florida (Sumber: Berna, 2003) Proses alkilasi menggunakan HF merupakan proses katalitik untuk mengalkilasi benzene dengan linear olefin menjadi bentuk linear alkylbenzene (LAB). LAB dihasilkan dari olefin linear (C 10 -C 13 ) yang dapat digunakan untuk deterjen dan dapat langsung disulfonasi menjadi LABS. Prosesnya didasarkan pada dua reaksi utama yaitu paraffin dehidrogenasi dan konversi ke olefin (PACOL) serta alkilasi benzene dengan linear olefin, yang di tujukan untuk menghasilkan LAB. Secara prinsip, bahan bakunya adalah paraffin, benzene, serta LAB. Produk sampinyanya adalah gas ringan (hidrogen, hidrokarbon ringan), alkylate polymer, dan heavy alkylate. Katalis yang digunakan untuk kedua rekasi adalah palladium pada pellet alumina pada unit PACOL dan HF padaunit alkilasi. Gambar 3.7.BFD global unit LAB production (Sumber: Daaboul, 2002)

25 3.2.2.Produksi Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS) LABS diproduksi dengan cara mereaksikan LAB dengan gugus fungsi SO 3 dengan perbandingan 1:1. Beberapa sumber gugus fungsi SO 3 diantaranya H 2 SO 4, oleum, gas SO 3, CISO 3 H, dan asam sulfamik. Skema dan mekanisme reaksi pembentukan LABS dari LAB ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 3.8. Skema Pembentukan LABS dari LAB (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate.) Mekanisme reaksi pembentukan LABS merupakan reaksi substitusi elektrofilik: Gambar 3.9. Mekanisme Reaksi LAB-SO 3 (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate.)

26 Reaksi antara SO 3 dan LAB adalah reaksi substitusi elektrofilik orde kedua. Spesifikasi dari LAB yang diperlukan untuk produksi LAS dengan sulfonasi adalah beberapa karateristik penting seperti: Berat molekul/distribusi rantai molekul C (membutuhkan pengaturan yang benar dari kondisi sulfonasi ) Sulfonabilitas (untuk memastikan konversi tertinggi LAB ke LAS dan meminimalkan produk samping dan kehadiran materi yang tidak tersulfonasi dalam produk LAS) Indeks Bromin (nilai yang rendah menunjukkan ketidakjenuhan yang rendah dalam rantai alkil dan masing-masing warna cahaya dari produk LAS, yang melibatkan kesempurnaan hasil sulfonasi dalam kondisi sejuk) Kandungan 2-Phenyl isomer (nilai yang tinggi memastikan kelarutan yang tinggi dalam air dan viskositas tinggi dari LAS) Kandungan DAT (nilai rendah berarti kemurnian lebih tinggi, kinerja yang lebih baik, dan biodegradasi lebih tinggi dari produk LAS) Ketika mensulfonasi LAB akan dihasilkan juga produk samping. Selain itu, produk samping pembentukan LAB seperti branced alkylate, DAT, dan difenil alkilat juga mengalami reaksi sulfonasi, meskipun dengan kecepatan reaksi yang berbeda-beda. Kontrol dari reaksi adalah titik kunci untuk memastikan produksi LAS memiliki kualitas terbaik. Oleh karena itu, kondisi operasi tertentu harus dipenuhi untuk meminimalkan reaksi samping yang akan mempengaruhi hasil konversi dan kualitas produk. Gambar Reaksi Sulfonasi dari Produk Samping LAB (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate.)

27 Hasil konversi dan kualitas produk juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik utama dari olahan bahan baku LAB. Tabel 5. Spesifikasi LAB vs Karakteristik LAS Deskripsi Proses Pembuatan LABS Proses pembuatan LABS terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1) Proses sulfonasi Alkylbenzene dan oleum yang sebelumnya dipanaskan dalam heater hingga mencapai suhu 46 o C dipompakan ke tangki sulfonator. Selanjutnya Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam tangki sulfonator dicampur secara perlahanlahan. Sulfonator beroperasi pada suhu 46 o C dan tekanan 1 atm (14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonator adalah 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis. C 12 H 25 C 6 H 5 + SO 3 + H 2 SO 4 C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + H 2 SO 4 LAB Oleum 20% LABS Asam Sulfat 2) Proses Pemisahan Campuran dari sulfonator selanjutnya dicampur dengan air di dalam mixer untuk mencegah reaksi samping. Campuran larutan LABS, H 2 SO 4, dan LAB yang tidak bereaksi dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis (densitas). LABS yang memiliki densitas lebih kecil dari pada asam sulfat akan terpisah sebagai lapisan atas dan asam sulfat sebagai lapisan bawah. Selain

