BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Komunikasi Massa Film merupakan salah satu media yang paling banyak dipakai secara kolektif dan terikat. Film dapat melintasi batas-batas wilayah, bahkan sering kali mampu menembus beberapa kurun masa. Film mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukungnya. Pada mulanya hanya dikenal film hitam-putih dan tanpa suara. Pada akhir tahun 1920-an barulah film bersuara mulai dikenal, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an. Peralatan produksi film juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga sampai sekarang tetap mampu menjadikan film sebagai tontonan yang menarik bagi khalayak luas. Media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat heterogen, dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Peran media massa tersebut menyebabkan media massa telah menjadi perhatian penting bagi masyarakat. Sebagai salah satu media massa, McQuail mengatakan film merupakan alat komunikasi yang efektif karena memiliki kemampuan mengantarkan pesan secara unik. Hal ini dimungkinkan karena adanya unsur audio dan visual yang terdapat di dalam film sehingga memudahkan orang memahami pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat, 7

2 8 dan kemampuan memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas membuat film lebih mudah mendapatkan perhatian dari masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya. Industri film adalah industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film digunakan untuk merefleksikan realitas atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non-fiksi. Melalui film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Film sebagai komunikasi massa juga dapat memberikan informasi kepada audiennya. Seorang pembuat film dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya melalui media film. Dengan begitu ia juga ikut mendidik publik dengan pesan yang ada di dalam filmnya. Selain mampu untuk menginformasikan, menghibur, dan mendidik, film juga mampu untuk memengaruhi seseorang. Tandatanda dan simbol-simbol yang terdapat dalam sebuah film merupakan sebuah propaganda pembuat film untuk menyampaikan pesan kepada audien Film Dokumenter Sejarah awal film dokumenter ditandai dengan munculnya film Nanook Of The North (1922) karya Robert Flaherty yang bercerita tentang kehidupan seorang dari suku Eskimo di wilayah Kutub Utara bernama Nanook. Film ini mendapat kritik oleh John Grierson di New York Sun pada 8 Februari 1962, dan saat itulah istilah dokumenter pertama kali digunakan. Grierson berpendapat bahwa apa yang

3 9 dilakukan Flaherty adalah sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian nyata yang ada. 4 Menurut John Grierson, dokumenter adalah cara kreatif untuk merepresentasikan realitas 5. Melalui film dokumenter, realitas yang terjadi di dunia nyata memang dapat dipindahkan melalui proses representasi ke dalam bentuk film. Representasi yang dibangun tentu saja tergantung dari tujuan pembuatan film, latar belakang produksi film, serta sikap dari kreator film dokumenter itu sendiri. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa, melainkan merekam sebuah peristiwa yang sungguh nyata terjadi. Berbeda dengan film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang pada umumnya didasarkan dari sebuah tema atau argument pembuatnya. 6 Film dokumenter bukan sekedar dokumentasi yang hanya mengumpulkan file-file dan merangkainya tanpa ada pola. Film dokumenter bukan pula sekedar dokumentasi yang dibuat tanpa ada tema sentral dan tujuan pembuatan film. Dokumentasi dibuat dengan merekam apa yang terjadi dengan satu tujuan, mendokumentasikan secara audio visual, sedangkan dokumenter dibuat dengan pendekatan subyektifitas dari pembuatnya. Subyektifitas diartikan sebagai sikap atau opini terhadap suatu peristiwa. Jadi, ketika faktor manusia ikut berperan, persepsi tentang kenyataan akan sangat bergantung pada individu pembuat film dokumenter tersebut. 4 Fajar Nugroho, Cara Pintar Bikin Film Dokumenter, 2007, Hal Susan Hayward, Cinema Studies: Key Concept, 2001, Hal Himawan Pratista, Memahami Film, 2008, Hal. 4.

