METAFORA DALAM BIDANG PERTANIAN PADI PETANI JAWA TRADISIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METAFORA DALAM BIDANG PERTANIAN PADI PETANI JAWA TRADISIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Transkripsi

1 METAFORA DALAM BIDANG PERTANIAN PADI PETANI JAWA TRADISIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Penelitian sebuah metafora dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga elemen metafora. Ketiga elemen metafora yang dimaksud adalah pembanding, pebanding, dan persamaan. Dalam menciptakan metafora, manusia dipengaruhi oleh ruang persepsi manusia, yakni interaksinya dengan dunia di sekitarnya atau ekosistem manusia. secara hirarki, ekosistem manusia terdiri dari: manusia, bernyawa, yang hidup, objek, permukaan bumi, substansi, tenaga, kosmos, dan yang ada. Berdasarkan ekosistem yang digunakan untuk pembanding sebuah metafora inilah jenis-jenis metafora ditentukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metafora dalam bidang pertanian padi Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar meliputi aspek ekosistem manusia, yang terdiri dari metafora kata dan frasa. Kata kunci : Metafora, Pertanian, Petani Jawa Tradisional 1. Pendahuluan Metafora merupakan salah satu ciri bahasa apapun hanya sastra lebih banyak. Bahasa seperti itu sering kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari. Metafora merupakan suatu abstraksi yang mendalam untuk membahasakan sesuatu, memberikan pemahaman terhadap dunia, dan hakikatnya didasarkan pada suatu realitas. Salah satu fungsi bahasa Jawa bagi petani Jawa tradisional adalah dipakainya bahasa Jawa itu dalam upacara ritual pada saat memulai menggarap sawah, mengawali menanam padi, dan pada saat menjelang menuai padi. Berikut ini salah satu contoh metafora pada bidang pertanian: Mbok Sri Sedhana Dewa Padi Makna metafora Mbok Sri Sedhana di atas yaitu bahwa petani Jawa tradisional menggambarkan tanaman padi sebagai jelmaan dewi Sri atau dewa padi itu juga sebagai simbok ibu. Penggunaan kata mbok yang merupakan singkatan dari simbok dalam frase Mbok Sri Sedhana dapat disejajarkan dengan Dewi Sri Sedhana yang merupakan simbol penghidupan dan 13

2 kehidupan petani Jawa ini menunjukkan menarik diteliti karena pada metafora penghormatan yang sangat tinggi terhadap ibu oleh masyarakat Jawa, khususnya petani tersebut banyak mengandung nilai-nilai ajaran moral tentang kehidupan masyarakat. Jawa tradisional. Mbok Sri Sedhana Ruang Lingkup Masalah adalah: menunjukkan betapa pentingnya posisi bagaimanakah bentuk dan makna metafora tanaman padi bagi petani Jawa tradisional dalam bidang pertanian petani Jawa dibandingkan dengan tanaman-tanaman tradisional Kabupaten Karanganyar, serta lainnya. manfaat dalam penelitian adalah dapat Penelitian tentang metafora dalam bidang pertanian pertanian padi petani Jawa memperkaya ilmu linguistik, khususnya ilmu yang berkaitan dengan semiotika. tradisional Kabupaten Karanganyar menjadi 2. Sekilas Profil Tentang Nasib Petani Tradisional Sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang silam, masyarakat petani tradisional telah terbiasa dimanjakan oleh alam sekitarnya. Mereka hidup dari hasil kerja memungut hasil hutan dan menggarap lahan secara tradisional dan bersahaja. Mereka hidup santai tanpa diperintah oleh siapasiapa kecuali oleh rengekan perutnya sendiri, tidak ada yang mencegah dan memaksa kemaunnya bilamana keadaan dianggap cukup kondusif dilingkungan rumah tangganya. Artinya bilamana habis musim panen dan habis pesta hajatan memberi persembahan kepada leluhur dan nenek moyang dan sanak saudaranya yang sudah meninggal. Dan kemudian dilanjutkan dengan upacara persembahan kepada para dewata penjaga dan pemelihara alam ini maka selesailah sebagian tugas mereka. Sementara menunggu beberapa saat hingga tiba waktunya untuk turun ke ladang dan membuka hutan baru, mereka memanfaatkan untuk mencari sandang pangan dengan menangkap ikan atau hewan lainnya yang bisa di jual selebihnya untuk di makan. Inilah kemudian yang digunakan untuk membeli tembakau, garam dan beberapa lembar pakaian. Sebab hasil panen menurut kepercayaan orang Jawa pada umumnya tabu untuk dijual guna mencari kebutuhan diluar keperluan yang berkaitan dengan upaya mencari isi perut. Karena menurut ajaran nenek moyang hasil panen hanyalah untuk dimakan dan kelebihan upacara persembahan kepada roh dan leluhur penjaga alam ini. Kalau tidak demikian maka roh tanaman tadi akan marah dan menangis meratapi nasibnya. Bila tugas- 14

