BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Veronika Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Alokasi Penempatan Infrastruktur Jaringan LTE untuk wilayah DKI Jakarta Perencanaan alokasi penempatan infrastruktur jaringan untuk wilayah DKI Jakarta pada Tugas Akhir ini akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai bagaimana perencanaan jumlah perangkat yang dibutuhkan antara lain enode B, MMS, HSS, MME dan SGW-PGW yang diprediksi hingga Tahun Wilayah Jakarta mempunyai luas sebesar 7.659,02 km 2 yang terdiri dari terdiri dari daratan seluas 661,52 km 2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu Prediksi Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta pada Tahun 2020 Untuk prediksi penduduk dan pertumbuhan penduduk wilayah DKI Jakarta dilakukan dengan mengambil dasar awal dari Tahun 2010 dan 2015 untuk nemgetahui seberapa besar pertumbuhan kota Jakarta. Dengan mengetahui pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sehingga dapat diperoleh prediksi jumalah penduduk pada tahun 2020 nanti. Sebelumnya sudah diketahui banhwa Penduduk Jakarta pada Tahun 2010 adalah jiwa sedangkan pada Tahun 2015 sebesar jiwa. Nilai ini diperoleh dengan mengasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk Jakarta dianggap sama untuk setiap tahun. Dengan demikian pertumbuhan penduduk Jakarta adalah sebagai berikut : R = ln R = ln ( ) R = ln (1,055757) R = 0, R = 1,0851% 59
2 Sehingga dari perhitungan di atas jumlah penduduk kota Jakarta sebesar 1,0851%. Dengan nilai tersebut maka perkiraan jumlah penduduk pada Tahun 2020 dapat diperoleh pada perhitungan berikut. P t = P t = P t = P t = jiwa Dengan demikian pada Tahun 2020 prediksi penduduk DKI Jakarta sebesar jiwa. Nilai ini akan dijadikan sebagai inputan dalam menentukan jumlah enodeb yang bisa men-cover wilayah DKI Jakarta Perhitungan Jumlah enodeb Berikut perhitungan sel planning : a. Traffic Demand A = Jumlah Pelanggan x Traffic rata-rata per user A = x 0,011 A = 19359,78 Erlang b. Jumlah Kanal N = BW/ 200 KHz x 8 / kluster N = 20 MHz / 200 KHz x 8 / 4 N = 200 kanal c. Jumlah Sel Jumlah sel = traffic demand / Asel Jumlah sel = 19359,78 /62 Jumlah sel = 307,78 = 96,7989 = 97 d. Luas Sel Luas Sel = Luas daerah / jumlah sel Luas Sel = 661,52 / 97 60
3 Luas Sel = 6,81 Km 2 e. Jari-Jari Sel ( R sel ) R sel = (Luas sel / 2,6 ) 1/2 Jari-Jari sel = (6.81 / 2,6) 1/2 Jari-Jari sel = 3,9 Km MMS Jumlah pelanggan yang diprediksikan pada tahun 2020 adalah BHCA yang dibangkitkan oleh satu pelanggan adalah 1,14 BHCA, sehingga BHCA total pada tahun 2020 adalah ,2. Sedangkan jumlah simlaneous call adalah MMS yang digunakan pada jaringan ini memiliki spesifikasi : pelanggan maksimum BHCA Maksimum maximum simultaneous calls processing. Maka jumlah yang diperlukan dapat dihitun dengan pendekatan persamaan : Jumlah MMS = Max Jumlah MMS = max, jumlah MMS yang diperlukan adalah berjumlah 9 buah HSS Penentuan jumlah HHS yang diperlukan dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.9 sebgai berikut : Ketetapan HSS Capacity = Jumlah HSS = = 0,72 Jadi jumlah HSS yang dibutuhkan adalah 1 buah HSS untuk menangani semua pelanggannya MME Kapasitas MME ditentukan dari jumlah pelanggan yang dapat attach secara simultan, simultaneous PDP context dan data throughtput. Pada jaringan provider di 61
4 Jakarta dengan spesifikasi pelangggan aktif maksimum MME adalah pelanggan, simultaneous PDP context maksimum adalah pelanggan, throughtput maximum/bearer maximum adalah Mbps. Pelanggan aktif maksimum pada jam sibuk : pelanggan, simultaneous PDP context maksimum adalah throughtput maksimum per user adalah 36 Mbps. Untuk menentukan jumlah minimum MME yang diperlukan dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.10 sebagai berikut : Jumlah MME = Max Jumlah MME = 1, jadi jumlah minimum MME yang dibutuhkan jaringan adalah 2 buah. 1 buah untuk operasional dan 1 buah active stanby elemen SGW-PGW Perangat SGW-PGW yang akan digunakan spesifikasi, bearer maksimum adalah , throughtput maksimum Mbps, sedangkan kondisi jaringan, jumlah bearer context maksimum , throughtput 560 Mbps, untuk menentukan jaringan SGW-PGW minimum dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.4 sebagai berikut : Jumlah SGW-PGW = Max Pada jaringan provider minimum membutuhkan 2 buah prangkat, 1 buah SGW-PGW untuk operasional dan 1 buah active stanby elemen. 4.2 Perencanaan Routing dengan Algoritma Genetika Untuk Frekuensi 1800 MHz Gambar dibawah ini merupakan alokasi penempatan enode B diwilayah Jakarta pada frekuensi 1800 MHz. 62