4 Tipe Film Dokumenter Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. 7 Tipe film lebih cenderung mengelompok dari pendekatan wujud yang terlihat secara kasat mata serta dapat dirasakan dampaknya oleh audien sehingga lebih dekat dengan gaya film, seperti unsur mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Menurut Bill Nichols, klasifikasi tipe-tipe film dokumenter yaitu: a. Tipe Expository Tipe ini berupa narasi (voice over) yang memaparkan serangkaian fakta yang dikombinasikan bersamaan dengan gambar-gambar di film. Kekuatan narasi yaitu menyampaikan informasi abstrak yang tidak mungkin digambarkan oleh rekaman kamera serta dapat memperjelas peristiwa yang terekam kamera namun kurang dipahami. Penekanan pada jenis ini adalah penyampaian informasi. b. Tipe Observational Film dokumenter observational merupakan film yang pembuatnya menolak untuk mengintervensi obyek dan peristiwanya. Mereka berusaha untuk netral dan tidak menghakimi subyek atau peristiwanya. Tipe ini juga menolak menggunakan narasi atau komentar dari luar ruang cerita. Penekanannya adalah untuk memaparkan potongan kehidupan manusia secara akurat atau mempertunjukkan gambaran kehidupan manusia secara langsung. 7 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, 2008, Hal. 212.

5 11 c. Tipe Interactive Tipe ini merupakan kebalikan dari dokumenter observational. Pembuat film menunjukkan diri secara mencolok dan melibatkan diri pada peristiwa serta berinteraksi dengan subyeknya. Aspek utama dari tipe ini adalah wawancara, terutama dengan subyek-subyeknya sehingga bisa didapatkan komentar-komentar dan respon langsung dari narasumbernya. d. Tipe Reflexive Tipe ini lebih memfokuskan pada bagaimana film itu dibuat, artinya audien dibuat menjadi sadar akan adanya unsur-unsur film dan proses pembuatan film tersebut. Tujuannya untuk membuka kebenaran lebih lebar kepada audiennya. e. Tipe Performative Tipe film dokumenter ini pada satu sisi justru mengalihkan perhatian audien dari dunia yang tercipta dalam film. Sedangkan disisi lain justru menarik perhatian audien pada aspek ekspresi film itu sendiri. Tujuannya untuk merepresentasikan dunia film secara tidak langsung. Aspek penciptaan tersebut bertujuan untuk menggambarkan subyek atau peristiwanya secara lebih subyektif, lebih ekspresif, lebih mendalam serta lebih kuat menampilkan penggambarannya. f. Tipe Poetic Film dokumenter tipe ini cenderung memiliki interpretasi subyektif terhadap subyek-subyeknya. Pendekatan dari tipe ini mengabaikan

6 12 kandungan penceritaan tradisional yang cenderung menggunakan karakter tunggal dan peristiwa yang harus dikembangkan Genre Dokumenter Dalam film banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti drama, western, gangster, horror, science fiction, komedi, action, perang, detektif, dan sebagainya. Namun dalam perjalanannya, genre film tersebut sering dicampur satu sama lain seperti horror-komedi, western-komedi, horror-science fiction, dan lain-lain. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan nama sub-genre seperti dalam genre komedi dikenal screwball comedy, situasi komedi, slapstick, black comedy, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam dokumenter, Gerzon R. Ayawila dalam bukunya yang berjudul Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi membagi dokumenter kedalam dua belas genre, yaitu: a) Dokumenter Laporan Perjalanan Jenis ini pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film travel documentary, dan adventures film.

7 13 b) Dokumenter Sejarah Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental memiliki aspek referential meaning (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hamper tidak boleh ada yang salah baik pemaparan maupun penafsirannya. Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah kedalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. c) Dokumenter Potret / Biografi Sesuai dengan namanya jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, kritik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh

8 14 dilahirkan hingga saat tertentu yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Ketiga, profil yaitu sub-genre yang memiliki unsur pariwara (iklan/ promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence hamper tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membhaas aspek-aspek positif tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Akan tetapi sub-genre profil ini tidak berhenti pada orang atau manusia, namun bisa juga sebuah badan (institusi) seperti perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, organisasi politik dan sebagainya yang lebih dikenal dengan istilah profil niaga atau company profile. d) Dokumenter Nostalgia Film-film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetehgahkan kilas balik atau napak tilas kejadiankejadian dari seseorang atau kelompok. e) Dokumenter Rekonstruksi Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu merekonstruksi peristiwanya. Peristiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan

9 15 tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en scene (pemain, lokasi, kostum, make up, dan lighting) yang persis dengan kejadiannya, sehingga sangat berbeda dengan doku-drama yang memang membutuhkan keotentikan yang tinggi. Yang hendak dicapai dari rekonstruksi disini adalah sekedar proses terjadinya peristiwa tersebut. Dalam membuat rekonstruksi bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi. f) Dokumenter Investigasi Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. Terkadang dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya suatu peristiwa. Bahkan dibeberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subyek di dalamnya. g) Dokumenter Perbandingan & Kontradiksi Dokumenter ini mengenengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu seperti film Hoop Dreams (1994) yang dibuat oleh Steve James. Selama empat tahun, ia mengikuti perjalanan dua remaja Chicago keturunan Afro-America, William Gates dan Arthur Agee untuk menjadi atlet basket professional.