28 berdasarkan perbedaan densitas, pemisahan asam sulfat dan LABS pada dekanter terjadi karena kedua larutan ini tidak saling larut. 3) Proses Netralisasi LABS dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20% di dalam tanki netralizer. Netralizer beroperasi pada temperatur 55 o C dan tekanan 1 atm dengan konversi 99%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga diperlukan jaket pendingin, dimana reaksinya sebagai berikut: C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + NaOH C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na + H 2 O LABS Natrium Alkylbenzene Sulfonate Hasil dari netralizer berupa natrium alkylbenzene sulfonate berbentuk slurry. 4) Proses Pengeringan Pada proses pengeringan, slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan kedalam spray dryer. Kemudian slurry di kontakkan dengan udara panas yang berasal dari furnace pada temperatur 300 o C, dimana pengeringan berlangsung dengan cepat dan menghasilkan produk berbentuk powder. Powder dari spray dryer terdiri dari 96% bahan aktif surfaktan (natrium alkylbenzene sulfonate), natrium sulfonate inert, dan sedikit air. Agen Sulfonasi dalam Pembentukan LABS Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa jenis agen sulfonasi yang dapat digunakan untuk memproduksi LABS, seperti oleum, H 2 SO 4, gas SO 3, CISO 3 H, dan asam sulfamik. 2 jenis agen sulfonasi yang paling sering digunakan yaitu oleum dan H 2 SO 4. Perbedaan penggunaan oleum dan H 2 SO 4 sebagai agen sulfonasi yaitu: Tabel 3.7. Perbandingan Oleum dan H 2 SO 4 sebagai Sulfonating Agent Oleum Laju reaksi menggunakan Oleum lebih cepat dibandingkan daripada menggunakan asam sulfat Konversi 98% Produk samping lebih sedikit H 2 SO 4 Laju reaksi lebih lambat Konversi 90% Produk samping lebih banyak

29 Oleum yang digunakan adalah 1 bagian dalam reaksi Asam sulfat yang digunakan 1,5 kali lebih banyak dibandingkan oleum Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proses sulfonasi dengan menggunakan oleum memiliki lebih banyak keuntungan daripada menggunakan asam sulfat. Pembentukan LABS dengan Oleum dan SO 3 Sebagai Sulfonating Agent Gambar Block Flow Diagram Pembentukan LABS dengan Oleum Sebagai Sulfonating Agent (Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-olefin Sulfonate) Deskripsi proses pembentukan LABS dengan oleum sebagai sulfonating agent yaitu: Ketika sulfonating agent yang digunakan adalah oleum, LAB yang digunakan yaitu LAB fasa liquid homogen Untuk mencapai reaksi LAB dan oleum yang sempurna maka membutuhkan waktu digestion. Setelah digestion, terjadi proses pelarutan menggunakan H 2 O untuk memisahkan SO 2 /SO 3 (spent acid). Proses terakhir yaitu netralisasi menggunakan H 2 O atau NaOH

30 Sementara itu, proses blok diagram dari sulfonasi berbasis SO 3 menunjukkan ketiadaan dari limbah cair dan didasarkan pada reaksi stoikiometri dari SO 3 dan bahan baku organik. Sulfonasi SO 3 tidak melibatkan pembentukan air sebagai byproduct, dengan konsekuensi penggunaan seluruh SO 3 untuk reaksi utama. Setelah sulfonasi, langkah aging dan stabilizing diperlukan untuk memungkinkan "Penataan ulang" dari sulfoanhydrides langsung ke asam sulfonat sehingga memaksimalkan konversi bahan baku ke dalam sulfonat akhir dalam waktu yang singkat. Gas SO 3 langsung dihasilkan dari pembakaran unsur sulfur dan selanjutnya SO 2 dioksidasi dalam proses sulfonasi. Kontrol atas reaksi LAB-SO 3 benar-benar tergantung pada pendekatan desain untuk reaktor di mana dua reaktan dikontakkan, sehingga reaktor sulfonasi merupakan inti dari pabrik sulfonasi dan konsepnya harus didasarkan pada pengetahuan tentang apa yang sebenarnya terjadi ketika LAB dan SO 3 gas bereaksi. Reaktor sulfonasi telah diadopsi dalam sejumlah besar pabrik dan dianggap sebagai "state-of-the-art" reaktor sampai pertengahan 1970-an, ketika reaktor baru berdasarkan prinsip film jatuh diperkenalkan. Dalam reaktor jenis ini, kombinasi reaksi eksotermis LAB-SO 3 (40,6 kkal/mol) dan peningkatan seketika dalam viskositas bahan organik dalam sulfonasi menunjukkan bahwa kontrol temperatur reaksi dalam fase organik adalah target yang paling sulit dikendalikan dari reaktor.