5 Gambar 4.1 Hasil jari-jari Sel dan Alokasi Penempatan enode B pada Frekuensi 1800 MHz Dari Hasil Simulasi diperoleh jari-jari sel sebesar 4,4804 km, maka jumlah enode B yang diperoleh adalah sebagai berikut: Luas sel = Dengan demikian jumlah enode B untuk men-cover wilayah Jakarta pada frekuensi 1800 MHz adalah : Jumlah enode B 180 buah namun perlu diketahui bahwa untuk alokasi bandwidth 57,6088 MHz. Seperti kita ketahui bahwa untuk kondisi di Indonesia, alokasi bandwidth sangat terbatas dimana frekuensi 1800 MHz sebelumnya dipakai untuk teknologi 2G. 63
6 Penentuan Rute Awal dan tujuan enode B Untuk proses routing LTE perangkat yang memegang peranan penting di sini adalah enode B dan MME. Perangakat MME yang diperlukan sebesar 1 buah. Dengan jumlah enode B sebesar 160 maka setiap enode B diberi label dari 1 sampai 160. Gambar 4.2 Penentuan Alokasi untuk Proses Routing Pada peta alokasi pada Gambar 4.2 di atas yang ditandai dengan warna hitam akan ditinjau proses routingnya dari dengan memberikan setiap label pada setiap sel nya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 di bawah ini. 64
7 Gambar 4.3 Pemberian Label untuk setiap Sel untuk Proses Routing Adapun titik koordinat dari titik pusat dari Sel pada Gambar 4.3 di atas ditunjukkan pada Tabel 4.1 Titik koordiant (km) di bawah ini : No. Sel Titik Koordiant (km) 1 A 3,75 ; 70 2 B 8,75 ; 72,5 3 C 3,75 ; 65 4 D 8,75 ; 67,5 5 E 8,75 ; 62,5 6 F 13,75 ; 75 7 G 13,75 ; 70 8 H 13,75 ; 65 9 I 13,75 ; J 18,75 ; 72,5 11 K 18,75 ; 67,5 12 L 18,75 ; 62,5 13 M 18,75 ; N 23,75 ; O 23,75 ; P 23,75 ; Q 23,75 ; 60 65
8 No. Sel Titik koordinat (km) 18 R 28,75 ; 67,5 19 S 28,75 ; 62,5 20 T 28,75 ; U 31,75 ; V 31,75 ; W 31,75 ; X 28,75 ; 67, Hasil Simulasi Berikut ini adalah hasil simulasi untuk menentukan rute terbaik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 di bawah ini Gambar 4.4 Total Jarak yang dihasilkan Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh untuk mendapatkan rute yang terbaik yaitu sebesar 58,4724 km. 66
9 4.2.2 Frekuensi 2300 MHz Gambar di bawah ini merupakan alokasi penempatan enode B diwilayah Jakarta pada frekuensi 2300 MHz. Gambar 4.5 Hasil jari-jari Sel dan Alokasi Penempatan enode B pada Frekuensi 2300 MHz Dari Hasil Simulasi diperoleh jari-jari sel sebesar 4,989 km, maka jumlah enode B yang diperoleh adalah sebagai berikut: Luas sel = Dengan demikian jumlah enode B untuk men-cover wilayah Jakarta pada frekuensi 2300 MHz adalah : 67
10 Jumlah enode B 146 buah namun perlu diketahui bahwa untuk alokasi bandwidth 58,0385 MHz. Seperti kita ketahui bahwa untuk kondisi di Indonesia, alokasi bandwidth sangat terbatas dimana frekuensi 2300 MHz sebelumnya dipakai untuk teknologi 2G Penentuan Rute Awal dan Tujuan enode B Untuk proses routing LTE perangkat yang memegang peranan penting di sini adalah enode B dan MME. Perangakat MME yang diperlukan sebesar 1 buah. Gambar 4.6 Penentuan Alokasi untuk Proses Routing Pada peta alokasi pada Gambar 4.6 di atas yang ditandai dengan warna hijau akan ditinjau proses routingnya dari dengan memberikan setiap label pada setiap sel nya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 di bawah ini. 68
11 Gambar 4.7 Pemberian Label untuk setiap Sel untuk Proses Routing Adapun titik koordinat dari titik pusat dari Sel pada Gambar 4.5 di atas ditunjukkan pada Tabel 4.2 Titik koordinat (km) bawah ini : No. Sel Titik Koordiant (km) 1 A 8,75 ; 67,5 2 B 13,75 ; 70 3 C 8,75; 62,5 4 D 13,75 ; 65 5 E 13,75 ; 57,5 6 F 18,75 ; 72,5 7 G 18,75 ; 67,5 8 H 18,75 ; 62,5 9 I 18,75 ; 57,7 10 J 23,75 ; K 23,75 ; L 23,75 ; 57,5 13 M 23,75 ; N 28,75 ; 72,5 15 O 28,75 ; 67,5 16 P 28,75 ; 62,5 17 Q 28,75 ; 57,5 18 R 31,75 ; 70 69
12 19 S 31,75 ; T 31,75 ; 57,5 21 U 31,75 ; 5,5 22 V 38,75 ; 67,5 23 W 38,75 ; 62,5 24 X 38,75 ; 57, Hasil Simulasi Berikut ini adalah hasil simulasi untuk menentukan rute terbaik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 di bawah ini Gambar 4.8 Total Jarak yang dihasilkan Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh untuk mendapatkan rute yang terbaik yaitu sebesar 60,8136 km. 70
Perencanaan Jaringan Inti 4G LTE di Bandung 4G LTE Evolved Packet Core Network Planning in Bandung
Perencanaan Jaringan Inti 4G LTE di Bandung 4G LTE Evolved Packet Core Network Planning in Bandung Bayu Septiyanto 1, Uke Kurniawan Usman, Ir., M.T. 2, Noviwan Wicaksono, ST, MM 3 [1][2] Fakultas Teknik
Lebih terperinci1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini sangatlah pesat, kebutuhkan jaringan handal yang mampu mengirim data berkecepatan tinggi dan mendukung fitur layanan yang
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah pelanggan seluler dan trafik pengggunaan data seluler meningkat secara eksponensial terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
Lebih terperinciPERANCANGAN JARINGAN TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN KAPASITAS SEL DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER
PERANCANGAN JARINGAN TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN KAPASITAS SEL DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI AHMAD NURHOLIS NIM : 091910201081 PROGRAM STUDI STRATA-1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPerencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari
Perencanaan Jaringan 3G UMTS Kota Bekasi, Jawa Barat Diajukan sebagai tugas besar mata kuliah Sistem Komunikasi Nirkabel Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Oleh : Aldrin Fakhri Azhari 111100167 DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian
BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai langkah awal dari penelitian, di antaranya adalah latar belakang penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi telekomunikasi berkembang dengan sangat pesat yang disebabkan oleh kebutuhan pelanggan akan layanan komunikasi dan informasi yang meningkat dari waktu ke
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frekuensi merupakan sumber daya yang disediakan oleh alam dan penggunaannya terbatas. Rentang frekuensi yang digunakan dalam dunia telekomunikasi berkisar 300 KHz 30
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Laboratorium Teknik Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada: Waktu : Januari 2015 Juli 2015 Tempat: Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan informasi melalui internet (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan masyarakat akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan LTE (Long Term Evolution). LTE merupakan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan telekomunikasi nirkabel (wireless) saat ini sudah berkembang sangat pesat. Dimulai dari generasi pertama (1G), kemudian generasi kedua (2G), sampai yang sekarang
Lebih terperinciSimulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz
Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2, GHz Nanang Ismail, Innel Lindra, Agung Prihantono Jurusan Teknik
Lebih terperinciREKAYASA TRAFIK. DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan)
REKAYASA TRAFIK DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan) ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id TUJUAN Mahasiswa dapat memahami konsep kegagalan panggilan dan kemacetan dalam jaringan Mahasiswa dapat membedakan kemacetan
Lebih terperinciPerencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site
Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site Nurwahidah Jamal, ST. MT Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Balikpapan Jl. Soekarno Hatta KM.8 Balikpapan idajamal05@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini makin cepat dalam pengembagannya dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia, hal ini dirasakan oleh masyarakat Timor Leste pada umumya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan WiFi sebagai teknologi jaringan tanpa kabel yang dapat mengakses internet dengan kecepatan tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan WiFi sebagai teknologi jaringan tanpa kabel yang dapat mengakses internet dengan kecepatan tinggi belum banyak dikembangkan pada kereta api penumpang indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long Term Evolution (LTE), Cognitive Radio (CR), Oppurturnistic Spectrum Access (OSA) dan Hidden Markov
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peningkatan jumlah pelanggan seluler dan trafik terus bertambah seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia, terutama pada bidang telekomunikasi yang
Lebih terperinciWireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015
Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Pengaruh Interferensi Interferensi antar sel merupakan masalah serius yang harus diminimalisasi,
Lebih terperinciANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI
ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI DESIGN ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION (LTE) NETWORK
Lebih terperinciBAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan
Lebih terperinciWireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler
Wireless Communication Systems Modul 14 Perencanaan Jaringan Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Tujuan Mengetahui model perencanaan jaringan yang optimum Dapat memberikan pengembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) dengan Mekanisme
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) dengan Mekanisme Spectrum Sensing Berbasis Pendeteksian Kanal dan Bandwidth untuk Efisiensi Spektrum dilakukan
Lebih terperinciPlanning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki :
Planning cell site Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki : Jumlah Penduduk 6.85 jiwa Trafik per User 6 me Alokasi Bandwidth 7, Mhz Jumlah Kluster
Lebih terperinciPERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS
PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS Alfin Hikmaturokhman 1, Anggun Fitrian Isnawati 2, Upit Herlina 3 Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telkom Sandhy
Lebih terperinciEstimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)
Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Anindito Yusuf Wirawan, Ir. Endah Budi Purnomowati, MT, Gaguk Asmungi, ST., MT Jurusan Teknik
Lebih terperinciPrakiraan Kebutuhan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung
Prakiraan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung Natanael Makarios 1 Institut Teknologi Bandung Email: natanaelmakarios@yahoo.com Abstrak- Makalah ini memiliki bertujuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KELAYAKAN JARINGAN VSAT PADA BANK MANDIRI MENGGUNAKAN CDMA
BAB IV ANALISA STUDI KELAYAKAN JAINGAN VSAT PADA BANK MANDII MENGGUNAKAN CDMA Pada perencanaan ini, akan diuji terlebih dahulu apakah metode akses CDMA (Code Division Multiple Acsess) dapat diimplementasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman globalisasi saat ini salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi tingkat kehidupan masyarakat adalah perkembangan teknologi. Berpedoman pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi selular semakin berkembang, diawali dengan munculnya teknologi 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G yang mulai berkembang di Indonesia
Lebih terperinciManajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. (Sept, 0) ISSN: 0- A- Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) Gatra Erga Yudhanto, Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciPerancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat
Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi 1780-1875 MHz di Provinsi Papua Barat Nurul Hidayah Mt.R 1), Fitriana Istiqomah 2), Muhammad Dickri Primayuda 3) dan Nur Indah 4) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi
Lebih terperinciABSTRACT. : Planning by Capacity, Planning by Coverage, Okumura-Hatta, Software Atoll
Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Berdasarkan Node B 3G Existing di Kota Pekanbaru Fadrol Rahman*, Febrizal** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus
Lebih terperinciManual Penggunaan Algoritma Evolusi Diferensial untuk Mengoptimasikan Rute Kendaraan Akhmad Hidayatno Armand Omar Moeis Komarudin Aziiz Sutrisno
Manual Penggunaan Algoritma Evolusi Diferensial untuk Mengoptimasikan Rute Kendaraan Akhmad Hidayatno Armand Omar Moeis Komarudin Aziiz Sutrisno Laboratorium Rekayasa, Simulasi dan Pemodelan Sistem Departemen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Para penulis di [1] menjelaskan bahwa algoritma self-organization network dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan dan mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ
G.5 PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan *, Alfin Hikmaturrohman, Achmad Rizal Danisya Program
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE
JURNAL INFOTEL Informatika - Telekomunikasi - Elektronika Website Jurnal : http://ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel ISSN : 2085-3688; e-issn : 2460-0997 Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell
Lebih terperinciRadio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-31 Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced Theresia
Lebih terperinciTRAFIK TELEKOMUNIKASI 1
PERTEMUAN 11 TRAFIK TELEKOMUNIKASI 1 POKOK BAHASAN 1. Traffic Point of View 2. Hubungan : QoS, Traffic load dan Kapasitas Sistem 3. Model Trafik : Pure Loss System dan Pure Waiting System 4. Ilustrasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Alokasi frekuensi 3G Telkoms el
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan jumlah pelanggan Telkomsel yang begitu cepat memberikan tantangan baru bagi operator tersebut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas layanannya. Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,
Lebih terperinciSimulasi Sistem Logistik Perkotaan untuk Memenuhi Pasokan Barang ke Retail Modern di Surabaya dengan Penambahan Pusat Distribusi
Simulasi Sistem Logistik Perkotaan untuk Memenuhi Pasokan Barang ke Retail Modern di Surabaya dengan Penambahan Pusat Distribusi Nama NRP : 2507.100.068 Dosen Pembimbing Dosen Ko-Pembimbing : Meirina Rosita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Telkom University sedang mengembangkan satelit mikro yang mengorbit pada ketinggian 600-700 km untuk wahana pembelajaran space engineering. Sebelum satelit
Lebih terperinci: Widi Pramudito NPM :
SIMULASI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BERBENTUK SEGIEMPAT DAN LINGKARAN PADA FREKUENSI 1800 MHZ UNTUK APLIKASI LTE MENGGUNAKAN SOFTWARE ZELAND IE3D V12 Nama : Widi Pramudito NPM : 18410009 Jurusan
Lebih terperinciANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN
Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia, Jurusan Teknik Elektro FTI ITS ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Oleh : Selva Melvarida Simanjuntak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telkom Flexi merupakan salah satu penyedia layanan telekomunikasi yang berkembang dengan pesat dengan memanfaatkan jaringan CDMA 2000 1x yang pada awalnya bekerja di
Lebih terperinciWIRELESS COMMUNICATION. SYSTEM Modul 12 Capacity Planning
WIRELESS COMMUNICATION. SYSTEM Modul 12 Capacity Planning Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Perencanaan Kapasitas & Frekuensi Perencanaan Parameter & Verfikasi Optimasi & Monitoring Tujuan
Lebih terperinciGambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan user akan informasi gambar, dan video saat ini telah berkembang pesat dalam industri telekomunikasi begitu juga perkembangan jumlah pelanggan sebuah operator
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ
A.1 Kode Bidang: A/B/C/D/E/F/G/H PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan 1,
Lebih terperinciSIMULASI DAN EVALUASI PACKET DATA LOSS TRANSMISI VIDEO PADA JARINGAN LTE ( LONG TERM EVOLUTION ) ABSTRAK
SIMULASI DAN EVALUASI PACKET DATA LOSS TRANSMISI VIDEO PADA JARINGAN LTE ( LONG TERM EVOLUTION ) Hilda Fitriany Zahara / 0422077 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH
Lebih terperinciPerencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo
Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Achmad Mauludiyanto, M.T. NIP. 19610903 198903 100 1 Oleh : Ervin Tri
Lebih terperinciOleh: Mike Yuliana PENS-ITS
Trafik 1 Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Memahami teori tentang trafik Memahami ipemodelan trafik Memahami tentang intensitas trafik Traffic point of view Sistem Telekomunikasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY Pengukuran dilakukan menggunakan metode drive test jaringan guna mengetahui optimal atau tidaknya jaringan provider
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau dan kota terbesar di Provinsi Riau. Kebanyakan orang hanya mengenal Pekanbaru sebagai penghasil minyak dan gas saja.
Lebih terperinciAnalisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda
Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda Muhammad Haidar 1, *, Uke Kurniawan Usman 1, Linda Meylani 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas
Lebih terperinciAgus Setiadi BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll
Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll Putra, T.G.A.S. 1, Sudiarta, P.K. 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan
Lebih terperinciANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe
ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Penerbit Telekomunikasikoe LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Oleh: Andrian Sulistyono Copyright 2012 by Andrian Sulistyono Penerbit Telekomunikasikoe
Lebih terperinciPerancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)
1 Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax 802.16e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri) Zikrie Pramudia A., Ali Mustofa, Gaguk Asmungi Abstrak -Pada penelitian ini dilakukan bagaimana
Lebih terperinciDalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :
Masukan untuk Penataan Frekuensi BWA II (3,3 GHz - 3,5 GHz) Rev. 1.0, 25 Mei 2008 Oleh : Yohan Suryanto (yohan@rambinet.com) Pendahuluan Alokasi Frekuensi BWA di band 3,3-3,5 GHz, sesuai dengan penjelasan
Lebih terperinciKondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Wilayah Non- Rural
SIARAN PERS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NO. 60/HM/KOMINFO/05/2017 Tentang Kondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Non- Rural Kementerian Komunikasi dan Informatika
Lebih terperinciTrafik fik P t ar 1 Oleh: Mike Y l u iana liana PENS-ITS
Trafik Part 1 Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Memahami teori tentang trafik Memahami ipemodelan trafik Memahami tentang intensitas trafik Traffic point of view Sistem Telekomunikasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.
III. METODOLOGI A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan
Lebih terperinciMODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS TRAFIK BTS PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM
JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal. 13-22 MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS TRAFIK BTS PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM Nafisa As Sofia, Wuryatmo A. Sidik dan Niken Larasati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu
Lebih terperinciBAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN
BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : LTE, planning capacity, Planning Coverage, Average Signal Level
Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Menggunakan Parameter Existing Di Universitas Riau Andika Syahputra Tanjung*, Febrizal** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas
Lebih terperinciLAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR
LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR 73 A. JUDUL TUGAS AKHIR Analisa Performansi Jaringan Multi Protocol Label Switching Pada Aplikasi Videoconference. B. RUANG LINGKUP 1. Jaringan Komputer 2. Aplikasi Videoconference
Lebih terperinciInternet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk
CARA KERJA INTERNET TV KABEL Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk menyalurkan signal TV saja. Dalam beberapa sistem,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Dalam sistem komunikasi seluler, informasi dipertukarkan di antara mobile
BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Sel Dalam sistem komunikasi seluler, informasi dipertukarkan di antara mobile station (MS) dan base transceiver station (BTS) melalui sinyal radio. Setiap BTS hanya dapat
Lebih terperinciJournal of Informatics and Telecommunication Engineering
JITE, Vol. 1(1) Juli (2017) p-issn : 2549-6247 e-issn : 2549-6255 Journal of Informatics and Telecommunication Engineering Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jite Perancangan Link Komunikasi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan dalam rancangan jaringan sesuai acuan topologi external network perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Indonesia. (sumber :
I BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia telekomunikasi semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Berbagai macam inovasi teknologi semakin mendapat banyak perhatian oleh masyarakat dan pelaku industri
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN JARINGAN Wi-Fi BERBASIS n DENGAN BALON UDARA DI KOTA BANDUNG
ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN Wi-Fi BERBASIS 802.11n DENGAN BALON UDARA DI KOTA BANDUNG Falih Adan Ma arif 1), Uke Kurniawan Usman 2), Hurianti Vidyaningtyas 3) 1),2),3 ) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI FUZZY EVOLUTIONARY ALGORITHMS UNTUK PENENTUAN POSISI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)
IMPLEMENTASI FUZZY EVOLUTIONARY ALGORITHMS UNTUK PENENTUAN POSISI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) Muhammad Fachrie 1, Sri Widowati 2, Ahmad Tri Hanuranto 3 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Informatika,
Lebih terperinciLisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan
Optimalisasi Jumlah BTS pada Sistem Telekomunikasi Bergerak untuk Daerah Urban Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan lisian14.ls@gmail.com Abstract
Lebih terperinciGambar 3.43 Topologi Subnet 23. Tabel 3.38 Point-to-Point utilization Radio 91 Switch 3. Gambar 3.44 Topologi Subnet 24
100 Gambar 3.43 Topologi Subnet 23 Tabel 3.38 Point-to-Point utilization Radio 91 Switch 3 Object Name Minimum(%) Average(%) Maximum(%) Radio 91 Switch 3 0 0.41 0.88 Radio 91 Switch 3 0 0.6 0.94 Gambar
Lebih terperinciBAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik
BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain
Lebih terperinciStudy Case: cdma2000 1x Network Planning
Studi Kasus Perencanaan Jaringan CDMA2000 1X 2 Study Case: cdma2000 1x Network Planning Oleh : Nachwan Mufti A, ST nmatrainer@yahoo.com Studi Kasus Perencanaan Jaringan CDMA2000 1X 1 Organisasi Study Case
Lebih terperinciBAB VI IESIHPULAH. jaringan radio cellular pada bab-bab sebelurrmya maka. - penggunaan alokasi band frekuensi menjadi efisien
BAB VI IESIHPULAH Dari pembahasan mengenai studi pengkajian jaringan radio cellular pada bab-bab sebelurrmya maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan membuat jaringan radio menggunakan sistem
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE
Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE Rizal Haerul Akbar 1, Arfianto Fahmi 2, Hurianti Vidyaningtyas
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN 4G LTE DI BANDUNG PADA FREKUENSI 2100 MHZ MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL Bobby Juan Pradana 1, Achmad Setiaji 2 1,2 AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA 1 bobbyjuan.p@gmail.com,
Lebih terperinciLAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO
LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) NETWORK QUALITY IN
Lebih terperinciBAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ
BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ 3.1 Trafik dan Kanal Dalam jaringan telekomunikasi, pola kedatangan panggilan (voice ataupun data) dan pola pendudukan dideskripsikan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geografic Information Sistem (GIS) merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,
Lebih terperinciAnalisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA
Analisis Aspek-Aspek Perencanaan pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA Rika Sustika LIPI Pusat Penelitian Informatika rika@informatika.lipi.go.id Abstrak Telah dilakukan analisis terhadap aspek-aspek
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM JARINGAN RADIO SELULER CDMA DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN RADIO SELULER CDMA DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indri Neforawati, Hoga Saragih Departemen Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru UI Depok, 16424, Jakarta
Lebih terperinciDoan Perdana 1, A. Ali Muayyadi 2, Nachwan Mufti 3, Endang Chumaidiyah 4
Analisa Kelayakan Refarming Frekuensi 2100 MHz dengan Analisis Prediksi Cakupan Feasibility Analysis Refarming Frequency 2100 MHz with Coverage Estimation Analysis Doan Perdana 1, A. Ali Muayyadi 2, Nachwan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya pesawat udara yang melintas di wilayah udara Indonesia, membuat beberapa rute perjalanan pesawat udara bisa saling berdekatan atau berada di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah berkembangnya AI (Artifical Intelligence), banyak sekali ditemukan sejumlah algoritma yang terinspirasi dari alam. Banyak persoalan yang dapat diselesaikan
Lebih terperinciWorking Paper. WG Spectrum 4G. (Rencana wireless broadband menuju konsolidasi infrastuktur)
Working Paper WG Spectrum 4G (Rencana wireless broadband menuju konsolidasi infrastuktur) WG 4G Working Paper WG 4G akan merumuskan regulasi spektrum dengan bahasan sebagai berikut : Rencana Spektrum Nasional
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK
EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK Josia Ezra1), Arfianto Fahmi2), Linda Meylani3) 1), 2), 3) School of Electrical
Lebih terperinciBAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)
BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) Pada bab dua ini akan dibahas mengenai evolusi jaringan komunikasi bergerak seluler, jaringan Long Term Evolution (LTE). Lalu penjelasan mengenai dasar Orthogonal
Lebih terperinci