10 16 h) Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film dokumenter ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa orde baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna. Film genre ini bisa terbagi menjadi sub-genre yang sangat banyak, yaitu: Film Dokumenter Sains Film ini biasanya ditujukan untuk public umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner, dan sebagainya. Film Instruksional Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal yang mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bunga yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi jeram, dan sebagainya. Bahkan ada beberapa film instruksional yang bertujuan lebih serius, seperti bagaimana menjaga pola untuk hidup lebih lama dan lebih kuat dari HIV/AIDS atau seperti yang banyak berkembang saat ini, video motivasi tentang meningkatkan kualitas hidup.

11 17 i) Dokumenter Buku Harian (Diary) Seperti halnya sebuah buku harian, maka film genre ini mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema-temanya menjadi sangat subyektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subyek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan-kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan, film jenis ini memiliki beberapa ciri yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur yang sering digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil. Pada beberapa film, jenis diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain seperti laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia. j) Dokumenter Musik Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa tahun 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi. Namun tidak semuanya merupakan dokumentasi konser music ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah album. Banyak sutradara yang membuatnya lebih dekat dengan genre lain seperti biografi, sejarah, diary, dan sebagainya.

12 18 k) Dokumenter Association Picture Story Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. l) Dokudrama Selain menjadi sub-tipe film, docudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya, hamper seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang, dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang semirip mungkin dengan tempat aslinya bahkan kalua memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh actor yang sebisa mungkin dibuat mirip denga tokoh aslinya. Uniknya di Indonesia justru pernah ada docudrama yang peran utamanya dimainkan oleh tokoh itu sendiri yaitu Johny Indo karya Franky Rorimpandey Sinematografi Sinematografi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris cinematography yang berasal dari bahasa latin kinema yang berarti gerakan dan graphein yang berarti menulis. Jadi sinematografi dapat diartikan menulis dengan

13 19 gambar yang bergerak. 8 Sinematografi merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkan gambar-gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide dan cerita. Di dalam sinematografi kita mempelajari bagaimana membuat gambar bergerak dan kemudian merangkai potongan-potongan gambar bergerak menjadi rangkaian gambar yang mampu menyampaikan maksud tertentu dan mengkomunikasikan informasi atau suatu ide tertentu. Sinematografi memiliki prinsip yang sama dengan bidang fotografi, yaitu menangkap pantulan cahaya yang mengenai suatu benda. Perbedaan mendasar antara sinematografi dengan fotografi adalah fotografi menangkap gambar tunggal sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Jadi dapat disimpulkan bahwa sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau di dunia sinematografi dikenal dengan istilah montase (montage). Dalam pembuatan sebuah film atau video, gambar tidak hanya sekedar gambar tetapi gambar merupakan informasi. Seorang penata gambar harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan melalui setiap gambar yang mereka rekam. Mereka harus mampu mengontrol dan mengatur setiap adegan yang diambil seperti faktor jarak, ketinggian, sudut, durasi pengambilan, dan hal-hal lainnya. Kesuksesan penata gambar dapat dilihat ketika penonton memberikan respon yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikannya ketika melihat suatu rekaman. 8 Blain Brown, Cinematography: Theory And Practice, 2002, Hal. ix.