3 tugas itu sudah dilaksanakan maka suatu keluarga sudah bisa berlapang dada dan santai menunggu musim tanam berikutnya lagi. Jadi waktu yang tersisa dalam beberapa pekan atau bulan dapatlah dimanfaatkan untuk beristrahat atau bekerja pada bidang yang lain lagi tanpa paksaan dari siapapun juga. Demikian silih berganti dari tahun ketahun hingga turun temurun masyarakat petani tradisional di Karanganyar pada umumnya terbiasa menikmati waktu senggangnya seakan-akan tidak perlu berkeluh kesah mengejar dan mengejar yang belum ada dan belum diperolehnya yaitu beberapa harta dunia yang semakin bergelimang dan menggiurkan itu. Mereka terbiasa dengan hidup apa adanya dan tidak banyak tuntutan sebagaiamana masyarakat modern, mereka sudah merasa cukup bahagia asalkan kewajiban pada leluhur sudah terlaksana dengan baik. Selain dari itu yang tidak kurang pentingnya adalah taat terhadap peraturan atau hukum yang berlaku, baik itu hukum Negara maupun hukum warisan dari nenek moyangnya, apabila semua itu sudah dipatuhi dan tidak dilanggar maka hidup ini pasti akan aman sentosa. Begitulah pandangan hidup mereka, sebab yang membuat manusia menderita tidak lain ialah tingkah lakunya sendiri serta hawa nafsu yang tidak terkendali. Selain itu tuntutan hidup yang berlebihan adalah penderitaan yang paling utama dan mencelakakan hidup ini. Hidup jadi resah dan tidak tenang bila banyak tuntutan dan banyak pelanggaran dilakukan. Maka dari itu masyarakat tradisional selalu hidup tenang meskipun kelihatan serba dalam kekurangan. Sebab bagi mereka kebahagiaan yang hakiki tidak bisa diukur dari pakaian dan rumah yang serba bagus dan mahal-mahal. Kebahagian sejati adalah kesadaran untuk taat kepada peraturan serta menerima apa adanya. Itulah ukuran kesenangan hidup yang mereka pegang. Sehingga meskipun hanya mengenakan sehelai cawat dan baju terbuat dari kulit kayu sama sekali tidak mengurangi nilai dan rasa ketenangan hidup mereka. Tetapi entah mengapa menjelang pergantian antara abad ke 19 dan abad 20 hingga awal memasuki abad 21, tiba-tiba ketenangan hidup tadi seakan terusik dan semua bercerai-cerai menjadi puing-puing yang meninggalkan warna hitam pada semua pandangan dan kemana saja mata dilayangkan semuanya tiba-tiba berubah dan musnah seketika berganti dengan gemuruh, bunyi mesin penggergajian dan pabrik yang tumbuh menjamur dalam sekejab mata. Air 15

