Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Demak termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian utara. Demak merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah. Hal tersebut sangat menguntungkan, karena Demak potensial menjadi daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Demak jika dilihat dari sisi perhubungan darat juga berada pada lalu lintas yang strategis, yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak mempunyai potensi perikanan yang sangat melimpah, baik perikanan laut maupun perikanan darat, dengan garis pantai sepanjang 72,14 km dan panjang pantai sebesar 34,10 km yang menyebar di 4 kecamatan (Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung). Luas perairan umum yang mencapai 915,66 km 2 membuat Pemkab Demak menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai prioritas, disamping sektor pertanian. Luas wilayah laut di Kabupaten Demak sebesar 2.455,2 km 2, tersebar di 12. Salah satu pesisir yang terdapat di Kabupaten Demak adalah yang mempunyai garis pantai sepanjang 8,50 km dan panjang pantai 3 km. sama seperti pesisir lain di Indonesia yang dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di - pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS,2010); (2) tingginya kerusakan sumberdaya pesisir; (3) rendahnya kemandirian organisasi sosial dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan (4) minim dan rendahnya kualitas infrastruktur dan kesehatan lingkungan pemukiman. Keempat persoalan pokok ini juga memberikan andil terhadap tingginya tingkat kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim yang cukup tinggi pada - pesisir. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, untuk menyelesaikan persoalan di daerahnya wajib disusun Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, dimana terdapat sinkronisasi dan sinergitas. Penyusunan perencanaan pengembangan tersebut disusun berdasarkan profil yang memiliki rentang waktu pelaksanaan lima tahun dengan uraian waktu tiap tahunnya. Pelaksanaan rencana tersebut nantinya akan menghasilkan kegiatan fisik sesuai dengan rencana pengembangan di lokasi kegiatan serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat. Dokumen Rencana Pengembangan 1

10 Nantinya pelaksanaan program akan menghasilkan kemandirian dan keberlanjutan program oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Rencana Pengembangan Desa Pesisir merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Dalam penyusunannya, rencana pengembangan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Peraturan Pemerintah No, 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud a. Secara mendasar penyusunan RPDP Desa dimaksudkan untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses pembangunan nya, sehingga ketika partisipasi itu muncul maka akan melahirkan perasaan ikut memiliki dari masyarakat terhadap hasil pembangunan. b. Secara umum masyarakat akan bertanggung jawa terhadap hasil hasil pembangunan tersebut untuk selalu menjaga, merawat dan melestarikan keberadaannya. Disamping itu keberadaan RPDP Desa dapat digunakan sebagai gambaran konkrit tentang program program yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah, sehingga dapat dijadikan arahan bagi untuk menentukan prioritas terpenting dari proses pembangunan di agar tepat sasaran, tidak salah perencanaan serta berkesinambungan. 2. Tujuan a. Mewujudkan perencanaan pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan potensi. b. Menjamin keterkaitan dan konsistensi, antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. C. Ruang Lingkup Secara umum ruang lingkup Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir meliputi metode pelaksanaan, proses pelaksanaan, hasil dokumen dan mekanisme pelaksanaan. Lingkup dari metode pelaksanaan mencakup : 1. Prinsip-prinsip perencanaan, meliputi penerapan konsep bina manusia, bina usaha, bina kelembagaan, bina lingkungan dan bina siaga bencana serta perubahan iklim Dokumen Rencana Pengembangan 2

11 2. Kerangka pikir perencanaan, meliputi kegiatan penyusunan rencana pengembangan, mulai dari persiapan, pelaksanaan penyusunan sampai dengan penetapan, pengendalian serta evaluasi program 3. Metode penyusunan meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data dan metode penyusunan rencana. Lingkup dari proses pelaksanaan pengembangan pesisir meliputi, sosial budaya, ekonomi, sumberdaya alam lingkungan dan infrastruktur, kelembagaan, siaga bencana dan perubahan iklim. Dokumen Rencana Pengembangan 3

12 II. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Deskripsi Umum 1. Sejarah Dahulu merupakan daratan tandus, hingga akhirnya datang seorang kiai bernama K. H. Ahmad Abdulloh Mudzakir. Beliau mengubah daerah tersebut menjadi lahan pertanian yang subur. Banyak orang yang mengetahui kesuksesan tersebut, sehingga lambat laun banyak orang yang menetap di. K. H. Ahmad Abdulloh Mudzakir juga menyebarkan syiar agama di wilayah Sayung. Nama Bedono berasal dari bahasa jawa, yakni ambet dan ono yang berarti bau dan ada. Bedono dapat diartikan menjadi yang muncul karena baunya seorang kiai yang dapat mengubah lahan gersang menjadi subur dan ajaran agama Islam dapat tersebar luas di daerah tersebut. pertama kali dimpimpin oleh Lasi ( ), penggantinya berturut-turut adalah Sakibin ( ), Ahmad ( ), Nur Rozi ( ), Sajimin ( ), dan yang terakhir Mualipin (2009- sekarang). Sejak terbentuknya, terdiri dari tujuh dusun, yaitu Bedono, Mondoliko, Rejosari, Pandansari, Tambaksari, Morosari dan Tonosari. Visi Pemerintah yang telah dicanangkan sejak tahun 2007 adalah bangun deso, noto susilo, bantu wong rekoso telah menjadi citacita tertinggi masyarakat. Misi Pemerintahan antara lain: a. Meningkatkan sumberdaya manusia; b. Mewujudkan keamanan; c. Meningkatkan sarana dan prasarana dasar pemukiman; d. Meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat; e. Melestarikan adat istiadat dan budaya asli ; f. Mengutamakan pelayanan masyarakat miskin. 2. Letak geografis dan administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. memiliki luas wilayah sebesar 551,673 ha yang terdiri dari tujuh dusun. Luas 7% dari luas wilayah Kecamatan Sayung (7880 ha). Desa ini memiliki jarak tempuh ± 26 km dari ibukota kabupaten (Demak). Lama tempuh ke ibukota kabupaten dengan kendaraan bermotor adalah sekitar satu jam. Kenampakan citra satelit dapat dilihat pada Gambar 1. mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Dokumen Rencana Pengembangan 4

13 Sebelah Timur : Desa Purwosari dan Desa Sidogemah Sebelah Barat : Laut Jawa Sebelah Utara : Desa Timbulsloko Sebelah Selatan : Desa Sriwulan Gambar 1. Citra Satelit Rincian penggunaan lahan di adalah sebagai berikut: pekarangan 61 ha, tambak seluas 490,673 ha, hutan lindung seluas 166,876 ha, lapangan olahraga seluas 10,59 ha, taman rekreasi 5 ha, pemakaman 2,02 ha, sarana ibadah 0,40 ha, sarana pendidikan 0,50 ha dan sarana kesehatan 0,02 ha. Akan tetapi, saat ini tambak yang dapat berproduksi hanya seluas 96 ha. Tambak tersebut ditebar bandeng dengan hasil produksi sekitar 800 kg/tahun. Tanah di merupakan tanah kering. terbagi menjadi tujuh dusun, yaitu Bedono, Mondoliko, Rejosari, Tambaksari, Pandansari, Morosari dan Tonosari. Jumlah RW di Desa Bedono sebanyak 6 dan RT sebanyak 23. Pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala yang dibantu oleh seorang sekretaris, lima orang kepala dusun, seorang kepala urusan (kaur) pemerintahan, seorang kaur keuangan, seorang kaur pembangunan, seorang kaur umum, seorang kaur kesra, tiga orang bayan, seorang jogo boyo dan tiga orang modin. Aktivitas pemerintahan telah berjalan dengan lancar. Struktur pemerintahan dapat dilihat pada Gambar 2. Dokumen Rencana Pengembangan 5

14 Kepala Desa BPD Sekretaris Desa Kaur Pemerintahan Kaur Keuangan Kaur Kesra Kaur Umum Kaur Pembangunan Bayan I Bayan II Bayan III Jogo Boyo Modin I Modin II Modin III Bekel Bedono Bekel Mondoliko Bekel Rejosari Bekel Pandansari Bekel Morosari Gambar 2. Struktur Pemerintahan 3. Topografi dan penggunaan lahan merupakan pantai yang memiliki panjang pantai sebesar 3 km. Tipe wilayah pesisir Bedono termasuk pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material yang menyusun pantai tersebut biasanya terdiri dari pasir bercampur batu, yang umumnya berasal dari daratan, yang selain dibawa oleh aliran sungai ataupun yang berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material yang menyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri. Pantai tipe ini mudah berubah bentuk, mengalami deformasi, dan tererosi/abrasi. Desa ini tidak berbatasan langsung dengan kabupaten atau kota lain. merupakan dataran rendah dengan topografi wilayah yang datar. Elevasi wilayah Bedono yang rendah antara 0,3-2,82 meter dan tanahnya pasir lempungan. Saat pasang tertinggi permukaan air dapat mencapai cm di atas permukaan tanah perumahan dan dapat bertahan selama 4-6 jam. Peruntukan lahan di sebagai berikut: Dokumen Rencana Pengembangan 6

15 Tabel 1. Peruntukan Lahan No. Penggunaan Lahan Luas (ha) Keterangan 1 Tanah Kering a. Pekarangan/bangunan 61 2 Tanah Basah a. Tambak 490,673 Produktif hanya 96 ha 3 Tanah Hutan a. Hutan lindung 166,876 4 Tanah Fasilitas Umum a. Lapangan olahraga b. Tempat rekreasi c. Pemakaman 5 Tanah Fasilitas Sosial a. Sarana ibadah b. Sarana pendidikan c. Sarana kesehatan 10,59 5 2,02 0,4 0,5 0,02 6 Bengkok perangkat a. Tambak/kolam 49,031 Jarak pusat pemerintahan Desa dengan: a. Desa terjauh : 3 km 0,5 jam b. Ibukota kecamatan : 2 km 0,25 jam c. Ibukota kabupaten : 26 km 1 jam 4. Sarana prasarana Kondisi jalan utama masih sedikit yang berupa jalan beton, yakni sepanjang ± 2 km dengan kondisi sedang. Jalan beraspal di ini panjangnya ± 1 km dengan kondisi rusak. Sebagian besar jalan masih berupa jalan tanah sepanjang ± 2 km dengan kondisi baik dan ± 4,5 km dengan kondisi rusak. Jenis prasarana pemerintahan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Prasarana Pemerintahan No. Jenis Prasarana Jumlah 1 Gedung kantor 1 2 Ruang rapat 1 3 Mesin ketik 1 4 Kursi kerja 25 5 Meja kerja 7 6 Meja kursi tamu 5 7 Lemari 2 Fasilitas pendidikan yang terdapat di masih terbatas pada tingkat dasar saja, yakni tiga TK dan tiga SD. Hal tersebut dapat menghambat pendidikan masyarakat karena akses terhadap fasilitas pendidikan tingkat menengah dan atas yang sulit. Jenis sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3. Dokumen Rencana Pengembangan 7

16 Tabel 3. Sarana Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Luas (m 2 ) 1 PAUD 2 TK SD SMP/MTs 5 SMA/SMK/MA Fasilitas kesehatan yang dimiliki adalah hanya satu unit puskesmas pembantu dan empat unit posyandu. Hal ini sangat memprihatinkan, karena peralatan medis yang ada masih sederhana dan petugas jaga hanya seorang bidan saja. Kegiatan posyandu masih dilaksanakan di rumah-rumah warga, belum mempunyai gedung khusus untuk pelaksanaan kegiatan posyandu. Sarana kesehatan yang terdapat di Bedono dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sarana Kesehatan No. Jenis Jumlah (unit) 1 Puskesmas pembantu 1 2 Posyandu 4 Tabel 5. Sarana Keagamaan No. Jenis Jumlah (unit) 1 Masjid 6 2 Mushala Kependudukan Data kependudukan di menurut profil adalah: Jumlah total : orang Jumlah laki-laki : orang (50,11%) Jumlah perempuan : orang (49,89%) Jumlah KK : KK Tabel 6. Jumlah penduduk setiap RW No. RW L P Jumlah Penduduk Jumlah KK TOTAL Dokumen Rencana Pengembangan 8

17 Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh (tani dan bangunan) serta nelayan dan petambak. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan penduduk yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah tidak menawarkan pekerjaan yang tinggi. Penduduk juga banyak yang bekerja sebagai buruh di bidang industri, karena banyak pabrik di sekitar Kecamatan Sayung dan Karangtengah. Sebagai pantai tentunya dapat ditemukan penduduk yang bekerja sebagai nelayan dan petambak. Nelayan di merupakan nelayan kecil, yang hanya menggunakan sampan berukuran kecil untuk mencari ikan dengan alat tangkap berupa jaring yang sederhana. Jangkauan nelayan tersebut mencari ikan hanya di sekitar kawasan pantai di dekat tempat tinggal mereka saja. beragam mata pencaharian penduduk pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2010 Mata pencaharian Jumlah Persentase (%) Buruh tani ,65 Buruh bangunan ,81 Nelayan/ petambak ,17 Buruh industri ,22 Pedagang ,03 Petani 92 3,68 Sopir/ kernet angkutan umum 33 1,32 PNS/ TNI 28 1,12 Jumlah Sumber : Kecamatan Sayung dalam Angka (2011). Tabel 8. menunjukkan tingkat pendidikan formal penduduk masih rendah. Lebih dari 50% penduduknya belum tamat SD atau hanya tamat SD, bahkan ada pula yang tidak bersekolah. Penduduk yang berpendidikan SMP sebanyak 593 orang (25,24%) dan SMA sebanyak 542 orang (23,07%). Hanya sedikit dari penduduk yang berpendidikan akademi atau sarjana (0,68%). Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi. Banyak orangtua yang merasa tidak sanggup menanggung biaya untuk menyekolahkan anaknya ke akademi maupun perguruan tinggi. Dokumen Rencana Pengembangan 9

18 Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal Tahun 2010 Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak sekolah ,15 Belum tamat SD ,67 Tidak tamat SD ,43 Tamat SD ,75 Tamat SMP ,24 Tamat SMA ,07 Akademi/ sarjana 16 0,68 Jumlah Sumber : Kecamatan Sayung dalam Angka (2011). merupakan pesisir yang masih memegang teguh adatistiadat. Tokoh masyarakat dan pemuka agama bersama-sama menjaga teguh norma agama dan budaya yang ada di dalamnya. Rembug yang diadakan untuk menjalin kebersamaan antarwarga terus dijaga, seperti adat shalawat dan doa bersama dipesisir pada bulan apit hitungan bulan hijriyah dan Khoul sesepuh pada ahir bulan dzulqodah hitungan bulan hijriyah. Ciri khas kean juga masih kental, hal ini ditandai dengan beberapa aktivitas sosial masyarakat antara lain kumpulan pedukuhan, selapanan (35 harian sesuai kalender Jawa), kelompok tani, pengajian, karang taruna, PKK, yasinan, dll. B. Dampak Perubahan Iklim/Bencana Dampak perubahan iklim telah dirasakan di. Bencana abrasi dan rob yang terjadi di Desa bedono merupakan contoh akibat dari perubahan iklim yang saat ini sedang berlangsung. Abrasi dan rob yang terjadi telah mengakibatkan penambahan panjang garis pantai di. Rumah-rumah warga langsung berbatasan dengan laut. Rob setiap hari menggenangi rumah warga, bahkan dua dusun di ini (Rejosari dan Tambaksari) sampai direlokasi ke lain karena telah menjadi lautan. Lahan pertanian dan pertambakan milik warga ikut tergenang air laut, sehingga menghilangkan mata pencaharian utama warga. Warga Bedono saat ini banyak yang beralih pekerjaan menjadi buruh bangunan dan industri. Dampak rob dan abrasi tidak hanya menghilangkan sumber mata pencaharian warga saja, tapi juga berdampak pada hilangnya akses jalan, rusaknya rumah, sarana peribadatan dan sarana sosial lainnya. Rob dan abrasi tidak hanya mengubah kondisi fisik lingkungan, tapi juga berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dampak rob dan abrasi sangat terasa di Tambaksari. Pada tahun 1997 mayoritas penduduk Tambaksari memutuskan untuk pindah ke lain, karena tidak mampu lagi bertahan hidup di dusunnya karena rob selalu menggenangi wilayahnya dalam waktu 24 jam dan banyak rumah yang Dokumen Rencana Pengembangan 10

19 rusak. Mereka memilih untuk pindah agar lebih tenang dalam melakukan rutinitas sehari-hari dan tidak lagi khawatir terkena abrasi dan rob. Pada tahun 2004 Rejosari (Senik) juga mengalami nasib yang sama dengan Tambaksari. Rejosari memilih relokasi ke tetangga, yakni Desa Daleman dan Sidogemah. Saat ini banyak mangrove yang terkena ombak dan mengakibatkan kerusakan hutan mangrove. Hal tersebut menyebabkan gelombang besar langsung menghatam pemukiman warga. Pemukiman warga rusak akibat terjangan gelombang besar. Jika tidak ada kesadaran dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove, maka tidak dipungkiri lima dusun yang masih bertahan juga akan menyusul relokasi. Dampak lain yang terasa adalah gelombang besar yang intensitas kedatangannya menjadi meningkat. Gelombang besar terjadi karena adanya angin kencang yang berhembus di lautan dan cuaca yang tidak menentu. Keadaan ini memaksa nelayan untuk tidak pergi melaut. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan. Angin kencang tersebut juga menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah warga. C. Permasalahan Beberapa permasalahan yang terdapat di yang merupakan dasar dalam penyusunan rencana pengembangan pesisir adalah: 1. Lingkungan dan infrastruktur dilanda bencana rob dan abrasi. Akibat bencana tersebut banyak infrastruktur di yang rusak. Jalan dan jembatan penghubung dari Pandansari, Rejosari, Mondoliko dan Bedono putus, tidak dapat dilewati oleh kendaraan. Hal tersebut membuat transportasi terganggu. Warga Mondoliko dan Bedono harus memutar melewati lain untuk sampai ke pusat pemerintahan. Jalan dan jembatan skala kecil di daerah dusun posisinya rendah, sehingga akan tergenang air saat rob. Hal ini membahayakan warga karena antara jalan, jembatan dan sungai terlihat sama kenampakannya. Jalan yang tergenang juga akan menghambat transportasi. Beberapa warga juga ada yang belum sadar akan kebersihan, sehingga masih membuang sampah di sembarang tempat dan melakukan kegiatan MCK di sungai. 2. Sosial budaya Seiring perkembangan zaman, nilai gotong royong di mulai memudar. Hal ini dikarenakan perubahan mata pencaharian warga. Warga yang dulu sering berada di lingkungan, karena bekerja sebagai petani, nelayan, maupun petambak, kini harus bekerja di luar sebagai buruh bangunan maupun industri. Waktu yang dimiliki warga untuk berinteraksi Dokumen Rencana Pengembangan 11

20 dengan sesama warga menjadi berkurang. Kesenian rebana yang dulu menjadi budaya khas sekarang sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Hal ini dikarenakan pemuda-pemudi tidak melestarikan budaya tersebut dan alat rebana yang dimiliki warga sebagian sudah rusak karena terkena rob. 3. Ekonomi Kemiskinan masyarakat termasuk masalah utama. Hilangnya tambak dan lahan pertanian yang merupakan sumber pendapatan utama warga berdampak pada keterpurukan ekonomi masyarakat. Warga yang dulu menjadi petambak dan petani yang sukses harus beralih profesi menjadi buruh serabutan jika mempunyai keahlian dan kesempatan, jika tidak memiliki keahlian maka warga memilih untuk tidak bekerja. Alternatif mata pencaharian bagi warga juga terbatas. Masalah tersebut dikarenakan pendidikan warga yang masih rendah, sehingga sedikit lowongan pekerjaan yang tersedia. 4. Perikanan memiliki potensi perikanan yang besar, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Sayangnya, potensi perikanan tangkap tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Nelayan hanya merupakan nelayan skala kecil dengan alat tangkap terbatas dan jalur penangkapan yang pendek (<4 mil), sehingga hasil tangkapan yang didapat hanya sedikit. Kedatangan nelayan luar daerah yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan juga menjadi permasalahan di. Kegiatan di bidang perikanan seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, racun dan alat-alat tangkap yang membahayakan kelestarian sumberdaya ikan merupakan salah satu faktor yang merusak lingkungan perairan. Komoditas yang umum dibudidayakan di antara lain: bandeng, kerang darah, dan udang. Di bidang perikanan budidaya teknologi budidaya yang dikuasai para petambak juga masih rendah. Teknik budidaya yang digunakan masih tradisional dengan mengandalkan pakan alami. Penguasaan teknologi pengolahan hasil perikanan juga masih terbatas. Hal tersebut dicerminkan oleh nelayan maupun petambak yang langsung menjual mentah hasil produksinya, tanpa mengolahnya terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai jualnya. Dokumen Rencana Pengembangan 12

21 III. METODE PENYUSUNAN RPDP A. Kerangka Perencanaan Dalam tahap ketiga kegiatan 2013 disebutkan proses RPDP, proses penyusunan ini mempunyai alur tersendiri yang cukup kompleks sehingga bisa didapatkan keluaran yang diinginkan. Seperti digambarkan dalam alur berikut ini: Gambar 4. Alur Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) Perencanaan pengembangan pesisir disusun secara partisipatif oleh Pemerintah Desa sesuai dengan kewenangannya. Dalam menyusun perencanaan pengembangan pesisir wajib melibatkan kelembagaan masyarakat serta tokoh masyarakat. 1. Tahapan kegiatan penyusunan RPDP Tahapan kegiatan penyusunan RPDP antara lain: a. Persiapan Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah: 1) Pembentukan Tim Penyusun RPDP; 2) Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan kegiatan penyusunan RPDP; 3) Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang ; Dokumen Rencana Pengembangan 13

22 4) Mengundang peserta musrenbang ; 5) Menyiapkan sarana,alat dan kegiatan penyusunan RPDP. b. Pengkajian Keadaan Desa Pengkajian Keadaan adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan masyarakat, masalah, potensi dan berbagai informasi terkait, yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi dan dinamika masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi, permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan masyarakat secara objektif, lengkap dan cermat. Kegiatan pengkajian keadaan difasilitasi oleh fasilitator. Pengkajian keadaan dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan metode P3MD (Perencanaan Partisipatif Pembangunan dan Desa). Proses dan alat kaji dalam tahap pengkajian keadaan antara lain: 1) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan untuk mengenali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat dengan menggunakan dokumen profil ; 2) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan pengelompokan potensi dan masalah; 3) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah; 4) Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan melakukan penentuan peringkat tindakan. Durasi (lamanya) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian keadaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang bersangkutan. Hasil dari kegiatan ini merupakan penggabungan dari proses pengkajian keadaan di tingkat, yang meliputi Data Potensi Desa, Data Permasalahan dan Data Kebutuhan Peringkat Tindakan. c. Penyusunan Rancangan RPDP Rancangan RPDP terdiri dari Naskah rancangan kebijakan pembangunan dan Rencana kegiatan Pembangunan Desa. Naskah rancangan kebijakan pembangunan disusun sesuai alur kegiatan penyusunan RPDP (Gambar 4.). Rencana kegiatan Kebijakan Pembangunan Desa meliputi semua aspek dan kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan berhubungan secara langsung dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat/indeks pembangunan manusia, mencakup bidang dan kegiatan sosial budaya dan kegiatan yang sesuai dengan kondisi dan potensi setempat, antara lain mencakup aspek pertanian, kehutanan, pertambangan, pariwisata serta kelautan dan perikanan. rencana kegiatan tersebut disusun sesuai tabel rencana. Rencana kegiatan dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti. Rumusan rencana kegiatan bersifat khusus, terukur dapat diterima realitis dan jelas kerangka waktunya. Dokumen Rencana Pengembangan 14

23 Penyusunan RPDP dilakukan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) atau musyawarah yang dipimpinan oleh seorang ketua (kepala ), seorang wakil ketua dan seorang sekretaris (sekretaris ). Wakil Ketua Rapat dipilih dari dan oleh peserta penyusunan RPDP secara demokratis. Setiap rapat dimaksud membahas agenda yang telah ditetapkan secara jelas. Pembahasan dilakukan beberapa kali sampai tersusun Rancangan RPDP yang lengkap dan layak. Penyusunan rancangan dilakukan setelah pengkajian keadaan sampai dengan sebelum pelembagaan rancangan RPDP. Kegiatan penyusunan akan menghasilkan Dokumen Rancangan (awal) RPDP. 2. Pelembagaan RPDP Rancangan RPDP ditetapkan dalam forum BPD yang diselenggarakan oleh dan sesuai peraturan tata tertib BPD dan dipimpin oleh pimpinan BPD. Peserta rapat BPD untuk penetapan rancangan peraturan tentang RPDP adalah semua anggota BPD, kepala, sekretaris, perangkat, anggota LPMD dan anggota tim penyusun rancangan RPDP. Rapat BPD untuk penetapan peraturan tentang RPDP bersifat terbuka dan umum. Rancangan RPDP ditetapkan dan disahkan dengan peraturan. Tahapan kegiatan penetapan dan pengesahan rancangan RPDP antara lain: a. Pengajuan rancangan peraturan tentang RPDP oleh kepala kepada BPD setelah pelaksanaan pembahasan rancangan RPDP. b. Penetapan jadwal pembahasan dan penetapan oleh BPD Selambat-lambatnya satu minggu setelah Rancangan Peraturan Desa dimaksud diterima, BPD menetapkan jadwal pelaksanaan rapat penetapan rancangan peraturan tentang RPDP. Rapat penetapan tersebut dilaksanakan selambat-lambatnya dua minggu setelah rancangan peraturan tentang RPDP diterima. c. Proses rapat penetapan Proses rapat penetapan antara lain: pembukaan dan pengantar rapat oleh pimpinan rapat, penyampaian nota pengantar rancangan peraturan tentang RPDP oleh kepala, tanggapan anggota BPD, jawaban kepala, pengambilan keputusan/penetapan peraturan tentang RPDP, penandatanganan naskah persetujuan bersama terhadap peraturan tentang RPDP oleh kepala dan ketua BPD. Rapat penetapan akan menghasilkan peraturan tentang RPDP. B. Fokus merupakan aksi yang menitikberatkan pada coastal resilient village dimana partisipasi komunitas pesisir sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan program ini. Namun demikian, peran pemerintah (pusat Dokumen Rencana Pengembangan 15

24 maupun daerah) sebagai fasilitator tidak dapat diabaikan sebagai faktor pendorong untuk mewujudkan pesisir yang tangguh. Desa pesisir memiliki kerentanan ekonomi, sosial, lingkungan dan fisik. pesisir rentan secara ekonomi, ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir. Pengetahuan masyarakat pesisir tentang bencana dan ancaman perubahan iklim di wilayah pesisir masih rendah, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah, serta rendahnya tingkat kemandirian organisasi sosial yang semuanya itu mempertinggi tingkat kerentanan pesisir secara sosial. Desa pesisir juga rentan secara lingkungan dan fisik. Secara umum kualitas infrastruktur tergolong rendah, seperti kondisi jalan yang rusak, kekurangan energi listrik, kesulitan air bersih, sanitasi yang buruk, serta kondisi lingkungan yang mengalami kerusakan, baik akibat bencana maupun aktivitas manusia. Kondisi vegetasi dan ekosistem di pesisir secara umum telah mengalami kerusakan. Oleh karenanya, untuk mewujudkan ketangguhan diperlukan kebijakan berupa fokus pengembangan kegiatan yang berorientasi pada penyelesaian persoalan-persoalan pokok yang dihadapi masyarakat pesisir. Adapun fokus pengembangan kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam rangka mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat baik formal maupun informal, memperluas dan meningkatkan kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif; 2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar dan informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya sistem insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal; 3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal, penerapan monitoring, controlling and surveillance dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal, penerapan Dokumen Rencana Pengembangan 16

25 teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli, merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya; 4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran masyarakat pesisir dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya; 5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usaha-usaha pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, rencana aksi dalam pengurangan risiko bencana, penyadaran masyarakat, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana (antara lain jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis ) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat/komunitas pesisir. C. Pendekatan Untuk RPDP dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan partisipatif, top down dan buttom up. Pendekatan top down dengan memperhatikan perencanaan yang dibuat pemerintah kabupaten/kota, antara lain seperti Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) di kabupaten/kota, Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota, Rencana Zonasi WP3K di kabupaten/kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pengelolaan WP3K di kabupaten/kota, dan Rencana Aksi Pengelolaan WP3K di kabupaten/kota. Perencanaan dengan pendekatan partifipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua yang berkepentingan (stakeholders), diantaranya tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus RW/RT, tim penggerak PKK dan unsur generasi muda/ karang taruna. Pelibatan mereka untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Perencanaan dengan pendekatan top down (atas bawah), bahwa perencanaan program secara berjenjang dari tingkatan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan. Perencanaan dengan pendekatan bottom up (bawah-atas), bahwa perencanaan berseumber dari masukan masyarakat secara berjenjang melalui musrenbang ke atas. Selain pendekatan top down, ini juga menggunakan pendekatan bottom up dimana penyusunan profil dan rencana masyarakat berdasarkan masukan masyarakat hasil Participation Rural Appraisal (PRA) dan Dokumen Rencana Pengembangan 17

26 Focus Group Discussion (FGD) untuk menghasilkan Rencana Pengembangan Desa Pesisir. Dokumen Rencana Pengembangan 18

27 IV. KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN Selain berasal dari masukan masyarakat hasil Participation Rural Appraisal (PRA) dan Focus Group Discussion (FGD), sebagai sebuah dokumen perencanaan maka RPDP tidak dapat terlepas dari dokumen rencana lain agar tidak terjadi tumpang tindih maupun pertentangan dengan dokumen rencana tersebut. RPDP ini terkait dengan beberapa dokumen penting, antara lain: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 Tentang Perencanaan Pembangunan Desa. 6. RPJM Kabupaten Demak tahun Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Demak tahun Profil Desa Pesisir. 9. Musyawarah Perencanaan Dan Pengembangan Desa (musrenbangdes) 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa). Dokumen Rencana Pengembangan 19

28 V. RENCANA PENGEMBANGAN DESA A. Fokus No. Topik Sebelum Tahun 1997 Setelah Tahun Mata pencaharian utama Laki-laki: - Petani - Petambak Perempuan: - Tidak bekerja 2 Sumberdaya alam - Hutan mangrove dan pohon kelapa menjadi sumber kayu dan pendapatan - Hasil perikanan tangkap banyak 3 Pemanfaatan SDA - Jumlah alat tangkap sedikit - Mangrove ditebangi sembarangan 4 Sosial ekonomi masyarakat Laki-laki: - Petambak - Nelayan - Buruh (industri dan bangunan) Perempuan: - Bekerja - Sebagian besar hutan bakau dan pohon kelapa mulai tumbang dan mati karena terkena gelombang besar - Hasil perikanan tangkap sedikit dengan spesies yang sama - Jumlah alat tangkap banyak - Mangrove telah dikonservasi - Taraf hidup baik - Taraf hidup memburuk Rencana Pengembangan Desa Pesisir di difokuskan pada bina mitigasi bencana dan perubahan iklim. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. B. Spirit Perencanaan Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; (2) tingginya kerusakan sumberdaya pesisir; (3) rendahnya kemandirian organisasi sosial dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan (4) minim dan rendahnya Dokumen Rencana Pengembangan 20

29 kualitas infrastruktur dan kesehatan lingkungan pemukiman. Keempat persoalan pokok ini juga memberikan andil terhadap tingginya tingkat kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim yang cukup tinggi pada - pesisir. Undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil dibuat oleh pemerintah agar wilayah pesisir dan pulau pulau kecil dapat terjaga dan dapat digunakan untuk pengembangan di bidang sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa sampai generasi Indonesia seterusnya. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam pemanfaatannya serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. C. Perencanaan Pengembangan Desa Gambar 5. Model Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Proses yang dilakukan dalam penyusunan dokumen RPDP adalah membuat daftar masalah dan potensi, kemudian dilakukan pengelompokan masalah, penentuan peringkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan penentuan peringkat tindakan. Berdasarkan daftar masalah tersebut kemudian disusun bentuk program yang dibutuhkan masyarakat disertai perencanaan waktu pelaksanaan program kegiatan. Program-program tersebut dibuat dalam kurun waktu lima tahun. Program yang tercantum di RPDP merupakan kumpulan kebutuhan dan harapan Dokumen Rencana Pengembangan 21

30 masyarakat yang disesuaikan dengan fokus program pembangunan pesisir tangguh. Perencanaan pengembangan, dibagi ke dalam lima bagian, meliputi: (1) perencanaan bina program manusia; (2) perencanaan bina program usaha; (3) perencanaan bina program lingkungan dan infrastruktur; dan (4) perencanaan bina program siaga bencana dan perubahan iklim (5) perencanaan bina program sumberdaya. Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan oleh masyarakat menuju ketangguhan dan kesejahteraan pesisir. Kelima bina tersebut digambarkan pada Gambar 6. Rincian program rencana pembangunan pada tahun dapat dilihat di lampiran. Gambar 6. Fokus Rencana Pengembangan Desa Pesisir Dokumen Rencana Pengembangan 22

31 VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi Dalam sistem yang baru, tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. 1. Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. 2. Evaluasi Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat. Proses pelaksanaan evaluasi dilaksanakan secara: a. Sistematis, kegiatan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tata urut sehingga hasil dan rekomendasi dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen Rencana Pengembangan 23

32 b. Obyektif, hasil evaluasi tidak dipengaruhi oleh kepentingan pelaksana kegiatan dan/atau program. c. Transparan, proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggungjawaban hasil evaluasi harus diketahui oleh pemangku kepentingan (stakeholders). Maksud dan tujuan dari pemantauan dan evaluasi antara lain: 1. Memperoleh gambaran capaian target kinerja dan pendanaan RPDP tahun Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan RPDP. 3. Merumuskan rekomendasi dan saran tindak lanjut untuk digunakan sebagai masukan dalam penyusunan RPDP periode berikutnya B. Rantai Pemantauan dan Evaluasi Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu; 1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya; 2. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan 3. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. C. Pengukuran Kinerja Indikator kinerja adalah merupakan kunci dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja. Dalam menyusun indikator kinerja perlu ditentukan data apa saja yang mesti dikumpulkan, hal ini untuk mengetahui apakah kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan bila dibandingkan terhadap hasil perencanaan yang hendak dicapai dapat terpenuhi. Jadi indikator-indikator kinerja merupakan alat yang sangat Dokumen Rencana Pengembangan 24

33 dibutuhkan untuk melihat apakah suatu strategi, program, atau kegiatan berhasil/gagal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara sederhana, indikator kinerja adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang akan diukur dalam pelaksanaan suatu program terhadap tujuannya. Mengingat pernyataan suatu hasil menyatakan apa yang ingin dicapai, indikator menyampaikan secara spesifik apa yang diukur untuk menentukan apakah tujuannya telah tercapai. Indikator biasanya merupakan ukuran kuantitatif, tetapi bisa juga berupa pengamatan kualitatif. Indikator tersebut menentukan bagaimana kinerja akan diukur menurut suatu skala atau dimensi, tanpa menjelaskan secara spesifik suatu tingkat pencapaian tertentu. Manfaat dan sasaran indikator kinerja adalah sebagai berikut: 1. Memperjelas tentang informasi program. 2. Menciptakan kesepakatan untuk menghindari kesalahan interpretasi dan perbedaan pendapat selama pelaksanaan program/kegiatan. 3. Membangun dasar bagi pemantauan dan evaluasi. 4. Untuk mengenalkan dan memotivasi pelaksana program dalam pencapaian hasil. 5. Untuk mengkomunikasikan dan melaporkan hasil yang telah dicapai kepada stakeholders termasuk kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan masyarakat. Penetapan indikator kinerja merupakan cerminan keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala terpilih dari sisi keberhasilan penyelenggaraaan pemerintahan, khususnya dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian outcome program pembangunan setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPDP dapat dicapai. Suatu indikator kinerja dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja berkenaan. Pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan merupakan keberhasilan dari pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan periode yang telah direncanakan. Hal ini menuntut adanya berbagai indikator kinerja pemerintah terutama dalam kaitannya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Ukuran kemajuan yang diperoleh membutuhkan indikator yang mampu menggambarkan kemajuan. Kemampuan pengukuran kinerja tersebut, di antaranya sangat bergantung kepada data dan Dokumen Rencana Pengembangan 25

34 informasi yang mengolah hasil-hasil atau kinerja pembangunan sehingga dapat diperbandingkan kondisi-kondisi awal yang diinginkan dengan hasil yang dicapai. Indikator kinerja tersebut juga diperlukan oleh publik dalam rangka perwujudan transparansi dan akuntanbilitas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Dalam Permendagri 54 Tahun 2010 Penetapan Indikator penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) aspek yaitu: 1. Aspek kesejahteraan masyarakat, meliputi: Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi; Fokus kesejahteraan masyarakat. 2. Aspek Pelayanan Umum, meliputi: Fokus Layanan Urusan Wajib; Fokus Layanan Urusan Pilihan. 3. Aspek kesejahteraan masyarakat, meliputi: Fokus kemampuan ekonomi daerah; Fokus fasilitas daerah / infrastruktur; Fokus iklim berinfestasi; Fokus sumber daya manusia. D. Evaluasi Evaluasi hasil Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) bermanfaat sebagai : 1. Bahan penyusunan RPDP untuk periode selanjutnya; 2. Indikator penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan ; 3. Indikator penilaian kinerja masyarakat ; 4. Bahan penilaian pencapaian rencana aksi program dan kegiatan pembangunan daerah dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Dokumen Rencana Pengembangan 26

35 Anonim Profil. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Pedoman Teknis Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. Jakarta Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 Tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Dokumen Rencana Pengembangan 27

36 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan karunia-nya, Dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ini dapat tersusun dengan baik. Perencanaan pengembangan pesisir disusun secara partisipatif oleh Pemerintah Desa sesuai dengan kewenangannya. Dokumen ini berisi penelusuran masalah dan pencermatan potensi yang ada di, sehingga tersusunlah perencanaan kegiatan pembangunan yang ada di selama 5 tahun yang tertuang dalam dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) Tahun Rencana Pengembangan Desa Pesisir merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Dokumen RPDP merupakan acuan Pemerintahan Desa Bedono dalam perencanaan pembangunan tahunan. Rangkaian proses penyusunan dokumen RPDP tentu melibatkan banyak pihak yang sangat membantu, sehingga akhirnya dokumen ini dapat terselesaikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang teramat dalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan RPDP. Penulis sebagai manusia biasa pasti tidak dapat luput dari kesalahan, begitu pula dalam penulisan dokumen RPDP ini. Oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan krtitik untuk penyempurnaan dokumen ini. Bedono, Juli 2013 Tim Penyusun ii

37 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan... 2 C. Ruang Lingkup... 2 BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH... 4 A. Deskripsi Umum Sejarah Desa Letak Geografis dan Administrasi Topografi dan Penggunaan Lahan Sarana Prasarana Kependudukan... 8 B. Dampak Perubahan Iklim C. Permasalahan BAB III. METODE PENYUSUNAN RPDP A. Kerangka Perencanaan Tahapan kegiatan penyusunan RPDP Pelembagaan RPDP B. Fokus C. Pendekatan BAB IV. KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN BAB V. RENCANA PENGEMBANGAN DESA A. Fokus Perencanaan B. Spirit Perencanaan C. Perencanaan Pengembangan Desa BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Konsep dan definisi Pemantauan dan Evaluasi B. Rantai Pemantauan dan Evaluasi C. Pengukuran Kinerja D. Evaluasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i ii iii iii

38 Tabel Penentuan Peringkat Tindakan NO TINDAKAN YANG LAYAK PEMENUHAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PENINGKATAN DUKUNGAN POTENSI JUMLAH NILAI URUTAN PERINGKAT 1 Peninggian dan pelebaran jalan di Bedono, Pandansari, Tonsari, Morosari Betonisasi jalan di Mondoliko Peninggian halaman SDN 2 Bedono di Morosari Sangat Sangat Sangat Pembuatan talud sebagai pelindung perumahan dipesisir laut dan area makam Pembuatan talud sebagai pelindung jalan dari erosi air sungai di Mondoliko, talud pandan sari, tonosari, morosari Sangat Sangat Sangat Perbaikan Jembatan penghubung antar dusun yang terbuat dari bambu di Bedono, Pandansari dan tonosari Perbaikan Pemecah ombak di tonosari dalam kondisi Sangat Sangat Sedang Pengadaan bibit kepiting di Bedono Pengadaan bibit kerang di Tonosari, Morosari Pengadaan sarana penangkapan di Tonosari Sangat Sangat Perbaikan Sarana MCK di Bedono, Pandansari, Tonosari dan Morosar Menyediakan bak sampah di Bedono, Pandansari, Tonosari dan Morosari Pembuatan sumur artetis di Mondoliko Pegadaan linator untuk keperluan air tawar morosari Sangat Sangat 20 5

39 NO TINDAKAN YANG LAYAK PEMENUHAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PENINGKATAN DUKUNGAN POTENSI JUMLAH NILAI URUTAN PERINGKAT 6 Diperlukan perahu penyeberangan dari Tambak Sari menuju Pandan Sari sebagai jalur alternatif Diperlukan sarana penunjang wisata diantaranya perahu wisata Morosari, tempat parkir di area makam simbah mudzakir dusun pandansari beserta tanaman peneduh di sepanjang jalan menuju makam. Tersebut Sangat Sangat Bangunan serbaguna untuk sarana dan prasarana 7 kesenian Rebana di Morosari, sarana olah raga di sangat Tonosari dan Morosari. Pengadaan lapangan di morosari 8 Diperlukan penanaman Mangrove di Tonosari, Sangat Sangat sangat Diperlukan pelatihan servis mesin perahu dan pembibitan mangrove di morsari 9 Diperlukan pelatihan pembuatan kain batik dengan Sangat Sangat pewarna dari mangrove. Diperlukan pelatihan Penanaman vertikultur pengemasan dan pemasaran peyek udang di morosari Sumber: Analisis tim penyusun,

40 Peringkat Usulan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Desa Berdasarkan RPJM Desa Tahun 2013 s/d 2017 Desa Kecamatan Kabupaten : Bedono : Sayung : Demak No Masalah Dirasakan oleh orang Kriteria dan Nilai Pembobotan Sangat Parah Menghambat Sering terjadi Kriteria lainnya Jumlah Nilai 1 Peninggian makam di Bedono Pembuatan talud makam di Bedono Pembangunan pos serbaguna di Bedono Pembangunan MCK umum di RW.1 Bedono Pembangunan bak sampah di RW.1 Bedono Betonisasi jalan di RT.6 RW.1 Bedono Lampu penerangan jalan di Bedono - Purwosari Perbaikan jalan penghubung Desa Bedono Timbulsloko Betonisasi jalan di RT.4 RW.1 Bedono Pembuatan jembatan menuju makam di Bedono Pembangunan bak sampah di RW.2 Mondoliko Uraian Peringkat Keterangan

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu wilayah di Pantai Utara Jawa Tengah yang paling parah mengalami abrasi adalah pantai di Kecamatan Sayung Demak. Lebih dari 300 Ha selama lebih dari 5 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai lebih dari 8.100 km serta memiliki luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan memiliki lebih dari 17.508 pulau, sehingga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

B A B I P e n d a h u l u a n A. Latar Belakang Kabupaten Demak termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian utara. Demak merupakan daerah yang berbatasan langsug dengan Kota Semarang, yang merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO 0-06 KABUPATEN TELUK WONDAMA 0 RPDP Sombokoro 0-06 Tabel. Program kegiatan perencanaan pembangunan Sombokoro 0-06 No Program Kegiatan Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung 1. Latar Belakang Berdirinya PPMK Krisis ekonomi yang berkepanjangan pasca tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH

BAB II PROFIL WILAYAH BAB II PROFIL WILAYAH A. DESKRIPSI WILAYAH Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survey lapangan dan pengamatan yang dilakukan di lokasi KKN, baik melalui wawancara, opini penduduk, maupun diskusi

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, TATA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1099, 2016 KEMENDAGRI. Kepala Desa. Laporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu pemanfaatan sumber daya yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS 2012-2016 KABUPATEN TELUK WONDAMA 2012 RPDP Yopmeos 2012-2016 1 Tabel 12. Program kegiatan perencanaan pembangunan Yopmeos 2012-2016 No Program

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN 2014-2018 DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014 DESA KLEPU KECAMATAN KRANGGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PERATURAN DESA KLEPU NOMOR

Lebih terperinci