14 20 Jika berbicara mengenai proses pengambilan gambar dalam sebuah film, maka sudah seharusnya mengikutsertakan pada pemikiran dalam proses editing. Maka dalam setiap pengambilan gambar seorang penata gambar juga harus berpedoman pada bagaimana hasil pasca produksi yang akan dikerjakan setelah proses produksi selesai dilaksanakan. Selain menggunakan pergerakan kamera serta komposisi obyek, permainan lensa juga memiliki peranan penting dalam proses penyampaian pesan melalui bahasa visual. Pemilihan serta permainan lensa akan menuntun penonton untuk memperhatikan pandangannya kepada obyek-obyek tertentu. Penempatan sudut kamera juga memiliki pengaruh pada kondisi psikologis penonton. Sebagai contoh ketika menggunakan high angle, maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari obyek yang terlihat, hal ini membuat penonton lebih tinggi derajatnya dari obyek di dalam video. Namun sebaliknya, jika kita menggunakan low angle, maka penonton diposisikan lebih rendah dari obyek, sehingga membuat psikis penonton merasa lebih rendah derajatnya. Oleh karena itulah seorang penata gambar harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan mutu dan kualitas gambar, di antaranya mampu membuat gambar dengan komposisi yang baik, paham berbagai teori tata cahaya, tata suara, editing serta motivasinya, dan teknik penyutradaraan disamping tentunya mengenal dan mampu mengoperasikan kameranya dengan baik. 9 9 Bambang Semedhi, Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar, 2011, Hal. 43.

15 Ukuran dan Komposisi Gambar Seorang penata gambar harus memiliki pemahaman mengenai bagaimana membuat ukuran gambar yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik merupakan jaminan bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat audien merasa bosan dan enggan beranjak dari gambar yang kita tampilkan. Secara sederhana komposisi dapat diartikan sebagai pengaturan unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang serasi dalam sebuah bingkai. Dalam mengatur sebuah komposisi, seorang penata gambar harus mempertimbangkan dimana ia harus menempatkan obyek yang akan menjadi obyek utama dan seberapa besar ukuran obyek tersebut dalam sebuah frame. Berikut beberapa pembagian komposisi gambar: a. Extreme Close Up Pengambilan gambar yang berfokus pada salah satu bagian tertentu dari suatu obyek. Gambar 1. Extreme close up

16 22 b. Big Close Up Ukuran gambar ini sangat baik untuk menangkap ekspresi serta detail wajah dari seseorang. Batas pengambilan gambar ini antara dahi hingga dagu. Gambar 2. Big close up c. Close Up Batasan pengambilan close up adalah dari atas ujung kepala hingga bahu. Komposisi ini berfungsi untuk menangkap detail ekspresi wajah serta menyampaikan detail karakter dari sebuah obyek sehingga karakternya terutama manusia dapat terlihat dengan jelas. Gambar 3. Close up

17 23 d. Medium Shoot Medium shoot merupakan komposisi pengambilan gambar antara kepala hingga pinggang. Komposisi ini berfungsi untuk menampilkan bahasa tubuh serta ekspresi wajah. Gambar 4. Medium shoot e. Knee Shoot Komposisi ini berfungsi menyampaikan aktivitas suatu obyek dengan keluasan suasana lingkungan dimana obyek tersebut berada. Gambar 5. Knee shoot

18 24 f. Full Shoot Komposisi ini digunakan untuk memperlihatkan suatu obyek secara keseluruhan dari atas hingga bawah serta menyampaikan aktivitas suatu obyek dengan keluasan lingkungan tempat obyek berada. Gambar 6. Full shoot g. Wide Shoot Komposisi ini sesuai digunakan untuk pengambilan gambar dengan jumlah obyek yang banyak dimana obyek serta ambience sekitarnya terlihat secara keseluruhan. Gambar 7. Wide shoot

19 25 h. Group Shoot Merupakan komposisi gambar yang terdiri dari dua obyek atau lebih. Gambar 8. Group shoot i. Over Shoulder Sebuah komposisi gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu obyek dengan posisi bahu terlihat dalam frame sebagai foreground dari obyek utama. Gambar 9. Over shoulder

20 26 j. Head Room Merupakan jarak ruang antara kepala dengan tepi teratas dari suatu frame. Head room Gambar 10. Head room k. Looking Room Looking room adalah ruang yang terdapat antara sisi pinggir frame dengan titik sudut pandang suatu obyek. Gambar 11. Looking room

21 27 l. Foreground dan Background Foreground merupakan obyek yang berada di depan obyek utama, sedangkan background merupakan kebalikan dari foreground yaitu obyek yang berada di belakang obyek utama. Background Foreground Gambar 12. Foreground dan background m. Depth Of Field Secara sederhana depth of field dapat diartikan sebagai bagian gambar yang terlihat tajam. Kualitas depth of field suatu gambar ditentukan oleh jarak obyek, panjang lensa, serta besaran aperture pada kamera. Gambar 13. Depth of field n. Rule Of Third Rule of third adalah petunjuk bagaimana cara memosisikan obyek di sepertiga bagian frame. Dalam aturan rule of third, frame dibagi menjadi tiga bagian sama besar baik secara vertikal maupun horizontal sehingga

22 28 memiliki sembilan area yang sama besar dan menghasilkan empat titik pertemuan yang disebut juga sebagai empat titik mata. Gambar 14. Rule of third Pergerakan Kamera Dalam sebuah karya visual, kemampuan menyampaikan pesan melalui gambar merupakan sebuah keharusan. Karena itu sangatlah penting bahwa setiap gambar yang diambil dan ditampilkan harus memiliki makna agar pesan tersebut dapat tersampaikan dengan jelas. Dalam sebuah proses pengambilan gambar, penempatan obyek, komposisi obyek, serta pergerakan kamera adalah kunci dari proses penyampaian pesan itu sendiri. Untuk menciptakan gambar yang dinamis terdapat macam-macam gerakan kamera, yaitu: a. Zooming Zooming adalah suatu pergerakan dari lensa kamera menuju (in) obyek atau menjauh (out) dengan posisi kamera diam dan mengubah panjang fokal lensa (focal length) sehingga menimbulkan efek membesar bila mendekat dan mengecil bila menjauh.

23 29 b. Panning Panning adalah gerakan horizontal kamera ke kiri (pan left) atau kanan (pan right) dengan bertumpu pada satu poros dan tidak berpindah tempat. c. Tilting Tilting adalah gerakan vertikal kamera ke atas (tilt up) atau ke bawah (tilt down) dengan bertumpu pada satu poros dan tidak berpindah tempat. d. Tracking Tracking adalah gerakan berpindah kamera ke kiri, kanan, maju, atau mundur Sudut Pengambilan Gambar Dalam penataan kamera, secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah sudut kamera. Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik suatu cerita. Sebaliknya, jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan dapat membingungkan audien karena makna pesan sulit dipahami. Oleh karena itu sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan. Menurut Askurifai Baksin, sudut pengambilan gambar dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

24 30 a. Angle kamera obyektif Merupakan angle kamera dari sudut pandang outsider, bukan dari sudut pandang pemain tertentu. Beberapa sudut obyektif yaitu: 1. High angle Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subyek untuk mendapatkan kesan bahwa subyek yang diambil gambarnya memiliki status sosial yang rendah, kecil, dan lemah. Gambar 15. High angle 2. Eye angle Kamera ditempatkan sejajar dengan mata subyek. Pengambilan gambar dari sudut eye level bertujuan menunjukkan bahwa kedudukan subyek dengan audien sejajar. Gambar 16. Eye angle

25 31 3. Low angle Kamera ditempatkan lebih rendah dari subyek untuk menampilkan kedudukan subyek yang lebih tinggi daripada audien dan menampilkan kesan kekuasaan, jabatan, dan kekuatan. Gambar 17. Low angle b. Angle kamera subyektif Kamera berada dari sudut pandang audien yang dilibatkan atau dari sudut pandang pemain lain. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberap cara yaitu: 1. Kamera berlaku sebagai mata audien untuk menempatkan mereka dalam adegan sehingga menimbulkan efek dramatic. 2. Kamera berganti-ganti tempat dengan seorang yang berada dalam gambar. Audien bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Audien akan mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu. 3. Kamera bertindak sebagai mata dari audien yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa audien dengan memandang

26 32 langsung ke kamera, hubungan dengan audien dapat dibangun dengan cara seperti ini. c. Angle kamera point of view Merupakan suatu gabungan antara angle obyektif dan angle subyektif. Jarak pengambilan gambar point of view dilakukan sedekat shot obyektif dalam kemampuan mengambil sebuah shot subyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif. Contohnya adalah mengambil close up pemain yang menghadap ke pemain di luar layar namun sebelumnya didahului dengan over shoulder shot.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelatihan BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelatihan yaitu latihan yang berdasarkan satu jenis bahan atau situasi untuk mengembangkan kemampuan umum, keterampilan, atau sifat

Lebih terperinci

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan.

