LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN SOFTWARE HAMPSON RUSSELL & PETREL FAID MUHLIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN SOFTWARE HAMPSON RUSSELL & PETREL FAID MUHLIS"

Transkripsi

1

2 LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN SOFTWARE HAMPSON RUSSELL & PETREL FAID MUHLIS PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2015 i

3 HALAMAN PERSEMBAHAN Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT karena rahmat dan kuasanya maka saya dapat menyelesaikan Modul Langkah-langkah penggunaan software HRS & Petrel ini dengan tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih ditujukan kepada: Bapak Steven Palar selaku Manager Subsurface dan Bapak Willy Brianno yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk menjadi pembimbing saat melaksanakan Kerja Praktek di Chevron Indonesia Company. Banyak ilmu bermanfaat yang saya dapatkan dari bimbingan serta pengajaran. Bapak Ardian Novianto, ST, MT sebagai dosen prodi Teknik Geofisika UPN Veteran Yogyakarta yang mengampu mata kuliah seismik diantaranya yaitu Pengolahan Data Seismik, Interpretasi Data Seismik, Inversi Seismik dan Seismik Atribut. Adit Saputra, ST, Muhammad Masnur, ST dan Adi Wijayanto,ST sebagai pembimbing selama pengajaran software Hampson Russell serta software Petrel. ii

4 KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Zat yang maha kuasa dan segala daya baginya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga dapat mengerjakan Modul Langkah-langkah Penggunaan Software Hampson Russell & Petrel. Meskipun terdapat banyak hambatan dalam tahap pengerjaanya, namun Modul ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan mulai dari awal sampai akhir pembuatanya. Kemudian dalam penyusunan, tidak henti-hentinya diharapkan saran serta kritik dari para pembaca. Kesalahan dan kekurangan dalam penyusunanya, disadari dapat bermanfaat dalam hal penyusunan pada edisi berikutnya berikutnya. Demikian laporan Langkah-langkah Penggunaan Software Hampson Russell & Petrel ini dibuat semoga dapat berguna bagi diri sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Yogyakarta, 30 Desember 2015 Penulis Faid Muhlis iii

5 DAFTAR ISI MODUL HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSEMBAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI MODUL...iv - PENDAHULUAN...v - SOFTWARE HAMPSON RUSSELL...vi - SOFTWARE PETREL...vii DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI SINGKAT PENULIS iv

6 v

7 DAFTAR ISI PENDAHULUAN I. Seismik Refleksi...1 I.1. Hukum Dasar Seismik...1 I.2. Tahapan Metode Seismik...2 I.3. Komponen Seismik Refleksi...3 I.3.1. Impedansi Akustik...3 I.3.2. Koefisien Refleksi...3 I.3.3. Wavelet...4 I.3.4. Polaritas Seismik...4 I.3.5. Trace Seismik...5 I.3.6. Resolusi Vertikal Seismik...6 II. Data Sumur (Log)...7 II.1. Gamma Ray Log...7 II.2. Density Log...7 II.3. Neutron Porosity Log...8 II.4. Sonic Log...8 II.5. Resistivity Log...9 II.6. Caliper Log...9 II.7. Checkshot...9 III. Well Seismic Tie...10 III.1. Seismogram Sintetik...11 III.2. Ekstrak Wavelet...11 IV. Metode Inversi AI...12 V. Seismik Atribut...13

8 PENDAHULUAN I. Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan metode geofisika yang memanfaatkan gelombang pantul dari batas lapisan di bawah permukaan. Pengiriman sinyal dalam bentuk gelombang ke dalam bumi, kemudian sinyal tersebut akan terpantulkan oleh batas antara dua lapisan, dan selanjutnya sinyal pantulan direkam oleh receiver (geophone atau hidrophone), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dari sumber ke penerima (Sukmono, 1999) Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut sebagai body wave dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave. Body wave dibedakan menjadi dua berdasarkan arah getarnya. Gelombang P (longitudinal) merupakan gelombang yang arah getarnya searah dengan arah perambatan gelombang sedangkan gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah perambatannya disebut gelombang S (transversal). Surface wave terdiri atas Reyleigh wave dan Love wave. I.1. Hukum Dasar Seismik Metode seismik refleksi menggunakan 3 hukum dasar antara lain Hukum Snellius, Asas Fermat dan Hukum Huygens. Pendahuluan 1

9 1. Hukum Snellius Gelombang datang, gelombang pantul dan gelombang bias terletak pada satu bidang. Sudut pantul sama dengan sudut datang. 2. Asas Fermat Fermat menyatakan bahwa gelombang akan menempuh jarak yang terpendek dengan waktu yang tercepat bila melalui sebuah medium. 3. Hukum Huygens Gelombang akan membentuk muka gelombang yang baru ketika mengenai bidang diskontinu. I.2. Tahapan Metode Seismik Secara umum, metode geofisika mempunyai tiga bagian penting dalam pengerjaannya. Metode seismik refleksi terbagi dalam 3 kegiatan, yaitu akuisisi data seismik, pengolahan data seismik, dan interpretasi data seismik. 1. Akuisisi Data Seismik Akuisisi data merupakan pekerjaan pengambilan data di lapangan. Menggunakan peralatan seismik refleksi, diharapkan mampu memperoleh gambaran bawah permukaan secara baik nantinya. Maka diperlukan penentuan parameter-parameter lapangan yang cocok dari suatu daerah penelitian. 2. Pengolahan Data Seismik Data seismik direkam ke dalam pita magnetik setelah kegiatan akuisisi selesai. Setelah itu data tersebut diproses di pusat pengolahan data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat dihasilkan sebuah penampang yang dapat menggambarkan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti keadaan sebenarnya. 3. Interpretasi Data Seismik Interpretasi data seismik adalah menjelaskan arti geologis pada suatu data seismik. Sering interpretasi juga dilakukan dengan mengaitkan Pendahuluan 2

10 data seismik (dengan resolusi lateral) dengan data lain, contohnya data sumur (dengan resolusi vertikal), sehingga kondisi bawah permukaan dapat dijelaskan dengan baik dan berdasarkan bukti yang nyata. I.3. Komponen Seismik Refleksi Komponen seismik refleksi ini meupakan hal-hal yang diturunkan (derivative value) atau dihasilkan dari parameter dan data seismik refleksi. I.3.1. Impedansi Akustik Seismik adalah metode yang memanfaatkan penjalara waktu gelombang pada suatu medium. Sedangkan penjalaran gelombang tersebut dipengaruhi oleh adanya densitas serta kecepatan medium yang dilaluinya, Impedansi akustik (AI) yang merupakan gambaran dari tubuh lapisan merupakan hasil perkalian antara keduanya. AI = v p.ρ Dimana: AI = Nilai acoustic impedance v p = Kecepatan gelombang P ρ = Densitas batuan Dalam teorinya, Sukmono (1999), menganalogikan AI dengan acoustic hardness. Batuan yang keras dan sukar dimampatkan, seperti batugamping mempunyai AI yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak seperti lempung yang lebih mudah dimampatkan mempunyai AI rendah. I.3.2. Koefisien Refleksi Sebuah gelombang akan terpantulakan pada suatu lapisan yang mempunyai nilai impedansi akustik yang berbeda. Maka koefisien refleksi merupakan cerminan dari bidang batas lapisan tersebut. Koefisien refleksi dapat bernilai postitif (+) maupun negative (-). Pendahuluan 3

11 KR = AI2 AI1 AI2 + AI1 (ρ2.v2) (ρ1.v1) = (ρ2.v2) + (ρ1.v1) Dimana: KR = Koefisien refleksi AI1 = Impedansi akustik lapisan atas AI2 = Impedansi akustik lapisan bawah I.3.3. Wavelet Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang harmonik yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasa tertentu. Ada empat macam jenis wavelet (Gambar 2) berdasarkan fase gelombangnya, yaitu wavelet fase nol, fase maksimum, fase minimum, dan fase campuran. Tipe-tipe wavelet ini mempunyai letak konsentrasi energi (simpangan maksimum atau amplitudo) yang berbeda-beda. Gambar 2. Jenis fase : (a) fasa minimum, (b) fasa campuran, (c) fasa maksimum, dan (d) fasa nol (Sukmono, 1999) I.3.4. Polaritas Seismik Brown, 2006, cited by Sukmono, (2001) membagi kedua jenis polaritas tersebut menjadi polaritas konvensi Amerika (SEG) dan konvensi Eropa yang polanya saling berkebalikan. Dari kedua jenis polaritas tersebut, polaritas konvensi Amerika (SEG) yang sering digunakan sebagai polaritas standar. Badley dan Michael mendefinisikan polaritas normal dan terbalik Pendahuluan 4

12 menurut SEG (Society of Exploration Geophysicist) sebagai berikut (Sukmono, 1999): 1. Sinyal yang memiliki polaritas positif (menandakan adanya kenaikan impedansi akustik) direkam dengan angka negatif pada perekam, memiliki defleksi gelombang negatif pada monitor dan ditampilkan sebagai lembah (trough) pada tampilan seismik. 2. Sedangkan sinyal yang memiliki polaritas negatif (menandakan adanya penurunan nilai impedansi akustik), dinyatakan dengan puncak (peak). Gambar 3. Polaritas normal dan polaritas terbalik menurut SEG, a. pada minimum phase dan b. pada zero phase (Sukmono, 1999) Mengunakan konvensi ini, dalam sebuah penampang seismik dengan tampilan polaritas normal SEG, maka dapat diperkirakan: 1. Batas refleksi berupa trough pada penampang seismik, jika AI2 > AI1. 2. Batas refleksi berupa peak pada penampang seismik, jika AI2 < AI1. I.3.5. Trace Seismik Model dasar dalam model satu dimensi kondisi bawah permukaan dapat digambarkan oleh trace seismik. Mengacu pada model konvolusi, Pendahuluan 5

13 menyatakan bahwa tiap trace merupakan hasil konvolusi sederhana dari refelektivitas bumi dengan fungsi sumber seismik ditambah dengan noise. Dapat dituliskan sebagai berikut (tanda * menyatakan konvolusi): S (t) = W (t) * r (t) + n (t) Dimana: S(t) = Trace seismik W(t) = Wavelet seismik r(t) = Reflektivitas bumi n(t) = Noise Konvolusi dapat dinyatakan sebagai penggantian (replacing) setiap koefisien refleksi dalam skala wavelet kemudian menjumlahkan hasilnya seperti yang dinyatakan oleh Russell, Konvolusi tersebut akan saling mengurangkan, menambahkan ataupun tidak memberikan pengaruh antar wavelet tergantung jarak antar batas lapisan dan frekuensi yang digunakan. I.3.6. Resolusi Vertikal Seismik Resolusi adalah jarak minimum antara dua objek yang dapat dipisahkan oleh gelombang seismik (Sukmono, 1999). Range frekuensi dari seismik hanya antara Hz yang secara langsung menyebabkan keterbatasan resolusi dari seismik. Nilai dari resolusi vertikal adalah: r = v 4f Dimana: r = Jarak v = Kecepatan gelombang f = Frekuensi gelombang Pendahuluan 6

14 Dapat dilihat dari persamaan diatas bahwa hanya batuan yang mempunyai ketebalan di atas 1/4 λ yang dapat dibedakan oleh gelombang seismik. Ketebalan ini disebut ketebalan tuning (tunning thickness). Dengan bertambahnya kedalaman, kecepatan bertambah tinggi dan frekuensi bertambah kecil, maka ketebalan tuning bertambah besar. II. Data Sumur (Log) Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) dari suatu data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Log tersebut akan membantu interpreter dalam membaca informasi penampang seismik. Ada berbagai macam jenis log yang mempunyai fungsinya masing-masing. Sebuah sumur tidak selalu mempunyai data log secara keseluruhan. Terdapatnya data log pada usatu sumur dapat dilihat berdasarkan keekonomisan yang bergantung pada keperluan data pada suatu sumur. Fungsi log berdasarkan jenisnya dapat dijelaskan sebgai berikut. II.1. Gamma Ray Log Prinsip gamma ray log adalah suatu rekaman tingkat radioaktifitas alami yang terjadi karena tiga unsur, yaitu: Uranium (U), Thorium (Th), dan Potassium (K) yang ada pada batuan. gamma ray sangat efektif dalam membedakan lapisan permeabel dan impermeabel karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang impermeabel dan tidak banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir yang secara umum adalah permeabel. Gamma ray log biasa digunakan untuk menentukan jenis litologi dari suatu batuan. II.2. Density Log Prinsip kerja log ini yaitu alat memancarkan sinar gamma energi menengah ke dalam suatu formasi sehingga sinar gamma akan bertumbukan dengan elektron-elektron yang ada. Tumbukan tersebut akan menyebabkan hilangnya energi (atenuasi) sinar gamma yang kemudian akan dipantulkan dan diterima oleh detektor yang akan diteruskan untuk direkam ke permukaan. Dalam hubungan fisika atenuasi merupakan fungsi dari jumlah elektron yang Pendahuluan 7

15 tedapat dalam formasi yaitu densitas elektron yang mewakili densitas keseluruhan. Beberapa kelebihan dari log densitas antara lain mampu mengukur berat jenis batuan yang kemudian digunakan untuk menentukan porositas batuan tersebut, dapat membedakan minyak dan gas dalam ruang pori-pori karena fluida tadi berbeda berat jenisnya, dan bersama log lain misalnya neutron log, lithologi batuan dan tipe fluida yang dikandung batuan dapat ditentukan. II.3. Neutron Porosity Log Neutron log tidak mengukur volume pori secara langsung tetapi menggunakan karakter fisik dari air dan mineral untuk melihat kontras rigid dan mengabaikan pengukuran volume pori atau porositas. Cara kerja log ini yaitu partikel-partikel neutron energi tinggi dipancarkan dari suatu sumber ke dalam formasi batuan. Partikel-partikel ini akan bertumbukan dengan atom-atom pada batuan sehingga mengakibatkan hilangnya energi dan kecepatan. Tumbukan neutron dengan atom H pada formasi yang mempunyai massa atom yang sama adalah yang paling signifikan. Partikel yang telah kehilangan energi tersebut kemudian akan dipantulkan kembali, diterima detektor dan direkam ke atas permukaan. Dengan mengetahui banyaknya kandungan atom hidrogen dalam batuan maka akan dapat diketahui besarnya harga porositas batuan tersebut. II.4. Sonic Log Sonic log adalah log yang bekerja berdasarkan kecepatan rambat gelombang suara. Gelombang suara dipancarkan ke dalam suatu formasi kemudian akan dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver. Waktu yang dibutuhkan gelombang suara untuk sampai ke penerima disebut interval transite time. Besarnya selisih waktu tersebut tergantung pada jenis batuan dan besarnya porositas batuan tersebut sebagai fungsi dari parameter elastik seperti K (bulk modulus), μ (shear modulus), dan densitas (ρ) yang terkandung dalam persamaan kecepatan gelombang kompresi (Vp) dan gelombang shear (Vs). Sehingga log sonik sering digunakan untuk mengetahui porositas litologi selain itu juga digunakan untuk membantu interpretasi data seismik, terutama untuk mengkalibrasi kedalaman formasi. Pada batuan yang porous maka kerapatannya Pendahuluan 8

16 lebih kecil sehingga kurva log sonik akan mempunyai harga lebih besar dan sebaliknya pada batugamping. Besaran dari pengukuran log sonik dituliskan sebagai harga kelambatan (1 per kecepatan atau slowness). II.5. Resistivity Log Log resistivitas adalah log yang bekerja berdasarkan konduktivitas batuan. Jadi semakin tinggi nilai konduktivitasnya maka resistivitasnya (hambatan) semakin kecil. Arus listrik dapat mengalir di dalam formasi batuan dikarenakan konduktivitas dari air yang dikandungnya. Resitivitas formasi diukur dengan cara mengirim arus bolak-balik langsung ke formasi (laterolog) atau menginduksikan arus listrik ke dalam formasi (alat induksi). Dalam aplikasi lapangan, laterolog menawarkan banyak kelebihan dibandingkan alat induksi lama antara lain resolusi vertikal lebih baik daripada alat induksi lama dan mampu mengukur resistivitas dari 0.2 sampai dengan 40 ohm. Akan tetapi untuk mendeteksi hidrokarbon diperlukan data geologi setempat atau dari data sumur di sekitarnya, dimana untuk resistivitas rendah digunakan induksi sedangkan untuk resistivitas tinggi adalah laterolog (Harsono, 1997). II.6. Caliper Log Caliper log adalah log yang menjelaskan mengenai besar-kecilnya suatu lubang bor. Hal tersebut dikarenakan batuan yang terdapat di bawah permukaan dapat mengalami runtuh akibat tidak kompaknya suatu batuan. II.7. Checkshot Checkshot dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara waktu dan kedalaman yang diperlukan dalam proses pengikatan data sumur terhadap data seismik (well tie seismik). Pendahuluan 9

17 Gambar 4. Geometri source dan receiver pada : (a) survei checkshot di darat dan (b) pada sumur deviasi (Anstey and Geyer, 1987; Goetz, et al., 1979) Survei ini memiliki kesamaan dengan akuisisi data seismik pada umumnya namun posisi geofon diletakkan sepanjang sumur bor atau dikenal dengan survei Vertical Seismic Profilling (VSP). Data yang didapatkan berupa one way time yang dicatat pada kedalaman yang ditentukan sehingga didapatkan hubungan antara waktu jalar gelombang seismik pada lubang bor tersebut. III. Well Seismic Tie Well seismic tie merupakan suatu tahapan untuk mengikatkan data sumur terhadap data seismik. Pinsip proses tersebut adalah menempatkan reflektor seismik pada kedalaman yang sebenarnya dengan seismogram sumur yang bersesuaian dengan suatu bidang batas. Pencocokkan dilakukan dengan mengkoreksi nilai tabel time depth dari data checkshot tiap sumur agar two way time pada seismogram sintetik jatuh pada time data seismik. Hasil analisis well seismic tie akan memperlihatkan bahwa pada seismogram sintetik dapat dialakukan korelasi dengan horison-horison pada data seismik yang merepresentasikan perubahan koefisien refleksi atau suatu bidang batas perlapisan batuan. Digunakan parameter pencocokan yang sama antara data seismik dengan data sumur sehingga dapat dilakukan pengikatan antara keduanya. Dalam hal ini parameter yang digunakan adalah RC (menggambarkan batas lapisan) yang di dapat dari nilai AI (menggambarkan tubuh batuan). AI di dapat dari perkalian antara Pendahuluan 10

18 kecepatan (kecepatan gelombang merambat pada tubuh batuan) dengan densitas (tubuh batuan). Sehingga diperlukan antara lain seismogram seismik (data seismik alsi) dan seismogram sintetik (berdasarkan data sumur) yang diikat. III.1. Seismogram Sintetik Seismogram sintetik adalah rekaman seismik buatan yang dibuat dari data log kecepatan dan densitas. Data kecepatan dan densitas membentuk fungsi koefisien refleksi yang selanjutya dikonvolusikan dengan wavelet. Seismogram sintetik ini dapat membantu mengidentifikasi horizon (picking horizon) pada penampang seismik (aspek lithologi, umur, kedalaman, dan sifat-sifat fisis lainnya) karena resolusi vertikalnya lebih baik dari data seismik. Disatu sisi seismogram sintetik menunjukkan data kedalaman yang akurat (sehingga dapat dilakukan konversi time to depth). Seismogram sintetik biasanya ditampilkan dengan format (polaritas dan fasa) yang sama dengan rekaman seismik. Sehingga perlu dilakukan ekstrak wavelet dari data seismik. Gambar 5. Seismogram sintetik merupakan hasil konvolusi wavelet dengan koefisien refleksi (Sukmono, 1999) III.2. Ekstrak Wavelet Salah satu kelemahan dari seismogram sintetik adalah umumnya dibuat dengan menggunakan frekuensi yang sama untuk seluruh penampang melakui proses ekstraks wavelet. Padahal frekuensi yang dipakai tersebut umumnya diambil dari zona target (misalnya daerah reservoar). Hal ini sering Pendahuluan 11

19 mengakibatkan terjadinya miss tie pada daerah di luar zona target tersebut. Miss tie adalah perbedaan waktu refleksi terhadap horison yang sama, namun direkam dari arah yang berbeda. Penyebab miss tie adalah salah satu atau kombinasi dari geometri reflektor, parameter perekaman, dan parameter pengolahan. IV. Metode Inversi AI Refleksi gelombang seismik memberikan gambaran data bawah permukaan secara lateral, sedangkan data sumur memberikan data bawah permukaan secara vertikal. Langkah awal yang dilakukan yaitu menghubungkan (tie) data sumur ke data seismik dan mengestimasi nilai wavelet. Proses inversi melakukan pemodelan impedansi akustik dengan cara mengkonvolusi nilai wavelet dengan seismogram sintetis sesuai dengan tras penampang seismik. Gambar 6. Skema proses konvolusi dan dekonvolusi (Yilmaz, 1987) Seismik impedansi akustik dapat digolongkan sebagai data atribut seismik yang diturunkan dari amplitudo. Hasil akhir dari inversi seismik adalah impedansi. Apabila data seismik konvensional melihat batuan di bawah permukaan sebagai batas antar lapisan batuan, maka data impedansi akustik melihat batuan di bawah permukaan bumi sebagai susunan lapisan batuan itu sendiri. Oleh karena itu data impedansi akustik lebih mendekati gambaran nyata lapisan di bawah permukaan sehingga lebih mudah untuk diinterpretasi dan mampu memberikan gambaran yang lebih jelas untuk penyebaran batuan baik secara vertikal maupun lateral. Pendahuluan 12

20 V. Seismik Atribut Seismik atribut merupakan pengukuran spesifik dari geometri, dinamika, kinematika, dan juga analisis statistik yang diturunkan dari data seismik. Informasi awal dari penerapan seismik atribut adalah gelombang seismik konvensional yang kemudian diturunkan menjadi fungsi tertentu dengan manipulasi matematis, sehingga kita dapat memperoleh informasi atau gambaran yang dapat membantu kita dalam menginterpretasi kondisi bawah permukaan. Secara umum, atribut turunan waktu akan cenderung memberikan informasi struktur, sedangkan atribut turunan amplitudo lebih cenderung memberikan informasi perihal stratigrafi dan reservoir. Peran atribut frekuensi sampai saat ini belum betul-betul dipahami, namun terdapat keyakinan bahwa atribut ini akan memberikan informasi tambahan yang berguna perihal reservoir dan stratigrafi. Atribut atenuasi juga praktis belum dimanfaatkan saat ini, namun dipercaya dimasa datang akan berguna untuk lebih memahami informasi mengenai permeabilitas. Contoh atribut adalah RMS dan variance. RMS (amplitudo seismik) dapat digunakan sebagai DHI (Direct Hydrocarbon Indicator), fasies, dan pemetaan sifatsifat reservoar. Perubahan nilai amplitudo secara lateral dapat digunakan untuk membedakan satu fasies dengan fasies lainnya. Contohnya, lapisan concordant yang memiliki nilai amplitudo tinggi, sedangkan hummocky dicirikan oleh amplitudo yang rendah, dan chaotic memiliki amplitudo yang paling rendah dibandingkan ketiganya. Lingkungan yang didominasi oleh batupasir juga memiliki nilai amplitudo yang lebih besar dibandingkan batuan serpih. Sehingga kita dapat memetakan penyebaran batupasir lebih mudah dengan peta amplitudo. Sedangkan atribut variance menyoroti variasi vertikal pada impedansi akustik. Atribut ini membandingkan jejak samping satu sama lain pada setiap posisi sampel. Jika ada perbedan itu mungkin karena kesalahan atau adanya noise. Penggunan atribut ini harus diaplikasikan dengan structural smoth atribute untuk mengurangi noise. Pendahuluan 13

21 vi

22 DAFTAR ISI SOFTWARE HAMPSON & RUSSELL I. Membuat Database... 1 II. Input Data... 3 II.1. Data Sumur... 3 II.1.1. Data Log... 3 II.1.2. Data Directional Survey... 7 II.1.3. Data Marker II.2. Data Seismik III. Analisa Log III.1. Analisa Zona Target III.2. Analisa Crossplot IV. Well Tie Seismik IV.1. Koreksi Checkshot IV.2. Ekstrak Wavelet IV.3. Korelasi V. Inversi Seismik... 42

23 SOFTWARE HAMPSON & RUSSELL Software Hampson & Russell dapat membantu dalam melakukan interpretasi data geofisika di bidang Oil & Gas. Interpretasi dapat dilakukan dengan proses inversi seismik sehingga mendapat tampilan penampang seismik berupa Acoustic Impedance (AI). Berbeda dengan Reflection Coefficient (RC) yang menunjukan batas lapisan, nilai AI telah menunjukan tubuh batuan yang dilalui gelombang. Proses tersebut dibantu dengan kehadiran data seismik yang diikat dengan data sumur melalui proses Well Tie Seismik. I. Membuat Database Buat folder sebelum melakukan project untuk mempermudah pengerjaan. Siapkan juga dua folder dalam Olahan yaitu folder Well dan Seismik, sehingga hasil pengerjaan nanti tidak saling bercampur antara pengerjaan data sumur dengan data seismik. Buka software Geoview pada Hampson-Russell (HRS) dan buat project baru, kemudian simpan dengan nama yang diinginkan > OK. Langkah-langkah penggunaan software HRS 1

24 database buka database database baru Catatan: Tanda ( ) pada Show the Well Explorer after loading the database menunjukan bahwa window Well Explorer akan terbuka secara otomatis. lokasi penyimpanan nama database yang tersimpan format database Kemudian akan muncul window Geoview (atas) dan window Explorer (bawah). Langkah-langkah penggunaan software HRS 2

25 II. Input Data Setelah Database dibuat, proses berikutnya adalah input data. Data yang dimasukan berupa data sumur dan data seismik. II.1. Input Data Sumur Data sumur yang dimasukan dalam proses iniput data sumur berupa data log, data directional sumur (untuk sumur deviasi) dan data marker. II.1.1. Data Log Lakukan input data log pada window Explorer dengan cara, pilih Import Data > Logs, Check Shots, Tops Deviated Geometry from Files. Data yang dimasukan berupa data log seperti GR, RHOB, NPHI, P-Wave, dll. Langkah-langkah penggunaan software HRS 3

26 Setelah muncul window File Import, tentukan lokasi tersedianya data sumur. Pilih data sumur yang mempunyai format.las yang akan dimasukan lalu klik Add > Next. lokasi penimpanan data format data saat pencarian (.LAS) data tersedia data terinput format input data Kemudian pada window Destination Well untuk meletakan data log yang dimaukan pada data sebuah sumur (sehingga input dapat dilakukan tidak dalam waktu yang sama, hal tersebut dikarenakan nama sumur akan tersimpan dan akan menjadi tujuan dari data lain yang akan dimasukan). Lakukan perubahan nama jika diinginkan > Next. Langkah-langkah penggunaan software HRS 4

27 nama data sesuai file nama sumur sesuai data nama sumur yang diinginkan Pada window Well Data Settings digunakan untuk memasukan informasi sumur seperti data Koordinat, Tipe Sumur (bisa dikosongkan), Ketinggian Kelly Bushing dan Ketinggian Permukaan (bias dikosongkan). Perhatikan juga pada Elevasi Unit menggunakan satuan yang sesuai pada data log yang dapat dilihat pada View File Contens. kemudian > Next. ketik nama sumur yang sudah tersimpan satuan koordinat (UTM) satuan elevasi untuk melihat informasi sumur Pada window Log File Details digunakan untuk menentukan jenis-jenis data log. Informasi mengenai jenis data log yang digunakan dapat dilihat pada View File Contens. Kemudian akan muncul pilihan file yang ingin dilihat informasinya > View File. Setelah semua informasi diisikan > OK. Langkah-langkah penggunaan software HRS 5

28 tipe log dan nama log satuan log dan satuan elevasi log tanda ( ) berarti log akan ditampilkan sesuaikan dengan acuan jenis log dan satuan log nilai log setiap kedalaman Jika data log berhasil dimasukan maka akan muncul pesan seperti gambar disamping > OK. Kemudian akan muncul pilihan metode perhitungan dalam proses input data, pilih Metric > OK. Kemudian pada window Well Explorer akan muncul sumur CIC-1 yang sudah diinput. Langkah-langkah penggunaan software HRS 6

29 sumur CIC-1 yang sudah terinput II.1.2. Data Directional Survey Perlu diketahui tipe sumur berdasarkan bentuknya ada dua yaitu sumur vertikal dan sumur deviasi. Keduannya dapat dilihat berdasarkan nilai kedalamannya (MD dan TVD). - MD = TVD, maka berupa sumur vertikal - MD > TVD, maka berupa sumur deviasi Apabila berupa sumur vertikal, maka kedalaman sumur telah diinput bersamaan dengan input data log. Namun apabila sumur berupa sumur deviasi, maka perlu dilakukan input data deviasi dari sumur tersebut. Menggunakan cara yang sama seperti input log yaitu pilih Import Data > Logs, Check Shots, Tops Deviated Geometry from Files. Pada window Import File, tentukan lokasi tersedianya data deviasi sumur yang akan dimasukan, kemudian pilih data berformat.txt. Rubah Log File Format dengan General ASCII, kemudian pilih tipe data adalah Deviated Geometry > Next. Langkah-langkah penggunaan software HRS 7

30 lokasi penimpanan data format data saat pencarian (.txt) data tersedia data terinput format input data Kemudian pada window Import Deviated Geomery, pilih View File Contents untuk melihat informasi data. Tentukan satuan, data deviasi yang akan diinput, kemudian tentukan lokasi tersedianya data > Next. jenis data yang diinput (koordinat/sudut) dan satuannya lihat pada kolom line data dimulai dari line 1 Sehingga line to skip=0 column referensi dan tipe data kedalaman (MD) 4 Kemudian pada window Destination Well Settings digunakan untuk memasukan data pada sumur. Pilih nama sumur yang telah tersimpan sebelumnya pada Destination Well Name > Next > OK. Langkah-langkah penggunaan software HRS 8

31 nama file (.txt) nama sumur Selain dilakukan dengan cara melakukan input data. Cara lain dapat dilakukan secara manual (copy-paste). Klik tanda panah warna biru pada data sumur yang telah dimasukan, pilih Create Derivation Geometry. Deviated Geometry (Not Available) menunjukan bahwa tidak terdapat informasi mengenai sumur deviasi Kemudian tentukan satuan dan pengukuran kedalaman yang berasal dari Kelly Bushing. Pindahkan data dari Ms Exel lalu copy nilai kedalaman dan koordinat X & Y yang telah disusun teratur sesuai tampilan dalam HRS. Blok semua kolom lalu klik pada Log Data Options, pilih Paste from clipboard to selected > Update. Langkah-langkah penggunaan software HRS 9

32 1 referensi data sumur samakan satuan antara MD (ft) dan KB (ft) 3 2 untuk menyimpan data Perhatikan gambar sumur pada sebelah nama sumur, berubah menjadi sumur deviasi. II.1.3. Data Marker Kemudian melakukan input data marker yang berguna sebagai penanda kemenerusan lapisan pada interpretasi picking horizon (Petrel). Data dapat dimasukan dengan cara yang sama seperti data directional survey, yaitu secara input data maupun manual. - Apabila dilakukan dengan input data, maka pilih Import Data > Logs, Check Shots, Tops Deviated Geometry from Files. menentukan lokasi tersedianya data marker yang akan dimasukan, kemudian pilih data berformat.txt dengan tipe data adalah Top > Next. Sesuaikan dengan informasi data pada View File Contents dan sesuaikan dengan nama sumur > OK. - Apabila dilakukan dengan cara manual, klik tanda panah warna biru di sebelah sumur. Kemudian pilih tanda panah biru lagi pada Top. Sesuaikan satuan kemudian paste data marker pada tabel > Update. Langkah-langkah penggunaan software HRS 10

33 Kedua cara tersebut akan menghasilkan hasil yang sama setelah dilakukan input data marker. data marker telah berhasil dimasukan Kemudian perihal keperluan proses Well Seismic Tie maka diperlukan data yaitu checkshot dan P-wave. Sseperti dengan data sebelumnya bahwa dapat dimasukan pada menu Import Data > Logs, Check Shots, Tops Deviated Geometry from Files (dengan nama sumur yang sama) maupun input secara manual (copy-paste). Apabila dilakukan secara manual maka pilih Log Options > Create a new log in table > pilih jenis log yaitu P-wave. Klik tanda panah di sebelah log P-wave yang telah ditambah. Kemudian lakukan paste data kedalaman dan kecepatan pada tabel > Update. Langkah-langkah penggunaan software HRS 11

34 jenis log yang akan ditambahkan Perlu diperhatikan mengenai informasi data log, sesuai atau tidak Tentukan nilai satuan dalam feet dan pengukuran adalah Kelly Bushing, agar sesuai dengan informasi data log yang lain. Selanjutnya lakukan input pada data Checkshot (jenis log: checkshot, satuan: two way time, perhatikan satuan kedalaman yaitu ft dan referensinya yaitu KB). Data sumur telah selesai dimasukan, dimana di dalamnya terdapat informasi tipe log, directional survey sumur dan marker. ( ) sumur CIC-1 ( ) data top ( ) deviated survey sumur ( ) P-wave ( ) checkshot ( ) jenis log dan satuan ( ) satuan dan referensi kedalaman Langkah-langkah penggunaan software HRS 12

35 II.2. Data Seismik Kembali pada menu Geoview, pilih Strata lalu Start New Project > OK. Tentukan letak penyimpanan, tulis nama project dengan nama yang sama pada saat pertama pembuatan project. Hal tersebut agar memungkinkan dapat dilakukan well seismic tie. Karena bila data mempunyai nama yang sama, data antara sumur dan seismik akan saling terkorelasi. membuat database baru membuka database yang tersimpan (.pjr) lokasi penyimpanan membuka database yang berhubungan dengan window Well Explorer yang terbuka nama database yang tersimpan (gunakan nama yg sama dengan sumur agar dapat terkorelasi) format database Kemudian akan muncul window Hampsom-Russell - Strata pilih menu Data Manager > Open Seismic > From SEG-Y File untuk melakukan input data seismik. Langkah-langkah penggunaan software HRS 13

36 Selanjutnya akan muncul window File Selection Page seperti gambar dibawah. Tentukan lokasi tersedianya data seismik dengan memilih format pada filter pilih format *.*. Pilih data seismik kemudian Add > Next. lokasi penimpanan data format data saat pencarian (*.*) data tersedia data terinput Pada window Geometry Type Page digunakan untuk menentukan jenis data seismik (3D atau 2D Line), 3D (dikarenakan tipe data seismik berupa 3D) > Next. Langkah-langkah penggunaan software HRS 14

37 Pada window General Parameter Page for Single File, digunakan untuk menentukan informasi pada data seismik (dapat dilihat pada Header Dump) antara lain: - Tipe Amplitudo : Seismic - Domain berupa : Time - Pengolahan seismik : Post Stack - Nomer Inline & Xline : Yes - Koordinat X & Y : Yes - Penomoran CDP secara sekuen : Yes (default) Serta letak penyimpanan hasil dari proses import data seismik > Next. informasi data seismik yang dapat dilihat pada Header Dump informasi data seismik lokasi penyimpanan hasil proses import Pada window SEG-Y Format and Header Page, digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap data SEG-Y seismik. Klik Detail Specification kemudian isikan data inline dan xline yang dimulai pada byte yaitu 189 dan 193, koordinat X dan Y pada byte 73 dan 77, lokasi CDP pada byte 21 serta lokasi Offset pada byte 37. Kemudian pada Detail Specification > OK untuk mengatur skala koordinat secara otomatis ( = sehingga nilai koordinat ). Langkah-langkah penggunaan software HRS 15

38 2 1 Catatan: Ignore Receiver X & Y coordinates dikarenakan tidak terdapat informasi koordinat receiver pada Detail Specification. Kemudian apabila byte (interval 4 byte) yang diisikan telah sesuai maka dapat dilihat pada Header Dump yang menunjukan nilai yang sesuai juga > Next > Scan. Kemudian data akan diproses. Progress. Langkah-langkah penggunaan software HRS 16

39 Setelah proses selesai akan muncul window Geometry Grid Page seperti pada gambar di bawah. Maka bentuk line pengukuran akan muncul pada tampilan. Perlu diingat untuk melakukan pengecekan terhadap input data agar sesuai dengan data yang diatur pada window SEG-Y Format and Header Page > OK > Proses. display geometri pengukuran lakukan cek data agar sesuai Progress. Kemudian setelah proses selesai akan muncul 3 window. Window pertama (Well to Seismic Map Menu) adalah window yang menunjukan telah tersambungnya data seismik dengan data sumur yang dimasukan dengan terdapatnya ( ), window kedua (Strata: Seismic Window Data Menu) adalah pilihan menu data seismik yang ingin ditampilkan maupun dihapus, sedangkan window ketiga adalah tampilan penampang seismik dalam 2D berdasarkan data seismik dan data sumur yang telah berhasil diinput. Langkah-langkah penggunaan software HRS 17

40 tampilan penampang seismik (inline/xline) yang digeser setiap step (1 step) karena data seismik berupa data 3D maka terdapat inline dan xline, xline menunjukan perpotongan terhadap tampilan dari inline display penampang seismik dan sumur CIC- 1 yang telah ditampilkan ( ) pada kolom plot menunjukan sumur telah ditampilkan pada display penampang seismik kedalaman dalam domain time (ms) file data seismik yang telah diinput dengan pilihan show untuk ditampilkan dan pilihan delete untuk menghapus nilai inline/xline, time dan amplitudo trace yang ditunjuk oleh cursor Catatan: Apabila tidak muncul sumur CIC pada window pertama maka data sumur dan data seismik tidak terkorelasi dikarenakan penggunaan nama project yang berbeda. III. Analisa Log Sebelum melakukan analisa terhadap data seismik, dilakukan analisa terlebih dahulu terhadap data sumur. Analisa tersebut berupa analisa zona target dan analisa crossplot. Analisa zona target untuk menentukan penentuan zona prospek berdasarkan log sumur (quick look). Sedangkan analisa crossplot untuk mengetahui sensitifitas data terhadap kemampuan untuk memisahkan antara sand dan shale guna untuk kelayakan proses inversi. III.1. Analisa Zona Target Analisa ini digunakan untuk mengetahui respon data log berdasarkan jenis log yang dimasukan (GR, Resistivity, RHOB, NPHI, P-Wave, dll). Berdasarkan Langkah-langkah penggunaan software HRS 18

41 respon dari data log tersebut, maka dapat diketahui indikasi keberadaan hidrokarbon (DHI yaitu Direct Hydrocarbon Indication). Namun cara lain dapat dilakukan yaitu berdasarkan data hasil sumur produksi yang telah ada. Marker pada sumur produksi tersebut digunakan sebagai acuan terhadap potensi keberadaan hidrokarbon. Analisa zona target dilakukan dengan menampilkan data log ke dalam kolom-kolom pengelompokan log berdasarkan fungsinya masing-masing. Buka menu elog pada Geoview, kemudian Open Project > OK. membuka database yang berhubungan dengan window Well Explorer yang terbuka, buka project data seismik membuat database baru membuka database yang telah tersimpan (.pjr) Kemudian akan muncul window elog beserta window Select Well Menu yang digunakan untuk pemilihan sumur yang akan ditampilkan > Open. pilih well untuk ditampilkan Selanjutnya pada window elog akan muncul kurva data log (garis warna merah). Pada display tersebut akan ditampilkan juga data marker (garis warna hitam) yang Langkah-langkah penggunaan software HRS 19

42 telah dimasukan. Informasi lain yang ditampilkan cukup lengkap, antara lain nama log, nilai dan satuan log, koordinat log beserta ketinggian KB, ditampilkan juga kedalaman dalam dua domain yaitu domain depth dan time. Hal tersebut dikarenakan data log dan data seismik telah terintegrasi, namun perlu diingat bahwa posisi sumur belum berada pada posisi sebenarnya dikarenakan kedua domain tersebut belum dikorelasi. Pada display window elog dapat dilakukan pengaturan agar dapat membantu mempermudah dalam analisa zona target. Klik icon menu display untuk melakukan setting pengaturan tampilan. pada tampilan menu display informasi data sumur kedalaman domain time marker kurva log beserta nama log, nilai dan satuan kedalaman domain depth menu-menu elog track log, digunakan untuk mengelompokan log berdasarkan fungsinya masing-masing Setelah icon dipilih, maka akan muncul window Parameter Menu for Well CIC-1. Terdapat banyak menu pada window tersebut, pada menu Layout digunakan untuk penentuan tipe log yang akan dimunculkan yang dilakukan dengan pemberian tanda ( ) pada kolom. Penggolongan jenis log juga dapat dilakukan pada menu ini. Sehingga terdapat 3 track utama yaitu track 1 untuk litologi, track 2 untuk keberadaan dan jenis fluida, track 3 untuk keberadaan fluida pada porositas batuan, Langkah-langkah penggunaan software HRS 20

43 sedangkan 2 track penunjang adalah track 4 sebagai checkshot dan track 5 sebagai P-wave. menu terpilih penomoran track jenis log yang ditampilkan pada track yang diinginkan untuk menghapus semua ( ) Pada menu Curves digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap tampilan log seperti nilai maksimal & minimal, satuan, skala, dll. Pengaturan tersebut dapat dimanfaatkan guna analisa petrophysics (quick look) mengenai kandungan fluida pada porositas batuan berdasarkan dua jenis log yaitu log Neutron Porosity dan log Density. Caranya dengan membalikan nilai Start dan End pada log Density guna untuk mendapatkan perpotongan pada kedua log tersebut, kemudian pilih Fill Option: Single Color untuk memunculkan satu warna yaitu Yellow sesuai pada Fill Color guna untuk mengetahui perpotongan kedua log yang dapat dilihat dengan terisi warna pada perpotongan kedua log tersebut. Kemudian pada Area yaitu From 2nd Curve yang menunjukan bahwa batas warna yaitu antara kurva density log dengan kurva kedua yang dipilih yaitu neutron porosity log pada pilihan kolom 2nd Curve. Langkah-langkah penggunaan software HRS 21

44 menu terpilih lakukan pengaturan seperti berikut Kemudian pada menu Scale & Details digunakan untuk mengatur skala yang dipakai, pengaturan tampilan pada track dan juga detail mengenai penampilan marker. menu terpilih pengaturan penampilan marker (top): 1. tampilkan semua 2. tampilkan sebagian 3. tidak ditampilkan pengaturan warna pada display log: 1. kurva log 2. grid 3. line top Langkah-langkah penggunaan software HRS 22

45 Pada menu Synthetics berhubungan dengan sintetik seismik seismogram yang akan digunakan dalam proses Well Tie. Sintetik seismogram ini dibuat berdasarkan ekstrak wavelet yang dilakukan. Namun karena belum dilakukan ekstrak wavelet, maka wavelet yang muncul adalah wavelet bawaan yang telah ada. menu terpilih wavelet terinput wavelet yang ditampilkan Pada menu Seismic Views digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap tampilan penampang seismik (letaknya bersebelahan dengan data sumur). Pengaturan yang dapat dilakukan, antara lain tampilan trace sampai horizon yang akan dimunculkan. menu terpilih data seismk dimasukan data seismik yang ditampilkan pengaturan horizon yang ditampilkan pengaturan tampilan trace: tebal garis, warna, fill color, polaritas, wiggle Langkah-langkah penggunaan software HRS 23

46 Terakhir menu Template digunakan untuk melakukan penyimpanan (Save as) terhadap pengaturan yang sudah dilakukan sehingga dapat dilakukan penampilan tampilan yang sama (Load) pada project yang lain > Apply > OK. menu terpilih Setelah pengaturan tampilan selesai dilakukan maka akan terlihat tampilan seperti pada gambar di bawah. Sehingga jenis log telah dikelompokan sesuai fungsinya masing-masing, kemudian disebelahnya terdapat tampilan penampang seismik. Serta marker pun telah dimunculkan. Terlihat data seismik mempunyai kedalaman yang lebih dalam dari pada data sumur, jika sebaliknya maka lakukan pengecekan terhadap satuan yang digunakan sumur. Garis merah pada penampang menunjukan bentuk sumur. Perlu diingat bahwa sampai pada proses ini posisi sumur belum berada pada posisi kedalaman sebenarnya dikarenakan belum dilakukan koreksi. Langkah-langkah penggunaan software HRS 24

47 III.2. Analisa Crossplot Analisa crossplot digunakan untuk menentukan zona target layak untuk dilakukan inversi atau tidak dilihat dari kemampuannya memisahkan antara sand dengan shale. Pada window elog, pilih Crossplot > General maka akan muncul window Well Log Crossplot Menu. Kemudian Add jenis log yang ingin dilakukan crossplot, berkaitan dengan penentuan batuan maka digunakan log P-Impedance, log Density dan log Gamma Ray > Next. jenis log log yang dipakai Langkah-langkah penggunaan software HRS 25

48 Kemudian Add sumur yang akan dilakukan crossplot > Next. Selanjutnya letakan log sesuai dengan X-axis maupun Y-axis yang diinginkan untuk dianalisa > Next. log pada X-axis log pada Y-axis sumur yang tersedia sumur yang akan dianalisa nama dan judul crossplot Selanjutnya sesuaikan jenis log dengan satuan yang diinginkan > Next. Kemudian tentukan rentang kedalaman Start & End Vertical Depth (dapat berdasarkan marker Start & End Tops) untuk menentukan zona target yang akan dianalisa > Next > OK. jenis log satuan log rentang berdasarkan kedalaman rentang berdasarkan marker Langkah-langkah penggunaan software HRS 26

49 Setelah selesai akan muncul window Crossplot Display. Untuk melakukan pengaturan pilih New Plot > Gammya Ray vs P-Impedance (primary). Akan muncul window Data Specification Menu yang digunakan untuk mengatur terhadap tampilan X-axis dan Y-axis > OK. Langkah-langkah penggunaan software HRS 27

50 Tampilan sesuai yang diinginkan akan munsul seperti gambar di bawah. Sebelum melakukan analisa perlu diketahu antara perbedaan sand dan shale berdasarkan masing-masing jenis log, antara kain: - Density log akan menunjukan respon shale lebih besar dibandingkan sand. Hal tersebut dikarenakan shale lebih kompak sehingga akan lebih padat dibandingkan sand. - Gamma Ray log akan menunjukan respon shale lebih besar dibandingkan sand. Hal tersebut dikarenakan shale lebih mengandung unsur radioaktif dibandingkan sand. - P-Impedance log akan menunjukan respon shale lebih tinggi dibandingkan sand. Hal tersebut berkaitan dengan P-Impedance merupakan perkalian dari kecepatan dengan densitas. Analisa dapat dilakukan dengan memilih menu Zones > Add. Kemudian akan muncul window Add/Edit Zone Filter. Pada Current Zone Selection diisikan sesuai analisa litologi yang diinginkan (Sand/Shale). Kemudian pilih jenis Mode Gambar dan Warna Litologi (perlu diingat untuk tidak menekan OK terlebih dahulu). Untuk menggambar lakukan cara sebagai berikut: Langkah-langkah penggunaan software HRS 28

51 1. Menentukan panjang zona, klik cursor pada sisi tepi area Shale lalu klik (bila dilakukan analisa terhadap Shale). Langsung lanjut klik cursor kesisi tepi yang lain. 2. Menentukan lebar zona dengan mengarahkan cursor menjauhi garis pada point 1, klik cursor. Tanda silang berwarna merah menunjukan bahwa data telah masuk ke dalam zona analisa. Bila telah sesuai > OK. Kemudian lakukan hal yang sama untuk analisa Sand. analisa yang diinginkan (sand/shale) data (merah) telah dikelompokan berdasarkan zona bentuk zona: - rectangle = segiempat - polygon = membuat bangun sendiri - ellipse = bulat warna zona klik OK setelah selesai menggambar Langkah-langkah penggunaan software HRS 29

52 Terkhir untuk memunculkan hasil analisa dapat dipilih menu Cross-Section. Selanjutnya akan muncul window Cross Section Display. Dapat dilakukan pengaturan terhadap tampilannya dengan memilih menu View > Display Options. untuk menentukan arah defleksi untuk memunculkan legenda keterangan warna pada gambar tampilan pengaturan Y-axis tampilan pengaturan X-axis: - grid mengatur garis background - range mengatur memunculkan scroll pada X-axis IV. Well Seismik Tie Penampang seismik dengan kemampuan menentukan kemenerusan lapisan perlu dikontrol menggunakan data sumur dengan high vertical resolution. Sehingga apabila kondisi lapisan bawah permukaan dapat diketahui melalui analisa sumur (berdasarkan log maupun tes coring) akan dapat disebarkan dengan menggunakan penampang seismik untuk mengetahui kemenerusannya (picking horizon). Maka diperlukan proses Well Tie Seismic yang bertujuan pengikatan antara data seismik dengan data sumur. Pada proses pengikatan ini diperlukan parameter yang sama, yaitu nilai Reflection Coefficient (RC). RC seismik sudah bernilai mutlak dari hasil pengukuran dan pengolahan sedangkan RC sumur (seismogram sintetik) berasal dari nilai Acoustic Impedance (AI) buatan. AI buatan dihasilkan dari perkalian antara log P-wave sebagai data kecepatan dengan log RHOB sebagai data densitas. IV.1. Koreksi Checkshot Data checkshot membantu untuk memposisikan sumur pada posisi sebenarnya. Sehingga disinilah perlunya intergrasi antara data checkshot dengan Langkah-langkah penggunaan software HRS 30

53 log P-wave. Pilih menu Check Shot, muncul dua window antara lain window Check Shot Analysis dan Check Shot Parameters. Pada window Check Shot Parameters pilih tipe interpolasi adalah Spline (pada penentuan ini bersifat optional tergantung data sumur, penentuan yang dilakukan bersifat penentuan interpolasi data) > Apply. Pada window Check Shot Analysis > OK. penentuan persifat optional: linier, spline atau polinomial Kemudian akan dibuat data baru yaitu data checkshot yang telah dikorelasi dengan P- wave, beri nama > OK (untuk menyimpan). Setelah disimpan maka posisi sumur akan berubah seperti pada gambar di bawah. Perhatikan kedalaman sumur pada gambar 1 dan 2. Pada gambar ms sedangkan pada gambar 2 posisi sumur berada pada kedalaman yang lebih dalam yaitu 2600 ms. Kemudian penamaan nama log juga akan berubah, gambar 1 yaitu P-wave sedangkan gambar 2 adalah P-wave 1_chk. Langkah-langkah penggunaan software HRS 31

54 1 2 IV.2. Ekstrak Wavelet Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang harmonik yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasa tertentu. Parameter tersebut tidak selalu sama pada suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Sehingga bentuk wavelet dipengaruhi oleh kondisi bumi sebenarnya. Berkaitan dengan perlunya dibuat seismogram sintetik, maka perlu diketahui wavelet pada lokasi dengan cara ekstrak wavelet. Ada beberapa cara dalam ekstrak wavelet antara lain use well, statistical, ricker dan bandpass. - Use Well melakukan pembuatan wavelet dengan menggunakan bantuan sumur. Langkah-langkah penggunaan software HRS 32

55 - Statistical melakukan pembuatan wavelet dengan menggunakan perhitungan statistik berdasarkan spectrum amplitude. - Ricker melakukan pembuatan wavelet secara langsung. - Bandpass melakukan pembuatan wavelet berdasarkan frekuensi yang ditentukan. Salah satu cara adalah Use Well yaitu dengan melakukan ekstrak wavelet pada daerah sekitar sumur. Sebelumnya perlu diketahui Panjang Gelombang di daerah sumur yang akan dimasukan dalam parameter Wavelength. Panjang Gelombang di dapatkan dari perhitungan Kecepatan dibagi dengan Frekuensi. Frekuensi Pada menu Strata > Process > Utility > Amplitude Spectrum. Maka akan muncul window Amplitudo Spectrum Menu. Pada Volume Range Specification digunakan untuk membatasi volume seismik (karena data berupa 3D dengan sumur deviasi) untuk mengetahui frekuensi dominan yang ingin diketahui > Next > OK. Langkah-langkah penggunaan software HRS 33

56 volume seismik yang dipilih inline dan xline muncul berdasarkan bentuk sumur pada volume seismik Progress. Kemudia akan muncul window Amplitude Spectrum Plot yang menunjukan kurva Frequency terhadap Amplitude. Pada kurva tersebut, cursor dapat diarahkan pada nilai amplitudo maksimal. cursor diarahkan pada nilai amplitudo maksimal nilai yang ditunjukan oleh cursor X adalah frequency (Hz) Y adalah amplitude Kecepatan Pada menu Well Explorer dengan melakukan convert satuan dari us/f (berdasarkan data) ke m/s (untuk mempermudah perhitungan). Pilih jenis log yang akan dilakukan convert (P wave 1) > Log Options > Duplicate selected logs in table. Selanjutnya akan muncul log P wave 1 copy 1 > Options > Log Unit Coversion. Langkah-langkah penggunaan software HRS 34

57 Kemudian akan muncul window Log Unit Conversion. Pilih jenis log yang akan dikonvesi (P-wave). Selanjutnya atur Satuan Awal dan Satuan yang Diinginkan > Apply. Hasil proses akan muncul pada Log Unit Conversation Status Report. jenis konversi yang diinginkan (Amplitudo) jenis log (P-wave) satuan awal (us/ft) success / mis matched amplitude unit satuan akhir (m/s) Selanjutnya copy nilai kecepatan pada Ms. Excel untuk mencari nilai rata-rata kecepatan. Kemudian dapat diketahui nilai Panjang Gelombang yaitu 152,51. Langkah-langkah penggunaan software HRS 35

58 amplitudes dengan satuan m/s panjang gelombang = kecepatan rata rata frekuensi dominan Untuk mempermudah dalam pengerjaannya maka analisa difokuskan pada zona prospek yang diharapkan saja. Contoh diambil batasan zona prospek berdasarkan marker (top) dan (bottom). Munculkan marker yang diperlukan, Klik icon > Scales & Details, pilih Show selected top > Tops Selection. Kemudian muncul window Select Tops Menu, pilih marker dengan menekan Add > OK. OK. menu terpilih data marker keseluruhan marker terpilih Kemudian pada window elog, akan muncul marker sesuai pilihan. Selanjutnya melakukan Ekstrak Wavelet dengan Use Well, pilih menu Wavelet > Extract Wavelet > Use Well. Langkah-langkah penggunaan software HRS 36

59 Akan muncul window Wavelet Extraction Using Well Menu. Pada window Select Wells To Use For Wavelet Extraction digunakan untuk memilih sumur yang akan digunakan, pilih Add > Next. Pada window Composite Trace Extraction Parameters digunakan untuk memilih volume seismik, penentuan jenis interpolasinya dan radius interpolasi > Next. Pada Wavelet Extraction Window digunakan untuk penentuan volume seismik yang akan diekstrak > Next. Pada window Wavelet Parameter digunakan untuk penamaan wavelet, parameter wavelength, tipe ekstraksinya > Next. Langkah-langkah penggunaan software HRS 37

60 fokuskan pada zona prospek gunakan domain waktu / horizon (harus sudah picking horizon) diisikan dengan acuan wavelength 152,51 nama wavelet wavelet yang pernah dibuat tipe ekstraksi Terakhir pada Wavelet Extraction Summary > OK. Progress. Setelah selesai maka akan muncul window Display Wavelet(s). Pada window ini dapat ditampilkan beberapa wavelet yang telah dibuat serta dapat ditampilkan Time, Frequency dan History dari setiap wavelet. taper length wavelet length Langkah-langkah penggunaan software HRS 38

61 IV.3. Korelasi Korelasi merupakan proses penyamaan domain antara data seismik (domain time) dengan data sumur (domain depth). Proses korelasi dapat dilakukan dengan pilih menu Correlate. Maka akan muncul window Extract Composite Trace Menu yang digunakan untuk memunculkan trace seismik yang berada di sekitar area sumur sehingga akan memudahkan tampilan saat korelasi antara seismogram seismik dengan seismogram sumur. Pilih jenis interpolasi > OK. Progress. Setelah selesai maka pada window elog akan muncul tampilan seperti di bawah. Akan muncul tampilan seismogram sumur (biru), seismogram seismik (merah) dan penampang seismik yang dilalui oleh sumur. Tujuan dari tampilan ini adalam melakukan korelasi semirip mungkin antara seismogram sumur dengan seismogram seismik. Parameter korelasi dapat dilihat dari nilai Current Correlation dan Time Shift. Nilai Current Correlation bergantuk terhadap seberapa mirip seismogram sumur dengan seismogram seismik yang ditentukan berdasarkan wavelet yang digunakan. Sedangkan Time Shift menunjukan adanya pergeseran (time domain) antara bentuk seismogram sumur dengan seismogram seismik. Langkah-langkah penggunaan software HRS 39

62 Contoh: Digunakan wavelet wave0 untuk membuat seismogram sumur. Mengatur Time Shift: terlihat bahwa bentuk seismogram sumur sedikit lebih tinggi posisinya dibandingkan seismogram seismik (time ms). Maka sejajarkan posisi dari kedua seismogram tersebut dengan cara arahkan cursor pada Pick/Trough (berdasarkan Snap to) di seismogram sumur kemudian arahkan lagi cursor pada Pick/Trough di seismogram seismik > Stretch (perhatikan perubahan nilai Time Shift). Mengatur Current Correlation: ganti wavelet dengan melakukan ekstrak wavelet lagi untuk mendapatkan bentuk yang sesuai dengan seismogram sumur. penampang seismik yang dilalui lintasan sumur penampang seismik yang dilalui lintasan sumur penampang seismik (hitam) lintasan sumur (merah) wavelet terpilih parameter korelasi klik untuk menyamakan time shift (orange) untuk mengakhiri proses (disimpan) untuk menyetujui perubahan time shift untuk menghapus pilihan time shift untuk melakukan undo setelah stretch pilihan: - Snap Peak/Trough = untuk memilih pada Peak/Trough - Snap Peak = untuk memilih pada Peak saja - Snap Trough = untuk memilih pada Trough saja - Do Not Snap = untuk memilih secara acak Catatan: Stretch dapat dilakukan berkali-kali sesuai kebutuhan. Dilakukan lebih dari sekali dalam sekali proses Stretch juga dapat dilakukan namun dapat berdampak terhadap perubahan interval kedalaman sumur. Pilihan Apply Shift akan melakukan Stretch secara Langkah-langkah penggunaan software HRS 40

63 otomotasi untuk mendapatkan time shift = 0 ms namun interval sumur akan berubah semuanya (jadi tidak disarankan). Setelah selesai > OK maka akan muncul perrintah untuk menyimpan data Checkshot baru hasil Stretch. Cara lain dapat dilakukan tanpa melakukan Stretch (karena dapat merubah posisi sumur) yaitu dengan menu Parameters. Digunakan wave2 kemudian mengatur window corelasi disekitar marker yang dianalisa (warna kuning). hasil pengaturan Setelah mendapatkan Time Shift = 0 ms dan Current Correlation yang mendekati bentuk seismogram seismik (range dari 0-1, semakin kearah 1 maka semakin mirip) > Close. Maka hasilnya adalah sebagai berikut > OK. wavelet yang dipakai dan hasil korelasi yang didapat Langkah-langkah penggunaan software HRS 41

64 V. Inversi Seismik Proses selanjutnya akan disempurnakan pada edisi berikutnya. Sselanjutnya satu tehnik lain dalam interpretasi adalah inversi seismik yaitu merubah data seismik yang berupa RC (coefficient reflection) menjadi berupa AI (acoustic impedance) dengan bantuan proses sebelumnya yaitu ekstrak wavelet. AI seismik akan menampilkan penampang seismik yang menggambarkan tubuh batuan langsung. Berikut adalah contoh tampilan penampang seismik hasil inversi. Langkah-langkah penggunaan software HRS 42

65 vii

66 DAFTAR ISI SOFTWARE PETREL I. Tahap Persiapan... 1 I.1. Buka Software... 1 I.2. Project Settings... 3 II. Input Data... 4 II.1. Data Sumur... 4 II.1.1. Well Head... 4 II.1.2. Data Log... 5 II.1.3. Data Directional Survey... 6 II.1.4. Data Marker... 8 II.2. Data Seismik II.2.1 Input Data Seismik II.2.2 Realize II.3. Checkshot III. Log III.1. Pengaturan Log III.2. Marker Manual IV. Interpretasi IV.1. Picking Fault IV.2. Picking Horizon V. Depth Structure Map VI. Seismik Atribut... 29

67 SOFTWARE PETREL Software Petrel dapat membantu dalam melakukan interpretasi data geofisika di bidang Oil & Gas. Interpretasi awal yang dilakukan pada penampang seismik adalah picking fault dan picking horizon. Picking fault yaitu menganalisa keberadaan sesar pada penampang vertikal berdasarkan ketidakmenerusan defelsi seismik. Sedangkan picking horizon yaitu menganalisa kemenerusan lapisan dengan melihat kemenerusan defleksi seismik yang dibantu dengan keberadaan sesar dan marker pada data sumur. Selanjutnya dilalakukan konversi terhadap domain waktu menjadi domain kedalaman agar penentuan mengenai kedalaman sebenarnya lebih mudah. Terakhir adalah dengan bantuan attribute seismic pada software, dapat memudahkan melakukan interpretasi berdasarkan melihat sudut pandang lain dari salah satu parameter seismik. Semua proses di atas akan mudah dilakukan karena Petrel mampu menampilkan hasil secara 2D, 3D maupun berupa slice (berdasarkan kedalaman atau horizon). I. Tahap Persiapan Sebelum melakukan pekerjaan, lakukan beberapa tahap untuk mempersiapkan pekerjaan. Antara lain menjalankan software, menyimpan project dan melakukan pengaturan project. I.1. Buka Software Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai project adalah melakukan persiapan awal. Jalankan software (klik dua kali), kemudian booting hingga muncul tampilan seperti gambar di bawah kemudian OK. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 1

68 Progress. Software Petrel mempunyai banyak bagian dalam satu window Petrel. Bagianbagian tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang dapat memudahkan dalam proses. Akan dijelaskan mengenai fungsi dari bagian-bagian sesuai dengan proses yang akan dilajankan. Input: semua data yang dimasukan akan muncul pada menu ini jendela kerja/tampilan hasil pekerjaan menu umum pada software & menu tampilan software menu Processes yang aktif (bold) menu tersedia berdasarkan Processes yang aktif Catatan: semua pekerjaan akan dipengaruhi berdasarkan menu pada Processes dimana yang aktif (bold) akan mempengaruhi proses pekerjaan yang dapat Langkah-langkah penggunaan software Petrel 2

69 dilakukan dan juga mempengaruhi menu-menu yang akan muncul di sebelah kanan jendela kerja. I.2. Project Settings Sebelum memulai pekerjaan, disarankan untuk mengatur sistem koordinat terlebih dahulu. Hal ini cukup penting dikarenakan koordinat menjadi hal yang sangat diperhatikan sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Sehingga pada pengaturan ini, koordinat yang dimasukan akan sesuai pada zona UTM yang dipilih. Pada menu software pilih Project > Project settings. Kemudian akan muncul window Settings > Coordinates and units > Coordinates. Sehingga akan muncul window Coordinate reference system selection, tentukan zona UTM yang sesuai > OK. tampilan yang dipilih tampilan zona 2 pilih zona UTM/zona koordinat berdasarkan daerah pekerjaan 1 Langkah-langkah penggunaan software Petrel 3

70 II. Input Data Seletah sistem koordinat ditentukan lakukan proses input data. Data yang dimasukan berupa data sumur dan data seismik. II.1. Data Sumur Data sumur yang dimasukan berupa data Well Head, data Log, data Directional Sumur (untuk sumur deviasi) dan data Marker. II.1.1. Well Head Tahap awal dalam proses input data sumur adalah melakukan input Well Head. Data Well Head memuat informasi sumur seperti nama, koordinat, tipe semur, kedalaman, dll yang ingin disertakan. Pilih Insert > New well folder. Kemudian akan muncul folder Well pada Input. Klik kanan pada simbol > Import (on selection) dan open data Well Head. New well hanya digunakan untuk memunculkan satu sumur format Well head Kemudian akan muncul window Import well head. Buat kolom sesuai data Well Head yang dimasukan. Perlu diperhatikan Attribute type disesuaikan dengan Attribute, Continuous untuk data berupa nilai dan Text untuk data berupa informasi. Kemudian Number of header lines menunjukan line pada data Well Head yang belum menunjukan informasi data yang akan dimasukan > OK. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 4

71 kolom yang dibuat data Well head yang dimasukan Kemudian akan muncul window Input data (kanan) > OK. Namun apabila belum dilakukan pengaturan koordinat awal pada Project settings maka akan muncul pesan seperti pada gambar di bawah (kiri) > Select Null. untuk melakukan pengaturan koordinat Informasi Well head untuk memasukan koordinat data secara langsung Catatan: Ok for all untuk melakukan OK secara keseluruhan data yang dimasukan, sehingga apabila data yang dimasukan berjumlah lebih dari satu maka akan langsung terbaca semua. Sedangkan untuk OK, data akan dimasukan satu persatu sehingga setiap data akan ditanyakan setiap datanya. II.1.2. Data Log Melakukan input data log, klik kanan pada simbol > Import (on selection). Kemudian akan muncul window Import File lalu open data log sumur yang akan dimasukan. Akan muncul window Match files and Langkah-langkah penggunaan software Petrel 5

72 wells yang digunakan untuk menentukan data log yang masuk dengan data Well head yang dimasukan sebelumnya > OK. cocokan data log dengan data Well head input data log (dapat lebih dari satu) format log Hasil dari proses import file akan muncul pada window Petrel message log (kiri). Sesaat kemudian akan muncul window Import well logs (kanan) yang digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap data log yang akan masuk > OK for all. hasil dari proses import Automatic untuk melakukan pengaturan secara langsung (otomatis) tanpa dilakukan pengaturan. Specified untuk melakukan pengaturan terhadap log yang akan dimasukan antara lain jenis log yang akan dimasukan sesuai atau tidak. II.1.3. Data Directional Survey Diketahui jenis sumur berupa sumur deviasi, sehingga perlu dilakukan input mengenai data lintasan sumur. Klik kanan pada simbol > Import (on selection). Kemudian akan muncul window Import File lalu open data directional survey yang akan dimasukan. Akan muncul window Match Langkah-langkah penggunaan software Petrel 6

73 files and wells yang digunakan untuk menentukan data directional survey yang masuk dengan data Well head yang dimasukan sebelumya > OK. cocokan data directional survey dengan data Well head format log Selanjutnya akan muncul window Import well path / deviation yang digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap data input mengenai data deviasi. Pada Input data tentukan informasi yang terdapat pada data dan cocokan dengan kolom sesuai isi data deviasi sumur > OK. tampilan yang dipilih sesuai dengan kolom data directional survey sesuai dengan data directional survey referensi KB Catatan: Skip MD values equal to or smaller than previous MD digunakan untuk melakukan penghapusan data nilai MD yang mempunyai nilai lebih kecil Langkah-langkah penggunaan software Petrel 7

74 dibandingkan MD sebelumnya. Karena nilai MD harus semakin bertambah nilainya. II.1.4. Data Marker Input data marker dilakukan untuk memudahkan proses picking fault dalam proses interpretasi. Pilih Insert > New well tops. Kemudian akan muncul folder Well tops pada Input. Klik kanan pada simbol > Import (on selection) dan open data Marker pada window Import file. format tops Akan muncul window Import petrel well tops yang digunakan untuk melakukan pengaturan terhadap data marker yang akan dimasukan. Buat kolom sesuai data well tops yang dimasukan. Perlu diperhatikan Attribute type disesuaikan dengan Attribute, Continuous untuk data berupa nilai dan Text untuk data berupa informasi. Kemudian Number of header lines (0) menunjukan line pada data well tops yang belum menunjukan informasi data yang akan dimasukan > OK. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 8

75 kolom yang dibuat data Well head yang dimasukan Setelah data log, deviasi sumur dan marker selesai dimasukan centang folder Well dan Well tops untuk memunculkan sumur dan data marker. centang well untuk memunculkan sumur centang well tops untuk memunculkan marker hasil sumur dan marker yang dimasukan pilih Windows kemudian pilih 3D window untuk memunculkan hasil dalam jendela kerja secara 3D arah orientasi utara atas (hijau) dan bawah (merah) menu terpilih Langkah-langkah penggunaan software Petrel 9

76 Selanjutnya untuk mempermudah pembacaan terhadap data log tampilkan hasil berupa penampang sumur. Klik menu Window > New well section window maka akan dibuat jendela kerja baru pada window Select new well section template > OK. Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar di bawah apabila telah diaktifkan Well section untuk merubah jendela kerja. Aktifkan juga data log untuk memunculkan data log. 2 1 II.2. Data Seismik Setelah data sumur selesai dimasukan, berikutnya adalah input data seismik. Sedikit berbeda pada data 3D sehingga data berupa kumpulan inline dan Langkah-langkah penggunaan software Petrel 10

77 xline dapat di rubah menjadi sebuah volume seismik dengan menu Realize. Menu ini akan merubah tampilan seismik sehingga menjadi mudah untuk di akses tiap penampang tanpa memerlukan waktu lebih lama, namun juga akan memakan banyak memori data seismik. II.2.1. Input Data Seismik Pilih menu Insert > New seismic main folder sehingga akan muncul simbol pada Input. Selanjutnya klik kanan pada simbol tersebut kemudian pilih Insert seismik survey sehingga akan muncul simbol. Kemudin klik kanan pada simbol yang baru dan pilih Import (on selection) untuk memasukan data seismik. Selanjutnya akan muncul window Import file (kiri), pilih data seismik yang akan dimasukan, sesuaikan formatnya > OK. Kemudian akan muncul pesan mengenai input data sesimik (kanan atas), dan bersamaan dengan munculnya window Input data (kanan bawah), apabila telah sesuai > OK. Proses. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 11

78 input data sesimik yang diinginkan 1 format data seismik 2 3 Progress. Setelah proses selesai, pilih window 3D window untuk menampilkan tampilan seismik 3D maka akan terlihat luasan dan kedalaman pengukuran. Aktifkan sumur juga untuk melihat letak sumur pada penampang seimik. sumur, marker, seismik aktif luasan dan kedalaman Pengukuran seismik Langkah-langkah penggunaan software Petrel 12

79 II.2.2. Realize Klik kanan pada hasil input data seismik kemudian pilih Realize. Kemudian akan muncul window Settings Operations Realize. Pada menu ini pilih kualitas yang diinginkan (disarankan 16 bit agar data tidak terlalu berat untuk dijalankan dan juga akan lebih mempunyai memori yang lebih ringan). > Realized. Prosess. kualitas memepengaruhi tampilan, resolusi dan kecepatan proses Seletah proses selesai akan muncul data seismik baru pada Input. Data hasil realize akan berbentuk volume seismik dan dapat lihat penampang secara Z. proses realize telah selesai seismik sebelum realize seismik setelah realize Langkah-langkah penggunaan software Petrel 13

80 II.3. Checkshot Klik kanan pada simbol pada Input > Import (on selection). Kemudian masukan data checkshot pada window Import file dengan format data yang sesuai > Open. format data checkshot Buat kolom sesuai data yang tertera pada data checkshot. Pastikan data terkoneksi pada sumur yang diinginkan pada window Import checkshots > OK. Selanjutnya pada window Input data > OK. koneksikan data checkshot dengan sumur Langkah-langkah penggunaan software Petrel 14

81 Setelah selesai dimasukan maka klik kanan kembali pada simbol yang sama > Settings. Pada window Settings pada bagian Time, koneksikan kembali antara data Well tops dengan sumur. Cara yang dilakukan yaitu pertama klik simbol Well tops pada input kemudian pilih garis panah biru pada window Settings. Lakukan hal sama pada sumur > Run Pada proses ini apabila telah dilakukan maka data sumur dan data seismik telah otomatis dikerelasi sehingga sumur telah berada pada posisi sebenarnya. Dapat dilihat pada gambar di bawah. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 15

82 III. Log Tampilan log dapat dirubah sehingga dalam pembacaannya lebih mudah. Tampilan tersebut antara lain, warna, peletakan jenis log yang baik dapat membantu pembacaan menjadi lebih jelas. Kemudian pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan marker secara manual. Data marker dapat dibentuk sendiri dengan melakukan analisa quick look dari jumlah sumur yang banyak sehingga dapat menjadi satu marker yang dapat mempermudah proses picking horizon. III.1. Pengaturan Log Beri warna pada defleksi log dan posisikan jenis log berdasarkan track. Penggolongan jenis log juga dapat dilakukan pada menu ini. Sehingga terdapat 3 track utama yaitu track 1 untuk litologi, track 2 untuk keberadaan dan jenis fluida, track 3 untuk keberadaan fluida pada porositas batuan. Pilih icon yaitu Show well section template settings pada menu window software. Kemudian akan muncul window Update well section template > Ignore changes > OK. Maka akan muncul window Settings template. Klik pada Add new object > Track untuk memunculkan track. Klik Track kemudian pilih Add new object > Log untuk memunculkan jenis log. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 16

83 menu-menu pilihan pengaturan template log jenis log terpilih Pada jenis log yang telah pilih maka sesuaikan dengan jenis log yang diinginkan. Definition > Templates untuk memilih jenis log. pengaturan curva log: warna, ukuran garis, tipe garis, arah curva Kemudian pengaturan dapat dilakukan pada Style > 2D. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 17

84 nilai masimal dan minimal yang dimasukan Lakukan hal tersbut untuk memasukan log resistivitas, RHOB dan NPHI. Maka hasil akan seperti gambar disamping. Untuk Track ke-3 pada log RHOB lakukan pengaturan pada Style > Gerenal settings > Reverse untuk menampilkan kedua log yang saling crossover. interval sumur yang akan ditampilkan batas pewarnaan yang diinginkan (antara RHOB dan NPHI) untuk memunculkan warna pada crossover kedua log warna fill pada crossover kedua log Kemudian lakukan pengaturan Track ke-3 pada Curve filling > Add new curve filling kemudian dicentang ( ). Lakukan pengaturan seperti gambar disamping. Setelah itu > OK. Hasil dari pengaturan tampilan log dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Langkah-langkah penggunaan software Petrel 18

85 track secara berurutan: 1, 2, dan 3 hasil crossover (kuning) III.2. Marker Manual Pada submenu Well tops yaitu Stratigraphy, klik kanan pada Stratigraphy tersebut kemudian pilih Insert zone/horizon into. Sehingga akan muncul Horizon. Selanjutnya aktifkan menu membuat marker yaitu pada menu Processes > Stratigraphy > Make/edit well tops. Sehingga akan muncul menu kerja disebelah kanan window software. Pilih Create/edit well tops (bisa dengan menekan T pada keyboard) untuk membuat marker. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 19

86 Kemudian klik kiri pada window Well section untuk memunculkan marker. Klik (tahan) pada marker untuk memposisikannya (ke atas atau ke bawah). Untuk mendapatkan kedalaman yang tepat maka klik kanan pada marker sehingga akan muncul window Set well top depth lalu isikan nilai kedalaman > OK. marker buatan marker hasil input data Catatan: nama marker dapat dirubah sesuai keinginan dengan klik kanan pilih Settings. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 20

87 IV. Interpretasi Interpretasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan sesar dan kemenerusan lapisan. Untuk mempermudah pengerjaannya dilakukan pengaturan terhadap jendela kerja. Data seismik hasil Realize dapat memunculkan time slice. Untuk memunculkannya pilih Window > New 2D window. Kemudian akan muncul window 2D window, aktifkan sesimik dan sumur untuk melihat posisinya. untuk memunculkan bermacam-macam window untuk merubah tampilan semua window window yang sudah ada dan yang aktif (centang) muculkan informasi yang diharapkan, Z untuk melihat penampang time slice 2 aktifkan windows terlebih dahulu untuk memunculkan jendela kerja 1 Kemudian untuk memunculkan penampang seismik pada xline atau inline, pilih Windows > New interpretation window. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 21

88 time domain informasi inline/xline yang dilewati penampang 2 muculkan informasi yang diharapkan, inline/xline untuk melihat penampang 1 aktifkan windows terlebih dahulu untuk memunculkan jendela kerja penampang seismik yang aktif pilih play untuk melihat tampilan penampang seismik digeser setiap interval 1 (tergantung pilihan 1, 5, 10, 50 dll) nomor inline/xline pewarnaan trace (peak/trough) pada penampang seismik Dapat dilakukan pengaturan tampilan jendela kerja secara otomoatis yang dapat dipilih pada menu Windows. 2 1 Catatan: untuk menampilkan informasi pada jendela kerja maka: 1. Pilih jendela kerja yang aktif pada Windows terelbih dahulu kemudian 2. Pilih informasi yang akan ditampilkan. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 22

89 Selanjutnya buat batasan mengenai daerah analisa yang diinginkan (akan dibuat luasan sebesar daerah pengukuran). Cara ubah proses pada menu Processes > Make/edit polygons untuk memunculkan menu-menu kerja pada sebelah kanan tampilan software > icon Add new points untuk dapat menggambar, kemudian klik dengan cursor sesuai batasan yang diharapkan (bentuk dapat terdiri dari banyak titik dan untuk mengakhirinya klik 2x pada titik terakhir). Apabila terjadi kesalahan dapat dilakukan edit pada menu yang sama. Setelah proses menggambar polygon selesai maka akan muncul Polygons pada Input, untuk pengaturannya pilih Settings. menu aktif muncul Poliygon setelah proses menggambar selesai Lakukan pengaturan terhadap garis polygon > OK. Catatan: garis poligon (ungu), garis xline aktif (kuning), garis inline (garis putus-putus) dan grid (biru). Langkah-langkah penggunaan software Petrel 23

90 Kemudian dilakukan pengaturan tampilan pada lembar kerja. Tetap diperhatikan untuk mengaktifkan jendela kerja yang diinginkan aktif terlebih dahulu lalu aktifkan informasi (seismik, sumur, dll) untuk ditampilkan (karena bila diaktifkan informasi pada Input, tidak akan muncul secara otomatis pada semua jendela kerja). 2 1 IV.1. Picking Fault Pilih Insert > New interpretation folder untuk memunculkan folder interpretasi. Klik kanan pada (rubah nama) > Insert Fault untuk memunculkan interpretasi picking fault. Maka akan muncul Fault interpretation pada submenu Interpretation folder di menu Input. Selanjutnya pada menu Processes pilih Geophysics > Seismic interpretation untuk memunculkan menu kerja pada samping kanan jendela kerja. Pilih icon Interpretation fault (atau tekan F pada keyboard). Langkah-langkah penggunaan software Petrel 24

91 Selanjutnya klik pada keberadaan sesar di penampang. Perlu diketahui mengenai data geologi lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui keberadaan sesar utama kemudian sesar-sesar minor dapat di gambarkan. Dalam penampilannya, masih dengan cara yang sama yaitu mengaktifkan lembar kerja kemudian informasi pada menu Input. hasil picking fault Langkah-langkah penggunaan software Petrel 25

92 Catatan: untuk mempermudah mengetahui keberadaan dan posisi sesar, lihat pata Interpretation window kemudian play penampang seismik untuk melihat data seimik yang dijalankan berdasarkan inline/xline. Dilakukan pada setiap interval pada inline/xline, maka diantara interval tersebut akan terlihat garis putus-putus menunjukan kemenerusan sesar. Untuk mempermudah proses berikutnya, maka sebaiknya banyak titik pada picking fault berjumlah sama dengan interval titik sama. Lakukan pada setiap sesar yang terdapat pada penampang. Maka akan terlihat kemenerusan sesar secara keseluruhan, ukuran, lebar, bentuk dll. Pada hasil picking yang ditampilkan maka akan ditampilkan hasil picking dalam semua jendela kerja yang tersedia. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 26

93 IV.2. Picking Horizon Pilih Insert > New interpretation folder untuk memunculkan folder interpretasi. Klik kanan pada Interpretation folder 2 > Insert seismik horizon untuk memunculkan interpretasi picking horizon. Maka akan muncul Horizon interpretation pada submenu Interpretation folder 2 di menu Input. Selanjutnya pada menu Processes pilih Geophysics > Seismic interpretation untuk memunculkan menu kerja pada samping kanan jendela kerja. Pilih icon Interpretation horizon (atau tekan H pada keyboard). Lakukan pengaturan terhadap picking horizon. Klik kanan pada simbol > Settings, kemudian pilih picking berdasarkan Peaks, Trough, None, dll. > OK. pilihan picking Langkah-langkah penggunaan software Petrel 27

94 Selanjutnya klik (tahan) pada kemenerusan lapisan berdasarkan defleksi seismik di penampang. Lakukan pada setiap marker yang terdapat pada sumur terlebih dahulu sebagai acuan picking. Maka akan terlihat kemenerusan lapisan secara keseluruhan, ukuran, lebar, bentuk dll. Pada hasil picking yang ditampilkan maka akan ditampilkan hasil picking dalam semua jendela kerja yang tersedia. hasil picking horizon Catatan: akitifkan Cursor tracking pada setiap jendela kerja untuk mengetahui posisi cursor setiap jendela kerja. Dalam proses picking dilakukan secara bertahap dimulai dari data marker pada sumur. Picking dilakukan bergantian pada penampang inline dan xline karena setiap dari hasil picking, di penampang yang memotong hasil picking akan terlihat titik biru untuk mempermudah picking berikutnya. Langkah-langkah penggunaan software Petrel 28

95 V. Depth Structure Map Proses selanjutnya akan disempurnakan pada edisi berikutnya. Setelah interpretasi mengenai picking fault dan picking horizon dilakukan, selanjutnya dilakukan konversi dari domain time menjadi domain kedalaman sehingga didapatkan posisi mengenai keberadaan hidrokarbon lebih akurat untuk ditentukan. Berikut adalah hasil dari proses konversi time to depth domain. Hasil berupa peta kedalaman. VI. Seismik Atribut Kemudian dilakukan proses seismik atribut untuk melakukan analisa mengenai fault dan DHI (Direct Hydrocarbon Indication). Karena seismik attribute diperlukan untuk memperjelas anomali yang tidak terlihat secara kasat mata pada data seismik biasa. Seismik attribute antara lain RMS dan varian. Berikut adalah hasil dari proses atribut seismik RMS untuk penentuan DHI (lingkaran merah). Kemudian berturut di bawahnya adalah hasil proses ateibut seismik varian untuk melihat posisi kemenerusan struktur sesar (garis putusputus). Langkah-langkah penggunaan software Petrel 29

96 Langkah-langkah penggunaan software Petrel 30

97 DAFTAR PUSTAKA Anstey, N. A., and Geyer, R. L., 1987, Borehole velocity measurements and the synthetic seismogram: Boston, MA, IHRDC, 355 p. Brown, 2006, Op.Cit, Sukmono, S., 2001, Seismic Attributes for Sequence Stratigraphy and Seismic Geomorphology Analysis, Diktat Kuliah, Institut Teknologi Bandung. Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield Services, Jakarta. Russell, B.H., 1996, Strata Workshop, Hampson-Russell Software Services Ltd. Sukmono, S., 1999, Interpretasi Seismik Refleksi, Lab. Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung. Sukmono, S., 2001, Seismic Attributes for Sequence Stratigraphy and Seismic Geomorphology Analysis, Diktat Kuliah, Institut Teknologi Bandung. Yilmaz, O., 1987, Seismic Data Processing, Tulsa: Society of Exploration Geophysicist.

98 BIOGRAFI SINGKAT PENULIS Lahir di Yogyakarta tanggal 24 November Memiliki nama lengkap yaitu Faid Muhlis dengan nama panggilan Faid. Duduk di bangku perkuliahan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta angkatan Menuntut ilmu strata S1 program studi Teknik Geofisika dengan NIM Dengan adanya modul ini semoga teman-teman sekalian dapat membaca, mencoba dan belajar. Dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pemahaman saya, saya berharap untuk diluruskan. Terimakasih

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion 1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Patra Nusa Data dengan studi kasus pada lapangan TA yang berada di Cepu, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan FRL Formasi Talangakar, Cekungan Sumatera Selatan dengan Menggunakan Seismik

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1 Data Seismik Penelitian ini menggunakan data seismik Pre Stack Time Migration (PSTM) CDP Gather 3D. Penelitian dibatasi dari inline 870 sampai 1050, crossline

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel III. TEORI DASAR A. Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Pengertian gelombang secara umum ialah fenomena perambatan gangguan atau (usikan)

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan 52 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli 2014-7 September 2014 dan bertempat d Fungsi Geologi dan Geofisika (G&G) Sumbagsel, PT Pertamina

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1. Data Seismik Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D (seismic cube) sebagai input untuk proses multiatribut. Data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, TB. Simatupang

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan III. TEORI DASAR 3.1 Karakterisasi Reservoar Analisis / karakteristik reservoar seismik didefinisikan sebagai sutau proses untuk menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan Januari 2015 yang bertempat di Operation Office PT Patra Nusa Data, BSD-

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data 3.1.1 Data Seismik Data yang dimiliki adalah data seismik hasil migrasi post stack 3-D pada skala waktu / time dari Lapangan X dengan polaritas normal, fasa nol,

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Secara umum, metode penelitian dibagi atas tiga kegiatan utama yaitu: 1. Pengumpulan data, baik data kerja maupun data pendukung 2. Pengolahan data 3. Analisis atau Interpretasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan 41 BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan menggunakan Acoustic Impedance (AI), Gradient Impedance (GI), dan Extended Elastic

Lebih terperinci

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA SIFAT FISIS RESERVOIR BATUGAMPING ZONA TARGET BRF MENGGUNAKAN METODE SEISMIK INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTI ATRIBUT (STUDI KASUS LAPANGAN M#) RANGGA MASDAR FAHRIZAL 1106 100 001 FISIKA FMIPA

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk BAB 3 TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik yang

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio.

BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio. 94 BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO 4.1 Work Flow Permodelan Poisson Ratio Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio. Selain dari data seismic, kita juga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Pada bab ini, akan dibahas pengolahan data seismik yang telah dilakukan untuk mendapatkan acoustic impedance (AI), Elastic Impedance (EI), dan Lambda- Mu-Rho (LMR). Tahapan kerja

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian yang mengambil judul Karakterisasi Reservoar Batupasir Formasi Ngrayong Lapangan ANUGERAH dengan Menggunakan Analisis AVO dan LMR

Lebih terperinci

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Bambang Hari Mei 1), Eka Husni Hayati 1) 1) Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA Unhas bambang_harimei2004@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik BAB III DASAR TEORI 3.1 Dasar Seismik 3.1.1 Pendahuluan Metode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi bawah permukaan dengan menggunakan energi gelombang akustik yang diinjeksikan ke dalam bumi

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN 40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir dengan judul KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada beberapa hukum

BAB III TEORI DASAR. Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada beberapa hukum 10 BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Dasar Seismik Refleksi Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada beberapa hukum fisika, yaitu Hukum Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. 3.1.1.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

Lebih terperinci

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan X Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X" Oleh : M. Mushoddaq 1108 100 068 Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target. BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan

Lebih terperinci

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3 ANALISIS AVO MENGGUNAKAN GRAFIK RESPON AVO (AVO SIGNATURE) DAN CROSSPLOT INTERCEPT DAN GRADIENT DALAM PENENTUAN KELAS AVO STUDI KASUS : LAPISAN TAF-5 FORMASI TALANG AKAR LAPANGAN LMG CEKUNGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs Analisis Independent Inversion ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs Gigih Prakoso W, Widya Utama, Firman Syaifuddin Jurusan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Pertamina EP Asset 2 dengan studi kasus pada Lapangan SBS yang terletak pada jalur Sesar Lematang yang membentuk

Lebih terperinci

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi

Lebih terperinci

BAB 3. PENGOLAHAN DATA

BAB 3. PENGOLAHAN DATA 27 BAB 3. PENGOLAHAN DATA 3.1 Daerah Studi Kasus Data yang digunakan sebagai studi kasus dalam tesis ini adalah data dari lapangan di area Blackfoot, Alberta, Canada (gambar 3.1). Data-data tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan 16 BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastik yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit

Lebih terperinci

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Rahayu Fitri*, Elistia Liza Namigo Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 19 BAB IV PENGOLAHAN DATA IV.1 Alat dan Bahan Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data prestack seismik refleksi 3D lapangan Blackfoot yang terdiri dari Inline 1 -.102 dan Xline 1-101. Selain

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Luxy Rizal Fathoni, Udi Harmoko dan Hernowo Danusaputro Lab. Geofisika,

Lebih terperinci

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN : Metode Inversi Avo Simultan Untuk Mengetahui Sebaran Hidrokarbon Formasi Baturaja, Lapangan Wine, Cekungan Sumatra Selatan Simultaneous Avo Inversion Method For Estimating Hydrocarbon Distribution Of Baturaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi. Lapangan ini terletak

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK Karakterisasi Reservoar Karbonat... KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK Ridho Fahmi Alifudin 1), Wien Lestari 1), Firman Syaifuddin 1),

Lebih terperinci

INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI

INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI oleh : GERRY ROLANDO HUTABARAT 0305020446 PEMINATAN GEOFISIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT FORMASI BATURAJA MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EI DI LAPANGAN GEONINE CEKUNGAN SUMATERA SELATAN SKRIPSI

KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT FORMASI BATURAJA MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EI DI LAPANGAN GEONINE CEKUNGAN SUMATERA SELATAN SKRIPSI KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT FORMASI BATURAJA MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EI DI LAPANGAN GEONINE CEKUNGAN SUMATERA SELATAN SKRIPSI Oleh : Nurcholis 115.090.060 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam

III. TEORI DASAR. Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam 20 III. TEORI DASAR 3.1 Prinsip Metode Seismik Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam mencitrakan kondisi bawah permukaan bumi, terutama dalam tahap eksplorasi hidrokarbon

Lebih terperinci

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3 No.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-55 Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur Satya Hermansyah Putri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai batas bawah sampai Intra GUF sebagai batas atas, pada Lapangan Izzati. Adapun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... i ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seismik telah menjadi metode geofisika utama dalam industri minyak bumi dalam beberapa dekade terakhir sehingga menyebabkan metode ini berkembang dengan sangat pesat.

Lebih terperinci

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman

Lebih terperinci

Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan Metode Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) dan Multiatribut (Studi Kasus Lapangan F3)

Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan Metode Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) dan Multiatribut (Studi Kasus Lapangan F3) B-96 Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan Metode Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) dan Multiatribut (Studi Kasus Lapangan F3) Deby Nur Sanjaya, Dwa Desa Warnana, dan Bagus Jaya Sentosa Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii DAFTAR ISI Halaman Judul HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI KARAKTERISASI RESERVOAR BATUPASIR FORMASI GUMAI MENGGUNAKAN INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK MODEL BASED DI LAPANGAN HEAVEN CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter

Lebih terperinci

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Nadifatul Fuadiyah 1, Widya Utama 2,Totok Parafianto 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis ke dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis ke dalam bumi BAB III TEORI DASAR 3. Seismologi Refleksi 3.. Konsep Seismik Refleksi Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis ke dalam bumi yang mentransfer energi gelombang menjadi pergerakan partikel

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat BAB III TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan, jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS.

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS. KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS Andri Kurniawan 1, Bagus Sapto Mulyatno,M.T 1, Muhammad Marwan, S.Si 2

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data telah dilakukan mengikuti diagram alir umum seperti Gambar III.1. Studi kelayakan dan pembuatan SGRID dilakukan secara bersamaan karena terdapat bagian

Lebih terperinci

INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK MENGESTIMASI KANDUNGAN RESERVOIR BATUPASIR LAPANGAN Ve FORMASI CIBULAKAN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK MENGESTIMASI KANDUNGAN RESERVOIR BATUPASIR LAPANGAN Ve FORMASI CIBULAKAN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 3, Juli 2011, hal 87-92 INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK MENGESTIMASI KANDUNGAN RESERVOIR BATUPASIR LAPANGAN Ve FORMASI CIBULAKAN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Veratania

Lebih terperinci

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi.

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. Batuan reservoir merupakan batuan

Lebih terperinci

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Sri Nofriyanti*, Elistia Liza Namigo Jurusan Fisika Universitas Andalas *s.nofriyanti@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR Ari Setiawan, Fasih

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR Nofriadel, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub-

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- Cekungan Tarakan, Kalimantan Utara pada tahun 2007. Lapangan gas ini disebut dengan Lapangan BYN

Lebih terperinci

Analisis Peta Struktur

Analisis Peta Struktur Analisis Peta Struktur ANALISIS PETA STRUKTUR DOMAIN KEDALAMAN DENGAN INTERPRETASI SEISMIK 3D DALAM STUDI PENGEMBANGAN LAPANGAN KAPRASIDA, BLOK PATALA, ENERGI MEGA PERSADA TBK Fahmi Aulia Rahman, Ayi Syaeful

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. interferensi. Sebagai contoh, pada Gambar 7. ditunjukkan tubuh batugamping

BAB III TEORI DASAR. interferensi. Sebagai contoh, pada Gambar 7. ditunjukkan tubuh batugamping BAB III TEORI DASAR 3.1. Resolusi Vertikal Resolusi didefinisikan sebagai jarak minimum antara dua obyek yang dapat dipisahkan oleh gelombang seismik dan berhubungan erat dengan fenomena interferensi.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR FORMASI KEUTAPANG MENGGUNAKAN ANALISIS AVO (AMPLITUDE VERSUS OFFSET) PADA STRUKTUR X SUMATERA BAGIAN UTARA

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR FORMASI KEUTAPANG MENGGUNAKAN ANALISIS AVO (AMPLITUDE VERSUS OFFSET) PADA STRUKTUR X SUMATERA BAGIAN UTARA KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR FORMASI KEUTAPANG MENGGUNAKAN ANALISIS AVO (AMPLITUDE VERSUS OFFSET) PADA STRUKTUR X SUMATERA BAGIAN UTARA Okci Mardoli 1, Dwi Pujiastuti 1, Daz Edwiza 2, Ari Febriana

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO BAB V INVERSI ATRIBUT AVO V.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO Gambar 5.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO 63 V.2 Input Data Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini digunakan beberapa data sebagai input,

Lebih terperinci

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010 PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun... DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari

Lebih terperinci

S t = W t * RC t...(1) Dimana : S t = Trace Seismik

S t = W t * RC t...(1) Dimana : S t = Trace Seismik Pendahuluan Pennington sudah melakukan penelitian berdasarkan data sumur untuk mengetahui penyebaran litologi khususnya penyebaran sand dan shale pada daerah target lapisan Caddo lapangan Boonsville pada

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Konsep Dasar Seismik. Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Konsep Dasar Seismik. Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya 24 BAB III TEORI DASAR 3.1 Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan (usikan)

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis

Lebih terperinci

AVO FLUID INVERSION (AFI) UNTUK ANALISA KANDUNGAN HIDROKARBON DALAM RESEVOAR

AVO FLUID INVERSION (AFI) UNTUK ANALISA KANDUNGAN HIDROKARBON DALAM RESEVOAR AVO FLUID INVERSION (AFI) UNTUK ANALISA KANDUNGAN HIDROKARON DALAM RESEVOAR Muhammad Edisar 1, Usman Malik 1 1 Computational of Physics and Earth Science Laboratory Physic Dept. Riau University Email :

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran BAB III TEORI DASAR 3.. Seismologi Refleksi 3... Konsep Seismik Refleksi Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis kedalam bumi yang mentransfer energi gelombang menjadi pergerakan partikel

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 1-12

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 1-12 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 1-12 ANALISIS PERSEBARAN ZONA RESERVOIR LAPANGAN DT-1 MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN ATRIBUT VARIANSI Tyas

Lebih terperinci

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie)

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie) Berdasarkan kenampakkan umum dari kurva-kurva log sumur (electrofasies) pada masing-masing sumur beserta marker-marker sikuen yang telah diketahui, dapat diinterpretasi bahwa secara umum, perkembangan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ANALISIS POROSITAS RESERVOAR BATUPASIR PADA DAERAH TARGET HORIZON TOP R1 LAPANGAN ALIARAS, FORMASI BALIKPAPAN, KALIMANTAN DENGAN MENGGUNAKAN SEISMIK INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE

Lebih terperinci

Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon

Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) /6 Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon Mohammad Qodirin Sufi, Widya Utama Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu

Lebih terperinci

STUDI INVERSI SPARSE SPIKE DENGAN LINIER PROGRAMMING DI LAPANGAN X

STUDI INVERSI SPARSE SPIKE DENGAN LINIER PROGRAMMING DI LAPANGAN X STUDI INVERSI SPARSE SPIKE DENGAN LINIER PROGRAMMING DI LAPANGAN X Aris Ismanto 1, Suprajitno Munadi 2, Djoko Rubyanto 3 1 Program Studi Oseanografi Universitas Diponegoro 2 Puslitbangtek Migas LEMIGAS

Lebih terperinci