Hasil analisis kandungan protein asam amino hidrolisat tepung bulu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil analisis kandungan protein asam amino hidrolisat tepung bulu yang"

Transkripsi

1 HAS& DAN PEMBAHASAN Kandungan Nilai Gizi Hidrolisat Tepung Bulu Ayam Hasil analisis kandungan protein asam amino hidrolisat tepung bulu yang dimasak mengunakan presure cooker selama 45 menit dengan konsentrasi HCL yang berbeda, yaitu dari konsentrasi 0%,3%, 6%, 9% dan 2% HCL dapat kita lihat pada Tabel 6 Tabel 6. Kandungan Asarn Amino Hidrolisat Tepung Bulu dibandingkan dengan Kebutuhan Asam Amino untuk Ayam Ras Pedaging (NRC, 994) Valine Phe+Tirosin Untuk menilai kualitas protein dihitung bercharkan nilai biologis chi protein tersebut yang mengunakan rumus Nilai Biologis = (% asam

2 amino pembatas). Dalam Tabel 6 dapat dilihat kandungan asam amino yang tersedia dalam hidrosilat tepung bulu, kemudian dilihat asam amino mana yang kekurangan berdasarkan kandungan asam amino untuk ayam ras pedaging (NRC, 994). Serdasarkan ha ini dapat dibaca bahwa semua perlakuan hldrolisat tepung bulu kekurangan asam amino metionin. Bila kekurangan asam amino dalarn hidrolisat tepung bulu dinyatakan dalam persen dari asam amino patakan untuk ayam ras pedaging berdasarkan (NRC, 994), maka untuk hidrolisat tepung buiu yang merupakan asam amino pembatas adalah asam amino metionin. Gambar 7. Skor Kimia Hidrolisat Tepung Bulu (%) Nilai biologis hidrosilat tepung bulu yang melebihi 80% ditemui pada perlakuan hidrolisat HCl 9%, yaitu 85.5% yang diikuti oleh hidrolisat HCI 6% sebesar 84.2%. Nilai biologis yang kurang dari 80% ditemui pa& perlakuan yang tidak dihidrolisis (0%) sebesar 74.%, ha ini disebabkan pada bulu ayam yang tidak dihidrolisis belurn terjadi pemutusan ikatan-ikatan dalam stuktur proteinnya.

3 Gambar 8. Nilai Biologis Hidrolisat Tepung Bulu (YO) Data Performan Tampilan performan rata-rata ayarn berumur 8 minggu dari ke 2 perlakuan disajikan pada Tabel. 7. Konsumsi ransum paling rend& yaitu pada perlakuan L2M.5 yaitu ransum yang menggunakan lisin 2 x NRC dan metionin.5 x NRC (994) sebesar 4.97 kg. Nampaknya pada perlakuan L2M.5 dapat menyediakan kebutuhan asam amino lisin dan metionin yang optimal. Hal in mengakibatkan konsumsi ransurn ayam pada perlakuan L2M.5 ini menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lain, bahkan perlakuan kontrol 2 yaitu ransum yang mengunakan tepung ikan sebagai sumber protein hewaninya dan ditambahkan dengan 50 mg karnitidkg ransum, konsumsi ransumnya sebesar 5.08 kg. Pertumbuhan berat badan yang menunjukkan angka tertinggi adalah pada perlakuan W (L2M.5) sebesar 2.52 kg, bahkan kalau &banding& dengan perlakuan kontrol sebesar 2.45 kg, perlakuan kontrol 2 sebesar 2.50 kg dm perlakuan kontrol 3 sebesar 2.42 kg, perlakuan L2M.5 cenderung menunjukkan perturnbuhan yang tertinggi, waiaupun secara statistik tidak berbeda nyata.hal ini

4 mengindikasikan bahwa level lisin 2 x NRC dan rnetionin.5 x NRC (994) bisa menyamai k edudb karnitin untuk rnencapai pertumbb yang maksimal. Tabel 7. Rata-rata Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransurn Ayam Ras Pedaging dari ke 2 Perlakuan Sampai Umur 8 Minggu Perlakuan Konsumsi Ransum (kg/ekor) Bobot Badan (kglekor) Konversi pakan Konsumsi/pertumbuhan I. (LM). (LlM.5) rrr. ( ~ ~ 2 ) IV. (L.5M) V. (L.5M.5) VI. (L.5M2) VII. (L2M) VIll. (L2M.5) IX. (L2h42) X. Kontrol XI. Kontrol 2 XII. Kontrol " 5.3" 5.34" 5.49" 5.27' 5.29" 5.6~ 4.97" 5.03" 5.96# 5. Ogb 5.77'.87a.99b 2.4" 2. 4C 2.44* 2.4? 2.Sc 2.52* 2.45d 2.45d 2.50~ 2.42d 2.84' ~ 2.5T 2.7~ 2.5b 2.37".97" 2.06" 2.44d 2.04" 2.39' Keterangan: + L ; L.5 ; L2 : Aras lisin lx NRC (994),.5 x NRC (994) dan 2 x NRC (994) 4 Ml;M.5; M2:ArasMetionin lxnrc(994),.5xnrc(994)dan ZxNRC(994) 4 Perlakuan I sampai X : Sumber protein hidrolisat bdu ayam. + Perlakuan X sampai XII : Sumber protein tepung ikan + Perlakuan I sampai XI : Suplemen 3% minyak ikan Iemuru 4 Perlakuan XII : Suplemen 3% minyak kelapa + Peubah sejenis bffsupersloip sama, tidak berbeda nyata pada ~0.05 setelah diperbandjngkau den- uji kontras ortogonal Perlakuan yang mempunyai pertumbuhan berat badan yang terendah adalah perlakuan LlMl sebesar.87 kg, kandungan asam amino lisin dan metioninnya sesuai standar NRC (994), dimana nilai persyaratan untuk asam amino lisin sebesar.0% pada periode awl dan 0.85% pada peroide akhir. sedangkan untuk asam

5 amino metionin 0.5% pada periode awal dan 0.32% pada periode akhir, nampaknya pada penelitian ini yaitu ransum yang mengunakan hidrolisat tepung bulu belum bisa mencapai pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Konversi ransum yang merupakan gambaran efesiensi ransum menunjukkan bahwa perlakuan VilI (L2M.5) paling efisien yaitu.97, setelah diuji lanjut kontras ortogonal tidak berbeda nyata dengan perlakuan XI (kontrol2) sebesar 2.04 dan perlakuan lx (L2M2) sebesar Hal ini memberikan indikasi bahwa ransum berbasis hidrolisat tepung bulu dengan imbangan asam amino lisin 2 x NRC (994) clan metionin.5 x NRC (994) merupakan pakan yang paling efisien untuk mencapai pertumbuhan yang paling maksimal dan lebih menguntungkan kalau dibandingkan dengan ransum yang berbasis protein tepung ikan (kontrol,2 dan 3). Perlakuan L2M.5 harganya lebih murah yaitu hanya sebesar Rp 646,- sementara ransum kontrol yang mengunakan tepung ikan biaya ransum mencapai Rp759,- Perlakuan kontrol 2 yang mengunakan karnitin biaya ransum mencapai Rp3705,-. Hal ini membuktikan bahwa ransum perlakuan L2M.5 jauh lebih mud, untuk menghasilkan 2 kg bobot badan ayam pada umur 8 minggu hanya dibutuhkan sebanyak.97 kg ransum. Di pasaran harga ayam hidupkg adalah Rp 990kg (pada saat penelitian), biaya ransum yang dibutuhkan hanya Rp 3243kg. Hal ini memberikan solusi bagi peternak untuk &pat menekan biaya ransum ayam ras pedaging, pada saat penelitian ini berlansung harga mum komersil untuk ayam ras pedaging mencapai Rp2 83kg dan perlakuan L2M.5 dapat menekan biaya ransum sebesar Rp 537kg dibandingkan dengan ransum komersil.

6 Evaluasi Lipida Total dan Triasilgliserol serta Kolesterol Serum Darah Daging adalah salah satu sumber protein hewani yang mengandung asamasam amino essensialnya yang sangat diperlukan oleh tubuh. Kekuatiran untuk mengkonsumsi daging sebagai makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi tidak perlu dicemaskan, karena secara teoritis dimasa mendatang &pat diupayakan daging yang berkadar lemak dan kolesterol rendah. Salah satu upaya pa& daging ayam ras pedaging adalah dengan menarnbahkan prekusor kamitin yaitu asam amino lisin dan metionin dalam ransum. Dampak pemberian asam amino lisin dan metionin &lam ransum terhadap ternak ayam dapat diamati pada darah, karkas, dan organ pencernaannya. Evaluasi darah yang diarnbil pada penelitian ini meliputi lipida total, triasilgliserol, kolesterol total, LDL clan HDL-kolesterol.. Konsentrasi lipida total darah yang menunjukkan angka terkecil yaitu pada perlakuan VIII (L2M.5) sebesar 437 mg/dl, sedangkan yang paling tinggi lipida darahnya XI (kontrol 3) yaitu sebesar 656 mg/dl. Hal ini membuktikan bahwa ransum yang mengandung minyak ikan lemuru sebanyak 3%, bila dibandingkan dengan ransum yang mengunakan minyak kelapa dapat menekan lipida total darah sebanyak 85 mg/dl. Perlakuan Vn (L2M) konsentrasi lipida darah sebesar 600 mg/dl, yang memperlihatkan konsentrasi lipida total darahnya juga tinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlitkuan kontrol3 yang mengunakan minyak kelapa. Hal ini bisa diakibatkan karena level asam amino metioninnya sangat rendah yaitu hanya sebesar 0.596, walaupun kadar lisimya cukup tinggi sebesar 2x NRC (994) yaitu sebanyak 2.20% belum memberikan nilai yang optimal untuk dapat menekan kadar

7 iipida dad, karena metionin sangat berperan dalarn donor metil sehingga imbangan asam amino lisin clan metionin yang belurn optimal untuk bisa mencapai nilai yang sama atau mendekati nilai kadar lipida darah pada perlakuan yang mengunakan kamitin. Tabel 8. Efek Perlakuan terhadap Lipida Total dan Triasilgliserol serta Kolesterol Serum Darah. Keterangan: + L; L.5; L2 :Araslisin lxnrc(994),.5 xnrc(994)danzxnrc(994) 4 MI; MI.5 ; M2: Aras Metionin lx NRC (994),.5 x NRC (994) dan 2x NRC (994) 4 Perlakuan I sampai X : Sumber protein hidrolisat bulu ayam. 4 Perlakuan X sampai XII : Sumber protein tepung ikan + Perlakuan I sarnpai XI : Suplemen 3% -yak ikan lemuru + Periakuan XII : Suplemen 3% minyak kelapa + Peubah sejenis bersupersktip sama, tidak berbeda nyata pada p(0.05 setelah diperbmdingkm dengan uji kontras ortogonal

8 Konsentrasi triasilgliserol darah yang paling rendah terdapat pa& perlakuan Vlll (L2M.5) yaitu 94 mg/dl yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan XI (kontrol 2, yang memakai karnitin) sebesar 96 mg/dl, dan berbeda nyata (P<0.05) untuk perlakuan yang Lain. Hasil penelitian Soepadmo (997) pemberian lisin dan metionin beserta mikroelemennya &lam ransum menunjukkan nilai yang signifikan (P<0.0) terhadap triasilgliserol darah, namun pemberian lisin dan metionin sesuai standar NRC (994) pada percobaan ini belurn mampu menekan triasilgliserol darah dibandingkan dengan pemberian karnitin, dimana pemberian karnitin cenderung mempunyai kadar triasilgliserol yang Iebih rendah.. Hal ini mungkin disebabkan aras lisin dan rnetionin yang belum mencukupi untuk menyamai pemakaian kamitin. Barholmey dan Sherman (986) menyatakan karnitin bersifat efektif &lam mereduksi Ievel triasilgliserol yang tinggi pada manusia dan tikus, dan aras Iisin dan metionin yang &pat menyamai karnitin untuk mereduksi triasilgliserol darah pada penelitian ini ditemui pada perlakuan Vm (L2M.5). Kadar kolesterol total pada serum darah yang paling rendah ditemui pada perlakuan VIII (L2M.5) sebesar 6 mgidl dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan IX (L2M2) dan XI (kontrol 2 yang mengunakan karnitin) sebesar 7 mg/dl. Ransum yang memakai minyak keiapa (perlakuan Xn, kontrol 3) mempunyai kadar kolesterol total yang paling tinggi yaitu 88 mg/dl. Perlakuan VLU (L2M.5) ini dapat menekan kolesterol darah sebanyak 7 mgldl yaitu dari 88 mg/dl menjadi 7 mgidl. Hal ini sesuai dengan penelitian Bell et al, (992) yang menyatakan bahwa pemberian karnitin pada keiinci normal menyebabkan perubahan

9 komposisi lipoprotein yang melibatkan reduksi kolesterol total dan VLDL kolesterol dalam plasma darah. Konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol bervariasi antara mg/dl. Konsentrasi LDLkolesterol yang paling rendah perlakuan VIII (L2M.5) sebesar 28 mddl kemudian diikuti perlakuan XI (kontrol 2) sebesar 29 rngldl dan perlztkuan IX (L2M2) sebesar 30 mg/d yang secara statistik tidak berbeda nyata. Perlakuan lainnya yang tidak menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda nyata adalah perlalcuan X (kontrol I) dengan perlakuan W (L2M), perlakuan VI (L.5M2) dan perlakuan V (L.5M.5). Perlakuan I (LlM.5) dengan perlakuan (LlM2), perlakuan IV (L.5M) juga tidak berbeda nyata, semen- perlakuan I (LlMl) berbeda nyata (P<0.0) dengan semua perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa aras lisin dan metionin yang rendah dalam ransurn yang mengunakan tepung bulu sebagai protein hewaninya temyata memperlihatkan LDL-kolesterol darah yang cukup tinggi yaitu sebesar 62 mg/dl dibandingkan dengan perlakuan lain yang mengandung metionin lebih tinggi dari lx rekomendasi NRC (perlakuan I (LlM.5) sampai perlakuan VI (LlM2)) LDLkolesterolnya berkisar antara mg/dl. Peningkatan kandungan lisin ransum sampai 2 x rekomendasi NRC (994) dengan adanya senyawa prekursor karnitin ternyata lebih menekan kandungan LDL kolesterol. Perlakuan XII (kontrol 3, yaitu ransum yang memakai minyak kelapa) memperlihatkan angka LDLkolesterol yang paling tinggi yaitu 76 mg/dl yang secara statistik berbeda untuk semua perlakuan. Sudibya (998) juga mencoba pada ayam petelur, pemberian 45 minyak lemuru dalam ransum basal ayam petelur

10 mampu menurunkan kadar LDL-kolesterol darah dari rng/dl menjadi 32.5 mg/dl. Kadar HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol dalam darah yang menunjukkan nilai angka tertinggi adalafi perlakuan VIII (LZM.S) yakni 80 mg/dl yang diikuti oleh perlakuan IX (L2h42) dan perlakuan XI (kontrol 2) sebesar 79 mg/dl yang secara statistik tidak berbeda nyata. Perlakuan XI (kontrol 3. yang mengunakan minyak kelapa) menunjukkan angka HDLkolesterol yang paling rend& yaitu 40 mgldl, dibandingkan dengan perlakuan lain yang mengandung minyak lemuru sebagaimana yang diungkapkan oleh Layne et al, (996), Sinclar (996), Supadmo (997) dan Sudibya (998) bahwa pemakaian rninyak lemuru dapat meningkatkan kadar HDL-kolesterol darah. Aras lisin 2 x NRC (994) dan metionin.5 x NRC (994) sebagai carrier pembentukan karnitin ternyata mampu menurunkan lipida total, triasilgliserol, kolesterol total, LDLkolesterol dan meningkatkan nilai HDLkolesterol darah. Hal ini membuktikan bahwa karnitin &pat disintesis dari lisin dan metionin (Feller dan Rudman, 988). Kadar lipida total, kolesterol total, iriasilgliserol, LDLkolesterol dan HDL- kolesterol dalam penelitian ini masih dalarn batas individu yang normal yaitu lipida total antara mg/dl kolesterol tots! ( 200 mg/dl, triasilgliserol < 200 mg/dl, LDL (69 mg/dl% dan HDD35 mg/dl. Efek Perlakuan terhadap Persentase Karkaq Kotesterol Daging, Lemak Daging Paha dan Dada, Lemak Abdomen dan Panjang Caeca. Persentase karkas yang tertinggi ditemui pada perlakuan L2M.5 sebesar 74.6 % dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan V (L.5M.5) sebesar 74.6%,

11 perlakuan Vl (L.5W) sebesar 73.9%, perlakuan VIII (L2M.5) sebesar 74.2%, perlakuan IX (L2M2) sebesar 74.4%, dan perlakuan X (kontrol ) sebesar 73.2%. Kadar kolesterol daging pada penelitian ini berkisar dari 68 sampai 9 me!. Hasil statistik menunjukkan adanya perbedaan diantara perlakuan. Perlakuan VIII (L2M.5) menghasilkan kadar kolesterol daging yang paling rendah yaitu sebesar 68 mg9/0 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan IX (L2M2) sebesar 74 rng'/o. Perlakuan XI (kontrol 2) sebesar 75 mg?h tidak berbeda dengan perlakuan VI (L SM2) sebesar 78 mg??. Wil ini menunjukkan bahwa level aras lisin 2 x NRC (994) dan metionin.5 x NRC (994) memberikan hasil yang lebih baik menekan kolesterol daging sampai 68 mgd/o &ri perlakuan yang mengunakan karnitin (perlakuan XI) yaitu 75 meh dan nyata untuk semua perlakuan (P<0.0). Perlakuan I (LlMl) memberikan nilai kolesterol daging yang paling tinggi yaitu sebesar me, ha ini disebabkan karena dalam ransum yang mengunakan tepung buiu keberadaan lisin dan metionin sangat sedikit sekali, karena dari hasil analisis kandungan asam amino lisin.46% dan metionin 0.37%. Kalau dibandingkan dengan surnber protein hewani lainnya seperti tepung ikan lisinnya 4.7% dan metionin 0.98%, sehingga kebutuhan lisin dan metionin yang rendah pada perlakuan I (LlM) sudah jelas tidak mencukupi untuk mengantikan posisi karnitin, karena sintesis -tin membutuhkan 4 atam karbon yang berasal dari lisin dan gugus metilnya berasal dari metionin (Feller clan Rudrnan, 988), walaupun milcronutrien yang berlkgsi sebagai kofaktomya sepeh

12 vitamin c, niasin, piridoksin clan mineral Fe sudah ditambahkan dalam ransum, tetap memberikan nilai kolesterol yang cukup tinggi Tabel 9. Efek Perlakuan terhadap Persentase Karkas, Kolesterol Daging, Lemak Daging Palm dan Dada, Lemak Abdomen dan Panjang Caeca. Perlakuan. (LlM) U. (LlM.5). (LlM2) iv. (L 5M) V. (L.5M.5) VI. (~.m~) Vll. (L2M) VIK(L2M.5) lx. (L2M2) X. Kontrol XI. Kontrol2 XII. Kontrol 3 - Karkas YO 72.0" 72.7" 72.7" 7.9" 74.6b 73.9b 7.8a 74.2b 74.4b 73.2b 74.6b 72.2" Kolesterol Daging mpo! lllg 03~ 02~ 97e 86' 7sb 9d 6Sa 74b 84" 75b 9" Lemak Daging paha + dada %.6".03~ 0. 93d 0.98~ 0.84~ 0. 7fiib.00~ 0.72~ 0.66" 0.9" 0.59".42f Lemak Abdomen YO 3.09" 3.06" 2.8~~ 2.~9~ 2.0b. ~6~ 2.55C.36".42a 2.68".97~ 3.27" Keterangan: 4 L; L.5; L2:AraslisinlxNRC~994),.5xNRC(994)dart2xNRC(994) 4 Ml;M.5; M2:ArasMetioninlxNRC(994),.5xNRC(994)dan 2xNRC(994) 4 Perlalcuan I sampai X : Sumber protein hidrobsat bdu ayam. 4 Perlakuan X sampai XII : Sumber protein tepung ikan + Perlakurm i sampai XI : Suplemen 3% rniayak ikan lemuru 4 Perlakuan XII : Suplgnen 3% minyak kelapa 4 Peubah sejenis bersuperskrip sama, tidak berkda nyata psda F0.05 setelah diperbandingkan dengan uji kontras ortogonal I I Panjang Caeca cm 7. 7b 7.7~ 8.4C 8.4" 9.2d 20.9" 8.7~ 2.0" 2.4e 5." 4.2" 4.0" Lemak daging paha dan dada ayam yang paling rendah ditemui pada perlakuan XI (kontrol 2) yaitu sebesar 0.59% yang tidak berbeda nyata (Pc0.0) dengan perlakuan Vm (L2M.5) sebesar 0.72% dan dan IX G2M2) sebesar 0.66%. Untuk lemak daging perlakuan yang mengunakan karnitin rnemberikan nilai yang

13 paling baik sebagaimana yang dinyatakan oleh Wyatt dan Goodman (993) kamitin dapat mereduksi lemak karkas. Nampaknya untuk lemak daging perlakuan asam amino lisin dan metionin pada level yang paling tinggipun (L2M2) belum mampu memberikan lemak daging yang melebihi kamitin. Lemak Abdomen yang paling rendah ditemui pada perlakuan VIII (L2M.5) yaitu sebesar.36% diikuti oleh perlakuan IX (L2M2) sebesar.42% yang secara statistik tidak berbeda nyata. Lemak abdomen pada perlakuan Xl (kontrol 2, yang mengunakan karnitin) mencapai.97% berbeda nyata (P<0.0) dengan perlakuan VIII (L2M.5) dan IX (L2M2). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasit penelitian Wyatt dan Goodman (993) yang menyatakan bahwa pemberian lisin.25% dapat menurunkan lemak abdomen dan lemak karkas secara signifikan, pada penelitian ini penambahan lisin cukup tinggi yaitu 2 x NRC (994) yaitu sebanyak 2.20% dan ha ini cukup berpengaruh terhadap lipolisis, pendapat Mendonca dan Jansen (989) mengatakan bahwa kelebihan asam amino metionin dalam ransum dapat mengumngi deposisi lemak pada ayam broiler. Pada Tabel 9. memperlihatkan bahwa pengunaan tepung bulu Warn ransum nyata (P<0.0) mempengaruhi panjang caeca dibanding ransum kontrol, kontrol 2 dan kontrol 3 yang mengunakan tepung ikan, cenderung mempunyai panjang caeca yang lebih pendek. Ha ini sejalan dengan penelitian Bhargava dan Neil (974) yang menyatakan bahwa ukuran saluran pencemaan ayam pedaging yang menggunakan tepung bulu &lam ransumnya cenderung mempunyai kapasitas saluran pencemaan 3 persen lebih besar daripada ayam yang tidak mengunakan tepung bulu pada akhir minggu ke 8 penelitian. Panjang caeca pada perlakuan WII

14 (L2M.5) 2 cm, perlakuan IX (L2M2) 2.4 cm dan perlakuan VI (L.5M2) 20.9 cm tidak berbeda nyata diantant 3 perlakuan ini dan cendrung mempunyai caeca yang lebih panjang dibandingkan perlakuan lain yang tidak mengunakan tepung bulu. Di samping efek perlakuan asam amino Iisin dan metionin yang cukup juga mengakibatkan kapasitas saluran pencernaan meningkat yang juga mengakibatkan konsumsi pakan meningkat, sehingga konsumsi nutrien juga meningkat dan berkemungkinan juga di caeca masih terjadi penyerapan nutrien karena caeca sebagai pencernaan fermentatif yang dapat menyerap air berperan serta &lam termoregulasi dan osmoregdasi, bakteri yang hidup di dalamnya mampu membuat vitamin B komplek. Penga~h Perlakuan Ransum terhadap Asam Lernak Daging Pada Tabel 20. menunjukkan individu asam lemak pada daging ayam broiler yang dinyatakan dalam gram/00 gr asam lemak. Menurut struktur dan sifatnya asam lemak dapat dikelompokkan menjadi asam lemak jenuh dengan asarn lemak tidak jenuh, asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6. PengeIompokkan ini tentunya didasarkan pa& kepentingan biologi dan dengan mudah diambil pengertiaannya untuk menentukan langkah-langkah berikutnya. Hasil pengelompokkan ini &pat dilibat pa& Tabel 20. Asam lemak jenuh (SAFA) daging bervariasi antara 3.89% (kontrol2, yang mengunakan karnitin) sampai 36.77% (perlakuan kontrol3, yaitu yang mengunakan minyak kelapa). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang tertinggi 30.36% yang ditemui pada perlakuan yang mengunakan karnitin (kontrol2), sedangkan yang terendah ditemui pada perlakuan yang mengunakan minyak kelapa yaitu 22.87%.

15 Asam Iemak tak jenuh rantai ganda (PUFA) yang paling tinggi ditemui pa& perlakuan yang mengunakan karnitin (kontrol2) sebesa~ 37.3% dan yang terendah juga ditemui pada perlakuan yang mengunakan minyak kelapa sebesar 20.36% yang hanya berasal dari asam lernak linoleat. Untuk perlakuan yang mengunakan kombinasi lisin dan metionin (perlakuan I sampai IX) yang tertinggi ditemui pa& level lisin 2 kali NRC (994) dan metionin.5 kali NRC (994) yaitu sebesar 36.43%. Gabungan antara asam lemak talc jenuh tunggal (MUFA) dan asarn lemak tak jenuh jamak (PUFA) yang paling rendah ditemui pada perlakuan XII yaitu ransum yang mengunakan minyak kelapa sebesar 43.22%. Nilai yang paling tinggi ditemui pada periakuan XI yaitu ransum yang mengunakan karnitin sebesar 67.48%. Perlakuan yang mengunakan kombinasi asam amino lisin clan metionin yang paling tinggi kadar asam lemak talc jenuhnya ditemui pada perlakuan VIIl yaitu ransum level lisin 2 kali NRC (994) dan metionin.5 kali NRC (994) sebesar 65.32% dan nilainya belwn bisa menyamai karnitin untuk mencapai kadar asam lemak jenuh. yang paling tinggi. Dagng ayam broiler dari semua perlakuan kecuali perlakuan yang mengunakan minyak kelapa mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh (MUFA + PUFA) di atas 60%, ha tersebut sangat menguntungkan sebagai sumber asam lemak essensial pada manusia. Sedangkan asam lemak jenuh mta-mta di bawah 40% yang &pat mengendalikan kadar kolesterol darah, sehingga terhindar dari penyakit jantung koroner. Kandungan EPA (Eikopentaenoat acid) asam lemak omega 3 untuk semua perlakuan yang menggunakan minyak lemuru pada daging ayam ras pedaging

16 mengandung.59 f 0.25 % dan kandungan DHA (Dokosuheksnenoat acid) sebesar 3.2 f 0.40%. Perlakuan yang mengunakan minyak kelapa (kontrol 3) tidak mengandung EPA dan DHA.

17 Tabel 20. Pengelompokkan Asam Lemak Daging

18 Profil Asam Amino Lisin dan Metionin+ Sitein Darah Ayam Ras Pedaging Parameter perlakuan sebelumnya telah dimas bahwa keunggulan perlakuan L2M.5 memberikan petunjuk bahwa kadar lisin dan metionin optimal ransum adalah 2 x dan.5 x rekomendasi NRC (994). Menurut NRC (994), kadar lisin ransum ayam ras pedaging umur 0-3, 3-6, dan 6-8 minggu adalah.0,.oo dan 0.85%~~ sementara kadar metionin pada umur tersebut adalah dan 0.32%. Menurut penelitian ini, kadar lisin optimal pada umur itu adalah 2.20, 2.00 dan.70%, dan kadar metionin optimal 0.75, 0.57 dan 0.48%. Berdasarkan asurnsi bahwa 45% kebutuhan akan asam amino bersulfur (SAA) berasal dari sistein (Cys), rasio kadar SAAnys yang optimal lebih kurang 44.%. Tubuh temak dan orang dibekali dengan sistem regulasi homeostatik untuk mempertahankan kadar asam amino plasma darah (PAA) konstan. Kadar PAA dalam kondisi puasa (postubsortwe) dianggap normal, suatu ketetapan (set poinf). Sesudah ma- kadar PAA mencerminkan pola komposisi asam amino ransum yang dapat diserap ileum. Pola PAA dapat sama, lebih rendah, atau Lebih tinggi daripada ketentuan. Jika lebih ren- tubuh rnerombak protein cadangan (7uble protein reverse/untuk menutupi kekurangan. Jika berlebih asam amino yang berlebihan akan dioksidasi untuk memperoleh energi. Pola asam amino pda 4 jam sesudah makan, biasanya kernbali ke kadar normal. Jika asam amino yang dapat diserap berpola sama dengan kebutuhan ternak, rasio antara PAA pada 4 jam sesudah makan dengan PAA sebelum makan nilainya tidak akan jauh rnenyimpang dari.00.

19 Gambar 9. Rasio Kadar Metionin + Sistein Plasma Darah Ayarn Ras Pedaging antara 4 jam Sesudah Makan dengan Sebelum Makan pada Level Lisin Ransum lx,.5~ dan 2x NRC (994) Tampak &lam Gambar 9. bahwa pada kadar lisin ransum lx NRC (994, rasio antara metionin+sistein 4 jam sesudah makan dengan metionin+sistein sebelum makan meningkat sejalan dengan kenaikan kadar metionin ransum. Kelebihan metionin itu tidak akan dipakai untuk sintesis protein, melainkan dioksidasi. Ketika tisin ransum ditingkatkan, rasio tersebut cenderung turun mendekati nilai ideal.00. walaupun agak mar, masih dapat terlihat bahwa kadar metionin ransum berkadar lisin 2x NRC (994), nyaris menghasilkan rasio metio~n+sistein yang sama.00. maka dapat disimpulkan bahwa kadar optimal

20 lisin &lam ransum adalah 2x NRC (994) dan kadar metionin ransum yang ideal adalah.5~ NRC (994). Selain untuk memperbaiki nutrisi ransum, peningkatan kadar lisin dan metionin ransum bertujuan untuk menyedialcan bahan baku bagi sintesis karnitin. Histologi Hati dan Ginjal Derajat kerusakan (skor lesio) histologi hati dan ginjal yang diamati secara mikroskop~s dapat dilihat pada Tabel 22. Skor ini dibuat untuk memberikan gambaran tentang tingkat kerusakan yang terjadi pada organ hati dan ginjal ayam ras pedaging. Skor lesio ini terdiri dari skor 0, clan 2. Skor lesio 0 - menggambarkan pembahan yang terjadi pada organ hati dan ginjal ayam ras pedaging secara histologi masih dapat diterima dan ha ini biasa te rjadi pa& hewan hidup yang sehat, sedangkan skor lesio 2 menjelaskan kemsakan pada organ tersebut sedikit agak parah, tapi masih dapat diterima untuk &pat bertahan hidup dengan sehat sampai umur 8 minggu. Pemeriksan histologi pada perlakuan yang menggunakan level metionin 2x NRC (994) pada hati terlihat adanya degenerasi lemak yang parah dimana terdapat beberapa sel mengalami nekrosa clan tetjadinya pembendungan pembuluh dztrah pada vena sentralis. Pada ginjal ditemui adanya degenerasi sel-sel epitel tubuli ginjal dan te jadinya nekrosa glomerulus pada jaringan ikat antar tubuli, dimana jarak antar tubuli membesar atau terlepas serta adanya indikasi terjadinya pegendapan protein ditubuli ginjal.. Sementara itu perlakuan pada level lisin 2 x NRC (994) dan level metionin.5 x NRC (994) pada pengamatan parameter yang telah dibahas menghasilkan

21 pertumbuhan yang terbaik dan perlemakan yang paling baik. Setelah dilihat dari aspek histologi perlakuan L2M.5 ini tidak menimbulkan adanya endapan protein pada organ hati dan ginjalnya, hanya tejadi degenerasi lemak yang ringan. Hal ini mendukung parameter yang telah diuji pada pembahasan di depan, bahwa aras pemberian lisin 2x NRC (994) dan metionin.5~ NRC (994) memang memberikan hasil yang terbaik seperti terlihat pada Gambar 0. dan Gambar.. Gambaran histologi hati dan ginjal untuk perlakuan kontrol dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Tabel 2. Skor Lesio Histologi Organ Hati dan Ginjal Pa& Ayarn Ras Pedaging Umur 8 Minggu dari 2 Perlakuan Ransum Perlakuan Hati Skor Lesio Ginjal I. LlMl TI. LM.5 III. LlM2 2 2 IV L.5M V. L.5M.5 VI. L.5M2 2 2 W. L2M W. L2MI.5 DC. L2rn 2 2 X. Kontrol + L ; L.5 ; L2 : Aras lisin xnrc (994),.5 x NRC (994) clan 2 x NRC (994) + Ml;M.5;~rArasM&oninIxNRC (994), l.sxnrc(994)dan 2xNRC(994) + Perlakuan I sampai X : Smnber protein hidrolisat bulu ayam. + Peakua.u X: Sumber protein tepung ikan

22 Garnbar. Garnbaran Histologi Hati Ayam Ras Pedaging Umur 8 Minggu. (LI ; L.5 ; L2) : Level Lisin lxnrc (994),.5 xnrc (994) dan 2 x NRC (994). (MI; M.5 ; MZ): Level Metionin lx NRC (994),.5 x NRC (994) dan 2x NRC (994). Hampir Semua Perlakuan Mengalami Degenerasi Lemak. Perlakuan Level Metionin 2x NRC (994) Mengalami Degenerasi Lemak yang Lebih Parah, Beberapa Sel Hati Mengalami Nekrosa dan Terjadinya Pembendungan pa& Vena Sentralis. Pewarnaan HE. Semua Perlakuan Memakai Garis Skala = 235 pm, Kecuali Perlakuan L Ml Garis Skala = 7 pm.

23 Gambar 2. Gambaran Histologi Ginjal Ayam Ras Pedaging Umur 8 Minggu ( L ; L.5 ; L2) : Level Lisin lx NRC (994),.5 x NRC (994) dan 2 x NRC (994). (Ml; M.5 ; M2): Level Metionin lx NRC (994),.5 x NRC (994) dan 2x NRC (994). Perlakuan Level Metionin 2x NRC (994) Mengalami Degenerasi Sel-sel Epitel Tubuli Ginjal, Nekrosa Glomerolus, Jaringan &at Antar Tubuli, dan Terjadinya Pengendapan Protein di Tubuli Ginjal. Pewamaan HE dengan Garis Skitla =235 pm.

24 Gambar 3. Garnbaran Histologi Hati Ayam Ras Pedaging Umur 8 Minggu pada Perlakuan Kontrol I. Adanya Degenerasi Lemak yang Ringan dan Masih Termasuk dalam Taraf Sel Hati Ayam yang Normal. Pewarnaan HE. Garis SkaIa = 235 pm. Gambar - 4. Gambaran Histologi Ginjal Ayam Ras Pedaging Umur 8 Minggu pa& Perlakuan Kontrol. Adanya Degenerasi Lemak yang Ringan dan Masih Termasuk dalam Taraf Ginjal Ayarn yang Normal. Pewarnaan HE. Garis Skala = 235 pm.

25 Kuosien Respirasi Nilai kuosien respirasi (RQ) pada penelitian ini dapat kita lihat pada Tabel 22. Nilai Kousien Respirasi Ayam Ras Pedaging Umur 7 Minggu - Perlakuan RQ I. LlMl LT. LlM.5 LTI. LM2 IV. L.5M V. Ll.SM.5 VI. L.5M2 W. L2M VIII. L2M.5 IX. ~ 2 ~ 2 X. Kontrol XI. Kontrol 2 XI. Kontrol Keterangan: 4 L; L.5; L2:AraslisinlxNRC(994),.5xNRC(994)dan2xNRC(994) t Ml;M.5; M2:ArasMetioninlxNRC(994),.5xNRC(994)dan 2xNRC(994) t Perlakuan I sampai X : Sumber protein hidrolisat bulu ayam. + Perlakuan X sampai XU : Sumber protein tepung ikan t Perlakuan sampai XI : Suplemen 3% &yak ikan lemuru t Perlakuan XiI : Suplemen 3% minyak kelapa Nilai RQ lemak berkisar antara 0.8 sampai.4. Nilai RQ tertinggi ditemui pada perlakuan VIII (L2M.5) sebesar.4 yang kemudian diikuti oleh perlakuan IX (L2M2) sebesar.. Agak di luar dugaan, perlakuan iisin 2 x + Metionin.5 x NRC (994) ternyata menghasiikan RQ tinggi, bahkan ada yang lebih dari.00. Kejadian serupa juga diperlihatkan oleh ransum kontrol yang disuplementasi

26 karnitin (kontrol2) yang menghasilkan RQ.0. Kleiber (96 ) mengatakan bahwa nilai RQ bisa mencapai nilai lebih dari, seperti yang ditemui oleh Bleitrue pada tahun 90, Bleitue memberi makan angsa dengan biji-bijian dalam jumlah banyak, kemudian RQ angsa itu diukur. Ternyata RQ angsa itu.33. Nilai RQ yang melebihi.00 menandakan dalam tubuh ternak teijadi sintesis lemak dari karbohidrat. Kandungan oksigen karbohidrat lebih banyak daripada kandungan oksigen lemak. Ketika karbohidrat diubah menjadi lemak, kelebihan oksigennya memperkecil konsumsi oksigen, sehingga RQ mencapai nilai lebih dari. Met lx Met.SX Met 2x Level Metionin Ransum (x NRC. 994) Gambar 4. Kuosien Respirasi (RQ) Ayam Percobaan pada Kadar Lisin dan Metionin %,5x dan 2x NRC (994) Gambar 4. memperfihatkan bahwa RQ perlakuan lisin 2 x NRC + metionin.5 x NRC (994) paling tinggi (.4). Berarti pa& perlakuan ini tejadi sintesis lemak. Jika dilihat dari segi RQ, seharusnya ayam percobaan banyak mendeposisikan lemak. Akan tetapi, telah dijelaskan pada pembahasan di muka bahwa perlakuan lisin 2x + metionin.5 x NRC (994) menghasilkan parameter

27 perlemakan paling sedikit. Berkat ketersediaan lisin dan metionin yang optimal untuk biosintesis kamitin, lernak pakan dan tubuh mengalami oksidasi yang intensif sehingga lemak tubuh susut. Deplisi lemak tubuh menggugah sistem regulasi untuk mernbuat lemak tub& yang barn sehingga RQ meningkat. Akan letapi, sebagim besar lemak produk sintesis de novo itu dioksidasi untuk menghasikkan energi. Dengan demikian, perlemakan tubuh susut lagi. Pasokan energi berkelanjutan dari oksidasi lemak memungkinkan temak untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan konsumsi ransum lebih sedikit.

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 mernberikan dampak terhadap peningkatan populasi dan produksi peternakan. Ditinjau dari sea popuiasi ternak ayam ras petelur antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan harga daging ayam selalu fluktuatif. Menurut Prayugo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) merupakan salah satu unggas yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan produk daging dan telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk meningkatkan produksi daging sapi dalam upaya mencukupi kebutuhan protein hewani secara nasional, di samping kualitas yang baik juga diperlukan kontinuitas ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya bahan makanan bernilai gizi tinggi, berakibat meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi yang berasal dari

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang 1 NUTRISI UNGGAS 11/8/2016 Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang 11/8/2016 POKOK-POKOK BAHASAN 1. JENIS-JENIS NUTRISI UNGGAS

Lebih terperinci

Has i 1. Untuk melihat pengaruh kadar fosfatidilkolin pakan terhadap komposisi proksimat

Has i 1. Untuk melihat pengaruh kadar fosfatidilkolin pakan terhadap komposisi proksimat HASIL DAN PEMBAHASAN Has i 1 Komposisi Proksimat Tubuh Untuk melihat pengaruh kadar fosfatidilkolin pakan terhadap komposisi proksimat tubuh ikan kerapu tikus dilakukan analisis proksimat. Hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar dikonsumsi oleh masyarakat. Ayam broiler memiliki pertumbuhan daging yang cepat dalam waktu relatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L) Puyuh memiliki keunggulan tingkat adaptasi yang tinggi. Pemeliharaan puyuh lebih mudah, hemat tenaga kerja dan dapat diternakkan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan,

Lebih terperinci

UPAYA PENURUNAN LEMAK TUBUH AYAM BROILER MELALUI PENAMBAHAN METIONIN DAN LISIN SEBAGAI PREKURSOR KARNITIN DALAM RANSUM

UPAYA PENURUNAN LEMAK TUBUH AYAM BROILER MELALUI PENAMBAHAN METIONIN DAN LISIN SEBAGAI PREKURSOR KARNITIN DALAM RANSUM UPAYA PENURUNAN LEMAK TUBUH AYAM BROILER MELALUI PENAMBAHAN METIONIN DAN LISIN SEBAGAI PREKURSOR KARNITIN DALAM RANSUM Eli Ratni, Alfajri, Deri Afriko, Dwi Trizamadani, Surya Sandikha P Jurusan Nutrisi

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi minyak ikan dan L-karnitin pada ransum basal membuat kandungan energi pada ransum meningkat. Meningkatnya kandungan energi pada ransum basal akan mudah di manfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Broiler Broiler adalah ayam yang memiliki kemampuan menghasilkan daging yang cepat atau kecepatan pertumbuhanya sangat pesat sehingga dapat mencapai berat tertentu dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah sehingga sirkulasi darah terhambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Lemak Daging Ayam Broiler yang Diberi Probiotik Berbasis Susu Sapi dan Susu Kedelai Fermentasi. Hasil pengamatan kadar lemak daging ayam broiler pada peneitian dapat

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) 16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Nutrisi Dedak Gandum (Wheat Bran) setelah Fermentasi Berdasarkan hasil analisis proksimat yang disajikan pada Tabel 7, kandungan wheat bran yang difermentasi (WBF) mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di PENGANTAR Latar Belakang Domba termasuk ternak ruminansia kecil dengan potensi daging yang sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ubi Jalar Ungu Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

DHA dalam plasma sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK (RK-45) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ransum dengan CMEK (RM-45).

DHA dalam plasma sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK (RK-45) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ransum dengan CMEK (RM-45). 5 PEMBAHASAN UMUM Asam lemak nonesensial merupakan asam lemak hasil sintesa de novo dalam jaringan mamari dapat dihasilkan oleh sapi dengan pemberian ransum dengan konsentrat kadar protein kasar 14%, TDN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia beragam penempilanya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong manusia untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong manusia untuk PENGANTAR Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong manusia untuk melakukan perbaikan terhadap kehidupannya. Sekarang ini, masyarakat semakin peduli dengan makanan yang sehat. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan Latar Belakang 4 Untuk mampu berproduksi sesuai dengan potensi genetiknya, ternak unggul hasil pemuliaan dan bioteknologi memerlukan pakan berkualitas baik. Limbah serat merupakan sumberdaya yang tersedia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya ikan ini belum diimbangi dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung oleh produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan 27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel

Lebih terperinci

tercermin oleh besarnya potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia Dari tingkat produksi perikanan yang telah dicapai atau telah

tercermin oleh besarnya potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia Dari tingkat produksi perikanan yang telah dicapai atau telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan, berpotensi besar dibidang hasil perikanan. Potensi yang besar ini tercermin oleh besarnya potensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tantangan paling berat di bidang peternakan adalah pencegahan penyakit. Daya tahan tubuh ternak merupakan benteng utama untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Kuning telur

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Kuning telur BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Telur merupakan pangan asal hewani atau ternak yang memiliki nilai nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Kuning telur merupakan bagian telur yang

Lebih terperinci