31 Gambar Unit Produksi SO 3 Dalam reaktor film jatuh, panas reaksi yang berubah dapat dikontrol dan diseimbangkan dengan mengencerkan SO 3 dengan udara kering sehingga mengurangi tekanan parsial dan mengalir ke interface gas-cair. Hal ini penting untuk laju reaksi yang dikendalikan oleh transportasi SO 3 melalui fasa gas dan distribusi reaktan dalam tabung reaktor juga penting untuk menyelesaikan kontrol atas termodinamika reaksi. Sebuah contoh dari sebuah reaktor film jatuh (Ballestra multitube reactor type film) ditunjukkan pada Gambar3.13.

32 Gambar Reaktor Sulfonasi Film-Jatuh Gambar Unit Sulfonasi Dalam jenis reaktor ini, kombinasi efisiensi pendinginan, geometri tabung reaksi, dan distribusi reaktan memungkinkan untuk mencapai penyerapan yang

33 lengkap untuk mengkonversi LAB ke LAS. Pada gambar dibawah ini, ditunjukkan perubahan suhu versus kelengkapan reaksi sepanjang reaktor. Gambar 3.15.Produksi LAS dari produksi SO 3 konversi reaksi dalam reaktor film multitube Pada plant skala komersial berdasarkan reaktor film multitube, parameter operasi yang biasanya dipakai adalah: Netralisasi asam di LAS dapat dilakukan dengan menggunakan unit proses yang didasarkan pada prinsip loop paksa, di mana reaktan terus ditambahkan dan panas reaksi segera disebar di saat produk ternetralisasi saat recycling. Gambar dibawah ini menunjukkan skema dari netralisasi LAS. Reaksi netralisasi bersifat eksotermik (~ 25 kkal / mol). Secara komersial, kehadiran LAS dalam bentuk larutan air garam natrium digantikan oleh asam sulfonat karena penanganan yang mudah dan digunakan dalam proses produksi deterjen dimana asam LAS bisa langsung dinetralisir.

34 Gambar Unit Netralisasi LAS 3.3. Dampak lingkungan LABS dan Penanganan Limbah LABS LAB merupakan bahan dasar dalam pembuatan deterjen yang tiap harinya selalu digunakan oleh masyarakat. Deterjen adalah salah satu bahan yang sulit terurai secara cepat di lingkungan. Berdasarkan diagram alir di bawah dapat diketahui bahwa limbah deterjen berasal dari produksi dan penggunaan rumah tangga. Efek yang ditimbulkan dapat terakumulasi dalam area yang luas. Pencemaran yang terjadi bisa di permukaan tanah, terakumulasi di tanah, maupun mengendap di aliran air. Apabila deterjen ini mencemari aliran sungai, maka deterjen akan terakumulasi pada mahluk hidup di dalamnya.

35 Gambar3.17. Diagram alir limbah LABS Keberadaan LABS yang berlebih diperairan sangat berbahaya bagi lingkungan karena bersifat karsinogen, menimbulkan bau, menyebabkan pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok, dan menyebabkan pendangkalan sungai (Ariffin et al., 2007). Baik Cr(VI) maupun fenol bersifat racun terhadap semua organisme dan menyebabkan iritasi serta korosi pada kulit manusia. Mengingat bahaya yang ditimbulkannya, maka perlu dilakukan penanganan khusus terhadap limbah Cr(VI) dan fenol tersebut. Teknologi konvensional telah banyak dilakukan untuk mengolah limbah Cr(VI) dan fenol, tetapi metode tersebut masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya efisiensi pengolahan limbah yang rendah, pemakaian energi dan bahan kimia yang cukup tinggi, serta proses pengolahan limbah yang dilakukan ternyata masih menghasilkan residu berbahaya (Khalil dkk., 1998; Dingwangchen dkk.,1999; Ku dkk., 2001). Teknologi fotokatalisis yang sekarang ini banyak dikembangkan mampu mereduksi Cr(VI) dan fenol. Bahkan, dinilai lebih ekonomis dalam pemakaian

36 energi. Selain itu, teknologi fotokatalis juga dapat menekan pemakaian bahan kimia. Salah satu teknologi alternatif yang digunakan untuk mengolah limbah ini adalah metode fotokatalis dengan menggunakan titanium dioksida (TiO2) sebagai katalis. TiO2 digunakan sebagai fotokatalis dalam sistem suspensi tapi mempunyai kelemahan dalam hal pemisahan katalis setelah proses degradasi dan daya adsorpsi katalis terhadap limbah. Metode imobilisasi TiO2 dilakukan dengan silica gel sebagai penyangga. Metode ini memudahkan dalam hal pemisahan setelah proses degradasi dan meningkatkan kemampuan adsorbsi katalis (Hidaka, 2004).

37 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan LABS merupakan salah satu hasil industri petrokimia yang sangat dubutuhkan secara internasional mauun nasional. Produksi dan permintaan akan LABS pun akan meningkat setiap tahunya. LABS sendiri adalah produk akhir dari LAB dengan reaksi sulfonasi. Alkylbenzene dan oleum dipompakan ke tangki sulfonator yang sebelumnya masing-masing dipanaskan dalam heater hingga mencapai suhu 46 o C. Selanjutnya Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam tangki sulfonator dicampur secara perlahan-lahan. Oleum (H 2 SO 4. SO 3 ) merupakan sulfur trioksida (SO 3 ) yang dilarutkan dalam asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) (konsentrasi > 98%). Sulfonator beroperasi pada suhu 46 O C dan tekanan 1 atm (14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonator 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis. Perkembangan LABS di dunia maupun Indonesia membuat limbah baru terbentuk. Keberadaan LABS yang berlebih diperairan sangat berbahaya bagi lingkungan karena bersifat karsinogen, menimbulkan bau, menyebabkan pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok, dan menyebabkan pendangkalan sungai. Salah satu teknologi alternatif yang digunakan untuk mengolah limbah ini adalah metode fotokatalis dengan menggunakan titanium dioksida (TiO2) sebagai katalis. TiO2 digunakan sebagai fotokatalis dalam sistem suspensi tapi mempunyai kelemahan dalam hal pemisahan katalis setelah proses degradasi dan daya adsorpsi katalis terhadap limbah Saran Produksi LABS di dunia boleh berkembang dengan pesat tetapi harus diimbangi dengan adanya teknologi-teknologi baru yang digunakan untuk mengelola limbah dari LABS itu sendiri. Terutama untuk pengelolaaan limbah di Indonesia, karena jumlah konsumen dari LABS di Indonesia sangatlah banyak.

38 DAFTAR PUSTAKA Anonim. N-Paraffin Production. pada 19 Maret 2014 pukul WIB) Anonim. Linear Alkyle Benzene LAB.cfm (Diakses pada 20 Maret 2014 pukul WIB) Anonim. Chemical Profile - Linear Alkyle Benzene. pada 8 May 2013 pukul WIB) Berna, J.L., Cavalli, L., Renta, C.2003.A life-cycle inventory for the production of linear Alkylbenzene Sulphonates in Europe.Spanyol (Diakses pada 28 Februari 2014) Daaboul, Ahmad LAB project-environtmental Impact Assessment. pada 28 Februari 2014) Niir..The complete technology book on detergent. pada 28 Februari 2014) Qourzal,S, N. Barka, M. Tamimi, et.all Sol gel synthesis of TiO2 Silica gel photocatalyst for β-naphthol photodegradation, Materials Science and Engineering. Slamet dkk Laporan Penelitian Hibah Bersaing Modifikasi Zeolit Alam dan Karbon Aktif dengan TiO2 serta Aplikasinya sebagai Bahan Adsorben dan Fotokatalis untuk Degradasi Polutan Organik. Universitas Indonesia. Slamet., E.Marliana Pengolahan Limbah Cr(VI) dan Fenol dengan Fotokatalis Serbuk TiO2 dan CuO/ TiO2. Universitas Indonesia. Zoller. Uri Handbook Of Detergent. London: CRC Press.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Dodekilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet untuk bahan baku pembuatan deterjen sintetik, shampo, pasta gigi, dan sabun cuci. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan berkembangnya teknologi saat ini dalam berbagai bidang, Indonesia dituntut agar dapat bersaing dengan negara-negara dalam bidang industri. Diperlukan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek dalam kehidupan. Salah satu dampak yang dapat dirasakan adalah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodekena dan Benzena dengan Proses DETAL Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodekena dan Benzena dengan Proses DETAL Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin pesat mengakibatkan bertumbuhnya pula kebutuhan hidup masyarakat. Dalam pemenuhannya pun manusia harus senantiasa

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Dodecyllbenzene Sulphonate dengan Proses Sulfonasi Oleum 20% Kapasitas ton/tahun.

Prarancangan Pabrik Sodium Dodecyllbenzene Sulphonate dengan Proses Sulfonasi Oleum 20% Kapasitas ton/tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era globalisasi ini penggunaan deterjen sebagai senyawa buatan untuk mencuci dan membersihkan noda peralatan rumah tangga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh : Doni Purnama 0515041033 M.Harun Al Rasid 0515041048 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dewasa ini, berbagai jenis bahan kimia sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. NaOH dan klor merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan sektor industri di Indonesia, khususnya industri kimia dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzen dari Dodeken dan Benzen Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzen dari Dodeken dan Benzen Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin pesat mengakibatkan bertumbuhnya pula kebutuhan hidup masyarakat. Dalam pemenuhannya pun manusia harus senantiasa

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia banyak melakukan pengembangan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di bidang industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan berkembangnya globalisasi, produk industri setiap negara dapat keluar masuk dengan lebih mudah yang menyebabkan persaingan antar setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D

BAB I PENDAHULUAN D BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat, hal ini disebabkan karena terbukanya pasar bebas di seluruh dunia. Semakin majunya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kimia senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Industri bulk chemical merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin pesatnya pertumbuhan berbagai industri. Tetapi dalam pertumbuhannya,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sodium Stirena Sulfonat Sodium stirena sulfonat merupakan senyawa jenis polimer turunan dari stirena yang mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang

Lebih terperinci

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain:

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, industri kimia terus mengembangkan produknya guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Indonesia mempunyai sumber

Lebih terperinci

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri di dunia serta khususnya di Indonesia, semakin banyak diversifikasi usaha yang telah dilakukan. Indonesia sebagai salah satu

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era industrialisasi dan perdagangan bebas ini, perlu adanya pengembangan dalam perindustrian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu didirikan suatu industri yang

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 20.150 TON/TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Linier Alkyl Benzene dari Benzene dan Olefin. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Linier Alkyl Benzene dari Benzene dan Olefin. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan penduduk juga semakin bertambah dan beraneka ragam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet, Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang meningkat saat ini, diharapkan dapat menciptakan pembangunan industri sebagai usaha dalam menciptakan struktur ekonomi

Lebih terperinci

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK Oleh : ALIFUDDIN ROZAQ 063101 0081 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang harus semakin diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era industrialisasi, pertumbuhan industri di indonesia terutama industri kima semakin mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sodium dodekilbenzen sulfonat (SDBS) merupakan bahan untuk membuat deterjen. Kebutuhan deterjen di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia yang begitu cepat sangat berdampak terhadap berbagai industri yang terkait. Salah satu industri yang cukup baik untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan sektor industri telah menuntut semua negara kearah industrialisasi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik Perekonomian bangsa yang belum stabil, banyak disebabkan oleh. tingginya suhu politik dan keamanan yang belum terjamin. Pada masa sulit seperti ini,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era perdagangan bebas Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang industri. Perkembangan industri di Indonesia

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES A. Jenis-jenis Proses 1. Proses dengan Menggunakan Bahan Baku Chloroparaffin Proses dengan bahan baku chloroparaffin dan benzen merupakan proses tertua. Katalis yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS 91.509 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang. Setiap warga negara wajib melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di sektor ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia di seluruh dunia tidak pernah lepas dari penggunaan sesuatu yang berbahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Hal ini harus diperhatikan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Fenil Asetat Asam fenil asetat disebut dengan nama lain asam α-toluic, asam benzen asetat, asam alfa tolylic dan asam 2-fenil asetat (Wikipedia, 2012b). Asam fenil asetat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan kimia dalam negeri masih banyak didatangkan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentaeritritol adalah alkohol yang mempunyai empat gugus OH dan berbentuk kristal berwarna putih yang tidak berbau. Pentaeritritol merupakan produk intermediet, diproduksi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, penting bagi Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang termasuk dari sektor industri. Salah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia adalah negara luas yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia berlimpah yang saat ini sedang berkembang dan melakukan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri kimia mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga kebutuhan bahan baku serta bahan penunjang untuk industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan industri kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS 31.500 TON PER TAHUN Disusun Oleh: DIDIK PURNOMOSIDI D 500 000 047 Dosen Pembimbing : AKIDA MULYANINGTYAS, ST,MSc HAMID

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar,

Lebih terperinci