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) PAV Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu kita bisa menghasilkan suatu shot yang menarik,

Lebih terperinci

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis

Lebih terperinci

Pengertian Program Dokumenter Televisi

Pengertian Program Dokumenter Televisi Pengertian Program Dokumenter Televisi Modul ke: 01 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter TV Merupakan Dasar Produksi Program Televisi ; 1. Dapat diproduksi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara : 1. Bird Eye View Teknik pengambilan

Lebih terperinci

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA ABSTRACT

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA ABSTRACT PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA Benyamin Handaya Sulaiman 07.51016.0004 DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Lebih terperinci

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar Macam Macam Angle Pengambilan Gambar 1. Bird eye. Istilah ini dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut super tinggi dan jarak jauh. biasanya dipakai ketika ingin mendapatkan efek keramaian (keramaian

Lebih terperinci

Produksi Media PR AVI

Produksi Media PR AVI Produksi Media PR AVI Modul ke: Simulasi Teknik Dasar Penggunaan Kamera AVI Fakultas Fakultas Ilmu KOmunikasi Hendrata Yudha S.sos, M.ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Tugas Buatlah

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter bergenre association picture story tentang budaya konsumtif. Hal ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Nama Mata Kuliah : 3D Animasi Arsitektur Kode Mata Kuliah : - Program Studi : Teknik Arsitektur Dosen : Apiet Rusdiyana, ST SMT/Jml SKS

Lebih terperinci

Pengertian Videografy

Pengertian Videografy Videografy Pengertian Videografy Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA 3.1 Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat menggunakan kamera dengan pergerakan yang variatif. 3.2 Pergerakan Kamera Pergerakan kamera yang variatif sangat dibutuhkan pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini berkembang sangat pesat. Industri musik merupakan salah satu elemen dunia hiburan yang sifatnya menghibur dan sangat diminati oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal baru bagi masyarakat Indonesia. Kamera DSLR yang pada awalnya lebih banyak dimiliki oleh para

Lebih terperinci

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II DASAR PEMIKIRAN

BAB II DASAR PEMIKIRAN BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1 Film Sebagai Komunikasi Massa Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang dalam banyak hal lebih unggul menjadi hiburan dibandingkan radio dan siaran televisi. Film dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Foto

Teknik Pengambilan Foto Pertemuan 9 Fotografi Teknik Pengambilan Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Teknik Pengambilan Foto Camera Shot Dalam produksi video maupun film, jenis-jenis shot dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain film, macam-macam

Lebih terperinci

Sinematografi. Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto

Sinematografi. Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto Sinematografi Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα "gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam") adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala.

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala. JENIS- JENIS SHOT DAN SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS SHOT CU (Close Up) Shot yang menampakan daripada bahu sampai atas kepala. MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini pembuat karya akan membuat sebuah program dokumenter mengenai warisan dari Indonesia khususnya kain di seluruh Indonesia. Pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelecehan Seksual Pelecehan seksual dan pemerkosaan dapat terjadi pada siapa saja baik pria maupun perempuan. Kasus inipun dapat terjadi pada kamu. Ada beberapa cara untuk menghindar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu

Lebih terperinci

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Muhammad Faisal faisalmuhammad734@yahoo.com Abstrak Camera merupakan suatu Alat yang digunakan untuk Merekam suatu kejadian atau mengabadikan suatu kejadian.

Lebih terperinci

THE ART OF PHOTOGRAPHY. M.S. GUMELAR https://www.facebook.com/ultima.

THE ART OF PHOTOGRAPHY. M.S. GUMELAR https://www.facebook.com/ultima. THE ART OF PHOTOGRAPHY M.S. GUMELAR 2012 ms.gumelar@gmail.com http://michaelgumelar.blogspot.com/ https://www.facebook.com/ultima.michael Know your camera Shutter Speed Focal Length Aperture ISO Shutter

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,

Lebih terperinci

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4 Broadcast:1 Definisi Kamera Video Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk

Lebih terperinci

III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dan data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film Menurut Himawan Pratista (2008: 3) bahasa film adalah kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya

Lebih terperinci

Storyboard For Animation

Storyboard For Animation Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kampanye Definisi kampanye memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu

Lebih terperinci

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Third of role Bayangkan 4 titik, pilih titik mana objek di tempatkan Hindari penumpukan object (merger) Penumpukan object akan sangat