4 Sungai Bengawan Solo yang tadinya jernih seperti hati warga masyarakat tradisional tiba-tiba berubah pula menjadi kuning kemerah-merahan dan pada suatu saat bila musim hujan tiba maka warnanya pun menjadi putih dan penuh dengan segala macam kotoran hanyut dari hulu sungai Bengawan Solo. Air kemudian berubah menjadi lumpur dan air yang tadinya bisa diminum langsung dari dalam sungai Bengawan Solo kemudian terpaksa harus dimasak dulu di atas tungku dan nyala api. Lambat laun sebagian sungai mahakam tidak bisa lagi dikonsumsi airnya hingga orang terpaksa mencari air ke gunung dan keudik-udik sungai yang jauh atau membeli air kemasan di botol-botol yang terpajang di toko-toko bagi yang mempunyai uang. Bersamaan dengan itu maka hati manusiapun ikut berubah pula, dimana orang mulai bertengkar dan tidak bertegur sapa karena berebut rezeki dan lahan yang tadinya bebas dikelola oleh siapa saja, asalkan mengikuti peraturan adat dan tata krama. Bahkan sanak saudara tidak lagi bisa bekerja sama dan bermufakat seperti biasanya, karena semuanya sama-sama berebut memperoleh hasil dan kepuasan duniawi yang mulai menguasai hati setiap manusia. Kemudian yang lebih parah lagi masyarakat petani yang tadinya hidup aman dan damai, tiba-tiba diserang dan dicaci sebagai biang keladi kerusakan hutan dan lingkungan hidup. Para petani juga dituduh sebagai dalangnya kebakaran hutan serta menjadi sumber penyebab kerugian Negara karena berladang secara berpindah-pindah. Pendek kata dalam waktu sekejab para petani tidak ubahnya bagaikan musuh negara yang sangat meresahkan, hingga kemudian menjadi sasaran caci maki dari segala penjuru dunia, bahwa petani yang disebut peladang berpindah-pindah adalah penyebab segala malapetaka yang terjadi belakangan ini. Hutan gundul adalah petani yang jadi momoknya. Air banjir juga petani yang jadi kambing hitamnya. Apalagi bila terjadi kebakaran hutan maka para petani juga dituduh sebagai penyebabnya. Sementara tidak seorangpun yang berani membela kaum tani dan mengatakan bahwa tidak semua itu disebabkan oleh mereka. Semua tiba-tiba seakan bungkam dan tidak berani berkoar walaupun berbisik sekalipun untuk membela para petani yang sedang terinjakinjak martabat dan harga dirinya disaat itu. Entah mengapa? Tiba-tiba saja dunia ini seakan bisu dan buta. Mereka tidak 16

5 melihat keadaan penyebab yang sebenarnya. Mereka tidak berani menyuarakan isi hati nuraninya untuk mengatakan siapa yang menjadi dalang kebobrokan ini sebenarnya. Mungkin pada saat ini yang berlaku adalah hukum rimba, yakni siapa yang kuat dan besar suaranya, maka dialah yang menjadi raja, dan segala kata atau titahnya tidak ada yang berani membantah. Hingga dengan demikian semuanya hanya bisa membisu seribu bahasa, tidak berani mengeluarkan isi hati yang sesungguhnya, apalagi untuk membela kaum yang diperlakukan semenamena dan diperkosa segala hak dan harga dirinya. Mari kita manfaatkan kekayaan alam ini dengan penuh rasa tanggung jawab dan kasih sayang. Kita jaga kelestarian alam kita yang masih ada dengan seksama dengan tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Karena masa lalu sudah berlalu dan yang hilang pasti tidak akan kembali, kecuali hanya kitalah yang harus pandai-pandai mensyukuri pemberian Tuhan, serta memeliharanya untuk diwariskan kepada anak cucu.(asy arie Harris 1-5 : 2004). 3. Pembahasan Bentuk Metafora dalam Bidang Pertanian Padi Kata Kerja (verba) Kata kerja ialah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Dalam penelitian metafora bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar ditemukan kata kerja (verba) seperti data berikut: m thil memetik Metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar yang berbentuk kata kerja misalnya m thil. Makna yang tercermin dari metafora tersebut yaitu menunjukkan sikap petani Jawa tradisional dalam hubungannya dengan alam sehingga perlu komunikasi untuk memberitahukan apa yang akan diperbuatnya terhadap tanaman padi. Kata sifat (adjektiva) Kata sifat/kata keadaan ialah kata yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Keadaan atau sifat tersebut misalnya tentang keadaaan, watak, lama, baru, tinggi, rendah, panas, dingin, dan sebagainya. Dalam penelitian metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar diperoleh data kata sifat seperti yang tercantum berikut: m t ng 17

6 Padi saat mulai tumbuhnya bunga-bunga padi yang masih di dalam batang Metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar yang berbentuk kata sifat misalnya m t ng. Makna yang tercermin dari metafora tersebut yaitu Menggambarkan kondisi tanaman padi seperti kondisi perempuan (ibu) sehingga memperkuat betapa pentingnya tanaman padi bagi petani Jawa tradisional sebagai sumber penghidupan utamanya. Frase Benda (Nomina) Frase nomina ialah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran. Data frase nomina pada penelitian ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut. Dewi Sri dewa padi N N Metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar yang berbentuk kata benda misalnya Dewi Sri. Makna dalam mitologi Jawa, Dewi diyakini sebagai dewa padi yaitu dewa yang mengatur kehidupan padi bahkan dalam mitosnya bahwa padi merupakan jelmaan dari Dewi Sri. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi tanaman padi petani Jawa tradisional dibandingkan dengan tanaman-tanaman yang lainnya. Frase kata kerja (Verba) Frase verba atau frase golongan V ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari adanya jajaran. Penelitian metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di kabupaten Karanganyar. Penelitian frase kata kerja untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut. amboyong Mbok Sri membawa dewa padi V N N Pada contoh di atas merupakan frase verbal dalam metafora bidang pertanian padi petani Jawa tradisional amboyong membawa adalah verba dan mbok sri adalah frasa nomina. Metafora dalam bidang pertanian petani Jawa tradisional Kabupaten Karanganyar yang berbentuk frasa kerja amboyong mbok Sri. Makna yang terbaca dalam metafora bidang pertanian padi di atas yaitu menempatkan begitu terhormatnya padi yang telah siap dipanen. 18

7 Data yang dikaji di atas baik dalam tataran frasa nomina dan frasa kerja merupakan metafora yang berbentuk D-M (inti-atribut) dengan makna berbeda secara leksikal (setiap unsure pembentuknya). Makna gramatikal yang secara fraseologis menyatakan frase endosentrik atributif menyatakan D-M. makna gramatikal dapat disebut sebagai makna metafora yang masih mempunyai makna asosiatif. Suatu peristiwa ujaran pasti mengandung berbagai hal yang bisa dirunut dari keberadaan sesuatu, seperti adanya metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat penuturnya, baik ajaran lokal maupun kebiasaan atau budayanya. Beberapa ajaran local yang bisa dipetik dari metafora bidang pertanian padi petani Jawa tradisional antara lain. Sistem Agama dan Kepercayaan Agama adalah suatu sistem tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang mutlak di alam dan suatu sistem tata peribadatan manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu. Di samping hal tersebut merupakan suatu sistem norma yang mengatur hubungan manusia dan manusia dengan alamnya yang sesuai dengan tata keimanan dan tata peribadatan. Pada Saat ini, hampir seluruh masyarakat Jawa yang tinggal di kabupaten Karanganyar memeluk agama Islam. Namun demikian, adat istiadat dan kepercayaan lama sebagai warisan leluhur yang turuntemurun masih dilakukan dalam adat dan kepercayaan masyarakat suku Jawa, mereka percaya bahwa yang tertinggi diantara mereka adalah Dewa dalam setiap kesempatan (baik itu upacara adat atau pun pembacaan mantra-mantra pengobatan), nama itu selalu disebut dan dipanggil dengan harapan dapat menghadiri dan memberkati jalannya ritual yang dilakukan. Selain percaya kepada Dewa, mereka percaya bahwa ada roh-roh halus yang senantiasa berada di sekeliling manusia. Roh itu ada yang baik dan ada yang jahat. Tiap sungai, gunung, hutan, pohon besar, bukit, bahkan rumah ada roh yang menunggunya. Roh-roh ini dipercaya sebagai roh-roh suci yang selalu melindungi, mengayomi, menjaga, dan memelihara warga masyarakat setempat sekaligus juga yang suka menganggu dan menyebabkan bala bencana bagi masyarakat. Oleh sebab itu pada kesempatan ritual-ritual seperti tersebut di atas, roh-roh itu semua dipanggil, diberi makan (sesaji) dengan tujuan, bagi roh-roh yang baik akan senantiasa 19

8 melindungi, dan bagi roh yang jahat tidak akan menganggunya. Menurut kepercayaan setempat, adanya roh-roh tersebut berasal dari jasad nenek moyang mereka yang telah meninggal, tetapi jasad tersebut diakui masih tetap hidup mendampingi kehidupan manusia. Roh yang dianggap baik adalah roh nenek moyang yang semasa hidupnya menjadi penguasa yang disegani masyarakat atau pahlawan bagi daerahnya. Kepada roh ini masyarakat senantiasa mohon perlindungan. Sebaliknya, roh jahat adalah penjelmaan dari arwah nenek moyang yang semasa hidupnya memiliki tabiat yang jelek. Roh ini pun bagi masyarakat Jawa tetap dihormati sebagaimana roh yang baik. Kepercayaan kepada roh nenek moyang ini dalam bahasa populernya disebut animisme. Selain, percaya terhadap roh-roh halus, masyarakat Jawa juga percaya akan adanya sesuatu kekuatan gaib yang menyelimuti kehidupan sehari-hari mereka. Kepercayaan yang disebut dinamisme. Karena begitu kompleksnya sistem kepercayaan mereka, maka dapat disimpulkan bahwa sistem kepercayaan masyarakat Jawa hampir tidak dipisahkan dengan nilai-nilai budaya, kehidupan sosial, ekonomi, budaya sehari-hari. Ini berarti bahwa kepribadian, tingkah laku, sikap perbuatan dan kegiatan sosial orang Jawa sehari-hari dibimbing, didukung oleh dan dihubungkan tidak saja dengan sistem kepercayaan atau ajaran agama dan adat istiadat atau hukum adat, tetapi juga dengan nilai-nilai budaya dan etnisitas. Dari upacara adat tercakup aspek kehidupan dan hubungannya dengan alam lingkungan antara lain dalam hal perladangan, kelangsungan hidup, kesalahan, kerusakan, petunjuk, larangan, teguran, dan pantangan. Pelanggaran terhadap hal-hal tersebut akan mendapatkan sanksi adat yang telah disepakati bersama. Upaya penguatan hukum adat disini dimaksudkan untuk melestarikan normanorma dan hukum adat sebagai warisan nenek moyang dahulu yang masih tetap berlaku dalam masyarakat Jawa di kabupaten Karanganyar. Metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: Ibu bumi bapa akasa Ibu bumi bapa akasa Pada contoh di atas merupakan metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar. Bagi masyarakat Jawa, khususnya petani Jawa tradisional, realitas pasangan ibu- 20

9 bapak mendasari simbolisasi kebutuhan kehidupannya yang paling dasar juga, yaitu masalah air dan tanah sebagai persyaratan utama untuk bekerja dan menanam khususnya padi. Petani Jawa tradisional yang menggunakan ungkapan ibu bumi bapa akasa menyimbolkan bahwa bumi sebagai tempat berpijak yang berada di bawah dirinya dan akasa angkasa /langit berada di atas sebagai sebuah pasangan. Jadi didasarkan pada pola pasangan atas-bawah sebagai bentuk oposisi. Pasangan oposisi bumi-akasa bumi langit dianalogikan pasangan bumi-akasa bumi-langit dianalogikan dengan pasangan ibu-bapak sehingga menjadi ungkapan ibu bumi bapa akasa ibu bumi bapak angkasa. Bumi (ibu bumi) merupakan simbol tempat, lahan petani untuk menanam padi utamanya, sedangkan akasa angkasa/langit adalah asal turunnya air hujan yang akan mengairi tanah dan tanamannya sehingga bias tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengetahuan petani Jawa tradisional yang demikian ini didasari oleh realitas pasangan ibu-bapak yang secara nyata menunjukkan bahwa ibu merupakan tempat bersemi dan tumbuhnya benih manuasia yang didahului dengan penyiraman air sperma bapak. Alasan lain digunakannya ungkapan bapa akasa, karena akasa angkasa dalam keyakinannya dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa termasuk Dewi Sri yang menjelma sebagai tanaman padi yang menjadi sumber hidupnya. Sementara itu, kelompok petani Jawa tradisional yang menggunakan ungkapan ibu bumi bapa kuwasa ibu bumi bapak kuasa berpandangan bahwa semua kehidupan ini sudah diatur dan ditentukan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan Yang Mahaesa (Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Tunggal), termasuk yang menurunkan hujan yang menjadi kebutuhan pokok dalam usaha pertaniannya terutama dalam pertanian. Jadi, dalam pandangan kelompok ini, bapa kuwasa digunakan sebagai simbol penyebutan terhadap Tuhan Yang Mahakuasa. Dalam ritual pertaniannya, simbolisasi air dengan ungkapan bapa akasa atau bapa kuwasa sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa yang menurunkan hujan sebagai bagian terpenting dalam hidupnya tanaman padi. Sistem Organisasi Sosial Masyarakat Jawa, khususnya petani Jawa tradisional mempunyai organisasi sosial yang disebut pimpinan adat. Pimpinan adat bekerja secara suka rela menyediakan waktunya berhari-hari sampai masalah itu selesai. 21

10 Metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional yang berkaitan dengan kegiatan sosial seperti dalam data berikut ini. Klumpukna Mbok Sri Sedhana Kumpulkan Dewa Padi Pada contoh di atas merupakan metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar yang berkaitan dengan organisasi sosial yaitu klumpukna mbok Sri Sedhana yang mempunyai makna petani Jawa tradisional bahu membahu dalam setiap aktifitas mereka apalagi yang berhubungan dengan pertanian padi seperti kata klumpukna kumpulkan ini mencerminkan pada saat panen telah tiba seluruh masyarakat untuk berkumpul dan bergotong royong untuk mengumpulkan hasil-hasil panen mereka di lumbung padi masing-masing. Sementara itu, mbok Sri Sedhana dalam cerita rakyat Jawa diungkapkan bahwa Dewi Sri merupakan pasangan hidup dari Raden Sadhana atau Raden Sedhana. Dalam kehidupannya digambarkan sebagai sepasang Dewa-dewi yang hidupnya penh dengan ketentraman, keharmonisan, dan kemakmuran. Keduanya sebagai sepasang suami-istri yang dalam kehidupan petani Jawa tradisional diyakini sebagai dewa padi. 4. Kesimpulan Metafora, dapat menunjukkan pandangan kita tentang terhadap dunia; bagaimana cara pandang kita tentang sebuah hal, pengetahuan kita akan sebuah realitas dan masalah yang dihadapi. Dari metafora dalam bidang pertanian padi petani Jawa tradisional di Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu media yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai adat istiadat, nasihat, pikiran, perasaan, maupun kebiasaan-kebiasaan lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian sebuah metafora dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga elemen metafora. Ketiga elemen metafora yang dimaksud adalah pembanding, pebanding, dan persamaan. Dalam menciptakan metafora, manusia dipengaruhi oleh ruang persepsi manusia, yakni interaksinya dengan dunia di sekitarnya atau ekosistem manusia. secara hirarki, ekosistem manusia terdiri dari: manusia, bernyawa, yang hidup, objek, permukaan bumi, substansi, tenaga, kosmos, dan yang ada. Berdasarkan ekosistem yang digunakan untuk pembanding sebuah metafora inilah jenis-jenis metafora ditentukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metafora dalam bidang pertanian padi Jawa 22

11 tradisional di Kabupaten Karanganyar meliputi aspek ekosistem manusia, yang terdiri dari metafora kata dan frasa. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang Yudi Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimukti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Matthhews, P The Concusi Oxford Dictionari Of Linguistics. New York: Oxford University Press. Michael, Paul Figurative Speech. New York: Stimulus Foundation. Ogden, C.K., and I.A. Richards The Meaning of Meaning. London: Routledge and Kegan Paul LTD. Richards, Ivor Armstrong The Philosophy of Rhetoric, Oxford University Press, Newyork. 23

12 24

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI)

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Metafora merupakan penggunaan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

Oleh: Rivzal Putra Sakti Mahasiswa Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Oleh: Rivzal Putra Sakti Mahasiswa Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako STUDI TENTANG TATA CARA MASYARAKAT TO KAILI RAI DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA DAN ADAT MELALUI UPACARA NOGUNTI VO DI KELURAHAN BAIYA KECAMATAN PALU UTARA DITINJAU DARI NILAI-NILAI PANCASILA Oleh: Rivzal

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat yang masih memegang teguh adatnya yaitu adat Banten Kidul. Dan Ciptagelar bisa dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU

PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Siapakah yang Menetapkan Itu? Pedoman-pedoman Di Manakah Saudara Dapat Menemukan Pedoman-pedoman Itu? Bagaimana Saudara Dapat Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi. BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua

BAB VI KESIMPULAN. Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua BAB VI KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua dengan melakukan interpretasi terhadap simbol-simbol ritual yang digali dari tiga dimensi maknanya, maka ditemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

Dua: Sumpah Pocong Si Udin

Dua: Sumpah Pocong Si Udin Dua: Sumpah Pocong Si Udin Karya: La Dawan Piazza Zaman sekarang, sebuah negeri entah-berantah di pedalaman Hutan Amazon Kolombia, ada sebuah Kerajaan Luna Maya dari Suku Inica yang dipimpin oleh seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

Pengetahuan Baik & Jahat. Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan. Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam 146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam menyelesaikan kasus cerai thalak sebagai upaya menyelesikan konflik keluarga yang diuraikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

Dahulu kala di Cina ada seorang anak laki-laki bernama Ping yang sangat menyukai bunga. Apapun yang dia tanam menjadi mekar.

Dahulu kala di Cina ada seorang anak laki-laki bernama Ping yang sangat menyukai bunga. Apapun yang dia tanam menjadi mekar. Dahulu kala di Cina ada seorang anak laki-laki bernama Ping yang sangat menyukai bunga. Apapun yang dia tanam menjadi mekar. Ada bunga-bunga, semak-semak, dan bahkan pohon-pohon buah yang besar, seakan-akan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain :

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain : BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Wujud-wujud kearifan lokal warga masyarakat adat dalam interaksi dengan sumber daya Hutan Wonosadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR 69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia kaya dengan mantra. Dalam setiap kegiatan ritual, masyarakat selalu menuturkan mantra, bukan hanya sebagai pelengkap upacara, melainkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Proses Akulturasi Budaya Islam dengan Budaya Hindu di Desa

BAB IV ANALISA DATA. A. Proses Akulturasi Budaya Islam dengan Budaya Hindu di Desa BAB IV ANALISA DATA A. Proses Akulturasi Budaya Islam dengan Budaya Hindu di Desa Gununggangsir Agama merupakan tuntunan hakiki bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan rohani sekaligus harapan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PENGAMATAN GAMBAR FOTO PERISTIWA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PENGAMATAN GAMBAR FOTO PERISTIWA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PENGAMATAN GAMBAR FOTO PERISTIWA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua. Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adat merupakan warisan nenek moyang yang harus ditaati. Masyarakat harus memiliki pengetahuan tentang adat yang berlaku di masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian norma sosial, terbentuknya norma sosial, ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci