BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Lelang Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia terbaik. (Wulfram I. Ervianto, 2005). Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi kontraktor atau penyedia jasa mengikuti lelang merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan, mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja dengan staf dan pekerja yang cakap (Iman Soeharto, 1997) Pengertian Partisipasi Lelang Partisipasi diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Selanjutnya partisipasi kontraktor didalam lelang diartikan sebagai peran perusahaan/kontraktor mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir lelang). Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiiki pertimbangan untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut didasarkan pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang

2 8 berperan dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya kondisi ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi lelang, dan karakteristik kontraktor itu sendiri. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan faktor-faktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang antara lain oleh: Ahmad dan Minkarah (1988), Shash dan Abdul Hadi (1993), Dozzi et. Al (1996), Dulaimi dan Shan (2002), Lowe dan Parvar (2004), yang kemudian dijadikan dasar untuk penelitian Siane Yuniawaty dan Yessy (2005) Tabel 2.1 Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang No Faktor-faktor 1 Besarnya Nilai Kontrak Proyek 2 Waktu yang diharapkan untuk penyelesaian proyek 3 Cash flow proyek 4 Lokasi proyek terletak pada daerah macet 5 Kemudahan akses jalan menuju lokasi proyek 6 Instansi pemerintah pemilik proyek 7 Tingkat kesulitan konstruksi proyek 8 Tingkat kesulitan kondisi lingkungan proyek 9 Proyek berlangsung saat musim hujan 10 Tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan 11 Jenis peralatan yang dibutuhkan selama proses pekerjaan berlangsung 12 Jumlah peralatan yang dibutuhkan selama proses pekerjaan berlangsung 13 Kontrak Lumpsum price 14 Kontrak Unit price 15 Kejelasan dokumen proyek 16 Modal yang dimiliki perusahaan untuk pengerjaan suatu proyek 17 Ketidakpastian dalam estimasi karena kurangnya informasi dan pengalaman 18 Tingkat Kepercayaan diri perusahaan dalam melaksanakan proyek 19 Ketersediaan pekerja proyek 20 Pengalaman proyek sejenis 21 Adanya hubungan dengan owner / mengenal owner proyek 22 Profit yang diperoleh dari proyek sejenis 23 Beban proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung 24 Ketersediaan subkontraktor yang kompeten dibidangnya 25 Sistem lelang non eprocurment 26 Sistem lelang eprocurement

3 9 Lanjutan Tabel Ketersediaan waktu untuk pemasukan penawaran 28 Sulit atau tidaknya syarat administrasi 29 Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian dokumen lelang 30 Jumlah kompetitor yang mengikuti lelang 31 Tingkat kompetisi dari competitor 32 Adanya permintaan jaminan penawaran dari owner 33 Ketersediaan proyek/pekerjaan lain disaat bersamaan 34 Kemungkinan perubahan aturan pemerintah selama proyek berlangsung 35 Resiko terhadap naik dan turunnya harga material (sumber : Siane Yuniawaty dan Yessy) Berhubungan dengan lelang elektronik, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang, ditambahkan dengan 24 faktor kondisi lelang elektronik. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari berbagai sumber antara lain : LPSE, dan artikel internet yang membahas mengenai lelang elektronik (Tabel 2.2). Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang dalam kondisi lelang elektronik No Faktor-faktor 1 Sulitnya proses registrasi untuk mendapatkan password dan username 2 Informasi lelang didapat dengan lebih mudah 3 Pengumuman lelang elektronik lebih transparan 4 Proses pendaftaran lelang lebih mudah dibandingkan cara konvensional 5 Tidak ada batasan bagi kontraktor yang memenuhi syarat untuk mengikuti lelang 6 Hanya penyedia jasa yang memenuhi syarat yang bisa mengikuti lelang 7 Antar peserta lelang tidak bisa saling menekan 8 Penghematan biaya yang dikeluarkan untuk proses lelang 9 Kemudahan komunikasi antara penyedia dan pengguna jasa secara online 10 Keamanan data lelang terjamin dengan kunci public pada system eprocurement 11 Proses aanwijzing secara elektronik lebih mudah 12 Dokumen penawaran hanya bisa dibuka oleh panitia yang memiliki otorisasi password 13 Proses pemasukan penawaran lebih mudah 14 Tidak adanya tatap muka antara pengguna dan penyedia jasa menghilangkan peluang KKN 15 Peningkatan kesempatan kerja bagi kontraktor

4 Lanjutan Tabel Lelang eprocurement menciptakan kompetisi yang adil 17 Proses lelang menjadi lebih baik, karena diawasi masyarakat luas yang mampu mengoperasikan internet 18 Data fiktif tidak bisa dipergunakan dalam lelang eprocurement 19 Perusahaan yang masuk daftar hitam bisa diketahui dengan mudah 20 Tidak ada batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha 21 Kurangnya kemampuan staf dalam teknologi informasi, komputer dan internet 22 Kurangnya peralatan pendukung lelang, seperti modem dan koneksi internet 23 Koneksi internet yang kurang baik menyebabkan dokumen pengadaan seringkali sulit untuk di download 24 Koneksi internet yang kurang baik menyebabkan dokumen penawaran seringkali sulit untuk di upload (sumber : LPSE dan artikel internet) Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah Menurut Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang proses dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Adapun ruang lingkupnya meliputi: 1. Pengadaan Barang/Jasa dilingkungan K/L/D/I dibiayai oleh dana dari APBN/APBD, baik sebagian atau seluruhnya 2. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan hukum milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah dibiayai oleh APBN/APBD, baik sebagian maupun seluruhnya. 3. Dana Untuk sumber pembiayaan juga mencakup pinjaman atau hibah dalam negeri yang diterima oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah.

5 Komponen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Komponen pengadaan barang dan jasa yang diadakan pemerintah dapat digolongkan menjadi : 1. Pengadaan Barang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, dan mahluk hidup 2. Pekerjaan konstruksi merupakan seluruh pekerjaan yang berhubungan dangan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnnya Pelaksanaan konstruksi bangunan meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan 3. Jasa konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware) seperti misalnya : jasa perencanaan, jasa perancangan, Jasa pengawasan dan juga jasa keahlian profesi lainnya 4. Jasa Lainnya merupakan jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skill ware) seperti misalnya jasa boga,jasa layanan kebersihan, dan jasa percetakan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilihat dari sistem pengadaannya pengadaan untuk jasa konstruksi dapat dibagi 3 yaitu : 1. Pelelangan, sistem pelelangan kemudian dibedakan atas tiga bagian

6 12 a. Pelelangan umum, dalam pelelangan umum pemerintah memberi kesempatan kepada masyarakat luas yang berminat dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang/tender. Agar masyarakat luas mengetahui adanya peluang ini, panitia membuat pengumuman resmi di media masa dan elektronik b. Pelelangan terbatas, bila pelelangan umum sulit dilaksanakan karena penyedia barang/jasa yang mampu mengerjakan diyakini terbatas dan pekerjaannya kompleks. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi atau resiko tinggi atau yang menggunakan peralatan yang didesain khusus atau bernilai diatas Rp ,00 c. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp.200 juta. Dalam metode pemilihan langsung panitia membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3(tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, dan telah lolos dalam negosiasi baik teknis maupun biaya. 2. Penunjukan langsung, dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria keadaan tertentu atau konstruksi khusus. Keadaan tertentu dimaksud pekerjaan yang berhubungan dengan pertahanan dan keamanan Negara, dan Bencana alam. Sedangkan konstruksi khusus yang dimaksud adalah pekerjaan kompleks dengan teknologi khusus atau pekerjaan konstruksi bangunan

7 13 yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas resiko kegagalan bangunan. 3. Pengadaan langsung adalah pengadaan dengan nilai tertinggi 100 juta rupiah. Pengadaan merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I,teknologi sederhana, resiko kecil, dan dilaksanakan oleh penyedia orang perseorangan atau badan usaha mikro usaha kecil serta koperasi Lelang Eprocurement Eprocurement atau lelang secara elektronik merupakan proses pengadaan barang/jasa dalam lingkup pemerintah yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap proses dan langkahnya. Dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah UU No.11 tahun 2008 tentang ITE, Keppres No.80 tahun 2003, dan Perpres No.54 tahun Tujuan dan Manfaat E-procurement Adapun tujuan dan manfaat eprocurement (sumber website pemerintah kota Denpasar) adalah : 1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan barang/jasa pemerintah 2. Menjamin persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi para pihak pelaku pengadaan barang/jasa 3. Menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat antar penyedia barang/jasa

8 14 4. Menciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur pemerintah dan menjamin terselenggaranya komunikasi online untuk mengurangi intensitas pertemuan langsung antara penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan dalam mendukung pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme 5. Memberi keadilan bagi seluruh peserta lelang baik peserta dari penyedia barang/jasa dengan kualifikasi kecil atau non kecil. 6. Memudahkan bagi peserta lelang untuk mengikuti semua tahapan lelang sesuai regulasi yang ada dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet) 7. Mengurangi dan menekan biaya dari keduabelah pihak Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kegiatan pengadaan secara elektronik dilingkungan pemerintahan ditangani oleh sebuah tim khusus yang disebut dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang disingkat LPSE. Sesuai dengan Perpres No. 54 tahun 2010 fungsi pelayanan LPSE antara lain: 1. Administrator sistem elektronik 2. Unit registrasi dan verifikasi pengguna 3. Unit layanan pengguna LPSE bertugas untuk membangun system e-procurement, memberikan username dan password, dan memberikan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat, serta menjaga sistem e-procuremement berjalan dengan baik. LPSE juga berfungsi sebagai penghubung antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau panitia lelang dengan pihak penyedia jasa.

9 15 Hubungan yang dilakukan antara LPSE dan penyedia jasa sebagian besar dilakukan secara online, hubungan secara offline hanya dilakukan pada saat pendaftaran kembali atau untuk memverifikasi kebenaran dokumen yang telah didaftarkan secara online. Berikut merupakan alur proses penyedia jasa dari proses awal pendaftaran untuk mendapatkan user name dan password hingga proses lelang berlangsung ditunjukkan dalam Gambar 2.1

10 16 MULAI DAFTAR ONLINE DAN OFFLINE MENDAPATKAN USERNAME DAN PASSWORD UNTUK LOGIN LOGIN DAFTAR LELANG SETELAH ADANYA PENGUMUMAN LELANG DOWNLOAD DOKUMEN LELANG AANWIJZING UPLOAD DOKUMEN KUALIFIKASI UPLOAD DOKUMEN PENAWARAN EVALUASI PANITIA PENGUMUMAN PEMENANG MASA SANGGAH PENETAPAN PEMENANG APABILA TIDAK ADA SANGGAHAN SELESAI Gambar 2.1 Proses Lelang E-procurement (sumber : LPSE)

11 Definisi Internet Internet (Inter-Network) merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomnunikasi dan sumber daya informasi untuk pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi komunikasi langsung ( , chat), diskusi (Usenet News, , milis), sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya. Local Area Network biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot. Berbeda dengan Jaringan Area Luas atau Wide Area Network (WAN), maka LAN mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Mempunyai pesat data yang lebih tinggi b. Meliputi wilayah geografi yang lebih sempit c. Tidak membutuhkan jalur telekomunikasi yang disewa dari operator telekomunikasi

12 Hubungan Kerja Kontraktor dalam Proyek Konstruksi Kontraktor merupakan orang/badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan (Wulfram I,Ervianto). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak yaitu pihak pemiik proyek (owner), pihak konsultan, dan pihak kontraktor. Hubungan kerja antar pihak penyelenggara pembangunan dapat diskemakan seperti gambar berikut (Wulfram I,Ervianto) KONTRAK Pemiik proyek PENGGUNA JASA BANGUNAN KONTRAK JASA BIAYA PENYEDIA JASA BIAYA Konsultan PERSYARATAN TEKNIS REALISASI Kontraktor PERATURAN PELAKSANAAN Gambar 2.2 Hubungan Kerja Unsur-unsur Pelaksana Proyek (sumber: wulfram I, Ervianto)

13 19 Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor diatur sebagai berikut: 1. Konsultan perencana dengan pemilik proyek, Ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya atas jasa konsultasi yang diberikan oleh konsultan. 2. Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan ke dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan jasa professional kontraktor. 3. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan. Didalam proyek pemerintah hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah, bisa berupa peraturan menteri atau peraturan presiden, yang dituangkan di dalam RKS dan Kontrak kerja proyek Kualifikasi Kontraktor menurut LPJK Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) merupakan lembaga independen yang menjalankan fungsi sebagai penyelenggara peran masyarakat jasa konstruksi yang memiliki kepentingan dan kegiatan yang berhubungan dengan usaha

14 20 dan pekerjaan jasa konstruksi. Dasar hukum dari pembentukan LPJK adalah UU no. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi. Salah satu wewenang LPJK adalah memberikan akreditasi kepada perusahaan untuk kualifikasi badan usaha. Sesuai dengan peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) No. 11 tahun Penggolongan kualifikasi jasa didasarkan pada kreteria tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha terdiri dari kecil, menengah dan besar, kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kreteria resiko dan kreteria penggunaan teknologi. Selanjutnya LPJK menggolongkan kualifikasi jasa pelaksana kedalam gred: 1. Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari: a. Kualifikasi gred 2 dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai juta 3) Memiliki kekayaan bersih juta 4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang 5) Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 2 tahun 6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung 7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.

15 21 b. Kualifikasi grade 3 dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai juta 3) Memiliki kekayaan bersih juta 4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang 5) Penanggun jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 5 tahun 6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung 7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. c. Kualifikasi grade 4 dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 Milyar 3) Memiliki kekayaan bersih 400 juta-1 Milyar 4) Penanggung jawab usaha 1 orang 5) Penanggun jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman minimal 10 tahun 6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung 7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta

16 22 benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. 2. Kontraktor kualifikasi menengah (grade 5) dengan karakteristik antara lain: a. Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar 10 Milyar c. Mempunyai kekayaan bersih 1 Milyar-10 Milyar d. Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang e. Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun f. Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung h. Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya dapat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan sedikit peralatan berat serta memerlukan sedikit tenaga ahli. i. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha kecil minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir. 3. Kontraktor dengan kualifikasi usaha besar terdiri dari a. kontraktor kualifikasi gred 6 dengan karakteritsik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai >1Milyar-25 Milyar

17 23 3) Mempunyai kekayaan bersih 3 Milyar -25 Milyar 4) Mrmiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang 5) Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun 6) Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun 7) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung 8) Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil. 9) Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha menengah minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir. b. Kontraktor dengan kualifikasi gred 7 termasuk badan usaha asing yang membuka kantor perwakilan dengan karakteristik antara lain: 1) Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan 2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar tidak terbatas 3) Mempunyai kekayaan bersih 10 Milyar- tidak terbatas 4) Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang 5) Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dengan pengalaman kerja minimal 8 tahun 6) Memiliki penanggung jawab bidang 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun

18 24 7) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung 8) Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaanya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil. 9) Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha besar minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir. Berikut merupakan tabel statistik badan usaha menurut golongan di Provinsi Bali tahun 2008 ditunjukkan dalam Tabel 2.3 Tabel 2.3 Statistik Badan Usaha Tahun 2008 daftar menurut Golongan Provinsi Bali No Kabupaten/Kota K M B Jumlah 1 Kab. Jembrana Kab. Tabanan Kab. Badung Kab.Gianyar Kab. Klungung Kab. Bangli Kab. Karangasem Kab. Buleleng Kota Denpasar Jumlah (sumber : LPJK)

19 Sampling Sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk keperluan penelitian. Terdapat berbagai macam teknik sampling yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: probability sampling dan non probability sampling. Adapun halhal yang berhubungan dengan sampling antara lain: Populasi Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan/individuindividu) yang karakteristiknya hendak diduga (pangestu subagyo, 2005). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (sugiyono,2010) Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasi) (pangestu subagyo, 2005). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang ada pada populasi itu. (sugiyono,2010).

20 Teknik sampling Menurut (sugiyono, 2010). Ada beberapa teknik sampling yang umum digunakan ditampilkan dalam bentuk gambar. Teknik Sampling Probability sampling Non Probability sampling 1. Simple random sampling 2. Proportionate stratified random sampling 3. Disproportionate stratified random sampling 4. Area (cluster) sampling / sampling menurut daerah 1. Sampling sistematis 2. Sampling kuota 3. Sampling incindental 4. Purposive sampling 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling Gambar 2.3 Teknik Sampling (sumber: sugiyono)

21 Skala Pengukuran Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (sugiyono, 2006). Ada beberapa macam skala pengukuran antara lain: 1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. 2. Skala Guttman Skala Gutman digunakan apabila peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Dalam skala Gutman hanya ada dua interval yaitu, setuju atau tidak setuju, bisa juga dinyatakan dengan skala nilai 0 dan Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan tekniknya pengumpulan data dapat dibagi tiga antara lain: 1. Wawancara (interview) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil

22 28 2. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur. Kuesioner cocok digunakan bila responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat diberikan langsung kepada responden atau dikirim melalui pos atau internet. 2.5 Analisis Data Analisis data adalah suatu proses pengolahan data yang diperoleh dari hasil survey lapangan didalam suatu penelitian. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. (Sugiyono, 2010) Didalam penelitian ini metode analisis data dilakukan antara lain: Analisis Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya (Sugiyono, 2010). Pada statistik desktriptif data hasil penelitian disajikan dalam tabel, grafik, dan diagram.

23 Analisis Korelasi Product Moment Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono 2006). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus rxy ( XY X 2 Y Dimana : 2 ) (2.1) rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y X = deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X) Y = deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y) Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut, dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus rxy [n n xy ( x)( y) x ( x) ][n y ( y) 2 ] (2.2) Dimana rxy = koefisien korelasi x y n = variabel bebas = variabel terikat = jumlah sampel Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif sempurna,

24 30 apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r =1 berarti korelasinya sangat kuat. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien atau ketentuan dari nilai r yang telah dihitung dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 2.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi NO INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN 1 0,00-0,199 Sangat rendah 2 0,20-0,399 Rendah 3 0,40-0,599 Cukup kuat 4 0,60-0,799 Kuat 5 0,80-1,00 Sangat kuat (Sumber: Sugiyono,2006) Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen r t n 2 (2.3) 2 1 r Dimana : t = nilai t hitung r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah sampel Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan (α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n -2 memiliki kaedah keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung < t tabel berarti tidak valid.

25 31 1. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya 2.rb ri 1 rb (2.4) Dimana : ri = reliabilitas internal rb = nilai korelasi product moment Kaidah keputusan jika ri hitung > t tabel berarti reliabel, jika ri hitung < t tabel berarti data tidak reliabel Analisis Regresi Analisis regresi secara umum digunakan, untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, sehingga akan dapat diputuskan apakah perubahan variabel dependen dipengaruhi oleh perubahan variabel independen. Jenis regresi linier ada dua yaitu: 1. Analisis regresi linier sederhana Regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis suatu variabel dependen dengan satu variabel independen. Secara umum bentuk persamaannya adalah: Y = a + bx (2.5) Dimana Y = subjek dalam variabel yang diprediksikan a = harga Y bila x = 0 (harga konstan)

26 32 b = angka arah koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independern x = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu 2. Analisis regresi linier berganda Analisis regresi linier berganda yaitu didasarkan pada hubungan fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Persamaan umum dari analisis regresi linier berganda adalah Y = a +b1 X1+b2 X2 + b3 X3 +b4 X4+..+bn Xn (2.6) Dimana Y = subjek dalam variabel yang diprediksikan a b1,b2,b3,b4..bn X1,X2,X3,X4 = harga Y bila x = 0 (harga konstan) = Koefisien regresi = Variabel bebas Analisis Faktor Analisis faktor adalah suatu analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan untuk menjelaskan suatu masalah. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen untuk kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis konsep faktor utama, atau biasa disebut exploratory factor analysis (Johnson, 2002

27 33 dalam Yasa Mahendra I.G..B.K, 2007). Adapun tahapan dalam analisis faktor sebagai berikut: 1. Memilih variabel yang Layak untuk Analisis Faktor Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Jika sebuah variabel mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk kelompok faktor, maka variabel tesebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso, 2004). Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan, nilai KMO dan nilai MSA a. Nilai KMO (Keiser-Meyer-Olkin) Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO. Nilai tersebut harus lebih besar dai 0,5 dengan signifikan < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa faktor tersebut tidak layak digunakan. b. Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency) Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono,2000). Nilai MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria :

28 34 1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain 2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut 3) MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari kelompok variabel 2. Susun Ekstraksi Variabel Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian dari variabel-variabel yang dianalisis. Nilai eigen (eigen value) kurang dari 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor (santoso, 2004). 3. Rotasi Kelompok Faktor Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen (Component Matrix) yang dihasilkan. 4. Menamakan Kelompok Faktor Langkah selanjutnya setelah terbentuk kelompok faktor dilanjutkan dengan memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus dalam

29 35 penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya mencerminkan variabel-variabel yang tergabung / terbentuk didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan setelah tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Pemilihan Kontraktor Dalam industri konstruksi, ada dua pihak yang sangat berperanan penting, yaitu owner dan kontraktor. Dimana owner adalah orang atau badan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau

Lebih terperinci

Kata kunci: Gugurnya Penawaran, E-Procurement, Pekerjaan Jasa Konsultan

Kata kunci: Gugurnya Penawaran, E-Procurement, Pekerjaan Jasa Konsultan ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GUGURNYA PENAWARAN PENGADAAN JASA KONSULTAN PERENCANA DIKOTA MALANG DITINJAU DARI PEMENUHAN PERSYARATAN PENGADAAN Oleh: Rizki Arisandy 0910613059 Mulai

Lebih terperinci

PARTISIPASI KONTRAKTOR DI KOTA DENPASAR DALAM LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

PARTISIPASI KONTRAKTOR DI KOTA DENPASAR DALAM LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK PARTISIPASI KONTRAKTOR DI KOTA DENPASAR DALAM LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK I Md. Suciptapura 1,I G. A. Adnyana Putera 2, Mayun Nadiasa 2 Abstrak: Lelang elektronik merupakan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang *Email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan/tender. Proses ini menjadi sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan barang/ jasa atau lebih dikenal dengan pelelangan merupakan salah satu proses pada proyek tertentu, seperti proyek pemerintah yang berskala besar. Pengadaan barang/

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang sarat akan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu kali dan umumnya dengan jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2005). Proyek

Lebih terperinci

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Bahwa dalam penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELETIAN

BAB III METODE PENELETIAN BAB III METODE PENELETIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMK Negeri 12 Bandung, Jl. Pajajaran No. 24 Bandung. 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lingkup Penelitian Pada bab ini akan dibahas metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi penelitian,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PANITIA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI FISIK DI KABUPATEN JEMBER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PANITIA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI FISIK DI KABUPATEN JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PANITIA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI FISIK DI KABUPATEN JEMBER Hernu Suyoso 1), Agoes Soehardjono 2), As ad Munawir 3) 1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI Oleh : SUWARDI 06 172 030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai hubungan waktu kerja terhadap hasil kerja ini dilaksanakan di SMK Taruna Mandiri Cimahi, yang beralamatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Proyek Konstruksi II.5.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Arikunto (2002:136), Metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Arikunto (2002:136), Metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Penelitian Metode penelitian menurut Arikunto (00:136), Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Sedangkan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI

MANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI MANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI A. TUJUAN PELAKSANAAN PENGADAAN Tujuan pelaksanaan pengadaan menurut Peraturan Presiden no. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, dimana metode ini merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/Jasa Menurut Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, bahwa Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan

Lebih terperinci

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono ** PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono ** INTISARI Tujuan disajikannya makalah ini adalah agar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI E-PROCUREMENT BERDASAR KEPPRES 80 TAHUN 2003 DENGAN MEMPERGUNAKAN REQUIREMENT MODEL (RQM)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI E-PROCUREMENT BERDASAR KEPPRES 80 TAHUN 2003 DENGAN MEMPERGUNAKAN REQUIREMENT MODEL (RQM) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI E-PROCUREMENT BERDASAR KEPPRES 80 TAHUN 2003 DENGAN MEMPERGUNAKAN REQUIREMENT MODEL (RQM) Khakim Ghozali (1), Aris Tjahyanto (2) Jurusan Sistem Informasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka. Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang akan digunakan sehingga akan mempermudah langkah-langkah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. yang akan digunakan sehingga akan mempermudah langkah-langkah penelitian. 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Didalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan sehingga akan mempermudah langkah-langkah penelitian. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Populasi yang dijadikan obyek penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Yogyakarta, Surakarta,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Kantor Cabang Pembantu Blitar yang beralamatkan dijalan Tentara Gene Pelajar

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode 39 III. METODELOGI PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto Kabupaten Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/ III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/ jasa terhadap pelaksanaan e-procurement di Propinsi Lampung. Jenis data pada

Lebih terperinci

RISALAH PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN PEMILIHAN SELEKSI SEDERHANA JASA KONSULTASI PENGAWASAN

RISALAH PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN PEMILIHAN SELEKSI SEDERHANA JASA KONSULTASI PENGAWASAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS I MEDAN II Jl. K. L.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Konstruksi Manajemen konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pemilihan lokasi didasarkan atas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalanpersoalan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01

Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01 Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01 ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan adanya metode penelitian, metode penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan dalam mendapatkan data dari penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar Bangunan Gedung II terhadap Kesiapan Siswa SMK

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya 44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bandung. Dalam penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01 Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa Telp. (024) 8508081, 86458337, Fax. (024) 85081. http://www.unnes.ac.id 2 dari 8 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan agar proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Surakarta kelas VII Tahun Pelajaran 2015/2016.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu Pengetahuan Kewirausahaan (X 1 ), Lingkungan Sekolah (X ) dan Pengalaman Praktek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang lokasi dan subjek populasi / sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain III. METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain yang perlu juga dibahas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah studi yang meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia yang terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada suatu penelitian terdapat berbagai macam metode penelitian yang digunakan, pemilihannya sangat tergantung pada prosedur, alat serta desain penelitian

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu I Nyoman Iwan Surya (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan penelitian survei yang bersifat menjelaskan hubungan kausal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. internal dan efektivitas pengendalian internal pada kantor pusat BPRS. Peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. internal dan efektivitas pengendalian internal pada kantor pusat BPRS. Peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah peran auditor internal dan efektivitas pengendalian internal pada kantor pusat BPRS. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepuasan pemakai jasa Warnet. Untuk itu dalam penelitian ini akan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT TERHADAP PELAKSANAAN PROYEK KONTRUKSI DI KABUPATEN GARUT (STUDI KASUS LINGKUP PEKERJAAN UMUM KABUPATEN GARUT) Ratu Mafas Sukmalaras 1, Agus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan data yang dikualifikasikan/dikelompokkan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG Made Respawan 1, I K. Sudarsana 2, Mayun Nadiasa 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu sebuah sifat atau nilai dari orang, kegiatan yang mempunyai variasi yang ditetapkan peneliti dalam rangka untuk diteliti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan bagian yang harus diperhatikan bagi peneliti supaya dapat mempermudah proses

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan analisa kuantitatif. Adapun penelitian asosiatif bertujuan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Penelitian kuantitatif yang digunakan menggunakan rumusan masalah asosiatif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

Lebih terperinci

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa MANUAL PROCEDURE Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 M Manual Procedure Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa Unit Layanan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah tenaga kerja dengan UMP yang ada di DKI Jakarta. Alasan penulis memilih tenaga kerja sebagai objek untuk diteliti,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. yang diperoleh dari penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai

BAB IV METODE PENELITIAN. yang diperoleh dari penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai 29 BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR 1. Latar Belakang Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. nasabah bank umum yang diambil secara acak di DIY. pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. nasabah bank umum yang diambil secara acak di DIY. pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Unit analisis pada penelitian ini adalah nasabah bank umum yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Objek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Subjek penelitian adalah akuntan yang bekerja di KAP.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian penulis meneliti pengaruh diferensiasi produk dan saluran

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian penulis meneliti pengaruh diferensiasi produk dan saluran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian penulis meneliti pengaruh diferensiasi produk dan saluran distribusi terhadap pendapatan pengusaha tahu cibuntu di kecamatan Bandung kulon

Lebih terperinci