*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
|
|
- Sri Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN PERILAKU BERISIKO HIV/AIDS PADA TERPIDANA KASUS NARKOBA DI LAPAS KLAS IIA KOTA MANADO TAHUN 2017 Stevi Langi*, Angela F. C. Kalesaran*, Sekplin A. S. Sekeon* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia yang berhasil dilaporkan pada Triwulan III (Juli-September) tahun 2016 menunjukkan terdapat banyak orang yang terinfeksi dengan HIV/AIDS. Di Sulawesi Utara kasus HIV/AIDS dari tahun 1997 sampai dengan bulan Desember 2016 terdapat banyak kasus. Terlebih khusus di Kota Manado. Di Lapas Klas IIA Kota Manado terdapat 3 kasus HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko HIV/AIDS pada terpidana kasus narkoba di Lapas Klas IIA Kota Manado. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif-kualitatif (Mixed Methods). Sampel penelitian sebanyak 91 narapidana kasus narkoba sedangkan yang menjadi informan 6 orang. Variabel yang diteliti yaitu perilaku seksual, penggunaan narkoba suntik dan pembuatan tato. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, pedoman wawancara dan alat perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54 narapidana yang melakukan hubungan seksual di luar lapas diantaranya 8 responden yang tidak menggunakan kondom, 12 responden yang berganti-ganti pasangan, dan 3 responden yang melakukan anal seks. 52 responden yang menggunakan narkoba di luar lapas dengan cara tidak disuntikkan. 32 respoden yang memiliki tato. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat perilaku berisiko HIV/AIDS pada terpidana kasus narkoba terkait perilaku seksual. Kata Kunci: Perilaku Berisiko HIV/AIDS, Terpidana Kasus Narkoba ABSTRACT Amount number of HIV/AIDS cases in Indonesian reported in 03 of 2016 shows that there are many people infected with HIV/AIDS. In North Sulawesi the case of HIV/AIDS from 1997 to December 2016 as much as infected. Especially in Manado City. In Prison class 2A of Manado there were 3 cases of HIV/AIDS. This research was conducted to determine the description of HIV/AIDS behavior contained on convicted drug cases in prison class 2A of Manado. The kind of research are description study with qualitative-quantitative method (mixed methods). The sample of research are 91 inmate of drug case while the informant are 6 person. The variables studied were sexual behaviot, injecting drug and tattooing. Instruments used are questionnaires, interview guides and voice recorder. The result of research shows the are 54 inmates who have sex outside of prison include 8 respondents who do not use condoms, 12 respondents who alternate couples and 3 respondents who do anal sex. 52 respondents who use drug outside of prison by not injection. The conclusion in this research in there is risky behavior of HIV/AIDS in convicted drug cases related sexual behavior. Keywords : Risk Behavior of HIV/AIDS, Convicted Drug Cases 1
2 PENDAHULUAN Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia yang berhasil dilaporkan pada Triwulan III (Juli-September) tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah kasus terinfeksi HIV yang dilaporkan sebanyak orang. Infeksi HIV yang dilaporkan berdasarkan kelompok umur yaitu paling banyak pada umur tahun (69%). Presentase infeksi HIV menurut jenis kelamin yang dilaporkan paling tinggi yaitu pada jenis kelamin laki-laki (65%) (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2016). Kasus HIV di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 1997 sampai dengan bulan Desember tahun 2016 sebanyak 734 orang dimana paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki (52%) dan kelompok (49,3%). Jumlah kasus menurut pekerjaan, paling tinggi yaitu pada swasta/wiraswasta dan IRT (Ibu Rumah Tangga) 183 orang. Presentase penderita HIV menurut faktor risiko paling banyak terjadi pada heteroseksual (76%), homoseksual (13%), pengguna Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lain/injecting Drug User (NAPZA/IDU) (6%), perinatal (4%), biseksual (1%) (Dinkes Sulut, 2016). Manado merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kasus HIV/AIDS pada tahun 1997 sampai dengan bulan Desember 2016 di 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Manado menduduki urutan pertama dengan jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak yaitu 831 penderita. Diantaranya 262 kasus dengan penderita HIV (36%) sedangkan untuk jumlah kasus AIDS yaitu sebanyak 569 penderita dengan presentase (37%) (Dinkes Sulut, 2016). Perilaku berisiko terkait perilaku seksual, penggunan jarum suntik, dan pembuatan tato merupakan salah satu faktor yang berisiko menularkan HIV/AIDS. Pengambilan data awal di Lapas Klas IIA Manado dengan melihat profil jumlah narapidana menunjukkan sampai pada bulan Maret tahun 2017 terdapat 545 narapida yang ditahan. Jumlah narapidana berdasarkan jenis kelamin paling banyak yaitu berjenis kelamin laki-laki yaitu 536 orang. Terpidana kasus narkoba berjumlah 91 orang terdiri dari 87 laki-laki dan 4 perempuan. Jumlah kasus HIV di Lapas Klas IIA Kota Manado Tahun 2016 berdasarkan data rekam medik di Lapas, menunjukkan bahwa terdapat 3 orang penderita HIV/AIDS. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu penelitian dengan metode kuantitatif-kualitatif (Mixed Methods). Penelitian dilaksanakan di Lapas Klas IIA Kota Manado pada bulan April tahun Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh terpidana kasus narkoba di Lapas Klas IIA Kota Manado. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 91 responden, diambil dengan cara total sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan di Lapas Klas IIA Kota Manado dengan jumlah 91 responden terpidana kasus narkoba. Pada saat pengambilan data peneliti hanya 2
3 mendapatkan 54 responden karena pada saat pengambilan data hari pertama hanya mendapatkan 11 orang responden dari 30 narapidana yang terkumpul. Kemudian hari kedua hanya mendapatkan 5 responden begitu pun hari-hari berikutnya sampai terkumpul 54 responden. Hal tersebut dikarenakan narapidana yang lain tidak bersedia menjadi responden. Selain itu, waktu yang diberikan oleh pihak Lapas pada peneliti hanya dua jam perhari. Begitu pula dengan pengambilan data untuk metode kualitatif pada saat rancangan penelitian, peneliti merancangkan bahwa akan diambil 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang akan diwawancarai tetapi pada saat pengambilan data kuantitatif, peneliti hanya mendapatkan 1 orang responden yang berjenis kelamin perempuan. Oleh sebab itu, peneliti memutuskan untuk mengambil 1 orang respoden perempuan dan 5 orang responden laki-laki yang dijadikan informan. Karakteristik Responden Berdasaran Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, terdapat 53 resonden (99%) berjenis kelamin laki-laki dari seluruh total responden. Jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 1 1 Karakteristik Responden Berdasaran Umur Pada distribusi karakteristik umur, responden terbanyak yaitu berumur tahun yaitu 23 (43%) respoden, sedangkan yang paling sedikit yaitu responden yang berumur tahun. Umur responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Umur n % Karakteristik Responden Berdasaran Pendidikan Untuk karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, yang paling banyak yaitu tamat SMA sebanyak 37 responden (68%), sedangkan yang paling sedikit yaitu tamat D3/S1 sebanyak 3 responden (6%). Pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut: 3
4 Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan n % Terakhir SD 1 2 SMP SMA D3/S1 3 6 Responden Yang Melakukan Hubungan Seks Dapat diketahui bahwa seluruh responden yang berjumlah 54 orang (100%) pernah melakukan hubungan seksual. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Responden yang pernah melakukan hubungan seksual. Berhubungan n % Seks Ya Lokasi Saat Berhubungan Seks Diketahui bahwa seluruh responden (100%) melakukan hubungan seks saat berada di luar Lapas. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Distribusi responden lokasi saat berhubungan seks. Lokasi Saat n % Berhubungan Seks di luar Lapas Penggunaan Kondom Terdapat 46 responden (85%) yang melakukan hubungan seks tidak menggunakan kondom. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Distribusi responden terkait penggunaan kondom saat berhubungan seks. Menggunakan n % Kondom Ya 8 15 Tidak Jumlah Pasangan Seks Dapat diketahui bahwa dari 54 responden (100%) yang melakukan hubungan seksual, diantaranya terdapat 12 responden (22%) yang memiliki pasangan seks lebih dari satu. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Distribusi responden terkait memiliki pasangan seks lebih dari satu atau bergantiganti pasangan. Pasangan Seks n % Lebih Dari Satu Ya Tidak Seks Jenis Anal Terdapat 3 responden (6%) yang melakukan seks jenis anal. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Distribusi responden terkait seks jenis anal. Anal Seks n % Ya 3 6 Tidak
5 Frekuensi Berhubungan Seks Pada tabel 9 di bawah ini, menunjukkan bahwa dari 54 responden diantaranya terdapat 26 responden (48%) yang paling banyak melakukan hubungan seks 2 kali dalam seminggu. Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan frekuensi berhubungan seks dalam seminggu. Frekuensi n % Behubungan Seks (Seminggu) 1 Kali Kali > 2 Kali Responden Yang Menggunakan Narkoba Diketahui bahwa dari 54 narapidana, sebagian besar (96%) terpidana kasus narkoba pernah memakai narkoba dan 2 responden (4%) bukan sebagai pengguna. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan penggunaan narkoba. Memakai n % Narkoba Ya Tidak 2 4 Lokasi Saat Menggunakan Narkoba Presentase berdasarkan lokasi menggunakan narkoba, secara keseluruhan (100%) menggunakan narkoba pada saat berada di luar Lapas. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Distribusi responden lokasi saat menggunakan narkoba. Lokasi Saat n % Menggunakan Narkoba di luar Lapas Total Jenis Narkoba Yang Digunakan Dapat diketahui berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dari 52 responden yang menggunakan narkoba, 21 responden (40%) diantaranya paling banyak menggunakan narkoba jenis amphetamine. Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan jenis narkoba yang digunakan. Jenis Narkoba N % Amphetamine Methadone 5 9 Extasi 6 12 Heroin 3 6 Lainnya (ganja, lysergic acid diethylamide) Total Cara Menggunakan Narkoba Tabel 13 menunjukkan bahwa semua responden (100%) tidak ada yang pernah menggunakkan narkoba suntik. Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan cara mengunakan narkoba. Cara N % Menggunakan Tidak disuntikkan Total
6 Responden Yang Memiliki Tato Dapat diketahui bahwa dari 54 responden terdapat 32 responden (59%) yang memiliki tato. Dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 14. Distribusi yang memiliki tato. Memiliki Tato n % Ya Tidak Lokasi Saat Membuat Tato Pada tabel 15 menunjukkan bahwa 32 orang yang memiliki tato, mereka membuat tato tersebut saat berada di luar Lapas. Tabel 15. Distribusi responden berdasarkan lokasi saat mereka membuat tato. Lokasi n % Pembuatan Tato di luar Lapas Total Jarum Yang Digunakan Untuk Membuat Tato Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa dari 32 responden (100%) yang memiliki tato, mengetahui bahwa jarum yang digunakan untuk membuat tato tersebut adalah jarum yang baru. Tabel 16. Distribusi responden terpidana berdasarkan jarum yang digunakan. Jarum Yang n % Digunakan Baru Total Alasan Melakukan Hubungan Seksual Melalui wawancara tambahan diketahui bahwa responden melakukan hubungan seksual karena nikmat, keinginan, napsu, kebutuhan, cinta dan merasa diri normal bila berhubungan seksual. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berkikut : yang jelas, yang pertama kebutuhan. Kita rasa itu noh (SA, 42 th) (yang jelas, itu merupakan kebutuhan. Saya rasa seperti itu) sadap noh.. Tidak ada cuma sadap (AH, 43 th) (nikmat.. Tidak ada lain selain nikmat) normal (MR, 24 th) (normal) karna kiapa kang.. Sayang noh berupa cinta (DP, 28 th) (karena apa ya. sayang berupa cinta) karna napsu noh (SH, 33 th) (ya, karena napsu) karna keinginan, ehh.. Cuma keinginan (BR, 23 th) (karena keinginan, hanya keinginan) Alasan Tidak Menggunakan Kondom Hasil wawancara terkait alasan tidak menggunakan kondom karena merasa tidak nikmat, ingin mempunyai keturunan, kendala waktu untuk membeli dan merasa dirinya setia. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut : nda bagus kalo pake kondom.. Untuk mendapatkan turunan (AH, 43 th) (tidak baik kalau memakai kondom.. Untuk mendapatkan keturunan) tidak enak noh.. (MR, 24 th) 6
7 (tidak nikmat) karna memang Cuma dia noh.. Nda ada pikiran mo apa deng orang laeng (DP, 28 th) (karena memang hanya dia.. Tidak ada pikiran untuk melakukan dengan yang lain) ingin punya keturunan (SH, 33 th) (ingin mempunyai keturunan) ehh.. Waktu mungkin, masih mo pi beli lagi (BR, 23 th) (ehh.. Mungkin waktu, karena masih perlu untuk membeli lagi) Alasan Berganti-ganti Pasangan Hasil wawancara tambahan dapat diketahui bahwa mereka memiliki pasangan seks lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan karena sudah tidak menjalin hubungan dengan pasangan sebelumnya, mencari gairah lain atau ingin menikmati yang lain, mencari sensasi baru, serta dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pengguna narkoba sehingga mempunyai akses yang lebih mudah untuk mendapatkan wanita. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut : begini eh, dunia narkoba ini kan hidup dengan lawan jenis. Oleh karna itu, apalagi kalo kita hampir semua jenis narkoba kita pake. Cuma, kalo yang sering kita pake shabu deng heroin. Di Sulawesi Utara cepat skali deng cara babisnis barang ini, cepat skali mo dapa doi deng parampuang (SA, 42 th) (begini ya, dunia narkoba ini hidup dengan lawan jenis. Oleh karena itu, apalagi kalau saya hampir semua jenis narkoba, saya pakai. Tapi, kalau yang sering saya pakai shabu dan heroin. Di Sulawesi Utara cepat sekali dengan cara berbisnis barang ini, cepat sekali untuk mendapatkan uang dan wanita) suka mo rasa lebih deng nikmati yang laeng (AH, 43 th) (ingin merasakan yang lebih dan menikmati yang lain) ganti pasangan karna so putus deng maitua, mencari sensasi baru (MR, 24 th) (ganti pasangan karena sudah putus dengan pacar, mencari sensasi baru) banya istri, bagitu noh suka cari gairah laeng (SH, 33 th) (banyak istri, seperti itu ingin mencari gairah lain) karna so putus deng satu (BR, 23 th) (karena sudah putus dengan yang satu) Seks Jenis Anal Hasil wawancara tambahan diketahui bahwa responden melakukan anal seks karena dipengaruhi sering menonton film pornografi, ingin mencari inovasi baru dan merasa bosan melakukan vaginal seks. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut : apa ee.. Kalo mo bilang inovasi, mungkin torang so bosan deng barang tu dia kong mo coba hal baru (SA, 42 th) (apa yaa.. kalau mau dikatakan ya inovasi, mungkin kita sudah bosan dengan barang seperti itu kemudian ingin mencoba hal yang baru) karna ja ba uni film (BR, 23 th) (karena sering menonton film) 7
8 Alasan Menggunakan Narkoba Hasil wawancara tambahan pada responden yang menggunakan narkoba mengaku menggunakan narkoba karena memiliki masalah pribadi, untuk kerja, menghilangkan stres, merasa enak, serta merasa sehat. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa dengan menggunakan narkoba, bisa mendapatkan uang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut : yang pertama untuk kerja, itu yang pasti (SA, 42 th) (yang pertama untuk kerja, yang pasti seperti itu) enak, bisa mendapatkan uang (AH, 43 th) (nikmat, boleh mendapatkan uang) dipengaruhi oleh lingkungan, ada masalah pribadi (MR, 24 th) (dipengaruhi oleh lingkungan, mempunyai masalah pribadi) salah bergaul, deng mo rasa noh bagimana, dengan nakal (DP, 28 th) (salah bergaul, dengan ini merasakan seperti apa, dan nakal) karna menghilangkan stress, sehat, Cuma itu (BR, 23 th) (karena ingin menghilangka stress, sehat, hanya itu) Alasan Membuat Tato Hasil wawancara tambahan bahwa responden yang memiliki tato atau membuatkan tato di tubuh karena ikut-ikutan. Tetapi, pada umumnya mengaku bahwa tato itu merupakan seni. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut : itu mungkin buat orang manado sebuah seni. Deng lain lagi kalo untuk daerah lain (SA, 42 th) (mungkin itu untuk orang manado merupakan seni. Dan lain lagi kalau untuk daerah lain) cuma ikut-ikutan saja (AH, 43 th) (hanya ikut-ikutan saja) seni (SH, 33 th) (seni) seni (BR, 23 th) (seni) B. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menujukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki merupakan responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu sebanyak (99%). Pada distribusi karakteristik umur, responden terbanyak yaitu berumur tahun yaitu 23 (43%) respoden, sedangkan yang paling sedikit yaitu responden yang berumur tahun. Untuk karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, yang paling banyak yaitu tamat SMA sebanyak 37 responden (68%), sedangkan yang paling sedikit yaitu tamat D3/S1 sebanyak 3 responden (6%). Perilaku Seksual Berisiko HIV/AIDS Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Lapas Klas IIA Kota Manado Tahun 2017 terdapat 54 narapidana (100%) kasus narkoba yang pernah melakukan hubungan seksual sebelum di Lapas. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sistem keamanan oleh karena 8
9 itu tidak ada narapidana kasus narkoba yang melakukan hubungan seksual selama di Lapas. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian di Lapas Kerobokan Bali (2009) yang dilakukan oleh Hartawan, dkk didukung oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menunjukan bahwa terdapat perilaku berisiko tertular HIV/AIDS di Lapas karena sebanyak 7 (3%) dari total 230 responden yang diwawancarai mengaku pernah melakukan hubungan seks selama tinggal di Lapas oleh sebab itu dikatakan berbeda. Penelitian ini juga yang menjadi sampelnya hanya terpidana kasus narkoba sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hartawan, dkk yang menjadi sampelnya yaitu semua narapidana di Lapas Kerobokan dengan menggunakan metode pengambilan data melalui angket terhadap 200 warga binaan yang telah dipilih secara acak sistematik dari daftar populasi. Salah perilaku berisiko tertular HIV/AIDS yaitu melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Diantara 54 responden (100%) yang melakukan hubungan seksual terdapat 8 responden (15%) melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Sementara itu menurut (Gunung k, Sumantera M. dkk, 2003) menjelaskan bahwa cara penularan HIV/AIDS yaitu melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Selain itu, terdapat sebagian responden 12 (22%) yang melakukan hubungan seks berisiko yaitu berganti-ganti pasangan. Menurut Katiandagho (2015) salah satu faktor yang berisiko untuk tertular HIV/AIDS yaitu dengan berhubungan seks yang berganti-ganti pasangan. Adapun perilaku berisiko lainnya yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu anal seks. Data yang telah diperoleh dari 54 responden (100%) yang melakukan hubungan seks, terdapat 3 responden (6%) melakukan hubungan seksual berisiko terkait anal seks. Menurut Katiandagho (2015) risiko pada seks anal lebih besar untuk tertular HIV/AIDS dibandingan dengan hubungan seksual oral. Untuk frekuensi berhubungan seksual dalam seminggu dari 54 responden yang melakukan hubungan seksual diantaranya 23 responden (43%) melakukan hubungan seksual >2 kali, 26 responden (48%) yang melakukan hubungan seksual 2 kali dalam seminggu, dan 5 responden (9%) yang melakukan hubungan seksual dalam seminggu. Hasil wawancara tambahan pada responden yang melakukan hubungan seksual, mengaku bahwa melakukan hubungan seksual karena merasa nikmat, keinginan, kebutuhan, cinta dan merasa diri normal bila berhubungan seksual. Adapun yang mengaku berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom karena mereka merasa tidak nikmat, ingin mempunyai keturunan, kendala waktu untuk membeli kondom serta merasa dirinya setia. Selain itu, untuk alasan terkait berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan seks lebih dari satu karena sudah tidak menjalin hubungan dengan pasangan sebelumnya, mencari gairah lain atau ingin menikmati yang lain, mencari sensasi baru, serta dipengaruhi oleh lingkungan sekitar narkoba sehingga mempunyai akses yang lebih mudah untuk 9
10 mendapatkan wanita. Begitu pun dengan perilaku seksual berisiko terkait anal seks mengaku bahwa melakukan anal seks karena pengaruh menonton film pornografi, ingin mencari inovasi baru dan merasa bosan bila melakukan vaginal seks. Perilaku Penggunaan Narkoba Suntik Hasil penelitian yang dilakukan di Lapas Klas IIA Kota Manado Tahun 2017 menunjukan bahwa terdapat 52 responden (96%) dari 54 responden yang pernah menggunakan narkoba. Responden tersebut menggunakan narkoba sebelum di berada di Lapas. Sedangkan untuk jenis narkoba yang digunakan diantaranya terdapat 21 responden (40%) yang menggunakan narkoba jenis amphetamine, 5 responden (9%) yang menggunakan narkoba jenis methadone, 6 responden (12%) menggunakan narkoba jenis extasi, 3 responden (6%) menggunakan narkoba jenis heroin, dan yang menggunakan narkoba jenis lain (ganja, lysergic acid diethylamide) yaitu 17 responden (33%). Hasil penelitian ini ada perbedaan dengan hasil penelitian di Lapas Kerobokan Bali yang dilakukan oleh Hartawan, dkk (2009). Perbedaannya yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartawan, dkk hanya menggunakan metode kuantitatif dan menunjukkan bahwa terdapat responden yang menggunakan narkotika dengan cara suntik saat berada di Lapas sedangkan penelitian ini menggunakan mixed methods dan tidak terdapat narapidana di Lapas Klas IIA yang berisiko tertular HIV/AIDS terkait penggunaan narkoba suntik saat mereka berada di Lapas. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh sistem keamanan masing-masing lapas. Berdasarkan cara penggunaan narkoba terdapat 52 responden (100%) yang menggunakan narkoba dengan cara tidak disuntikkan. Itu tidak memiliki risiko untuk tertular HIV/AIDS. Berdasarkan jenis yang paling banyak digunakan yaitu narkoba jenis amphetamine (40%) sedangkan yang paling sedikit digunakan yaitu narkoba jenis heroin (6%). Menurut (UNESCO, 2012) dalam buku yang berjudul Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS mengemukakan bahwa pengguna narkoba suntik merupakan salah satu faktor risiko untuk tertular HIV/AIDS karena jarum yang digunakan, merupakan jarum yang sudah digunakan sebelumnya oleh orang lain atau bergantian satu sama lain. Hasil wawancara tambahan mengenai alasan menggunakan narkoba, para responden terpidana kasus narkoba mengaku menggunakan narkoba karena memiliki masalah pribadi, untuk kerja, menghilangkan stress, merasa enak, serta merasa dirinya sehat kalau menggunakan narkoba serta bisa mndapattkan uang. Pembuatan Tato Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Lapas Klas IIA Kota Manado terkait pembuatan tato yang berisiko. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat responden yang memiliki tato sebanyak 32 responden (59%). Berdasarkan lokasi pembuatan tato secara keseluruhan responden tersebut, membuat tato saat berada di luar lapas. Untuk jarum yang digunakan membuat 10
11 tato, seluruh reponden tersebut menggunkan jarum yang baru. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sistem keamanan lapas yang ketat oleh sebab itu tidak terdapat narapidana kasus narkoba membuat tato saat berada di lapas. Hasil penelitian yang dilakukan di Lapas Kelas IIA Kendari oleh (Sari, M, dkk 2016) berbeda dengan hasil penelitian ini karena hasil penelitian oleh sari, m dkk menujukkan terdapat 27 narapidana (48%) yang membuat tato saat berada di Lapas. Sedangkan hasil penelitian ini tidak terdapat narapidana kasus narkoba di Lapas Klas IIA Kota Manado yang membuatkan tato selama berada di Lapas malainkan mereka membuatkan tato pada saat sebelum berada di Lapas. Mungkin ini salah satu dipengaruhi oleh faktor keamanan di Lapas Kendari yang belum terlalu ketat. Sementara itu menurut teori yang dikemukakan oleh UNESCO (2012) yang didukung oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) menjelaskan bahwa mereka yang menggunakan alat tajam/suntik secara bergantian, misalnya jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat yang tidak disterilkan merupakan salah satu faktor yang berisiko menularkan atau tertular HIV/AIDS. Alasan mereka berdasarkan wawancara tambahan terkait membuatkan tato di tubuh, pada umumnya mereka mengaku karena merasa bahwa tato merupakan seni dan ada juga karena ikut-ikutan. KESIMPULAN 1. Terdapat perilaku berisiko HIV/AIDS terkait perilaku seksual diantaranya tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, berganti-ganti pasangan, dan melakukan anal seks 2. Tidak terdapat perilaku berisiko HIV/AIDS terkait penggunaan narkoba suntik. 3. Tidak terdapat perilaku berisiko HIV/AIDS terkait pembuatan tato. 4. Narapidana kasus narkoba melakukan hubungan seks karena nikmat, keinginan, kebutuhan, cinta dan merasa diri normal. Alasan tidak menggunakan kondom karena merasa tidak nikmat, ingin mempunyai keturunan, kendala waktu serta merasa dirinya setia. Sebagian responden yang berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan seks lebih dari satu karena ingin mencari gairah lain, sudah tidak menjalin hubungan dengan pasangan sebelumnya, mencari sensasi baru, serta dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pengguna narkoba sehinggaa mempunyai akses yang lebih mudah untuk mendapatkan wanita. Melakukan anal seks karena sering menonton film pornografi, ingin mencari inovasi baru dan merasa bosan bila melakukan vaginal seks. SARAN 1. Kepada pihak Lapas Klas IIA Kota Manado agar menjalin kerjasama dengan Instansi Kesehatan dalam rangka untuk melakukan penyuluhan mengenai perilaku seksual, serta perilaku lainnya yang berisiko tertular HIV/AIDS karena mengingat perilaku mereka sebelum berada di Lapas. 11
12 2. Peran petugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Manado sangat penting dan untuk itu pengawasan terhadap narapidana dipertahankan dan lebih ditingkatkan. 3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memperkaya variabel penelitian yang diteliti dan agar hasil penelitian tersebut dapat lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Centers for Disease Control and Prevention. 2016b. Can I get HIV From Injecting Drugs. (Online). ( on.html, diakses 13 Maret 2017) Dinas Kesehatan Prov. Sulut Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Ditjen P2P, Kemenkes RI Laporan Siuasi Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia Juli-September. (Online). ( oran-menkes.pdf, diakses 13 Maret 2017) Febrian H Gambaran Perilaku Seks Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Muara Padang. (Online). ( BARAN%20PERILAKU%20PERILAKU %20SEKS%20NARAPIDANA%20DI%2 0LEMBAGA%20PEMASYARAKATAN %20KELAS%20II%20MUARA%20PAD ANG.pdf, diakses 13 maret 2017). Gunung K, Sumantera M, Sawitri S, dan Wirawan D, Buku Pegangan Konselor Bekerja Sama dengan Yayasan Praja dan Yayasan Burnet Indonesia di dukung oleh Australia NGO Cooperation Program. Hartawan G, Sawitri S, Septarini W Survei Perilaku Berisiko dan Perilaku Pencegahan Terinfeksi HIV di Lapas Kerobokan, Denpasar, Bali yang didukung oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (Online). ( VEILAPASKEROBOKANUDAYANA.p df, diakses 13 Maret 2017) Katiandagho D Epidemiologi HIV- AIDS. Bogor : In Media. Sari M, Yuniar N, Jafriati Analisis Perilaku Berisiko Tertular Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) Pada Terpidana Kasus Narkoba di Lapas Klas IIA Kota Kendari (Online)..( AS/article/view/1255.pdf, diakses 13 Maret 2017). UNESCO, Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi. Jakarta 12
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN SURVEI PERILAKU BERISIKO DAN PERILAKU PENCEGAHAN TERINFEKSI HIV DI LAPAS KEROBOKAN, DENPASAR, BALI 1. Nama responden 2. Blok 2. Nomor urut wawancara 4. Tanggal wawancara (TGL/BLN/TAHUN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas
Lebih terperinciPENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG Mahalul Azam, Eunike Raffy Rustiana Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15
BAB IV HASIL PENELITIAN Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15 (50,0%) responden memiliki rentang usia 21-30 tahun, 9 (30,0%) dengan rentang usia 31-40 tahun, 4 (13,3%)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2012,
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU BERISIKO TERTULAR HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS / ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
ANALISIS PERILAKU BERISIKO TERTULAR HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS / ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA TERPIDANA KASUS NARKOBA DI LAPAS KELAS IIA KOTA KENDARI TAHUN 2016 Monde Sari 1 Nani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2010 TENTANG PERANAN KONDOM TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Oleh: VINCENT 100100246 FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2013 ii TINGKAT
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global. Pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 36.700.000 orang hidup dengan HIV termasuk sebanyak 2,25 juta anak
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL Ekawati, Dyah Candra Purbaningrum Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta, Jl.Ringroad Barat, Gamping Sleman Yogyakarta email: ekawati_1412@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2005) menyebutkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Anak jalanan menurut Departemen Sosial RI merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency Syndrome (AIDS) adalah masalah besar yang mengancam banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS
EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciKeywords: Knowledge, Attitude, Action, Condom Use, Female Sex Workers with HIV/AIDS.
Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap dan Tindakan Penggunaan Kondom Pria pada Wanita Pekerja Seks di Kota Manado Juliastika*, Grace E. C. Korompis*, Budi T. Ratag* * Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciSkripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J
PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKSUALITAS, DAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DAMPINGAN PKBI JATENG DAN PADA PELAJAR SLTA KONTROL DI KOTA SEMARANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.
Lebih terperinci2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan
Lebih terperinciKegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2
Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan
Lebih terperinciHIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat
KEMAS 11 (1) (2015) 53-58 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA IBU RUMAH TANGGA Lenny Octavianty, Atikah Rahayu, Fauzie
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK ID 127 KELURAHAN RANOMUT MANADO
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK ID 127 KELURAHAN RANOMUT MANADO Stella M. Soselisa Henry M. F. Palandeng Lilian Andries Bagian Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha (Asmadi,2008). Ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua dasa warsa lebih sudah, sejak dilaporkannya kasus AIDS yang pertama di Indonesia tahun 1987 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali, respon reaktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah retrovirus yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus ini ditularkan melalui kontak darah,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Lebih terperinciGAMBARAN PENDERITA HIV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAHURIPAN KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA. Nur Lina 1, Kusno Prayitno 2
GAMBARAN PENDERITA HIV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAHURIPAN KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA Nur Lina 1, Kusno Prayitno 2 1. Pengajar Prodi Kesehatan masyarakat FIK Unsil 2. Programmer HIV Puskesmas Kahuripan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun ((Morgan dan Carole, 2009). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
Lebih terperinciFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013
Artikel Article : Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado : The Relationship
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Universitas Indonesia
14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciSKRIPSI. Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI KEEFEKTIFAN MEDIA LEAFLET DAN STIKER TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WARIA DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI HIMPUNAN WARIA SOLO (HIWASO) Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan.
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciVALIDASI TINGKAT PENGETAHUAN. Correlations
VALIDASI TINGKAT PENGETAHUAN Correlations P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total P1 Pearson Correlation 1.257.303 -.023.121.157.538 *.105.341.892 * *.627 ** Sig. (2-tailed).274.195.924.612.508.014.660.142.000.003
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%
Lebih terperinciFaktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar Esse Puji 1, Sri Syatriani 2, Bachtiar 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Makassar, Indonesia Introduction
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan
Lebih terperinci