BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui gambaran profil darah yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit, dan leukosit pada petugas radiasi akibat paparan dosis radiasi dilingkungan kerja. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan penelitian ini adalah : a. Adanya izin dari pihak Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan untuk melakukan penelitian. b. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran profil darah pada petugas radiasi akibat paparan radiasi Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2017 sampai April Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 21 orang yaitu terdiri dari : a. Dokter Radiologi : 3 Orang 45

2 46 b. Radiographer : 16 Orang c. Fisika Medis : 1 Orang d. Perawat : 1 Orang Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Populasi, dimana seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian yang berjumlah 21 orang. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang relatif kecil. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data Sekunder merupakan data yang dapat diperoleh dari dokumendokumen yang berhubungan dengan pemaparan radiasi terhadap profil darah petugas radiasi di Unit Radiologi tahun 2016, yaitu : a. Data umum RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi data pekerja, fasilitas, dan berbagai data lainnya yang terkait dengan penelitian ini. b. Data pemeriksaan kesehatan darah rutin yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit dan leukosit oleh petugas yang telah dilakukan minimal 1 tahun sekali. c. Data Film Badge diperoleh dari rumah sakit yang bekerja sama dengan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai instansi yang berwewenang dalam hal pemantauan dosis perorangan. Film Badge yang dipakai oleh petugas radiasi selama satu bulan ini, telah sesuai dengan Perka BAPETEN No. 8 tahun 2011, dimana setiap petugas radiasi menggunakan Film Badge dengan nomer seri yang

3 47 berbeda-beda, kemuadian setiap bulannya, pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan akan menerima hasil pemantauan dosis setiap petugas radiasi dari Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Hal ini data pada Film Badge akan diambil selama 1 tahun sekali dari hasil analisa Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yang telah diserahkan ke pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. 3.5 Definisi Operasional 1. Petugas Radiasi adalah pegawai di Unit Radiologi yang berhubungan langsung dengan medan radiasi di dalam ruangan yang ada pesawat radiologi untuk keperluan diagnostik. 2. Profil darah adalah komponen darah yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit dan leukosit dalam darah petugas yang dianalisis di Laboratorium RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan menggunakan alat Blood Cell Counter. 3. Dosis adalah jumlah dosis yang diterima oleh petugas radiasi dengan menggunakan Film Bagde perorangan. 3.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan Data Tahap pengolahan data yaitu : a. Editing Editing dilakukan untuk mengecek kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin. b. Coding Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, juga untuk

4 48 menjadi kerahasiaan identitas responden. c. Entry Entry yaitu suatu proses memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer. d. Cleaning Data yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan pembersihan data, artinya sebelum dilakukan pengolahan, data dicek terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan. e. Tabulating Tabulating dilakukan untuk pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang diberikan kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang berasal dari data sekunder rumah sakit tahun 2016 akan dilakukan analisa secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan studi perpustakaan yang relevan.

5 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang terletak di jalan Prof. H.M Yamin, SH No. 47 Medan, mempunyai luas bangunan 73.12,90 m 2, didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930, sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W Bays. Pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada dr. A.A. Messing. Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sampai sekarang telah mengalami pergantian pimpinan berkali-kali. Adapun yang pernah menjabat sebagai pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan periode Sampai Sekarang adalah Dr. H. Edwin Effendi, M.Sc. RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan unit organisasi dilingkungan Departemen Kesehatan yang salah satu rumah sakit tipe B. Tugasnya melaksanakan upaya kesehatan secara berdata guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan telah ditetapkan menjadi unit Swadana sejak 11 Februari 1998 dengan tujuan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan pengelolahan sumber daya rumah 49

6 50 sakit serta meningkatkan mutu pelayanan medis dan non medis. Penilaian Akreditasi Dasar RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan sejak 14 April 2000 dan Akreditasi Lengkap sejak tanggal 16 Desember Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan yang merupakan salah satu penunjang dengan pelayanan 24 jam yang dibagi menjadi 3 shif kerja. Ruang unit kerja radiologi terletak di lantai 1 dan lantai 2, hal ini bertujuan untuk memudahkan pasien untuk mendapatkan pemeriksaan diagnostik, yang terdiri dari 9 ruangan : di lantai 1 terdapat 2 ruangan yaitu untuk pemeriksaaan CT-Scan dan USG sedangkan di lantai 2 terdapat 4 ruangan Fluroscopi serta 3 ruangan lainnya yaitu ruang dokter, ruangan petugas radiasi dan ruangan administrasi. Keseluruhan dinding telah dilapisi timbal/pb sebagai shielding yang memberikan proteksi radiasi bagi petugas radiasi, pasien maupun masyarakat yang berada dekat dengan unit radiologi. Ruangan-ruangan pemeriksaan tersebut adalah 1. Ruangan Pemeriksaan 1 Ruangan pemeriksaan 1 terletak di lantai 1 dengan ukuran 600 cm x 400 cm x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 130 cm x 100 cm dengan ketebalan 2 mmpb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. diruangan ini ditempatkan alat CT- Scan dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Merk Pembangkit : Siemens Somatom Emotion Duo b. Kondisi Maksimum : 130 Kv/240 mas

7 51 c. Tujuan : penggunaan dalam radiologi diagnostik. 2. Ruangan Pemeriksaan 2 Ruangan pemeriksaan 2 terletak di lantai 1 dengan ukuran 450 cm x 400 cm x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 mmpb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. diruangan ini ditempatkan pesawat sinar-x diagnostik dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Merk Pembangkit : Siemens Multix Compact K b. Kondisi Maksimum : 150 Kv/800 mas c. Tujuan : Diagnostik Roentgen 3. Ruangan Pemeriksaan 3 Ruangan pemeriksaan 3 terletak di lantai 2 dengan ukuran 750 cm x 400 cm x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 mmpb. Ruangan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. Ruangan ini dibagi menjadi 4 ruangan yaitu sebagai berikut : a. Ruang Fluroscopi 1 untuk pemeriksaan pada pasien yang tidak dapat berdiri. b. Ruang Fluroscopi 2 untuk pemeriksaan pada bagian tulang pasien. c. Ruang Fluroscopi 3 untuk pemeriksaan pada pasien yang dapat berdiri. d. Ruang Fluroscopi 4 untuk pemeriksaan pada gigi pasien.

8 52 Ruangan pemeriksaan 3 ini terdapat Pesawat General X-ray 500 ma disetiap ruangannya dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Merk Pembangkit : Siemens b. Tujuan : Penggunaan dalam radiologi diagnostik. 4. Ruang Administrasi Ruangan administrasi terletak di lantai 1 dan lantai 2 yang berukuran 450 cm x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb, di rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) dan jendela mengarah kea rah ruang tunggu pasien dengan ketinggian jendela 1 meter. 5. Ruang Dokter Ruang dokter terletak di lantai 2, terdapat 2 ruangan yang berukuran 350 cm x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm, dengan ketebalan 2 mmpb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela sebagai sirkulasi udara. 6. Ruangan Kamar Gelap Ruangan kamar gelap terletak di lantai 2, ruangan bergabung dengan ruangan Fluroscopi 3 yang berukuran 350 cm x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm, dengan ketebalan 2 mmpb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan exhaust fan sebagai sirkulasi udara tanpa air contioner (AC) maupun jendela. Ruangan ini ditempatkan alat Prossesing Film Automatic.

9 53 7. Ruang Petugas Radiasi Ruang petugas radiasi terletak di lantai 2 dengan ukuran 350 cm x 250 cm x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmpb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah air contioner (AC) dengan 1 buah Televisi serta 1 buah tempat tidur (TV). Setiap pesawat sinar-x yang digunakan di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Tenaga Nuklir oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) sebagai salah satu syarat untuk izin pelayanan radiologi. Bagian pintu setiap ruang pemeriksaan ada lampu indikator yang berwarna merah dan hijau. Lampu warna merah berfungsi sebagai tanda pesawat sinar-x sedang digunakan sedangkan lampu berwarna hijau berfungsi sebagai tanda pesawat sinar-x sedang tidak digunakan. Ada juga logo bertuliskan awas bahaya radiasi, di dalam ruang pemeriksaan sendiri ada tulisan peringatan bagi wanita hamil dan telat datang bulan untuk memberitahukan kepada petugas radiologi, yang berguna untuk kelanjutan pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan yang dilakukan di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu : 1. Thorax Anak 11. Cruis 2. Thorax Dewasa 12. Wrist Joint 3. Lumbal Ap 13. Abdomen 4. Lumbal Lateral 14. Pelvic 5. Sinus Paranasal Waters 15. Femur 6. Sinus Paranasal Lateral 16. Manus 7. Schedel Ap 17. Shoulder

10 54 8. Schedel Lateral 18. Antebrachi 9. Mastoid 19. Pedis 10. Nasal 20. Genu Motto, Visi, dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 1. Motto Motto Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebagai berikut : Motto adalah Aegrotti Salus ex Suprema, artinya adalah kepentingan Penderita adalah yang utama. 2. Visi Visi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan dan Unggulan di Sumatera Bagian Utara tahun Misi Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. b. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain. c. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional.

11 Ketersediaan Sumber Daya Manusia di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah ketersediaan sumber daya manusia atau ketenagaan pada tahun 2015/2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.1. Ketenagaan Berdasarkan Profesi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. No 1. Jenis Ketenagaan Tenaga PNS a. Tenaga Medis b. Tenaga Non Medis c. Tenaga Paramedis Keperawatan d. Tenaga Paramedis Non Keperawatan Jumlah (orang) % 11,02 14,52 26,49 10,34 2. Tenaga Non PNS a. Tenaga Medis b. Tenaga Non Medis c. Tenaga Paramedis Keperawatan d. Tenaga Paramedis Non Keperawatan , ,56 19,66 Jumlah ,00 Sumber : Laporan Rumah Sakit Tahun 2015/2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015/2016 dapat diketahui bahwa jenis ketenagaan di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan terbagi menjadi 2 yaitu tenaga PNS dan tenaga non PNS. Tenaga PNS terbagi menjadi 4 bagian juga yaitu tenaga medis, tenaga non medis, tenaga paramedis keperawatan, dan tenaga paramedis non keperawatan. Frekuensi terbesar pada jenis ketenagaan kelompok tenaga PNS yaitu tenaga paramedis keperawatan berjumlah 469 orang (26,49%), frekuensi tenaga non medis berjumlah 257 orang (14,52%), frekuensi tenaga medis berjumlah 195 orang

12 56 (11,02%) dan tenaga paramedis non keperawatan berjumlah 183 (10,34%). Sedangkan frekuensi terbesar pada jenis ketenagaan kelompok tenaga non PNS yaitu tenaga paramedis non keperawatan berjumlah 348 (19,66%), frekuensi tenaga non medis berjumlah 230 orang (13%), frekuensi tenaga paramedis keperawatan berjumlah 63 orang (3,56%) dan tenaga medis berjumlah 25 (1,41%). Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan terdiri dari Bagian Radiodiagnostik yang merupakan unit pelayanan dengan menggunakan radiasi untuk mendiagnosa awal suatu penyakit. Tabel 4.2 Ketenagaan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan No Jenis Ketenagaan Jumlah (orang) % Dokter Radiologi/Radiolog Tenaga Radiographer Fisika Medis Perawat Radiologi ,3 76,2 4,8 4,8 Jumlah ,00 Sumber : Laporan RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015/2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015/2016 dapat diketahui bahwa : 1. Dokter radiologi/radiolog yang bertugas di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 3 orang (14,3%), walaupun sebagai dokter spesialis tidak tetap di Unit Radiologi tetapi dokter radiologi harus berkompeten di bidang radiologi. Dokter radiologi mampu mengoperasikan pesawat sinar-x Fluoroscopi, menetapkan prosedur diagnosis dan menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-anak dan

13 57 pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan telah sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 tahun 2011, untuk memiliki dokter spesialis radiologi yang berkompetensi dibidangnya. 2. Tenaga Radiographer yang bekerja di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 16 orang (76,2%). Petugas radiasi merupakan tenaga kesehatan yang bekerja dan diberikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi di Unit Radiologi. Radiographer di daya gunakan dalam upaya pelayanan yang menggunakan peralatan/sumber radiasi pengion. Menurut KEPMENKES RI No. 375 Tahun 2007 tentang Standart Pendidikan Radiographer yaitu Diploma III Teknik Radiologi. Hasil penelitian di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan menjelaskan bahwa petugas radiasi lulusan D3 teknik radiologi dan S1 yang menguasai dibidangnya, dengan tahun kelulusan dan tingkat pengalaman yang berbeda. 3. Fisika Medis yang bekerja di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 1 orang (4,8%). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 tahun 2011, bahwa setiap unit radiologi yang menggunakan pesawat sinar-x wajib memiliki seorang Fisikawan Medis. Fisikawan medis memiliki tugas yaitu untuk meninjau keberadaan sumber daya manusia/petugas radiasi, prosedur, perlengkapan proteksi radiasi, melakukan perhitungan dosis terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita hamil, berpartisipasi pada penyusunan program pelatihan proteksi radiasi.

14 58 4. Perawat Radiologi yang bekerja di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 1 orang (4,8%) yang berkompeten di bidangnya. 4.2 Karakteristik Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Secara umum dapat digambarkan karakteristik petugas radiasi berdasarkan jenis kelamin, umur, dan masa kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) % 1. Laki laki 7 33,3 2. Perempuan 14 66,7 Total ,00 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar jenis kelamin petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 7 orang (33,3%) dan frekuensi jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 14 orang (66,7%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan kelompok umur petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

15 59 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Umur Jumlah (orang) % ,4 2. > ,6 Total ,00 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar umur petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok umur 43 tahun yaitu berjumlah 11 orang (52,4%) dan frekuensi terendah pada kelompok umur >43 tahun yaitu berjumlah 10 orang (47,6%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan masa kerja pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Masa Kerja Jumlah (orang) % ,4 2. > ,6 Total ,00 Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar masa kerja petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok masa kerja 15 tahun yaitu berjumlah 11 orang (52,4%) dan frekuensi terendah pada masa kerja >15 tahun yaitu berjumlah 10 orang (47,6%).

16 60 Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Masa Kerja Jumlah (orang) % 1. Diploma ,9 2. Sarjana ,1 Total ,00 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pendidkan petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok pendidikan Diploma 3 yaitu berjumlah 13 orang (61,9%) dan frekuensi terendah pada pendidikan Sarjana 1 yaitu berjumlah 8 orang (38,1%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan lama paparan pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan didapatkan bahwa seluruh petugas mengalami kontak langsung selama 8 jam/hari. 4.3 Gambaran Dosis Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, karakteristik responden berdasarkan dosis perorangan dengan menggunakan Film Badge pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

17 61 Tabel 4.7 Dosis Perorangan dengan Menggunakan Film Badge pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016 No. Nama No. Seri 1. Petugas Dosis (msv) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Nov Okt Des Total Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas

18 Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas

19 63 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%). 4.4 Gambaran Profil Darah pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun Secara umum dapat digambarkan profil darah yaitu Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, dan Eritrosit berdasarkan data pemeriksaan kesehatan darah rutin petugas radiasi yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016 ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

20 64 Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun No. Nama Hemoglobin Eritrosit Trombosit Leukosit 1. Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas

21 65 Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Hemoglobin petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Hemoglobin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Hemoglobin No. Dosis Total % Normal % Tidak Normal % 1. 1, ,2 1 4, ,00 Keterangan : Hb Normal Laki-laki : gr/dl Hb Normal Perempuan : gr/dl Hb Tidak Normal Laki-laki : < 13 dan > 17 gr/dl Hb Tidak Normal Perempuan : < 12 dan >16 gr/dl Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi hemoglobin akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu hemoglobin normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu hemoglobin yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Leukosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

22 66 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Leukosit pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Dosis Leukosit Normal % Tidak Normal % Total % 1. 1, ,2 1 4, ,00 Keterangan : Leukosit Normal : (sel/mm 3 ) Leukosit Tidak Normal : < dan > (sel/mm 3 ) Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi leukosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu leukosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Trombosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Trombosit pada Petugas Radiasi di Divisi Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. Dosis Trombosit Normal % Tidak Normal % Total % 1. 1, ,00 Keterangan : Trombosit Normal : (sel/mm 3 ) Trombosit Tidak Normal : < dan > (sel/mm 3 )

23 67 Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa frekuensi trombosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%). Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Eritrosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Eritrosit pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Eritrosit No. Dosis Total % Normal % Tidak Normal % 1. 1, ,2 1 4, ,00 Keterangan : Eritrosit Normal : 3,8 5,8 juta/mm 3 Eritrosit Tidak Normal : <3,8 dan >5,8 juta/mm 3 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa frekuensi eritrosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu eritrosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu eritrosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%).

24 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Dosis Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun Berdasarkan hasil penelitian, dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi sebesar 1,2 msv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%). Menurut BAPETEN (2011), dosis yang diterima oleh petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan menggunakan Film Badge masih dalam ambang batas yang diizinkan oleh BAPETEN yaitu <20mSv/tahun, kemudian hasil pemeriksaan tersebut akan diberitahukan kepada setiap petugas yang bersangkutan, sehingga petugas radiasi dapat bekerja dengan tenang dan produktif. (BAPETEN, 2011) Pemantauan dosis radiasi perorangan dilakukan pada petugas radiasi dengan menggunakan Film Badge, yaitu alat pencatat dosis radiasi yang merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap individu. Film Badge yang dipakai oleh petugas radiasi selama satu bulan ini, telah sesuai dengan Perka BAPETEN No. 8 tahun 2011, dimana setiap petugas radiasi menggunakan Film Badge dengan nomer seri yang berbeda-beda, kemuadian setiap bulannya, pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan akan menerima hasil pemantauan dosis setiap petugas radiasi dari Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Hal ini data pada Film Badge akan diambil selama 1 tahun sekali dari hasil analisa Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yang telah diserahkan ke pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Hasil Film Badge tersebut didokumentasikan dan dicatat oleh 68

25 69 petugas proteksi radiasi. Pelaporan ini dilakukan secara berkala untuk meyakinkan petugas radiasi, bahwa radiasi yang diterima masih di bawah ambang batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). (BAPETEN, 2011) Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 4 tahun 2013, jika setiap petugas yang mengalami kekurangan dalam tindakan terhadap pemantauan radiasi harus diidentifikasi untuk mewujudkan keselamatan radiasi serta harus melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Tindakan pemantauan dosis bagi petugas radiasi, berguna untuk melihat seberapa besar radiasi yang diterima petugas radiasi selama melakukan aktifitasnya sebab peningkatan dosis radiasi pada petugas akan bertambah seiring dengan masa kerja. Berdasarkan penelitian Muirhead (2009), petugas radiasi yang bekerja lebih dari 20 tahun meningkatkan risiko kejadian beberapa jenis kanker. Jenis kanker yang paling sering muncul adalah Leukimia. Penelitian Sont (2001) tentang petugas radiasi dengan masa kerja 20 tahun, angka kejadian kanker sebesar 2% dengan dosis sebesar 0 4,9 msv. Persentase kejadian kanker masih 2% hingga dosis sebesar 19,9 msv, sehingga Film Badge wajib dipakai dalam seluruh aktifitas petugas, tidak hanya sebagai formalitas semata. Hal ini telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 bahwa setiap pemegang izin Film Badge wajib memakai serta melakukan pemantauan dosis petugas radiasi. Kegunaan Film Badge lainnya juga dapat melihat tingkat beban kerja masing-masing petugas yaitu untuk melihat kedisiplinan petugas dalam bekerja menggunakan pesawat sinar-x, dan mengikuti standart operasional prosedur kerja atau tidak.

26 Gambaran Profil Darah pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dari petugas radiasi, sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit dan leukosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) sedangkan untuk trombosit seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%), sehingga dapat dilihat pada tabel 4.8, petugas radiasi 3 mengalami penurunan sel darah merah yaitu 3,40 juta/mm 3 dengan batas normal eritrosit 3,8 5,8 juta/mm 3, dan terjadi penurunan hemoglobin yaitu 9,9 gr/dl dengan batas normal hemoglobin perempuan dewasa yaitu 12 15,5 gr/dl. Adapun petugas radiasi 3 mengalami penurunan tingkat kesehatan juga yaitu penurunan kadar gula darah dan penurunan ureum dan kreatinin pada hasil pemeriksaan urin. Hasil penelitian dalam jurnal Indro Yuwono (2000), penerimaan dosis radiasi intema dan ekstema bagi petugas radiasi di P2TBDU telah dilaksanakan dalam periode Dosis yang diterima petugas radiasi yaitu 0,55 msv dan penerima dosis radiasi tertinggi yaitu 2,66% dari NBD, dapat mempengaruhi penurunan tingkat kesehatan, ini terjadi bukan karena penerimaan dosis rendah akibat paparan radiasi tetapi pola konsumsi makanan pada petugas radiasi. Lain halnya dengan petugas radiasi 19 mengalami peningkatan sel darah putih yaitu sel/mm 3 dengan batas normal leukosit yaitu juta/mm 3. Perubahan tingkat kelainan kesehatan pada petugas radiasi 19 hanya

27 71 terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam darah (Leukositosis). Hasil penelitian Adlina dan Wasilah (2009) membuktikan bahwa dosis sebesar 25 rem dapat menurunkan jenis leukosit sel PMN (Polymorpho Nuclear) akibat paparan radiasi sinar X dosis tunggal. Menurut BAPETEN (2005), tidak semua profil darah mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Menurut Borgonie dan Tribondeu menyatakan bahwa jaringan yang sel selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, yaitu sel sel darah putih, sel sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel sel epitel kulit dan selaput lendir, sel sel pembentuk sperma dan telur. (BAPETEN, 2005) Menurut penelitian Suhaedi (2003), radiasi juga mempengaruhi perubahan jumlah profil darah khususnya sel darah putih (Leukosit), merupakan komponen selular darah yang sangat sensitif terhadap penyinaran radiasi. Beda halnya dengan sel darah merah (eritrosit), merupakan sel darah yang kurang sensitif terhadap penyinaran radiasi dari pada sel darah lain. Hal ini sesuai dengan teori Contran yang menyatakan bahwa radiasi menimbulkan kerusakan pada sel darah tergantung dari dosis dan lama paparan. (Contran, 1999) Lama paparan merupakan salah satu faktor penentukan dosis radiasi terhadap kadar darah petugas radiasi, ini berguna untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pekerja selama bekerja di unit radiasi. Berdasarkan UNSCEAR (2006), dampak kesehatan dari radiasi nuklir berbanding lurus dengan lama paparan. Semakin lama paparan radiasi, angka kejadian semakin tinggi sehingga dapat mengakibatkan penyakit kanker pada

28 72 petugas radiasi. Jenis kanker yang paling banyak muncul dalam laporan UNSCEAR adalah Leukimia, sehingga, jika radiasi sebagai rangsangan dan naik turunnya jumlah profil darah sebagai respon, dapat dikatakan bahwa dosis radiasi yaitu 1,2 msv per tahun dalam jangka panjang akan mempengaruhi kesehatan petugas. Menurut Akhadi (1997), paparan radiasi biasanya tidak segera menampakkan bahayanya, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kanker pada petugas. Menurut penelitian pada jurnal Erma dan Supriyadi, penurunan eritrosit disebabkan karena kerusakan sel yang irreversible akibat paparan radiasi, tergantung dari dosis dan lama paparan yang diterima oleh petugas radiasi. Penurunan eritrosit yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel darah, hal ini terjadi karena sel darah mulai membentuk populasi ulang, dalam satu bulan setelah terpapar radiasi. Akibatnya, penekanan aktivitas eritrosit terhadap petugas yang terkena radiasi akan mengalami kekurangan hemoglobin dan anemia. Selanjutnya jika dibiarkan dalam jangka panjang akan memburuk dengan adanya pendarahan di seluruh tubuh, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi. Menurut penelitian Suhaedi (2003), Kenaikan jumlah leukosit pada pekerja radiasi dikarenakan sel darah putih itu sendiri atau karena berasal dari sumbernya

29 73 yaitu bakal sel darah putih yang ada di sumsum tulang. Sumsum tulang berisi bakal sel darah yang belum matang, dalam urutan tingkat sensitifitas jaringan tubuh, sumsum tulang menempati urutan pertama sehingga apabila terkena radiasi maka akan mempengaruhi jumlah sel sumsum tulang, dengan demikian, pengurangan jumlah sel darah tidak hanya pada komponen sel darah yang ada diperifer tetapi juga pada reservoirnya yaitu bakal sel darah yang terdapat disumsum tulang. (Bomford, dkk. 1979) Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah leukosit yaitu penyakit, zat kimia, toksis, asupan makanan maupun lamanya kontak dengan paparan dosis radiasi. Hal yang paling mendukung terjadinya perubahan jumlah leukosit yaitu lama kontak, karena semakin lama kontak dengan paparan radiasi semakin banyak radiasi yang mengenai petugas sehingga risiko yang ditimbulkan semakin besar. (Ganong, 1999) Selain itu, ditemukan 1 petugas radiasi mengalami kelainan darah yaitu Leukositosis. Menurut jurnal Rahardjo dan Siti Nurhayati (2006), Leukositosis (kenaikan jumlah leukosit) adalah gejala klinik yang terjadi pada sindroma radiasi pada petugas radiasi yang terpapar radiasi, oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit dapat digunakan untuk menentukan gejala akibat terpapar radiasi. Hasil jumlah sel leukosit petugas radiasi disajikan pada tabel 4.10 dimana jumlah leukosit petugas radiasi mengalami kenaikan di atas sel/mm 3 yaitu sel/mm 3, kemungkinan pekerja mengalami infeksi bakterial. Kenaikan jumlah leukosit sekitar biasanya dokter menganjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti tes urin lengkap, pemeriksaan fungsi hati, dan jika sangat diperlukan untuk mengetahui kuman (bakteri) dalam darah, maka

30 74 dilakukan pemeriksaan kultur, adanya tanda infeksi ini sudah menjadi indikasi pemberian obat antibiotik. Sebaliknya, jika nilai leukositnya dalam batas normal maka dokter hanya menganjurkan untuk melanjutkan pengobatan guna mengatasi demam atau gejala lain yang dirasakan oleh pasien (simptomatik). Menurut jurnal Rahardjo dan Siti Nurhayati (2006), kenaikan jumlah sel darah putih ini juga diikuti dengan penurunan jumlah limfosit yang merupakan komponen dari leukosit yang berperan melawan infeksi. Penurunan jumlah limfosit yaitu 21,3% dengan batas normal limfosit yaitu 25,0-50,0. Hal ini terjadi karena jumlah limfosit dalam leukosit juga sangat sensitif terhadap paparan dosis radiasi. Berdasarkan hukum Borgonie dan Tribondeu (1906) menyatakan bahwa tingkat radiosensitivitas suatu sel atau jaringan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksinya dan berbanding terbalik degan derajat deferensialnya. Dimana sel yang yang belum matang mempunyai kapasitas pembelahan sel yang relatif tinggi dan deferensial yang kecil sehingga lebih sensitif terhadap radiasi. (Rasad, 2005) Hal ini akan mengakibatkan petugas radiasi mengalami kearah kelainan darah yaitu Limfositopenia. Limfositopenia (penurunan jumlah limfosit) adalah gejala klinik yang terjadi pada sindrom radiasi yang paling cepat dan mudah terdeteksi karena dalam darah perifer limfosit akan mencapai titik terendah lebih awal dibandingkan dengan sel lainnya. Bila terjadi kecelakaan radiasi dosis 1-2 Gy, dalam waktu 48 jam sudah terjadi penurunan jumlah lomfosit sampai 50% dari nilai normal, dalam sistem hemopoitik limfosit merupakan sel tua yang paling radiosensitif (Liniecki, dkk. 1983) Dosis berjumlah 1,2 msv dapat menyebabkan penekanan proses

31 75 pembentukan sel darah sehingga jumlah sel-sel darah akan menurun. Jumlah sel limfosit menurun dalam jangka panjang akibat adanya paparan radiasi. Penurunan jumlah sel limfosit dapat digunakan untuk perkiraan tingkat keparahan yang mungkin diderita petugas akibat paparan radiasi akut. Menurut penelitian Erma dan Supriyadi, perubahan jumlah profil darah akibat dosis radiasi umumnya diawali dengan kerusakan ikatan kimia pada sel. Bila energi radiasi yang terserap cukup besar maka dapat terjadi kematian sel. Kematian sel akibat radiasi disebabkan oleh efek akut karena radiolisis molekul air. Produksi oksigen teraktifasi dalam peroksidasi lemak, melukai membran, dan berinteraksi dengan makro molekul dari sel. (Rubin, 2005) Tanda-tanda klinis dari laboratorium dapat berupa kelainan yang minimal sampai berat dan biasanya tidak tampak apabila energi radiasi tersebut tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan kerusakan kimia yang terjadi masih mampu diperbaiki oleh tubuh, (Rasyid,2007) sehingga dalam jangka panjang karena adanya paparan radiasi mengakibatkan apoptosis. (Contran, 1999) Menurut penelitian pada Jurnal Erma dan Supriyadi, apoptosis akibat paparan dosis radiasi memicu kerusakan DNA yang menimbulkan radikal bebas yang terbentuk dalam profil darah. (Cotran, 1999) Perubahan jumlah profil darah disebabkan karena adanya kerusakan biologi dan kematian sel. Teori target menyatakan bahwa sel mati setelah penyinaran radiasi ionisasi bila molekul utama (DNA) menjadi tidak aktif. Teori racun (Poison Theory) menyatakan bahwa radiasi ionisasi menghasilkan radikal bebas intraseluler yang secara biologis sangat merusak. (Edward, 1990)

32 76 Kerusakan sel akibat radiasi ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan langsung terjadi terutama pada molekul DNA. Pada sel yang mendapat paparan radiasi, molekul DNA akan menjadi target utama sehingga akan mengalami kerusakan paling banyak. Hal ini karena molekul DNA merupakan struktur sub sel yang paling peka terhadap radiasi dibandingkan struktur sub sel yang lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kerusakan DNA yang terjadi akibat radiasi ionisasi adalah ikatan silang protein DNA, ikatan silang pita DNA, oksidasi dan degradasi basa DNA, ikatan gula phospat putus dan rantai DNA baik tunggal maupun ganda terputus. (Contran, 1999 ; Stewart, 1998) Kerusakan secara tidak langsung yaitu radiasi menembus jaringan molekul air dalam sel yang mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel, sehingga diperkirakan kerusakan sel pada penelitian ini sebagian besar terjadi melalui efek tidak langsung atau oleh radikal bebas. (Edwards, 1990) Radikal bebas dapat bergeser ke molekul lain, seperti molekul DNA, yang terletak dengan jarak tertentu dari daerah ionisasi awal dan berinteraksi dengan mengionisasi, merusak ikatan kimia dan menghasilkan melokuler atau titik lesi pada makromolekul DNA. Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan biologis yang lebih berat dengan bergabung terhadap molekul lain, untuk membentuk substansi racun yang juga dapat bergeser ke molekul DNA di dekatnya dan

33 77 melakukan interaksi yang berbahaya. (Edwards, 1990) Radiasi sendiri diyakini paling efektif dalam membunuh sel yang sedang aktif membelah. Kerusakan sel akibat radiasi selain karena kerusakan DNA juga karena kerusakan membran sel dan kerusakan membran ternyata memberikan konstribusi terhadap timbulnya apoptosis. Berarti berdasarkan perubahan jumlah profil darah yang terjadi pada petugas radiasi, masih diperlukan perhatian lebih lanjut sebab tidak ada penyinaran radiasi yang benar-benar aman. (Bomford, dkk. 1979) Pedoman ALARA (The National Committee on Radiation Protection) berbunyi radiasi penyinaran harus dibuat sekecil mungkin hal itu dapat tercapai melalui prosedur pengontrolan radiasi yang tepat, tujuan dari pengontrolan ini adalah untuk memberikan manfaat radiasi yang baik untuk petugas radiasi agar terhindar dari paparan dosis radiasi. (Budioro, 1992) Hal ini menunjukkan bahwa dosis taraf rendah yang diterima pekerja radiasi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluhpuluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut efek stokastik. Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan

34 78 dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut, kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker khususnya kanker darah (Leukimia). Hal ini terjadi karena paparan radiasi dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain dapat disebabkan oleh paparan dosis radiasi, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain, karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zatzat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.

35

36 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang gambaran profil darah pada petugas radiasi di Unit Radiologi di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dosis radiasi yang diterima berjumlah 1,2 msv per tahun oleh petugas radiasi masih dalam batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). 2. Dosis radiasi yang diterima menimbulkan perubahan profil darah yaitu hemoglobin, leukosit, dan eritrosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) sedangkan untuk trombosit seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%). 6.2 Saran 1. Pentingnya keselamatan kerja bagi petugas radiasi, sehingga harus diwajibkan bagi setiap petugas untuk selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi petugas dari bahaya yang ditimbulkan oleh paparan dosis radiasi. 2. Pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi petugas radiasi harus selalu dipertahankan yaitu minimal setiap 1 tahun sekali sehingga kondisi kesehatan petugas dapat dipantau secara terus-menerus sesuai dengan ketentuan BAPETEN No. 6 Tahun

37 80 3. Pentingnya pemantauan dosis radiasi bagi petugas radiasi setiap 1 bulan sekali untuk mengetahui dosis yang diterima petugas masih dalam batas aman bagi petugas selama melakukan aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kesehatan bukanlah semata-mata merupakan tanggung

Lebih terperinci

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data. Fungsi analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-x oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sinar-X merupakan sepenggal spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak di ujung energi tinggi spektrum gelombang elektromagnetik di bawah dan bersinggungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab 2. Nilai Batas Dosis

Bab 2. Nilai Batas Dosis Bab 2 Nilai Batas Dosis Teknik pengawasan keselamatan radiasi dalam masyarakat umumnya selalu berdasarkan pada konsep dosis ambang. Setiap dosis betapapun kecilnya akan menyebabkan terjadinya proses kelainan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-x pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat

Lebih terperinci

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54 Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak normal.

Lebih terperinci

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi, Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang, 65145, Telp. 085784638866,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan

Lebih terperinci

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Database Dosis Pasien Merupakan kumpulan dari data dosis radiasi yang mewakili atau mengidentifikasi perkiraan dosis yang diterima oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Rumah sakit umum daerah Dr. Hi Abdul Moeloek (RSUD.AM) merupakan rumah sakit di Provinsi Lampung yang menjadi rujukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional).

BAB 4 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN 54 Lampiran 1 Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai Oleh: Ummi Umaina Saya,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi nuklir kini tidak hanya di bidang energi seperti pada PLTN tetapi juga untuk berbagai bidang, salah satu yang kini telah banyak diterapkan di

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN ANALISIS DOSIS RADIASI TERHADAP RADIOTERAPIS MENGGUNAKAN POCKET DOSEMETER, TLD BADGE DAN TLD-100 DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG STUDI KASUS (MEI OKTOBER) 2014 Milda Utari 1, Dian Milvita

Lebih terperinci

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja: Data Responden I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja: II. Mohon untuk dilingkari Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan: a. SLTA/sederajat b. D3/sederajat c. S1/sederajat d.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Radiasi sinar X dapat memberikan efek terhadap sistem kehidupan secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

Lebih terperinci

RONTGEN Rontgen sinar X

RONTGEN Rontgen sinar X RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 12-1972 dicabut: PP 29-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 137, 2000 IPTEK.Badan.Instalasi.Perizinan.Pemanfaatan.Tenaga Nuklir.

Lebih terperinci

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

MAKALAH PROTEKSI RADIASI MAKALAH PROTEKSI RADIASI PENGERTIAN, FALSAFAH, DAN ASAS PROTEKSI RADIASI DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 NAMA : 1. A MUIS MUALLIM (15001) 2. ALMIN PRABOWO ANWAR (15002) 3. ANDI MUTMAINNAH IVADA DEWATA (15003)

Lebih terperinci

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta M. Tekad Reza R 1, Galih Anindita,

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

The Effect Radiation Exposure to Brachyterapy Officer at General Hospital Haji Adam Malik.

The Effect Radiation Exposure to Brachyterapy Officer at General Hospital Haji Adam Malik. PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP PETUGAS BRACHYTHERAPY DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK Hendrik Samosir * Safruddin Ilyas ** co_today82@yahoo.com intisari Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penggunaan teknologi nuklir disadari benar bahwa selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui posisi bahaya bagi keselamatan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, ditinjau dari massanya,

Lebih terperinci

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya? Kanker Testis Apa yang dimaksud dengan kanker testis? Kanker testis merupakan tumor ganas pada jaringan testis. Kanker testis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sel spermatogonium kanker dan sel spermatogonium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa itu, segalanya tidak ada artinya (Health and safety is not everything, but without it, everything is nothing). Tenaga

Lebih terperinci

BAB II. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

BAB II. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN BAB II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Ppeletakan batu

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini berjudul pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang kesan pemaparan sinar X terhadap anak dalam kandungan. Sinar X atau X Ray adalah sejenis bahan radiasi

Lebih terperinci

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM RUSMANTO r.rusmanto@bapeten.go.id 081 225 228 02 1 Proteksi Radiasi pada Pasien (1/2) Proteksi radiasi pada pasien ada beberapa tahapan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR YOGYAKARTA, 3OKTOBER 0 PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR Kristiyanti, Ferry Suyatno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Gd 7 Kawasan Puspiptek Serpong Email untuk korespondensi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Dasar Proteksi Radiasi

Dasar Proteksi Radiasi Dasar Proteksi Radiasi 101 Tujuan Proteksi Radiasi Mencegah terjadinya efek non-stokastik yang berbahaya, dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas yang dapat diterima masyarakat;

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA RADIOLOGI RUMAH SAKIT XYZ TAHUN 2011 SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA RADIOLOGI RUMAH SAKIT XYZ TAHUN 2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA RADIOLOGI RUMAH SAKIT XYZ TAHUN 2011 SKRIPSI SILVIA SARI 0906618570 PROGRAM SARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar

Lebih terperinci

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada : Konferensi Informasi Pengawasan Ketenaganukliran Jakarta, 12 Agustus 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita) Yang terkait 1.Menghadirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut beberapa ahli, radiasi dapat menembus sel jaringan tubuh manusia secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan infeksi, perdarahan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu modalitas pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT scan meskipun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT Tri Dianasari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan terbanyak radiasi pengion buatan manusia adalah di dunia medis. Radiasi pengion tersebut digunakan dalam penegakan diagnosis, panduan tindakan

Lebih terperinci

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan tak hanya sebatas pembangkit listrik namun sudah merambah ke bidang medis, industri, pemrosesan makanan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut : BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN A. Sejarah Ringkas Rumah Sakit Martha Friska berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981 beralamat di jalan Komodor Laut Yos Sudarso No. 91 Medan, Sumatera Utara.Dengan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan di dunia kerja oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6 Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN Jl. Tamansari 71, Bandung 40132 Telp. 2503997 ext. 444 Daftar Isi Dokumen yang Perlu Dipahami 1

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR U M U M Pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang pesat dan secara luas di berbagai

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di Indonesia. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katarak Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

Lebih terperinci