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS MASALAH

BAB II ANALISIS MASALAH BAB II ANALISIS MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Multimedia diambil dari kata multi dan media. Multi berarti banyak dan media berarti media atau perantara. Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur yaitu

Lebih terperinci

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera 3D Graphic Architecture - 1 05 POKOK BAHASAN Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera ASPECT RATIO Definisi AspectRatio adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan

BAB II LANDASAN TEORI. atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan kimiawi peka cahaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

PENGATUP/SHUTTER. Shutter speed scale

PENGATUP/SHUTTER. Shutter speed scale PENGATUP/SHUTTER Indeks kelajuan pengatup ditunjukkan dengan angka-angka B, 1, 2, 4, 6, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000 dan 2000 yang memberi maksud setiap tanda 1 menunjukkan kecepatan 1/1 saat kelajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komunikasi massa saat ini sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Komunikasi Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, bersumber pada kata communis, yang berarti sama, dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai

Lebih terperinci

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman)

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) DASAR VIDEO GRAFI KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) TAHAPAN PEMBUATAN KARYA VIDEO / STANDARD OPERATIONAL PROCEDUR: Pra Produksi,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Apa yang akan dibuat oleh penulis disini adalah sesuatu yang berhubungan dengan sebuah promosi bersifat komersial. Sebuah video promosi sebuah universitas di

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/sidoarjo/ diakses tanggal 20

BAB II LANDASAN TEORI. (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/sidoarjo/ diakses tanggal 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendidikan di Dusun Pucukan Di Indonesia memiliki luas wilayah yang beragam kondisi geografisnya. Dalam pembagian geografisnya diharapkan pendidikan dapat merata khususnya untuk

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 5 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn KONSEP EDITING KONSEP EDITING Setelah memahami hubungan

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Informasi Animasi. Deddy Award Widya Laksana. Animasi Dalam Berbagai Media. Pengenalan Sinematografi

Pengantar Teknologi Informasi Animasi. Deddy Award Widya Laksana. Animasi Dalam Berbagai Media. Pengenalan Sinematografi Pengantar Teknologi Informasi Animasi Deddy Award Widya Laksana Pengenalan Sinematografi Animasi Dalam Berbagai Media 1 PENGENALAN SINEMATOGRAFI Sinematografi berasal dari bahasa Yunani, Kinema yang berti

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 2 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn LOGIKA EDITING DRAMA Dalam melakukan editing film

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam pesan. Jika di lihat dari segi komunikasi, musik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam pesan. Jika di lihat dari segi komunikasi, musik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan media komunikasi yang efektif dalam menyampaikan berbagai macam pesan. Jika di lihat dari segi komunikasi, musik digunakan sebagai media untuk menyampaikan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIS DASAR PEMOTRETAN

JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIS DASAR PEMOTRETAN JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIS DASAR PEMOTRETAN Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera. Dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Kampanye Definisi kampanye (Roger dan Storey,dalam Antar Venus, 2004: 7): memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT

ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT Oleh TRIO WAHYU SASONGKO NIM: 108300082 Solar panel tenaga surya mulai berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program dokumenter merupakan program yang dapat mengantar penontonnya ke dalam perspektif realita yang sama sekali berbeda sesuai sudut pandang sang kreator. Realita

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang

Lebih terperinci

Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi

Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi Teknik dan Komposisi Fotografi/Sinematografi Pertemuan I Perancangan Audio Visual Dosen : Donny Trihanondo, S.Ds., M.Ds. Freddy Yusanto, S.Sos., MDs. finisi Fotografi dan Sinematografi Fotografi : Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 14 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2 Deskripsi Materi Materi ini memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi

Lebih terperinci

mari membuat video cara praktis membuat video dan foto

mari membuat video cara praktis membuat video dan foto mari membuat video cara praktis membuat video dan foto Edisi Pertama, versi Bahasa Indonesia 2010 Gede Sugiarta dan Yayasan IDEP Yayasan IDEP PO BOX 160 Ubud M e d i a U n i t @ i d e p f o u n d a t i

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Teori Film Teori Film Pendek Trailer (Promosi)

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Teori Film Teori Film Pendek Trailer (Promosi) 18 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Film Film berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1997, menyatakan bahwa film adalah: Karya cipta seni dan budaya yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi hingga proses pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci