INSTRUMEN UJI PENYAKIT GONDOK BERBASIS ISOTOP I 131

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSTRUMEN UJI PENYAKIT GONDOK BERBASIS ISOTOP I 131"

Transkripsi

1 INSTRUMEN UJI PENYAKIT GONDOK BERBASIS ISOTOP I 131 Sumardi Teknik Elektro-Program Studi Teknik Universitas Jember ABSTRAK Dalam diagnosis kelainan kelenjar gondok dilihat dari bentuk fisiknya yang lebih besar dari normal. Dengan cara diagnosis tersebut belum didapatkan data yang akurat dari fungsi serapnya. Untuk itu diperlukan instrumen uji dengan menggunakan energi radiasi yang dimasukan ke tubuh dari sumber radioisotope I 131 yang akan diubah menjadi foton melalui kristal NaI dan foton diubah menjadi sinyal listrik melalui photo multiplier tube ( PMT ) serta diolah sinyalnya dalam bentuk counting melalui proses pengolahan sinyal dan pengolahan data melalui interface dalam bentuk grafik maupun numerik. Dalam uji instrumen ini didapatkan uji kesetabilan dengan chi test didapatkan nilai sebesar 19,54 dari harga yang diijinkan 10,1 < harga Chi X 2 < 30,1 menurut IAEA. Dari pengukuran didapatkan fungsi penyerapan dari beberapa pasien hypertyroid pada pengukuran 2 sampai 4 jam melebihi dari % yaitu 85,4%., untuk hypotyroid 4 sampai 24 jam hasilnya sama dengan 60,3 % melebihi 55% dan 14,5 % kurang 25% dari nilai normal adalah 25-55%. Kata kunci: Photo Multiplier Tube, radioisotope, radiasi PENDAHULUAN Suatu kemajuan selangkah dari kedokteran nuklir dengan diperbolehkannya pemakaian radioisotop didalam tubuh. Radioisotop dengan energi kurang dari 2 Mev dan mempunyai waktu paruh pendek dinyatakan aman pemakaianya didalam kedokteran nuklir. Dalam suatu pendiagnosaan dari suatu kelaianan fungsi kelenjar gondok dengan radioisotop secara cepat dan teliti diperlukan instrumen uji nuklir. Latar Belakang Dalam diagnosa dokter biasanya untuk penyakit kelenjar gondok menggunakan bentuk fisiknya yang kelihatan lebih besar dari normal. Dengan cara diagnosa diatas belum didapatkan secara akurat dan cepat daya serap kelenjar gondok. Untuk itu diperlukan alat uji dengan cara lain dengan menggunakan radioaktif dengan cara memasukan kedalam tubuh. Instrumen uji kelenjar gondok adalah suatu instrumen nuklir yang digunakan untuk mendiagnosa fungsi penyerapan kelenjar gondok terhadap yodium. Instrumen ini bekerja memerlukan bantuan radioisotop ( I 131 ) yang dimasukan ke tubuh pasien melalui injeksi. Sedikit atau banyak radioisotop I 131 yang terkumpul dalam kelenjar ini sangat dipengaruhi fungsi serapnya. Dengan mendeteksi radiasi radioisotop pada kelenjar gondok yang akan memberikan gambaran tentang keadaan kelenjar gondok tersebut, normal atau mempunyai kelainan-kelainan.

2 Perumusan Masalah Bagaimana mana merancang peralatan yang portable dengan hasil yang langsung dapat dilihat sehingga dokter tinggal mendiagnosa. Sedangkan peralatan yang sudah ada masih dalam semi otomatis sehinga untuk mendiagnosa memerlukan perhitungan dengan manual akan mempengaruhi waktu pelayanan pasien. Sistem instrument uji serap gondok yang nantinya dihasilkan dalam bentuk tampilan grafik dari prosentasi dari kadar penyerapan. Tujuan Dalam mengembangkan alat yang sudah ada secara konvensional permanen untuk menjadi prototipe serta dengan hasil yang bisa dibaca dalam bentuk untuk keperluan diagnosis. Adapun hal yang harus dilakukan mengubah tampilan untuk diagnosis dengan bantuan computer yang mempunyai nilai teknis dan ekonomis. TINJAUAN PUSTAKA Dengan perkembangan ilmu dan teknologi maka fisika nuklir dan kimia nuklir telah membuat isotop buatan sebagai unsur yang sangat berguna dibidang kedokteran secara lebih murah, jumlah yang sesuai dengan target penggunaan merupakan era kedokteran nuklir modern. Aplikasi Radio Isotop Pada Kedokteran Nuklir Radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotopnya yang stabil, sehingga radioisotop tersebut dapat mengalami proses biokimia yang sama dalam proses metabolisme (proses pertukaran zat dalam tubuh). Karena radioisotop memanca rkan sinyal, maka segala kelakuan didalam jaringan hidup dapat dikuti dan diamati. Teknik diagnosa pada umumnya dilakukan dengan cara memasukan radioisotop kedalam tubuh secara oral ( dimakan dan diminum ) atau penyuntikan kedalam pembuluh darah vena. Karena radioisotop akan mengalami perjalanan yang serupa dengan isotopnya yang stabil didalam proses metabolisme, maka dimana unsur itu diperlukan disitu ia akan berkumpul, misalnya I 131. Hasil serangkaian pengukuran setelah pemberian kapsul iodium dibandingkan dengan referensi, merupakan kurva presentasi radio-aktivitas iodium yang terukur dalam kelenjar tadi, polanya seperti terlihat pada gambar kurva fungsi thyroid di pada gambar 1. Kurva ini akan menunjukkan uji dinamik fungsi tangkap kelenjar gondok / thyroid terhadap iodium dalam proses pembentukan dan pelepasan hormon, serta interaksinya dengan kelenjar gondok. Gambar 1. Kurva Fungsi Thyroid (Kelenjar Gondok ) C-10-2

3 Kurva-kurva ini meperlihatkan persen-tasi fungsi thyroid (tangkap kelenjar gondok terhadap iodium), antara lain kurva no: 1. thyroid normal. 2. hypothyroid 3. hyperthyroid 4. hyperthyroid severe 5. organification defect. Nilai normal tangkapan thyroid bervariasi dari 8 sampai 80%. Nilai normal setelah pemberian dosis 2 dan 4 jam adalah 10-30%, sedangkan untuk 24 jam adalah 25-55%, dan untuk 48 jam adalah 30-60%. Persentase tangkapan pada 2 dan 4 jam pertama adalah sangat berguna untuk mendiagnosis hyper-thyroid sedangkan pada 24 jam dan diatasnya sangat berarti untuk hypothyroid karena pada saat itu aktivitas cacah latar pada jaringan non-thyroid telah menurun. Rancangan Prototipe Rancangan alat untuk penelitian berdasarkan permasalahan diatas detektor, pengolahan sinyal dan pengambilan data. Instrumen uji gondok dengan Isotop I 131 didesain dengan proses counting dengan menggunakan personal komputer (PC) yang digunakan proses data medical. Blok diagram dilihat pada gambar 2. Pembentukan pulsa akan dimodifikasi dengan beberapa rangkaian dari output detector sehingga dapat mewakili hasil dari sumber aktivfitas sinar radio aktif. Qualitas pulsa yang dihasilkan harus baik melalui rangkaian pulse shaper dari pengaruh resolusi detector yang digunakan. PC melalui interface akan mengolah dan mengatur pulsa untuk mendisain rangkaian menjadi single channel analiser. Radioactive source Detector Pulse Shaper Channel Filter imac HV Circuit Interface Gambar 2. Blok Diagram Instrumen Uji Gondok Sumber Radioaktif, Detektor dan Tegangan Tinggi Dalam pemberian dosis tergantung bahan pelarut sehingga bahan radioaktif yang digunakan sesuai dalam pemeriksaan. Bahan radioaktif yang digunakan adalah I 131 yang sudah dikemas dalam bentuk farmakimia dalam bentuk mentah yang ada sertifikat dengan tertera tanggal, volume dan ukuran aktifitasnya. Ukuran aktifitas untuk dosis setiap pasien antara 30 Ci sampai 50 Ci tergantung berat badan. Bahan detektor sintilasi pada Gambar 3, telah populer dengan ditemukannya bahan sodium ionida yang diaktivasi oleh thalium-nai(tl) yang sensitip terhadap partikel beta dan sinar gama serta tabung pengganda foton (Photo Multiplier Tube PMT). Detektor dilengkapi kolimator dari bahan timbal untuk diarahkan pada kelenjar gondok untuk menekan gangguan dari luar agar pengukuran terfokus C-10-3

4 Gambar 3. Detektor Sintilasi Penggunaan catu daya tegangan tinggi pada sistem pencacah gamma sangat menentukan kualitas pulsa yang dihasilkan oleh detektor. Banyak detektor nuklir memerlukan catu daya teganan tinggi 400 sampai 3000 voltdc, Rangkaian Penguat dan Channel Filter Untuk menguatkan sinyal lebih lanjut menggunakan penguatan yang dikontrol dengan tahanan variable sehingga akan didapatkan penguatan secara optimal. Pada kebutuhan tegangan penguatan variable pada gambar 4, untuk mensinkronkan dengan tegangan refrensi sebagai batasan energi sinyal intensitas radio aktif pada sinyal yang sebenarnya bukan sinyal noise dari beberapa sinar gamma dari radiotifitas lain. Sebagai batasan sinyal fotonik dari isotop I 131 untuk menguji daya penyerapan kelenjar gondok diperlukan tegangan refrensi dari interface yang nantinya komputer akan menentukan akurasi data dari sinyal radioaktifitas I 131 yang tertangkap sinyalnya. Gambar 4. Rangkaian Penguat Terkontrol Untuk pulsa dari chanel filter sampai gate suatu untuk interface dapat dijelaskan fungsi rangkaian channel filter sebagai berikut, Gambar 5, merupakan rangkaian detail pada channel filter. Jika inverting dihubungkan dihubungkan ground dan non inverting dihubungkan resistor dengan tegangan 5 V, output LM 311 berupa signal digital. Selanjutnya sinyal (F) akan diproses lebih lanjut dengan secara terpisah oleh IC LM 311. Awal proses LM 311 (2) menghasilkan sinyal (D). Inverting pada LM 311 di groundkan sehingga mengkonversikan sinyal (F) menghasilkan sinyal digital, yang kedua memproses juga sinyal (F) menjadi sinyal digital. Sinyal (D) dan (E) dapat dilihat pada gambar 6. IC LM 311 merupakan sebuah Op Amp. Jika inverting dihubungkan dihubungkan ground dan non inverting dihubungkan resistor dengan tegangan 5 V, output LM 311 berupa signal digital. Selanjutnya sinyal (F) akan diproses lebih lanjut dengan secara terpisah oleh IC LM 311. Awal proses LM 311 (2) menghasilkan sinyal (D). Inverting pada LM 311 di groundkan sehingga mengkonversikan sinyal (F) C-10-4

5 menghasilkan sinyal digital, yang kedua memproses juga sinyal (F) menjadi sinyal digital. Sinyal (D) dan (E) dapat dilihat pada gambar 3.8. IC merupakan multivibrator single shot. Jika pin Q dihubungkan kombinasi NOR dengan sinyal (B) dan kedua CLEAR dibuat Height maka output Q dari rangkaian singleshot menghasilkan pulsa sehingga transisi dari Height ke Low pada input sinyal (A) pada interface. Kedua rangkaian singleshot merupakan rangkaian filter window pada gambar 4, digunakan bersama rangkaian NOR sequensial hanya memilih pulsa tertentu untuk counting pada PC. Gambar 7 merupakan timing diagram pada 2 rangkaian singleshot dimana output (C) dan (K) dikontrol oleh sinyal (D). Hasil dari sinyal (A) dikirim untuk proses pengolahan data oleh computer melalui interface. LM 318 (3) D e te c to r P u ls e S h a p e r H - + F + - E B C L K D IN V o u t D A C A D C S G N D I J LM 311 (1) + - D LM 311 (2) R /C IC (1) A Q 1 C A C L K D IN V o u t D A C A D C S G N D B Q 1 INTERFAC E K = 5 V G R /C A B IC (2) Q 2 Q 2 Gambar 5. Rangkaian Chanel Filter Gambar 6. Proses Sinyal Menuju Hitungan Pulsa (Counting) C-10-5

6 Perangkat Lunak Gambar 7. Hasil Proses Sinyal Menjadi Sinyal Digital Dalam pelakasanaan untuk membuat sistem ini berjalan sesuai yang diinginkan dengan langkah yang diindentifikasi beberapa tahapan. Diagram ini dikemas dalam sistem informasi ( lihat gambar 8.) dari proses pengukuran sampai print out yang di inginkan tinggal proses selanjutnya atau diagnosis orang yang membidangi dengan masalah kesehatan pada umumnya dan kadar penyerapan kelenjar gondok pada khususnya. Perangkat lunak untuk peralatan ini dapat berfungsi sebagai program eksekusi hardwere dan Program sistem informasi data pasien D a t a E n t r y D a t a P e n g u k u r a n S t r o g e D i s k T a m p i l a n P r i n t O u t Gambar 8. Sistem Informasi Penyakit Kelenjar Gondok Data Pengukuran Program ini menjalankan proses pengukuran dengan instrumen uji dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak. Mula-mula sebelum data ini dimasukan sebagai data pada komputer untuk diolah diadakan tes perangkat dulu dengan chi test yang sudah distandarkan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) dengan uji laboratorium. Entry Data Dalam pemasukan data diperlukan indentitas pasien sebelum melakukan pengukuran (pendaftaran ) lalu dilakukan pengukuran dengan persiapan medis yang dilakukan pasien. Pengukuruan pada pasien dengan selang 2 jam, 4 jam dan 24 jam dan setiap selang waktu diambil 15 menit untuk dimabil data counting sebagai representip daya serap kelenjar gondok. Dalam pengambilan data pasien yang diukur disimpan dalam disk sebagi record medis yang nanti untuk diagnosis maupaun pengukuran bisa dilihat datanya. Penyimpanan dalam directory khusus untuk penyakit gondok dan indentitas sebagai data informasi rekam medik. Untuk penyimpanan data dengan extensi.txt setiap data yang dilengkapi nomer rekam medik Program Mencetak Data ke Printer Data yang disimpan untuk keperluan rekam medik dan juga dicetak untuk keperluan dialog antara pasien dan dokter serta untuk dignosis. Cetak dengan print view dengan C-10-6

7 set up jenis printer yang digunakan untuk mencetak. Setelah dicetak hasil dari pengukuran serta disediakan pula untuk form catatan dokter untuk pasien. PENGUJIAN PERALATAN Instrumen uji gondok untuk diagnosa medis telah berkembang pesat, satu diantaranya adalah pemeriksaan uji fungsi kelenjar gondok (lihat pada G ambar 9). Mempunyai kemampuan menghasilkan data informasi diagnostik bermakna kualitatif berbentuk kurva urodinamik kelenjar gondok dan informasi diagnostik bermakna kuantitatif tentang kemampuan konsentrasi dan ekskresi relatif pada kelenjar gondok. Untuk mengetahui alat tersebut dapat berfungsi baik dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pasien, perlu dilakukan pengujian. Pengujian tersebut antara lain: linieritas pencacahan,, chi-test dan uji klinis di lapangan. P A S IE N K E L E N JA R G O N D O K IN S T R U M E N T U JI K O M P U T E R P E N G O L A H A N D A T A Pengujian Stabilitas Pencacahan Gambar 9. Blok Diagram Proses Pemeriksaan Pengujian stabilitas pencacahan dengan chi square test, dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan alat yang menggunakan rumus statistik. Sehingga alat tersebut dapat diterima sesuai chi test dari referensi IAEA-TecDoc tentang uji kualitas peralatan kedokteran nuklir. Gambar 10, lineritas jumlah counting dan waktu counting. Cara pengujian chi-test sebagai berikut: Hidupkan instrument uji gondok Letakkan sumber isotop I-131 dengan jarak 10 centimeter didepan detektor. Seting waktu pencacahan 4 detik dengan cara klik menu akuisisi, klik menu cacah/t detik, t dapat diisi dari 1 sampai 20 detik Lakukan pencacahan chi-test WAKTU CACAH JUMLAH CACAH Kelenjar Gondok CCH Grafik Linier Hasil Cacahan Gambar 10. Grafik Linearitas Jumlah cacah VS Waktu Cacah C-10-7

8 Pengujian presisi pencacahan ( Test of Counting precision ), yang sering disebut X 2 Test (Chi Test) menginformasikan kestabilan pencacahan. Test ini dilakukan dengan cara mengamati laju cacah n kali, kemudian dihitung cacah rata-rata C dari n kali pengukuran. Nilai chi test dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 2 = (Ci-C) 2 C Dimana Ci = nilai cacah individu C = nilai rata-rata dari n pengukuran n = banyaknya pengukuran. Harga chitest yang diijinkan telah ditentukan dengan program yaitu menggunakan tingkat kepercayaan 95% (P=0,95 rekomendasi IAEA TECDOC-602). Untuk n = 20 kali pengukuran, maka pendekatan harga X 2 adalah antara 10,1 dan 30,1 menunjukan instrumen mempunyai kestabilan pencacahan yang baik. Bila harga chites yang didapat diluar harga yang diijinkan, maka test diulang kembali dan jika hasilnya tetap diluar harga chitest yang diijinkan maka alat perlu diperbaiki. Dari gambar 2. diperoleh linieritas pencacahan yang cukup baik. Dari gambar 4.6 didapatkan harga Chi X 2 adalah: 19,54 yaitu 10,1 < harga Chi X 2 < 30,1 yang berarti masuk dalam harga chitest yang diijinkan. Berdasarkan rekomendasi IAEA tersebut di atas maka alat dapat diterima. Prosedur Pemeriksaan Pasien Di Lapangan 1. Hidupkan prototype instrumen uji gondok 2. Letakkan posisi pasien dengan benar dan arahkan posisi detektor ke kelenjar gondok pasien. 3. Klik menu arsip, klik menu baru, akan tampil data pasien/data penguji, selanjutnya mengisi data tersebut dengan benar. Setelah selesai klik menu tutup. 4. Waktu cacahan dibuat interval 2,4 dan 24 jam, akan tampil prosentasi penyerapan setiap interval lalu dihubungkan garis lurus dengan program akan terlihat bentuk grafik. 5. Persentasi tangkap thyroid = (((Cpm thyroid) (Cpm paha)) / (Cpm standar))x 100% 6. Setelah didapatkan klik View akan tampil pada monitor data pasien, prosentasi penyerapan kelenjar gondok dan grafik. 7. Cetak hasil dengan klik print dan hasilnya akan didiagnosis oleh dokter. 8. Expertise hasil analisa dapat dituliskan pada kolom yang telah tersedia pada cacatan dokter. 9. Hasil analisa (print out) untuk dikirim ke dokter pengirim. Hasil Pengujian Pasien Dalam pengujian dilakukan dengan 8 orang pasien disalah satu rumah sakit dengan variasi daya serap kelenjar gondok. Pengujian dilakukan selama 24 jam dengan interval pemeriksaan pasien 2 jam, 4 jam dan 24 jam dalam setiap interval diambil intensitas energi yang di keluarkan isotop ( I 131 ) dalam proses metabolisme pada salah satu organ tubuh ( kelenjar gondok ). Hasil pengukuran grafik pada gambar 11, masingmasing pasien dapat dibedakan nilai prosentasi penyerapan kelenjar gondok. Acuan yang digunakan pengukuran pada kelenjar gondok yang normal setiap interval jam dengan dosis isotop ( I 131 ) sama dengan 20 Ci setiap ml. C-10-8

9 Hasil pengukuran grafik pada gambar 11, masing-masing pasien dapat dibedakan nilai prosentasi penyerapan kelenjar gondok. Acuan yang digunakan pengukuran pada kelenjar gondok yang normal setiap interval jam dengan dosis isotop ( I 131 ) sama dengan 20 Ci setiap ml. Adapun pengukuran dapat dilihat table 1, prosentasi kadar penyerapan gondok Dari hasil pengukuran didapat data dari 8 pasien terdapat 3 kelaianan pada kelenjar gondok dan 5 kondisi noramal. Ukuran pertimbangan kelainan dari ukuran standar data dari rumah sakit bidang kedokteran nuklir untuk ukuran normal dalam pemberian dosis 2 sampai 4 jam adalah 10% sampai 30% untuk mendiagnosis Hypertyroid dan 4 sampai 24 jam adalah 25% sampai 55% untuk mendiagnosis Hypotyroid. Gambar 11. Hasil Pengukuran Pasien Kelenjar Gondok C-10-9

10 Tabel 1. Prosentasi Kadar Penyerapan Kelenjar Gondok No Kadar Penyerapan Gondok Nama Pasien 0-2 Jam 2-4 Jam 4-24 Jam Keterangan 1 Ny. Paiyem 55,4 % 26,0 % 60,3 % Hypothyroid 2 Nn. Sinta Herlina 11,1 % 15,7 % 26,2 % Normal 3 Ny. Erna 11,5 % 13,9 % 14,5 % Hypothyroid 4 Ny. Murniati 57,6 % 20,4 % 27,3 % Normal 5 Ny. Muchsan 15,4 % 26,8 % 35,7 % Normal 6 Ny. Lucia Sunarti 13,1 % 21,9 % 30,6 % Normal 7 Ny. Widyatmi 40,2 % 16,8 % 34,1 % Normal 8 Ny. Nita 45,7 % 85,4 % 91,3 % Hyperthyroid Kesimpulan Energi radiasi dari sumber radioisotope I 131 akan diubah menjadi foton melalui kristal NaI dan foton diubah menjadi sinyal listrik melalui photo multiplier tube ( PMT ) yang akan diolah sinyal dalam bentuk counting melalui proses pengolahan sinyal sampai interface dalam bentuk grafik maupun numerik. Instrumen radiasi nuklir ini di uji dengan metoda chi tes didapatkan nilai 19,54 dari 20 pengukuran standar yang diperbolehkan 10,1 < harga Chi X 2 < 30,1 menurut IAEA (International Atomic Energy Agency). Dari pengukuran edidapatkan fungsi penyerapan dari beberapa pasien hypertyroid pada pengukuran 2 sampai 4 jam melebihi dari % yaitu 85,4%., untuk hypotyroid 4 sampai 24 jam hasilnya samadengan 60,3 % melebihi 55% dan 14,5 % kurang 25% dari nilai normal adalah 25-55%. DAFTAR PUSTAKA Elford John, Harold, MA, Phd, The Physics Of Radiologi, second edition, New York, McGraw-Hill Book Company, International Atomic Energy Agency, Selected Topic in Electronic, Single Chanel Analyser ( SCA ), Vienna, IEEA, International Atomic Energy Agency, Nuclear Medical, Vienna, Iaea, Tischler, Morris, General And Biomedical Instrumentation, first edition, New York, McGraw-Hill Book Company, Tiwari,P,N, Fundamental Of Nuclear Science, Willey Eastern Private Limited, New Delhi, Tompkins, Willis J, Biomedical Digital Signal Processing, New Jersey, Prentice Hall PTR, Henry N, Wagner, JR, and Edward U, Buddemeyer, Nuclear Medicine, Pp , Year Book Medical Publisher, Inc. Millman and Halkias, Pulse, Digital and Kogakusa, Tokyo, Switching Wave form, McGraw-Hill Nuclear Chicago, Manual Well Scintillation Detector, Nuclear Chicago, Chicago, National Semikonduktor, Linier data Book. C-10-10

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY WIRANTO BUDI SANTOSO Pusat Rekayasa Perangakat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK Desain Dasar Perangkat Scintigraphy.

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1, Leli Yuniarsari 2, Sigit Bachtiar 3 1,2,3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung

Lebih terperinci

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

Sistem Pencacah dan Spektroskopi Sistem Pencacah dan Spektroskopi Latar Belakang Sebagian besar aplikasi teknik nuklir sangat bergantung pada hasil pengukuran radiasi, khususnya pengukuran intensitas ataupun dosis radiasi. Alat pengukur

Lebih terperinci

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis Perkembangan Renograf Teknik Renografi untuk memeriksa fungsi ginjal telah dikenal sejak tahun 1950-an. Teknik ini pada awalnya

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY Ra 226 Friska Wilfianda Putri 1, Dian Milvita

Lebih terperinci

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER Widya A. Gammayani dan Didi Gayani Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Jl. Tamansari 71, Bandung, 40132 Email: widya_a9@yahoo.com

Lebih terperinci

FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID

FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID Wiranto Budi Santoso PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1 dan Leli Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK PEREKAYASAAN SISTEM

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA SIGIT BACHTIAR Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN Kawasan Puspitek, Serpong Tangerang 15310, Banten Telp (021) 7560896 Abstrak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso

RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso p~ ~ N~ H~ N~ ~ ~X ~ c" ISSN 1c,10-')6g6 RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso Puslitbang Iptek Bahan BATAN, Kawasan PuspiptekSerpong, Tangerang ABSTRAK RANCANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya instrument medis yang digunakan oleh para medis sangat sederhana, dan dengan berkembangnya dunia kedokteran dan perangkat elektronik diketahui bahwa

Lebih terperinci

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) Rima Ramadayani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT SCINTIGRAFI UNTUK TIROID SC-12

PENGEMBANGAN MODUL CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT SCINTIGRAFI UNTUK TIROID SC-12 PENGEMBANGAN MODUL CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT SCINTIGRAFI UNTUK TIROID SC-12 Wiranto Budi Santoso, Romadhon, Budi Santoso, Sukandar, Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) - BATAN Email: wiranto@batan.go.id

Lebih terperinci

SISTEM TELECARDIAC MONITORING EKSTRAKSI DAN TRANSMISI PARAMETER TEMPORAL SINYAL JANTUNG MELALUI KANAL RADIO

SISTEM TELECARDIAC MONITORING EKSTRAKSI DAN TRANSMISI PARAMETER TEMPORAL SINYAL JANTUNG MELALUI KANAL RADIO SISTEM TELECARDIAC MONITORING EKSTRAKSI DAN TRANSMISI PARAMETER TEMPORAL SINYAL JANTUNG MELALUI KANAL RADIO Norma Hermawan 1), Muh. Farid Retistianto 2), Achmad Arifin 3) 1),3 ) Teknik Biomedik, Institut

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10. ABSTRAK ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10. Benar Bukit, Kristiyanti, Hari Nurcahyadi Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO Insan Kamil Institut Teknologi Bandung Abstrak Pengukuran radioaktif dengan metode scintillation menggunakan detektor NaI untuk

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil

Lebih terperinci

PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA

PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA JUMARI, SRI PRIHARTINTO, MURSITI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.488435,

Lebih terperinci

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK SISTEM PENCACAH RADIASI MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

PERANGKAT LUNAK SISTEM PENCACAH RADIASI MENGGUNAKAN VISUAL BASIC PERANGKAT LUNAK SISTEM PENCACAH RADIASI MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Nanda Nagara dan Didi Gayani Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Tamansari 71, Bandung 40132 Email: nanda.nagara@gmail.com

Lebih terperinci

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) 1 Mei Budi Utami, 2 Hanu Lutvia, 3 Imroatul Maghfiroh, 4 Dewi Karmila Sari, 5 Muhammad Patria Mahardika Abstrak

Lebih terperinci

PEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C52

PEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C52 Surakarta, Selasa 9 Agustus 016 PEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C5, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1601 ykbb, Yogyakarta email: jumari@batan.go.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernapasan selama proses pernapasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Kevin Yogaswara ( ) Meitantia Weni S B ( ) Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendi AK., MT.

Disusun Oleh: Kevin Yogaswara ( ) Meitantia Weni S B ( ) Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendi AK., MT. Disusun Oleh: Kevin Yogaswara (2207 030 006) Meitantia Weni S B (2207 030 055) Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendi AK., MT. PROGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu penyebabnya adalah tragedi Chernobyl dan tragedi

Lebih terperinci

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 6, Nomor 2, November 2012 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa langkah untuk membuat alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan alat pendeteksi frekuensi detak

Lebih terperinci

5. Diagnosis dengan Radioisotop

5. Diagnosis dengan Radioisotop 5. Diagnosis dengan Radioisotop Untuk studi in-vivo, radioisotop direaksikan dengan bahan biologik seperti darah, urin, serta cairan lainnya yang diambil dari tubuh pasien. Sampel bahan biologik tersebut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA

RANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA RANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA Joko Sumanto 1, Toto Trikasjono 2, Sigit Bachtiar 1 1 PRPN BATAN Kawasan Puspiptek gd.71 Serpong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional PDL.PR.TY.PPR.00.D03.BP 1 BAB I : Pendahuluan BAB II : Prinsip dasar deteksi dan pengukuran radiasi A. Besaran Ukur Radiasi B. Penggunaan C.

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengantar Pengujian prototipe relai arus lebih dengan waktu tunda tertentu ini berguna untuk mengetahui kinerja dari relai hasil rancangan. Hasil pengujian prototipe relai ini

Lebih terperinci

APLIKASI PENGUKUR DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN SENSOR PULSA. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2

APLIKASI PENGUKUR DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN SENSOR PULSA. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2 APLIKASI PENGUKUR DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN SENSOR PULSA Hindarto 1, Izza Anshory 2, Ade Efiyanti 3 1,3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR KETEBALAN BAHAN SISTEM TAK SENTUH BERBASIS PERSONAL COMPUTER MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12-IR

PEMBUATAN ALAT UKUR KETEBALAN BAHAN SISTEM TAK SENTUH BERBASIS PERSONAL COMPUTER MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12-IR 200 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 200-209 PEMBUATAN ALAT UKUR KETEBALAN BAHAN SISTEM TAK SENTUH BERBASIS PERSONAL COMPUTER MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12-IR Mohtar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa perangkat keras, perangkat lunak, kesatuan sistem secara keseluruhan serta eksperimen yang dilakukan untuk membuktikan

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Albert Mandagi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV Alat Ukur Radiasi

BAB IV Alat Ukur Radiasi BAB IV Alat Ukur Radiasi Alat ukur radiasi mutlak diperlukan dalam masalah proteksi radiasi maupun aplikasinya. Hal ini disebabkan karena radiasi, apapun jenisnya dan berapapun kekuatan intensitasnya tidak

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF KRISTIYANTI, WIRANTO BUDI SANTOSO, ISTOFA PUSAT REKAYASA PERANGKAT NUKLIR Abstrak ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF.

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK Kristiyanti 1, Wahyuni Z Imran 1, Lely Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN ABSTRAK ANALISIS WAKTU

Lebih terperinci

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Artikel 0854-0675 Penelitian Volume 15, Nomor 2, April 2007 Artikel Penelitian: 73-77 Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller M. Azam 1,

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID Arizola Septi Vandria 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR

KARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR KARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR Riswal Nafi Siregar, Wahyuni ZI, Joko Sumanto, Nuning DS., Benar Bukit Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari

Lebih terperinci

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

Lebih terperinci

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI Stuktur Inti Sebuah inti disusun oleh dua macam partikel yaitu proton dan neutron terikat bersama oleh sebuah gaya inti. Proton adalah sebuah partikel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) ISSN 1979-2409 Analisis Kerusakan X-Ray Fluoresence (XRF) (Agus Jamaludin, Darma Adiantoro) ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) Agus Jamaludin, Darma Adiantoro Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN PERANGKAT PENCACAH RIA IP10 UNTUK DIAGNOSA TUMOR PAYUDARA

PEREKAYASAAN PERANGKAT PENCACAH RIA IP10 UNTUK DIAGNOSA TUMOR PAYUDARA PEREKAYASAAN PERANGKAT PENCACAH RIA IP10 UNTUK DIAGNOSA TUMOR PAYUDARA Wahyuni Z. Imran, Hari Nurcahyadi, Sukandar dan Nuning Duria Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN, Serpong, Tangerang Selatan ABSTRAK

Lebih terperinci

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO Ryandika Afdila (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan (perinatal) dan sesudah lahir (postnatal) (Suhardiyana, 2010).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan (perinatal) dan sesudah lahir (postnatal) (Suhardiyana, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Telinga adalah organ pengindraan dengan fungsi ganda dan kompleks yaitu fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan (Hermanto, 2010). Rentang frekuensi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC

PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG UNTUK MENGETAHUI HEART RATE PASCA AKTIFITAS DENGAN PC Miftakh Dali Suryana 1, Ir. Ratna Adil, MT 2, Paulus Susetyo Wardhana 2 Jurusan Elektronika, Politeknik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51

RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 SUDIONO, TOTO TRIKASJONO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.489716,

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK

PEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK PEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK Hari Nurcahyadi 1, I Putu Susila 2, Wahyuni Z Imran 3 1,2,3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi sinar-x telah mengalami pengembangan ke arah radiografi sinar-x digital dimana teknik pencitraannya memanfaatkan sensor digital untuk menangkap citra (Ko

Lebih terperinci

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi 3 1,2,3

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1 Pertemuan Ke: 1 Mata Kuliah/Kode : Fisika Semester dan : Semester : VI : 150 menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami gejala radioaktif 1. Menyebutkan pengertian zat radioaktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Elektronika Kontrol Sensor dan Tranduser Teknik Elektro Universitas Brawijaya Definisi Sensor dan transduser sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001

UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001 UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001 BATAN, Yogyakarta e-mail : jumari@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001. Telah dilakukan uji fungsi terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON

PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON Anne Sukmara Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Hormon merupakan substansi penting dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan metode eksperimen murni. Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat ukur untuk mengukur

Lebih terperinci

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN ABSTRAK VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, 3 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

Jurusan Teknik Elektro, 3 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung PKMT-2-19-1 DESAIN DAN REALISASI ALAT ELEKTROKARDIOGRAF BERBASIS MIKROPROSESSOR 8-BIT BESERTA SISTEM DATABASE DAN MONITORINGNYA YANG BERBASIS ONLINE UNTUK MEMBANTU PASIEN JANTUNG Ahmad Sutanto 1, R Saputra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA Alvano Yulian 1, Sutomo Budihardjo 2 dan Ikhsan Sobari 3 1,2,3, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir,

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal 97-102 KAJIAN PEMANFAATAN RADIOFARMAKA TEHNETIUM-99m DTPA PADA INDIKASI KELAINAN GINJAL DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA GAMMA Dwi Bondan Panular

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler. Design of Microcontroller Based Double Actuator Gamma Scanner

Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler. Design of Microcontroller Based Double Actuator Gamma Scanner Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler Nugraha Hariadi, Arief Sudarmaji, dan Wibisono Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P PRIMA Volume 10, Nomor 1, Juni 2013 ISSN : 1411-0296 FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan PuspiptekSerpong,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

Oleh Arif Widodo NRP Dosen Pembimbing Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT.

Oleh Arif Widodo NRP Dosen Pembimbing Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. Oleh Arif Widodo NRP. 2205100108 Dosen Pembimbing Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. LatarBelakang BIOMEDIK ISA Slot Sistem Akuisisi ECG USB Tujuan Merancang dan merealisasikan sebuah sistem akuisisi ECG

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) Wildian dan Irza Nelvi Kartika Jurusan Fisika Universitas Andalas wildian_unand@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir Juni 2017

Seminar Tugas Akhir Juni 2017 Seminar Tugas Akhir Juni 07 Stetoskop Elektronik Sederhana untuk Auskultasi Jantung dan Paru Yahya Nanda Khurniawan, Torib Hamzah,Dyah Titisari ABSTRAK Stetoskop merupakan alat medis akustik sederhana

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

ALAT PENGUKUR JUMLAH DETAK JANTUNG BERDASAR ALIRAN DARAH UJUNG JARI. Wahyu Kusuma 1 Sendy Frandika 2. Universitas Gunadarma.

ALAT PENGUKUR JUMLAH DETAK JANTUNG BERDASAR ALIRAN DARAH UJUNG JARI. Wahyu Kusuma 1 Sendy Frandika 2. Universitas Gunadarma. ALAT PENGUKUR JUMLAH DETAK JANTUNG BERDASAR ALIRAN DARAH UJUNG JARI Wahyu Kusuma 1 Sendy Frandika 2 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma 2 Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA MAKALAH LENGKAP PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA Dipresentasikan pada Pelatihan Evaluasi Mutu Produk Radiofarmaka Badan Pengawan Obat dan Makanan RI Jakarta 26-27 November 2013

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci